Anda di halaman 1dari 12

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885

ISSN O 2503-4960

ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT


(Elaeis guinensis Jacq) PADA TINGKAT PETANI DI DESA BADAK
MEKAR KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Muchsin1 dan Abdul Kholik Hidayah2


1
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia.
2
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75124, Indonesia.
E-Mail: muchsin@untag-smd.ac.id

ABSTRAK

Analisis Finansial Usaha Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) pada Tingkat Petani di Desa
Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisis kelayakan, mengetahui layak tidaknya usaha
pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara; (2)
Untuk mengetahui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pembibitan kelapa sawit di Desa
Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara.
Objek penelitian ini adalah petani penangkar bibit di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, khususnya menyangkut pengelolaan, biaya produksi,
produksi dan pendapatannya serta permasalahan yang ada.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan efektif, dimulai bulan Desember 2013 sampai dengan bulan
Februari 2014, dengan metode sensus kelompok tani penangkar bibit kelapa sawit di Desa Badak Mekar,
dimana semua bibit tanaman sebanyak 99.000 bibit sebagai obyek penelitian yang terdapat di pembibitan
yang terdapat di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara.
Analisis kelayakan finansial pada usaha pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara
Badak Usaha pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Mekar menguntungkan, besarnya Rp.
1.644.685.000,00.
Usaha tani pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Mekar layak diusahakan. B/C rasio yang diperoleh
sebesar 2,661, produktivitas produksi lebih besar BEP produksi yaitu 99.000 bibit > 38.086 bibit dan harga
yang diterima oleh pemilik persemaian lebih besar dari BEP harga yaitu Rp.27.000,00 > Rp.10.387,00.
Selain manfaat ekonomi pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak juga
memberikan manfaat sosial berupa pemberdayaan masyarakat sekitar pembibitan seperti tenaga kerja harian,
borongan, bulanan, dan nilai sisa hasil pembibitan yang masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Berdasarkan hasil-hasil tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah pihak pengelola pembibitan
sebaiknya memperhatikan pengaruh inflasi dalam mengusahakan pembibitan kelapa sawit agar supaya nilai
cashflow yang dihitung akan lebih mendekati nilai yang sebenarnya, pihak pengelola pembibitan kelapa
sawit sebaiknya meningkatkan efisiensi baik untuk sarana produksi dan tenaga kerja untuk meningkatkan
pendapatan, dan pihak pengelola pembibitan selain meluaskan usahanya diharapkan selain membuka
lapangan pekerjaan, perlu dikaji ulang jumlah tenaga kerja harian dan bulanan yang disesuaikan produk bibit
yang dihasilkan.
Kata kunci : Analisis finansial, pembibitan kelapa sawit.

ABSTRACT

Financial Analysis of Oil Palm (Elaeis guinensis Jacq) Nursery Business at Farmer Level in the village
of Badak Mekar Sub District Muara Badak, Kutai Kartanegara Regency of East Kalimantan
Province. The purpose of this study is: (1) To determine the feasibility of oil palm nursery business in the
village of Badak Mekar Sub District Muara Badak Kutai Regency, (2) To determine the benefits received and
costs incurred in oil palm seedlings business in studied area.

259
Analisis Finansial Y Muchin dan Abdul Kholik Hidayah.

Object of this study is the oil palm breeder farmer in the village of Badak Mekar Sub District Muara Badak
Kutai Regency of East Kalimantan Province, particularly with regard to the management, production costs,
production and sales as well as existing problems.
This study was conducted over three months effectively, starting in December 2013 and ending in February
2014, with the census method farmer groups palm seed breeder in the studied area, where all 99,000
seedlings as the research object contained in the nursery contained in the studied area.
Financial feasibility analysis on the oil palm seedling business in the studied area was profitable, the amount
of Rp. 1.644.685.000.00.
The oil palm nursery business was viable. B/C ratio of 2.661 is obtained, greater productivity BEP
production more production of 99.000 seedlings > 38.086 seeds and the price received by the owner of the
nursery is greater than BEP price is Rp.27.000,00 > Rp.10.387,00.
In addition to the economic benefits of the business in the studied area also provide social benefits in the
form of community development as daily labor, contract worker, monthly worker, and culling seedling
results still can be used by the community.
Based on these results, the suggestions was the manager of the nursery should consider the effects of inflation
in oil palm breeding attempt so that the calculated value of the cash flow will be much closer to the actual
values, the manager of the nursery oil palm seedlings should increase the amount of oil palm seedlings
because the market that determines seedling production results in the long term, and the manager of the
nursery in addition to expanding its business to provide employment, and regarding the use of daily and
monthly labor need to be reviewed and be adjusted with the seedling produced for sale.
Key words : Financial analysis, oil palm nursery.

1. PENDAHULUAN pemerintah dalam bentuk Perkebunan


Besar Negara (PBN) maupun oleh
Dalam perekonomian Indonesia,
perusahaan swasta dalam bentuk
komoditas kelapa sawit (terutama minyak
Perkebunan Besar Swasta (PBS). Ada
sawit) mempunyai peran yang sangat
beberapa alasan, mengapa perkebunan
strategis. Peran tersebut antara lain yaitu
kelapa sawit jarang muncul dikalangan
pertama minyak sawit merupakan bahan
petani karena membangun perkebunan
utama minyak goreng, sehingga
kelapa sawit membutuhkan modal yang
memerlukan pasokan yang kontinyu ikut
besar dan teknologi yang mahal. Sampai
menjaga kestabilan harga minyak goreng.
saat ini belum ditemukan suatu teknologi
Hal ini penting, sebab minyak goreng
yang sederhana yang bisa digunakan oleh
yang merupakan salah satu dari sembilan
petani untuk memproses buah kelapa
bahan pokok kebutuhan masyarakat
sawit menjadi minyak sawit yang siap
sehingga harga harus terjangkau oleh
untuk dipasarkan oleh petani.
seluruh lapisan masyarakat. Kedua kelapa
Pemerintah dan perkebunan
sawit merupakan salah satu komoditas
swasta berupaya meningkatkan
pertanian andalan ekport non migas,
produktivitas CPO nasional, melalui
komoditas ini memiliki prospek yang
peningkatan perkebunan rakyat, dan telah
sangat baik sebagai sumber perolehan
banyak pembuatan tempat pembibitan
devisa maupun pajak. Ketiga, dalam
untuk memproduksi bibit pre-nursery
proses produk maupun pengolahan juga
kelapa sawit berumur tiga bulan dan bibit
mampu menciptakan kesempatan kerja
main-nursery yang telah dibesar selama
dan sekaligus meningkatkan
delapan sampai sepuluh bulan. Dengan
kesejahteraan masyarakat.
keberadaan pembibitan tersebut,
Pengembangan kelapa sawit di
diharapkan memproduksi bibit yang
Indonesia secara umum dan khususnya di
terjangkau harganya dengan kualitas yang
daerah Kalimantan Timur, sebagai
baik secara tidak langsung akan
komoditas perkebunan selalu dilakukan
menyumbangkan produktivitas CPO
oleh perkebunan besar yang dimiliki oleh
Indonesia dimasa yang akan datang.

260
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885
ISSN O 2503-4960

Wilayah Kabupaten Kutai 2.2. Objek Penelitian


Kartanegara masih banyak lahan yang Obyek penelitian ini adalah petani
belum termanfaatkan dengan kenyataan penangkar bibit kelapa sawit di Desa
masih banyak lahan yang kosong dan Badak Mekar Kecamatan Muara
masih ditumbuhi alang-alang yang Badak Kabupaten Kutai Kartanegara
termasuk lahan kritis. Usaha penanaman Provinsi Kalimantan Timur,
kelapa sawit merupakan hal yang baik khususnya menyangkut pengelolaan,
untuk memperbaiki kondisi lingkungan biaya produksi, produksi dan
atau rehabilitasi lahan dan dapat juga pendapatannya serta permasalahan
menghasilkan keuntungan bagi yang ada.
masyarakat baik berupa hasil komiditas
kelapa sawit berupa buah dan hasil yang 2.3. Alat dan Bahan
lainnya. Bahan yang digunakan dalam
Untuk memenuhi permintaan penelitian ini adalah kuisioner daftar
akan penanaman kelapa sawit maka perlu pengeluaran dan pendapatan serta
juga penyiapan bibit kelapa sawit yang harga jual bibit kelapa sawit siap
siap ditanam di areal perkebunan negara, tanam disesuaikan harga pasar saat
perkebunan swasta maupun milik ini.
masyarakat. Persemaian kelapa sawit Alat yang digunakan dalam
salah penopang kebutuhan tersebut maka penelitian ini adalah : alat tulis
perlu dilakukan penelitian tentang menulis, digunakan untuk mencatat
Analisis Finansial Usaha Pembibitan hasil data yang diperlukan.
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) kalkulator, digunakan untuk
pada Tingkat Petani di Desa Badak menghitung hasil yang didapat dari
Mekar Kecamatan Muara Badak lapangan, kamera, digunakan untuk
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi mengambil dokumentasi di lapangan.
Kalimantan Timur. Tujuan penelitian
adalah untuk menganalisis kelayakan, 2.4. Metode Pengambilan sampel
mengetahui layak dan tidaknya usaha Prosedur dan cara pengumpulan data
pembibitan kelapa sawit di Desa Badak yang digunakan dalam penelitian ini
Mekar Kecamatan Muara Badak terdiri dari langkah-langkah sebagai
Kabupaten Kutai Kartanegara dan berikut:
mengetahui pendapatan yang diterima Metode Pengambilan data
dan biaya yang dikeluarkan pembibitan Metode yang digunakan dalam
kelapa sawit di Desa Badak Mekar penelitian ini adalah metode sensus
Kecamatan Muara Badak Kabupaten Singarimbun (1987) dan Hidayah
Kutai Kartanegara. (1988). Pada kelompok penangkar
bibit kelapa sawit di persemaian
2. METODA PENELITIAN yang berada di Desa Badak Mekar,
dimana semua bibit tanaman
2.1. Tempat dan Waktu sebanyak 99.000 bibit sebagai obyek
Penelitian ini dilaksanakan di penelitian yang terdapat di
pembibitan yang berada di Desa persemaian di Desa Badak Mekar
Badak Mekar Kecamatan Muara Kecamatan Muara Badak Kabupaten
Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kutai Kartanegara.
Provinsi Kalimantan Timur. Pada
bulan Desember 2013-Februari 2014. 2.5. Metode Pengumpulan Data

261
Analisis Finansial Y Muchin dan Abdul Kholik Hidayah.

Data yang digunakan dalam Usaha pembibitan kelapa sawit


penelitian ini meliputi data primer adalah kegiatan yang ditujukan untuk
dan data sekunder. Data primer menghasilkan output (penerimaan
diolah yang diperoleh melalui dengan input fisik, tenaga kerja dan
pengamatan dan pencatatan modal. Penerimaan total adalah nilai
langsung, dan wawancara dengan produk total usaha pembibitan dalam
pengelola persemaian di Desa Badak jangka waktu tertentu. Pengeluaran
Mekar. Data sekunder diperoleh dari total pembibitan kelapa sawit nilai
lembaga dan instansi terkait di semua input yang dikeluarkan dalam
daerah penelitian di tingkat dinas proses produksi.
pertanian, kantor kecamatan, kantor Total Biaya
kelurahan dan instansi terkait Dianalisis dengan metode perhitungan,
lainnya. menurut Soekartawi (2002) yaitu:
Ada dua cara yang digunakan untuk TC FC VC
pengumpulan data yaitu: Dimana :
Data primer meliputi: TC = Total Cost (Total Biaya)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
a. Wawancara dengan pemilik VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
pembibitan dan karyawan
pembibitan Total Penerimaan
Wawancara dilakukan terhadap Untuk mengetahui jumlah penerimaan
beberapa responden yang yang diperoleh dapat diketahui dengan
berhubungan langsung dengan metode perhitungan, menurut
kegiatan di pembibitan yang Soekartawi (2002) yaitu:
berda di Desa Badak Mekar TR P x Q
Kecamatan Muara Badak. Dimana:
Wawancara dilakukan terhadap TR = Total penerimaan/Total revenue
6 orang yang mewakili P = Harga Produksi/Price
kelompok. Q = Jumlah Produksi
b. Identitas responden : Nama,
Pendapatan
umur, pendidikan, suku, asal-
Pendapatan dapat dihitung dengan
usul daerah, jumlah keluarga
cara mengurangkan total penerimaan
c. Kepemilikan dan pengelolaan
dengan total biaya, dengan
lahan usaha
perhitungan, menurut Mubyarto
d. Biaya produksi, jumlah
(1994) yaitu:
produksi, harga dan
I TR - TC
pendapatan
e. Harga input dan out put dan Dimana:
upah tenaga kerja I = Pendapatan/Income
f. Peluang pasar bibit kelapa TR = Total penerimaan/total revenue
sawit. TC = Total Biaya/total cost
Data sekunder meliputi :
a. Data persemaian yang Efisiensi Usaha Tani
mendukung penelitian seperti Net benefit cost ratio (Net B/C ratio)
jumlah karyawan, produktifitas adalah perbandingan antara
dan yang lainnya. penerimaan dan total biaya
b. Monografi Desa keseluruhan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
2.6. Analisis Data

262
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885
ISSN O 2503-4960

B/C Rasio
Penerimaan Usaha Tani dengan penyediaan bibit yang cukup
Total Biaya Keseluruhan besar akan dapat memasok keperluan
bibit siap tanam pada daerah yang sangat
Kriteria berdasarkan B/ C rasio adalah: potensi untuk penanaman sawit karena
Jika B/C rasio > 1, maka usaha layak untuk hampir setiap kabupaten
dilaksanakan
Jika B/C rasio = 1, maka usaha layak impas
mengembangkan agribisnis kelapa sawit
Jika B/C rasio < 1, maka usaha tidak layak ini.
untuk dilaksanakan
3.2. Aspek Lingkungan dan Sosial
Break Even Point
Break Even Point (BEP) adalah titik Pengelolaan aspek non finansial
pulang pokok dimana Reveneu sama meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
dengan total cost. BEP dengan hukum, dan aspek sosial ekonomi dan
perhitungan sebagai berikut: lingkungan. Dalam aspek ini dijelaskan
a. Produksi Minimal tentang potensi pasar pembibitan kelapa
sawit di Kecamatan Muara Badak
Biaya Tetap Total khususnya dan Kalimantan Timur
BEP umumnya. Lokasi produksi, skala
Harga Jual per Satuan - Biaya Variabel per Satuan
atau operasional, lay out produksi dan proses
produksi pembibitan kelapa sawit.
Total Biaya Produksi Sedangkan aspek ekonomi sosial dan
BEP lingkungan mengkaji tentang manfaat dan
Harga Jual per Satuan resiko yang diterima oleh pemilik,
pemerintah, masyarakat sekitar dan
b. Penerimaan Minimal lingkungan. Secara umum aspek
Biaya Tetap Total lingkungan sangat sesuai untuk
BEP +
Biaya Variabel Total pengembangan budidaya kelapa sawit
1-
Penerimaan Total baik keadaan alam dan iklimnya, bahwa
kelapa sawit semula merupakan tanaman
c. Tingkat Harga Minimal yang tumbuh liar di hutan-hutan, lalu
Total Biaya Produksi dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit
BEP memerlukan kondisi lingkungan yang
Total Hasil Produksi
baik agar mampu tumbuh dan
berproduksi secara optimal. Keadaan
iklim dan tanah merupakan faktor utama
3. HASIL PENELITIAN DAN bagi pertumbuhan kelapa sawit, di
PEMBAHASAN samping faktor-faktor lainnya seperti
sifat genetika, perlakuan budidaya, dan
3.1. Keadaan Pembibitan Kelapa Sawit di penerapan teknologi lainnya. Iklim sangat
Desa Badak Mekar Kecamatan sesuai yaitu kelapa sawit termasuk
Muara Badak. tanaman daerah tropis yang tumbuh baik
Pembibitan kelapa sawit yang antara garis lintang 130 Lintang Utara dan
berada di Desa Badak Mekar Kecamatan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan
Muara Badak Kabupaten Kutai Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Kartanegara dengan kapasitas bibit Keadaan iklim yang dikehendaki oleh
mencapai 100.000 bibit sangat strategis kelapa sawit secara umum adalah sebagai
karena terletak di jalur jalan Samarinda- berikut : curah hujan tanaman kelapa
Sangatta terletak di KM.45. Pembibitan sawit menghendaki curah hujan 1.500-

263
Analisis Finansial Y Muchin dan Abdul Kholik Hidayah.

4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan
optimal 2.000-3.000 mm per tahun, produksi yang tinggi dibutuhkan
dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari kandungan unsur hara yang tinggi juga.
180 hari per tahun. Pembagian hujan Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi
yang merata dalam satu tahunnya asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan pH
berpengaruh kurang baik karena optimum 5,0-5,5. Lay out pembibitan
pertumbuhan vegetatif lebih dominan kelapa sawit di Desa Badak Mekar
daripada pertumbuhan generatif, sehingga
bunga atau buah yang terbentuk relatif 3.3. Biaya Pengelolaan
lebih sedikit. Namun curah hujan yang
terlalu tinggi kurang menguntungkan Pembibitan kelapa sawit waktu 3 bulan-
bagi penyelenggaraan kebun karena 12 bulan baru dapat ditanam di lapangan,
mengganggu kegiatan di kebun seperti oleh karena itu pembibitan kelapa sawit
pemeliharaan tanaman, kelancaran memerlukan investasi sekitar selama 3
transportasi, pembakaran sisa-sisa tahun.
tanaman pada pembukaan kebun, dan
terjadinya erosi. 1. Biaya Tetap (Investasi)
Keadaan curah hujan yang kurang Besarnya biaya investasi yang
dari 2.000 mm per tahun tidak berarti dikeluarkan untuk biaya tetap sebesar Rp.
kurang baik bagi pertumbuhan kelapa 100.800.000,00. Biaya tidak tetap ini
sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu terdiri dari biaya sewa lahan sebesar Rp.
tidak tercapainya jumlah curah hujan 37.500.000,00 dan sebesar
minimum yang mempengaruhi suhu dan Rp.4.375.000,00 untuk penataan batas
tinggi tempat, kelembaban dan untuk persemaian dan perintisan. Rincian
penyinaran matahari. biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 1
Selanjutnya tanaman kelapa sawit berikut:
membutuhkan unsur hara dalam jumlah
besar untuk pertumbuhan vegetatif dan
Tabel 1. Rincian Biaya Tetap Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit Di Desa Badak Mekar Kecamatan
Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara.
Penggunaa
n Untuk
N Harga Jumlah/ha
Uraian Vol Satuan Bibit Jumlah (Rp)
o. Satuan (Rp) (Rp)
Kelapa
Sawit (Rp)
A. Input/Biaya
I. Biaya Tetap
1 Sewa Lahan / 2.5 ha
2.5 ha 15,000,000.00 100% 37,500,000.00 15,000,000.00
2 Pembukaan Lahan 2.5 ha 1,750,000.00 100% 4,375,000.00 1,750,000.00

