RINGKASAN
Skripsisebagaisalahsatusyarat
untukmemperolehgelarSarjanaPertanian
padaFakultasPertanianInstitutPertanian Bogor
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Tanggal lulus :
ii
RIWAYAT HIDUP
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Penelitian ini dilakukan karena penulis mengamati bahan komoditi kelapa sawit
saatini berkembang dengan pesat. Salah satu yang menentukan keberhasilan
produksi kelapas awit adalah tersedianya bibit kelapasawit yang memenuhi
standar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepadaDr. Ir. Sudradjat, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.Tak lupa penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ayahanda Alm. Amir Sjarifuddin dan Ibunda Ratih Kirana Adityawati,
Kakanda Debbie Miratinalova dan Denny Mangkubumi serta keluarga
besar penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, dan dorongan yang tiada
henti kepada penulis.
2. Dr. Ir. Nurul Khumaida, Msi selaku dosen pembimbing akademik yang
telah mendukung dan mengarahkan selama penulis menjalani studi.
3. Eka Tjipta Foundation atas beasiswa yang diberikan kepada peneliti.
4. Kapal Tujuh (Keluarga Pelajar Alumni Angkatan 70 SMPN 2 Bandung
atas pemberian beasiswa dan dukungan baik moril maupun materil.
5. Rekan S2 Tim Riset Kelapa Sawit Cikabayan yang telah bekerjasama dan
membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.
6. Keluarga kecil (Yelli, Cucun, Lisna, Agridan Mas Teguh) yang senantiasa
menemani penulis selama studi di Kampus IPB, dan teman-teman
seperjuangan Indigenous 45.
Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,
Agustus 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vi
vii
viii
PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan Percobaan ...............................................................................
Hipotesis.............................................................................................
1
1
1
2
4
4
5
6
6
7
8
9
10
11
11
11
11
13
16
24
24
29
29
29
30
LAMPIRAN ................................................................................................
33
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
10
12
18
19
20
21
22
24
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
18
19
23
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
34
34
35
35
36
37
38
39
39
39
40
12. Serangan Hama pada Bibit Kelapa Sawit Selama Penelitian ........
40
40
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi perkebunan merupakan salah satu komoditi yang berpotensi dan
memberikan prospek baik ke depan sebagai sumber pendapatan devisa negara.
Pengembangan tanaman perkebunan akan memberikan nilai positif dalam hal
peningkatan
perekonomian
negara.
Hasil
penelitian
Purwantoro
(2008)
sawit
merupakan
salah
satu
komoditi
perkebunan
yang
periode tahun 1980 adalah 294560 ha, tahun 1990 seluas 1.1 juta ha, tahun
2000
seluas 4.1 juta ha, dan tahun 2010 telah mencapai 7.8 juta ha (Ditjenbun, 2010).
Peningkatan produksi kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara perluasan
areal dan intensifikasi. Salah satu tindakan intensifikasi yang penting pada kelapa
sawit adalah pemupukan khususnya di pembibitan. Ketersediaan bibit siap salur
yang baik sangat penting karena kelapa sawitditanam dalam jangka waktu panjang
(umur produksi sampai dengan 30 tahun). Salah satu cara mendapatkan bibit salur
yang baik adalah dengan pemupukan. Pemberian pupuk yang baik akan
memenuhi kecukupan hara makro N, P, dan K pada bibit kelapa sawit.
Pemupukan yang dilakukan di pembibitan utama umumnya menggunakan
pupuk majemuk. Masalah yang dialami oleh kebanyakan para petani adalah
sulitnya dalam memenuhi pupuk majemuk. Masalah ini disebabkan karena harga
pupuk majemuk di pasaran lebih mahal daripada pupuk tunggal. Menurut
Khaswarina (2001) apabila terdapat kendala dari segi ekonomi dalam penyediaan
pupuk majemuk, maka dapat dilakukan kombinasi pupuk tunggal di pembibitan
utama. Hal ini karena pupuk tunggal juga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan, perkembangan, dan produksi kelapa sawit. Sehingga, penggunaan
pupuk tunggal merupakan alternatif karena mempunyai kandungan unsur hara
yang setara.
Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara makro utama seperti N, P,
dan K. Ketiga unsur tersebut memiliki peran penting terhadappertumbuhan bibit
kelapa sawit, sehingga untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit yang baik di
lapangan perlu mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman
kelapa sawit dan kebutuhan pupuk khususnya di pembibitan utama.
Tujuan Percobaan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk P dan K terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit.
2. Mengetahui dosis kombinasi optimum pupuk P dan K pada pembibitan
utama.
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
yangdikumpulkan
olehtanamanselamatahapan
Persyaratan Tumbuh
Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
beberapa aspek yaitu aspek lingkungan (iklim dan tanah), aspek genetis (jenisdan
varietas), dan aspek teknis agronomis (eksternal dan internal). Lingkungan
tumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tanaman kelapa sawit terhadap
pertumbuhan dan produksi Tandan Buah Segar (TBS). Kelapa sawit termasuk
tanaman famili Araceae yang cocok hidup di daerah tropis basah di sekitar 120
LU 120 LS dengan ketinggian tempat 0 500 m dari atas permukaan laut. Curah
hujan yang ideal bagi kelapa sawit adalahantara 2 000 2500 mm per tahun dan
tersebar merata sepanjangtahun. Curah hujan berguna untuk meminimalkan
penguapan dari tanah dan tanaman serta menjamin ketersediaan air bagi tanaman.
Cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman yang
dibutuhkan untuk pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran matahari
minimal 1 600 jam per tahun atau berkisar 5 7 jam/hari, sedangkan suhu
optimal berkisar 240 280 C. Selain itu, kelembaban dan angin berperan penting
dalam menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Fungsi kelembaban adalah
membantu mengurangi penguapan, sedangkan angin dibutuhkan dalam proses
penyerbukan alami (Lubis, 1992).
Tanah merupakan faktor penting yang sangat menentukan kelangsungan
hidup tanaman selama pertumbuhan dan perkembangannya. Selain tanaman
memperoleh unsur hara dari udara (C, H, O),tanaman juga membutuhkan unsurunsur yang berasal dari dalam tanah seperti air dan mineral untuk proses fisiologis
tanaman. Kiswantoet al. (2008) menyebutkan beberapa jenis tanah yang dapat
ditanami kelapa sawit antara lain Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK),
dan Alluvial atau Regosol.Solum tebal tanah yang ideal adalah 80 cm. Derajat
kemasaman (pH) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam
tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada kondisi pH tanah berkisar 4 6.5 dan
optimal pada pH 5 5.5 (Lubis, 1992).
Pembibitan
Pembibitan adalah salah satu tahapan penting dalam teknik budidaya
tanaman kelapa sawit. Pahan (2008) menyatakan bahwa pembibitan yang baik
dilakukan setahun sebelum penanaman di lapang.Pembibitan dimulai dari
pengecambahan benih kelapa sawit sampai menjadi bibit tanaman yang siap untuk
dipindahkan ke lapang. Tujuan akhir dari pembibitan ini adalah memperoleh bibit
dengan kondisi pertumbuhan yang baik.
Sunarko (2009) menyatakan terdapat dua teknik dalam pembibitan
tanaman kelapa sawit yaitu cara langsung (double stage) dan cara tidak langsung
(single stage). Teknik pembibitan secara langsung dilakukan dengan menanam
kecambah pada polybag dengan ukuran besar seperti pembibitan pada umumnya,
sedangkan
teknik
secara
tidak
langsung
terdiri
dari
dua
tahapyaitu
tahappembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan, dan pembibitan utama (main
nursery) selama 9 bulan. Pembibitan dua tahapini meliputi pemindahan
(transplanting) bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama, apabila
pemindahan tidak dilakukan dengan tepatakan menyebabkan shockatau kejut
tanaman pada waktu pemindahan. Pemisahan bibit yang abnormal harus
dilakukan ketika pemindahan bibit.
Menurut Mutertet al. (1999) penggunaan teknik pembibitan tidak
langsunglebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik pembibitan langsung,
hal ini karena teknik secara tidak langsung memiliki keunggulan yaitu dapat
menekan biaya pengawasan, pemeliharaan, pemupukan,dan pengendalianterhadap
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih murah. Selain itu, penggunaan
tanah dan polybag dapat dikurangi, serta dapat menekan jumlah kematian bibit.
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dari tahapan teknik budidaya
yang sangat penting dalam pemeliharaan semua jenis tanaman budidaya.
Pengertian pemupukan menurut Hardjowigeno (2007) adalah penambahan zat
hara tanaman ke dalam tanah. Mangoensoekarjo (2007) menambahkan bahwa
aplikasi pupuk adalah salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan. Sasaran
akhir dari pemupukan ini untuk meningkatkan produktivitassuatu tanaman.
Pemupukan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit harus menjamin agar
pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga memberikan produksi
dalam jumlah yang tinggi.
Pemupukan memegang peranan penting dalam penyediaan bahan
makanan atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur hara tanaman yang dibutuhkan oleh tanaman dibedakan
menjadi dua berdasarkan fungsinya yaitu hara esensial dan non-esensial. Hara
esensial merupakan hara yang terlibat langsung dalam proses metabolisme,
sedangkan hara non-esensial adalah hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlahtertentu. Suatu unsur dinyatakan esensial apabila tanaman gagal tumbuh
dan tidak dapat melengkapi daur hidupnya karena tidak memenuhi unsur tersebut.
Terdapat 16 unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman(Gardner et al.,
1991).
Hara esensial dibagi menjadi dua tipe yaitu hara makro dan hara mikro,
keduanya dibedakan berdasarkan banyak sedikitnya jumlah yang dibutuhkan oleh
tanaman. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang besar, sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Hara
makro meliputikarbon (C), hidrogen(H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor(P),
kalium(K), magnesium (Mg), kalsium(Ca),dan sulfur(S). Tiga unsur hara yang
paling utama dari unsur makro tersebut adalah N, P, dan K.
sehingga berdampak pada laju pertumbuhan kelapa sawit. Selain itu, gejala lain
yang dapat dilihat adalah daun berwarna hijau pucat kekuningan (Firmansyah,
2006).
Unsur N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, namun
demikian N dalam tanah harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Unsur N yang
berlebih akan memberikan dampak yang buruk bagi tanaman kelapa sawit yaitu
menyebabkandaun menjadi lemah, tanaman menjadi rentan terhadap hama dan
penyakit, kekahatan boron, white stripe, dan berkurangnya buah.
struktural
bahan
pembentuk
RibonucleicAcid(RNA)
dan
tanaman kelapa sawit tidak mudah terlihat. Tetapi ada beberapa gejala yang dapat
dilihat yaitu batang tanaman yang mengkerucut, kerdil, dan pelepah daun yang
pendek (Rankine dan Fairhurst, 1999).
Kelebihan P mengakibatkan dampak negatif pada kelangsungan hidup
tanaman. Pupuk P yang berlebih akan mengakibatkan level kandungan P pada
akar-akar kelapa sawit menjadi tinggi, sehingga terjadi depresi terhadap
pertumbuhan tanaman dan memperlambat penyerapan dan translokasi hara mikro
seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan besi (Fe) (Goh danHardter, 2003).
10
Tinggi Tanaman
(cm)
8.4
17.7
27.8
33.0
40.0
57.6
75.9
87.9
102.5
104.2
142.2
159.6
Jumlah Daun
(helai)
2.0
3.0
4.0
6.5
8.5
11.1
13.3
15.2
17.1
18.8
20.4
22.5
Diameter Batang
(cm)
0.4
0.5
0.9
1.3
1.6
2.2
4.1
5.5
6.1
7.6
7.6
8.0
11
IPB
Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di
atas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, mulai bulan
November 2011 hinggabulan Mei 2012.
MetodePercobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam lingkungan
RancanganKelompok Lengkap Teracak(RKLT) yang terdiri dari dua faktor.
Faktor pertama adalah perlakuan P yang terdiri dari empat taraf yaitu: 0,3.00,6.00,
dan 12.00 g P/tanaman. Faktor kedua adalah perlakuan K yang terdiri dari empat
taraf yaitu:0,9.00,18.00, dan 36.00 g K/tanaman. Total kombinasi perlakuan
adalah 4 x 4 = 16 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan diulang tigakalisehingga
terdapat 48 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri dari lima tanaman.
Dengan demikian,total tanaman sebanyak240 tanaman.Pemupukan perlakuan P
12
dan K serta pemupukan rekomendasi N dilakukan dengan dosis dan waktu seperti
yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Pupuk Perlakuan P, K, dan Pupuk Rekomendasi N
Jenis Pupuk (g/tanaman)
Umur
MST
P
P0
0
0
0
0
0
0
0
4
8
12
16
20
24
Total
P1
0.25
0.30
0.35
0.50
0.80
0.80
3.00
P2
0.50
0.60
0.70
1.00
1.60
1.60
6.00
P3
1.00
1.20
1.40
2.00
3.20
3.20
12.00
K0
0
0
0
0
0
0
0
K1
0.75
0.75
1.00
1.50
2.50
2.50
9.00
K
K2
1.50
1.50
2.00
3.00
5.00
5.00
18.00
N
K3
3.00
3.00
4.00
6.00
10.00
10.00
36.00
3.00
3.00
4.28
5.00
5.71
5.71
26.70
= Nilai rata-rata.
13
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Lahan dan Media Tanam
Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan gulma pada lahan untuk
menempatkan bibit.Media tanam yang digunakan untuk mengisi polybag adalah
campuran tanah lapisan top soiljenis Latosol dan kompos pupuk kandangdengan
perbandingan 7:1. Polybag yang telah disiapkan diisi dengan campuran tanah
sebanyak 20 kg. Sebelum penanaman bibitpolybag yang sudah diisi tanah disiram
agar kelembaban tanah tetap terjaga.
Pemindahan (Transplanting)Bibit
Pemindahan bibit dilakukan dengan hati-hati, hal ini agar akar bibit yang
masih baru tidak rusak atau putus. Selanjutnya,polybag tersebut diletakkan di
lahan dan disusun sesuai dengan pengacakan (Lampiran13). Pengaturan jarak
tanam menggunakan jarak tanam segitiga sama sisi 90 cm x 90 cm x 90 cm,
sehingga luasan lahan yang digunakan untuk 240 tanaman sebesar 168 m2.
Aplikasi Pemupukan
Aplikasi pupuk perlakuan P dan K serta pupuk rekomendasi N dilakukan
satu bulan sekali selama enam bulan.Kombinasi pupuk Sp-36 dan KCl diberikan
sesuai perlakuan, sedangkan pupuk N diberikan satu minggu setelah aplikasi
pupuk perlakuan untuk semua tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dibenamkan di sekitar bibit, dan pemberian pupuk tidak mengenai pokok
tanaman.
Pemeliharaan
Penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan di dalam dan di luar polybag
secara manual yaitu dengan mencabut gulma dengan tangan.Interval penyiangan
tergantung pada pertumbuhan gulma tersebut. Saat penyiangan sekaligus
dilakukan penggemburan tanahuntuk menghindari pemadatan tanah yang dapat
menganggu pertumbuhan akar tanaman.
14
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman dari setiap satuan percobaan.
Peubah-peubah yang diamati adalah :
1. Tinggi bibit (cm)
Tinggi bibitdiukurmulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi
dari tanaman dengan menggunakan meteran kayu.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka
sempurna pada semua tanaman.
3. Diameter batang (cm)
Diameter
batang
diukur
dari
atas
bonggol
batang.
15
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan pada saat sebelum penelitian. Tanah diambil dari
dalam polybag secara komposit dari beberapa polybag untuk mewakili
keseluruhan polybag di lokasi lahan penelitian. Analisis tanah bertujuan untuk
mengetahui sifat kimia dan sifat fisik tanah yang digunakan dalam penelitian.
Analisis Pupuk
Pupuk yang dianalisis adalah pupuk perlakuan yaitu SP-36 dan KCl serta
pupuk rekomendasi Urea. Analisis pupuk ini bertujuan untuk mengukur
kandungan hara N, P dan K pada pupuk yang digunakan. Selain itu, untuk
menghindari pupuk palsu yang dijual di pasaran (Lampiran 4).
16
Hasil
Kondisi Umum Penelitian
Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke
dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa
tanah yang digunakan sebagai media tanam polybag memiliki kandungan Corganik, N-total, dan unsur P-tersedia yang tergolong sedang,sedangkan
ketersediaan K dalam kondisi yang sangat tinggi. Derajat kemasaman (pH) pada
tanah penelitian sebesar 5.6 dan tergolong agak masam.Analisis sifat fisik tanah
menunjukkan kandungan pasir 8.16 %, debu 20.6 %, dan liat 71.23 %
(Lampiran1). Lubis (1992) menyebutkan bahwa kisaran pH tanah yang optimum
untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 5 5.5. Dengan demikian, pH
tanahpada penelitian mendekati pH optimum pada pertumbuhan kelapa sawit.
Penilaian status hara tersebut didasarkan pada kriteria penilaian status hara dari
Puslitan tahun 1983. Kriteria penilaian status hara dapat dilihat pada Lampiran2.
Data sekunder yang diperoleh dari BMKG (2012) menunjukkan bahwa
kondisi suhu udara rata-rata selama penelitian antara 25.1 - 26.20C, rentang suhu
tersebut merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit. Curah hujan
pada saat penelitian berkisar 272 548 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Februari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Maret.Hari hujan selama 6 bulan berkisar 21 28 hari dengan rata-rata 25
hari/bulan.Lama penyinaran selama penelitian berkisar 28 61 % dan intensitas
penyinaran matahari 224 457.7 cal/cm2. Data iklim selama penelitian disajikan
pada Lampiran3.
Selama penelitian berlangsung ditemukan beberapa hama yang menyerang
tanaman antara lain belalang (Valanga nigricornisBurm.), ulat api(Setora
nitensWalk.),dan kutu daun Aphids. Serangan V. nigricornisterjadi saattanaman
berumur 8 - 12 MST.Serangan mengakibatkan adanya bekas gigitan yang tidak
merata pada daun (Lampiran12 a). Tingat serangan yang terjadi masih rendah,
sehingga tidak semua tanaman mengalami kerusakan daun. AsalV.nigricornisyang
17
menyerang pada tanaman penelitian diduga berasal dari lahan sekitar pembibitan
yang bergulma.
Serangan hama lain yang terjadi pada tanaman saat penelitian adalah
hamaS. nitens. Serangan ini terjadi padasaat tanaman berumur 16 MST, tetapi
S.nitensyang ditemukan masih dalam bentuk kokon atau larva dengan tingkat
serangan yang masih rendah. LarvaS. nitens banyak menempel pada bagian
belakang daun (Lampiran12 b).
Kutu daun Aphids ditemukan saat awal pertumbuhan (0 MST). Kutu daun
Aphidsmenempel pada bagian helaian daun, pucuk, dan leher akar (Lampiran12c).
Selain ditemukan kutudaun Aphids, ditemukan juga semutdalam jumlah yang
cukup banyak. Hal ini dijelaskan oleh Lubis (1992) bahwa akar muda tanaman
yang diserang oleh hama kutu daun Aphids akan bersimbiosis dengan semut.
Tindakan pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan melakukan
penyemprotan pestisida. Bahan aktif yang digunakan pada insektisida adalah
deltamethrin, sedangkan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb80 %.
Setelah aplikasi penyemprotan tingkat serangan hama pada pembibitan
dapatteratasi.
