ABSTRAK
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang tinggi serta sumber lemak, vitamin
dan mineral yang sering di konsumsi masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan
mengetahui respon tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) terhadap intensitas
penyinaran dan beberapa varietas. Di Desa Rejo Sari Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, dengan ketinggian tempat 103
mdpl. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Petak
Terbagi (RPB) dengan dua perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang
dicobakan : intensitas penyinaran (N) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: N1 : Intensitas
50% setara naungan 50%, N2 : Intensitas 40% setara naungan 60%, N3 : Intensitas
30% setara naungan 70%, Faktor 2 Varietas (V) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan,
yaitu V1 : Varietas Derap 1, V2 : Vaietas Detap 1, V3: Varietas Deja 1. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Intensitas penyinaran (N) memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap produksi pertanaman dan produksi perpetak dan berpengaruh
tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah
polong pertanaman, berat 100 butir dan berat basah berangkasan. Varietas (V)
memberikan pengaruh sangat nyata pada umur berbunga dan jumlah polong
pertanaman, berpengaruh nyata pada jumlah cabang primer dan berat 100 butir dan
memberikan pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, produksi pertanaman,
produksi perpetak dan berat basah berangkasan. Interaksi intensitas penyinaran dan
varietas berpengaruh nyata pada berat basah berangkasan, dan memberikan pengaruh
tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah
polong pertanaman, produksi pertanaman, produksi perpetak dan berat 100 butir.
Kata Kunci : Kedelai, penyinaran, Varietas
1
RESPONSE OF SOME VARIETY OF SOYBEAN PLANTS
(Glycine Max L.) ON THE INFLUENCE OF INFLUENCE
ABSTRACT
Soybean is a source of high vegetable protein and a source of fat, vitamins and
minerals that are often consumed by the wider community. This study aims to
determine the response of soybean (Glycine max (L.) Merril) to the intensity of
radiation and several varieties. In Rejo Sari Village, Purwodadi District, Musi Rawas
Regency, South Sumatra Province, with an altitude of 103 meters above sea level.
This study used an experimental method with a Divided Plot Design (RPB) with two
treatments and three replications. The treatments were tested: irradiation intensity (N)
which consisted of 3 levels, namely: N1: 50% intensity equivalent to 50% shade, N2:
40% intensity equivalent to 60% shade, N3: 30% intensity equivalent to 70% shade,
Factor 2 Varieties ( V) which consisted of 3 treatment levels, namely V1: Derap 1
variety, V2: Detap variety 1, V3: Deja variety 1. The results showed that the
irradiation intensity (N) had a very significant effect on crop production and plot
production and had no significant effect. significantly in plant height, number of
primary branches, flowering age, number of pods planted, weight of 100 grains and
wet weight of pods. Varieties (V) had a very significant effect on flowering age and
number of pods planted, significantly on the number of primary branches and weight
of 100 grains and had no significant effect on plant height, crop production, plot
production and dry weight of bean sprouts. The interaction of irradiation intensity and
variety had a significant effect on the wet weight of the plant, and had no significant
effect on plant height, number of primary branches, flowering age, number of pods
planted, crop production, plot production and weight of 100 grains.
Keywords: Soybean, irradiation, Varieties
I. PENDAHULUAN
1.3. Hipotesis
Diduga masing-masing varietas tanaman kedelai (Glycine Max L.)
