Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
PRAKTEK LAPANGAN
Oleh:
Prof. Dr. Ir. Nuni Gofar, M.S. Erise Anggraini, S.P., M.Si.
NIP 196408041989032002 NIP 198902232012122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
1 Universitas Sriwijaya
et al., 2009). Sedangkan untuk mengendalikan serangan hama yang aman
terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan aplikasi bioinsektisida (Yuningsih,
2016). Pengembangan teknologi pemupukan dan pengendalian penyakit di dalam
pertanian organik telah melahirkan berbagai temuan baru. Salah satu produknya
adalah pengembangan teknologi pengomposan.
Dalam hal ini pupuk yang digunakan adalah esktrak kompos kulit udang
(EKKU) dan ekstrak kompos media tanam jamur (EKMTJ). Sedangkan
bioinsektisida yang digunakan adalah insektisida berbahan aktif Beauveria
bassiana. Maka dari itu, praktek lapangan ini perlu dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang efektivitas pemupukan EKKU dan EKTMJ serta bioinsektisida
berbahan aktif Beauveria bassiana yang diberikan pada tanaman kedelai.
1.2. Tujuan
Praktek lapangan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian
pupuk EKKU (Ekstrak Kompos Kulit Udang) dan EKMTJ (Ekstrak Kompos
Media Tanam Jamur) terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai serta
Bioinsektisida berbahan aktif Beauveria bassiana terhadap pengendalian hama
tanaman kedelai.
1.3. Manfaat
Hasil yang diperoleh dari praktek lapangan ini diharapkan dapat menjadi
acuan informasi untuk menyusun strategi dalam meningkatkan pertumbuhan dan
produksi serta pengendalian hama pada tanaman kedelai.
2 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2.2. Batang
Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai
ketinggian antara 30-100 cm, batang beruas-ruas dan memiliki percabangan antara
3-6 cabang. Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun oval, bagian
ujung daun meruncing dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk
berdaun tiga (Munziah, 2013).
3 Universitas Sriwijaya
2.1.2.3. Bunga
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yakni pada tiap kuntum
bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari).
Umur keluarnya bunga tergantung pada varietas kedelai, pengaruh suhu, dan
penyinaran matahari. Tanaman kedelai menghendaki penyinaran pendek, ± 12 jam
per hari. Tanaman kedelai di Indonesia pada umumnya mulai berbunga pada umur
30 – 50 hari setelah tanam (Munziah, 2013).
2.1.2.4. Daun
Daun pada tanaman kedelai memiliki dua bentuk yaitu oval (bulat) dan
lancip (lanciolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.
Daun ini berfungsi sebagai alat untuk proses asimilasi, respirasi dan transpirasi
dalam jaringan tanaman (Munziah, 2013).
2.1.2.5. Buah
Buah kedelai disebut polong seperti jenis kacang-kacangan lainnya.
Polong kedelai yang sudah tua ada yang berwarna coklat, coklat tua, coklat muda,
coklat kekuning-kuningan, coklat keputih-putihan dan kehitaman. Tiap polong
kedelai berisi antara 1 – 5 biji, jumlah polong pertanaman dipengaruhi pada
varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang
ditanam pada tanah subur pada umumnya dapat menghasilkan antara 100 – 200
polong/pohon (Munziah, 2013).
2.1.2.6. Biji
Biji kedelai umumnya berbentuk bulat sampai bulat-lonjong. Warna kulit
biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat dan hitam tergantung dari jenis
varietas yang digunakan. Di indonesia ukuran biji kedelai diklasifikaikan dalam 3
kelas, yaitu biji kecil (6 – 10 gr/100 biji), sedang (11 – 12 gr/100 biji) dan besar
(13 gr atau lebih/100 biji) (Munziah, 2013).
4 Universitas Sriwijaya
2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman
2.1.3.1. Iklim
Pada umumnya, kondisi iklim yang paling cocok untuk pertumbuhan
tanaman kedelai adalah daerah – daerah yang mempunyai suhu antara 250 - 280 C
dengan kelembaban udara rata-rata 60% dan penyinaran matahari 12 jam/hari atau
minimal 10 jam/hari, serta curah hujan paling optimum antara 100 - 400
mm/bulan atau berkisar antara 300 - 400 mm/3 bulan. Ketika umur tanaman masih
muda, tanaman kedelai memerlukan iklim yang basah kemudian menjelang tua
memerlukan iklim yang kering. Untuk memperoleh produksi yang baik, tanaman
kedelai memerlukan hawa panas. Jika iklim terlalu basah, kedelai tumbuh subur
tetapi produksi bijinya kurang (Munziah, 2013).
2.1.3.2. Tanah
Tanaman kedelai mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai
jenis tanah. Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air)
dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik. Dalam praktek di lapangan, sering
digunakan pedoman yaitu apabila tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada
suatu jenis tanah, tanaman kedelaipun dapat tumbuh baik pada jenis tanah
tersebut. Selain itu, tanaman kedelai akan tumbuh dengan baik dan berproduksi
tinggi pada tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus atau bahan organik
dan memiliki pH (derajat keasaman) antara 5,8 – 7,0 dan ketinggian kurang dari
600 m dpl (Munziah, 2013).
5 Universitas Sriwijaya
2.2. Bioinsektisida
Cendawan entomopatogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang
mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga inang
melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya (Hasyimuddin dan
Sijid, 2018). Beberapa jenis cendawan entomopatogen yang sudah diketahui
efektif mengendalikan hama penting pada tanaman pertanian adalah Beauveria
bassiana, Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Paecilomyces fumosoroseus,
Aspergillus parasiticus, dan Lecanicillum lecanii (Koswanudin dan Wahyono,
2014). Dalam pemanfaatan cendawan ini perlu upaya untuk mempertahankan
keefektifan dan persistensinya melalui pengembangan formulasi-nya. Keefektifan
dan persistensi formulasi dipengaruhi media perbanyakan, carrier (bahan
pembawa), dan konidia cendawannya.
