Anda di halaman 1dari 5

Nama : DHIMAS SATRIA WIBOWO

NIM : 200301072
Kelas : Agroteknologi 2
TUGAS PRAKTIKUM PERKEBUNAN A KELAPA SAWIT

1. Jelaskan secara singkat kegiatan pemeliharaan pada bibit kelapa sawit !

Jawab :
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman dari famili
Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil). Saat ini,
kelapa sawit sangat diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik penanaman kelapa sawit
masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri (Sukamto, 2008).
Dalam pengembangan kelapa sawit, bibit merupakan produk dari suatu proses
pengadaan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi dan masa
selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya
tanaman kelapa sawit. Bibit kelapa sawit yang baik memiliki kekuatan dan penampilan
tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan
saat pelaksanaan transplanting. Untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang baik, maka
diperlukan perlakuan khusus terhadap media tanam dan pupuk yang digunakan selama proses
pembibitan (Asmono et al., 2003).
Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya
sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan
saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pengawasan dan
seleksi, serta pemupukan . (BLP, 2008).
Pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit.
Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan “double (2) stage”.
Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan dan membutuhkan naungan. Pembibitan awal
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya seragam saat dipindahkan ke
pembibitan utama. Pembibitan utama dilakukan untuk menyiapkan tanaman agar cukup kuat
sebelum dipindahkan kelapangan (Syahfitri, 2007)

2. Jelaskan secara rinci tentang Double Stage pembibitan kelapa sawit !


Jawab :
Double Stage ( sistem pembibitan dua tahap ) adalah sistem pembibitan yang banyak
digunakan pada kelapa sawit saat ini, yaitu menggunakan kantong plastik (polybag). Sistem
pembibitan dua tahap terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main-
nursery). Pembibitan dua tahap ini lebih disukai karena membutuhkan lahan dan irigasi yang
lebih sedikit. Dengan demikian, pemeliharaan lebih efisien dan seleksi bibit dapat dilakukan
sejak awal. Adapun Kelemahan dari pembibitan dua tahap adalah bibit mengalami stress pada
saat pemindahan dari pengecambahan ke pembibitan utama (Sutratjad, dkk, 2015).
Periode pembibitan awal, dimulai sejak penanaman kecambah sampai bibit berumur 3
bulan. Pembibitan awal (pre-nursery) bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang
merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Media persemaian biasanya dipilih pasir
atau tanah berpasir. Pembibitan awal dapat dilakukan dengan menggunakan polibag kecil
atau bedengan yang telah diberi naungan. Sedikit demi sedikit naungan dalam persemaian
dikurangi dan akhirnya dihilangkan. Akan tetapi, di daerah yang sangat terik, naungan tetap
dipertahankan sesuai kebutuhannya. (Syahfitri, 2007).
Pembibitan utama berlangsung dari bibit umur 3 sampai dengan 12 bulan. Pembibitan
utama (main-nursery) adalah bibit dari pembibitan awal (pre-nursery) yang dipindahkan ke
dalam polibag yang lebih besar, yaitu ukuran 40x50 cm atau 40x60 cm setebal 0,11 mm dan
berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Tujuan penggunaan teknik pembibitan utama
(main nursery) adalah mendapatkan bibit yang vigor (kuat dan besar) sebelum ditanam di
lapangan—agar pertumbuhan bibit seragam. Pada fase pembibitan utama naungan tidak lagi
dibutuhkan. Bibit yang telah dipindahkan kedalam polibag besar di susun dengan jarak tanam
90x90 cm atau 70x70 cm. Pada fase pembibitan utama (main-nursery) bibit tidak dapat
langsung ditanam di lapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu
pertumbuhannya oleh hama (Sutanto, dkk 2002) dalam (Diana Eva, 2007).

3. Jelaskan standar pemupukan pada bibit kelapa sawit !


Jawab :
Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang sering digunakan dalam budi
daya tanaman kelapa sawit. Pupuk majemuk ini digunakan pada pembibitan kelapa sawit
karena lebih efisien dan murah. Adapun rekomendasi pupuk menurut Munawar adalah
NPKMg 15:15:6:4 atau 12:12:17:2 setiap 2 minggu dengan total dosis 158 g bibit-1 selama 8
bulan. Serta Pupuk urea-gipsum dan Rock Phosphate (Ca3PO4) digunakan sebagai sumber
Ca di perkebunan. (Munawar, 2011)

4. Jelaskan fungsi pupuk N, P, K, Mg yang digunakan pada praktikum kalian !


Jawab :
Pupuk N (nitrogen) sangat berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, khususnya batang dan daun. Pupuk P (phosphor) berperan mengedarkan energi
keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, serta
mempercepat pembuahan tanaman. Pupuk K (kalium) berperan untuk aktivator berbagai
enzim dan membantu membentuk protein, karbohidrat, dan gula serta memperkuat jaringan
tanaman. Pupuk Mg (magnesium) berperan dalam proses pembentukan klorofil, aktifator
enzim dan transfer energi, serta mengendalikan tingkat kemasan ( pH dalam sel). (Masdandi,
2019).

5. Sebutkan ciri-ciri dan gejala bibit kelapa sawit yang terkena penyakit culvularia dan
antraknosa serta jelaskan cara penanggulangannya !
Jawab :
1. Penyakit Culcuvaria (Beecak Daun).
Penyakit bercak daun (hawar daun ) disebabkan oleh jamur patogenik dari genera
Culvularia sp. Penyakit ini menyerang pupus yang belum membuka atau daun dua muda yang
sudah membuka. Ciri – ciri dan gejala awal yang terlihat adalah timbul bintik bulat kecil
berwarna kuning pada tepi daun dan tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua permukaan
daun, bercak membesar, bentuknya bulat, warnanya lambat laun berubah menjadi coklat
muda dan pusat bercak mengendap (melekuk). Setelah itu, warna bercak berubah menjadi
coklat tua dan dikelilingi oleh holo jingga kekuningan. Penyebaran penyakit ini dapat melalui
tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan kemungkinan infeksi dari serangga
(Lalang, 2016).
Menurut (Ferina Afrenia, 2019 )pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur
Culvularia sp, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
 Menggunakan fungisida.
Dilakukan dengan penyemprotan fungisida Score 250 EC dengan konsentrasi 0,1 -
0,2% (1 - 2 cc/liter air). Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
interval 2 minggu sekali dan jika intensitas serangan tinggi, maka penyemprotan dapat
dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.
 Pemotongan pada Daun. Pemotongan pada daun bibit kelapa sawit dilakukan agar
bercak daun tidak menyebar.
 Isolasi Tanaman.
Penyakit bercak daun yang sudah banyak menyerang bibit Kelapa sawit akan
dilakukan isolasi agar tidak dapat menyebar, sehingga tanaman yang masih sehat
dapat terhindar dari penyakit bercak daun.

2. Penyakit Antraknosa (Busuk Daun).


Penyakit Antraknosa disebabkan oleh Jamur Botryodiplodia spp, Melaconium elaeidis
dan Gromerella cingulata. Penyakit ini umumnya menyerang bibit pada umur > 2 bulan.
Terkadang dijumpai bersamaan dengan gejala transplanting shock (cekaman pindah tanam).
Ciri-ciri dan gejalanya dijumpai pada bagian tengah atau ujung daun, berupa bintik terang
yang selanjutnya melebar dan daun menjadi kuning dan cokelat gelap. Jaringan sakit
selanjutnya mati, luka meluas dengan batas berwarna kuning antara lesio dengan jaringan
bukan sehat. Luka kadangkala memanjang sejajar tulang daun ( Rulianto, 2010 ).
Adapun cara pengendaliannya, sbb :
 Menggunakan tanah yang bebas penyakit dan tidak menggunakan kembali tanah
bekas bibit yang sakit.
 Memusnahkan bibit-bibit sakit yang bergejala lanjut dan mengisolasi bibit sakit
lainnya pada satu bedeng yang berjauhan + 20 m dari bibit sehat.
 Melakukan penyiraman secukupnya.
Daftar Pustaka
Afrenia Felina, dkk. 2019. Keanekaragaman Jenis-Jenis Penyakit dan Cara Pengendaliannya
di Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq) Pt. Perkebunan Nusantara I
Langsa. JURNAL BIOLOGICA SAMUDRA Universitas Samudra Maurandeh. Aceh. 1
(1) :34-40.
Badan Litbang Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit.
Diana Eva. S. 2007. PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI
PEMBIBITAN UTAMA AKIBAT PERBEDAAN KONSENTRASI DAN
FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK PELENGKAP CAIR. Skripsi Universitas
Bengkulu. 30 hal.
Goh, K.J., R. Hardter. 2003. General oil palm nutrition. p. 191-230. In T.H. Fairhurst, R.
Hardter (Eds.). Oil Palm – Management for Large and Sustainable Yields. Potash and
Phosphate Institute of Canada, Norcross, Canada.
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press.
Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu ke Hilir.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rizky Muhammad. 2019. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guinensiss Jacq.) PADA TAHAPAN PRE NURSERY DAN MAIN NURSERY DI PT.
SOCFINDO KEBUN MATA PAO. Laporan Kerja Praktek Universitas Andalas. 39
hal.
Rulianti, E. 2010. Pedoman Pengamatan dan Pengendalian OPT Penting Kelapa sawit.
Ditlinbun, Ditjenbun.
Simatupang, S. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
di Perkebunan PT Sari Aditya Loka 1 (PT Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten
Merangin, Jambi. Skripsi. IPB, Bogor. 86 hlm.
Sukamto. 2008. Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.Jakarta. Penebar
Swadaya. 83 hal.
Sutradjat, dkk. 2015. Optimasi PupukAnorganik dan Organik untuk Meningkatkan Kualitas
Bibit Kelapa Sawit. IPB Press. 62 hal.
Syahfitri, 2007. PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI
PEMBIBITAN UTAMA AKIBAT PERBEDAAN KONSENTRASI DAN
FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK PELENGKAP CAIR. Skripsi. PROGRAM
STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

Anda mungkin juga menyukai