Anda di halaman 1dari 3

Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal tentunya tidak terlepas dari adanya pemeliharaan tanaman

yang baik dan benar pada tanaman sudah menghasilkan (TSM) maupun tanaman sebelum menghasilkan
(TBM). Tanaman belum menghasilkjan adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan pertama penanaman
sampai dipanen pada umur 30 - 36 bulan. Pemeliharaan masa tanaman belum menghasilkan merupakan
lanjutan dan penyempurnaan dari pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman
yang berkualitas prima.

Selama masa tanaman belum menghasilkan diperlukan beberapa jenis pekerjaan pemeliharaan yang secara
teratur harus dilaksanakan, diantaranya adalah "Penunasan dan Kastrasi".

Menunas (Tunas Pasir)

Menunas (tunas pasir) adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak
bermanfaat lagi bagi tanaman. Tanaman muda tidak boleh ditunas sampai umur 15 bulan karena jumlah daun
masih < 48 daun.

Sehubungan dengan itu, penunasan hanya dilakukan dengan memotong daun-daun tua saja yang tidak
bermanfaat lagi bagi tanaman,yaitu daun-daun tua yang masih hijau menjelang kering dilihat dari fungsinya
sebagai "asimillator" tidak berarti lagi. Selain itu pada daun menjelang kering terjadi transport/pengangkutan
zat makanan dari daun tua ke pucuk tanaman, dimana zat-zat makanan itu dipergunakan untuk pertumbuhan
bagian lain, terutama unsur yang mobil seperti Kalium (K) dan Mangan (Mn).

Tujuan menunas pada tanaman belum menghasilkan turutama untuk sanitasi/kebersihan pohon. Peralatan yang
diperlukan dalam menunas adalah "Chicel" berukuran 5 cm - 7,5 cm. Pekerjaan penunasan ada 3 jenis, yaitu :

1. Penunasan Pendahuluan, dilakukan 6 bulan sebelum tanaman dimutasikan masuk menjadi tanaman
menghasilkan.
2. Penunasan periodik, dilakukan pada tanaman menghasilkan dengan rotasi/pergiliran yang ditentukan
3. Penunasan panen dilakukan sekaligus pada saat panen. Kadang-kadang 1 daun - 2 daun samping dari daun
penyangga yang ditunas sebelum tandannya dipotong.

Alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan penunasan ini tergantung pada cara penunasan, bisa berupa dosos,
kampak dan bisa juga egrek. Agar rotasi tunasan dapat terpenuhi, sebaiknya dibuat rencana penunasan setiap
bulan. Penunasan dilakukan pada waktu panen rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga tandan lebih
banyak

Kastrasi (Ablasi)

Kastrasi adalah pemotongan atau pengebiran bunga jantan dan bunga betina yang masih muda pada tahap
pembungaan awal yaitu pada tanaman belum menghasilkan, yaitu pada umur 14 - 20 bulan. Pemotongan
bunga berlangsung selama 10 bulan - 12 bulan dengan rotasi/pergiliran satu bulan sekali sebelum panen
perdana/pertama. Hal ini dilakukan karena bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna, sering
gugur atau aborsi, bunga seperti ini tidak menguntungkan bila dipertahankan. Kastrasi dapat dimulai jika 25 %
dari tanaman telah berbunga.

Keuntungan yang diperoleh dengan adanya kastrasi adalah :

1. Merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghemat penggunaan unsur hara dan air, terutama di daerah
yang memiliki musim kering panjang.
2. Mendapatkan buah buah dengan berat/tandan yang relatif seragam
3. Memperoleh kondisi tanaman yang bersih sehingga akan mengurangi kemungkinan adanya serangan hama
dan penyakit, antara lain ulat Tirathaba, tikus, tupai dan jamur Marasmius.
4. Kastrasi yang diikuti dengan penyerbukan bantuan pada panen pertama akan menghasilkan tandan yang
lebih sempurna dan lebih berat, sekaligus meningkatkan kapasitas panen.

Kastrasi dapat dilakukan dengan memotong bunga yang baru keluar dari ketiak pelepah daun sebelum
membesar. Alat potongnya bisa menggunakan chisel,yaitu alat seperti linggis (dodos) yang pada ujungnya
berkait. Bunga yang telah terpotong dengan linggis khusus ini kemudian ditarik lurus dengan kait.

Cara memotongnya, bunga dipotong tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. Rotasi
(pergiliran) kastrasi dilakukan sekali sebulan sehingga bunga yang keluar belum banyak menyerap unsur hara
dari tanaman tersebut.

Dalam melaksanakan kastrasi harus dijaga agar pelepah daun tidak terluka atau terpotong. Tandan bunga yang
dipotong dikumpulkan ke dalam karung goni dan dipendam dalam tanah (Muchdat Widodo)

Sumber :

1. Mukti Sardjoko dkk. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, jakarta
2006
2. Soepadiyo Mangoensoekarjo dan Haryono Semangun. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.Gadjah Mada
University Press, 2008
3. Ir.Sunarko,M.Si. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.P.T Agro Media Pustaka,
Jakarta 2007.

Percobaan tersebut dilaksanakan pada tiga kelompok umur tanaman, yakni tanaman menghasilkan (TM) umur
< 8 tahun, 8-13 tahun, dan > 13 tahun. Rancangan percobaannya terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan.
Faktor pertama adalah jumlah pelepah yang ditinggalkan dan faktor kedua adalah periode penunasan.
Perlakuan jumlah pelepah yang ditinggalkan terdiri atas 41-48, 49-56, dan 57-64 pelepah. Periode penunasan
terdiri dari periode pertama (awal sampai pertengahan musim hujan: September-Desember), periode kedua
(pertengahan sampai akhir musim hujan: Januari-April), dan periode ketiga (musim kemarau: Mei-Agustus).

Hasil percobaannya memperlihatkan pengaruh jumlah pelepah yang dipertahankan terhadap produksi tandan
buah segar. Produksi tandan buah segar tertinggi pada tanaman umur < 8 tahun yaitu dengan jumlah pelepah
yang ditinggalkan sebanyak 57-64 dan penunasan pada awal musim hujan, 49-56 pelepah pada puncak musim
hujan, dan 49-56 pelepah pada musim kemarau.

Produksi tertinggi pada tanaman umur 8-13 tahun diperoleh dengan menyisakan pelepah sebanyak 41-48
(sedikit) untuk penunasan pada awal musim hujan, 49-56 (banyak) pelepah pada puncak musim hujan dan 49-
56 pelepah pada musim kemarau.

Tanaman tua (umur > 13 tahun) dengan jumlah pelepah sedikit atau 41-48 pelepah sepanjang periode
memberikan hasil terbaik. Hal ini berkaitan dengan proses panen di lapangan. Jumlah pelepah yang banyak
(49-56 pelepah) akan menyulitkan proses panen, karena buah matang menjadi sulit untuk dilihat dan
berondolan yang jatuh sebagai tanda buah matang menjadi berkurang atau malah tidak ada.
Pengaturan jumlah pelepah yang ditinggalkan per periode mampu memberikan perbedaan hasil produksi
kelapa sawit. Model simulasi yang dibangun pada beberapa taraf penunasan mampu memprediksi 75 persen
(27 peubah dari 36 peubah) bobot tandan rata-rata dan produksi kelapa sawit dengan jumlah pelepah yang
berbeda. Model simulasi yang dibangun dinilai valid untuk menduga produksi kelapa sawit pada berbagai
taraf penunasan pada lokasi penelitian yang dilakukan,

Penunasan merupakan kegiatan pembuangan daun – daun tua yangtidak produktif pada tanaman kelapa sawit.
Penunasan biasa juga disebut dengan pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk memperbaiki udara di
sekitar tanaman, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan,dan memudahkan
pada saat kegiatan pemanenan dilakukan. Suyatno (1994) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit yang
berumur 3 – 8 tahun memiliki jumlah pelepah optimal sekitar 48 – 56 pelepah, sedangkan yang berumur
lebihdari 8 tahun jumlah pelepah optimalnya sekitar 40 – 48 pelepah. Tanaman belum menghasilkan juga
dilakukan kegiatan penunasan( pruning ). Kegiatan penunasan pada TBM disebut juga dengan penunasan
pasir,yaitu memotong pelepah-pelepah kosong pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini bertujuan untuk
mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatanunsur hara.

Tanaman menghasilkan kelapa sawit dilakukan penunasan, hal ini memiliki banyak manfaat, antara lain
sanitasitanaman, memudahkan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah,memperlancar
penyerbukan alami, memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi distribusi fotosintat untuk pembungaan dan
pembuahan.Kegiatan penunasan membutuhkan alat bantu. Penunasan dapat dilakukandengan alat dondos
‘dodos’ (cnisel ) pada tanaman yang masih pendek, sedangkan pada tanaman yang sudah tinggi menggunakan
alat yang disebut dengan egrek.

Prinsip kerja penunasan adalah memotong pelepah daun yang terbawah. Pemotongan pelepah menggunakan
alat yang disebut egrek (gambar terlampir). Cara pemotongannya adalah memotong pelepah daun terbawah
dengan meninggalkan bagian pangkal pelepah sepanjang 2 – 3 cm atau selebar tandan buah sawit. Pelepah
daun juga dapat dipotong rapat ke batang atau dengan berkas daun potongan berbentuk tapal kuda yang
membentuk sudut 3o terhadap garis horizontal. Pelepah yang telah dipotong dikumpulkan dan disusun
digawangan mati, terutama pada areal datar atau pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga
bagian dan diletakkan teratur membentuk gundukan padagawangan mati. Umumnya penunasan dilakukan
dengan menggunakan norma “songgo dua”. Sanitasi berupa penunasan dilakukan pada saat tanaman berumur
2 tahun dengan rotasi dua kali dalam setahun.

Adapun tujuan dari penunasan pada tanaman kelapa sawit, adalah :


a. Mempertahankan jumlah pelepah daun sesuai umur tanaman.
b. Mempertahankan luas permukaan daun untuk proses fotosintesa.
c. Memberi ruang gerak terhadap tandan buah untuk berkembang lebih baik.
d. Mempermudah pelaksanaan panen.
e. Mencegah brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah.
f. Untuk melancarkan terjadinya proses penyerbukan secara alami.
g. Untuk mengurangi kelembapan dan kemungkinan timbulnya serangan hama Tirathaba dan cendawan
Marasmius.
h. Memudahkan pembersihan piringan pohon dan pemupukkan.

Anda mungkin juga menyukai