18
100
90
74.38 4.0
80
87.62 4.6
70
50.35 3.4
60
50
40
39.26 3.0
30
20
61.39 3.1
34.3 2.6
30.52 2.4
10
0
0
12
16
Umur (MST)
20
24
Jumlah Daun
(helai)
4.2 0.2
6.2 0.3
7.6 0.4
9.3 0.3
11.2 0.4
12.7 0.5
13.7 0.4
19
4.5
3.82 0.30
4.06 0.20
3.5
3
2.5
2
1.5
1.77 0.10
1.58 0.20
1
0.5
2.68 0.20
1.26 0.10
1.03 0.08
0
0
12
16
20
24
Umur (MST)
20
Jenis Pupuk
P
K
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
PxK
Koefisien Keragaman
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
7.15
6.61
7.34
6.61
6.13
6.00
5.55
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
6.74
5.05
5.26
3.48
3.14
3.90
3.21
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
9.16
10.63
11.94
7.13
**
tn
6.16
5.88
6.02
tn
tn
7.41
5.35
Keterangan : * =nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%, tn =tidak nyata
21
0
3
6
12
30.74
30.53
30.77
30.03
33.80
34.77
35.03
33.62
0
3
6
12
4.3
4.1
4.2
4.2
6.2
6.1
6.1
6.1
0
3
6
12
1.06
1.04
1.01
0.99
1.29
1.31
1.22
1.21
0
3
6
12
Umur (MST)
8
12
16
20
Tinggi Tanaman (cm)
38.72
50.33
60.85
73.75
39.11
51.00
61.48
74.80
39.83
49.92
61.73
74.27
39.37
50.13
61.50
74.72
Jumlah Daun (helai)
7.6
9.3
11.3
12.8
7.7
9.3
11.0
12.5
7.6
9.3
11.3
12.8
7.6
9.5
11.2
12.9
Diameter Batang (cm)
1.63
1.79
2.57
3.68
1.52
1.74
2.73
3.80
1.57
1.76
2.72
3.88
1.61
1.79
2.70
3.81
Jumlah Klorofil Daun (mg/cm2)
0.0352
0.0347
0.0360
0.0363
24
86.04
88.05
87.92
88.46
13.9
13.7
13.6
13.6
4.03
4.07
3.99
4.18
0.0407
0.0403
0.0409
0.0414
22
Dosis Pupuk
(g/tanaman)
Umur (MST)
0
8
12
Tinggi Tanaman (cm)
33.45
38.87
49.28
33.58
37.51
49.35
35.52
40.10
51.27
34.67
40.55
51.49
29.79
0
30.63
9
31.25
18
30.40
36
Helai Daun (helai)
4.2
0
6.2
7.5
9.3
4.3
9
6.1
7.4
9.2
4.1
18
6.1
7.8
9.4
4.1
36
6.1
7.6
9.5
Diameter Batang (cm)
1.03
0
1.26
1.58
1.77
1.02
9
1.23
1.50
1.73
1.06
18
1.28
1.61
1.78
0.10
36
1.25
1.62
1.78
Jumlah Klorofil Daun (mg/cm2)
0
9
18
36
-
16
20
24
60.53
60.14
62.42
62.46
73.31
73.91
75.12
75.11
85.86
86.79
88.61
89.13
11.3
11.0
11.3
11.2
12.6
12.7
12.8
12.8
13.6
13.6
13.8
13.8
2.56
2.63
2.79
2.75
3.65
3.89
3.87
3.87
3.94
4.25
4.01
4.06
0.0352
0.0347
0.0360
0.0363
0.0407
0.0403
0.0409
0.0414
23
4.16
Diameter Batang (cm)
4.14
4.12
4.10
4.08
4.06
4.04
4.02
4.00
3.98
0.00
2.50
5.00
7.50
Dosis K (g)
10.00
12.50
Gambar 3. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit terhadap Dosis Pupuk K pada
Umur 24MST
Kombinasi P dan K
Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa interaksi P dan K tidak
berbeda nyata pada semua peubah yang diamati kecuali peubah diameter batang
pada umur16 MST dan berbeda sangat nyata pada 20 MST.
Hasil uji
Optimasi Pemupukan
Respon diameter batang tanaman terhadap pemupukan menghasilkan
beberapa persamaan baik respon terhadap pupuk tunggal K maupun terhadap
kombinasi kedua pupuk P dan K. Berdasarkan hasil persamaan-persamaan
tersebut dapat ditentukan dosis optimum bagi masing-masing pupuk.
Saat tanaman memasuki umur 16 MST, terdapat interaksi antara P dan K.
Dosis kombinasi optimum P dan K berdasarkan dari persamaan regresi berganda
yang diperolehadalah 0.64 g P/ tanaman dan 2.09 g K/tanaman. Tanaman pada
umur 20 MST juga diperoleh suatu hubungan interaksi dengandosis kombinasi
optimum 1.24 g P/ tanaman dan 5.43 g K/tanaman.Hasil persaman regresi
24
kuadratik yang berasal dari respon diameter batang terhadap K pada umur 24
MST diperoleh dosis optimum K sebesar 5.16 g K/tanaman (Tabel8).
Tabel8.Dosis Optimum P dan K berdasarkan Diameter Batang
BibitKelapa Sawit
Umur
(MST)
4
8
12
Persamaan
-
16
0.64
2.09
20
1.24
5.43
24
5.16
Pembahasan
Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman
selama enam bulan pengamatan menunjukkan pertumbuhan yang normal. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan di setiap bulannya. Bila diperhatikan
berdasarkan bentuk grafik, masing-masing peubah tersebut mengikuti bentuk pola
pertumbuhan sigmoid.
