Anda di halaman 1dari 43

KAJIAN BIAYA REPLANTING TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI KEBUN MERBAUJAYA INDAHRAYA GROUP


PT. BINANGA MANDALA

TUGAS AKHIR

HENRI SITUMORANG
0801367
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2012

JUDUL : KAJIAN BIAYA PEMBUATAN RORAK


ORGANIK PADA TANAH BERPASIR DI
KEBUN SAWIT ASAHAN INDAH PT. ASTRA
AGRO LESTARI. Tbk

: ROY SAHPUTRA NADEAK


NAMA
NIM
: 0801464
PROGRAM STUDI
: BUDIDAYA PERKEBUNAN

Menyetujui,

Ir. Mardiana Wahyuni, MP

Pembimbing I

Mengetahui,

Ketua Program Studi, Ketua,

(Ir. Mardiana Wahyuni, MP) (Ir. Sukirso, MS)

Tanggal lulus :
RINGKASAN

Henri Situmorang, Kajian Biaya Replanting Tanaman Kelapa sawit


(Elaeis guineensis jacq) di Kebun Merbaujaya Indahraya Group PT. Binanga
Mandala. telah dilaksanakan dibawah bimbingan ibu Ir. Mardiana Wahyuni, MP
sebagai pebimbing 1. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Merbaujaya Indahraya
Group PT. Binanga Mandala, yang berlangsung pada bulan April sampai dengan
bulan Mei 2012. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan pengetahuan bagi para pembaca mengenai biaya untuk melakukan
peremajaan kebun kelapa sawit dengan sistem replanting.
Metode yang di gunakan ialah metode deskriftif, yaitu mengumpulkan
data primer dan data sekunder. Pengamatn secara Primer dilakukan dengan cara
mengumpulkan Ketentuan/ kebijakan perusahaan melakukan replanting, Standard/
norma bahan, Standard/ norma tenaga kerja, dan data kajian Biaya Replanting di
Kebun Merbaujaya Indahraya Group PT. Binanga Mandala Rantau Prapat.
Pada Kebun MIG PT. Binanga Mandala kegiatan replanting dilakukan
oleh karena beberapa alasan diantaranya adalah : Umur ekonomis Tanaman
Kelapa Sawit yang sudah melebihi 25 tahun, Tinggi tanaman kelapa sawit yang
sudah melebihi 13 M sehingga sulit dalam proses pemanenan, Produksi pertahun
tanaman sudah berada dibawah 14 ton/ha dan yang terakhir adalah jumlah SPH
( tegakan ) dibawah 100 pohon/ha.
Kegiatan Replanting tanaman kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan
pekerjaan :
1. Land clearing. Pekerjaan land clearing terbagi atas beberapa kegiatan yakni :
pancang rumpukan, penumbangan, pembongkaran pangkal batang,
perumpukan batang dan perencekan pelepah.
2. Pengawetan tanah. Pengawetan tanah yang dilakukan pada saat replanting
bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga tanah akan
jauh lebih subur dari sebelumnya akibat pemakaian bahan organik maupun
unsur hara yang ada di dalam tanah selama masa 25 tahun yang lalu.
3. Penanaman kacangan penutup tanah
4. Persiapan penanaman bibit. Penanaman bibit kelapa sawit terbagi atas
beberapa tahapan yakni pembuatan lobang tanaman dan penanaman bibit
kelapa sawit
Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan replanting tanaman kelapa sawit
yang dilakukan kebun PT. Binanga Mandala Afdeling Aek Kulim untuk
melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit di kebun tersebut dengan
menggunakan sistem replanting dengan luas areal tahun tanam 2008 denagn luas
areal 133,62 ha adalah sebesar Rp. 1.691. 553.775, dimana Biaya per hektar yang
di keluarkan adalah sebesar Rp. 1.691. 553.775 / 133,62 ha = Rp. 12.659.435,53.
DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
D. Tujuan Penelitian .........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit .............................................6
1. Akar ( Radix ) .........................................................................................6
2. Batang ( Caulis ) .....................................................................................6
3. Daun ( Folium ) ......................................................................................7
4. Bunga ( Flos ) .........................................................................................7
5. Buah ( Fructus ) dan biji .........................................................................8
B. Kelas kesesuaian Lahan Utuk Tanaman Kelapa Sawit ..................................8
C. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit ....................................................... 12
D. Pengertian Replanting dan Teknik Replanting .......................................... 15
III. METODOLOGI ....................................................................................... 20
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 20
B. Metode Penelitian ..................................................................................... 20
C. Pengamatan Parameter ............................................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Informasi Umum Kebun ......................................................................... 21
B. Alasan Dilakukannya Replantin. ............................................. 23
C. Tahapan-tahapan replanting ................................................................... 25
D. Biaya replanting .................................................................................. ... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia

tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari luas areal

kelapa sawit yang meningkat tajam sejak tahun 1968 hingga tahun 1997. Dimana

pada periode tahun 1968-1997 tersebut, luas areal kelapa sawit meningkat hampir

21 kali lipat yaitu dari 120.000 ha pada tahun 1968 menjadi 2.516.079 ha pada

tahun 1997 ( Wijaksana dkk, 2003 ).

Dalam perkembangannya, menurut Ahmad ( 2010 ) perkebunan sawit di

Indonesia akan terus berkembang. Bahkan data terakhir menyebutkan, jumlah

perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 7,3 juta ha lebih. Dari

jumlah itu, mampu menghasilkan sedikitnya 21,5 juta ton crude palm oil ( CPO)

per tahunnya.

Perkembangan perkebunan kepala sawit terjadi sejak dua tahun terakhir,

dan diperkirakan ke depannya akan jauh lebih pesat lagi. Bahkan, pada 2014

mendatang, jumlahnya bisa mencapai 10 juta ha lebih.

Pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, menurut

Ahmad ( 2010 ), karena komoditas ini semakin penting artinya bagi dunia, yaitu

sebagai salah satu sumber bahan bakar alternatif. Selain itu, kelapa sawit juga
merupakan salah satu komoditi unggulan nasional yang berperan sangat penting

dalam perekonomian Indonesia terutama dalam penyerapan tenaga kerja,

kontributor penting terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Nasional, dan devisa negara.

Disamping itu, industri kelapa sawit berperan dalam pemerataan

pembangunan, terutama pertumbuhan pusat-pusat perekonomian baru di wilayah-

wilayah pedesaan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan di Papua ke

depannya. Kita tidak bisa terus menerus berharap dari perluasan, kita juga akan

berupaya melakukan peningkatan produktivitas, Ahmad ( 2010 ).

Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tanaman. Untuk

tanaman yang berumur diatas 10 tahun berat tandan rata-rata sama untuk setiap

tahunnya. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih

berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Semakin tinggi kandungan unsur

hara di dalam tanah, semakin tinggi juga produktifitas kelapa sawit, selain kondisi

tanah, curah hujan dan hama juga mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa

swit ( Lubis, 1992 ).

Menurut Susanto dan Hartono ( 2002 ), pada tahun 2002 saja perkelapa

sawitan Indonesia telah masuk babak baru yakni telah memasuki generasi kedua

dan bahkan daerah Sumatera Utara dan sebagian Lampung rata-rata memasuki

generasi ke tiga atau ke empat. Diperkirakan pada tahun 2002 luas areal kelapa

sawit yang siap untuk di replanting adalah sekitar 1,5 juta ha. Apabila digunakan
asumsi kelapa sawit yang akan direplanting tiap tahun adalah 5% maka setiap

tahunnya perkebunan yang di-replanting sebanyak 75.000 ha/ tahun.

Alasan replanting seperti yang diuraikan di atas adalah produktifitas

tanaman kelapa sawit yang sudah turun dan sulitnya pemanenan karena tanaman

sudah terlalu tinggi. Saat ini ada sejumlah perkebunan kelapa sawit melakukan

replanting karena serangan Ganoderma. Replanting dilakukan pada umur kebun

kelapa sawit 15-17 tahun. Oleh karena itu perlu dibuat konsep yang aman

terhadap penyakit Ganoderma ataupun hama Oryctes rhinoceros.

Sistem peremajaan tanaman kelapa sawit memiliki dua cara yaitu dengan

cara replanting dan under planting, pada penelitian ini akan dibahas mengenai

sistem replanting.

B. Perumusan Masalah

1. Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit

Umur ekonomis tanaman kelapa sawit yang saat ini digunakan dalam

perhitungan teknis maupun ekonomis adalah 25 tahun. Hal ini berarti bahwa

setelah berumur 25 tahun, tanaman kelapa sawit tidak lagi menguntungkan untuk

dikelola sehingga perlu diremajakan.

2. Produksi Tanaman Kelapa Sawit ( 22-24 ton/ Ha/ Thn )


Produksi kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh jumlah tegakan yang ada,

semaakin berkurang jumlah populasi tegakan yang ada maka jumlah produksi

kelapa sawit juga akan berkurang. Berkurangnya jumlah tegakan biasanya

dipengaruhi oleh umur tanaman yang sudah tua dan juga tumbang karena

serangan hama atau penyakit.

Produksi juga dipengaruh oleh umur tanaman terhadap berat tandan yang

dihasilkan. Untuk tanaman yang berumur diatas 10 tahun berat tandan rata-rata

sama untuk setiap tahunnya. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki

tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda.

Replanting adalah Penanaman Kembali dari bekas perkebunan kelapa

sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Teknik peremajaan tanaman kelapa

sawit dilakukan dengan sistem tanpa bakar yakni segala kegiatan tidak

menggunakan pembakaran sama sekali baik dalam program peremajaan atau

dalam pengolahan limbah yang dihasilkan kebun atau pakbrik kelapa sawit (

Guritno, 199 ).

Dari hal tersebut diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang

kajian biaya peremajaan tanaman kelapa sawit ( Elais guinensis Jacq ) dengan

sistem replanting.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui biaya replanting

tanaman kelapa sawit

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

pengetahuan bagi para pembaca mengenai biaya untuk melakukan peremajaan

kebun kelapa sawit dengan sistem replanting.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini

dikembangkan oleh Carolus Linnaeues. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan

sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Spadiciplorae (Arecales)

Familia : Palmae (Arecaceae)

Subfamilia : Cocoideae

Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian

Vegetatif dan Generatif. Bagian Vegetatif meliputi akar, batang dan daun.

Sedangkan bagian Generatif merupakan perkembangan dari bunga dan buah.

1. Akar ( Radix )

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi

akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut

memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian

akar serabut tumbuh lurus ke bawah ( vertikal ) dan sebahagian tumbuh mendatar

kearah samping ( horizontal ) ( selardi, 2003 ).

2. Batang

Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman kelapa

sawit tidak tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya terbentuk poros

batang dan disekitar poros tersebut terbentuk daun-daun yang ukurannya semakin
bertambah besar. Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan

pertumbuhan memanjang.

Pada batang kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang

melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada

tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan

terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas (

Sunarko, 2008 )

3. Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun ( Frond ) yang menyerupai bulu

burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang

sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun ( Foliage leaflet )

tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Ditengah-tengah setiap anak daun

terbentuk lidi sebagai tulang daun (sunarko, 2008 )

Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas

tanaman, semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka

produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik.
Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai 11 m2 (

Lubis, 1992 )

4. Bunga ( Flos )

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan

( tepung sari ) dan bunga betina (putik ). Namun ada juga tanaman kelapa sawit

yang hanya memproduksi bunga jantan.

Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang

terpisah. Namun adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan

yang sama, namun bunga jantan selalu masak lebih dahulu. Masa reseptif

( masa putik dapat menerima tepung sari ) adalah 3x24 jam. Setelah itu putik akan

berwarna hitam dan mengering (Selardi, 2003 ).

Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak

meruncing dan garis tengah bunga kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak

bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar( Fauzi dkk,

2008 ).

5. Buah dan biji

Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),

daging buah ( mesocarp ) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak,

kulit biji (endocarp) atau cangkang/ tempurung yang berwarna hitam dan keras,

daging biji ( endosperm ) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta

lembaga ( embryo ) ( sunarko, 2008 )


Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji

Dura Afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga

dalam 1 kilogram terdapat 250 biji. Biji Dura Deli memiliki bobot 13 gram per

biji, dan biji tenera Afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memilki periode dorman ( masa non aktif ).

Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan

sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat

keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan Pre-treatment.

B. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit

Penilaian kesesuaian lahan ditunjukan terhadap setiap satuan peta tanah

(SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka

sifat fisik lingkungan sautu wilayah dirinci kedalam suatu kualitas lahan ( land

qualities ) dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karateristik

lahan atau land characteristic ( Bambang sulistyo dkk, 2010 ). Data karateristik

tersebut meliputi :

a. Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh hingga ketinggian tempat 1.000 m diatas

permukaan laut. Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas optimal akan


lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 m diatas

permukaan laut ( sunarko, 2008 )

b. Topografi

Kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng

0 - 12 atau 21%. Sebenarnya lahan yang kemiringan lerengnya 13-25 masih

bisa ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Sementara itu,

lahan yang kemiringannya lebih dari 25 sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi

penanaman kalapa sawit karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat

panen dan beresiko terjadi erosi ( sunarko, 2008 )

c. Drainase

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai

tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase

yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses

nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).

Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit

harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang ( sunarko,

2008 ).

d. Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 C

dengan suhu maksimal 33 C dan suhu minimum 22 C sepanjang tahun.

Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan


kelapa sawit adalah 1.250-3.000 mm yang merata sepanjang tahun ( dengan

jumlah bulan kering kurang dari 3 ), curah hujan optimal berkisar 1.750-2.500

mm ( Bambang Sulistiyo, 2010 )

e. Sifat fisik dan kimia tanah

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur

konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan

kedalaman permukaan tanah. Tekstur tanah ringan dengan kandunagn pasir 20-

60%, debu 10-40% dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah

pantai berpasir dan tanah gambut tebal.

Sedangkan sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan

komposisi kandungan hara mineralnya. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan

tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat

diatasi dengan pemupukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-

6,5, sedang pH optimumnya adalah 5-5,5 ( Maruli Pardamean, 2011 ).

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan
unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0,1 %.
Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu untuk Mg 0,4 1,0 me/100
gram, sedangkan K 0,15-1,20 me/100 gram.
Secara lengkap kelas kesesuain lahan dengan beberapa faktor pembatas dan
klasifikasi kelas kesesuaian untuk lahan Kelapa Sawit dapat kita lihat pada tabel 1
dan 2 berikut ini :

Tabel 1 kriteria kesesuaian lahan untuk kelapa sawit pada tanah mineral

Karateristik
No lahan Simbol Intensitas faktor pembatas

Tanpa (0) ringan (1) sedang (2) berat (3)

Curah hujan 1.750-1.500


1 (mm) H 1.750-3.000 >3.000 1.500-1.250 <1.250

Bulan kering
2 (bln) K <1 1-2 2-3 >3

Ketinggian
3 DPL (m) L 0-200 200-300 300-400 >400

Bentuk
wilayah berombak,
/kemiringan Datar-berombak bergelombang bergelombang- Berbukit-bergunung
4 lereng (%) W <8 8-15 berbukit 15-30 >30

batuan di
permukaan
dan di dalam
tanah (%
5 volume) B <3 3-15 15-40 >40

Kedalaman
6 efektif (cm) S >100 100-75 75-50 <50

Lempung
berdebu,lempung liat, liat
liat berpasir, berpasir,
lempung liat lempung Pasir
berdebu, berpasir, berlempung,
7 tekstur tanah T lempung berliat lempung debu liat berat, pasir
Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

Kelas S1 (Sangat Sesuai ) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu
pembatas ringan (optimal)

Kelas S2 ( Sesuai ) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu


pembatas ringan dan tidak memiliki lebih dari
satu pembatas sadang

Kelas S3 ( Agak Sesuai ) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu
pembatas sedang dan atau tidak memiliki
lebih dari satu pembatas berat

Kelas N1(Tidak Sesuai Bersyarat) Unit lahan yang memiliki dua atau lebih
pembatas berat yang masih dapat diperbaiki

Agak Sangat cepat,


Kelas terhambat, cepat, sangat
8 drainase D Baik, sedang agak cepat terhambat terhambat,tergenang

9 Kemassaman 4,0-5,0 6,0-


tanah (pH) A 5,0-6,0 6,5 3,5-4,0 6,5-7,0 <3,5 >7,0
Sumber : Buku pintar mandor kelapa sawit, LPP
Kelas N2(Tidak Sesuai Permanen) Unit lahan yang memiliki pembatas berat
yang tidak dapat diperbaiki

Tabel 2. Klasifikasi Kesesuaian lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit.

Sumber : Buku pintar mandor kelapa sawit, LPP

C. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit

Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tanaman.

Untuk tanaman yang berumur di atas 10 tahun berat tandan rata-rata sama untuk

setiap tahunnya. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang

lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Semakin tinggi kandungan

unsur hara di dalam tanah, semakin tinggi juga produktivitas kelapa sawit, selain

kondisi tanah, curah hujan dan hama juga mempengaruhi produktivitas tanaman

kelapa swit ( Lubis, 1992 )

Dalam usaha perkebunan kelapa sawit, perencanaan peremajaan sangat

penting mengingat dana dan tenaga yang harus disediakan cukup besar. Selain

itu, pengaturan peremajaan juga sangat menentukan stabilitas pendapatan

perusahaan. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit yang saat ini digunakan dalam

perhitungan teknis maupun ekonomis adalah 25 tahun. Hal ini berarti bahwa

setelah berumur 25 tahun, tanaman kelapa sawit tidak lagi menguntungkan untuk

dikelola sehingga perlu diremajakan.

Namun, penetapan umur ekonomis tersebut hanya didasarkan pada

perhitungan rugi-laba dalam satu siklus tanaman dalam tahun berjalan.

Berdasarkan konsep tersebut, tanaman tua ( 23 tahun) yang biaya eksploitasi


tanaman termasuk pemeliharaan untuk mempertahankan produksi dan biaya

panen relatif mahal masih dipertahankan. Sebaliknya pada tanaman muda, laju

pertambahan produksi relatif cepat dengan biaya eksploitasi yang lebih kecil

dibandingkan dengan tanaman tua. Oleh karena itu, produktivitas lahan tidak

mencapai maksimum.

Pada umumnya laba dan produksi tanaman tua berumur 24 dan 25 tahun

sudah berada di bawah rerata produksi dalam satu siklus. Oleh karena itu,

opportunity cost untuk keterlambatan dalam peremajaan yang berupa keuntungan

lebih awal dari tanaman pengganti diduga cukup besar. Menurut Manalu, Buana

dan Purba (2011), siklus pengusahaan tanaman kelapa sawit 22 tahun pada lahan

S-1, 23 tahun pada lahan S-2 dan S-3 memberikan keuntungan rerata tahunan

yang lebih besar dari keuntungan yang dihasilkan pengusahaan tanaman selama

25 tahun. Oleh karena itu, dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit secara

berkesinambungan, peremajaan sebaiknya dilakukan pada umur tersebut.

Peremajaan lebih awal akan meningkatkan elastisitas produksi terhadap

perubahan ekonomi dan meningkatkan respon usaha terhadap perkembangan

teknologi.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit memerlukan dana untuk

pembiayaan investasi, antara lain meliputi biaya pembukaan areal, pembangunan

penutup tanah, bibit, pemupukan, penanaman dan pemeliharaan tanaman sampai

tanaman menghasilkan (Manalu, Buana dan Purba, 2011),


Produktivitas tanaman kelapa sawit jenis Tenera secaara umum pada lahan

S1,S2, dan S3 disajikan pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit.

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3


Umur
(th) T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS

3 22 3,2 9 18 3,0 7 17 3,0 7

4 19 6,0 15 18 6,0 14 17 5,0 12

5 19 7,5 18 17 7,0 16 16 7,0 14

6 16 10,0 21 15 9,4 18 15 8,5 17

7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22

8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13,0 25

9 14 17,0 31 13 16,5 28 13 15,5 26

10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16,0 26

11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17,0 26

12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,5 26

13 11 21,1 31 11 20,0 28 10 20,0 26

14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20,0 25

15 9 23,0 28 9 23,1 16 9 21,0 24

16 8 24,5 27 8 23,1 25 8 22,0 24

17 8 25,0 26 8 24,1 25 7 23,0 22

18 7 26,0 25 7 25,2 24 7 24,0 21

19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25,0 20

20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27,0 19


21 6 29,0 22 6 28,6 22 5 27,0 18

22 5 30,0 20 5 29,4 19 5 28,0 17

23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29,0 16

24 4 31,9 18 4 31,0 17 4 30,0 15

25 4 32,4 17 4 32,0 16 4 34,0 14

Rata-
rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20

Sumber : Buku pintar mandor kelapa sawit, LPP

T = Jumlah tandan/pohon/tahun; RBT = Rata-rata berat tandan (Kg);

TBS = Ton TBS/ha/tahum

D. Replanting dan Tehnik Replanting

Replanting adalah Penanaman Kembali dari bekas perkebunan kelapa

sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Menurut standar prosedur operasi,

( 2007 ) Ada 4 teknik replanting yang dianjurkan pada tanaman kelapa sawit :

1. Metode Land Clearing

2. Metode Windrowing atau partial burning

3. Metode Zero Burning

4. Metode Underplanting

Mengenai teknik replanting mana yang akan dipilih dapat dianalisa

berdasarkan hubungan antara teknik-teknik replanting dengan beberapa masalah

yang harus dipertimbangkan yaitu ; Lingkungan ( Environment ), serangan Hama

Kumbang Tanduk / Oryctes rhinoceros, penyakit Ganoderma atau Busuk

Pangkal Batang, biaya ( cost ) Replanting, hasil panen /corp performance, dan
masa kosong tidak produksi T.O dan TBM atau follow period ( standar prosedur

opersai, 2007 ). Namun saat ini metode yang sering di anjurkan adalah metode

Zero Burning karena metode ini sangat mempertimbangkan masalah lingkungan

yang saat ini sangat memprihatinkan.

Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit Tanpa Bakar

Teknik tanpa bakar ( zero burning ) berarti tidak ada kegiatan pembakaran

sama sekali baik dalam program peremajaan atau dalam pengolahan limbah yang

dihasilkan kebun atau pabrik kelapa sawit ( Guritno, 1995 ).

Purba dkk ( 1997) juga menegaskan zero burning merupakan semua

pekerjaan persiapan lahan mulai dari penumbangan sampai dengan lahan siap

ditanami sama sekali tidak dilakukan pembakaran.

Teknik ini pada prinsipnya adalah tanaman ditumbang dengan eskavator

dan dirumpuk. Pertimbangan teknik replanting ini adalah produksi ( Susanto dan

Hartono, 2002 )

Tahapan pekerjaan mencakup pancang pendahuluan, penumbangan pohon,

pencacahan dan penghancuran cacahan serta penanaman. Pekerjaan yang

merupakan kunci dalam aplikasi teknik tanpa bakar in adalah penumbangan dan

pencacahan serta penghancuran dengan menggunakan alat berat seperti eskavator

dan traktor ( Purba dkk, 1997 )


Peremajaan kelapa sawit dengan teknik tanpa bakar ini dapat dilakukan

dalam persiapan lahan dan sangat bergantung kepada keadaan topografi dan

keadaan lahan ( basah/kering ) serta peralatan yang digunakan. Topografi

dikelompokan berdasarkan kemiringan lereng yaitu datar sampai dengan

berombak ( 8% ), bergelombang ( 18-15 % ) dan berbukit (> 15 % ). Lahan

kering adalah lahan yang tidak pernah terendam air dalam waktu jangka lama,

sebaliknya lahan basah adalah lahan yang tidak kering atau selamanya terendam

air. Sampai sejauh ini, peremajaan dengan teknik tanpa bakar dengan

menggunakan peralatan eskavator, maka peremajaan dengan teknik tanpa bakar

ini hanya sesuai untuk lahan yang bertopografi datar berombak ( tingkat

kemiringan < 8% dan lahan kering ( Purba dkk, 1997 ).

Penerapan teknik zero burning dalam peremajan tanaman kelapa sawit

akan memberikan tambahan bahan organik kedalam tanah sehingga memperbaiki

kesuburan tanah. Penambahan bahan organik kedalam tanah juga akan

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Disamping itu kandungan nutrisi yang

jumlahnya cukup besar di dalam tanaman kelapa sawit yang akan diremajakan

akan didaur ulang kembali ke dalam tanah melalui proses dekomposisi tanaman

tersebut. Kandungan hara tanaman dari daur ulang tersebut akan mengurangi

kebutuhan pupuk organik ( Guritno, 1995 )

Menurut Purba dkk (1997) penerapan teknik tanpa bakar dapat diperoleh

beberapa manfaat seperti pencemaran udara dikurangi, kesuburan tanah

ditingkatkan dan nilai ekonomis dapat diperoleh. Kesuburan tanah dapat

meningkat melalui pengembalian bahan organik dan anorganik ke dalam tanah


dan nilai tambah ekonomis diperoleh dari perpanjangan masa panen selama 6-8

bulan.

Guritno (1997) mengemukakan manfaat pentingnya peremajaan kelapa

sawit tanpa bakar yaitu udara bebas dari pencemaran asap dan kesuburan tanah

meningkat. Dengan demikian batang sawit membusuk secara alami di lapangan

juga bermanfaat mengurangi erosi dan aliran permukaan, menigkatkan kandungan

bahan organik dan anorganik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah

secara langsung meningkatkan kesuburan fisik dan kimia tanah seperti perbaikan

tekstur tanah, kapasitas penahanan air dan kapasitas tukar kation meningkat,

plastisitas tanah dan kohesi tanah menurun.

Purba dkk, ( 1997 ) mengungkapkan perbaikan tanah yang diperoleh dengan

teknik tanpa bakar ini sangat bergantung kepada populasi tanaman sawit tua yang

akan diremajakan.

Sebagai gambaran jumlah hara yang kembali ke tanah dari hasil

pembusukan dalam peremajaan kelapa sawit disajikan dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. |Kandungan hara dari residu batang sawit tua pada peremajaan

Hara (Kg/ha )

Bagian tnaman N P K Mg

Batang 219,6 21,2 314,5 52,6

Pelepah 119,8 11,0 109,7 23,3

Total 339,4 32,2 424,2 75,9

Setara pupuk Urea CIRP MOP Kies

Total 737,9 204,8 848,4 487,5

Sumber : Hashim, dkk

Pekerjaan penumbangan dan pencacahan pada peremajaan tanpa bakar

relatif tidak bergantung kepada iklim terkecuali pada kondisi yang terlalu basah

karena dapat menghambat mobilitas alat berat yang digunakan. Sedangkan

peremajaan dengan cara bakar, penanaman baru dapat dilakukan setelah 6-8 bulan

penumbangan. Setelah itu, pembakaran baru dapat dilakukan setelah ada periode

kemarau sekurang-kurangnya 1 bulan.

Menurut Hashim dkk, ( 1997 ) dari hasil penelitian di Malaysia,

menunjukkan pertumbuhan tanaman pada peremajaan dengan teknik tanpa bakar

sama dengan cara bakar. Tetapi dalam kandungan hara daun, khususnya hara P

dan K, pada tahun ketiga setelah tanam lebih tinggi pada teknik tanpa bakar di

banding dengan teknik bakar. Sedangkan dalam hal produksi, ternyata tidak ada

perbedaan produksi pada panen tahun pertama antara teknik bakar dan teknik

tanpa bakar.
Perbandingan produksi panen TBS dengan teknik bakar dan tanpa bakar

dapat di lihat pada tabel 5 berikut ini ;

Tabel 5. Produksi TBS dengan teknik tanpa bakar dan bakar

Produksi TBS tahun pertama

TBS Jumlah tandan bobot tandan


Perlakuan (ton/ha) /ha (kg)

Tanpa bakar 9,70 1913 5,03

Tanpa bakar dihancurkan 10,72 1998 5,32

Tanpa dihancurkan dan


disebar 8,66 1658 5,14

Galat % +_1,33 185 0,25

Sumber: Hashim, dkk


III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Binanga Mandala kebun Merbaujaya

Indahraya Group. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan April sampai

dengan Mei 2012.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah dengan menggunakan metode

pengumpulan data dan analisa deskriptif, yang dilakukan dengan mengambil data

sekunder mengenai kajian biaya replanting di Kebun Merbaujaya Indahraya

Group PT. Binanga Mandala.

C. Pengamatan Parameter

Komponen pengamatan pada penelitian ini adalah :

1. Ketentuan/ kebijakan perusahaan melakukan replanting

2. Standard/ norma bahan

3. Standard/ norma tenaga kerja

4. Data kajian Biaya Replanting di Kebun Merbaujaya Indahraya Group PT.

Binanga Mandala Rantau Prapat.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Informasi Umum Kebun

Kebun PT. Binanga Mandala merupakan group kebun MIG (

Merbaujaya Indahraya Group ) berlokasi di kecamatan Silangkitang kota Rantau

Perapat kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Luas areal perkebunan

ini adalah 349,59 ha, dimana areal tersebut dibagi menjadi 3 bagain tahun tanam

baru yakni tahun 2008 dengan luas areal 133,62 ha, tahun tanam 2009 dengan

luasan 125,74 dan tahun tanam 2010 dengan luasan areal 90,23 ha.

Gambar 1 . lokasi replanting kebun PT. Binanga Mandala


Gambar 2. Areal perkebunan PT. Biananga Mandala (daerah berbukit ) Bukit

rahayu

Berdasarkan kelas kesesuaian lahan, Kebun PT. Binanga Mandala

digolongkan kedalam kelas kesesuaian lahan kelas II dan kelas III dengan

perkiraan estimasi produksi 20-22 ton / ha / tahun.

Pada tabel di bawah ini dapat di lihat pembagian blok dan luas areal

serta tahun tanam baru tiap-tiap blok pada kebun PT. Binanga mandala :

Tabel 6. Daftar luas wilayah Kebun

Blok Jlh pohon luas (ha) thn tanam


I 4148.43 29.01 2008
II 2922.92 20.44 2008
III 2858.57 19.99 2008
IV 3221.79 22.53 2008
V 5955.95 41.65 2008

VI 5464.03 38.21 2009


VII 4746.17 33.19 2009
VIII 4167.02 29.14 2009
IX 3603.6 25.20 2009
X 2356.64 16.48 2010
XI 4654.65 32.55 2010
XII 4713.28 32.96 2010
XIII 1178.32 8.24 2010
Kadar hara atau kandungan hara perkebunan di wilayah Sumatera pada

umumnya menunjukkan kesuburan tanah yang tergolong rendah dan agak rendah.

Kemasaman ( pH ) tanah berkisar antara 4,7 5,5 yang tergolong agak rendah.

B. Alasan perusahaan melakukan replanting

Yang menjadi alasan dilakukannya replanting pada kebun PT. Binanga

Mandala ini adalah beberapa faktor di bawah ini:

a. Umur ekonomis tanaman yang sudah lebih dari 25 tahun

Pada dasarnya standart umur ekonomis tanaman kelapa sawit mencapai

umur 25 tahun, setelah berumur lebih dari 25 tahun kelapa sawit memang masih

memiliki produksi, namun produksi yang dihasilkan sudah tidak optimal lagi dan

biasanya membutuhkan perawatan dan membutuhkan biaya yang cukup ekstra,

itulah sebabnya beberapa kebun termasuk PT. Binanga Mandala melakukan

Replanting karena mempertimbangkan dari segi umur ekonomis dan biaya

perawatan tersebut tidak sebanding lagi dengan produksi yang dihasilkan.

b. Tinggi tanaman yang sudah melebihi 13 m sehingga sulit dalam pemanenan.

Tinggi tanaman kelapa sawit setelah lebih dari 13 tahun perlu dilakukan

pertimbangan untuk melakukan replanting, pertimbangan yang mendasar adalah

selain pemanen akan menggunakan alat panen atau eggrek yang tinggi bahkan
bersambung rotasi panen untuk tanaman diatas 13 m juga akan semakin berkurang

sehingga perlu dilakukan Peremajaan

c. Produksi per tahun tanaman yang sudah berada di bawah 14 ton / ha

Hal utama yang terpenting dalam perkebuanan kelapa sawit adalah

Produksi dimana produksi yang baik pada setiap hektarnya adalah 20-22 ton/ ha/

tahun, pada kebun PT Binanga Mandala produksi yang di capai pada tahun 2009

sudah berada di kisaran 14 ton/ha/thn, sehingga diambil kebijakan untuk

melakaukan replanting.

d. Jumlah SPH ( tegakan ) di bawah 100 pohon/ ha

Salah satu faktor yang menunjang produksi suatu perkebunan kelapa

sawit adalah jumlah tegakan yang optimal yakni 143 phn/ha dengan demikian

jumlah produksi yang didapat juga akan optimal, namun pada sat ini jumlah

tegakan yang ada di kebun Binanga Mandala adalah dibawah 100 phn/ha, dengan

demikian pihak perusahaan mengambil kebijakann untuk melakukan peremajaan

dan system peremajaan yang dipakai adalah dengan menggunakan system

replanting.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka pihak perusahaan

melakukan kegiatan replanting, dimana blok-blok yang direplanting disajikan

pada tabel dan peta berikut


Tabel 7. Daftar blok yang direplanting

Blok thn tanam Jlh pohon luas (ha)

I 2008 4148.43 29.01

II 2008 2922.92 20.44

III 2008 2858.57 19.99

IV 2008 3221.79 22.53

V 2008 5955.95 41.65

Total 19107,66 133,62

C. Tahapan-tahapan Replanting

1. Land clearing

Teknis dalam melaksanakan peremajaan Tanaman kelapa sawit dengan


sistem Replanting pada areal datar berbeda halnya dengan teknis pada areal.

a. Pancang Rumpukan

Pancang rumpukan gunanya untuk tempat susunan batang pohon yang

telah ditumbang dengan arah Utara Selatan dan dengan sistem 2 : 1 artinya dua

barisan tanaman disusun/dirumpuk pada satu baris, dimana lebar rumpukan adalah

2 meter dan lebar antar rumpukan 15,6 m (jarak tanam 9 x 7,8 m).

b. Penumbangan

Semua pohon yang masih berdiri harus ditumbang tanpa kecuali,

penumbangan dilakukan dengan menggunakan alat berat Excavator jenis PC 200,

dengan kapasitas kerja rata-rata 180 pokok dengan waktu kerja 10 jam per hari

dan kebutuhan bahan bakar rata-rata 18 20 liter per jam.


Gambar 3. Penumbangan menggunakan Exavator

c. Pembongkaran Pangkal Batang

Setiap pangkal batang harus dibongkar atau digali dan tanah galiannya

ditempatkan pada rumpukan dengan menggunakan bucket excavator dengan

ukuran lubang 1,5 x 1,5 x 1 meter, tujuannya adalah untuk mencegah intensitas

serangan ganoderma pada tanaman baru.

Gambar 4. Lubang Galian pangkal batang


d. Perumpukan batang

batang tanaman yang telah ditumbang semuanya di stacking


Batang-batang

(dirumpuk/disusun) pada barisan windrowing dengan arah Utara Selatan secara

memanjang dan lebar rumpukan tidak lebih dari 2 meter serta jarak antara

rumpukan 15,6 meter (berdasarkan jarak tanam).

e.Perencekkan Pelepah

Agar rumpukan terlihat rapi dan bersih seluruh pelepah yang berserakan

harus dipotong dan ditumpukan pada rumpukan bagian atas. Pekerjaan ini

dikerjakan secara manual.

Gambar 5. Perencekkan Pelepah

2. Pengawetan Tanah

Pengawetan tanah yang dilakukan pada saat melakukan kegiatan

replanting bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan juga kimia tanah sehingga

tanah akan jauh lebih subur dari sebelumnya akibat pemakain bahan organic

maupun unsur hara yang ada di dalam tanah selama masa 25 tahun yang lalu.
Kegiatan pengawetan tanah dilakukan dengan berbagi cara diantaranya adalah

pemerataan tanah, membajak dengan alat berat atau mekanis dan juga

penambahan unsur hara dengan cara penambahan pupuk sebelum lahan di tanami.

3. Kacangan Penutup Tanah

Tanah bertopografi datar

Penanaman kacangan bertujuan untuk :

 Melindungi tanah dari bahaya erosi.

 Menekan pertumbuhan Gulma, sekaligus menekan biaya weeding

 Memperbaiki struktur tanah serta untuk menyuburkan tanah.

 Melindungi tanah dari penyinaran sinar matahari secara langsung

serta menjaga kelembaban tanah.

Jenis tanaman penutup tanah/kacangan pada areal replanting saat ini

adalah Mucuna Bracteata.

Area berbukit ( Terasan )

Penanaman kacangan pada teras areal dilakukan pada bibir teras dengan

jarak tanam 2 m, dan diarahkan diantara teras.

Gambar 6 . Penanaman kacangan pada area teras. Gambar 7.


Penanamna kacangan areal datar
d
4. Persiapan Penanaman

b. Pemancangan

Areal datar

Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur maka terlebih

dahulu dilakukan pemancangan areal, pemancangan pada areal yang rata jarak

barisan dan antara pokok sesuai dengan jarak tanam yang direncanakan.

Ada 3 jenis jarak tanam (planting distance) kelapa sawit yang diterapkan di

PT.PP. London Sumatra Indonesia Tbk, yaitu :

 Dengan kerapatan tanaman 128 pokok/ha = 9,50 x 8,22 m

 Dengan kerapatan tanaman 135 pokok/ha = 9,25 x 9,01 m

 Dengan kerapatan tanaman 145 pokok/ha = 9,00 x 7,80 m

Cara memancang:

 Tentukan arah Utara Selatan dengan Kompas, kemudian ambil arah Timur

Barat.

 Tentukan jarak antara barisan dengan menggunakan dalil phytagoras.

Tentukan pancang kepala Utara Selatan setiap 9,00 m dan tentukan juga

pancang kepala Timur Barat setiap 15,6 m dan ditengahnya dibuat pancang

kepala yang maju setengah jarak tanam. Untuk arah Utara Selatan dapat ditarik

dengan menggunakan kawat yang sudah dibuat ukuran 9,00 m dan diberi tanda

untuk mengisi anak pancang atau dengan cara menambah dari pancang kepala

yang sudah dibuat.


x x
9,00 m x U
x x
x
x x
7.8 m S

Gambar 8. Gambar pemancangan untuk lubang tanam kelapa sawit


Areal Teras

Pancang point pada area teras tidak sama dengan pancang point pada area

datar, pancang point pada area teras harus disesuaikan dengan jarak antar teras,

point pada teras jaraknya 1,5 m dari dinding teras. Lihat table dibawah ini.

Tabel 8. Jarak Pancang Pada areal teras.


SPH 143 SPH 135 SPH 128 SPH 151 SPH 121
NO Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Tanam
Teras Tanam Teras Tanam Teras Tanam Teras Tanam Teras
9,50
1 9,00 7,80 9,25 8,00 8,20 9.75 8,40 8,75 7,60
9,75
2 9,25 7,60 9,50 7,80 8,00 10,00 8,20 9,00 7,40
10,00
3 9,50 7,40 9,75 7,60 7,80 9,50 8,70 9,25 7,20
9,25
4 9,75 7,20 10,00 7,40 8,50 9,25 8,90 9,50 7,00
9,00
5 10,00 7,00 9,00 8,20 8,70 9,00 9,10 9,75 6,80
7 8,50 8,20 8,50 8,70 8,50 9,20 8,50 9,70 8,50 7,80
8 8,25 8,50 8,25 9,00 8,25 9,50 8,25 10,00 8,25 8,00
8,00
9 8,00 8,80 8,00 9,30 9,80 8,00 10,30 8,00 8,30
a. Pembuatan Lobang Tanaman

Tujuan pembuatan lobang tanam adalah :

Mempermudah penanaman

Untuk memungkinkan udara masuk kedalam tanah

Untuk pemupukan sebelum tanam

Untuk menggemburkan tanah

Ukuran dan cara melobang

Ukuran lobang dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm, lobang digali

disebelah pancang arah Utara dengan jarak 10 cm dari pancang.

Membuat lobang, pancang tidak dicabut

Tanah top soil dipisah dengan tanah sub soil.

b. Penanaman Bibit Kelapa Sawit

Penanaman adalah suatu pekerjaan utama dan sangat penting, sebab

kelalaian pada waktu tanam akan berakibat bibit yang ditanam akan kering dan

mati atau mengalami gangguan sehingga pertumbuhannya tidak normal, hal ini

adalah kerugian besar bagi Perusahaan. Penanaman membutuhkan koordinasi,

oganisasi dan pengawasan kerja yang baik.

