Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SEMINAR HASIL PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSI RAWAS

Judul : Respon Beberapa Varietas Tanaman Kedelai(Glycine Max L.)


terhadap Intensitas Penyinaran
Pemrasaran : Wahyu Setiawan / 01011700029
Pembimbing : 1. Dr.Ir.John Bimasri,M.Si
2. Sutejo, STP., M.Si
Hari / Tanggal : Juli, 2022
Waktu : s/d selesai
Tempat : Ruang Seminar Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas

RESPON BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI


(Glycine Max L.) TERHADAP INTENSITAS PENYINARAN

Wahyu Setiawan, John Bimasri dan Sutejo


Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas

ABSTRAK
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang tinggi serta sumber lemak, vitamin
dan mineral yang sering di konsumsi masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan
mengetahui respon tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) terhadap intensitas
penyinaran dan beberapa varietas. Di Desa Rejo Sari Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, dengan ketinggian tempat 103
mdpl. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Petak
Terbagi (RPB) dengan dua perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang
dicobakan : intensitas penyinaran (N) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: N1 : Intensitas
50% setara naungan 50%, N2 : Intensitas 40% setara naungan 60%, N3 : Intensitas
30% setara naungan 70%, Faktor 2 Varietas (V) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan,
yaitu V1 : Varietas Derap 1, V2 : Vaietas Detap 1, V3: Varietas Deja 1. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Intensitas penyinaran (N) memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap produksi pertanaman dan produksi perpetak dan berpengaruh
tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah
polong pertanaman, berat 100 butir dan berat basah berangkasan. Varietas (V)
memberikan pengaruh sangat nyata pada umur berbunga dan jumlah polong
pertanaman, berpengaruh nyata pada jumlah cabang primer dan berat 100 butir dan
memberikan pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, produksi pertanaman,
produksi perpetak dan berat basah berangkasan. Interaksi intensitas penyinaran dan
varietas berpengaruh nyata pada berat basah berangkasan, dan memberikan pengaruh
tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah
polong pertanaman, produksi pertanaman, produksi perpetak dan berat 100 butir.
Kata Kunci : Kedelai, penyinaran, Varietas

1
RESPONSE OF SOME VARIETY OF SOYBEAN PLANTS
(Glycine Max L.) ON THE INFLUENCE OF INFLUENCE

Wahyu Setiawan, John Bimasri and Sutejo


Agrotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, Musi Rawas University

ABSTRACT

Soybean is a source of high vegetable protein and a source of fat, vitamins and
minerals that are often consumed by the wider community. This study aims to
determine the response of soybean (Glycine max (L.) Merril) to the intensity of
radiation and several varieties. In Rejo Sari Village, Purwodadi District, Musi Rawas
Regency, South Sumatra Province, with an altitude of 103 meters above sea level.
This study used an experimental method with a Divided Plot Design (RPB) with two
treatments and three replications. The treatments were tested: irradiation intensity (N)
which consisted of 3 levels, namely: N1: 50% intensity equivalent to 50% shade, N2:
40% intensity equivalent to 60% shade, N3: 30% intensity equivalent to 70% shade,
Factor 2 Varieties ( V) which consisted of 3 treatment levels, namely V1: Derap 1
variety, V2: Detap variety 1, V3: Deja variety 1. The results showed that the
irradiation intensity (N) had a very significant effect on crop production and plot
production and had no significant effect. significantly in plant height, number of
primary branches, flowering age, number of pods planted, weight of 100 grains and
wet weight of pods. Varieties (V) had a very significant effect on flowering age and
number of pods planted, significantly on the number of primary branches and weight
of 100 grains and had no significant effect on plant height, crop production, plot
production and dry weight of bean sprouts. The interaction of irradiation intensity and
variety had a significant effect on the wet weight of the plant, and had no significant
effect on plant height, number of primary branches, flowering age, number of pods
planted, crop production, plot production and weight of 100 grains.
Keywords: Soybean, irradiation, Varieties

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kedelai merupakan sumber protein nabati yang tinggi serta sumber lemak,
vitamin dan mineral yang sering di konsumsi masyarakat luas. Meningkatnya
pertumbuhan jumlah penduduk, berkembangnya industri, pertambahan populasi
ternak, menyebabkan kebutuhan kedelai terus meningkat (Sudaryanto, et al. 1999)
Pemenuhan kebutuhan kedelai di Indonesia diperlukan upaya peningkatan
produksi melalui penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi. Sejak 15
tahun terakhir telah dilepas 37 varietas unggul kedelai dengan potensi hasil rata-rata
lebih dari 2 ton/ha (Balitkabi, 2008). Beberapa varietas kedelai baru yang termasuk
varietas unggul di Indonesia antara lain varietas Detap 1, Deja 1 dan Derap 1.
Varietas Detap 1 memiliki ketahanan lebih baik terhadap tanah yang memiliki
kandungan bahan organik yang sedikit dan nutrisi yang rendah. Selain itu Detap 1
termasuk dalam kelompok berbiji besar yang tahan rebah dan pecah polong serta
umurnya genjah (Kurniawan, 2020). Varietas Deja 1 memiliki umur genjah (79 hari),
ukuran biji 12,9 g/100 biji, dengan kandungan protein 39,6% dan lemak 17,3% serta
potensi hasil panen 2,89 t/ha. Pada kondisi lingkungan tercekam genangan
mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi, yaitu sebesar 2,87 t/ha (Balitkabi, 2017).
Varietas Derap 1 memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu 3,16 t/ha dengan umur
sekitar 76 hari, selain itu varietas ini juga tahan terhadap beberapa penyakit yang
biasanya menyerang tanaman kedelai sehingga mengurangi penggunaan pestisida
(Balitkabi, 2018).
Kedelai adalah tanaman berhari pendek, yaitu tidak mampu berbunga bila
penyinaran melebihi 16 jam, dan cepat berbunga bila kurang dari 12 jam. Lama
penyinaran matahari di Indonesia umumnya sekitar 12 jam. Di Indonesia kedelai
berbunga pada umur 25 sampai 40 hari dan panen pada umur 75 sampai 95 hari,
sedangkan di wilayah subtropika dengan panjang hari 14 sampai 16 jam kedelai
berbunga umur 50 sampai 70 hari dan panen pada umur 150 sampai 160 hari. Lama
penyinaran optimal adalah 10 sampai 12 jam, penyinaran kurang dari 10 jam atau
lebih dari 12 jam menyebabkan pembungaan lambat, penurunan jumlah bunga,
polong, dan hasil, tetapi ukuran biji tidak terpengaruh dan menjadi lebih kecil bila
penyinaran kurang dari 6 jam (Arifin 2008).
Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Cahaya berperan penting dalam proses fisiologi tanaman, terutama
fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Radiasi matahari yang penting bagi tanaman
ialah intensitas penyinaran, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Gardner et al.
1991).
Berdasarkan tipe fotosintesis, kedelai merupakan kelompok tanaman C3.
Tingkat kejenuhan fotosintesis kelompok tanaman C3 dicapai pada intensitas cahaya
lebih rendah dibandingkan tanaman C4. Tingkat kejenuhan cahaya bagi individu daun
kelompok tanaman C3 dicapai pada kisaran 50% cahaya penuh, sedangkan tanaman
C4 hampir linier hingga 100% cahaya penuh. Laju fotosintesis lambat pada kondisi
intensitas cahaya dan suhu tinggi (Odum, 1983).
Pendapat di atas diperkuat oleh (Baharsyah, et al. 1985), bahwa hubungan
antara penyinaran matahari dengan hasil adalah kompleks, terutama untuk tanaman
kedelai yang memang pada dasarnya merupakan tanaman yang menyukai cahaya
matahari penuh. Salisbury dan Ross, (1995) mengemukakan bahwa intensitas
penyinaran yang menguntungkan bagi pertumbuhan untuk masing-masing tumbuhan
tidak sama. Intensitas penyinaran optimum maka kecepatan fotosintesis tinggi,
respirasi normal, akibatnya hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat tinggi.
Intensitas penyinaran berlebihan, mengakibatkan kenaikan suhu pada daun yang
menyebabkan transpirasi tinggi, dan apabila tidak disertai penyerapan air yang tinggi
menyebabkan sel-sel penutup pada stomata kehilangan turgornya dan menyebabkan
stomata menutup, sehingga mempengaruhi difusi CO₂ kedalam daun lambat,
fotosintesis juga terhambat. Hasil penelitian Lisa et,al. (2012) menunjukkan
pemberian naungan 60% pada tanaman kedelai memberikan pertumbuhan yang baik.
Produksi kedelai yang optimum membutuhkan intensitas penyinaran yang
cukup. Produksi kedelai selain dipengaruhi oleh intensitas penyinaran juga ditentukan
oleh tingkat efisiensi penggunaan cahaya oleh tanaman bersangkutan. Berdasarkkan
uraian di atas penulis ingin melihat bagaimana respon dari beberapa varietas kedelai
terhadap intensitas cahaya yang berbeda-beda.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon beberapa varietas tanaman
kedelai (Glycine Max L.) terhadap intensitas penyinaran.

