Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K

TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN


A24080051

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN

NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN. Pengaruh Pemupukan P dan K terhadap


Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Pembibitan Utama (Dibimbing oleh SUDRADJAT).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang berkontribusi sebagai penerima devisa negara. Produksi kelapa
sawit dipengaruhi oleh perluasan lahan dan intensifikasi salah satunya adalah
pemupukan pada pembibitan utama dan pemeliharaan di lapang. Unsur hara
makro seperti N, P, dan K dibutuhkan oleh kelapa sawit dalam jumlah yang besar.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2011 hingga Mei 2012 di
Kebun Percobaan Cikatas, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk P dan K terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit dan menentukan dosis optimum P dan K di pembibitan utama.
Penelitian menggunakan rancangan faktorial dalam lingkungan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
pupuk P dengan empat taraf yaitu: 0, 3.00, 6.00, dan 12.00 g P/tanaman. Faktor
kedua adalah perlakuan K yang terdiri dari empat taraf yaitu: 0, 9.00, 18.00, dan
36.00 g K/tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah klorofil daun. Pemupukan P
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua peubah tanaman.
Pemupukan K hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang
secara kuadratik pada umur 24 MST. Pemupukan P dan K menunjukkan interaksi
terhadap diameter batang pada 16 dan 20 MST.
Persamaan regresi kuadratik Ky = - 0.0054x2 + 0.0557x + 3.9973 yang
diperoleh dapat menentukan dosis optimum K untuk 24 MST sebesar
5.16 g K/tanaman. Persamaan regresi berganda PKy = 2.37 + 0.860 P + 0.138 K
0.0886 PK 0.603 P2 0.0118 K2 dan PKy = 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525
PK 0.284 P2 0.00511 K2 yang diperoleh dari interaksi P dan K terhadap
diameter batang pada 16 dan 20 MST dapat ditentukan dosis kombinasi optimum

P dan K. Dosis kombinasi optimum P dan K pada 16 MST sebesar 0.64 g


P/tanaman dan 2.09 g K/tanaman, sedangkan dosis kombinasi optimum P dan K
pada 20 MST sebesar 1.24 g P/tanaman dan 5.43 g K/tanaman.

PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K


TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeisguineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

Skripsisebagaisalahsatusyarat
untukmemperolehgelarSarjanaPertanian
padaFakultasPertanianInstitutPertanian Bogor

NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN


A24080051

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i

Judul : PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeisguineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA
Nama : NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN
NIM : A24080051

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sudradjat, MS


NIP 19541120 198003 1 003

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. AgusPurwito, MSc. Agr


NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nindyta AgustinaSiagian, dilahirkan di


Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 2
Agustus 1990. Penulis merupakan anak ke-tiga dari tiga
bersaudara dari pasangan Alm. Amir Sjarifuddin, SH dan
Ratih Kirana Adityawati, SH.
Tahun 1996 penulis lulus dari Taman Kanak- kanak di TK Ir.H. Djuanda
TebingTinggi, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah
Dasar di SDN Karawang Wetan I Karawang dan lulus pada tahun 2002.
Selanjutnya, penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Karawang pada tahun 2005.
Lalu penulis lulus dari SMAN 5 Karawang pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis
diterima sebagai mahasiswi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, InstitutPertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama menempuh studi di IPB Penulis mengikuti beberapa kegiatan dan
organisasi mahasiswa. Tahun 2008 penulis bergabung dalam PSM IPB
AgriaSwara. Tahun 2009-2010 penulis aktif bergabung dalam Koperasi
Agrohotplate di bawah naungan Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi)
sebagai anggota divisi pemasaran.Tahun 2008 sampai sekarang penulis bergabung
sebagai anggota dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Karawang yang
bernama Panatayuda. Selain itu, pada tahun 2010 penulis berpartisipasi dalam
program Go Field yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM-IPB).

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Penelitian ini dilakukan karena penulis mengamati bahan komoditi kelapa sawit
saatini berkembang dengan pesat. Salah satu yang menentukan keberhasilan
produksi kelapas awit adalah tersedianya bibit kelapasawit yang memenuhi
standar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepadaDr. Ir. Sudradjat, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.Tak lupa penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ayahanda Alm. Amir Sjarifuddin dan Ibunda Ratih Kirana Adityawati,
Kakanda Debbie Miratinalova dan Denny Mangkubumi serta keluarga
besar penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, dan dorongan yang tiada
henti kepada penulis.
2. Dr. Ir. Nurul Khumaida, Msi selaku dosen pembimbing akademik yang
telah mendukung dan mengarahkan selama penulis menjalani studi.
3. Eka Tjipta Foundation atas beasiswa yang diberikan kepada peneliti.
4. Kapal Tujuh (Keluarga Pelajar Alumni Angkatan 70 SMPN 2 Bandung
atas pemberian beasiswa dan dukungan baik moril maupun materil.
5. Rekan S2 Tim Riset Kelapa Sawit Cikabayan yang telah bekerjasama dan
membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.
6. Keluarga kecil (Yelli, Cucun, Lisna, Agridan Mas Teguh) yang senantiasa
menemani penulis selama studi di Kampus IPB, dan teman-teman
seperjuangan Indigenous 45.
Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor,

Agustus 2012

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

viii

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan Percobaan ...............................................................................
Hipotesis.............................................................................................

1
1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................


Morfologi Kelapa Sawit .....................................................................
PersyaratanTumbuh ...........................................................................
Pembibitan .........................................................................................
Pemupukan .........................................................................................
Peranan Nitrogen (N) bagiTanaman ..................................................
Peranan Fosfor (P) bagi Tanaman ......................................................
Peranan Kalium (K) bagi Tanaman ...................................................
Kriteria Bibit Kelapa Sawit ................................................................

4
4
5
6
6
7
8
9
10

BAHAN DAN METODE ...........................................................................


Tempat dan Waktu .............................................................................
Bahan dan Alat ...................................................................................
Metode Percobaan ..............................................................................
Pelaksanaan Percobaan ......................................................................

11
11
11
11
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................


Hasil ...................................................................................................
Pembahasan ........................................................................................

16
24
24

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................


Kesimpulan ........................................................................................
Saran...................................................................................................

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

30

LAMPIRAN ................................................................................................

33

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Standar Pertumbuhan Morfologi Bibit PT Dami Mas ....................

10

2. Dosis pupuk Perlakuan P, K, dan Pupuk Rekomendasi N ..............

12

3. Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST .......................

18

4. Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit pada 20 MST dan


24 MST ...........................................................................................

19

5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tinggi Tanaman, Jumlah Daun


Diameter Batang, dan Jumlah Klorofil Daun saat Umur 0-24 MST

20

6. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah


Klorofil Daun terhadap Pemupukan P pada 0 24 MST................

21

7. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah


Klorofil Daun terhadap Pemupukan K pada 0 24 MST ...............

22

8. Dosis Optimum P dan K berdasarkan Diameter Batang Bibit


Kelapa Sawit ...................................................................................

24

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Tinggi Tanaman Kelapa Sawit pada Umur 0 - 24MST ..................

18

2. Diameter Batang Tanaman Kelapa Sawit pada Umur 0 24 MST

19

3. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit terhadap Dosis Pupuk K


pada 24 MST ...................................................................................

23

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Hasil Analisis Contoh Tanah Campuran Top Soil Latosol dan


Kompos Pupuk Kandang Sebelum Penelitian ...............................

34

2. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian


Tanah, 1983) ..................................................................................

34

3. Data Temperatur Rata-rata, Curah Hujan, Hari Hujan, Lama


Penyinaran, dan Intensitas Penyinaran November 2011
April 2012 ......................................................................................

35

4. Hasil Analisis Contoh Pupuk Urea, SP-36, dan KCl .....................

35

5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit .........................

36

6. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit ...............

37

7. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit .........

38

8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit .

39

9. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polynomial Ortogonal Peubah


Diameter Batang Bibit Umur 24 MST .........................................

39

10. Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST ................................

39

11. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST ................

40

12. Serangan Hama pada Bibit Kelapa Sawit Selama Penelitian ........

40

13. Lay Out Percobaan.........................................................................

40

viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komoditi perkebunan merupakan salah satu komoditi yang berpotensi dan
memberikan prospek baik ke depan sebagai sumber pendapatan devisa negara.
Pengembangan tanaman perkebunan akan memberikan nilai positif dalam hal
peningkatan

perekonomian

negara.

Hasil

penelitian

Purwantoro

(2008)

menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sumber pendapatan


masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja hingga 17.5 juta orang dion farm.
Kelapa

sawit

merupakan

salah

satu

komoditi

perkebunan

yang

berkontribusisebagai penerima devisa negara yang dapat diandalkan. Bahan baku


yang dihasilkan dari pohon kelapa sawit antara lain minyak sawit, minyak inti
sawit, dan ampas inti sawit. Masing-masing produk memiliki nilai komersial,
tetapi dari ketiga produk tersebut yang saat ini sangat berpotensi adalah minyak
sawit yang lebih dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil).
Masa depan agribisnis kelapa sawit berperan bagi perekonomian
Indonesia. Hasil data menurut Ditjenbun (2010) produksi CPOdi Indonesia pada
tahun 1980 sekitar 721 172 ton, tahun 1990 sebesar 2.4 juta ton, tahun 2000
sebesar 5 juta ton, dan pada tahun 2010 produksi CPO mencapai 14 juta ton.
Berdasarkan data tersebut dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi
minyak sawit di Indonesia terus meningkat selama 40 tahun terakhir. Nilai volume
ekspor minyak sawit dari tahun 2006 hingga 2009 meningkat dengan rata-rata 3.2
juta ton di setiap tahunnya (BPS, 2010).
Palm Oil Green Development Campaign (2010) memperkirakan
peningkatan jumlah ekspor minyak sawit didorong oleh peningkatan jumlah
konsumsi minyak sawit dunia. Konsumsi minyak sawit dunia yang terus
meningkat berkaitan dengan banyaknya bahan olahan yang bermanfaat dari hasil
kelapa sawit. Produk yang diekspor adalah minyak olahan tahap awal seperti RBD
(Refined, Bleached and Deodorized) Palm Oil, CPO, dan beberapa produk
oleokimia.
Peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia dipicu dengan adanya
perluasan areal perkebunan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit

periode tahun 1980 adalah 294560 ha, tahun 1990 seluas 1.1 juta ha, tahun

2000

seluas 4.1 juta ha, dan tahun 2010 telah mencapai 7.8 juta ha (Ditjenbun, 2010).
Peningkatan produksi kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara perluasan
areal dan intensifikasi. Salah satu tindakan intensifikasi yang penting pada kelapa
sawit adalah pemupukan khususnya di pembibitan. Ketersediaan bibit siap salur
yang baik sangat penting karena kelapa sawitditanam dalam jangka waktu panjang
(umur produksi sampai dengan 30 tahun). Salah satu cara mendapatkan bibit salur
yang baik adalah dengan pemupukan. Pemberian pupuk yang baik akan
memenuhi kecukupan hara makro N, P, dan K pada bibit kelapa sawit.
Pemupukan yang dilakukan di pembibitan utama umumnya menggunakan
pupuk majemuk. Masalah yang dialami oleh kebanyakan para petani adalah
sulitnya dalam memenuhi pupuk majemuk. Masalah ini disebabkan karena harga
pupuk majemuk di pasaran lebih mahal daripada pupuk tunggal. Menurut
Khaswarina (2001) apabila terdapat kendala dari segi ekonomi dalam penyediaan
pupuk majemuk, maka dapat dilakukan kombinasi pupuk tunggal di pembibitan
utama. Hal ini karena pupuk tunggal juga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan, perkembangan, dan produksi kelapa sawit. Sehingga, penggunaan
pupuk tunggal merupakan alternatif karena mempunyai kandungan unsur hara
yang setara.
Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara makro utama seperti N, P,
dan K. Ketiga unsur tersebut memiliki peran penting terhadappertumbuhan bibit
kelapa sawit, sehingga untuk menghasilkan tanaman kelapa sawit yang baik di
lapangan perlu mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman
kelapa sawit dan kebutuhan pupuk khususnya di pembibitan utama.

Tujuan Percobaan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk P dan K terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit.
2. Mengetahui dosis kombinasi optimum pupuk P dan K pada pembibitan
utama.
Hipotesis

1. Pemberian pupuk P dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit.


2. Pemberian pupuk K dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit.
3. Terdapat dosis kombinasi optimum P dan K terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu
komoditi tanaman perkebunanyang penting di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi
tumbuhankelapa sawit berasal dari famili Araceae.Tanaman initermasuk ke dalam
tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Fungsi sistem akar yang
paling nyata adalah untuk mendukung tanaman agar dapat berdiri kokoh dalam
tanah. Selain itu, sistem akar membantu tanaman dalam pengambilan zat hara di
tanah. Akar pada tanaman kelapa sawit berupa akar serabut yang tersusun dari
akar primer, akar sekunder, dan akar tertier. Akar yang memiliki kemampuan
paling efektif dalam pengambilan hara dan air dari dalam tanah adalah akar
tersier. Pemeliharaan akar tanaman seperti kecukupan air dan hara dalam tanah
akan meningkatkan kapasitas absorbsi tanaman (Sunarko, 2009).
Batang pada tanaman kelapa sawit tidak bercabang dan dibungkus oleh
pelepah daun. Pertumbuhan awal batang setelah fase muda (seedling) membentuk
batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia(Sunarko,2009).
Batang bagian bawah (bonggol batang atau bowl) kelapa sawit memiliki ukuran
yang lebih besar.Corley dan Gray (1976) mengemukakan bahwa batang kelapa
sawit mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh yang menunjang
dalam pengangkutan hara. Mite et al. (1999) menyatakan bahwa batang
pohonadalahsinkbagihara

yangdikumpulkan

olehtanamanselamatahapan

vegetatif.Peran karbohidrat yang terkandung dalam batang kelapa sawit adalah


sebagai sumber asimilat. Dengan demikian, batang merupakan organ yang penting
dalam proses fisiologi tanaman.
Kelapa sawit memiliki daun yang memiliki bentuk susunan daun
majemuk. Bagian pangkal pelepah daun terbentuk daridua baris duri yang tajam
dan keras di kedua sisinya. Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk
lanceolate, kemudian muncul bifurcate, dan disusul bentuk pinnate. Bibit yang
berumur mulai dari 5 bulan biasanya dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 3
pinnet(Lubis, 1992).

Persyaratan Tumbuh
Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
beberapa aspek yaitu aspek lingkungan (iklim dan tanah), aspek genetis (jenisdan
varietas), dan aspek teknis agronomis (eksternal dan internal). Lingkungan
tumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tanaman kelapa sawit terhadap
pertumbuhan dan produksi Tandan Buah Segar (TBS). Kelapa sawit termasuk
tanaman famili Araceae yang cocok hidup di daerah tropis basah di sekitar 120
LU 120 LS dengan ketinggian tempat 0 500 m dari atas permukaan laut. Curah
hujan yang ideal bagi kelapa sawit adalahantara 2 000 2500 mm per tahun dan
tersebar merata sepanjangtahun. Curah hujan berguna untuk meminimalkan
penguapan dari tanah dan tanaman serta menjamin ketersediaan air bagi tanaman.
Cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman yang
dibutuhkan untuk pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran matahari
minimal 1 600 jam per tahun atau berkisar 5 7 jam/hari, sedangkan suhu
optimal berkisar 240 280 C. Selain itu, kelembaban dan angin berperan penting
dalam menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Fungsi kelembaban adalah
membantu mengurangi penguapan, sedangkan angin dibutuhkan dalam proses
penyerbukan alami (Lubis, 1992).
Tanah merupakan faktor penting yang sangat menentukan kelangsungan
hidup tanaman selama pertumbuhan dan perkembangannya. Selain tanaman
memperoleh unsur hara dari udara (C, H, O),tanaman juga membutuhkan unsurunsur yang berasal dari dalam tanah seperti air dan mineral untuk proses fisiologis
tanaman. Kiswantoet al. (2008) menyebutkan beberapa jenis tanah yang dapat
ditanami kelapa sawit antara lain Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK),
dan Alluvial atau Regosol.Solum tebal tanah yang ideal adalah 80 cm. Derajat
kemasaman (pH) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam
tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada kondisi pH tanah berkisar 4 6.5 dan
optimal pada pH 5 5.5 (Lubis, 1992).

Pembibitan
Pembibitan adalah salah satu tahapan penting dalam teknik budidaya
tanaman kelapa sawit. Pahan (2008) menyatakan bahwa pembibitan yang baik
dilakukan setahun sebelum penanaman di lapang.Pembibitan dimulai dari
pengecambahan benih kelapa sawit sampai menjadi bibit tanaman yang siap untuk
dipindahkan ke lapang. Tujuan akhir dari pembibitan ini adalah memperoleh bibit
dengan kondisi pertumbuhan yang baik.
Sunarko (2009) menyatakan terdapat dua teknik dalam pembibitan
tanaman kelapa sawit yaitu cara langsung (double stage) dan cara tidak langsung
(single stage). Teknik pembibitan secara langsung dilakukan dengan menanam
kecambah pada polybag dengan ukuran besar seperti pembibitan pada umumnya,
sedangkan

teknik

secara

tidak

langsung

terdiri

dari

dua

tahapyaitu

tahappembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan, dan pembibitan utama (main
nursery) selama 9 bulan. Pembibitan dua tahapini meliputi pemindahan
(transplanting) bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama, apabila
pemindahan tidak dilakukan dengan tepatakan menyebabkan shockatau kejut
tanaman pada waktu pemindahan. Pemisahan bibit yang abnormal harus
dilakukan ketika pemindahan bibit.
Menurut Mutertet al. (1999) penggunaan teknik pembibitan tidak
langsunglebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik pembibitan langsung,
hal ini karena teknik secara tidak langsung memiliki keunggulan yaitu dapat
menekan biaya pengawasan, pemeliharaan, pemupukan,dan pengendalianterhadap
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih murah. Selain itu, penggunaan
tanah dan polybag dapat dikurangi, serta dapat menekan jumlah kematian bibit.

Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dari tahapan teknik budidaya
yang sangat penting dalam pemeliharaan semua jenis tanaman budidaya.
Pengertian pemupukan menurut Hardjowigeno (2007) adalah penambahan zat
hara tanaman ke dalam tanah. Mangoensoekarjo (2007) menambahkan bahwa
aplikasi pupuk adalah salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan. Sasaran
akhir dari pemupukan ini untuk meningkatkan produktivitassuatu tanaman.