memberikan respon yang berbeda terhadap intensitas penyinaran
Varietas Kedelai (V) terdiri dari 3 varietas sebagai anak petak, yaitu :
V1 = Varietas Derap 1
V2 = Vaietas Detap 1
V3 = Varietas Deja 1
Berdasarkan kedua faktor perlakuan didapat 9 kombinasi perlakuan dengan
ulangan sebanyak 3 kali, sehingga di peroleh 27 unit percobaan. Kombinasi
perlakuan tertera pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Intensitas Penyinaran dan Varietas
Perlakuan Varietas (V)
Perlakuan Intensitas
Penyinaran (N)
V1 V2 V3
Keterangan :
KKa : Koefisien Keragaman
KTGa : Kuadrat Tengah Galat a
KKb : Koefisien Keragaman
KTGb : Kuadrat Tengah Galat b
: Nilai rata – rata
Bila hasil Uji F, ternyata perlakuan menunjukan pengaruh nyata atau sangat
nyata, maka dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) dengan rumus sebagai berikut :
BNJ N = Q (p.v) √
BNJ V = Qα (p.v) √
BNJ i = Qα (p.v) √
Keterangan:
Q α (p.v) = Tabel tingkat 0,05 dan 0,01 dan derajat bebas galat v
N = Jumlah taraf perlakuan naungan
V = Jumlah taraf perlakuan varietas
Perlakuan KK N KK V
No Peubah Penelitian
N V I (%) (%)
Keterangan :
N = Perlakuan intensitas penyinaran
V = Perlakuan varietas
I = Interaksi perlakuan intensitas penyinaran dan varietas
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = Koefisien keragaman
7
Intensitas Varietas Rerata
penyinaran V1 V2 V3 N
N1 46,34 51,19 45,63 47,72
N2 46,41 38,39 46,12 43,64
N3 47,83 53,68 46,54 49,35
Rerata V 46,86 47,75 46,10
Berdasarkan Tabel 3.2. diketahui bahwa secara tabulasi perlakuan intensitas penyinaran
(N), menghasilan tinggi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan N3 dengan tinggi tanaman rata-
rata 49,35 cm dan terendah pada N2 dengan tinggi rata-rata 43,64 cm. Sedangkan pada
perlakuan Varietas (V) tertinggi yaitu pada V2 menghasilkan tinggi rata-rata 47,75 cm yang
terendah pada V3 dengan tinggi rata-rata 46,10 cm. Sementara pada Interaksi (I) tertinggi yaitu
pada N3V2 menghasilkan tinggi tanaman 53,68 cm, yang terendah pada N2V2 menghasilkan
tinggi tanaman 38,39 cm.
8
Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
(N) berpengaruh tidak nyata, perlakuan Varietas (V) berpengaruh sangat nyata dan interaksinya
(I) berpengaruh tidak nyata pada umur berbunga. Hasil Uji Lanjut dan data tabulasi umur
berbunga dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Hasil Uji BNJ dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap umur berbunga (hari)
9
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.5. diketahui bahwa perlakuan V3 berbeda sangat nyata
dengan V1 dan V2. Polong terbanyak diperoleh perlakuan V3 yaitu 77,73 buah dan terendah
pada perlakuan V1 yaitu 50,07 buah. Pada perlakuan N secara tabulasi diperoleh polong
terbanyak pada perlakuan N3 yaitu 60,96 buah dan terendah pada perlakuan N1 yaitu 57,51 buah
sedangkan interaksi antar perlakuan N2V3 secara tabulasi menghasilkan polong terbanyak yaitu
81,80 buakh dan terendah N1V1 yaitu 46,60 buah.
10
N3 175,33 183,33 168,33 175,67 aA
Rerata V 299,00 286,56 308,33
BNJ N 0,05 = 134,81
BNJ N 0,01 = 218,93
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.7. diketahui bahwa perlakuan N1 berbeda sangat nyata
dengan N3 dan berbeda tidak nyata dengan N2. Produksi tertinggi diperoleh perlakuan N1 yaitu
412,89 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 175,67 g. Pada perlakuan V secara tabulasi
diperoleh Produksi tertinggi pada perlakuan V3 yaitu 308,33 g dan terendah pada perlakuan V2
yaitu 286,56 g, sedangkan interaksi antar perlakuan N1V3 secara tabulasi menghasilkan produksi
tertinggi yaitu 449,33 g dan terendah N3V3 yaitu 168,33 g.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5 % dan 1%
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.8. diketahui bahwa perlakuan V3 berbeda tidak nyata
dengan V1 dan V2. Berat 100 butir tertinggi diperoleh pada perlakuan V3 yaitu 18,22 g dan
terendah pada perlakuan V1 yaitu 16,56 g. Pada perlakuan N secara tabulasi diperoleh berat 100
butir tertinggi pada perlakuan N1yaitu 18,11 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 16,33 g,
sedangkan interaksi antar perlakuan N1V3 secara tabulasi menghasilkan produksi tertinggi yaitu
19,33 g dan terendah N3V1 yaitu 15,67 g.
11
Tabel 3.9. Hasil Uji Lanjut dan Data Tabulasi Perlakuan intensitas penyinaran (N), Varietas (V)
dan Interaksinya (I) terhadap berat basah berangkasan(g)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf uji 5 %.
Berdasarkan uji BNJ pada Tabel 3.9. diketahui bahwa interaksi N1V2 berbeda nyata
dengan N3V2 dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi lainya. Berat basah berangkasan
tertinggi diperoleh pada interaksi N1V2 yaitu 81,47 g dan terendah pada interaksi N3V2 yaitu
36,20 g .Pada perlakuan N secara tabulasi diperoleh Produksi tertinggi pada perlakuan N1 yaitu
62,29 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 47,03 g, sedangkan perlakuan V secara tabulasi
diperoleh berat basah berangkasan tertinggi pada V2 yaitu 60,67 g dan terendah V1 yaitu 48,21 g.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pengaruh Intensitas Penyinaran
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
memberikan pengaruh sangat nyata pada produksi pertanaman dan produksi perpetak. Hal ini
disebabkan karena intensitas penyinaran dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, penyataan
di atas diperkuat oleh Salisbury dan Ross (1992) yang berpendapat bahwa cahaya matahari
mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan dan perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan
tanaman, metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan tingkat
produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan cahaya matahari melalui proses fotosintesis.
Selain itu menurut Widiastuti, et.al (2004) bahwa pemberian perlakuan naungan pada
berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap berat biji, dan produksi biji kering pada
berbagai macam variaetas kedelai. Pemberian naungan 20% akan memberikan hasil yang lebih
baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau
awal berbunga. Hasil produksi kedelai yang optimum membutuhkan intensitas cahaya yang
cukup. Hal ini dapat dilihat dari data uji lanjut yang menunjukkan bahwa pada peubah produksi
pertanaman N1 berbeda sangat nyata dengan N3 dan pada peubah produksi perpetak N1 berbeda
sangat nyata dengan N3.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan intensitas penyinaran
memberian pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang primer, umur berbunga,
jumlah polong, berat 100 butir dan berat basah berangkasan. Hal ini disebabkan karena semua
tingkatan intensitas yang dicobakan dari 50%, 60% dan 70% tidak terlalu berbeda dalam
mengurangi cahaya matahari yang di terima tanaman, sehingga menghasilkan pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai yang relatif sama, karena menurut (Baharsyah,1985) tanaman kedelai
merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya penuh. Dan menurut (Widiastuti, 2004), kedelai
adalah jenis tanaman yang membutuhkan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang
optimal. Karena tanaman yang dinaungi akan mempegaruhi suhu udara (Lukitasari 2012),
sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal.
12
Hasil uji BNJ dan tabulasi data menunjukan bahwa perlakuan N1 (intensitas 50%)
memberikan hasil terbaik pada hampir semua peubah. Hal ini menunjukan bahwa intensitas 50%
dapat memberikan hasil yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai karena
cahaya yang diterima tanaman pada intensitas 50% lebih banyak dibanding dengan intensitas
lainnya, sehingga pertumbuhan tanaman lebih baik pada intensitas 50%. Sedangkan pada
perlakuan N3 (intensitas 70%) yang memberikan hasil terendah pada semua hampir semua
peubah yang diamati. Hal ini karena cahaya yang diterima tanaman pada intensitas 70% lebih
sedikit sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Hal
ini dikarenakan kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari optimal atau
baik tumbuh pada kondisi tanpa naungan. Lukitasari (2010) menyatakan bahwa setiap tumbuhan
mempunyai kebutuhan intensitas radiasi matahari yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi di
lapang selain faktor genetiknya. Kondisi tersebut secara bersamaan akan mempengaruhi sifat-
sifat morfologi dan fisiologi tanaman bersangkutan.
Tanaman yang tumbuh dengan naungan akan memiliki kompensasi hasil asimilasi yang
lebih rendah dibandingkan tanaman yang tumbuh di tempat dengan cahaya matahari yang
optimal (Levitt, 1980). Perbedaan tingkat naungan pada perlakuan secara keseluruhan
mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara dan suhu tanah lingkungan
tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi
ketersediaan energi cahaya yang akan diubah menjadi energi panas dan energi kimia. (Widiastuti,
2004).
Semakin besar tingkat naungan berbanding terbalik dengan intensitas cahaya yang
diterima tanaman, sehingga juga akan mempengaruhi suhu udara rendah dan kelembaban udara
yang semakin tinggi. Intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan tanaman mengalami
tekanan/stres karena batas radiasi gelombang yang aktif untuk berfotosintesis diterima tanaman
dalam jumlah yang sedikit dan tanaman juga dapat mengalami stress apabila menerima cahaya
dalam jumlah yang sangat tinggi, sehingga dapat merusak proses fotosintesis (Lambers et
al.,1998).
13
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi pada setiap varietas tersebut.
Kekurangan cahaya matahari dapat menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tanaman. Kekurangan cahaya saat
perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi. Lingkungan di atas tanah yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai terutama adalah lama dan intensitas
penyinaran. Berkurangnya intensitas cahaya matahari menyebabkan tanaman akan tumbuh lebih
tinggi, ruas antar buku lebih panjang,dan jumlah polong lebih sedikit, ukuran biji akan semakin
kecil (Taufik dan Sundari, 2012).
4.2. Saran
Penulis menyarankan dalam budidaya tanaman kedelai menggunakan intensitas
penyinaran 50% dan varietas deja 1.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2015. Potensi pengembangan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman rakyat.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34(2):71-78
Baharsyah, J. S, Suwardi,D dan Irsal Las. 1985. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai.
Badan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Pusat penelitian dan
pengembangan tanaman pangan. Bogor.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2018. Deskripsi varietas unggul
kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang (ID). Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2017. Impor Kedelai Menurut Negara Asal Utama 2014-2018.
Ekspor-Impor.
Dornbos, D.L.Jr., and R.E.Mullen. 1991. Influence of stress during soybean seed
effects of carbon dioxide, temperature and ultraviolet-B radiation on flower and
pollen morphology, quantity and quality of pollen in soybean (Glycine max L.)
genotypes. J. Exp. Bot 56:725–736.
fill on seed weight, germination, and seedling growth rate. J. of Plant Sci. 71: 373–383.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL (1991) Physiology of crop plants. Diterjemahkan oleh H.
Susilo. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Garuda, S.R., Y. Baliadi, dan M.S. Lestari. Pengembangan kedelai di Papua: Potensi lahan,
strategi pengembangan, dan dukungan kebijakan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 36(1):47-58
14
Gibson, L.R. and R.E. Mullen. 1996. Influence of Day and Night Temperature on
Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.
Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot.
Jurnal Ilmu Pertanian (11)2: 35-42.
Koti, S., K.R. Reddy, V.G. Kakani, D. Zhao, V.R. Reddy. 2005. Interactive
Kurniawan 2020. Pertumbuhan Batang Pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.)
Merr) Terhadap Jenis Tanah Aluvial, Regosol Dan Latosol, Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.
Lambers, Hans., Chapin., F.T., Pons. T.L. 1998. Plant Physiological Ecology.
Levitt, J. 1980. Responses of Plants to Environmental Stresses. Water, Radiation, Salt, and Other
Stresses. Vol II. Academic Press, Inc. London, Ltd.
Lukitasari 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kedelai (Glycine Max). Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PGRI Madiun.
Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun
Odum, E.P. 1983. Basic ecology. pp.368–443. Holt Sauders Inter. Eds. Japan.
Sadjad, S. 1993. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia, Jakarta.
Salisbury F, Ross C. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung
Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing. Company
Belmont, California.
Soybean Seed Yield. Crop Sci 36: 98–104.
Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di Indonesia.
Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta
Sudaryanto.T, P.Simatupang, A. Purwoto, M. Rosegrant and M.Hossain. 1999. Could Indonesia
Sustain Self-Sufficiency in Rice Production. Recent Trends and a Long Term Outlook.
Discussion Paper Series No. 99-03. Social Sciences Division. IRRI Makati. Philippes.
United States of America : Springer. Pp 25-37.
Widiastuti, L., Tohari, Sulistyaningsih, E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan
Keterangan :
N = Perlakuan Intensitas Cahaya
V = Perlakuan Varietas
Jarak antar ulangan = 100 cm
Jarak antar perlakuan = 50 cm
Ukuran petakan = 2 m x2 m
Jarak tanam = 40 cm x 40 cm
15
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Detap 1
16
Asal : Persilangan tunggal varietas Tanggamus dengan
Anjasmoro
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : ±39 hari
Umur masak : ±89 hari
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna bulu : Coklat
Warna kulit polong : Coklat tua
Warna kulit biji : Kuning
Warna kotiledon : Kuning
Warna hilum : Coklat muda
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Sedang
Percabangan : 3 cabang/tanaman
Jumlah polong
per tanaman : ±36 polong
Tinggi tanaman : ±52,7 cm
Kerebahan : Tahan rebah
Pecah polong : Tidak Mudah Pecah
Ukuran biji : Sedang
Bobot 100 biji : ±12,9 gram
Bentuk biji : Lonjong
Potensi hasil : 2,89 ton/ha
Rata-rata hasil : ±2,39 ton/ha
Kandungan protein : ±39,6% BK
Kandungan lemak : ±17,3% BK
Ketahanan
terhadap hama : Agak tahan terhadap hama ulat grayak, tahan terhadap
penggerek polong, tahan terhadap pengisap polong dan
agak tahan terhadap penyakit karat daun.
Keterangan : Sangat toleran cekaman jemuh air mulai 14 hari hingga
fase masak.
Pemulia : Purwantoro, Suhartina, Gatut Wahyu A.S., Novita
Nugrahaeni dan Titik Sundari.
Peneliti : Abdullah Taufiq, Suharsono, A. Ghozi Manshuri, Eriyanto
Yusnawan, dan Kurnia Paramita.
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
SK Mentan : 342/Kpts/TP.010/05/2018
Dilepas tahun : 2018
Nomer galur : G511H/Anj//Anj-2-8
Asal : Seleksi persilangan G511H dengan Anjasmoro
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : ±34 hari
17
Umur masak : ±76 hari
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna bulu : Putih
Warna kulit polong : Kuning
Warna kulit biji : Kuning
Warna kotiledon : Putih
Warna hilum : Coklat muda
Bentuk daun : Bulat
Ukuran daun : Sedang
Percabangan : 2-4 cabang/tanaman
Jumlah polong
per tanaman : ±45 polong
Tinggi tanaman : ±59 cm
Kerebahan : Agak tahan rebah
Pecah polong : Agaktahanpecah polong
Ukuran biji : Besar
Bobot 100 biji : ±17,62 gram
Bentuk biji : Bulat Kecerahan
kulit biji : Mengkilap
Potensi hasil : 3,16 ton/ha biji kering (pada KA 12%)
Rata-rata hasil : ±2,82 ton/ha biji kering (pada KA 12%)
Kandungan protein : ±39,17% BK
Kandungan lemak : ±18,10% BK
Ketahanan
terhadap hama : dan penyakit (Phakopsora pachirhyzi Syd), peka terhadap
penyakit virus SMV, tahan terhadap hama pengisap polong (Riptortus
linearis), tahan terhadap hama penggerek polong (Etiella zinckenella),
dan agak tahan terhadap hama ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Pemulia : Ayda Krisnawati, M. Muchlish Adie, Apri Sulistyo
Peneliti : Marida Santi Yudha Ika Bayu, Kurnia Paramita Sari,
Erliana Ginting, Joko Susilo Utomo, Eriyanto Yusnawan
Teknisi : Arifin
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
18
Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
V1 42.47 46.08 50.47 139.02 46.34
N1 V2 52.46 49.46 51.66 153.58 51.19
V3 37.43 47.19 52.26 136.88 45.63
132.36 142.73 154.39 429.5 35.79
V1 44.76 49.34 45.14 139.24 46.41
N2 V2 23.15 41.29 50.73 115.17 38.39
V3 44.11 49.88 44.38 138.37 46.12
112.02 140.51 140.25 392.8 32.73
V1 46.25 48.66 48.59 143.50 47.83
N3 V2 53.64 53.28 54.11 161.03 53.68
V3 43.91 48.46 47.26 139.63 46.54
143.80 150.40 149.96 444.2 37.01
Jumlah 388.18 433.64 444.60 1266.42 46.90
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 8.91 %
KK V = 11.08 %
19
V3 5.00 4.80 4.20 14.00 4.67
13.00 12.20 10.60 35.8 2.98
V1 4.40 3.40 3.40 11.20 3.73
N3 V2 2.60 3.80 4.00 10.40 3.47
V3 4.00 4.80 4.40 13.20 4.40
11.00 12.00 11.80 34.8 2.90
Jumlah 37.00 36.00 33.40 106.40 3.94
F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 1.9319 0.2415 0.89 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 0.7674 0.3837 1.41 6.94 18.00
-Intensitas penyinaran
tn
(N) 2 0.0741 0.0370 0.14 6.94 18.00
-Galat (N) 4 1.0904 0.2726
*
Varietas (V) 2 3.6296 1.8148 6.12 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 1.3481 0.3370 1.14 3.26 5.41
Galat (V) 12 3.5556 0.2963
Total 26 10.4652
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 13.25 %
KK V = 13.81 %
20
Lampiran 10. Analisis Keragaman Umur Berbunga (hari)
F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 30.0000 3.7500 1.12 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 10.6667 5.3333 1.60 6.94 18.00
- Intensitas
tn
penyinaran (N) 2 6.0000 3.0000 0.90 6.94 18.00
-Galat (N) 4 13.3333 3.3333
**
Varietas (V) 2 152.0000 76.0000 23.19 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 17.3333 4.3333 1.32 3.26 5.41
Galat (V) 12 39.3333 3.2778
Total 26 238.6667
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 5.06 %
KK V = 5.01 %
F-Tabel
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit
5% 1%
tn
Petak Utama 8 606.0119 75.7515 1.89 2.85 4.50
tn
-Kelompok 2 388.7674 194.3837 4.84 6.94 18.00
-Intensitas penyinaran
tn
(N) 2 56.5185 28.2593 0.70 6.94 18.00
21
-Galat (N) 4 160.7259 40.1815
**
Varietas (V) 2 4502.2963 2251.1481 9.26 3.88 6.93
tn
Interaksi (NV) 4 163.1170 40.7793 0.17 3.26 5.41
Galat (V) 12 2917.0667 243.0889
Total 26 8188.4919
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 10.66 %
KK V = 26.22 %
Lampiran 12. Analisis Keragaman Jumlah Polong (buah)
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
22
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 23.84 %
KK V = 13.09 %
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 27.15 %
KK V = 11.17 %
Lampiran 17. Data Hasil Pengamatan Berat Biji 100 Butir (g)
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
N1 V1 17.00 15.00 20.00 52.00 17.33
23
V2 16.00 18.00 19.00 53.00 17.67
V3 19.00 18.00 21.00 58.00 19.33
52.00 51.00 60.00 163.0 13.58
V1 18.00 16.00 16.00 50.00 16.67
N2 V2 18.00 15.00 16.00 49.00 16.33
V3 19.00 17.00 18.00 54.00 18.00
55.00 48.00 50.00 153.0 12.75
V1 16.00 14.00 17.00 47.00 15.67
N3 V2 17.00 14.00 17.00 48.00 16.00
V3 18.00 19.00 15.00 52.00 17.33
51.00 47.00 49.00 147.0 12.25
Jumlah 158.00 146.00 159.00 463.00 17.15
Keterangan :
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK N = 11.64 %
KK V = 8.09 %
24
V3 83.00 53.60 36.00 172.60 57.53
192.60 133.30 97.40 423.3 35.28
Jumlah 683.60 425.70 412.60 1521.90 56.37
25