6 Universitas Sriwijaya
2.3. Ekstrak Kompos Kulit Udang
Hasil penelitian (Syahri dan Somantri, 2014) menunjukkan penggunaan
EKKU dengan dosis 40 mL/L air yang dikombinasikan dengan pengurangan dosis
pemupukan hingga 25% dapat menekan serangan penyakit kuning yang
diakibatkan oleh virus hingga 54,39%. Ekstrak kompos lebih unggul dari pestisida
sintetik dan bahkan agens hayati karena bahan ini dapat mengendalikan beragam
penyakit tanaman dan sekaligus mengandung hara makro dan mikro yang dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Adanya kandungan kulit udang pada kompos,
memungkinkan bahan ini lebih efektif dari ekstrak kompos biasa. Peningkatan
aktifitas pengendalian ini dapat terjadi akibat meningkatnya aktifitas
mikroorganisme kitinolitik yang diinduksi oleh kitin yang terdapat pada kulit
udang. Efektifitas pengendalian penyakit menggunakan EKKU pada tanaman
sayuran telah dilaporkan terhadap penyakit daun pada tanaman kacang panjang,
cabai, kubis (Suwandi, 2004 dalam Anggraini dan Muslim, 2007), Mentimun dan
Oyong (Syahri et al, 2014).
Selain digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit, EKKU juga
dapat berperan sebagai pupuk organik cair karena berdasarkan penelitian Manjang
1993 dalam Nurhasanah dan Heryadi (2012) menyatakan bahwa limbah udang
mengandung CaCO3. Hal ini tentunya baik bagi tanaman karena unsur Ca
merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman. Ekstrak
kompos kulit udang juga mengandung kitosan yang berfungsi dalam sistem
kekebalan tanaman terhadap hama dan penyakit, sumber karbon bagi mikroba di
dalam tanah, meningkatkan proses dalam mengubah senyawa organik menjadi
senyawa anorganik, dan membantu sistem perakaran tanaman dalam menyerap
unsur hara dan air di dalam tanah (Ianca, 2010).
7 Universitas Sriwijaya
K 0,3% yang diperkaya dengan unsur mikro lainnya. Kandungan unsur hara ini
berperan sebagai soil conditioner apabila diaplikasikan ke dalam tanah.
Kandungan mineral limbah media tanam jamur meningkat setelah panen,
terutama mineral-mineral pada masa panen pertama dan kedua, walaupun pada
fosfor hanya sedikit saja peningkatannya. Keadaan ini menggambarkan bahwa
limbah media tanam jamur mengandung Ca dan P cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena pada proses pembuatan kompos media tanam jamur dilakukan
2 penambahan kapur (CaCO3) (Iskandar, 2017).
8 Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
9 Universitas Sriwijaya
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan
sisa-sisa kayu yang ada di lahan tersebut. Kemudian lahan dibajak menggunakan
hand tractor. Setelah dibajak, lahan dibuat petakan menggunakan cangkul
sebanyak 16 petak dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Sebelum penanaman lahan
diberi pupuk dasar yaitu pupuk kandang sapi sebanyak 50 kg untuk 8 petakan
sehingga total ada 100 kg untuk 16 petakan.
3.4.2. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tanam benih langsung.
Benih kedelai yang digunakan adalah benih varietas Dena 1. Benih kedelai
tersebut dibenamkan ke dalam tanah sekitar 2-3 cm dari permukaan tanah dengan
jarak antar lubang tanam yaitu 30 cm x 20 cm. Dalam satu lubang tanam
dibenamkan sebanyak 2-3 benih kedelai.
3.4.3. Perlakuan
3.4.3.1. Aplikasi Ekstrak Kompos
Ekstrak kompos diaplikasikan ke tanaman uji dengan cara disemprotkan
merata pada seluruh daun sampai pada leher batang tanaman uji. Aplikasi
dilaksanakan dengan 7 kali waktu penyemprotan dengan konsentrasi Biofitalik
2%, EKMTJ 5% dengan interval 7 hari setelah penyemprotan pertama.
Penyemprotan pertama dilakukan sejak tanaman kedelai berumur 2 minggu atau
setelah tanaman memiliki 5 helai daun. Sebagai pembanding (kontrol), tanaman
diaplikasikan dengan air.
10 Universitas Sriwijaya
3.4.4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiraman secara rutin setiap
hari pada pagi dan sore hari dan pembersihan tanaman dari gulma yang tumbuh di
areal pertanaman.
3.4.5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan secara serentak saat tanaman kedelai sudah berumur
12 minggu.
3.4.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. Pengamatan ini meliputi
pengamatan pertumbuhan tanaman, pengamatan langsung serangga yang ada,
produksi kedelai dan analisis C-organik.
11 Universitas Sriwijaya
Pengamatan tinggi tanaman diukur dari pangkal batang diatas permukaan
tanah sampai titik tumbuh tanaman kedelai. Pengamatan mulai dilakukan pada
saat tanaman berumur 1 MST sampai dengan panen.
12 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Tabel 1. Nilai F hitung dan koefesien keragaman pengaruh pupuk dan
bioinsektisida terhadap peubah yang diamati
Berat Basah Berat Kering Berat Basah Berat Kering
No. Perlakuan
Tajuk Tajuk Polong Polong
13 Universitas Sriwijaya
4.1.2. Hasil Pengamatan Serangga Secara Langsung
4.2. Pembahasan
Pertumbuhan tanaman kedelai berdasarkan rerata tinggi tanaman dapat
dilihat bahwa kombinasi perlakuan B1P1 pada minggu pertama dan kedua
merupakan yang tertinggi. Namun mulai masuk minggu ke 3 dan seterusnya dapat
dilihat bahwa perlakuan B2P1 merupakan kombinasi yang memiliki tinggi
tanaman tertinggi daripada kombinasi perlakuan yang lain. Dari kombinasi
perlakuan keduanya didapatkan bahwa perlakuan ekstrak kompos kulit udang
memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan limbah kulit
udang mengandung hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman (Nurhasanah
dan Heryadi, 2012). Selain itu kandungan kitosan dalam kulit udang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan respon terhadap hormon
giberelin dan auksin (Uthairatanakij et al. 2007 dalam Ianca, 2010).
