Anda di halaman 1dari 27

HANDBOOK PRESENTASI KELOMPOK 5

“Penanaman dan Pola Tanam”

Disusun Oleh
Syarla Laili Nur Afifah 205040201111105

Afina Fitri Pratiwi 205040201111106

Radiva Amanda Putri Budiharto 205040201111107

Renaldy Sujaka Perangin Angin 205040201111108

Regita Pramesti Widyaningrum 205040207111081

Aldilla Kurnia Ferdyansyah 205040207111082

Filka Rahmadhani 205040207111083


2
3

DAFTAR ISI
PENANAMAN ........................................................................................... 6

1.1 Kegiatan Penanaman Secara Umum ............................................. 6

1.2 Syarat Penanaman ......................................................................... 6

1.2.1 Media Tanam ........................................................................... 6

1.2.2 Bahan Tanam ........................................................................... 7

1.2.3 Lubang Tanam ......................................................................... 8

1.2.4 Penyiapan Lahan ..................................................................... 9

1.3 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Kegiatan Budidaya ....... 10

1.3.1 Unsur yang Berhubungan dengan Klimatologi ..................... 10

1.3.2 Media Tumbuh ...................................................................... 10

JARAK TANAM ...................................................................................... 12

2.1 Definisi Jarak Tanam ................................................................... 12

ALAT TANAM ........................................................................................ 15

3.1 Definisi Alat Tanam .................................................................... 15

3.2 Alat Tanam Tradisional ............................................................... 15

3.2.1 Alat Tugal Tradisional ........................................................... 15

3.2.2 Kentheng ............................................................................... 16

3.2.3 Alat Tanam Semi Mekanis .................................................... 16

3.2.4 Mesin Tanam ......................................................................... 17

WAKTU TANAM .................................................................................... 20

4.1 Definisi Musim Tanam ................................................................ 20

4.2 Kalender Tanam .......................................................................... 20

POLA TANAM ......................................................................................... 21

5.1 Pola Tanam Secara Umum .......................................................... 21

5.2 Macam-macam atau Jenis Pola Tanam ....................................... 21

5.2.1 Monokultur ............................................................................ 21


4

5.2.2 Polikultur ............................................................................... 22

5.3 Perbedaan Tumpang Sari dan Monokultur .................................. 24

5.3.1 Tumpang Sari ........................................................................ 24

5.3.2 Monokultur ............................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26


5
6

PENANAMAN
1.1 Kegiatan Penanaman Secara Umum
Dalam proses budidaya tanaman, kegiatan penanaman merupakan suatu
salah satu dari langkah-langkah budidaya yang harus diperhatikan. Penanaman
akan menentukan keberhasilan dari pertumbuhan dan produksi tanaman. Jika dalam
proses penanaman ini tidak dilakukan sesuai prosedur, kemungkinan akan berakibat
fatal bagi proses pertumbuhan tanaman. Penanaman merupakan kegiatan
pemindahan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk mendapatkan
hasil atau produk dari tanaman yang dibudidayakan
1.2 Syarat Penanaman
Dalam kegiatan penanaman, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1.2.1 Media Tanam

Menurut Roni (2015), media tanam komponen utama untuk bercocok


tanam. Dalam penggunaannya, media tanam harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan ditanam. Jika penanaman dilakukan pada media yang kurang
tepat, akibatnya tanaman akan sulit untuk tumbuh dengan baik. Media tanam dapat
dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu bahan organik dan anorganik.
Media tanam organik merupakan media yang berasal dari komponen
organisme hidup, seperti halnya dari bagian tanaman seperti akar, batang, daun,
buah, ataupun kulit kayu. Dalam penggunaannya sebagai media tanam, bahan
organik jauh lebih unggul karena mampu untuk menyediakan bahan organik dan
unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan tanaman organik memiliki pori-pori
7

makro dan mikro yang seimbang sehingga sirkulasi udara dapat bekerja dengan
baik dan memiliki daya serap air yang tinggi.
Media tanam anorganik merupakan media tanam yang mengandung unsur
mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi.
proses pelapukan tersebut dapat diakibatkan secara fisik, biologi mekanik, dan
kimiawi. Bahan tanam anorganik dapat berupa kerikil atau batu-batuan, pasir, debu,
ataupun sintesis dari pabrik seperti gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons,
tanah liat, vernikulit, dan perlit (Roni, 2015)
1.2.2 Bahan Tanam
Bahan tanam merupakan bagian tanaman yang digunakan dalam memulai
proses budidaya tanaman. Bahan tanam dapat berupa benih (biji) dan bibit (tanaman
muda). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), hal-hal yang
harus diperhatikan untuk mempersiapkan benih yang akan digunakan saat
penanaman, antara lain:
1. Pemilihan Benih

Benih dipilih berdasarkan kriteria, baik secara genetik, fisiologis, dan


fisik. Pemilihan benih yang tepat akan menentukan keberhasilan dari
suatu budi daya atau produksi. Benih yang bagus memiliki ciri
1) Tingkat kemurnian yang tinggi.
2) Daya berkecambah yang tingi.
3) Memiliki vigor tinggi.
4) Bebas dari penyakit seedborne.
2. Penyemaian
8

Setelah pemilihan benih, maka langkah selanjutnya melakukan


penyemaian. Sebelum benih di tanam, beberapa benih tanaman butuh
untuk disemai dahulu. Hal yang perlu diperhatikan, yaitu tempat untuk
pembibitan atau penyemaian. Tempat yang dipilih harus bebas dari
gulma atau sisa tanaman, memiliki suhu dan intensitas cahaya yang
sesuai, memiliki sirkulasi udara yang lancar, dan tidak tergenang air.
Kriteria tersebut harus diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh sehat
dan tidak rentan terkena penyakit akibat lingkungan yang tidak sesuai.
1.2.3 Lubang Tanam

Lubang tanam merupakan tempat tumbuhnya benih dan bibit. Dalam proses
penanaman, lubang tanam juga perlu untuk diperhatikan, karena berhubungan
dengan penyebaran akar, berdirinya tanaman, dan kemampuan biji untuk
menembus tanah. Setiap tanaman memiliki kebutuhan lubang tanam yang berbeda,
seperti hal nya cabai, lubang tanam yang biasa dibutuhkan adalah berdiameter 10
cm dengan dalam 10-15 cm (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
9

Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara menugal tanah


dengan menggunakan alat tugal. Teknik dari pembuatan lubang tanah adalah
dengan menggali tanah bagian atas, lalu diletakkan di bagian kiri dan bagian bawah
di simpan di bagian kanan. Apabila sudah dilakukan penanaman, maka tanah bagian
atas diletakkan pada bagian bawah agar kesuburan tanah dapat terjaga
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
1.2.4 Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan merupakan langkah awal dalam membudi dayakan


tanaman, baik secara tahunan ataupun musiman. Hal yang perlu dilakukan dalam
penyiapan lahan menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013),
sebagai berikut:
1. Penyiapan Alat dan Bahan
Umumnya, alat sederhana yang dapat digunakan dalam prose penyiapan
lahan adalah cangkul dan garpu. Di mana cangkul merupakan alat yang
berfungsi untuk menggemburkan tana, dan pupuk kandang. Sedangkan
garpu merupakan suatu alat yang digunakan untuk membalik tanah,
membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman.
2. Pengukuran Lahan
Bentuk lahan pertanian terdapat berbagai macam, di antaranya adalah
persegi panjang, bujur sangkar, segitiga, segilima, dan tidak beraturan.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui luas lahan yang akan kita
tanami, sehingga dapat menyiapkan alat dan bahan yang sesuai.
3. Sanitasi Lahan
10