3 Pembelian Alcon 1.0 Unit 2,500,000.00 33% 825,000.00 330,000.00


4 Upah Merintis (3
orang 7 Hok) 21.0 Hok 100,000.00 100% 2,100,000.00 840,000.00
5 Upah Tenaga Kerja
Bulanan (3 org) 12.0 bln 2,700,000.00 100% 32,400,000.00 12,960,000.00
6 Pembelian sarlon 1,000.0 m2 15,600.00 100% 15,600,000.00 6,240,000.00
7 Kayu Penyanggah
Sarlon 1.0 m3 8,000,000.00 100% 8,000,000.00 3,200,000.00
Total Biaya Tetap 100,800,000.00
Sumber : Data Primer diolah (2014)

264
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885
ISSN O 2503-4960

2. Biaya Variabel atau Biaya Tidak herbisida, dan upah tenaga kerja. Biaya
Tetap (Biaya Operasional) tersebut dikelompokkan menjadi dua
Biaya variabel (biaya operasional) yaitu pertama sarana dan prasarana
adalah biaya yang dikeluarkan oleh produksi kedua upah tenaga kerja
pembibitan kelapa sawit antara lain Adapun rincian biaya variabel dapat
biaya-biaya pembelian bibit, pupuk, dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Rincian Pengeluaran Kas Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit di Desa Badak Mekar Kecamatan
Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara.
Penggunaan
Harga Untuk Bibit
No. Uraian Volume Satuan Jumlah (Rp) Jumlah/ha (Rp)
Satuan (Rp) Kelapa Sawit
(Rp)

II. Biaya Tidak Teap

1 Pembelian
polybag kecil (1kg
isi 296 lbr) 340 kg 22,000.00 100% 7,480,000.00 2,992,000.00
2 Pembelian
polybag besar (1
kg isi 23 lbr) 4,350 kg 22,000.00 100% 95,000,000.00 38,000,000.00
3 Pembelian Bibit
Kecambah 100,000 bj 7,000.00 100% 700,000,000.00 280,000,000.00
4 Pembelian Pupuk
Organik 40 btl 35,000.00 100% 1,400,000.00 560,000.00
5
Pembelian Pupuk 1,200 kg 7,500.00 100% 9,000,000.00 3,600,000.00
6 Pembelian
Herbisida 20 lt 50,000.00 100% 1,000,000.00 400,000.00
7 Pembelian
Insektisida 50 btl 50,000.00 100% 2,500,000.00 1,000,000.00
8 Pembelian
Roundap 20 ltr 80,000.00 100% 1,600,000.00 640,000.00
9 Pembelian
cangkul 5 bh 20,000.00 100% 100,000.00 40,000.00
10
Pembelian Terpal 3 bh 45,000.00 100% 135,000.00 54,000.00
11 Pembelian
Gembor 3 bh 35,000.00 100% 105,000.00 42,000.00
12 Pembelian Kereta
Dorong Artco 2 bh 450,000.00 50% 450,000.00 180,000.00
13 Pembelian
Gerobag/Becak 2 bh 800,000.00 50% 800,000.00 320,000.00
14 Pembelian Kunci
Inggris 1 bh 90,000.00 50% 45,000.00 18,000.00
15 Pembelian Selang
Benang 250 m 3,600.00 100% 900,000.00 360,000.00
16
Pembelian Bensin 2,000 lt 6,500.00 100% 13,000,000.00 5,200,000.00
17 Upah Pengisian
Polybag Kecil 100,000 bj 100.00 100% 10,000,000.00 4,000,000.00
18 Upah Pengisian
Polybag Besar 100,000 bj 300.00 100% 30,000,000.00 12,000,000.00
19 Upah Kerja
Harian (3 Org) 12 bln 4,500,000.00 100% 54,000,000.00 21,600,000.00
Total Biaya Variabel 927,515,000.00

Sumber : Data Primer diolah (2014)