Berdasarkan hasil anova dapat dilihat bahwa tidak ada kombinasi
perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tinggi tanaman.
Dari hal ini dapat dikatakan bahwa pengaruh pupuk EKKU dan EKMTJ itu sama,
tidak ada yang menunjukkan hasil yang berbeda berdasarkan uji statistik. Hal ini
dikarenakan pada EKKU dan EKMTJ mengandung unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman namun tidak terlalu berbeda kadar kandungannya sehingga
memberikan efek yang tidak berbeda. Hal lain yang mungkin bisa mempengaruhi
adalah kondisi lingkungan. Pada lahan yang ditanami kedelai memiliki kontur
yang sedikit menurun sehingga dapat menyebabkan terjadinya kehilangan hara
akibat pencucian.
14 Universitas Sriwijaya
Perbedaan pada perlakuan B1 dan B2 adalah dosis, sebagaimana diketahui
bahwa bioinsektisida yang digunakan mengandung jamur Beauveria bassiana
dengan bahan pembawa berupa ekstrak kompos kulit udang juga, sehingga selain
dapat menjadi bahan untuk pengendalian hama bioinsektisida tersebut juga dapat
memberikan tambahan hara bagi tanaman. Pertambahan tinggi tanaman sejalan
dengan penambahan dosis yang digunakan. Hal ini tentunya sangat baik bagi
budidaya tanaman karena tinggi tanaman pada kedelai akan mempengaruhi nya
dalam kemampuan untuk berproduksi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Amali et al. (2015) bahwa unsur hara, air dan cahaya matahari yang diserap
tanaman selama proses pertumbuhan akan ditranslokasikan dalam bentuk bahan
kering, kemudian pada akhir fase vegetatif akan terjadi penimbunan hasil
fotosintesis pada organ-organ tanaman.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sampai tanaman mulai berbunga.
Umur berbunga tanaman kedelai pada dasarnya dipengaruhi oleh karakteristik
tanaman, lingkungan tempat tumbuh (kesuburan tanah) dan lama penyinaran
matahari. Tanaman kedelai di Indonesia umumnya mulai berbunga pada umur 25
– 40 HST (Taufiq dan Sundari, 2012) dan khususnya pada varietas yang
digunakan dalam praktek lapangan ini adalah Dena 1 memiliki umur berbunga
yaitu sekitar ±33 HST. Pembungaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat
tumbuh seperti kesuburan tanah dan suhu, lalu pembungaan juga dipengaruhi oleh
lama penyinaran matahari.
Pada kombinasi perlakuan yang dilakukan dalam praktek lapangan ini
umur berbunga pada tanaman kedelai varietas Dena 1 masih tergolong normal
yaitu 35 HST. Hal ini dipengaruhi karena penambahan ekstrak kompos
memberikan tambahan hara ke dalam tanah sehingga meningkatkan kesuburan
tanah. Di sisi lain, lama penyinaran matahari juga mempengaruhi waktu
pembungaan. Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek yang berarti
tanaman tidak akan berbunga jika lama penyinaran melewati batas kritis nya yaitu
sekitar 15 jam (Taufiq dan Sundari, 2012). Pada kegiatan praktek lapangan ini
varietas tanaman kedelai yang ditanam merupakan varietas yang memiliki
ketahanan terhadap naungan hingga 50%, sehingga tanaman dapat tumbuh pada
15 Universitas Sriwijaya
tempat yang ternaungi sehingga lama penyinaran matahari tidak akan melebihi
batas kritisnya.
Berat basah dan kering pada suatu tanaman merupakan sebuah petunjuk
yang menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan suatu tanaman. Berat kering
suatu tanaman menunjukkan adanya hasil fotosintat yang terjadi pada tanaman
tersebut (Rohmah dan Saputro, 2016). Berdasarkan hasil rerata dapat dilihat
bahwa pada variabel berat basah tajuk tanaman dan berat basah polong kombinasi
perlakuan B2P1 memiliki hasil yang terbaik. Namun, pada variabel berat kering
tajuk dan berat kering polong didapatkan hasil terbaik pada kombinasi perlakuan
B2P2. Hal ini mungkin dikarenakan pada kombinasi perlakuan B2P1 yang
menggunakan aplikasi EKKU yang mengandung kitosan. Kitosan dapat
membantu sistem perakaran tanaman dalam menyerap air di dalam tanah (Ianca,
2010), namun di dalam kitosan mengandung unsur hara terutama Ca, sedangkan
pada kombinasi perlakuan B2P2 yang menggunakan aplikasi EKMTJ
mengandung beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman terutama nitrogen.
Nitrogen di dalam tanaman membantu penyusunan asam amino, protein, koenzim,
klorofil sehingga meningkatkan berat kering pada biji (Marlina et al., 2015).
Berdasarkan hasil anova tidak ada kombinasi perlakuan yang memberikan
pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan berat basah dan kering tajuk
tanaman serta berat basah dan kering polong tanaman. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil dari aplikasi EKKU dan aplikasi EKMTJ itu dapat dikatakan sama
secara uji statistik. Meskipun terdapat beberapa perbedaan kadar kandungan hara
namun itu tidak terlalu berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Hal lain yang
mungkin bisa mempengaruhi tanaman dalam menyerap hara adalah kondisi
lingkungan.
Dalam kegiatan praktek lapangan ini juga dilakukan pengamatan hama
secara langsung di lapangan. Hasil pengamatan terdapat hama Lamprosema
indicata dan Riptortus linearis. Kedua hama tersebut merupakan hama yang
cukup penting dalam budidaya tanaman kedelai karena jika tidak dikendalikan
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi tanaman
kedelai. Tentunya untuk mengendalikan populasi hama tersebut didasari oleh
pemahaman perkembangan populasi hama dan musuh alaminya. Dengan
16 Universitas Sriwijaya
pemahaman ini diharapkan pemilihan insektisida lebih tepat sehingga tidak timbul
resistensi, resurgensi dan terbunuhnya musuh alami (Gultom et al., 2014).
Lamprosema indicata atau disebut juga sebagai ulat penggulung daun
pada tanaman kedelai. Sesuai namanya ulat ini akan membentuk gulungan pada
daun dengan cara merekatkan antara satu daun ke daun lainnya dengan zat perekat
yang dihasilkannya. Kemudian di dalam gulungan daun ulat tersebut akan
memakan daun tanaman, sehingga yang tersisa hanyalah tulang daun. Ulat ini
memiliki panjang sekitar 20 mm (Marwoto et al., 2013). Dengan berkurangnya
daun pada tanaman kedelai akan mempengaruhi produksi kedelai karena daun
merupakan tempat fotosistensis bagi suatu tanaman. Jika daun berkurang maka
fotosintat yang dihasilkan juga sedikit, sehingga tanaman tidak dapat berkembang
dengan baik.
Riptortus linearis atau biasa disebut sebagai kepik polong pada tanaman
kedelai. Kepik ini memiliki ciri yang hamper sama dengan walang sangit,
memiliki panjang tubuh untuk jantan sekitar 11 – 13 mm dan betina sekitar 13 –
14 mm. Kepik ini akan mengisap cairan polong dan biji melalu stiletnya yang
ditusukkan ke dalam kulit polong kemudian ke biji. Dengan adanya serangan
hama ini akan menyebabkan polong kempis dan lama kelamaan akan mengering
(Marwoto et al., 2013). Dalam hal pengendalian hama ini sebaiknya tidak
menggunakan bahan kimia karena dapat merusak lingkungan. Salah satu musuh
alami Riptortus linearis adalah Beauveria bassiana. Sebagaimana yang
diungkapkan Prayogo et al., 2004 dalam Sari dan Suharsono (2011) menyatakan
bahwa konsentrasi spora Beauveria bassiana berpengaruh terhadap kematian
Riptortus sp. Semakin tinggi konsentrasi spora B. bassiana, semakin tinggi pula
persentase kematian imago Riptortus sp.
17 Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulannya adalah
sebagai berikut :
1. Pemberian perlakuan yang terdiri dari ekstrak kompos kulit udang dan ekstrak
kompos media tanam jamur yang dikombinasikan dengan bioinsektisida
berbahan aktif Beauveria bassiana dengan dosis 1 l/ha dan 2 l/ha tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada peubah pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai.
2. Pemberian perlakuan ekstrak kompos kulit udang memiliki khasiat yang sama
dengan perlakuan ekstrak kompos media tanam jamur.
3. Pemberian bioinsektisida dosis 1 l/ha lebih disarankan daripada bioinsektisida
dosis 2 l/ha, karena konsentrasi tinggi sama khasiatnya dengan konsentrasi
rendah.
4. Ada beberapa hama yang ditemukan menyerang tanaman kedelai diantaranya
adalah Lamprosema indicata dan Riptortus linearis.
5.2. Saran
Saran yang diajukan dalam kegiatan praktek lapangan ini adalah dalam
budidaya tanaman kedelai sebaiknya dilakukan pengolahan lahan terlebih dahulu,
kemudian juga perlu diperhatikan kemiringan lahan. Diperlukan juga penanaman
tanaman kontrol sebagai data pembanding untuk mengetahui efektivitas dari
perlakuan yang diberikan.
18 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Amali R., Nelvia dan Yoseva S.. 2015. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max
(l.) Merril ) sebagai Tanaman Sela Pada Kebun Kelapa Sawit Belum
Menghasilkan (TBM) dengan Aplikasi Kompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit dan Abu Boiler. JOM Faperta, 2(1) Februari: 1-11.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kedelai Menurut Provinsi (Ton), 1993-
2015. http://www.bps.go.id. Diakses Pada Tanggal 22 Mei 2019 Pukul
20.00 WIB.
Herlinda, Siti et al. 2012. Bioesai bioinsektisida Beauveria bassiana dari Sumatera
Selatan terhadap kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams &
Granara De Willink (Hemiptera: Pseudococcidae). Jurnal Entomologi
Indonesia, 9(2): 81-87.
Iskandar. 2017. Pemanfaatan Limbah Media Jamur Tiram Putih sebagai Kompos
Pada Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.
19 Universitas Sriwijaya
Krisnawati, Ayda. 2017. Kedelai sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek
Tanaman Pangan, 12(1): 57-65.
Marlina E., Edison A. dan Yoseva S.. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril).
JOM Faperta, 2(1) Mei: 1-13.
Marwoto et al. 2013. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai:
Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
Meirina T., Darmanti S. dan Haryanti S.. 2009. Produktivitas Kedelai (Glycine
max (L.) Merril var. Lokon) yang Diperlakukan dengan Pupuk Organik
Cair Lengkap pada Dosis dan Waktu Pemupukan yang Berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi, 17(2): 1-12.
Nurhasanah dan Heryadi H.. 2012. Potensi Pemanfaatan Limbah Udang Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Cabai. Prosiding Seminar
Nasional FMIPA-UT 2012: 1-13.
Rohmah, Eka A. dan Saputro T.B.. 2016. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) Varietas Grobogan pada Kondisi Cekaman Genangan.
Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2): 29-33.
Rosmauli, Gofar N. dan Hanum L.. 2015. Pemanfaatan Kompos Dari Limbah
Baglog Jamur Tiram (Pleurotusostreatus) sebagai Media Tumbuh
Tanaman Sawi Hijau (Brassica Rapa Var. Parachinensis L.). Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND, 12(2): 120-126.
Sari, K. P. dan Suharsono. 2011. Status Hama Pengisap Polong Pada Kedelai,
Daerah Penyebarannya dan Cara Pengendalian. Buletin Palawija No. 20:
79-85.
Syahri, Hartono dan Suwandi. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Kompos Kulit Udang
Dalam Pengendalian Penyakit dan Peningkatan Produksi Tanaman
Sayuran. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik, Bogor 18-19
Juni 2014: 387-397.
20 Universitas Sriwijaya
Syahri dan Somantri R.U.. 2014. Aplikasi Biopestisida Ekstrak Kompos Kulit
Udang (EKKU) pada Berbagai Dosis Pemupukan Terhadap Pertumbuhan
dan Serangan Penyakit Cabai. Prosiding Seminar Nasional Pertanian
Organik, Bogor 18-19 Juni 2014: 313-320.
Taufiq A. dan Sundari T.. 2012. Respon Tanaman Kedelai Terhadap Lingkungan
Tumbuh. Buletin Palawija No. 23: 13-26.
21 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
22 Universitas Sriwijaya
Lampiran 1. Denah Penelitian
BLOK II BLOK IV
Keterangan :
B1 : Bioinsektisida dosis 1 l/ha
B2 : Bioinsektisida dosis 2 l/ha
P1 : Ekstrak Kompos Kulit Udang
P2 : Ekstrak Kompos Media Tanam Jamur
23 Universitas Sriwijaya
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Kedelai
DENA 1
Dilepas tahun : 5 Desember 2014
SK Mentan : 1248/Kpts/SR.120/12/2014
Nomor Galur : AI26-1114-8-28-1-2
Asal : Persilangan antara Agromulyo x IAC 100
Tipe Tumbuh : Determinit
Umur berbunga : ±33 hari
Umur masak : ±78 hari
W. hipokotil : Ungu
W. epikotil : Hijau
W. daun : Hijau
W. bunga : Ungu
W. bulu : Coklat
W. kulit polong : Coklat kekuningan
W. kulit biji : Kuning
W. kotiledon : Hijau
W. Hilum : Coklat
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Sedang
Percabangan : 1–3 cabang/tanaman
Jml polong pertanaman : ±29 hari
Tinggi tanaman : ±59,0 hari
Kerebahan : Agak tahan rebah
Pecah polong : Tidak mudah pecah
Ukuran biji : Besar
Bobot 100 biji : ±14.3 gram
Bentuk biji : Lonjong
24 Universitas Sriwijaya
Potensi Hasil : 2,9 t/ha
Rata hasil : ±1.7 t/ha
Kandungan protein : ±36,7% BK
Kandungan lemak : ±18,8% BK
Ketahanan pada hama : Tahan terhadap penyakit karat daun (Phakopsora
pachirhyzi Syd.), rentan hama pengisap polong
(Riptortus linearis) dan hama ulat grayak (Spodoptera
litura F.)
Keterangan : Toleran hingga naungan 50%
Pemulia : T. Sundari, Gatut WAS, Purwantoro, dan N. Nugrahaeni
Peneliti : E. Yusnawan, A. Inayati, K. Paramitasari, E. Ginting,
R.Yulifianti
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
25 Universitas Sriwijaya
Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman Tiap Minggu
Tabel 1. Tinggi Tanaman Minggu 1
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
I 1 11.3 11.5 8.5 10
2 12 10 9.5 11
3 10.5 13.5 8 10
4 9.8 12.3 9 8
5 11 10 9 10.5
6 12 10 9.5 9.5
7 13.2 11 8 10.5
8 10.3 10.5 8.5 11
9 11 12 9.5 10
10 11 11.5 9.5 10
Rerata 11.21 11.23 8.9 10.05
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
II 1 9 8.5 9.6 8
2 9.5 9 8 8
3 9.8 7.5 10 9
4 10.2 9 8 8
5 9 9 8.5 10
6 10 9 9 9.3
7 9 8.5 9.5 7.5
8 9.8 8 10 10.5
9 10 12 8 8
10 10 10.5 9 10
Rerata 9.63 9.1 8.96 8.83
26 Universitas Sriwijaya
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
III 1 9 9.5 8 8
2 8.9 11 9 8
3 9 11 7 8
4 8 10 8.5 8.2
5 8.5 10.5 8 8
6 9 11 8.5 8.5
7 8.5 9 7 8.5
8 8 9.8 9 7
9 10 9.5 7.5 7.5
10 9 10 8.5 7.5
Rerata 8.79 10.13 8.1 7.92
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
IV 1 9 7 7 10
2 8.5 7 8 9
3 8.5 7 8 7
4 10 11 10 7.5
5 7.5 8 8 7
6 9 8.5 6 9
7 7 8.5 10.5 9.5
8 8 8 8 8
9 9 9 8 9
10 9 9 7 8
Rerata 8.55 8.3 8.05 8.4
27 Universitas Sriwijaya
Tabel 2. Tinggi Tanaman Minggu 2
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
I 1 16 17 15 15
2 16.2 15 16 15
3 20 16 13 14.5
4 17 14.5 13.5 13
5 15 16 15 14
6 16.5 15 15.2 16
7 19 15 16 16
8 17 16 14 15
9 17 14.5 16 13.5
10 18 19 14 13
Rerata 17.17 15.8 14.77 14.5
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
II 1 14.5 13 14.5 15
2 15 15 15 14.5
3 14 14 15 14
4 15.3 16 16 13.5
5 14 14.5 13.5 14
6 15 15 15.5 15
7 14.5 15 14.5 15
8 14 15.2 16 15.5
9 15 16.5 13 14.5
10 15 15.5 14 15
Rerata 14.63 14.97 14.7 14.6
28 Universitas Sriwijaya
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
III 1 13 16 15 13
2 15 15 15 13
3 15 14 14.5 14
4 13.5 15 15 13
5 13 16 15 13
6 14 15 14 14
7 14 16.5 13 12
8 13 15 15 13.5
9 15 15.5 13 14
10 13 14 13.5 12
Rerata 13.85 15.2 14.3 13.15
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
IV 1 18 13 14 15
2 16 13.5 14 14
3 15 14 14 15
4 16 14 15 13.5
5 15 14 14 13
6 15 13.5 14 14
7 14 13 13 13.5
8 15 13 13.5 13
9 15 13 13 13
10 16 13 13 14
Rerata 15.5 13.4 13.75 13.8
29 Universitas Sriwijaya
Tabel 3. Data Tinggi Tanaman Minggu 3
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
I 1 19 21 17 18
2 18.5 17 21 17.5
3 22 20 16 18
4 19.5 16 17.6 16
5 18 18 16 17
6 19 18 17 17
7 22 19 18 17.5
8 20.5 18 16 16.5
9 20 17.5 16.2 15.5
10 22.5 21 18 17
Rerata 20.1 18.55 17.28 17
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
II 1 18 18 21.8 21
2 19 20 23.2 19
3 20.5 19.5 22.5 20
4 18.5 20 25 20.3
5 21 20.2 16 19.5
6 18 19 26.5 20.5
7 21 21.5 21 19.5
8 19.5 20 24 22
9 21 19 23 24.5
10 19 19.5 18 22
Rerata 19.55 19.67 22.1 20.83
30 Universitas Sriwijaya
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
III 1 14 18 20 16
2 18.5 20 22 15
3 18.8 18.5 22 16.5
4 18 20 19.8 17.5
5 13 19.5 23.5 17
6 17.8 21.5 19 17
7 15.5 20.5 17 16.5
8 14.5 22 18.5 17
9 17 22.5 19.5 16
10 15 24 16 15.5
Rerata 16.21 20.65 19.73 16.4
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
IV 1 23.5 17 22.5 20
2 23 19.5 21 19
3 20.5 18 22 19
4 22 19.5 21 18
5 22.5 17 22 16
6 21.5 19.8 19.5 17
7 23 17 19 19.5
8 19 19 17 18
9 20 24 18 18
10 22.5 20 18 17
Rerata 21.75 19.08 20 18.15
31 Universitas Sriwijaya
Tabel 4. Data Tinggi Tanaman Minggu 4
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
I 1 27 28 25 31
2 27.5 24.5 38 28.5
3 32 34 25.5 29.8
4 27.7 22.5 25 24
5 22 22 24.8 24.5
6 26.5 28 30 19.5
7 29 23 33 23
8 25.5 29 24 21.5
9 32 28 23 21
10 36 35 33 25.8
Rerata 28.52 27.4 28.13 24.86
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
II 1 29.5 32.3 35 28
2 33 33 31 33
3 28 31 38 31
4 36 37 34 30
5 26.7 33.5 22 34
6 35 36 39 32.5
7 28 35 37 37
8 31 32 36 31.5
9 32 36.5 27.5 35
10 36 31.5 27 32.5
Rerata 31.52 33.78 32.65 32.45
32 Universitas Sriwijaya
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
III 1 17.5 29 25.5 25
2 19 28 38 23.5
3 25 27.8 29 22.5
4 24.3 30 29.5 25
5 17 27 32 24
6 25 34 24 21
7 22 29.7 21 21.3
8 18 32.5 27.5 23
9 23.5 35 26 21.5
10 21 33 21 20
Rerata 21.23 30.6 27.35 22.68
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
IV 1 35 25 35 30
2 28 32 35 29
3 31 30 36 32
4 34 32 36.5 28
5 33 23 36 23
6 32.8 32 28 29
7 37 25 33 27
8 24.5 33 25 28
9 32 34.5 28 25
10 43 28 27 24.5
Rerata 33.03 29.45 31.95 27.55
33 Universitas Sriwijaya
Tabel 5. Data Tinggi Tanaman Minggu 5
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
I 1 37 39 38 44.5
2 38 35 59 42
3 45 50 36 42
4 37.5 29.5 33.5 34
5 32 29 45 36.5
6 32.5 38.5 50 27
7 43.5 31 55 33.5
8 35 39 33 31
9 43.5 40 32 36
10 55 55 51 34
Rerata 39.9 38.6 43.25 36.05
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