Lahan yang baik untuk tanaman dapat tumbuh adalah lahan yang bersih
dari segala sumber macam pengganggu pertumbuhan, seperti gulma,
sisa akar tanaman, dan bahan kontaminan lain. Sanitasi lahan untuk
memudahkan perakaran tanaman dapat berkembang dan menghilangkan
tanaman inang bagi hama dan penyakit, serta memberantas atau
mengendalikan kontaminan mikro organisme.
4. Pengolahan Tanah
a. Pengolahan Tanah Pertama
Dalam pengolahannya adalah tanah dipotong, lalu dibalis agar sisa
tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan
terbenam.
b. Pengolahan Tanah Kedua
Pengolahan ini dilakukan dengan cara membalik tanah dengan
kedalaman antara 15 sampai 20 cm.
1.3 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Kegiatan Budidaya
1.3.1 Unsur yang Berhubungan dengan Klimatologi
Tanaman dapat tumbuh dan berkembang jika cahaya, suhu, kondisi udara,
tanah dan air yang sesuai dengan kebutuhannya. Pertumbuhan tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cahaya matahari, temperatur,
kelembaban, serta kondisi tanah (Tjasyono, 2004). Faktor-faktor iklim juga sangat
memengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti curah hujan, terutama untuk pertanian
adalah curah hujan, suhu maksimum, dan minimum, serta intensitas radiasi
matahari sebagai syarat dari proses pertumbuhan tanaman yaitu fotosintesis dan
respirasi yang berkembang secara dinamis dapat disimulasi (Setiawan, 2009).
1.3.2 Media Tumbuh
Media tumbuh dalam tanaman merupakan salah satu faktor penting yang
harus diperhatikan dalam proses budi daya. Karena hal tersebut dapat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk mendapatkan hasil yang optimal
(Winarto, 2004). Menurut Haryadi (1986), media tanam yang baik bagi tanaman
adalah media yang memiliki sifat yang baik, gembur, dan memiliki kemampuan
menahan air.
11
12

JARAK TANAM
2.1 Definisi Jarak Tanam
Menurut Masdar (2005) jarak tanam memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, karena dapat berhubungan dengan persaingan antar sistem
perakaran dalam mendapatkan makanan atau unsur hara. Maka, jarak tanam
ditunjukan untuk memanfaatkan cahaya secara efektif dan penyebaran unsur hara
secara merata (Rukmana, 2005).
Menurut Sohel et al. (2009), jarak tanam yang optimum akan memberikan
pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik sehingga dapat memanfaatkan lebih
banyak cahaya matahari dan pertumbuhan bagian bawah tanaman yang juga baik
sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam
yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang
sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan unsur hara. Akibatnya,
pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah.
Jarak tanam memiliki 3 jenis yang banyak dipraktekkan, yaitu segi empat,
persegi panjang, dan segi tiga. Para petani padi sekarang banyak yang
menggunakan tipe segi empat, misalnya tipe jarak tanam 30 cm x 30 cm. Akan
tetapi petani lain ada yang menggunakan tipe persegi panjang dengan berbagai
nama seperti sistem Legowo 30 cm x 15 cm x 60 cm. Tipe segi tiga pada padi belum
banyak diterapkan, tetapi pada tanaman kelapa sawit sudah sangat umum (Hatta,
2011).
13

Menurut Vera et. al. 2020. Penentuan jarak tanam dipengaruhi oleh varietas
tanam, pola tanam dan kesuburan tanah. Jarak tanam yang tidak tertata maka akan
mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman baik terhadap cahaya matahari,
air, dan unsur hara. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman
yang tidak berbuah. Jenis-jenis jarak tanam yang umum digunakan oleh petani
adalah bujur sangkar, persegi panjang, dan zigzag. Penanaman dengan jarak tanam
bertujuan agar populasi tanaman mendapatkan bagian yang sama terhadap unsur
hara yang diperlukan dan sinar matahari, dan memudahkan dalam pemeliharaan
(Probowati 2014).
14
15

ALAT TANAM
3.1 Definisi Alat Tanam
Alat tanam merupakan suatu alat yang digunakan untuk menempatkan benih
tanaman yaitu biji-bijian, bibit, batang dan lain sebagainya pada permukaan tanah
atau dibawah tanah. Alat tanam memiliki fungsi untuk mempermudah,
mempercepat, dan mengefisienkan proses penanaman pada lahan petanian
(Iskandar et al, 2017)..
3.2 Alat Tanam Tradisional
3.2.1 Alat Tugal Tradisional

Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan
tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam yang lebar. Bentuk
tugal bermacam-macam sesuai dengan modifikasi dari suatu daerah atau negara.
Bentuk tugal di Indonesia merupakan bentuk tugal yang paling sederhana, karena
pada tugal tersebut tidak terdapat bentuk mekanisme pengeluaran benih. Artinya
benih dimasukkan kedalam tanah secara terpisah, atau memerlukan bantuan dari
orang lain (Rachmawati, 2013).
16

3.2.2 Kentheng

Kentheng adalah alat tanam yang terbuat dari bahan baku kayu atau bambu
yang bagian bawahnya dihubungkan dengan tambang, yang terbuat dari pintalan
serat kulit pohon waru (lulub). Fungsinya untuk pedoman agar benih padi yang
ditanam bisa tertata lurus dan juga sebagai patokan untuk mengatur larikan padi
yang ditanam (Gayatri, 2012).
3.2.3 Alat Tanam Semi Mekanis
3.2.3.1 Alat Tanam Bibit Padi Manual (Paddy Transplanter Manual)

Alat yang mampu menanam 4 baris tanam sekaligus dengan jarak tanam
antar baris 25 cm. Hasil modifikasi telah dilakukan uji dan menunjukkan berbagai
keunggulan, antara lain bobot alsin yang ringan, yakni 21,8 kg, beberapa komponen
menggunakan bahan tahan korosi, dan mudah dalam pengoperasiannya.
3.2.3.2 Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum
17

alat tanam yang pengisian benihnya dilakukan ketika alat sudah berada di
petakan sawah. Pada saat alat ditarik, benih akan keluar melalui lubang yang ada di
bagian kanan dan kiri drum. Tiap drum mempunyai dua macam ukuran lubang,
yaitu rapat dan renggang. Benih yang dibutuhkan berkisar 40 - 60 kg per hektar.
Alat ini mempunyai 4 buah drum, masing-masing drum untuk 2 baris, sehingga
jumlah larikan yang dihasilkan seluruhnya 8 baris (Ananto et al., 1997).
3.2.4 Mesin Tanam
3.2.4.1 Mesin Transplanter

Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman,


jarak dan kondisi penanaman yang seragam. Pada penanaman padi, dapat
dibedakan berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya .
3.2.4.2 Grain Seeder
18

\
Grain Seeder adalah alat pertanian yang berfungsi untuk menanam benih,
dengan sistem yang modern. Grain Seeder dapat ditarik dengan tenaga manusia,
atau dengan tenaga hewan, atau dengan traktor. Alat pertanian Grain Seeder dibuat
dengan tujuan agar penanaman benih dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
sehingga dapat meminimalisir kerusakan dan mengoptimalkan hasil (Arafat, 2015).
19
20

WAKTU TANAM
4.1 Definisi Musim Tanam
Musim tanam adalah istilah dalam budi daya tanaman di mana iklim pada
periode tertentu dalam satu tahun sangat ideal untuk menanam tumbuhan asli
maupun hasil domestikasi (Walyadi, 2019). Dalam ilmu botani, musim yang sama
disebut dengan musim tumbuh. Salah satu upaya yang efektif dan murah untuk
menekan risiko terkait keragaman dan iklim ekstrem yaitu dengan menyesuaikan
waktu tanam. Kriteria yang umum digunakan untuk menentukan awal musim tanam
padi di Indonesia adalah awal musim hujan (MH), yaitu jika jumlah curah hujan >
50 mm dalam tiga dasarian berturut-turut. Kriteria lain yang disarankan para pakar
adalah jumlah curah hujan selama beberapa hari berturut-turut, yang tidak diikuti
oleh beberapa hari kering berturut-turut dalam periode setelahnya (Surmaini &
Syahbuddin, 2016)
4.2 Kalender Tanam
Sistem informasi untuk penentuan waktu tanam padi di Indonesia adalah
Kalender Tanam (Katam). Katam memberikan informasi estimasi awal waktu
tanam, potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam pada tingkat
kecamatan untuk setiap musim selama satu tahun. Penentuan waktu tanam pada
Katam berdasarkan kriteria awal MH. Namun, pertumbuhan tanaman tidak hanya
ditentukan oleh curah hujan pada waktu tanam, tetapi juga jumlah dan distribusi
hujan selama periode tanam. Oleh karena itu, penentuan waktu tanam perlu pula
mempertimbangkan distribusi curah hujan selama musim tanam (Surmaini &
Syahbuddin, 2016).
Kendala penerapan kriteria tersebut adalah belum tersedianya prediksi
curah hujan harian 1−2 bulan ke depan yang diinformasikan 1−2 sebelumnya.
Namun, dengan menggunakan Global Circulation Model, prediksi curah hujan
harian pada musim tanam yang akan datang dapat diberikan tepat waktu (Surmaini
& Syahbuddin, 2016).
21