1.3. Hipotesis
Diduga masing-masing varietas tanaman kedelai (Glycine Max L.)
memberikan respon yang berbeda terhadap intensitas penyinaran

II. PELAKSANAAN PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rejosari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan dengan ketinggian tempat 103
mdpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2021.

2.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) meteran, 2) Paranet
ukuran 50%, 60%, 70%, 3) Alat tulis, 4) Gembor, 5) Papan Merk 6) Timbangan
Analik, 7) Sabit, 8) Linggis , 9) Gergaji 10) Cangkul, 11) Bambu, 12) Tali Rafia, 13)
Meteran, 14) Kalkulator, sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : 1) Benih kedelai varietas Detap 1, Deja 1, Derap 1, 2) Urea, 3) SP-36, 5)
KCl.

2.3. Metodelogi Penelitian


Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Eksperimental dengan
Rancangan Petak Terbagi (RPB) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini adalah :
Intensitas Penyinaran (N) terdiri dari 3 tingkatan sebagai petak utama, yaitu :
N1 = Intensitas 50% setara naungan 50%
N2 = Intensitas 40% setara naungan 60%
N3 = Intensitas 30% setara naungan 70%

Varietas Kedelai (V) terdiri dari 3 varietas sebagai anak petak, yaitu :
V1 = Varietas Derap 1
V2 = Vaietas Detap 1
V3 = Varietas Deja 1
Berdasarkan kedua faktor perlakuan didapat 9 kombinasi perlakuan dengan
ulangan sebanyak 3 kali, sehingga di peroleh 27 unit percobaan. Kombinasi
perlakuan tertera pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Intensitas Penyinaran dan Varietas
Perlakuan Varietas (V)
Perlakuan Intensitas
Penyinaran (N)
V1 V2 V3

N1 N1V1 N1V2 N1V3

N2 N2V1 N2V2 N2V3

N3 N3V1 N3V2 N3V3

Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:


Y = μ + (K + α + εa) β + αβ + εb
Dimana :
Y = Nilai pengamatan hasil percobaan
μ = Nilai rata-rata
K = Pengaruh ulangan
= Pengaruh perlakuan intensitas penyinaran
β = Pengaruh perlakuan varietas
αβ = Pengaruh interaksi perlakuan intensitas penyinaran dan varietas
εa = Galat faktor a
εb = Galat faktor b
Data hasil pengamatan yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis
keragaman yang tertera pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Analisis Keragaman Rancangan Petak Terbagi


F –
Sumber Jumlah Kuadrat Tabel
Derajat
Keragaman Kuadrat Tengah
Bebas (DB) F-Hitung 5 1
k(SK) (JK) (KT)
% %
Petak Utama (r.a-1) JKK JKK/v1 KTK/KTGa
Kelompok (r-1) JKR JKR/v2 KTP/KTGa
Intensitas (a-1) JKN JKN/v3 KTG/KTGa
Penyinaran
Galat a (r-1) (a-1) JKA JKGA/v4
Varietas (b-1) JKV JKV/v5 KTJ/KTGb
Interaksi (I) (a-1) (b-1) JKAB JKI/v6 KTI/KTGb
Galat b a (r-1)(b-1) JKB JKG/v7 -
Total (r.a.b-1) JKT - -
Sumber: Gomez, and Gomez (1995)
Untuk mengetahui pengaruh masing – masing perlakuan terhadap peubah yang
diamati dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai F-hitung dengan F-tabel,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bila nilai F- hitung lebih kecil dari nilai F-tabel 5%, maka perlakuan
dinyatakan berpengaruh tidak nyata.
b. Bila nilai F- hitung lebih besar dari F tabel 5% tetapi lebih kecil dari F tabel
1%, maka perlakuan dinyatakan berpengaruh nyata.
c. Bila nilai F- hitung lebih besar dari F tabel 1%, maka perlakuan dinyatakan
berpengaruh sangat nyata.
Untuk menguji tingkat ketelitian hasil yang diperoleh digunakan uji Koefisien
Keragaman (KK) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
KKa : Koefisien Keragaman
KTGa : Kuadrat Tengah Galat a
KKb : Koefisien Keragaman
KTGb : Kuadrat Tengah Galat b
: Nilai rata – rata
Bila hasil Uji F, ternyata perlakuan menunjukan pengaruh nyata atau sangat
nyata, maka dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) dengan rumus sebagai berikut :
BNJ N = Q (p.v) √

BNJ V = Qα (p.v) √

BNJ i = Qα (p.v) √
Keterangan:
Q α (p.v) = Tabel tingkat 0,05 dan 0,01 dan derajat bebas galat v
N = Jumlah taraf perlakuan naungan
V = Jumlah taraf perlakuan varietas

2.4. Cara Kerja meliputi :


1. Persiapan Lokasi Penelitian
2. Pemasangan Naungan
3. Persiapan Benih Kedelai
4. Penanaman
5. Pemeliharaan
6. Pemupukan
7. Penyiraman
8. Penyiangan
9. Panen

2.5. Parameter yang Diamati terdiri dari :


1. Tinggi Tanaman (cm)
2. Jumlah Cabang Primer (cabang)
3. Umur Berbunga (hari)
4. Jumlah Polong per Tanaman (buah)
5. Produksi per Tanaman (g)
6. Produksi per Petak
7. Berat 100 Butir (g)
8. Berat Basah Berangkasan (g)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Hasil analisis keragaman respon beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine Max L.)
terhadap intensitas penyinaran dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1. Hasil Analisis Keragaman respon beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine Max L.)
terhadap intensitas penyinaran.

Perlakuan KK N KK V
No Peubah Penelitian
N V I (%) (%)

1. Tinggi Tanaman (cm) 4,45 tn 0,23 tn 2,35 tn 8,91 11,08


2. Jumlah CabangPrimer (buah) 0,14 tn 6,12* 1,14 tn 13,25 13,81
3. Umur Berbunga (hari) 0,90 tn 23,19** 1,32 tn 5,06 5,01
4. Jumlah Polong per tanaman (buah) 0,70 tn 9,26 ** 0,17 tn 10,66 26,22
5. Produksi per tanaman (g) 24,80 ** 0,55 tn 1,97 tn 23,84 13,09
6. Produksi Per petak (g) 19,41** 0,97 tn 1,80 tn 27,15 11,17
7. Berat 100 Butir (g) 182 tn 4,06 * 0,08 tn 11,64 8,09
8. Berat basah berangkasan (g) 5,83 tn 2,50 tn 3,43* 18,04 23,80

Keterangan :
N = Perlakuan intensitas penyinaran
V = Perlakuan varietas
I = Interaksi perlakuan intensitas penyinaran dan varietas
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = Koefisien keragaman

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan intensitas penyinaran (N)


berpengaruh sangat nyata pada produksi pertanaman, dan produksi perpetak serta berpengaruh
tidak nyata terhadap peubah lainnya. Perlakuan Varietas (V) berpengaruh sangat nyata pada
umur berbunga dan jumlah polong pertanaman, berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang
primer dan berat 100 butir. Perlakuan V berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman,
produksi pertanaman, produksi perpetak dan berat basah berangkasan. Interaksi perlakuan (NV)
berpengaruh nyata terhadap berat basah berangkasan dan berpengaruh tidak nyata terhadap
peubah lainnya.

3.1.1. Tinggi Tanaman (cm)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intesitas penyinaran
(N), perlakuan varietas (V) dan interaksi (I) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Hasil data tabulasi tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 3.2. Hasil Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap Tinggi Tanaman (cm)

7
Intensitas Varietas Rerata
penyinaran V1 V2 V3 N
N1 46,34 51,19 45,63 47,72
N2 46,41 38,39 46,12 43,64
N3 47,83 53,68 46,54 49,35
Rerata V 46,86 47,75 46,10

Berdasarkan Tabel 3.2. diketahui bahwa secara tabulasi perlakuan intensitas penyinaran
(N), menghasilan tinggi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan N3 dengan tinggi tanaman rata-
rata 49,35 cm dan terendah pada N2 dengan tinggi rata-rata 43,64 cm. Sedangkan pada
perlakuan Varietas (V) tertinggi yaitu pada V2 menghasilkan tinggi rata-rata 47,75 cm yang
terendah pada V3 dengan tinggi rata-rata 46,10 cm. Sementara pada Interaksi (I) tertinggi yaitu
pada N3V2 menghasilkan tinggi tanaman 53,68 cm, yang terendah pada N2V2 menghasilkan
tinggi tanaman 38,39 cm.

3.1.2. Jumlah Cabang Primer (cabang)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) berpengaruh tidak nyata sedangkan perlakuan Varietas (V) berpengaruh nyata dan
interaksinya (I) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer. Hasil uji lanjut dan data
tabulasi jumlah cabang primer dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Hasil Uji Lanjut dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran
(N), Varietas (V) dan Interaksinya (I) terhadap Jumlah Cabang Primer (cabang)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 3,60 4,13 4,20 3,98
N2 3,27 4,00 4,67 3,98
N3 3,73 3,47 4,40 3,87
Rerata V 3,53 a 3,87 ab 4,42 b
BNJ V 0,05 = 0,68
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 %
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.3. diketahui bahwa perlakuan V3 berbeda nyata
dengan V1 dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan V2. Jumlah terbanyak diperoleh perlakuan
V3 yaitu 4,42 cabang dan terendah pada perlakuan V1 yaitu 3,35 cabang. Secara tabulasi
tanaman tertinggi pada perlakuan N1 dan N2 yaitu 3,98 cabang dan terendah pada perlakuan N3
yaitu 3,87 cabang. Sedangkan interaksi antar perlakuan N2V3 secara tabulasi menghasilkan
jumlah terbanyak yaitu 4,67 cabang dan terendah N2V1 yaitu 3,27 cabang.

3.1.3. Umur Berbunga (hari)

8
Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) berpengaruh tidak nyata, perlakuan Varietas (V) berpengaruh sangat nyata dan interaksinya
(I) berpengaruh tidak nyata pada umur berbunga. Hasil Uji Lanjut dan data tabulasi umur
berbunga dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Hasil Uji BNJ dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap umur berbunga (hari)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 34,00 34,67 41,67 36,78
N2 34,00 34,67 38,67 35,78
N3 34,33 35,00 38,00 35,78
Rerata V 34,11 Aa 34,78 aA 39,44 bB
BNJ V 0,05 = 2,28
BNJ V 0,01 = 3,04
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.4. diketahui bahwa perlakuan V3 berbeda sangat nyata
dengan V1 dan V2. Umur berbunga terlama diperoleh perlakuan V3 yaitu 39,44 hari dan tercepat
pada perlakuan V1 yaitu 34,11 hari. Secara tabulasi diperoleh umur terlama pada perlakuan N1
yaitu 36,78 hari dan tercepat pada perlakuan N2 dan N3 yaitu 35,78 hari. Sedangkan interaksi
antar perlakuan N1V3 secara tabulasi menghasilkan umur berbunga terlama yaitu 41,67 hari dan
tercepat N1V1 dan N2V1 yaitu 34,00 hari.

3.1.4. Jumlah Polong Pertanaman (buah)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) berpengaruh tidak nyata, perlakuan Varietas (V) berpengaruh sangat nyata dan interaksinya
(I) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong pertanaman. Hasil Uji Lanjut dan data
tabulasi jumlah polong pertanaman dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Hasil Uji Lanjut dan Data Tabulasi Perlakuan Intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap Jumlah Polong pertanaman (buah)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 46,60 51,80 74,13 57,51
N2 48,40 49,67 81,80 59,96
N3 55,20 50,40 77,27 60,96
Rerata V 50,07 aA 50,62 aA 77,73 bB
BNJ V 0,05 = 19,59
BNJ V 0,01 = 26,19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%

9
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.5. diketahui bahwa perlakuan V3 berbeda sangat nyata
dengan V1 dan V2. Polong terbanyak diperoleh perlakuan V3 yaitu 77,73 buah dan terendah
pada perlakuan V1 yaitu 50,07 buah. Pada perlakuan N secara tabulasi diperoleh polong
terbanyak pada perlakuan N3 yaitu 60,96 buah dan terendah pada perlakuan N1 yaitu 57,51 buah
sedangkan interaksi antar perlakuan N2V3 secara tabulasi menghasilkan polong terbanyak yaitu
81,80 buakh dan terendah N1V1 yaitu 46,60 buah.

3.1.5. Produksi Per Tanaman (g)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N).berpengaruh sangat nyata, perlakuan Varietas (V) dan interaksinya (I) berpengaruh tidak
nyata pada produksi pertanaman. Hasil Uji Lanjut dan data tabulasi produksi pertanaman dapat
dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil Uji Lanjut dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap produksi pertanaman(g)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 16,53 16,47 18,80 17,27 bB
N2 13,73 11,13 11,47 12,11 aAB
N3 7,33 7,93 7,33 7,53 aA
Rerata V 12,53 11,84 12,53
BNJ N 0,05 = 4,89
BNJ N 0,01 = 7,94
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.6. diketahui bahwa perlakuan N1 berbeda sangat nyata
dengan N3 dan berbeda tida nyata dengan N2. Produksi tertinggi diperoleh perlakuan N1 yaitu
17,27 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 7,53 g. Pada perlakuan V secara tabulasi diperoleh
produksi tertinggi pada perlakuan V1 dan V3 yaitu 12,53 g dan terendah pada perlakuan V2 yaitu
11,84 g. Sedangkan interaksi antar perlakuan N1V3 secara tabulasi menghasilkan produksi
tertinggi yaitu 18,80 g dan terendah N3V1 dan N3V3 yaitu 7,33 g.

3.1.6. Produksi Per Petak (g)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) berpengaruh sangat nyata sedangkan perlakuan Varietas (V) dan interaksinya (I) berpengaruh
tidak nyata pada produksi per petak. Hasil Uji Lanjut dan data tabulasi produksi per petak dapat
dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Hasil Uji Lanjut dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap produksi petak (g)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 392,33 397,00 449,33 412,89 bB
N2 329,33 279,33 307,33 305,33 abAB

10
N3 175,33 183,33 168,33 175,67 aA
Rerata V 299,00 286,56 308,33
BNJ N 0,05 = 134,81
BNJ N 0,01 = 218,93
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.7. diketahui bahwa perlakuan N1 berbeda sangat nyata
dengan N3 dan berbeda tidak nyata dengan N2. Produksi tertinggi diperoleh perlakuan N1 yaitu
412,89 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 175,67 g. Pada perlakuan V secara tabulasi
diperoleh Produksi tertinggi pada perlakuan V3 yaitu 308,33 g dan terendah pada perlakuan V2
yaitu 286,56 g, sedangkan interaksi antar perlakuan N1V3 secara tabulasi menghasilkan produksi
tertinggi yaitu 449,33 g dan terendah N3V3 yaitu 168,33 g.

3.1.7. Berat 100 Biji (g)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) berpengaruh tidak nyata, perlakuan Varietas (V) berpengaruh nyata dan interaksinya (I)
berpengaruh tidak nyata pada berat 100 biji. Hasil Uji BNJ dan data tabulasi berat 100 biji dapat
dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Hasil Uji BNJ dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap Berat 100 Biji (g)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 17,33 17,67 19,33 18,11
N2 16,67 16,33 18,00 17,00
N3 15,67 16,00 17,33 16,33
Rerata V 16,56 a 16,67 a 18,22 a
BNJ V 0,05 = 1,74

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.8. diketahui bahwa perlakuan V3 berbeda tidak nyata
dengan V1 dan V2. Berat 100 butir tertinggi diperoleh pada perlakuan V3 yaitu 18,22 g dan
terendah pada perlakuan V1 yaitu 16,56 g. Pada perlakuan N secara tabulasi diperoleh berat 100
butir tertinggi pada perlakuan N1yaitu 18,11 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 16,33 g,
sedangkan interaksi antar perlakuan N1V3 secara tabulasi menghasilkan produksi tertinggi yaitu
19,33 g dan terendah N3V1 yaitu 15,67 g.

3.1.8. Berat Basah Berangkasan (g)


Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) dan perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata sedangkan interaksinya (I) berpengaruh
nyata pada berat basah berangkasan. Hasil Uji BNJ dan data tabulasi berat basah berangkasan
dapat dilihat pada Tabel 3.9.

11
Tabel 3.9. Hasil Uji Lanjut dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap berat basah berangkasan(g)

Intensitas Varietas Rerata


penyinaran V1 V2 V3 N
N1 52,27 ab 81,47 b 53,13 ab 62,29
N2 45,00 ab 64,33 ab 70,00 ab 59,78
N3 47,37 ab 36,20 a 57,53 ab 47,03
Rerata V 48,21 60,67 60,22
BNJ I 0,05= 39,35

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf uji 5 %.
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.9. diketahui bahwa interaksi N1V2 berbeda nyata
dengan N3V2 dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi lainya. Berat basah berangkasan
tertinggi diperoleh pada interaksi N1V2 yaitu 81,47 g dan terendah pada interaksi N3V2 yaitu
36,20 g .Pada perlakuan N secara tabulasi diperoleh Produksi tertinggi pada perlakuan N1 yaitu
62,29 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 47,03 g, sedangkan perlakuan V secara tabulasi
diperoleh berat basah berangkasan tertinggi pada V2 yaitu 60,67 g dan terendah V1 yaitu 48,21 g.

3.2. Pembahasan
3.2.1. Pengaruh Intensitas Penyinaran
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
memberikan pengaruh sangat nyata pada produksi pertanaman dan produksi perpetak. Hal ini
disebabkan karena intensitas penyinaran dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, penyataan
di atas diperkuat oleh Salisbury dan Ross (1992) yang berpendapat bahwa cahaya matahari
mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan dan perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan
tanaman, metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan tingkat
produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan cahaya matahari melalui proses fotosintesis.
Selain itu menurut Widiastuti, et.al (2004) bahwa pemberian perlakuan naungan pada
berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap berat biji, dan produksi biji kering pada
berbagai macam variaetas kedelai. Pemberian naungan 20% akan memberikan hasil yang lebih
baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau
awal berbunga. Hasil produksi kedelai yang optimum membutuhkan intensitas cahaya yang
cukup. Hal ini dapat dilihat dari data uji lanjut yang menunjukkan bahwa pada peubah produksi
pertanaman N1 berbeda sangat nyata dengan N3 dan pada peubah produksi perpetak N1 berbeda
sangat nyata dengan N3.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
memberian pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga,
jumlah polong, berat 100 butir dan berat basah berangkasan. Hal ini disebabkan karena semua
tingkatan intensitas yang dicobakan dari 50%, 60% dan 70% tidak terlalu berbeda dalam
mengurangi cahaya matahari yang di terima tanaman, sehingga menghasilkan pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai yang relatif sama, karena menurut (Baharsyah,1985) tanaman kedelai
merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya penuh. Dan menurut (Widiastuti, 2004), kedelai
adalah jenis tanaman yang membutuhkan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang
optimal. Karena tanaman yang dinaungi akan mempegaruhi suhu udara (Lukitasari 2012),
sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal.

12
Hasil uji BNJ dan tabulasi data menunjukan bahwa perlakuan N1 (intensitas 50%)
memberikan hasil terbaik pada hampir semua peubah. Hal ini menunjukan bahwa intensitas 50%
dapat memberikan hasil yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai karena
cahaya yang diterima tanaman pada intensitas 50% lebih banyak dibanding dengan intensitas
lainnya, sehingga pertumbuhan tanaman lebih baik pada intensitas 50%. Sedangkan pada
perlakuan N3 (intensitas 70%) yang memberikan hasil terendah pada semua hampir semua
peubah yang diamati. Hal ini karena cahaya yang diterima tanaman pada intensitas 70% lebih
sedikit sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Hal
ini dikarenakan kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari optimal atau
baik tumbuh pada kondisi tanpa naungan. Lukitasari (2010) menyatakan bahwa setiap tumbuhan
mempunyai kebutuhan intensitas radiasi matahari yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi di
lapang selain faktor genetiknya. Kondisi tersebut secara bersamaan akan mempengaruhi sifat-
sifat morfologi dan fisiologi tanaman bersangkutan.
Tanaman yang tumbuh dengan naungan akan memiliki kompensasi hasil asimilasi yang
lebih rendah dibandingkan tanaman yang tumbuh di tempat dengan cahaya matahari yang
optimal (Levitt, 1980). Perbedaan tingkat naungan pada perlakuan secara keseluruhan
mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara dan suhu tanah lingkungan
tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi
ketersediaan energi cahaya yang akan diubah menjadi energi panas dan energi kimia. (Widiastuti,
2004).
Semakin besar tingkat naungan berbanding terbalik dengan intensitas cahaya yang
diterima tanaman, sehingga juga akan mempengaruhi suhu udara rendah dan kelembaban udara
yang semakin tinggi. Intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan tanaman mengalami
tekanan/stres karena batas radiasi gelombang yang aktif untuk berfotosintesis diterima tanaman
dalam jumlah yang sedikit dan tanaman juga dapat mengalami stress apabila menerima cahaya
dalam jumlah yang sangat tinggi, sehingga dapat merusak proses fotosintesis (Lambers et
al.,1998).

3.2.2. Pengaruh Varietas


Hasil Analisis Keragaman menunjukan bahwa perlakuan varietas kedelai memberikan
pengaruh yang sangat nyata pada peubah umur berbunga dan jumlah polong pertanaman dan
berpengaruh nyata pada peubah jumlah cabang primer dan berat 100 butir. Hal ini diduga
Penggunaan varietas terbaru dapat meningkatkan hasil produksi kedelai dengan sifat yang lebih
baik dari varietas sebelumnya penyataan di atas di perkuat oleh Subandi (1990) yang
menyatakan bahwa keberhasilan peningkatan produksi sangat tergantung kepada kemampuan
penyediaan dan penerapan inovasi teknologi yaitu meliputi varietas unggul baru berdaya hasil
dan berkualitas tinggi, penyediaan benih bermutu serta teknologi budidaya yang tepat. Hal ini
dapat dilihat dari data uji lanjut yang menunjukkan bahwa pada peubah umur berbunga V3
berbeda sangat nyata dengan V1 begitu juga pada peubah jumlah polong pertanaman, jumlah
cabang primer dan berat 100 butir.
Hasil Analisis Keragaman menunjukan bahwa perlakuan varietas kedelai memberikan
pengaruh tidak nyata pada peubah tinggi tanaman, produksi pertanaman, produksi perpetak dan
berat basah berangkasan. Hal ini di duga karena tidak ada perbedaan yang signifikan dari masing-
masing varietas yang digunakan, hal ini dapat dilihat berdasarkan deskripsi masing-masing
varietas.
Hasil uji BNJ dan tabulasi data menunjukan bahwa perlakuan V3 (Varietas deja 1)
memberikan hasil terbaik pada jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah polong, produksi
pertanaman, produksi perpetak, berat 100 butir. Hal ini menunjukan bahwa varietas deja 1
mampu beradaptasi lebih baik di tanah dan kondisi lingkungan dilokasi penelitian. Sedangkan
pada perlakuan V1 (Varietas derap 1) yang memberikan hasil terendah pada jumlah cabang
primer, umur berbunga, jumlah polong, berat 100 butir dan berat basah berangkasan. Hal ini

13
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi pada setiap varietas tersebut.
Kekurangan cahaya matahari dapat menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tanaman. Kekurangan cahaya saat
perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi. Lingkungan di atas tanah yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai terutama adalah lama dan intensitas
penyinaran. Berkurangnya intensitas cahaya matahari menyebabkan tanaman akan tumbuh lebih
tinggi, ruas antar buku lebih panjang,dan jumlah polong lebih sedikit, ukuran biji akan semakin
kecil (Taufik dan Sundari, 2012).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan,
yaitu :
1. Intensitas penyinaran 50% setara dengan naungan 50% menghasilkan pertumbuhan dan
produksi kedelai yang lebih baik.
2. Varietas deja 1 menghasilkan pertumbuhan dan produksi kedelai lebih baik.
3. Interaksi antara perlakuan intensitas penyinaran dan varietas (N1V3) menghasilkan
pertumbuhan dan produksi kedelai lebih baik.

4.2. Saran
Penulis menyarankan dalam budidaya tanaman kedelai menggunakan intensitas
penyinaran 50% dan varietas deja 1.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2015. Potensi pengembangan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman rakyat.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34(2):71-78
Baharsyah, J. S, Suwardi,D dan Irsal Las. 1985. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai.
Badan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Pusat penelitian dan
pengembangan tanaman pangan. Bogor.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2018. Deskripsi varietas unggul
kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang (ID). Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2017. Impor Kedelai Menurut Negara Asal Utama 2014-2018.
Ekspor-Impor.
Dornbos, D.L.Jr., and R.E.Mullen. 1991. Influence of stress during soybean seed
effects of carbon dioxide, temperature and ultraviolet-B radiation on flower and
pollen morphology, quantity and quality of pollen in soybean (Glycine max L.)
genotypes. J. Exp. Bot 56:725–736.
fill on seed weight, germination, and seedling growth rate. J. of Plant Sci. 71: 373–383.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL (1991) Physiology of crop plants. Diterjemahkan oleh H.
Susilo. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Garuda, S.R., Y. Baliadi, dan M.S. Lestari. Pengembangan kedelai di Papua: Potensi lahan,
strategi pengembangan, dan dukungan kebijakan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 36(1):47-58

14
Gibson, L.R. and R.E. Mullen. 1996. Influence of Day and Night Temperature on
Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.
Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot.
Jurnal Ilmu Pertanian (11)2: 35-42.
Koti, S., K.R. Reddy, V.G. Kakani, D. Zhao, V.R. Reddy. 2005. Interactive
Kurniawan 2020. Pertumbuhan Batang Pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.)
Merr) Terhadap Jenis Tanah Aluvial, Regosol Dan Latosol, Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.
Lambers, Hans., Chapin., F.T., Pons. T.L. 1998. Plant Physiological Ecology.
Levitt, J. 1980. Responses of Plants to Environmental Stresses. Water, Radiation, Salt, and Other
Stresses. Vol II. Academic Press, Inc. London, Ltd.
Lukitasari 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kedelai (Glycine Max). Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PGRI Madiun.
Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun
Odum, E.P. 1983. Basic ecology. pp.368–443. Holt Sauders Inter. Eds. Japan.
Sadjad, S. 1993. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia, Jakarta.
Salisbury F, Ross C. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung
Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing. Company
Belmont, California.
Soybean Seed Yield. Crop Sci 36: 98–104.
Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di Indonesia.
Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta
Sudaryanto.T, P.Simatupang, A. Purwoto, M. Rosegrant and M.Hossain. 1999. Could Indonesia
Sustain Self-Sufficiency in Rice Production. Recent Trends and a Long Term Outlook.
Discussion Paper Series No. 99-03. Social Sciences Division. IRRI Makati. Philippes.
United States of America : Springer. Pp 25-37.
Widiastuti, L., Tohari, Sulistyaningsih, E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan

Lampiran 1. Denah Penelitian dilapangan


Ulangan 1 Ulanga 2 Ulanga 3
N1V3 N2V3 N3V3
N1V1 N2V2 N3V1
N1V2 N2V1 N3V2
N3V1 N3V1 N2V1
N3V3 N3V3 N2V3
N3V2 N3V2 N2V2
N2V3 N1V3 N1V1
N2V2 N1V1 N1V2
N2V1 N1V2 N1V3

Keterangan :
N = Perlakuan Intensitas Cahaya
V = Perlakuan Varietas
Jarak antar ulangan = 100 cm
Jarak antar perlakuan = 50 cm
Ukuran petakan = 2 m x2 m
Jarak tanam = 40 cm x 40 cm

15
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Detap 1

Dilepas tahun : 22 Mei 2017


SK Mentan : 341/Ktps/TP.030/5/2017
Nomor galur : G 551 H/Anjasmoro-1-2
Asal : Seleksi persilangan G 511 H dengan Anjasmoro
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : ±35 hari
Umur masak : ±78 hari
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna bulu : Putih
Warna kulit polong : Kuning
Warna kulit biji : Kuning
Warna kotiledon : Putih
Warna hilum : Kuning
Bentuk daun : Agak bulat
Ukuran daun : Sedang
Percabangan : 3 - 6 cabang/tanaman
Jumlah polong
per tanaman : ±51 polong
Tinggi tanaman : ±68,70 cm
Kerebahan : Agak tahan rebah
Pecah polong : Tahan pecah polong
Ukuran biji : Besar
Bobot 100 biji : ±15,37 gram
Bentuk biji : Bulat
Potensi hasil : 3,58 ton/ha
Rata-rata hasi : ±2,70 ton/ha
Kandungan protein : ±40,11% BK
Kandungan lemak : ±16,16% BK
Ketahanan
terhadap hama : Tahan terhadap penyakit karat daun, peka terhadap
penyakit virus SMV, tahan terhadap hama pengisap
polong, agak tahan terhadap hama penggerek polong, dan
peka terhadap hama ulat grayak
Pemulia : M. Muchlish Adie, Ayda Krisnawati, Gatut Wahyu AS.
Peneliti : Erliana Ginting, Eryanto Yusnawan, Marida Santi YIB,
Kurnia Paramita Sari, Didik Hanowo Teknisi : Arifin
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi,
Badan Litbang Pertanian

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Deja 1

Dilepas tahun : 22 Mei 2017


SK Mentan : 388/Ktps/TP.030/5/2017
Nomor galur : Tgm / Anj-750

16
Asal : Persilangan tunggal varietas Tanggamus dengan
Anjasmoro
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : ±39 hari
Umur masak : ±89 hari
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna bulu : Coklat
Warna kulit polong : Coklat tua
Warna kulit biji : Kuning
Warna kotiledon : Kuning
Warna hilum : Coklat muda
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Sedang
Percabangan : 3 cabang/tanaman
Jumlah polong
per tanaman : ±36 polong
Tinggi tanaman : ±52,7 cm
Kerebahan : Tahan rebah
Pecah polong : Tidak Mudah Pecah
Ukuran biji : Sedang
Bobot 100 biji : ±12,9 gram
Bentuk biji : Lonjong
Potensi hasil : 2,89 ton/ha
Rata-rata hasil : ±2,39 ton/ha
Kandungan protein : ±39,6% BK
Kandungan lemak : ±17,3% BK
Ketahanan
terhadap hama : Agak tahan terhadap hama ulat grayak, tahan terhadap
penggerek polong, tahan terhadap pengisap polong dan
agak tahan terhadap penyakit karat daun.
Keterangan : Sangat toleran cekaman jemuh air mulai 14 hari hingga
fase masak.
Pemulia : Purwantoro, Suhartina, Gatut Wahyu A.S., Novita
Nugrahaeni dan Titik Sundari.
Peneliti : Abdullah Taufiq, Suharsono, A. Ghozi Manshuri, Eriyanto
Yusnawan, dan Kurnia Paramita.
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Lampiran 4. Deskripsi Varietas Derap 1

SK Mentan : 342/Kpts/TP.010/05/2018
Dilepas tahun : 2018
Nomer galur : G511H/Anj//Anj-2-8
Asal : Seleksi persilangan G511H dengan Anjasmoro
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : ±34 hari

17
Umur masak : ±76 hari
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna bulu : Putih
Warna kulit polong : Kuning
Warna kulit biji : Kuning
Warna kotiledon : Putih
Warna hilum : Coklat muda
Bentuk daun : Bulat
Ukuran daun : Sedang
Percabangan : 2-4 cabang/tanaman
Jumlah polong
per tanaman : ±45 polong
Tinggi tanaman : ±59 cm
Kerebahan : Agak tahan rebah
Pecah polong : Agaktahanpecah polong
Ukuran biji : Besar
Bobot 100 biji : ±17,62 gram
Bentuk biji : Bulat Kecerahan
kulit biji : Mengkilap
Potensi hasil : 3,16 ton/ha biji kering (pada KA 12%)
Rata-rata hasil : ±2,82 ton/ha biji kering (pada KA 12%)
Kandungan protein : ±39,17% BK
Kandungan lemak : ±18,10% BK
Ketahanan
terhadap hama : dan penyakit (Phakopsora pachirhyzi Syd), peka terhadap
penyakit virus SMV, tahan terhadap hama pengisap polong (Riptortus
linearis), tahan terhadap hama penggerek polong (Etiella zinckenella),
dan agak tahan terhadap hama ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Pemulia : Ayda Krisnawati, M. Muchlish Adie, Apri Sulistyo
Peneliti : Marida Santi Yudha Ika Bayu, Kurnia Paramita Sari,
Erliana Ginting, Joko Susilo Utomo, Eriyanto Yusnawan
Teknisi : Arifin
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

18
Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 42.47 46.08 50.47 139.02 46.34
N1 V2 52.46 49.46 51.66 153.58 51.19
V3 37.43 47.19 52.26 136.88 45.63
132.36 142.73 154.39 429.5 35.79
V1 44.76 49.34 45.14 139.24 46.41
N2 V2 23.15 41.29 50.73 115.17 38.39
V3 44.11 49.88 44.38 138.37 46.12
112.02 140.51 140.25 392.8 32.73
V1 46.25 48.66 48.59 143.50 47.83
N3 V2 53.64 53.28 54.11 161.03 53.68
V3 43.91 48.46 47.26 139.63 46.54
143.80 150.40 149.96 444.2 37.01
Jumlah 388.18 433.64 444.60 1266.42 46.90

Lampiran 6. Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm)


F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
*
Petak Utama 8 424.4399 53.0550 3.04 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 198.8870 99.4435 5.69 6.94 18.00
- Intensitas
tn
penyinaran (N) 2 155.6406 77.8203 4.45 6.94 18.00
-Galat (N) 4 69.9122 17.4781
tn
Varietas (V) 2 12.3580 6.1790 0.23 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 253.6490 63.4123 2.35 3.26 5.41
Galat (V) 12 324.0590 27.0049
Total 26 1014.5059

Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 8.91 %
KK V = 11.08 %

Lampiran 7. Data Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Primer (buah)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 3.40 3.60 3.80 10.80 3.60
N1 V2 4.80 4.40 3.20 12.40 4.13
V3 4.80 3.80 4.00 12.60 4.20
13.00 11.80 11.00 35.8 2.98
V1 3.60 3.60 2.60 9.80 3.27
N2
V2 4.40 3.80 3.80 12.00 4.00

19
V3 5.00 4.80 4.20 14.00 4.67
13.00 12.20 10.60 35.8 2.98
V1 4.40 3.40 3.40 11.20 3.73
N3 V2 2.60 3.80 4.00 10.40 3.47
V3 4.00 4.80 4.40 13.20 4.40
11.00 12.00 11.80 34.8 2.90
Jumlah 37.00 36.00 33.40 106.40 3.94

Lampiran 8. Analisis Keragaman Jumlah Cabang Primer (buah)


Keterangan :

F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 1.9319 0.2415 0.89 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 0.7674 0.3837 1.41 6.94 18.00
-Intensitas penyinaran
tn
(N) 2 0.0741 0.0370 0.14 6.94 18.00
-Galat (N) 4 1.0904 0.2726
*
Varietas (V) 2 3.6296 1.8148 6.12 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 1.3481 0.3370 1.14 3.26 5.41
Galat (V) 12 3.5556 0.2963
Total 26 10.4652
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 13.25 %
KK V = 13.81 %

Lampiran 9. Data Hasil Pengamatan Umur Berbunga (hari)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 34.00 34.00 34.00 102.00 34.00
N1 V2 35.00 35.00 34.00 104.00 34.67
V3 48.00 39.00 38.00 125.00 41.67
117.00 108.00 106.00 331.0 27.58
V1 34.00 34.00 34.00 102.00 34.00
N2 V2 35.00 34.00 35.00 104.00 34.67
V3 39.00 38.00 39.00 116.00 38.67
108.00 106.00 108.00 322.0 26.83
V1 35.00 34.00 34.00 103.00 34.33
N3 V2 35.00 35.00 35.00 105.00 35.00
V3 38.00 38.00 38.00 114.00 38.00
108.00 107.00 107.00 322.0 26.83
Jumlah 333.00 321.00 321.00 975.00 36.11

20
Lampiran 10. Analisis Keragaman Umur Berbunga (hari)
F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 30.0000 3.7500 1.12 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 10.6667 5.3333 1.60 6.94 18.00
- Intensitas
tn
penyinaran (N) 2 6.0000 3.0000 0.90 6.94 18.00
-Galat (N) 4 13.3333 3.3333
**
Varietas (V) 2 152.0000 76.0000 23.19 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 17.3333 4.3333 1.32 3.26 5.41
Galat (V) 12 39.3333 3.2778
Total 26 238.6667
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 5.06 %
KK V = 5.01 %

Lampiran 11. Data Hasil Pengamatan Jumlah Polong (buah)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 47.60 49.80 42.40 139.80 46.60
N1 V2 43.20 65.20 47.00 155.40 51.80
V3 87.80 55.00 79.60 222.40 74.13
178.60 170.00 169.00 517.6 43.13
V1 54.60 49.80 40.80 145.20 48.40
N2 V2 58.20 41.00 49.80 149.00 49.67
V3 83.40 93.40 68.60 245.40 81.80
196.20 184.20 159.20 539.6 44.97
V1 87.20 48.00 30.40 165.60 55.20
N3 V2 53.40 46.20 51.60 151.20 50.40
V3 66.40 74.80 90.60 231.80 77.27
207.00 169.00 172.60 548.6 45.72
Jumlah 581.80 523.20 500.80 1605.80 59.47

F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 606.0119 75.7515 1.89 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 388.7674 194.3837 4.84 6.94 18.00
-Intensitas penyinaran
tn
(N) 2 56.5185 28.2593 0.70 6.94 18.00

21
-Galat (N) 4 160.7259 40.1815
**
Varietas (V) 2 4502.2963 2251.1481 9.26 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 163.1170 40.7793 0.17 3.26 5.41
Galat (V) 12 2917.0667 243.0889
Total 26 8188.4919
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 10.66 %
KK V = 26.22 %
Lampiran 12. Analisis Keragaman Jumlah Polong (buah)

Lampiran 13. Data Hasil Pengamatan Produksi Pertanaman (g)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 15.20 17.40 17.00 49.60 16.53
N1 V2 15.00 18.80 15.60 49.40 16.47
V3 19.20 18.40 18.80 56.40 18.80
49.40 54.60 51.40 155.4 12.95
V1 15.00 10.00 16.20 41.20 13.73
N2 V2 12.60 10.40 10.40 33.40 11.13
V3 16.20 8.80 9.40 34.40 11.47
43.80 29.20 36.00 109.0 9.08
V1 8.20 7.20 6.60 22.00 7.33
N3 V2 7.60 8.00 8.20 23.80 7.93
V3 7.60 7.40 7.00 22.00 7.33
23.40 22.60 21.80 67.8 5.65
Jumlah 116.60 106.40 109.20 332.20 12.30

Lampiran 14. Analisis Keragaman Produksi Pertanaman


F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
**
Petak Utama 8 467.4163 58.4270 6.79 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 6.1719 3.0859 0.36 6.94 18.00
-Intensitas
**
penyinaran (N) 2 426.8207 213.4104 24.80 6.94 18.00
-Galat (N) 4 34.4237 8.6059
tn
Varietas (V) 2 2.8474 1.4237 0.55 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV 4 20.4681 5.1170 1.97 3.26 5.41
Galat (V) 12 31.1378 2.5948
Total 26 521.8696

Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata

22
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 23.84 %
KK V = 13.09 %

Lampiran 15. Data Hasil Pengamatan Produksi Perpetak (g)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 356.00 411.00 410.00 1177.00 392.33
N1 V2 354.00 459.00 378.00 1191.00 397.00
V3 455.00 443.00 450.00 1348.00 449.33
1165.00 1313.00 1238.00 3,716.0 309.67
V1 352.00 240.00 396.00 988.00 329.33
N2 V2 345.00 242.00 251.00 838.00 279.33
V3 381.00 215.00 326.00 922.00 307.33
1078.00 697.00 973.00 2,748.0 229.00
V1 194.00 173.00 159.00 526.00 175.33
N3 V2 169.00 191.00 190.00 550.00 183.33
V3 177.00 168.00 160.00 505.00 168.33
540.00 532.00 509.00 1,581.0 131.75
Jumlah 2,783.00 2,542.00 2,720.00 8045.00 297.96

Lampiran 16. Analisis Keragaman Produksi Perpetak (g)


F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
**
Petak Utama 8 283609.6296 35451.2037 5.42 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 3471.6296 1735.8148 0.27 6.94 18.00
- Intensitas
**
penyinaran (N) 2 253968.0741 126984.0370 19.41 6.94 18.00
-Galat (N) 4 26169.9259 6542.4815
tn
Varietas (V) 2 2148.7407 1074.3704 0.97 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV 4 7966.8148 1991.7037 1.80 3.26 5.41
Galat (V) 12 13287.7778 1107.3148
Total 26 307012.9630

Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 27.15 %
KK V = 11.17 %

Lampiran 17. Data Hasil Pengamatan Berat Biji 100 Butir (g)
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
N1 V1 17.00 15.00 20.00 52.00 17.33

23
V2 16.00 18.00 19.00 53.00 17.67
V3 19.00 18.00 21.00 58.00 19.33
52.00 51.00 60.00 163.0 13.58
V1 18.00 16.00 16.00 50.00 16.67
N2 V2 18.00 15.00 16.00 49.00 16.33
V3 19.00 17.00 18.00 54.00 18.00
55.00 48.00 50.00 153.0 12.75
V1 16.00 14.00 17.00 47.00 15.67
N3 V2 17.00 14.00 17.00 48.00 16.00
V3 18.00 19.00 15.00 52.00 17.33
51.00 47.00 49.00 147.0 12.25
Jumlah 158.00 146.00 159.00 463.00 17.15

Lampiran 18. Analisis Keragaman Berat Biji 100 Butir (g)


F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 42.0741 5.2593 1.32 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 11.6296 5.8148 1.46 6.94 18.00
-intensitas penyinaran
tn
(N) 2 14.5185 7.2593 1.82 6.94 18.00
-Galat (N) 4 15.9259 3.9815
*
Varietas (V) 2 15.6296 7.8148 4.06 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV 4 0.5926 0.1481 0.08 3.26 5.41
Galat (V) 12 23.1111 1.9259
Total 26 81.4074

Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 11.64 %
KK V = 8.09 %

Lampiran19. Data Hasil Pengamatan Berat Berat Basah Berangkasan (g)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 65.20 39.80 51.80 156.80 52.27
N1 V2 123.20 67.40 53.80 244.40 81.47
V3 72.00 36.20 51.20 159.40 53.13
260.40 143.40 156.80 560.6 46.72
V1 67.60 36.60 30.80 135.00 45.00
N2 V2 73.60 43.40 76.00 193.00 64.33
V3 89.40 69.00 51.60 210.00 70.00
230.60 149.00 158.40 538.0 44.83
V1 67.60 45.50 29.00 142.10 47.37
N3
V2 42.00 34.20 32.40 108.60 36.20

24
V3 83.00 53.60 36.00 172.60 57.53
192.60 133.30 97.40 423.3 35.28
Jumlah 683.60 425.70 412.60 1521.90 56.37

Lampiran 20. Analisis Keragaman Berat Basah Berangkasan (g)


F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
**
Petak Utama 8 6807.6667 850.9583 8.23 2.85 4.50
**
-Kelompok 2 5189.8156 2594.9078 25.10 6.94 18.00
- Intensitas
tn
penyinaran (N) 2 1204.3756 602.1878 5.83 6.94 18.00
-Galat (N) 4 413.4756 103.3689
tn
Varietas (V) 2 898.8156 449.4078 2.50 3.88 6.93
*
Interaksi (NV) 4 2471.4089 617.8522 3.43 3.26 5.41
Galat (V) 12 2160.0889 180.0074
Total 26 12337.9800
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 18.04 %
KK V = 23.80 %

25

Anda mungkin juga menyukai