Menurut Harjadi (1996) pengertian pertumbuhan adalah penambahan
ukuran yang tidak dapat balik dan mencerminkan pertambahan protoplasma di
dalam sel. Pertumbuhan sel tersebut terdiridari 3 fase yaitu lag phase, exponential
phase, dan stationary phase. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa pada
permulaan pertumbuhan (lag phase) terjadi pertambahan ukuran sel yang kecil,
setelah itu disusul dengan pertambahan pertumbuhan yang cepat sekali selama
waktu tertentu (exponential phase), kemudian kecepatannya berkurang dan
cenderung stabil (stationary phase), lalu pertumbuhan menjadi terhenti.
Pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang di awal pertumbuhan cenderung
lambat, lalu meningkat tajam pada bulan-bulan berikutnya. Selain itu, terdapat
titik tertentu dimana pertumbuhan menurun dan dapat ditunjukkan pada
pertumbuhan diameter batang saat umur 24 MST.
25
26
27
28
menjadi acuan untuk penentuan dosis optimum selanjutnya. Bila dosis optimum
ditentukan pada kondisi media tanam tanpa penambahan pupuk organik, maka
dosis optimum yang diperoleh akan lebih besar daripada dosis optimum yang
diperoleh pada penelitian ini.
Secara umum penambahan pupuk organik yang diberikan pada penelitian
ini memberikan pengaruh dominan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
selama penelitian. Fungsi pupuk organik dijelaskan oleh Sugiyanta et al. (2008)
bahwa fungsi pupuk organik adalah sebagai kunci mekanistik untuk suplai unsur
hara. Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan membantu dalam
menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sepanjang
siklus hidupnya.
29
Kesimpulan
Pemberian pupuk P dan K meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, dan jumlah klorofil daun. Pupuk P tidak
menunjukkan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang
dan jumlah klorofil. Pupuk K hanya memberikan pengaruh terhadap diameter
batang tanaman secara kuadratik pada umur 24 MST. Terdapat pengaruh interaksi
P dan K terhadap diameter batang pada umur 16 MST dan 20 MST. Kombinasi
dosis optimum P dan K pada umur 16 MST sebesar 0.64 g P/tanaman dan 2.09 g
K/tanaman. Kombinasi dosis optimum P dan K pada umur 20 MST sebesar 1.24 g
P/tanaman dan 5.43 g K/tanaman. Dosis optimum pupuk tunggal K untuk 24 MST
sebesar 5.16 g K/tanaman.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemupukan dengan
melakukan analisis akhir tanah dan analisis jaringan organ-organ tanaman
meliputi daun, batang, dan akar. Sehingga, dapat diketahui perbedaan antara
kandungan unsur hara sebelum dan sesudah aplikasi pemupukan.
2. Perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan akar tanpa membongkar tanaman
dengan menggunakan fitotron.
30
DAFTAR PUSTAKA
Alviana, V.F. dan A.D. Susila. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya
cabai (Capsicum annum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa
polyethylene. J. Agron Indonesia 37(1):28-33.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Iklim Bulanan,
Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2011-2012.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi
Darmaga Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman.
http://www.bps.go.id. [Diunduh 10 Oktober 2011].
Corley, R.H.V. and B.S. Gray. 1976. Growth and morphology, p.12-14. InR.H.V.
Corley, J.J Hardon, and B.J. Wood (Eds.). Development in Crop Science
(1) Oil Palm Research. Elfisher Scientific Publishing Company.
Amsterdam.
Dibb, D.W. 1998. Functions of Potassium in Plants. Better Crops 82(3):4-5.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan
Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.http://ditjenbun.deptan.go.id.
[Diunduh 6 Januari 2012].
Farhana, M.A, M.R Yusop, M.H. Harun, and A.K. Din. 2007. Performance of
TeneraPopulation for The Chlorophyll Contents and Yield Component.
Proceedings of The PIPOC 2007International Palm Oil Congress
(Agriculture, Biotechnology & Sustainability). Malaysia Palm Oil Board.
Malaysia. Vol.2:701-705.
Firmansyah, M.A. 2006. Rekomendasi Pemupukan Umum Karet, Kelapa Sawit,
Kopi dan Kakao. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Tengah. Palangkaraya. 11 hal.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Jakarta. UI Press. 428 hal.
Goh,
of
Oil
Palm.
31
Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Longman. London
& New York. 806 p.
Ispandi, A., dan A. Munip. 2004. Efektivitas pupuk PK dan frekuensi pemberian
pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di
lahan alfisol. Ilmu Pertanian 11(2):11-24.
Kasno, A. 2009. Pupuk Organik dan Pengelolaannya. http:/balittanah.litbang.deptan.go.id. [Diunduh 7 Oktober 2011].
Khaswarina, S. 2001. Keragaan bibit kelapa sawit terhadap pemberian berbagai
kombinasi pupuk di pembibitan utama. Jurnal Natur Indonesia III(2):138150.
Kiswanto, J. H.Purwanta., dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Bandar Lampung. 21hal.
Konica Minolta. 1989. Chlorophyll Meter SPAD-502 Manual Book. Japan :
Konica Minolta.
Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 252hal.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. 435hal.
Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 407 hal.
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dn MINITAB. IPB Press. Bogor. 276hal.
Mite, F., M. Carrillo , and J. Espinosa. 1999. Fertilizer use efficiency in oil palm
is increased under irrigation in ecuador. Better Crops International 13(1):
31-32.
Mutert, E., A.S. Esquvez, A.O. Santos, and E.O. Cervantes. 1999. The oil palm
nursery: foundation for high production. Better Crops International13(1):
39-44.
Pahan, I .2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.410
hal.
Palm Oil Green Development Campaign. 2010. Manfaat minyak sawit bagi
perekonomian indonesia. http://www.worldgrowth.org. [Diunduh 5 Maret
2012].
32
Purwantoro, R.N. 2008. Sekilas pandang industri sawit. Usahawan LMFEUI 04:
1-18.
Rankine, I. and T.H. Fairhurst. 1999. Management of phosphorus,potassium and
magnesium inmature oil palm. Better Crops International 13(1):10-15.
Safuan, L.O., R. Poerwanto., A.D. Susila, dan Sobir. 2011. Rekomendasi
pemupukan kalium untuk tanaman nenas berdasarkan status hara tanah.
J. AgronIndonesia 39(1):56-61.
Soepartini, M. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai penduga
kebutuhan pupuk padi sawah di pulau lombok. Pemberitaan Penelitian
Tanah dan Pupuk. Departemen Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat 12:23-35.
Sugiyanta, Fred, F.R. Rumawas, M.A. Chozin, W.Q. Mugnisyah, dan M.
Ghulamadi. 2008. Studi serapan hara N, P, K dan potensi hasil lima
varietas padi sawah (Oryza sativaL.) pada pemupukan anorganik dan
organik. Bul. Agron. 36(3):196-203.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Agro Media. Jakarta. 178hal.
Wachjar, A., Y. Setiadi, dan N. Yunike. 2002. Pengaruh inokulasi dua spesies
cendawan mikoriza arbuskula dan pemupukan fosfor terhadap
pertumbuhan dans serapan fosfor tajuk bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Bul. Agron. 30(39):69-74.
33
LAMPIRAN
34
Satuan
Nilai
Uji Tanah
5.60 Agak Masam
5.63
2.72 Sedang
0.24 Sedang
Metode/ Ekstraktan
pH meter
pH meter
Walkley & Black
Kjeldhal
(ppm)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(%)
25.00
4.42
1.97
1.29
1.51
0.00
17.92
51.46
Bray - I
1 N NH4OAc pH 7.0
2 N NH4OAc pH 7.0
3 N NH4OAc pH 7.0
4 N NH4OAc pH 7.0
5 N NH4OAc pH 7.0
6 N NH4OAc pH 7.0
(%)
(%)
(%)
8.16
20.60
71.23
(%)
(%)
Sedang
Rendah
Sedang
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sedang
tinggi
Pipet
Pipet
pipet
Keterangan : Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian IPB
Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah,
1983)
Sifat
Tanah
C- Organik (%)
N- Total (%)
C/N Ratio
P2O5 Bray 1 (ppm)
Ca (me/100 g )
Mg (me/100 g )
K (me/100 g )
Na (me/100 g )
Al (me/100 g )
KTK (me/100 g )
KB (me/100 g )
pH H20
Sangat
Rendah
<1.00
<0.10
<5
<10
<2
<0.4
<0.1
<0.1
<10
<5
<20
Sangat
Masam
<4.5 - 5.5
Rendah
Sedang
1.00 - 2.00
0.10 - 0.20
5.00-10.00
10 - 20
2-5
0.4 - 1.0
0.1 - 0.2
0.1 - 0.3
10 - 20
5 - 16
20 - 35
2.01 - 3.00
0.21 - 0.50
11.00 -5.0
21 - 40
6 - 10
1.1 - 2.0
0.3 - 0.5
0.4 - 0.7
21 - 30
17 - 24
36 - 50
Agak
Masam
5.6 - 6.5
Masam
4.5 - 5.5
Sangat
Tinggi
3.01 - 5.00 >5.00
0.51 - 0.75 >0.75
16 - 25
>25.00
46 - 60
>60.00
11 - 20
>20.00
2.1 - 8.0 >8.00
0.6 - 1.0 >1.00
0.8 - 1.0 >1.00
31 - 60
>60.00
25 - 40
>40.00
51 - 70
>70.00
Agak
Netral
Alkalis
6.6 - 7.5 7.6 - 8.5
Tinggi
35
Bulan
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Temperatur
Rata - rata
(oC)
26.2
26.1
25.1
25.6
26.2
26.2
Curah
Hujan
(mm)
457.7
344.6
272.0
548.9
136.0
389.5
Penyinaran Matahari
Lama
Intensitas
(%)
(Cal/Cm2)
56
457.7
44
344.6
28
224.0
57
318.3
55
310.3
61
296.0
Hari Hujan
(hari)
25.0
26.0
28.0
25.0
21.0
25.0
Jenis Pengujian
Urea
SP-36
KCl
N (%)
P (%)
K (%)
Hasil Pengujian
(No. Contoh)
A
B
C
45.95
36.00
59.97
-
Metode Pengujian
Kjeldahl
Spektrophotometri
AAS
Keterangan : Contoh pupuk dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik
36
4 MST
8 MST
12 MST
16 MST
20 MST
24 MST
Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
F- Hit
1.46
0.29
0.92
2.19
0.24
1.14
2.22
0.75
1.11
0.32
2.69
1.41
0.04
0.24
1.54
1.69
0.16
0.12
1.27
1.02
0.33
0.14
0.46
0.47
0.42
0.59
1.23
0.77
Pr>F
0.25 tn
0.83 tn
0.45 tn
0.05 *
0.79 tn
0.35 tn
0.11 tn
0.59 tn
0.34 tn
0.81 tn
0.06 tn
0.23 tn
0.96 tn
0.87 tn
0.22 tn
0.14 tn
0.85 tn
0.95 tn
0.30 tn
0.44 tn
0.72 tn
0.94 tn
0.71 tn
0.89 tn
0.66 tn
0.63 tn
0.32 tn
0.65 tn
% KK
7.15
6.61
7.34
6.61
6.13
6.00
5.55
37
4 MST
8 MST
12 MST
16 MST
20 MST
24 MST
Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
F- Hit
0.29
0.46
0.49
1.02
2.10
0.24
0.03
1.16
2.45
0.52
1.89
0.83
2.02
0.66
2.42
1.26
5.07
0.68
1.57
0.83
1.35
1.05
0.42
1.24
3.19
0.86
0.85
0.39
Pr> F
0.75 tn
0.71tn
0.69 tn
0.45 tn
0.14 tn
0.87 tn
0.99 tn
0.35 tn
0.10 tn
0.67 tn
0.15 tn
0.60 tn
0.15 tn
0.58 tn
0.09 tn
0.30 tn
0.01**
0.57 tn
0.22 tn
0.60 tn
0.28 tn
0.39 tn
0.74 tn
0.31 tn
0.06 tn
0.47 tn
0.48 tn
0.93 tn
% KK
6.74
5.05
5.26
3.48
3.14
3.90
3.21
Keterangan : KK= Koefisien Keragaman, * = sangat nyata pada taraf 1 %, tn =tidak nyata.
38
4 MST
8 MST
12 MST
16 MST
20 MST
24 MST
Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
F-Hit
1.96
1.24
0.76
0.90
0.27
1.60
0.27
1.07
2.43
0.73
0.55
1.67
2.33
0.45
0.57
1.57
16.16
2.84
4.62
2.75
11.45
2.41
3.94
3.11
0.17
1.83
3.31
Pr> F
0.16
tn
0.31
tn
0.53
tn
0.54
tn
0.77 tn
0.21 tn
0.84 tn
0.41 tn
0.11tn
0.54 tn
0.65 tn
0.14 tn
0.11 tn
0.72 tn
0.64 tn
0.17 tn
<0.0001 **
0.0682tn
0.0090 **
0.0200*
0.0002 **
0.0861tn
0.0200 *
0.0093**
0.85tn
0.16tn
0.03 *
PxK
0.73
0.68tn
% KK
9.16
10.63
11.94
7.13
6.16
5.88
6.02
Keterangan : KK= Koefisien Keragaman * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf
1 %, tn= tidak nyata
39
Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit
Umur
20
MST
24
MST
Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
F- Hit
0.88
0.62
0.11
0.87
1.24
0.37
0.30
1.20
Pr> F
0.42 tn
0.61 tn
0.95 tn
0.65 tn
0.30 tn
0.78 tn
0.82 tn
0.33 tn
% KK
7.41
5.35
F- Hit
0.04
5.38
4.50
Pr> F
0.8434 tn
0.0273 *
0.0422 *
% KK
6.02
Tinggi
(cm)
30.52 2.4
34.30 2.6
39.26 3.0
50.34 3.4
61.39 3.1
74.39 4.0
87.62 4.6
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
12.4
14.5
28.2
22.0
21.2
17.8
40
Diameter Batang
(cm)
1.03 0.08
1.26 0.10
1.58 0.20
1.77 0.10
2.68 0.20
3.82 0.30
4.06 0.20
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
22.3
25.4
12.0
51.4
42.5
6.30
(a) (b)
(c)
Keterangan : (a) Belalang (Valanga nigricornisBurm.), (b) Larva Hama Ulat Api (Setora
nitensWalk.), dan (c) Kutu Daun Aphids
U
P2K0
P1K2
P0K0
P3K2
P0K3
P1K1
P2k2
P1K0
P0K1
P2K2
P2K0
P1K2
P2K3
P0K2
P1K0
P3K3
P3K0
P2K3
P3K0
P0K3
P2K1
P1K3
P3K1
P0K2
P3K1
P0K0
P3K1
P2K2
P3K3
P2K0
P3K3
P3K2
P1K0
P0K0
P0K1
P0K3
P2K1
P1K3
P2K3
P2K1
P1K1
P1K2
P1K1
P0K1
P0K2
P3K0
P1K3
P3K2