POLA TANAM
5.1 Pola Tanam Secara Umum
Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur
susunan tata letak dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk
masa pengolahan tanah dan masa bera atau tidak ditanam selama periode tertentu
(Campbell, 2002).
5.2 Macam-macam atau Jenis Pola Tanam
5.2.1 Monokultur

Monokultur merupakan salah satu jenis pola tanam yang konsep budidaya
pertanianiannya hanya menggunakan satu jenis tanaman pada satu areal lahan
(Syahputra et al., 2017). Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan
hasil pertanian. Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan
pertanian yang tidak mantap. Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan
disemprot dengan pestisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama
dan penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat
hama itu akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena
tanamanya terserang hama. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidaya relatif
mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis,
disisi lain kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama atau
penyakit (Syarif, 2018).
22

5.2.2 Polikultur

Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budidaya. Polikultur adalah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan
yang lebih baik.
5.2.2.1 Keuntungan Penamaan Polikultur
1. Mengurangi serangan OPT karena tanaman yang satu dapat mengurangi
serangan OPT yang lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir
hama aphis dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau
Allicin.
2. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanan kacang-kacangan
kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri
rhyzobium yang terdapat dalam bintil-bintil akar. Dengan menanam
yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal
ditanam berdampingan dengan tanaman yang berakar dalam, tanah
disekitarnya akan lebih gembur.
3. Siklus hidup H/P dapat terputus karena sistem ini dipadukan dengan
rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.
4. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panenan yang beragam, ini
menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat
ditutup oleh harga komodity lainnya.
5.2.2.2 Kelemahan Penanaman Polikultur
1. Persaingan unsur hara tanaman.
23

2. OPT banyak sehingga sulit pengendaliannya.


5.2.2.3 Pembagian Tanaman Polikultur
1. Tumpang Sari (Intercropping)
Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu
yang bersamaan atau selama periode tanaman pada satu tempat yang
sama. Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman
sela untuk jagung, yaitu kedelai. Tanaman jagung dan kedelai dapat
dilakukan tumpang sari karena tanaman jagung membutuhkan unsur
nitrogen dalam jumlah besar sehingga disediakan oleh tanaman kedelai.
Kelemahannya tanaman jagung dan kedelai bersaing mendapatkan
matahari, air, dan unsur hara, maka harus diberikan pupuk dan
memperhatikan pengaturan sistem tanam. Beberapa keuntungan dari
sistem Tumpang Sari, yaitu sebagai berikut:
• Mencegah dan mengurangi pengangguran musim
• Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
• Adanya pengolahan tanah yang minimal
• Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat
diperoleh nilai tambah
• Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat
diperoleh dari tanaman yang satu (yang lain).
2. Tumpang Gilir (Multiple Cropping)
Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Faktor-
faktor tersebut antara lain:
• Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga
kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan dan nkerusakan
tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
• Hasil panenan secara beruntun dapat memperlancar penggunaan
modal dan meningkatkan produktifitas lahan
• Dapat mencegah serangan H/P yang meluas
• Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman sangat membantu
mencegah terjadinya erosi
24

• Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan


sebagai pupuk hijau, contoh; jagung muda, padi gogo, kedelai,
kacang tanah, dll.
3. Tanaman Sisipan (Relay Cropping)
Pola tanam yang dilakukan dengan menyisipkan satu atau beberapa
jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanaman yang
bersamaan atau waktu yang berbeda). Pada umumnya tipe ini
dikembangkan untuk mengintensifikasi lahan. Dengan demikian
kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan semakin
tergali, oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli
menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai
ekonominya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
4. Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
Penanaman yang terdiri dari beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur
jarak tanam maupun tugalnya. Penanaman ini dapat memberikan lahan
yang efisien, tetapi rawan terhadap ancaman OPT. Contoh; jagung,
kedelai, ubi kayu, dll
5. Tanaman Bergiliran (Sequential Planting)
Penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara
bergiliran. Setelah tanaman yang satu dipanen kemudian baru ditanam
tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.
5.3 Perbedaan Tumpang Sari dan Monokultur
5.3.1 Tumpang Sari
1. Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan
maupun penyerapan sinar matahari).
2. Populasi tanaman (berbeda) dapat diatur sesuai yang dikehendaki.
3. Dalam satu areal diproduksi lebih dari satu komoditas.
4. Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal.
5. Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan H/P serta mempertahankan
kelestarian Sumber Daya Lahan dalam hal kesuburan tanah.
25

5.3.2 Monokultur
1. Tidak terjadi peningkatan efisiensi
2. Tidak dapat mengatur populasi, karena hanya satu jenis.
3. Hanya memproduksi satu komoditas.
4. Tidak ada peluang bila satu jenis tanaman yang diusahakan gagal.
5. Tidak dapat menciptakan stabilitas biologis dan tidak dapat
mempertahankan kesuburan tanah.
26

DAFTAR PUSTAKA
Ananto, E. E., Ahmad, D. R., & Alihamsyah, T. (1997). Alat Tanam Padi Tebar
Langsung Tipe Drum. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa
Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arafat, F. A. (2015). Pengoprasian Grain Seeder. Laporan Praktikum Alat Dan
Mesin Pertanian. Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Gayatri, G. K. (2012). Peralatan Pertanian Padi Tradisional Di Kabupaten
Magetan (Kajian Semantik). Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni Universitas NegeriYogyakarta.
Haryadi. (1986). Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Hatta, M. (2011). Pengaruh Tipe Jarak Tanam Terhadap Anakan, Komponen Hasil,
dan Hasil Dua Varietas Padi Pada Metode Sri. Journal Floratek, 6(2), 104-
113.
Iskandar, M., Syafriandi, & Mustawimah. (2017). Desain dan Pengujian Alat
Tanam Benih Jagung . Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 2(1),
314-319.
Kebudayaan, K. P. (2013). Dasar-dasar Budidaya Tanaman. Buku Sekolah
Elektronik.
Masdar. (2005). Interaksi Jarak Tanam dan Jumlah Bibit per Titik Tanam pada
Sistem Intensifikasi Padi Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman. Akta
Agrosia Edisi Khusus, 1(1), 92-98.
Probowati, R. A., Guritno, B., & SUmarni, T. (2014). Pengaruh Tanaman Penutup
Tanah dan Jarak Tanam pada Gulma dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays
L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(8), 640-647.
Rachmawati, A. (2013). Pengenalan Alat Penanaman. Laporan Praktikum
Mekanisasi Pertanian. Laboratorium Hama Dan Penyakit Tanaman.
Lampung: Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Romi, N. G. (2015). Tanah Sebagai Media Tumbuh. Badung: Fakultas Peternakan
Universitas Udayana.
Rukmana. (2005). Bertanam Kubis. Kanisius: Yogayakarta.
27

Setiawan, E. (2009). Pemanfaatan Data Cuaca Untuk Pendugaan Produktivitas


(Studi Kasus Tanaman Cabe Jamu di Madura). Jurnal Agrivor, 2(1), 1-7.
Sohel, M. A., Siddique, M. A., Asaduzzaman, M., Alam, M. N., & Karim, M. M.
(2009). Varietal Perfomance of Transplant Aman Rice Under Different Hill
Densities. Banglades Journal Agricultural Research, 34(1), 33-39.
Surmaini, E., & Syahbuddin, H. (2016). Kriteria Awal Musim Tanam: Tinjauan
Prediksi Waktu Tanam Padi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 35(2),
47-56.
Syahputra, N., Mawardati, & Suryadi. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Petani Memilih Pola Tanam Pada Tanaman perkebunan di Desa Paya Palas
Kecamatan Ranto Peureulak Kabupaten Aceh Timur. Jurnal AGRIFO, 2(1),
41-50.
Syarif, D. S. (2018). Faktor Pendukung Penerapan Pola Tanam Petani Pemakai
Air di GP3A Paraekatte Daerah Irigasi Kampili Kabupaten Gowa.
Makassar: Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Vera, D. Y., Turmudi, E., & Suprijono, E. (2020). Pengaruh Jarak Tanam dan
Frekuensi Penyiangan Terhadap Pertumbuhan, Hasil Kacang Tanah, dan
Populasi Gulma. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 22(1), 16-22.
Walyadi, T. (2019). Implementasi Algoritma C4.5 Untuk Menentukan Musim
Tanam Cabai Merah di Daerah Magelang. Magelang: Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Winarto, W. (2004). Sambiloto Budaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai