Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRATIKUM PERSIAPAN PANEN DAN PANEN

KELAPA SAWIT SANITASI

LAPORAN

Disusun Oleh :

ZAINI : A32202566 / GOLONGAN B

DOSEN PENGAMPU :
Ir. CHERRY TRIWIDIARTO, M.Si

Ir. SUGIYARTO, M.P

TEKNISI:
SYAHRUL MUNIR, S. ST

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit adalah komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Beberapa peran


penting dimiliki oleh komoditas ini bagi kemajuan perekonomian nasional, diantaranya
sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja,
pendorong kegiatan agribisnis dan agroindustri di daerah serta pengembangan wilayah.
Data statistik menunjukkan pada tahun 2015, dari sekitar 11,30 juta hektar luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia 40,49 persennya diusahakan dalam bentuk
perkebunan rakyat (PR), selebihnya diusahakan oleh perkebunan besar baik perkebunan
besar negara (PBN) sebesar 6,64 persen serta perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 52,87
persen. Manajemen produksi di perkebunan kelapa sawit saat ini telah menerapkan praktek
budidaya terbaik yang tidak hanya memasukkan unsur teknis budidaya, namun juga
memasukkan unsur lingkungan, sosial dan ekonomi baik di on-farm maupun offfarm
(Weng, 2005, Anderson, 2008, dan Jelani et al., 2008).

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama di Indonesia,


karena tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi penyumbang devisa
negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya, menjadi sumber
penghasilan dan tempat persediaannya lapangan pekerjaan bagi penduduk. Tanaman kelapa
sawit akan berproduksi optimal tentunya tidak terlepas dari adanya pemeliharaan tanaman
yang baik sejak dari fase tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai pada fase tanaman
menghasilkan (TM). Tanaman belum menghasilkan adalah tanaman yang dipelihara sejak
bulan pertama penanaman sampai umur 30-36 bulan. Pemeliharaan masa tanaman belum
menghasilkan merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari pekerjaan pembukaan lahan
dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas perima. Selama masa tanaman
belum menghasilkan diperlukan beberapa jenis pekerjaan pemeliharaan yang secara teratur
harus dilaksanakan, diantaranya adalah Kastrasi. Jika bunga kelapa sawit yang berumur 16-
32 bulan menjadi buah, berat tandannya hanya 0,5-1 kg, kadar minyaknya sangat kecil, dan
persentase kotornya tinggi sehingga tidak efisien dan akan mengotori mesin prosesing.
Secara fisiologis akan tersalurkan untuk pertumbuhan batang sehingga batang pohon kelapa
sawit lebih tegap dan sehat. Alat kastrasi berupa besi penjepit yang diberi tangkai. Caranya,
bunga dijepit, lalu ditarik dan didorong hingga putus Kastrasi merupakan kegiatan
membuang bunga muda dan buah yang tumbuh diketiak daun, baik bunga jantan maupun
betina untuk menghasilkan pertumbuhan vegetative tanaman pada saat tanaman
menghasilkan. Pelaksanaan kastrasi dimulai saat tanaman berumur (14-18) bulan sampai
26-30 bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah mencapai 50%

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui kastrasi dan sanitasi pada tanaman kelapa sawit.

2. Mahasiswa dapat melakukan kastrasi dan sanitasi pada tanaman kelapa sawit.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

Kelapa sawit memiliki beberapa jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya tanaman


ini dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Tipe dura memiliki ketebalan cangkang
antara 2-8 mm dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35-60 % dengan
rendemen minyak 17-18 %. Tipe dura digunakan sebagai induk betina dalam pemuliaan
kelapa sawit. Tipe ini berasal dari Kebun Raya Bogor yang dimasukan dari Afrika pada
tahun 1848 dan kemudian dikembangkan di Deli, Sumatera Utara. Tipe Pisifera tidak
memiliki cangkang tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti dan daging
buahnya tebal. Intinya sangat kecil jika dibandingkan dengan tipe dura ataupun tenera.
Ratio ketebalan daging buah dengan diameter buahnya dan kandungan minyaknya relatif
tinggi. Tipe pisifera digunakan sebagai induk jantan pada pemuliaan tanaman. Tipe tenera
merupakan hasil silang antara dura dan pesifera sehingga sifatnya merupakan kombinasi
dari kedua induknya. Ketebalan cangkangnya mencapai 0,5-4 mm dan mempunyai cincin
serabut walaupun tidak sebanyak tipe pesifera. Perbandingan daging buah terhadap
buahnya 60-90 % dengan rendemen minyak 22-24% (Setyamidjadja 2006).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious diclin yaitu tanaman berumah satu
dengan bunga jantan dan betina terpisah namun masih dalam satu pohon. Tanaman kelapa
sawit biasanya melakukan penyerbukan silang karena waktu pematangan bunga jantan dan
bunga betina berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan
berbentuk lancip dan panjang sedangkan bunga betina berukuran lebih besar dan mekar
(Sastrosaryono 2003). Saat berumur 12-14 bulan kelapa sawit sudah mulai berbunga.
BAB 3. METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pratikum dilaksanakan pada pagi hari jam praktek pemeliharaan tanaman kelapa
sawit di kebun koleksi politeknik negeri jember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah dodos dengan lebar mata 4 cm dan
kebun kelapa sawit.

3.3 Prosedur Kerja


1. Mahasiswa membawa dodos kecil ke kebun kelapa sawit.
2. Setelah itu, melakukan analisis terhadap buah kelapa sawit.
3. Melakukan sanitasi pada buah kelapa sawit yang telah dianalisis.
4. Menyusun laporan.
BAB 4. PEMBAHASAN

Sanitasi merupakan Kegiatan membuang buah busuk dan pelepah kering untuk
persiapan panen, buah busuk dan pelepah kering diletakkan di Gawangan dan buah Masak
harus dipanen. Tujuan Sanitasi adalah, untuk mempermudah kegiatan Panen dan
mendapatkan kondisi buah yang baik. Sanitasi dilakukanpada saat 3 atau 4 bulan sebelum
panen perdana kelapa sawit. Kegiatan sanitasi meliputi beberapa kegiatan adalah :

1. Membuang tandan yang tumbuhnya kurang bagus dan busuk terutama tandan buah
yang terserang hama penyakit.
2. Membuang pelepah yang kering.
3. Membersihkan sampah disekitar pohon untuk mempermudah pemanenan dan
pemungutan brondolan.

Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah yang sudah kering dan
menyentuh ke tanah, buah yang terserang penyakit dan sampah-sampah di sekitar pokok.
Penunasan Pokok adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk mendapatkan jumlah pelepah
yang optimum di setiap pokok kelapa sawit berdasarkan umur/pertumbuhan tanaman.
Pekerjaan sanitasi adalah pekerjaan yang membersihkan bagian kelapa sawit TBM yang
sudah tidak berfungsi atau mati, seperti pelepah kering dan buah yang busuk. Penunasan
merupakan kegiatan pembuangan daun – daun tua yang tidak produktif pada tanaman
kelapa sawit. Penunasan biasa juga disebut dengan pemangkasan. Pemangkasan bertujuan
untuk memperbaiki udara di sekitar tanaman, mengurangi penghalangan pembesaran buah
dan kehilangan brondolan,dan memudahkan pada saat kegiatan pemanenan dilakukan.
tanaman kelapa sawit yang berumur 3 – 8 tahun memiliki jumlah pelepah optimal sekitar
48 – 56 pelepah, sedangkan yang berumur lebihdari 8 tahun jumlah pelepah optimalnya
sekitar 40 – 48 pelepah. Tanaman belum menghasilkan juga dilakukan kegiatan penunasan
(pruning). Kegiatan penunasan pada TBM disebut juga dengan penunasan pasir, yaitu
memotong pelepah-pelepah kosong pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini bertujuan untuk
mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan unsur hara. Selama masa
tanaman belum menghasilkan diperlukan beberapa jenis pekerjaan pemeliharaan yang
secara teratur harus dilaksanakan, diantaranya adalah Penunasan. Menunas (tunas pasir)
adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak bermanfaat
lagi bagi tanaman. Tanaman muda tidak boleh ditunas sampai umur 15 bulan karena jumlah
daun masih < 48 daun.

Sehubungan dengan itu, penunasan hanya dilakukan dengan memotong daun-daun


tua saja yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman,yaitu daun-daun tua yang masih hijau
menjelang kering dilihat dari fungsinya sebagai "asimillator" tidak berarti lagi. Selain itu
pada daun menjelang kering terjadi transport/pengangkutan zat makanan dari daun tua ke
pucuk tanaman, dimana zat-zat makanan itu dipergunakan untuk pertumbuhan bagian lain,
terutama unsur yang mobil seperti Kalium (K) dan Mangan (Mn). Tujuan menunas pada
tanaman belum menghasilkan turutama untuk sanitasi/kebersihan pohon. Peralatan yang
diperlukan dalam menunas adalah "Chicel" berukuran 5 cm - 7,5 cm. Pekerjaan penunasan
ada 3 jenis, yaitu :

 Penunasan Pendahuluan, dilakukan 6 bulan sebelum tanaman dimutasikan masuk


menjadi tanaman menghasilkan.
 Penunasan periodik, dilakukan pada tanaman menghasilkan dengan rotasi/pergiliran
yang ditentukan
 Penunasan panen dilakukan sekaligus pada saat panen. Kadang-kadang 1 daun - 2
daun samping dari daun penyangga yang ditunas sebelum tandannya dipotong.

Alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan penunasan ini tergantung pada cara
penunasan, bisa berupa dodos, kampak dan bisa juga egrek. Agar rotasi tunasan dapat
terpenuhi, sebaiknya dibuat rencana penunasan setiap bulan. Penunasan dilakukan pada
waktu panen rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga tandan lebih banyak.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kegiatan membuang buah busuk dan pelepah kering untuk persiapan panen
merupakan proses sanitasi, sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah
yang sudah kering dan menyentuh ke tanah, buah yang terserang penyakit dan sampah-
sampah di sekitar pokok. Tujuan Sanitasi adalah, untuk mempermudah kegiatan Panen dan
mendapatkan kondisi buah yang baik yang dilakukan 3 atau 4 bulan sebelum dilakukan
pemanenan.
DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2015. "Panduan lengkap kelapa sawit (manajemen agribisnis dari hulu ke
hilir)." Jakarta. Penebar Swadaya.

Gunanto, Gunanto. 2021."Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Binturung


Estate PT Paripurna Swakarsa Kotabaru, Kalimantan Selatan." Kalsel

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi ke-2

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Silvia Nora, S. 2018. BUDIDAYATANAMAN KELAPA SAWIT. Jakarta: Kepala Pusat


Pendidikan Pertanian.

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.


Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai