OLEH:
MUH. NASRIL
(2122040024)
Oleh karena itu, sudah selayaknya penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada Dosen mata kuliah, orang tua, dan teman-teman serta semua pihak atas motivasi
serta bantuannya baik secara materil maupun spiritual.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran, kritik yang bersifat
positif dalam penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai gerbang pembuka
cakrawala berpikir untuk kita.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit, dan inti sawit merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non
migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdangangan areal perkebunan kelapa sawit. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit
terbesar dunia setelah Malaysia. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian di dalam
menunjang program pengembangan kelapa sawit adalah dengan menyediakan bibit yang
sehat, potensinya unggul dan tepat pada waktunya. Untuk mendapatkan perkembangan
kelapa sawit yang baik perlu diciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhannya di
pembibitan, seperti ketersediaan unsur hara makro dan mikro. Unsur hara adalah faktor
menunjang untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai
salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan maupun produksi sudah membudaya
dalam usaha tani. Upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan sangat perlu dilakukan. Penggunaan pupuk yang berbasis bahan
kimia telah berlanjut sampai sekarang yang telah menimbulkan dampak yang merugikan
terhadap lingkungan (Efendi et.al., 2011).
Oleh karena itu, peran unsur hara bagi suatu tanaman tidak bisa di ganti dengan
unsur yang lain. Pengaplikasiannya pada tanaman kelapa sawit untuk meningkatkan
produksi maupun pertumbuhan. Pemupukan merupakan konstribusi yang sangat besar
dalam aspek biaya. Berdasarkan fakta biaya pemupukan hamper di seluruh perusahaan
perkebunan sekitar antara 40-60% dari biaya seluruh biaya pemeliharaan tanaman atau 15-
20% dari biaya produksi (Pahan, 2013). Pemeliharaan tanaman pada komoditas
perkebunan yang bersifat tahunan, di kelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). (Anonim, 2004) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan TBM kelapa sawit adalah masa sebelum panen, yaitu berlangsung
selama 30-36 bulan, sedangkan TM adalah periode tahun setelahnya di tandai dengan
tanaman sudah menghasilkan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah tentang pemeliharan tanaman menghasilkan kelapa sawit
yaitu untuk mengetahui bagaimana Langkah yang di lakukian pada saat tanaman sudah
menghasilkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan injeksi batang, antara lain: mesin bor,
speed, danracun. Racun yang digunakan adalah Mentene dengan jenis bahan aktifnya
Asepat, dosis yangdiberikan 20 g/pohon kedalaman bor adalah 30 cm dengan sudut
kemiringan 450. Hal ini bertujuan agar jika dosis Asepat disuntikkan, carian tidak
tumpah ke tanah. Untuk pencampuran dosisnya adalah 1 : 1, yaitu 1 liter air : 1 kg
racun sehigga didapatkan kira-kira 1.8 liter, 1,8 liter tersebut bisa didapatkan kira-kira
60 pokok. Dosis untuk satu pokok yaitu 30 cc. Pada ialah proses kegiatan injeksi
batang pada tanaman kelapa sawit.
Di Divisi B khususnya terdapat serangan hama ulat kantong Metisa plana yang
bersarang di dalam daun kering membentuk kantong berwarna kecoklatan melekat di
pelepah daun kelapa sawit. Pengendaliannya secara kimiawi. dan Ulat Api Setora
nitens memiliki ciri seperti ulat bulu yang berwarna terang yang biasanya memakan
daun kelapa sawit dan penggendaliannya secara kimiawi menggunakan Insektisida
berbahan aktif Deltametrin ditambah dengan campuran bahan aktif Alkyphenol. Gambar
40 merupakan gambar Metisa plana ( ulat kantong ) yanghidup di pelepah daun kelapa
sawit, adalah gambar Setora nitens ( Ulat Api ) yang berada di daun kelapa sawit dan
memakan daun hingga tersisa lidi. Dan serangan dari ulat kantong oada tanaman
kelapa sawit dapat terlihat pada gambar 42 yang tanaman terlihat mati dan tidak dapat
dibudidayakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam budidaya tanaman kelapa sawit pada pemeliharaan tanaman
menghasilkan yakni tanaman yang sudah di panen secara rutin. Umumnya tanaman
berumur 3 tahun smapai 25 tahun. Pemeliharaannya yaitu rawat jalan panen dan rawat
piringan, Prunning (penunasan), pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit
pada saat tanaman menghasilkan. Serta ada pula definisi pekerjaan, terget/tujuan dan
sasaran, waktu pelaksanaan dan rotasi, pelaksanaan kagiatan, dan urutan pelaksanaan
kegiatan.