II 1 45 50 58 51
2 40 49 55 54
3 43 50 64 44
4 50 56 58 52
5 39 47 40 45
6 46 53 62 45.5
7 45 49 55 58
8 49 48 54.5 51
9 46 54 39 59
10 59 47 40 47.5
Rerata 46.2 50.3 52.55 50.7
34 Universitas Sriwijaya
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
III 1 23 41.5 44 37.5
2 28 40 58 35
3 39 43 48 37
4 40 45 45 40
5 22 42 49 35
6 33 49 40 31
7 31 44.5 38 29
8 23 46 43 30
9 34.5 56 40 29
10 29 53 30 25
Rerata 30.25 46 43.5 32.85
Tanaman
BLOK B1P1 B1P2 B2P1 B2P2
ke-
IV 1 56 40 55 52
2 53 46 55 47
3 50 44 56 47.7
4 52 46 54 40
5 52 27 50 31
6 56 48 43 35
7 53 33 50 40
8 40 47 36 41
9 57 54 45 36
10 59 47 37 34
Rerata 52.8 43.2 48.1 40.37
35 Universitas Sriwijaya
Lampiran 4. Data Berat Basah, Berat Kering Pada Tajuk Tanaman dan
Polong
Tabel 6. Data BB BK Tajuk dan Polong Blok 1
Tanaman BB BK BK
Petak BB Polong
ke- Tajuk Tajuk Polong
I 1 3.07 1.3 7.44 3.22
B1P1 2 8.14 4.54 14.17 5.87
3 4.48 2.98 9.06 5.03
4 22.97 10.21 37.46 12.34
5 8.5 4.66 9.79 8.05
6 30.82 14.24 51.09 22.14
7 12.3 6.25 16.07 9.36
8 25.17 14.05 39.9 22.95
9 13.8 6.99 30.21 17.3
10 6.97 3.84 15.68 9.59
Rerata
13.62 6.91 23.09 11.59
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
I 1 2.85 1.66 7.75 2.9
B1P2 2 2.34 1.32 6.3 3.44
3 2.44 1.36 5.96 2.48
4 4.32 2.55 16.76 7.13
5 5.99 2.79 8.47 2.92
6 7.71 3.93 17.51 9.31
7 4.21 2.18 9.33 3.37
8 20.54 9.73 34.86 11.48
9 17.8 7.81 33 15.54
10 18.23 9.11 34.7 19.38
Rerata 8.64 4.24 17.46 7.80
36 Universitas Sriwijaya
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
I 1 9.53 5.54 20.46 7.07
B2P1 2 10.14 5.17 22.77 7.77
3 2.46 1.33 5.55 2
4 2.74 1.59 5.25 1.86
5 3.02 1.74 6.4 2.88
6 2.76 1.45 6.53 2.01
7 2.79 1.67 7.12 2.69
8 6.74 3.8 13.27 6.66
9 3.38 1.55 8.89 3.29
10 7.37 3.53 15.41 9.4
Rerata 5.09 2.74 11.17 4.56
Tanaman BB BK BB BK
Petak
ke- Tajuk Tajuk Polong Polong
I 1 23.1 10.96 35.47 25.13
B2P2 2 13.85 6.76 35.56 20.98
3 24.61 13.71 37.18 26.1
4 11.61 5.74 34.7 21.15
5 5.42 2.66 12.51 5.79
6 5.27 2.61 12.61 7.85
7 6.68 3.69 7.8 5.14
8 4.96 2.66 10.2 3.61
9 3.7 2.09 11.34 7.1
10 7.73 4.04 15.73 11.09
Rerata 10.69 5.49 21.31 13.39
37 Universitas Sriwijaya
Tabel 7. Data BB BK Tajuk dan Polong Blok 2
Tanaman BK
Petak BB Tajuk BB Polong BK Polong
ke- Tajuk
II 1 7.32 4 11.72 7.98
B1P1 2 8.06 5.04 8.77 5.33
3 2.9 1.42 8.25 4.34
4 8.53 5.08 10.12 6.43
5 5.29 1.39 8.66 4.9
6 2.6 1.21 7.44 3.68
7 1.97 1 7.42 3.66
8 13.51 9.61 18.24 14.54
9 7.56 3.66 11.4 7.44
10 4.66 2.45 6.61 2.87
Rerata 6.24 3.49 9.86 6.12
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
II 1 8.54 5.67 12.85 8.83
B1P2 2 9.41 5.9 9.46 5.43
3 4.43 1.34 9.24 5.01
4 10.57 7.48 10.42 6.44
5 12.7 9.61 9.88 5.81
6 6.01 2.92 13.24 9.23
7 15.64 11.43 19.64 15.67
8 10.8 6.59 20.11 16.02
9 27.14 22.91 14.28 10.23
10 20.93 16.45 24.61 20.59
Rerata 12.62 9.03 14.37 10.33
38 Universitas Sriwijaya
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
II 1 22.29 9.59 31.82 12.45
B2P1 2 49.53 19.79 52.17 32.08
3 26.14 8.57 30.97 15.78
4 39.92 16 48.56 34.85
5 43.92 15.2 41.87 20.6
6 29.32 11.02 37.37 25.42
7 19.19 7.3 16.17 6.44
8 52 17.36 58.35 19.78
9 28.21 10.01 29.29 14.11
10 28.84 10.89 40.62 15.54
Rerata 33.94 12.57 38.72 19.71
Tanaman BB BK BB BK
Petak
ke- Tajuk Tajuk Polong Polong
II 1 13.3 7.65 17.85 12.34
B2P2 2 42.75 34.63 45.87 35.32
3 39.37 31.02 52.47 44.43
4 31.25 21.11 37.41 26.54
5 30.14 22.05 40.14 31.23
6 33.44 22.09 41.06 31.22
7 29.93 19.98 40.42 31.96
8 36.72 23.32 46.68 36.74
9 39.01 23.31 45.39 35.64
10 21.8 18.95 32.09 22.32
Rerata 31.77 22.41 39.94 30.77
39 Universitas Sriwijaya
Tabel 8. Data BB BK Tajuk dan Polong Blok 3
Tanaman BK
Petak BB Tajuk BB Polong BK Polong
ke- Tajuk
III 1 3.93 1.33 6.17 3.45
B1P1 2 2.56 1.87 5.61 2.12
3 1.79 1.54 2.73 1.23
4 4.3 3.21 10.48 5.01
5 5.1 3.74 8.3 2.2
6 5.64 1.96 10.15 3.7
7 10.66 3.27 18.05 8.09
8 6.17 2.04 11.27 3.52
9 5.9 2.27 10.3 4.65
10 25.58 9.24 45.45 21.31
Rerata 7.16 3.05 12.85 5.53
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
III 1 6.51 2.57 11.35 4.64
B1P2 2 3.19 1.09 6.05 2.19
3 4.51 2.43 6.37 4.11
4 5.25 3.12 8.7 6.11
5 6.88 4.77 13.02 10.23
6 4.71 1.58 10.61 4.09
7 7.4 2.38 12.16 5.2
8 5.4 2.4 14.43 7
9 8.94 3.56 14.49 7.09
10 23.94 9.01 33.67 15.05
Rerata 7.67 3.29 13.09 6.57
40 Universitas Sriwijaya
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
III 1 15.01 5.49 26.28 10.14
B2P1 2 24.85 8.3 24.9 13.5
3 27.5 11.33 26.43 13.3
4 19.8 4.96 16.64 9.05
5 7.08 2.15 8.22 2.93
6 18.32 8.99 20.38 11.34
7 23.19 11.34 22.72 11.76
8 26.33 11.36 30.8 16.1
9 8.37 2.81 10.92 4.67
10 21.1 6.43 19.12 9.61
Rerata 19.16 7.32 20.64 10.24
Tanaman BB BK BB BK
Petak
ke- Tajuk Tajuk Polong Polong
III 1 7.9 2.46 15.41 5.18
B2P2 2 8.88 3.14 12.62 7.8
3 6.9 1.92 10.72 6.78
4 11.64 6.09 17.95 7.63
5 6.42 2.96 12.29 4.2
6 6.55 1.96 11.64 8.74
7 2.9 1.02 5.84 3.72
8 3.87 1.42 7.2 3.55
9 6.2 2.16 12.22 4.52
10 3.65 1.37 9.63 4.14
Rerata 6.49 2.45 11.55 5.63
41 Universitas Sriwijaya
Tabel 9. Data BB BK Tajuk dan Polong Blok 4
Tanaman BK
Petak BB Tajuk BB Polong BK Polong
ke- Tajuk
IV 1 24.45 7.24 30.16 9.2
B1P1 2 31.44 9.12 34.81 17.67
3 14.18 4.74 16.26 7.08
4 20.17 6.68 26.12 10.88
5 38.73 18.21 42.39 28.91
6 22.96 10.91 25.73 14.07
7 23.53 11.71 36.14 19.79
8 22.78 10.49 25.92 11.64
9 23.54 10.17 32.95 17.21
10 16.67 7.01 15.55 5.97
Rerata 23.85 9.96 28.60 14.24
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
IV 1 27.41 10.97 17.79 7.2
B1P2 2 40.92 20.36 34.11 9.05
3 28.92 11.64 31.81 10.75
4 39.72 13.47 33.52 20.78
5 35.59 15.96 48.51 19.47
6 15.45 6.61 23.1 10.9
7 14.31 6.44 20.92 9.51
8 20.61 10.11 24.37 11.09
9 26.2 11.89 29.9 12.1
10 23.03 11.4 39.95 17.04
Rerata 27.22 11.89 30.40 12.79
42 Universitas Sriwijaya
Tanaman BB BK
Petak BB Polong BK Polong
ke- Tajuk Tajuk
IV 1 58.92 25.32 54.42 30.85
B2P1 2 25.73 11.25 38.11 18.21
3 30.12 13.46 30.93 17.63
4 12.54 3.74 20.56 9.94
5 8.95 3.71 14.86 7.33
6 17.55 8.26 26.66 13.79
7 19.39 8.62 23.76 11.98
8 18.9 8.16 23.32 13.75
9 12.15 5.44 16.58 8.4
10 11.48 5.65 15.4 6.38
Rerata 21.57 9.36 26.46 13.83
Tanaman BB BK BB BK
Petak
ke- Tajuk Tajuk Polong Polong
IV 1 19.45 8.12 25.28 13.59
B2P2 2 20.14 8.43 27.9 16.94
3 19.35 6.01 24.91 15.47
4 22.08 8.02 25.04 12.2
5 17.97 7.13 24.46 10.9
6 19.2 7.4 22.46 11.35
7 40.2 23.45 45.04 21.75
8 17.07 11.11 26.92 15.65
9 8.72 4.56 9.24 4.51
10 9.86 3.95 9.6 4.96
Rerata 19.40 8.82 24.09 12.73
43 Universitas Sriwijaya
Lampiran 5. Anova Data Tinggi Tanaman
Tabel 10. Anova Tinggi Tanaman Minggu 1
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TinggiTanaman
Source Type III Sum df Mean F Sig.
of Squares Square
a
Corrected Model 12.306 4 3.077 8.327 .002
Intercept 308.167 1 308.167 834.114 .000
Blok 8.353 1 8.353 22.608 .001
Biopestisida 3.735 1 3.735 10.108 .009
Pupuk .196 1 .196 .530 .482
Biopestisida *
.023 1 .023 .063 .807
Pupuk
Error 4.064 11 .369
Total 1351.359 16
Corrected Total 16.370 15
a. R Squared = ,752 (Adjusted R Squared = ,661)
44 Universitas Sriwijaya
Tabel 12. Anova Data Tinggi Tanaman Minggu 3
45 Universitas Sriwijaya
Tabel 15. Anova Data Tinggi Tanaman Minggu 5
46 Universitas Sriwijaya
Lampiran 6. Anova Berat Basah dan Kering Tajuk Tanaman
Tabel 16. Anova Berat Basah Tajuk Tanaman
47 Universitas Sriwijaya
a. R Squared = ,112 (Adjusted R Squared = -,211)
48 Universitas Sriwijaya
Lampiran 7. Foto-Foto Selama Kegiatan Praktek Lapangan
Persiapan Lahan
Proses Penanaman
49 Universitas Sriwijaya
Proses Penyiraman
Proses Pemanenan
50 Universitas Sriwijaya
Proses Pengovenan
Perhitungan Berat Basah dan Kering pada Tajuk dan Polong Tanaman
51 Universitas Sriwijaya