Pemupukan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit harus menjamin agar
pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga memberikan produksi
dalam jumlah yang tinggi.
Pemupukan memegang peranan penting dalam penyediaan bahan
makanan atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur hara tanaman yang dibutuhkan oleh tanaman dibedakan
menjadi dua berdasarkan fungsinya yaitu hara esensial dan non-esensial. Hara
esensial merupakan hara yang terlibat langsung dalam proses metabolisme,
sedangkan hara non-esensial adalah hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlahtertentu. Suatu unsur dinyatakan esensial apabila tanaman gagal tumbuh
dan tidak dapat melengkapi daur hidupnya karena tidak memenuhi unsur tersebut.
Terdapat 16 unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman(Gardner et al.,
1991).
Hara esensial dibagi menjadi dua tipe yaitu hara makro dan hara mikro,
keduanya dibedakan berdasarkan banyak sedikitnya jumlah yang dibutuhkan oleh
tanaman. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang besar, sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Hara
makro meliputikarbon (C), hidrogen(H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor(P),
kalium(K), magnesium (Mg), kalsium(Ca),dan sulfur(S). Tiga unsur hara yang
paling utama dari unsur makro tersebut adalah N, P, dan K.

Peran Nitrogen (N) bagi Tanaman


Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya pada fase vegetatif. Salah
satu sumber hara N adalah pupuk Urea. Unsur Nmerupakan hara yang bersifat
higroskopis. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-.Unsur N
bersifat mobil di dalam tanah (Kasno, 2009).
Unsur N memiliki peran penting dalam proses fisiologi tanaman. Unsur ini
merupakan komponen penting dari protein, asam nukleat, berbagai aktivator
enzim, danmembantu tanaman dalam penyusunan klorofil.Corleydan Gray (1976)
mengemukakan bahwa gejala umumdefisiensi N pada tanaman kelapa sawit
adalah klorosis pada daun. Hal ini karena sintesis klorofil menjadi terhambat,

sehingga berdampak pada laju pertumbuhan kelapa sawit. Selain itu, gejala lain
yang dapat dilihat adalah daun berwarna hijau pucat kekuningan (Firmansyah,
2006).
Unsur N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, namun
demikian N dalam tanah harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Unsur N yang
berlebih akan memberikan dampak yang buruk bagi tanaman kelapa sawit yaitu
menyebabkandaun menjadi lemah, tanaman menjadi rentan terhadap hama dan
penyakit, kekahatan boron, white stripe, dan berkurangnya buah.

Peranan Fosfor(P) bagi Tanaman


Fosfor merupakan salah satu komponen unsur hara makro yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peran utama P adalah
membantu perkembangan tanaman khususnya akar tanaman. Hara P merupakan
penyusun dari senyawa-senyawa tanaman seperti enzim dan protein serta
komponen

struktural

bahan

pembentuk

RibonucleicAcid(RNA)

dan

Deoxyribonucleic Acid (DNA). Selain itu, P dapatberperan dalam proses


metabolisme tanaman yaitu dalam penyimpanan dan pemindahan energi melalui
transformasi Adenosin Di Phosphate (ADP) ke Adenosin Tri Phosphate (ATP).
Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, RP (Rock Phosphat), dan SP-36.
Unsur P diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4 dan HPO42-(Hardjowigeno,
2007).
Menurut Mangoensoekarjo (2007) jika pada tanaman memiliki P yang
rendah dan menggunakan pupuk yang tidak memenuhi standar, maka akan
memberikan dampak yang buruk bagi efisiensi unsur hara lain dan mengakibatkan
pertumbuhan serta produksi menurun. Kendala umum dari pemupukan P pada
tanaman adalah rendahnya efisiensi P di dalam tanah. Alasan yang terkait
dikemukakan Mangoensoekarjo (2007) bahwa rendahnya tingkat efisiensi
tersebutkarena P tergolong ke dalam unsur hara yang lambat untuk berdifusi ke
arah akar.
Tanaman yang mengalami kekurangan hara P dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan, perakaran yang berkembang tidak baik, serta daun tua
yang rontok. Hartley (1977) mengemukaakan bahwa sebenarnya defisiensi P pada

tanaman kelapa sawit tidak mudah terlihat. Tetapi ada beberapa gejala yang dapat
dilihat yaitu batang tanaman yang mengkerucut, kerdil, dan pelepah daun yang
pendek (Rankine dan Fairhurst, 1999).
Kelebihan P mengakibatkan dampak negatif pada kelangsungan hidup
tanaman. Pupuk P yang berlebih akan mengakibatkan level kandungan P pada
akar-akar kelapa sawit menjadi tinggi, sehingga terjadi depresi terhadap
pertumbuhan tanaman dan memperlambat penyerapan dan translokasi hara mikro
seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan besi (Fe) (Goh danHardter, 2003).

Peranan Kalium (K) bagi Tanaman


Kalium merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting bagi
tanaman dan banyak dibutuhkan untuk proses fisiologis tanaman. Unsur K dapat
diperoleh oleh tanaman dari dalam tanah maupun pupuk. Tanaman menyerap
kalium dalam bentuk K+. Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral
primer tanah (Hardjowigeno, 2007).
Unsur K merupakan komponen utama dari berbagai substansi penting
dalam tanaman. Corley dan Gray (1976) menyebutkan fungsi utama K pada
tanaman adalah sebagai aktivator sejumlah enzim karena kehadiran ion K+
dibutuhkan dalam aktivitasenzim. Selain itu, K berperan juga dalam membantu
transportasi asimilat-asimilat dari fotosintesis, membuka dan menutupnya
stomata, pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tegakan tanaman
agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur, meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap kekeringan, serta ketahanan terhadap penyakit.
Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit
adalah K, lalu berturut-turut N, Mg, dan P.Kalium diambil secara aktif oleh akar
tanaman kelapa sawit dan pasokan tersebut digunakan dalam aktivitas
metabolisme. Mangoensoekarjo (2007) menyatakan bahwa fungsi K bagi tanaman
kelapa sawit sangat penting dalam sintesis minyak kelapa sawit. Selain itu, K
berperan dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis, aktivasi enzim serta
berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan buah.Unsur K yang berada pada
ujung akar merangsang proses pemanjangan akar (Khaswarina, 2001).

10

Lubis (1992) menyebutkan defisiensi K bagi tanaman kelapa sawit


ditunjukkan dengan bercak kuning atau transparan, white stripe, daun tua
mengering, dan mati. Selain itu, defisiensi K berasosiasi dengan munculnya
penyakit seperti Ganoderma. Firmansyah (2006) menjelaskan bahwa kekurangan
unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Kebutuhan
K bagi tanaman harus cukup dan tidak berlebih. Kelebihan K pada tanaman akan
memberikan dampak yang buruk bagi tanaman. Kelebihan K pada tanaman kelapa
sawit akan merangsang gejala kekurangan boron (B) yang menyebabkan rasio
minyak terhadap tandan menurun.

Kriteria Bibit Kelapa Sawit


Ketersediaan bibit siap salur sangat penting dalam menentukan sukses
tidaknya tanamankelapa sawit dalam berproduksi. Tanaman kelapa sawit ditanam
untuk dalam jangka waktu yang panjang, sehingga sangat penting untuk
memperhatikan bahan tanam yang digunakan. Bibit kelapa sawit yang digunakan
harus memenuhi kriteria tertentu. Secara umum kriteria bibit siap salur dapat
ditentukan berdasarkan tiga parameter penting yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
dan diameter batang. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Standar Pertumbuhan Morfologi Bibit PT Dami Mas
Umur
(bulan)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Tinggi Tanaman
(cm)
8.4
17.7
27.8
33.0
40.0
57.6
75.9
87.9
102.5
104.2
142.2
159.6

Sumber : Hairin (Dami Mas, Riau)

Jumlah Daun
(helai)
2.0
3.0
4.0
6.5
8.5
11.1
13.3
15.2
17.1
18.8
20.4
22.5

Diameter Batang
(cm)
0.4
0.5
0.9
1.3
1.6
2.2
4.1
5.5
6.1
7.6
7.6
8.0

11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan diKebun Percobaan Cikatas,Kampus

IPB

Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di
atas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, mulai bulan
November 2011 hinggabulan Mei 2012.

Bahan dan Alat


Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman
kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) umur 4 bulan. Varietas tanaman kelapa sawit
yang digunakan adalahvarietas Tenera Dami Mas dengan nomor persilangan 64 x
28. Pupuk yang digunakan adalah SP-36 (36% P2O5) sebagai sumber P, KCl(60 %
K2O) sebagai sumber K, dan Urea(46 % N) sebagai sumber N.
Bahan untuk pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida
deltamethrin, dan fungisidamancozeb 80%. Media tanaman yaitu campuran tanah
top soiljenis Latosol dan kompos pupuk kandang dengan perbandingan 7:1.
Ukuran polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 50 cm dengan ketebalan 0.2
mm. Alat-alat yang digunakan untuk menunjang penelitian ini antara lain meteran
kayu, jangka sorong, timbangan analitik, SPAD-502 Plus chlorophyll meter, hand
sprayer, label, dan alat tulis.

MetodePercobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam lingkungan
RancanganKelompok Lengkap Teracak(RKLT) yang terdiri dari dua faktor.
Faktor pertama adalah perlakuan P yang terdiri dari empat taraf yaitu: 0,3.00,6.00,
dan 12.00 g P/tanaman. Faktor kedua adalah perlakuan K yang terdiri dari empat
taraf yaitu:0,9.00,18.00, dan 36.00 g K/tanaman. Total kombinasi perlakuan
adalah 4 x 4 = 16 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan diulang tigakalisehingga
terdapat 48 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri dari lima tanaman.
Dengan demikian,total tanaman sebanyak240 tanaman.Pemupukan perlakuan P

12

dan K serta pemupukan rekomendasi N dilakukan dengan dosis dan waktu seperti
yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Pupuk Perlakuan P, K, dan Pupuk Rekomendasi N
Jenis Pupuk (g/tanaman)

Umur
MST

P
P0
0
0
0
0
0
0
0

4
8
12
16
20
24
Total

P1
0.25
0.30
0.35
0.50
0.80
0.80
3.00

P2
0.50
0.60
0.70
1.00
1.60
1.60
6.00

P3
1.00
1.20
1.40
2.00
3.20
3.20
12.00

K0
0
0
0
0
0
0
0

K1
0.75
0.75
1.00
1.50
2.50
2.50
9.00

K
K2
1.50
1.50
2.00
3.00
5.00
5.00
18.00

N
K3
3.00
3.00
4.00
6.00
10.00
10.00
36.00

3.00
3.00
4.28
5.00
5.71
5.71
26.70

Model rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:


Yijk= + i + j + ()ij + k + ijk (i = 0, 1, 2,3 ; j = 0,1,2,3 ; k = 1,2,3)
dimana :
Yijk

=Nilai pengamatan dari ulangan ke-k pada pemupukan P ke-i dan K


ke-j.

= Nilai rata-rata.

= Pengaruh pupuk P taraf ke-i.

= Pengaruh pupuk K taraf ke-j.

= Pengaruh dari kelompok ke-k.

()ij =Pengaruh interaksi taraf pemupukan P ke-i dan taraf pemupukan


K ke-j.
ijk

=Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh

pemupukan P taraf ke-i dan K taraf ke-j.


Untuk mengetahui pengaruh maka digunakan uji F pada taraf kesalahan
1% dan 5%. Bila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang
diamati, maka dilakukan uji lanjut Kontras Polynomial Ortogonal untuk
mengetahui pola respon dari suatu faktor yang diteliti, kemudian dilanjutkan
dengan uji regresi untuk menentukan dosis optimum (Mattjik dan Sumertajaya,
2006).

13

Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Lahan dan Media Tanam
Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan gulma pada lahan untuk
menempatkan bibit.Media tanam yang digunakan untuk mengisi polybag adalah
campuran tanah lapisan top soiljenis Latosol dan kompos pupuk kandangdengan
perbandingan 7:1. Polybag yang telah disiapkan diisi dengan campuran tanah
sebanyak 20 kg. Sebelum penanaman bibitpolybag yang sudah diisi tanah disiram
agar kelembaban tanah tetap terjaga.

Pemindahan (Transplanting)Bibit
Pemindahan bibit dilakukan dengan hati-hati, hal ini agar akar bibit yang
masih baru tidak rusak atau putus. Selanjutnya,polybag tersebut diletakkan di
lahan dan disusun sesuai dengan pengacakan (Lampiran13). Pengaturan jarak
tanam menggunakan jarak tanam segitiga sama sisi 90 cm x 90 cm x 90 cm,
sehingga luasan lahan yang digunakan untuk 240 tanaman sebesar 168 m2.

Aplikasi Pemupukan
Aplikasi pupuk perlakuan P dan K serta pupuk rekomendasi N dilakukan
satu bulan sekali selama enam bulan.Kombinasi pupuk Sp-36 dan KCl diberikan
sesuai perlakuan, sedangkan pupuk N diberikan satu minggu setelah aplikasi
pupuk perlakuan untuk semua tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dibenamkan di sekitar bibit, dan pemberian pupuk tidak mengenai pokok
tanaman.

Pemeliharaan
Penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan di dalam dan di luar polybag
secara manual yaitu dengan mencabut gulma dengan tangan.Interval penyiangan
tergantung pada pertumbuhan gulma tersebut. Saat penyiangan sekaligus
dilakukan penggemburan tanahuntuk menghindari pemadatan tanah yang dapat
menganggu pertumbuhan akar tanaman.

14

Penyiraman.Penyiraman dilakukan setiap hari selama kondisi cuaca tidak


hujan. Kebutuhan air yang diperlukan sebanyak 2 liter/polybag.
Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit
dengan menggunakan pestisida dilakukan secara selektif dan bergantung pada
intensitas serangan. Penyemprotan menggunakan insektisida deltamethrin dan
fungisida mancozeb80 %.
Konsolidasi bibit.Konsolidasi dilakukan pada bibit yang tumbuhnya tidak
lurus (miring). Kegiatan meliputi penambahan tanah dan pembumbunan yang
dilakukan pada tanaman yang akarnya muncul di atas permukaan tanah.
Penggantian polybag.Polybag yangsobek atau rusak diganti dengan
polybag yang baru agar volume tanah dalam polybag tetap dan perakaran tanaman
tidak rusak.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman dari setiap satuan percobaan.
Peubah-peubah yang diamati adalah :
1. Tinggi bibit (cm)
Tinggi bibitdiukurmulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi
dari tanaman dengan menggunakan meteran kayu.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka
sempurna pada semua tanaman.
3. Diameter batang (cm)
Diameter

batang

diukur

dari

atas

bonggol

batang.

Pengukurandilakukan dengan menggunakan jangka sorong.


4. Tingkat Kehijaun Daun
Tingkat kehijauan daun diukur pada umur 20 MST dan 24 MST
dengan menggunakan alat SPAD-502 Plus chlorophyll meter. Sampel daun
yang diamati adalah daun ke-empat. Tiap perlakuan diamati dua sampel.
Pengukuran dilakukan di tiga titik pada daun yaitu bagian pangkal, tengah,
dan ujung serta tidak mengenai tulang daun. Nilai jumlah klorofil daun
dihitung dengan menggunakan rumus Y = 0.0007x 0.0059, dimana: Y =

15

kandungan klorofil dan x = nilai hasilpengukuran SPAD-502Plus chlorophyll


meter(Farhanaet al., 2007).

Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan pada saat sebelum penelitian. Tanah diambil dari
dalam polybag secara komposit dari beberapa polybag untuk mewakili
keseluruhan polybag di lokasi lahan penelitian. Analisis tanah bertujuan untuk
mengetahui sifat kimia dan sifat fisik tanah yang digunakan dalam penelitian.

Analisis Pupuk
Pupuk yang dianalisis adalah pupuk perlakuan yaitu SP-36 dan KCl serta
pupuk rekomendasi Urea. Analisis pupuk ini bertujuan untuk mengukur
kandungan hara N, P dan K pada pupuk yang digunakan. Selain itu, untuk
menghindari pupuk palsu yang dijual di pasaran (Lampiran 4).

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum Penelitian
Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke
dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa
tanah yang digunakan sebagai media tanam polybag memiliki kandungan Corganik, N-total, dan unsur P-tersedia yang tergolong sedang,sedangkan
ketersediaan K dalam kondisi yang sangat tinggi. Derajat kemasaman (pH) pada
tanah penelitian sebesar 5.6 dan tergolong agak masam.Analisis sifat fisik tanah
menunjukkan kandungan pasir 8.16 %, debu 20.6 %, dan liat 71.23 %
(Lampiran1). Lubis (1992) menyebutkan bahwa kisaran pH tanah yang optimum
untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 5 5.5. Dengan demikian, pH
tanahpada penelitian mendekati pH optimum pada pertumbuhan kelapa sawit.
Penilaian status hara tersebut didasarkan pada kriteria penilaian status hara dari
Puslitan tahun 1983. Kriteria penilaian status hara dapat dilihat pada Lampiran2.
Data sekunder yang diperoleh dari BMKG (2012) menunjukkan bahwa
kondisi suhu udara rata-rata selama penelitian antara 25.1 - 26.20C, rentang suhu
tersebut merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit. Curah hujan
pada saat penelitian berkisar 272 548 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Februari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Maret.Hari hujan selama 6 bulan berkisar 21 28 hari dengan rata-rata 25
hari/bulan.Lama penyinaran selama penelitian berkisar 28 61 % dan intensitas
penyinaran matahari 224 457.7 cal/cm2. Data iklim selama penelitian disajikan
pada Lampiran3.
Selama penelitian berlangsung ditemukan beberapa hama yang menyerang
tanaman antara lain belalang (Valanga nigricornisBurm.), ulat api(Setora
nitensWalk.),dan kutu daun Aphids. Serangan V. nigricornisterjadi saattanaman
berumur 8 - 12 MST.Serangan mengakibatkan adanya bekas gigitan yang tidak
merata pada daun (Lampiran12 a). Tingat serangan yang terjadi masih rendah,
sehingga tidak semua tanaman mengalami kerusakan daun. AsalV.nigricornisyang

17

menyerang pada tanaman penelitian diduga berasal dari lahan sekitar pembibitan
yang bergulma.
Serangan hama lain yang terjadi pada tanaman saat penelitian adalah
hamaS. nitens. Serangan ini terjadi padasaat tanaman berumur 16 MST, tetapi
S.nitensyang ditemukan masih dalam bentuk kokon atau larva dengan tingkat
serangan yang masih rendah. LarvaS. nitens banyak menempel pada bagian
belakang daun (Lampiran12 b).
Kutu daun Aphids ditemukan saat awal pertumbuhan (0 MST). Kutu daun
Aphidsmenempel pada bagian helaian daun, pucuk, dan leher akar (Lampiran12c).
Selain ditemukan kutudaun Aphids, ditemukan juga semutdalam jumlah yang
cukup banyak. Hal ini dijelaskan oleh Lubis (1992) bahwa akar muda tanaman
yang diserang oleh hama kutu daun Aphids akan bersimbiosis dengan semut.
Tindakan pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan melakukan
penyemprotan pestisida. Bahan aktif yang digunakan pada insektisida adalah
deltamethrin, sedangkan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb80 %.
Setelah aplikasi penyemprotan tingkat serangan hama pada pembibitan
dapatteratasi.

Pertumbuhan Morfologi Tanaman


Tinggi bibit. Pertumbuhan tinggi bibit dari 0 MST hingga 24 MST dapat
dilihat pada Gambar 1. Tinggi bibit meningkat dari 30.52 cm menjadi 87.62 cm
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31 % per bulan. Rata-rata pertumbuhan
tinggi bibit pada awal-awal bulan (0 MST 8 MST) masih kecil yaitu sebesar
14.3 % per bulan.Tetapi, pada bulan-bulan berikutnya pertumbuhan tinggi
tanaman meningkat pesat saat tanaman berumur 8 MST hingga 24 MST dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 21 % per bulan. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit
dari 0 MST 24 MST disajikan pada Lampiran 10.

18

100
90

74.38 4.0

Tinggi tanaman (cm)

80

87.62 4.6

70
50.35 3.4

60
50
40

39.26 3.0

30
20

61.39 3.1

34.3 2.6

30.52 2.4

10
0
0

12
16
Umur (MST)

20

24

Gambar 1. Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Umur 0 24MST


Jumlah daun. Pertumbuhan jumlah daun dari 0 24 MST disajikan pada
Tabel 3. Jumlah daun meningkat dari 4.2 hingga 13.7 dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 37.70 % per bulan. Rata rata penambahan jumlah daun
per bulan sebanyak dua daun, sehingga peningkatan jumlah daun di setiap
bulannya cenderung stabil.
Tabel3. Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST
Umur
(MST)
0
4
8
12
16
20
24

Jumlah Daun
(helai)
4.2 0.2
6.2 0.3
7.6 0.4
9.3 0.3
11.2 0.4
12.7 0.5
13.7 0.4

Rata rata Pertumbuhan


(%)
47.6
22.6
22.4
20.4
13.4
7.90

Diameter batang.Pertumbuhan diameter batang bibit dapat dilihat pada


Gambar 2. Diameter batang meningkat dari 1.03 cm menjadi 4.06 cm dengan ratarata pertumbuhan 49 % per bulan. Pertumbuhan diameter batangselama 6 bulan
pengamatan tidak stabil. Peningkatan diameter batang lebih cenderung meningkat
tajam pada saat 12 MST hingga 20 MST dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 58

19

% per bulan, lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan dari 0 12


MST sebesar 36 % per bulan. Selain itu, pertumbuhan diameter batang cenderung
menurun pada 24 MST dengan rata-rata pertumbuhan 6.30 % (Lampiran 11).

4.5

3.82 0.30

Diameter batang (cm)

4.06 0.20

3.5
3
2.5
2
1.5

1.77 0.10

1.58 0.20

1
0.5

2.68 0.20

1.26 0.10

1.03 0.08

0
0

12

16

20

24

Umur (MST)

Gambar2. Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24MST

Perkembangan Fisiologi Tanaman


Pengamatan perkembangan fisiologi tanaman dilakukan pada peubah
tingkat kehijauan daun pada umur tanaman 20 MST dan 24 MST.Tingkat
kehijauan daun diukur berdasarkan jumlah kandungan klorofil pada daun. Hasil
pengamatan menunjukkan peningkatkan jumlah klorofil daundari 0.0357 menjadi
0.0408 dengan rata-rata perkembangan 14.3 % (Tabel 4).
Tabel4. Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit pada 20 MST dan 24 MST
Umur
20
24

Jumlah Klorofil Daun


(mg/cm2)
0.0357 4.1
0.0408 3.2

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rata- rata Perkembangan


(%)
14.3

20

Rekapitulasi hasil sidik ragam pada perlakuan dosis pupuk P dan K


terhadap berbagai peubah tanaman yang diamati dapat dilihat pada Tabel5.Hasil
rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa bibit yang digunakan pada
penelitian ini sudah seragam, terlihat dari nilai koefisien keragaman yang kecil
pada awal bulan sebelum aplikasi pemupukan (0 MST) dan terus seragam pada
bulan bulan berikutnya. Hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 5, 6, 7,
dan 8.
Tabel5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter
Batang, dan Jumlah Klorofil DaunSaat Umur 0 24 MST
Umur (MST)
Tinggi Tanaman
0
4
8
12
16
20
24
Jumlah Daun
0
4
8
12
16
20
24
Diameter Batang
0
4
8
12
16
20
24
Jumlah Klorofil Daun
20
24

Jenis Pupuk
P
K
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

PxK

Koefisien Keragaman

*
tn
tn
tn
tn
tn
tn

7.15
6.61
7.34
6.61
6.13
6.00
5.55

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

6.74
5.05
5.26
3.48
3.14
3.90
3.21

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
**
*
*

tn
tn
tn
tn

tn
tn

tn
tn

9.16
10.63
11.94
7.13

**
tn

6.16
5.88
6.02

tn
tn

7.41
5.35

Keterangan : * =nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%, tn =tidak nyata

Pengaruh Pupuk Perlakuan terhadap Morfologi dan Fisiologi Tanaman

21

Pengaruh P. Hasil uji F menunjukkan pemberian P tidak memberikan


pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua peubah tanaman yang diamati
hingga akhir pengamatan.Hal ini dapat dilihat berdasarkan peningkatan masingmasing nilai peubah yang diamati tidak ada perbedaan antar perlakuanseiring
peningkatan dosis pupuk P yang diberikan (Tabel 6.)
Tabel 6. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah
Klorofil Daun terhadap Pemupukan P pada 0 24 MST
Dosis Pupuk
(g/tanaman)

0
3
6
12

30.74
30.53
30.77
30.03

33.80
34.77
35.03
33.62

0
3
6
12

4.3
4.1
4.2
4.2

6.2
6.1
6.1
6.1

0
3
6
12

1.06
1.04
1.01
0.99

1.29
1.31
1.22
1.21

0
3
6
12

Umur (MST)
8
12
16
20
Tinggi Tanaman (cm)
38.72
50.33
60.85
73.75
39.11
51.00
61.48
74.80
39.83
49.92
61.73
74.27
39.37
50.13
61.50
74.72
Jumlah Daun (helai)
7.6
9.3
11.3
12.8
7.7
9.3
11.0
12.5
7.6
9.3
11.3
12.8
7.6
9.5
11.2
12.9
Diameter Batang (cm)
1.63
1.79
2.57
3.68
1.52
1.74
2.73
3.80
1.57
1.76
2.72
3.88
1.61
1.79
2.70
3.81
Jumlah Klorofil Daun (mg/cm2)
0.0352
0.0347
0.0360
0.0363

24
86.04
88.05
87.92
88.46
13.9
13.7
13.6
13.6
4.03
4.07
3.99
4.18
0.0407
0.0403
0.0409
0.0414

Keterangan : (-) tidak diamati

Pengaruh K. Perlakuan dosis pupuk K tidak menunjukkan pengaruh yang


berbeda nyata terhadap semua peubah sampai akhir pengamatan kecuali pada
diameter batang bibit saat berumur 24 MST. Secara keseluruhan pemberian taraf
dosis pupuk K tidak menunjukkan perbedaan dalam peningkatan diameter batang
bibit (Tabel 7).
Tabel7. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah
Klorofil Daun terhadap Pemupukan K pada 0 24 MST

22

Dosis Pupuk
(g/tanaman)

Umur (MST)
0

8
12
Tinggi Tanaman (cm)
33.45
38.87
49.28
33.58
37.51
49.35
35.52
40.10
51.27
34.67
40.55
51.49

29.79
0
30.63
9
31.25
18
30.40
36
Helai Daun (helai)
4.2
0
6.2
7.5
9.3
4.3
9
6.1
7.4
9.2
4.1
18
6.1
7.8
9.4
4.1
36
6.1
7.6
9.5
Diameter Batang (cm)
1.03
0
1.26
1.58
1.77
1.02
9
1.23
1.50
1.73
1.06
18
1.28
1.61
1.78
0.10
36
1.25
1.62
1.78
Jumlah Klorofil Daun (mg/cm2)
0
9
18
36
-

16

20

24

60.53
60.14
62.42
62.46

73.31
73.91
75.12
75.11

85.86
86.79
88.61
89.13

11.3
11.0
11.3
11.2

12.6
12.7
12.8
12.8

13.6
13.6
13.8
13.8

2.56
2.63
2.79
2.75

3.65
3.89
3.87
3.87

3.94
4.25
4.01
4.06

0.0352
0.0347
0.0360
0.0363

0.0407
0.0403
0.0409
0.0414

Keterangan : (-) tidak diamati

Hasil uji lanjut Kontras Polynomial Ortogonal menunjukkan adanya


respon diameter batang secara kuadratik terhadap taraf dosis K yang diberikan
pada 24 MST. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Persamaan regresi
yang diperoleh adalah Ky = - 0.0054x2 + 0.0557x + 3.9973 dengan R2= 0.2816.
Pemberian dosis hingga5 g K/tanaman meningkatkan diameter batang tanaman,
sedangkan pemberian dosis K pada peningkatan taraf berikutnya cenderung
menurunkan pertumbuhan diameter batang(Gambar 3).

23

Ky = - 0.0054x2 + 0.0557x + 3.9973


R2 = 0.2816

4.16
Diameter Batang (cm)

4.14
4.12
4.10
4.08
4.06
4.04
4.02
4.00
3.98
0.00

2.50

5.00
7.50
Dosis K (g)

10.00

12.50

Gambar 3. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit terhadap Dosis Pupuk K pada
Umur 24MST

Kombinasi P dan K
Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa interaksi P dan K tidak
berbeda nyata pada semua peubah yang diamati kecuali peubah diameter batang
pada umur16 MST dan berbeda sangat nyata pada 20 MST.

Hasil uji

regresidiperoleh dua persamaan regresi bergandapada saat tanaman berumur 16


MST yaitu PKy = 2.37 + 0.860 P + 0.138 K 0.0886 PK 0.603 P2 0.0118 K2,
R2 = 0.22 dan saat umur 20 MST PKy = 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525 PK
0.284 P2 0.00511 K2, R2 = 0.26.

Optimasi Pemupukan
Respon diameter batang tanaman terhadap pemupukan menghasilkan
beberapa persamaan baik respon terhadap pupuk tunggal K maupun terhadap
kombinasi kedua pupuk P dan K. Berdasarkan hasil persamaan-persamaan
tersebut dapat ditentukan dosis optimum bagi masing-masing pupuk.
Saat tanaman memasuki umur 16 MST, terdapat interaksi antara P dan K.
Dosis kombinasi optimum P dan K berdasarkan dari persamaan regresi berganda
yang diperolehadalah 0.64 g P/ tanaman dan 2.09 g K/tanaman. Tanaman pada
umur 20 MST juga diperoleh suatu hubungan interaksi dengandosis kombinasi
optimum 1.24 g P/ tanaman dan 5.43 g K/tanaman.Hasil persaman regresi

24

kuadratik yang berasal dari respon diameter batang terhadap K pada umur 24
MST diperoleh dosis optimum K sebesar 5.16 g K/tanaman (Tabel8).
Tabel8.Dosis Optimum P dan K berdasarkan Diameter Batang
BibitKelapa Sawit
Umur
(MST)
4
8
12

Persamaan
-

Dosis Optimum (g)/tanaman


P
K
-

16

y = 2.37 + 0.860 P + 0.138 K 0.0886 PK


0.603 P2 0.0118 K2

0.64

2.09

20

y = 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525 PK


0.284 P2 0.00511 K2

1.24

5.43

24

y = - 0.0525K2 + 0.0557K + 3.9973

5.16

Pembahasan
Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman
selama enam bulan pengamatan menunjukkan pertumbuhan yang normal. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan di setiap bulannya. Bila diperhatikan
berdasarkan bentuk grafik, masing-masing peubah tersebut mengikuti bentuk pola
pertumbuhan sigmoid.
Menurut Harjadi (1996) pengertian pertumbuhan adalah penambahan
ukuran yang tidak dapat balik dan mencerminkan pertambahan protoplasma di
dalam sel. Pertumbuhan sel tersebut terdiridari 3 fase yaitu lag phase, exponential
phase, dan stationary phase. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa pada
permulaan pertumbuhan (lag phase) terjadi pertambahan ukuran sel yang kecil,
setelah itu disusul dengan pertambahan pertumbuhan yang cepat sekali selama
waktu tertentu (exponential phase), kemudian kecepatannya berkurang dan
cenderung stabil (stationary phase), lalu pertumbuhan menjadi terhenti.
Pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang di awal pertumbuhan cenderung
lambat, lalu meningkat tajam pada bulan-bulan berikutnya. Selain itu, terdapat
titik tertentu dimana pertumbuhan menurun dan dapat ditunjukkan pada
pertumbuhan diameter batang saat umur 24 MST.

25

Pertumbuhan yang normal untuk masing-masing peubah selama enam


bulan diduga karena adanya pengaruh penambahan pupuk organik (kompos pupuk
kandang) dan kecukupan air. Awal pertumbuhan menunjukkan rata-rata
pertumbuhan yang lambat, hal ini karena pupuk organikmembutuhkan
perombakan di dalam tanah sebelum dapat digunakan langsung oleh tanaman.
Selain itu, bibit merupakan hasil pemindahan dari pembibitan awaldan sekaligus
ditanam pada media tanam yang berbeda, sehingga butuh penyesuaian awal bagi
bibit kelapa sawit terhadap media tumbuhnya.
Curah hujan selama penelitian berkisar 272 548 mm/bulan dengan ratarata hari hujan sebanyak 25 hari/bulan. Kondisi cuaca tersebut sudah menjamin
kecukupan air bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit selama penelitian
berlangsung.Menurut Lubis (1992) air merupakan kebutuhan utama dalam
pembibitan karena sangat diperlukan dalam proses fisiologis.
Bila dibandingkan dengan standar bibit yang dikeluarkan oleh PT Dami
Mas sebagai produsen benih kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian,
kondisi bibit pada penelitian masih di bawah standar (Tabel 1).Standar tinggi
tanaman PT Dami Mas 19 % lebih besar dibandingkan dengan tinggi tanaman
yang diperoleh pada penelitian, untuk jumlah daun 37.2 % lebih besar
dibandingkan dengan penelitian, sedangkan standar diameter batang tanaman PT
Dami Mas 87 % lebih besar dibandingkan diameter batang tanaman pada
penelitian.Sehingga secara keseluruhan bibit kelapa sawit PT Dami Mas48 %
lebih besar dibandingkan dengan bibit pada penelitian.Hal ini diduga karena
adanya perbedaan dalam aplikasi pemberian baik waktu, jenis maupun jumlah
pupuk yang digunakan.
Tingkat kehijauan daun diukur menggunakan alat SPAD 502 Plus
Chlorophyllmeter. Prinsip alat ini adalah mencatat tingkat kehijauan daun dan
jumlah relatif molekul klorofil yang ada di daun dalam satu nilai berdasarkan
jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun (Konica Minolta, 1989). Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah klorofil. Peningkatantingkat
kehijauan daun menunjukkan peningkatan jumlah klorofil pada daun. Dengan
demikian, semakin banyak jumlah klorofil pada daun, maka laju fotosintesis

26

semakin meningkat. Fotosintesis yang berjalan semakin baik akan berdampak


pada pertumbuhan tanaman yang akan semakin baik juga.
Perlakuan dosis P terhadap semua peubah tanaman tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata. Selain itu secara penampakan di lapang masing-masing
perlakuan cenderung memiliki keragaan yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut
diduga karena ketersediaan P dalam tanah tergolong sedang sehingga pemberian
pupuk P tidak begitu berpengaruh. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Soepartini et al. (1994) bahwa makin rendah kandungan P
dalam tanah, maka makin banyak diperlukan pupuk. Sedangkan semakin tinggi P
dalam tanah, maka tanah tersebut semakin tidak memerlukan pupuk SP-36. Di
sini menunjukkan bahwa ketersedian P di dalam tanah sudah mencukupi
kebutuhan tanaman.
Beberapa penelitian mengenai pemupukan P dari penelitian yang sudah
ada kebanyakan tidak berpengaruh nyata. Terdapat dugaan yang dikemukakan
oleh Wachjar et al. (2002) bahwa pupuk P pada berbagai dosis tidak berbeda
nyata karena adanya keterbatasan gerakan ion fosfat dalam tanah dan gerakan P di
titik penempatan pupuk umumya juga terbatas. Selain itu, yang menjadi kendala
dalam pemupukan adalah karakteristik unsur P itu sendiri yaitu kemampuan daya
larut dalam tanah rendah.
Kendala yang dialami saat penelitian adalah tidak adanya pengamatan
terhadap akar, dimana akar merupakan indikasi dari pengaruh pemupukan P. Hal
ini disebabkan bibit kelapa sawit masih digunakan sampai penanaman di lapang.
Fungsi utama P adalah membantu dalam pembentukan akar tanaman. Di sisi lain,
pertumbuhan akar pada bibit kelapa sawit sangat menentukan kelanjutan
pertumbuhan tanaman kelapa sawit ketika sudah ditanam di lapang. Sehingga,
pada penelitian ini belum sepenuhnya dapat dikatakan bahwa pemupukan P tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Dengan demikian, masih dibutuhkan penelitian
lanjutan untuk membuktikan pengaruh pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan
akar bibit kelapa sawit.
Pemberian pupuk K hanya berpengaruh secara kuadratik terhadap
diameter batang di akhir pengamatan (24 MST) dan selebihnya tidak. Hal tersebut
diduga terdapat kesamaan dengan P yaitu ketersediaan K yang sangat tinggi

27

menyebabkan pemberian pupuk tidak berpengaruh.Pemberian dosis pupuk K


sebesar 5 g K/tanaman meningkatkan diameter batang tanaman, tetapi pada
peningkatan dosis selanjutnya cenderung menurun, yang berarti peningkatan dosis
berikutnya sudah menurunkan pertumbuhan tanaman karena sudah melebihi
kebutuhan optimum K pada tanaman.Pemberian K yang berlebih akan
menurunkan serapan hara Ca dan Mg yang pada akhirnya dapat menurunkan
pertumbuhan dan produksi tanaman (Safuan et al., 2011).
Pengaruh interaksi P dan K terhadap diameter batang pada 16 dan 20 MST
dapat diperoleh perimbangan kombinasi pupuk P dan K yang optimum. Unsurunsur hara yang berperan dalam menunjangnya pertumbuhan tanaman tidak dapat
bekerja secara sendiri. Masing-masing unsur memerlukan keterlibatan unsurunsur lain dalam membantu peranannya.
Hubungan P dan K saling terkait dalam penyerapan hara. Ispandi dan
Munip (2004) menjelaskan bahwa P berperan dalam membantu penyerapan unsur
hara lain di dalam tanah termasuk hara K. Ketersedian hara P yang cukup akan
membantu dalam penyerapan hara K dalam tanah. Dibb (1998) mengemukakan
salah satu peran K bagi tanaman adalah memproduksi ATP. Hal ini terkait dengan
salah satu peran P yaitu sebagai penyimpan energi. Dengan demikian, semakin
tinggi ATP yang diproduksi oleh K, maka semakin tinggi penyimpanan energi
yang dapat dilakukan oleh P.
Penentuan optimasi pemupukan dapat memberikan gambaran secara kasar
dan cepat terhadap penentuan rekomendasi pupuk (Alviana dan Susila, 2009).
Berdasarkan persamaan regresi kuadratik dapat diperoleh dosis optimum untuk K,
sedangkan dari persamaan regresi berganda dapat diperoleh dosis kombinasi
optimum untuk P dan K. Dengan demikian, untuk mencari dosis optimum dapat
dilakukan dengan cara mengetahui bentuk respon tanaman terhadap kedua
pemupukan tersebut.
Dosis optimum P dan K diharapkan diperoleh pada setiap bulannya.
Tetapi, pada penelitian ini tidak diperoleh dosis optimum yang diinginkan. Hal ini
karena dosis optimum P dan Kdapat ditentukan hanya pada bulan-bulan tertentu
saja. Sehingga, penentuan dosis optimum pada pembibitan utama kelapa sawit
belum tercapai. Namun, dosis optimum yang diperoleh dari penelitian ini dapat

28

menjadi acuan untuk penentuan dosis optimum selanjutnya. Bila dosis optimum
ditentukan pada kondisi media tanam tanpa penambahan pupuk organik, maka
dosis optimum yang diperoleh akan lebih besar daripada dosis optimum yang
diperoleh pada penelitian ini.
Secara umum penambahan pupuk organik yang diberikan pada penelitian
ini memberikan pengaruh dominan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
selama penelitian. Fungsi pupuk organik dijelaskan oleh Sugiyanta et al. (2008)
bahwa fungsi pupuk organik adalah sebagai kunci mekanistik untuk suplai unsur
hara. Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan membantu dalam
menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sepanjang
siklus hidupnya.

29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pemberian pupuk P dan K meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, dan jumlah klorofil daun. Pupuk P tidak
menunjukkan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang
dan jumlah klorofil. Pupuk K hanya memberikan pengaruh terhadap diameter
batang tanaman secara kuadratik pada umur 24 MST. Terdapat pengaruh interaksi
P dan K terhadap diameter batang pada umur 16 MST dan 20 MST. Kombinasi
dosis optimum P dan K pada umur 16 MST sebesar 0.64 g P/tanaman dan 2.09 g
K/tanaman. Kombinasi dosis optimum P dan K pada umur 20 MST sebesar 1.24 g
P/tanaman dan 5.43 g K/tanaman. Dosis optimum pupuk tunggal K untuk 24 MST
sebesar 5.16 g K/tanaman.

Saran
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemupukan dengan
melakukan analisis akhir tanah dan analisis jaringan organ-organ tanaman
meliputi daun, batang, dan akar. Sehingga, dapat diketahui perbedaan antara
kandungan unsur hara sebelum dan sesudah aplikasi pemupukan.
2. Perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan akar tanpa membongkar tanaman
dengan menggunakan fitotron.

30

DAFTAR PUSTAKA
Alviana, V.F. dan A.D. Susila. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya
cabai (Capsicum annum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa
polyethylene. J. Agron Indonesia 37(1):28-33.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Iklim Bulanan,
Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2011-2012.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi
Darmaga Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman.
http://www.bps.go.id. [Diunduh 10 Oktober 2011].
Corley, R.H.V. and B.S. Gray. 1976. Growth and morphology, p.12-14. InR.H.V.
Corley, J.J Hardon, and B.J. Wood (Eds.). Development in Crop Science
(1) Oil Palm Research. Elfisher Scientific Publishing Company.
Amsterdam.
Dibb, D.W. 1998. Functions of Potassium in Plants. Better Crops 82(3):4-5.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan
Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.http://ditjenbun.deptan.go.id.
[Diunduh 6 Januari 2012].
Farhana, M.A, M.R Yusop, M.H. Harun, and A.K. Din. 2007. Performance of
TeneraPopulation for The Chlorophyll Contents and Yield Component.
Proceedings of The PIPOC 2007International Palm Oil Congress
(Agriculture, Biotechnology & Sustainability). Malaysia Palm Oil Board.
Malaysia. Vol.2:701-705.
Firmansyah, M.A. 2006. Rekomendasi Pemupukan Umum Karet, Kelapa Sawit,
Kopi dan Kakao. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Tengah. Palangkaraya. 11 hal.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Jakarta. UI Press. 428 hal.
Goh,

K. J. and R. Hardter. 2003.General Nitrition


http://www.aarsb.com.[Diunduh 10 Oktober 2011].

of

Oil

Palm.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal.


Harjadi, M.M.S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.197hal.

31

Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Longman. London
& New York. 806 p.
Ispandi, A., dan A. Munip. 2004. Efektivitas pupuk PK dan frekuensi pemberian
pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di
lahan alfisol. Ilmu Pertanian 11(2):11-24.
Kasno, A. 2009. Pupuk Organik dan Pengelolaannya. http:/balittanah.litbang.deptan.go.id. [Diunduh 7 Oktober 2011].
Khaswarina, S. 2001. Keragaan bibit kelapa sawit terhadap pemberian berbagai
kombinasi pupuk di pembibitan utama. Jurnal Natur Indonesia III(2):138150.
Kiswanto, J. H.Purwanta., dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Bandar Lampung. 21hal.
Konica Minolta. 1989. Chlorophyll Meter SPAD-502 Manual Book. Japan :
Konica Minolta.
Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 252hal.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. 435hal.
Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 407 hal.
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dn MINITAB. IPB Press. Bogor. 276hal.
Mite, F., M. Carrillo , and J. Espinosa. 1999. Fertilizer use efficiency in oil palm
is increased under irrigation in ecuador. Better Crops International 13(1):
31-32.
Mutert, E., A.S. Esquvez, A.O. Santos, and E.O. Cervantes. 1999. The oil palm
nursery: foundation for high production. Better Crops International13(1):
39-44.
Pahan, I .2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.410
hal.
Palm Oil Green Development Campaign. 2010. Manfaat minyak sawit bagi
perekonomian indonesia. http://www.worldgrowth.org. [Diunduh 5 Maret
2012].

32

Purwantoro, R.N. 2008. Sekilas pandang industri sawit. Usahawan LMFEUI 04:
1-18.
Rankine, I. and T.H. Fairhurst. 1999. Management of phosphorus,potassium and
magnesium inmature oil palm. Better Crops International 13(1):10-15.
Safuan, L.O., R. Poerwanto., A.D. Susila, dan Sobir. 2011. Rekomendasi
pemupukan kalium untuk tanaman nenas berdasarkan status hara tanah.
J. AgronIndonesia 39(1):56-61.
Soepartini, M. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai penduga
kebutuhan pupuk padi sawah di pulau lombok. Pemberitaan Penelitian
Tanah dan Pupuk. Departemen Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat 12:23-35.
Sugiyanta, Fred, F.R. Rumawas, M.A. Chozin, W.Q. Mugnisyah, dan M.
Ghulamadi. 2008. Studi serapan hara N, P, K dan potensi hasil lima
varietas padi sawah (Oryza sativaL.) pada pemupukan anorganik dan
organik. Bul. Agron. 36(3):196-203.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Agro Media. Jakarta. 178hal.
Wachjar, A., Y. Setiadi, dan N. Yunike. 2002. Pengaruh inokulasi dua spesies
cendawan mikoriza arbuskula dan pemupukan fosfor terhadap
pertumbuhan dans serapan fosfor tajuk bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Bul. Agron. 30(39):69-74.

33

LAMPIRAN

34

Lampiran 1. Hasil Analisis Contoh Tanah CampuranTop Soil Latosol dan


Kompos Pupuk Kandang Sebelum Penelitian
Sifat Tanah
pH H2O
pH KCl
C- Organik
N- Total
C/N Ratio
P-tersedia
Ca
Mg
K
Na
Al
KTK
KB
Tekstur
Pasir
Debu
Liat

Satuan

Nilai
Uji Tanah
5.60 Agak Masam
5.63
2.72 Sedang
0.24 Sedang

Metode/ Ekstraktan
pH meter
pH meter
Walkley & Black
Kjeldhal

(ppm)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(me/100 g)
(%)

25.00
4.42
1.97
1.29
1.51
0.00
17.92
51.46

Bray - I
1 N NH4OAc pH 7.0
2 N NH4OAc pH 7.0
3 N NH4OAc pH 7.0
4 N NH4OAc pH 7.0
5 N NH4OAc pH 7.0
6 N NH4OAc pH 7.0

(%)
(%)
(%)

8.16
20.60
71.23

(%)
(%)

Sedang
Rendah
Sedang
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sedang
tinggi

Pipet
Pipet
pipet

Keterangan : Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian IPB

Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah,
1983)
Sifat
Tanah
C- Organik (%)
N- Total (%)
C/N Ratio
P2O5 Bray 1 (ppm)
Ca (me/100 g )
Mg (me/100 g )
K (me/100 g )
Na (me/100 g )
Al (me/100 g )
KTK (me/100 g )
KB (me/100 g )

pH H20

Sangat
Rendah
<1.00
<0.10
<5
<10
<2
<0.4
<0.1
<0.1
<10
<5
<20
Sangat
Masam
<4.5 - 5.5

Sumber : Hardjowigeno (2007)

Rendah

Sedang

1.00 - 2.00
0.10 - 0.20
5.00-10.00
10 - 20
2-5
0.4 - 1.0
0.1 - 0.2
0.1 - 0.3
10 - 20
5 - 16
20 - 35

2.01 - 3.00
0.21 - 0.50
11.00 -5.0
21 - 40
6 - 10
1.1 - 2.0
0.3 - 0.5
0.4 - 0.7
21 - 30
17 - 24
36 - 50
Agak
Masam
5.6 - 6.5

Masam
4.5 - 5.5

Sangat
Tinggi
3.01 - 5.00 >5.00
0.51 - 0.75 >0.75
16 - 25
>25.00
46 - 60
>60.00
11 - 20
>20.00
2.1 - 8.0 >8.00
0.6 - 1.0 >1.00
0.8 - 1.0 >1.00
31 - 60
>60.00
25 - 40
>40.00
51 - 70
>70.00
Agak
Netral
Alkalis
6.6 - 7.5 7.6 - 8.5
Tinggi

35

Lampiran3. Data Temperatur Rata-rata, Curah Hujan, Hari Hujan, Lama


Penyinaran, dan Intensitas Penyinaran November 2011 April
2012

Bulan
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April

Temperatur
Rata - rata
(oC)
26.2
26.1
25.1
25.6
26.2
26.2

Curah
Hujan
(mm)
457.7
344.6
272.0
548.9
136.0
389.5

Penyinaran Matahari
Lama
Intensitas
(%)
(Cal/Cm2)
56
457.7
44
344.6
28
224.0
57
318.3
55
310.3
61
296.0

Hari Hujan
(hari)
25.0
26.0
28.0
25.0
21.0
25.0

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Bogor (2012)

Lampiran 4. Hasil Analisis Contoh Pupuk Urea, SP-36, dan KCl


Jenis
Pupuk

Jenis Pengujian

Urea
SP-36
KCl

N (%)
P (%)
K (%)

Hasil Pengujian
(No. Contoh)
A
B
C
45.95
36.00
59.97
-

Metode Pengujian
Kjeldahl
Spektrophotometri
AAS

Keterangan : Contoh pupuk dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik

36

Lampiran5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Bibit Kelapa Sawit


Umur
0 MST

4 MST

8 MST

12 MST

16 MST

20 MST

24 MST

Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK

F- Hit
1.46
0.29
0.92
2.19
0.24
1.14
2.22
0.75
1.11
0.32
2.69
1.41
0.04
0.24
1.54
1.69
0.16
0.12
1.27
1.02
0.33
0.14
0.46
0.47
0.42
0.59
1.23
0.77

Pr>F
0.25 tn
0.83 tn
0.45 tn
0.05 *
0.79 tn
0.35 tn
0.11 tn
0.59 tn
0.34 tn
0.81 tn
0.06 tn
0.23 tn
0.96 tn
0.87 tn
0.22 tn
0.14 tn
0.85 tn
0.95 tn
0.30 tn
0.44 tn
0.72 tn
0.94 tn
0.71 tn
0.89 tn
0.66 tn
0.63 tn
0.32 tn
0.65 tn

Keterangan : KK = Koefisien Keragaman , *= nyata pada taraf 5 % ,tn = tidak nyata.

% KK
7.15

6.61

7.34

6.61

6.13

6.00

5.55

37

Lampiran6. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit


Umur
0 MST

4 MST

8 MST

12 MST

16 MST

20 MST

24 MST

Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK

F- Hit
0.29
0.46
0.49
1.02
2.10
0.24
0.03
1.16
2.45
0.52
1.89
0.83
2.02
0.66
2.42
1.26
5.07
0.68
1.57
0.83
1.35
1.05
0.42
1.24
3.19
0.86
0.85
0.39

Pr> F
0.75 tn
0.71tn
0.69 tn
0.45 tn
0.14 tn
0.87 tn
0.99 tn
0.35 tn
0.10 tn
0.67 tn
0.15 tn
0.60 tn
0.15 tn
0.58 tn
0.09 tn
0.30 tn
0.01**
0.57 tn
0.22 tn
0.60 tn
0.28 tn
0.39 tn
0.74 tn
0.31 tn
0.06 tn
0.47 tn
0.48 tn
0.93 tn

% KK
6.74

5.05

5.26

3.48

3.14

3.90

3.21

Keterangan : KK= Koefisien Keragaman, * = sangat nyata pada taraf 1 %, tn =tidak nyata.

38

Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit


Umur
0 MST

4 MST

8 MST

12 MST

16 MST

20 MST

24 MST

Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K

F-Hit
1.96
1.24
0.76
0.90
0.27
1.60
0.27
1.07
2.43
0.73
0.55
1.67
2.33
0.45
0.57
1.57
16.16
2.84
4.62
2.75
11.45
2.41
3.94
3.11
0.17
1.83
3.31

Pr> F
0.16
tn
0.31
tn
0.53
tn
0.54
tn
0.77 tn
0.21 tn
0.84 tn
0.41 tn
0.11tn
0.54 tn
0.65 tn
0.14 tn
0.11 tn
0.72 tn
0.64 tn
0.17 tn
<0.0001 **
0.0682tn
0.0090 **
0.0200*
0.0002 **
0.0861tn
0.0200 *
0.0093**
0.85tn
0.16tn
0.03 *

PxK

0.73

0.68tn

% KK
9.16

10.63

11.94

7.13

6.16

5.88

6.02

Keterangan : KK= Koefisien Keragaman * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf
1 %, tn= tidak nyata

39

Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit
Umur
20
MST

24
MST

Sumber Keragaman
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK
Kelompok
Pupuk P
Pupuk K
PxK

F- Hit
0.88
0.62
0.11
0.87
1.24
0.37
0.30
1.20

Pr> F
0.42 tn
0.61 tn
0.95 tn
0.65 tn
0.30 tn
0.78 tn
0.82 tn
0.33 tn

% KK
7.41

5.35

Keterangan : tn = tidak nyata

Lampiran 9.Sidik RagamUji Lanjut Kontras Polynomial OrtogonalPeubah


Diameter Batang Bibit Umur 24 MST
Kontras
Linier
Kuadratik
Kubik

F- Hit
0.04
5.38
4.50

Pr> F
0.8434 tn
0.0273 *
0.0422 *

% KK
6.02

Keterangan : * = nyata pada taraf 5 %, tn= tidak nyata

Lampiran10. Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST


Umur
(MST)
0
4
8
12
16
20
24

Tinggi
(cm)
30.52 2.4
34.30 2.6
39.26 3.0
50.34 3.4
61.39 3.1
74.39 4.0
87.62 4.6

Rata-rata Pertumbuhan
(%)
12.4
14.5
28.2
22.0
21.2
17.8

40

Lampiran 11. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST


Bulan
(MST)
0
4
8
12
16
20
24

Diameter Batang
(cm)
1.03 0.08
1.26 0.10
1.58 0.20
1.77 0.10
2.68 0.20
3.82 0.30
4.06 0.20

Rata-rata Pertumbuhan
(%)
22.3
25.4
12.0
51.4
42.5
6.30

Lampiran 12. Serangan Hama pada Bibit Kelapa SawitSelama Penelitian

(a) (b)

(c)

Keterangan : (a) Belalang (Valanga nigricornisBurm.), (b) Larva Hama Ulat Api (Setora
nitensWalk.), dan (c) Kutu Daun Aphids

Lampiran13. Lay Out Percobaan

U
P2K0
P1K2
P0K0
P3K2
P0K3
P1K1

P2k2
P1K0
P0K1
P2K2
P2K0
P1K2

P2K3
P0K2
P1K0
P3K3
P3K0
P2K3

P3K0
P0K3
P2K1
P1K3
P3K1
P0K2

Keterangan : : Petak Ulangan 1


: Petak Ulangan 2
: Petak Ulangan 3

P3K1
P0K0
P3K1
P2K2
P3K3
P2K0

P3K3
P3K2
P1K0
P0K0
P0K1
P0K3

P2K1
P1K3
P2K3
P2K1
P1K1
P1K2

P1K1
P0K1
P0K2
P3K0
P1K3
P3K2

Anda mungkin juga menyukai