265
Analisis Finansial Y Muchin dan Abdul Kholik Hidayah.

3.4. Produksi Bibit menurut Soekartawi (2002) sebagai


berikut:
Produksi bibit di pembibitan Desa TR P x Q
Badak Mekar Kecamatan Muara
Badak beradasarkan hasil observasi Dimana:
TR = Total penerimaan/Total revenue
dan penelitian, produk bibit kelapa P = Harga Produksi/Price
sawit bisa mencapai 99.000 bibit siap Q = Jumlah Produksi
tanam setiap 18 bulan. Produksi bibit
TR 27.000,00 x 99.000,00
ini apabila disesuaikan dengan harga
pasar saat ini pembibitan di Desa TR 2.673.000.000,00
Jadi total penerimaan usaha
Badak Mekar bisa mendapat hasil
pembibitan kelapa sawit di Badak
produk berupa uang sebesar Mekar dengan 2,5 ha sebesar Rp.
Rp.3.217.500.000,00. 2.673.000.000,00. Berdasarkan hasil
penelitian di PT Socfin Indonesia
3.5. Biaya Produksi Medan, analisis pendapatan dengan
jumlah bibit yang sama yaitu dalam 1
Total biaya produksi bibit kelapa
ha diperolah penerimaan sebesar Rp.
sawit di Desa Badak Mekar
1.940.030.906,00 selama satu tahun
Kecamatan Muara Badak sesuai
sepuluh bulan (Nugroho, 2008).
dengan pendapat Soekarwati (2002)
Persemaian di Desa Badak Mekar
sebagai berikut:
lebih rendah apabila dibandingkan
TC FC VC
hasil penelitian tersebut dikarenakan
Dimana : sarana dan prasarana serta
TC = Total Cost (Total Biaya) pengalaman pengelola menjadi faktor
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) utama untuk menunjang keberhasilan
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel) suatu produk bibit kelapa sawit.

3.7. Pendapatan
TC FC VC
TC 100.8000.000,00 927.515.000,00 Pendapatan adalah hasil bersih antara
penerimaan dengan biaya yang
TC Rp.1.028.315.000,00 dikeluarkan dalam satuan rupiah.
Jadi besarnya biaya usaha pembibitan Pendapatan dapat dihitung dengan
kelapa sawit sebesar Rp. perhitungan menurut Mubyarto (1994)
1.028.315.000,00 sebagai berikut:
I TR - TC

3.6. Penerimaan Dimana:


I = Pendapatan/Income
TR = Total penerimaan/total revenue
Penerimaan yang diterima TC = Total Biaya/total cost
berdasarkan perhitungan dalam usaha
pembibitan kelapa sawit di Desa I 2.673.000.000,00 - 1.028.315.000,00
Badak Mekar adalah harga produksi
dikalikan jumlah produksi. Untuk I 1.644.685.000,00
menghitung jumlah penerimaan Jadi pendapatan usaha pembibitan kelapa
sawit di Desa Badak Mekar Kecamatan

266
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885
ISSN O 2503-4960

Muara Badak dengan luas 2,5 ha sebesar dengan total cost. BEP dengan
Rp. 1.644.685.000,00 perhitungan sebagai berikut:
Total Biaya Produksi
BEP
3.8. Efisiensi Usaha Tani Harga Jual per Satuan
1.028.315.000,00
BEP
Berdasarkan perhitungan efisiensi 27.000,00
usaha tani pembibitan kelapa sawit BEP 38.086
dapat dihitung dengan Net benefit
cost ratio (Net B/C ratio) adalah Berdasarkan perhitungan BEP
perbandingan antara penerimaan dan harga pembibitan kelapa sawit di
total biaya keseluruhan biaya dapat pembibitan yang berada di Desa
dirumuskan sebagai berikut : Badak Mekar Kecamatan Muara
Badak layak diusahakan karena harga
Penerimaan Usaha Tani yang diterima lebih besar
B/C Rasio
Total Biaya Keseluruhan dibandingkan dengan harga produksi
yaitu Rp.27.000,00 per bibit
Kriteria berdasarkan B/ C rasio adalah:
dibanding dengan Rp. 10.387,00 per
Jika B/C rasio > 1, maka usaha layak untuk
dilaksanakan bibit. Dengan demikian ada selisih
Jika B/C rasio = 1, maka usaha layak impas harga atau keuntungan sebesar
Jika B/C rasio < 1, maka usaha tidak layak Rp.16.613 per bibit.
untuk dilaksanakan Sebelum menghitung BEP ada
baiknya untuk mempermudah
2.673.000.000,00
B/C Rasio
1.028.315.000,00
perhitungan dibawah ini adalah rumus
B/C Rasio 2,661 untuk menghitung Average Variable
Cost (Biaya Variabel Rata-Rata)
Menurut Mubyarto (1994), adalah biaya variabel yang
bahwa apabila usaha tani jika B/C dibebankan untuk setiap unit output
rasio >1, maka usaha layak untuk dengan rumus.
dilaksanakan. Pembibitan di Desa
Badak mekar berdasarkan hasil TVC
AVC
perhitungan B/C rasio sebesar 2,661. Q
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 927.515.000,00
pada usaha pembibitan kelapa sawit AVC
99.000,00
di pembibitan di Desa Badak Mekar
AVC 9.368,84
Kecamatan Muara Badak tersebut
menunjukkan indeks lebih dari satu Selanjutnya perhitungan Break Even
atau Net B/C > 1, suatu produksi Point (BEP) volume produksi sesuai
bibit kelapa sawit sangat dipengaruhi dengan Mubyarto (1994) sebagai
faktor benih yang bermutu atau berikut:
varietas yang unggul, media tanam, Biaya Tetap Total
BEP Produksi
pemeliharaan yang tepat. Harga Jual per Satuan - Biaya Variabel per Satuan

3.9. Break Even Point FC


BEP Produksi
P - AVC
Break Even Point (BEP) adalah titik
pulang pokok dimana Reveneu sama

267
Analisis Finansial Y Muchin dan Abdul Kholik Hidayah.

100.800.000,00 Pemasaran
BEP Produksi Di Indonesia pemasaran kelapa
27.000,00 - 9.368,84
sawit masih sangat dibutuhkan dan
sangat mudah, karena hasil panen bisa
BEP Produksi 38.086,00 dijual dikebun atau tempat panen.
Sampai saat ini, sekitar 70 negara di
Berdasarkan perhitungan BEP dunia menggunakan minyak sawit
produksi maka usaha pembibitan sebagai bahan baku industri pangan
kelapa sawit di pembibitan Badak maupun non pangan. Pemakaian
Mekar Kecamatan Muara Badak dengan jumlah antara 100-200 ribu
layak dikembangkan karena produksi ton sebanyak 21 negara, sedangkan
lebih besar dari BEP produksi, yaitu yang memakai lebih dari 200 ribu ton
99.000 bibit dibandingkan dengan ada 12 negara. Diantara negara-
38.086 bibit. negara pemakai minyak tersebut,
Berarti pembibitan kelapa sawit di India merupakan negara pemakai
Desa Badak Mekar akan mencapai terbesar, yakni 1.045 ribu ton pada
BEP setelah menjual sebanyak 38.086 tahun 1988, disusul oleh Indonesia,
bibit. Negeria, Malaysia, RRC dan
Pakistan. RRC yang biasanya
3.10. Nilai Sosial Ekonomi dan mengkonsumsi minyak kedelai, pada
Manfaatnya tahun 1988 mengkonsumsi minyak
sawit sebesar 435 ribu ton. Iklim yang
Nilai Sosial Ekonomi Pembibitan tidak mendukung bagi produksi
Kelapa Sawit kedelai serta penduduk RRC yang
Budaya masyarakat Desa sangat padat, cukup potensi,
Badak Mekar Kecamatan Muara (Nitisemito dan Burhan, 1991).
Badak adalah petani yang diusahakan Minyak sawit bukanlah produk
berbagai tanaman semusim. akhir, melainkan merupakan input
Perkebunan kelapa sawit sangat antara (intermediate input) untuk
berpeluang merebut hati masyarakat berbagai macam produk industri.
karena prospek ke depannya sangat Oleh karena itu, permintaan
menguntungkan. Masyarakat perlu dipengaruhi oleh harga maupun
diberikan penyuluhan mengenai pasokan dari minyak lain menjadi
perkebunan kelapa sawit, mulai dari subtitusinya. Pasokan minyak kelapa
menanam sampai produksi yang yang tidak stabil dan harga minyak
disertai dengan pemasaran hasil sawit yang cenderung lebih rendah
produksi kelapa sawit. telah menyebabkan minyak sawit
Berbagai manfaat ekonomi sebagai pemasok utama kebutuhan
seperti tersebut di atas pembibitan minyak nabati dalam negeri beberapa
kelapa sawit di Desa Badak Mekar tahun kebelakang ini. Minyak sawit
memberikan manfaat sosial berupa ini terutama digunakan dalam industri
pemberdayaan masyarakat sekitar minyak goreng, sabun dan margarine,
persemaian seperti tenaga kerja serta industri kimia lain yang
harian, borongan, bulanan, dan nilai jumlahnya masih relatif kecil. Pada
sisa hasil persemaian yang masih bisa saat ini kebutuhan akan bahan bakar
dimanfaatkan oleh masyarakat. dunia yang meningkat dan ladang
minyak yang tidak dapat diperbaharui
ada berbagai alternatif minyak sawit

268
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885
ISSN O 2503-4960

sebagai bahan biodiesel dan masih Muara Wahau dan juga ada pesanan
dalam wacana yang akan datang, dari Samarinda.
apabila benar sebagai bahan biodiesel
maka kebutuhan akan minyak sawit Potensi Lahan
akan semakin meningkat. Di Desa Badak Mekar
Negara produsen utama sawit Kecamatan Muara Badak masih
dunia adalah Indonesia dan Malaysia. banyak potensi lahan yang kosong
Di Malaysia kelapa sawit merupakan yang ditumbuhi alang-alang (lahan
sumber devisa negara, kerana kritis), pada umumnya sangat baik
sebagian besar produksinya diekspor, sekali untuk pengembangan budidaya
sementara bagi Indonesia dan kelapa sawit baik untuk masyarakat
Nigeria, kelapa sawit terutama sendiri ataupun oleh perusahaan
digunakan untuk keperluan dalam karena lahan kosong masih sangat
negeri, sehingga ekspornya luas.
merupakan sisa dari konsumsi dalam Kondisi sumberdaya hutan
negeri. Singapura yang bukan negara mengalami penurunan sangat tajam,
produsen minyak sawit ternyata di mana hutan saat ini berada dalam
punya andil cukup besar dalam ekpor keadaan rusak berat, baik hutan di
dunia. Hal ini berarti pabrik-pabrik Pulau Jawa maupun di luar Pulau
pengolahan yang ada di Singapura Jawa. Dewasa ini pelaksanaan
mengekspor minyak sawit yang pengelolaan hutan tidak terkendali
diimpor dari Malaysia dan Indonesia. dengan perambahan dan penebangan
Dari segi komoditas, liar (illegal logging) semakin
kompetitor utama minyak sawit meningkat, bahkan merambah hingga
adalah minyak kedelai, sedangkan hutan konservasi dan hutan lindung.
dari negara yang memproduksi Laju kerusakan hutan menunjukan
minyak sawit, kompetitor minyak angka yang benar-benar
sawit Indonesia adalah Malaysia. memprihatinkan. Degradasi hutan
Namun demikian, Indonesia memiliki mencapai 1,5 juta hektar per tahun
comparative advantage dari segi menurut Departemen Kehutanan, 2
biaya produksi minyak nabati juta hektar per tahun menurut
terkemuka. Hal ini karena kelapa WALHI, 2,4 juta hektar per tahun
sawit tergolong tanaman keras menurut BAPPEDAL. Dalam
tropika, sedangkan penghasil minyak kondisi seperti ini, pengelolaan hutan
nabati lainnya adalah tanaman alam secara lestari menjadi semakin
semusim. Minyak nabati kedelai USA sulit dan hal ini pasti akan
dengan biaya produksi 315 US$/ton, mempengaruhi citra perdagangan
sawit Malaysia biaya produksi 215 hasil hutan Indonesia di pasar
US$/ton sedangkan sawit Indonesia International (Ishak, 2003). Dari
180-200 US$/ton (Soetrisno dan uraian di atas bahwa potensi untuk
Winahyu, 1991). lahan penanaman kelapa sawit sangat
Pemasaran tersebut diatas ada kemungkinan tinggal kemauan
adalah pemasaran secara umum hasil untuk mengembalikan kondisi lahan
olahan dari kelapa sawit. Pembibitan yang kritis tadi dan akan disesuaikan
kelapa sawit yang berada di Desa dengan tataguna lahan baik Provinsi
Badak Mekar untuk pemasaran maupun Kabupaten dan Kota.
berupa bibit siap tanam adalah di
Muara Badak, Bontang, Sangatta,

269
Analisis Finansial Y Muchin dan Abdul Kholik Hidayah.

4. KESIMPULAN [5] Nugroho, Y. 2008. Kelayakan Usaha


Pembibitan Pre-Nursery
Berdasarkan hasil penelitian dan Kelapa Sawit (Elaeis
analisis data perhitungan finansial guineensis Jacq) pada PT
pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Socfin Indonesia (Socfindo)
Mekar Kecamatan Muara Badak, maka Medan, Sumatera Utara.
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: [6] Singarimbun. 1987. Metode
1. Usaha pembibitan kelapa sawit di Penelitian Survai. LP3 ES
Desa Badak Mekar menguntungkan, Yogyakarta. Yogyakarta.
besarnya Rp. 1.644.685.000,00.
2. Usaha tani pembibitan kelapa sawit di [7] Soekartawi, 2002. Analisis Usaha
Desa Badak Mekar layak diusahakan. Tani, UI-Press, Jakarta.
B/C rasio yang diperoleh sebesar
2,661, produktivitas produksi lebih [8] Sutrisno, L. dan R. Winahyu. 1991.
besar BEP produksi yaitu 99.000 Kelapa Sawit. Kajian Sosial
bibit > 38.086 bibit dan harga yang dan Ekonomi. Aditya Media,
diterima oleh pemilik pembibitan Yogyakarta.
lebih besar dari BEP harga yaitu
Rp.27.000,00 > Rp.10.387,00.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hidayah, A.K. 1998. Diktat Kuliah


Pengantar Evaluasi Proyek,
Fakultas Pertanian Universitas
17 Agustus 1945 Samarinda.
Samarinda.

[2] Ishak, A.F. 2003. Paradigma Hutan


Lestari Dan Pemberdayaan
Masyarakat Lokal. Indo Media
Jakarta.

[3] Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi


Pertanian.Pustaka LP3SE.
Jakarta.

[4] Nitisemito dan Burhan, 1991.


Wawasan Studi Kelayakan dan
Evaluasi Proyek. PT Bumi
Aksara. Jakarta.

270

Anda mungkin juga menyukai