Prosedur dan cara penanaman :

Sebelum penanaman dimulai tanah disekeliling lobang tanaman 1,5 m harus

diratakan sehingga tanaman benar-benar tegak lurus ditanah rata.

Lobang tanaman diberi pupuk CIRP sebanyak 400 gr/lubang dan dibagi 2

bagian, satu bagian didalam lobang dan sisanya ditanah galian top soil
Bibit diecer dan diletakkan disamping lobang tanaman.

Kedalaman lobang tanaman diukur sama dengan tinggi polybag ditambah 5

cm, bila lubang kurang dalam maka harus didalamkan dan bila terlalu dalam

maka lubang ditimbun dengan top soil.

Dasar polybag diiris/disayat dengan pisau secara melintang

Bibit dimasukkan kedalam lobang kemudian diluruskan


diluruskan dan ditegakkan, bila

sudah lurus dan tegak baru diiris/disayat sisi kiri dan kanan polybag

Lalu ditimbun dengan tanah, Penimbunan dilakukan 2 tahap yaitu :

Tahap I, top soil dimasukkan sampai lobang kemudian dipadatkan pakai

gejik. Tahap II, lobang ditimbun penuh sampai permukaan bibir lobang

(tanah polybag/leher akar hanya tertimbun 3 cm) dan dipadatkan.

Circle atau tanah disekitarnya kalau belum rata benar harus diratakan

kembali 1 1,5 m.

Gambar 9. Lobang Diberika pupuk RP dan


dan Dolomite Gambar 10. Bibit
yang sudah siap ditanam.
Rekapitulasi total biaya

land clearing 461,512,048.00

kacangan 117,092,806.00

Teras dan jalan 689,711,612.00

tanam bibit 423,237,309.00

Gaji 54,056,212.00

Perbandingan (%) Biaya yang dikeluarkan

3%

26% land clearing


24%
kacangan
teras dan jalan
tanam bibit
gaji
7%

40%

Perbandingan persentase total biaya yang dikeluarkan dalam pekerjaan


Replanting di PT.Binanga Mandala pada diagram lingkar diatas menerangkan
bahwasanya:

Biaya land clearing = 26 %


Biaya kacangan =7%
Biaya Teras dan jalan = 40%
Biaya tanam bibit = 24%
Biaya gaji = 3%
(Persentase di dapat dari total keseluruhan biaya yang dikeluarkan)

Dari data diatas maka didapat kesimpulan bahwasanya biaya terbesar adalah
pada saat pembuatan terasbdan jalan sebesar 40% dari Rp. 1,691,553,775.00,
sedangkan biaya termurah pada gaji yakni 3 %.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Total biaya yang dikeluarkan oleh PT. Binanga Mandala Afdeling Aek

Kulim untuk melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit di kebun tersebut

dengan menggunakan sistem replanting dengan luas areal tahun tanam 2008

dengan luas areal 133,62 ha adalah sebesar Rp. 1.691. 553.775, dan biaya Biaya

per hektar yang di keluarkan adalah sebesar Rp. 1.691. 553.775 / 133,62 ha = Rp.

12.659.435,53

B.Saran

Dalam peremajaan tanaman ulang kelapa sawit dengan system replanting

membutuhkan biaya yang besar sehingga pihak kebun perlu mengoptimalkan

tenaga dan biaya yang ada sehingga kelebihan biaya yang lebih besar lagi dapat di

perkecil dan pengawasan akan biaya sangat perlu diperhatikan.


DAFTAR PUSTAKA
Fauzi Y,. Widyastuti E.Y.,Satyawibawa I., dan hrtono R., 2002. Kelapa Sawit
Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya. Jakarta

Guritno, P. 1995 konsep Zero burning. Warta Pusat Penelitian Tanaman Kelapa
Sawit, Medan ., Vol 3 (1):15-20

Http://Sinartani.Com/Informasi-Terkini/Sorotan/437.Html

Http://Google.Co.Id/Search?Hl=Id&Source=Hp&Biw=1366&Bih=575&Q=Pere
majaan+Kelapa+Sawit&Oq=Peremajaan+Kelapa+Sawit&Aq=F&Aqi=&A
ql=&Gs_Sm=E&Gs_Upl=1133l11335l0l12176l23l19l0l0l0l0l2011l4787l0
.7.8-1.1l9l0

Hasim, M., C.H. Toeh, A. Kamarudzaman and M.Ali. 1993. Zero-burning-


Anenviromentaly friendly replanting technique. Proceeding of the 1993
Porim Internasional Palm Oil Congres. Kuala Lumpur : Palm Oil Research
Institude of Malaisya, p. 185-195.

Lubis, Adlin U, 2008., Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis jacq ) di Indonesia


(edisi revisi 2), Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan

Maherton, Timbul Nainggolan, 2010., Kajian Biaya Peremajaan Tanaman Kelapa


Sawit Sistem Replanting dan Underplanting, Medan.

Purba A., Z.Poeloengan., P.Guritno.1997., Aplikasi Teknik Tanpa Bakar Untuk


Peremajaan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Sunarko, 2008 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit USU, Medan

Sutanto, A, Prasetyo. A.E.2008 Teknik Replanting Kelapa Sawit Yang Aman


Terhadap Penyakit Ganoderma dan Oryctes rhinoceros Warta PPKS
Medan Vol 10 (2-3): 19-20
Tina, Mawar Hutauruk, 2009., Optimalisasi Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit
dengan peremajaan Sistem Underplanting, Medan.

Vademecum Kelapa sawit, .1999 (Seri Bidang Tanaman ) PT. Perkebunan


Nusantara IV ( Persero), Bah Jambi- P. Siantar, Sumut- Indonesia

Anda mungkin juga menyukai