Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN AKHIR

TEKNIK PRODUKSI TANAMAN PANGAN


PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine
max (L.) Merril) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK

Disusun Oleh :

Nama : Wafiyudin
NPM : E1J016117
Shift : D2
Dosen : Ir. Hermansyah, M.P.
Co-Ass : Reko Saputra Jaya

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR TEKHNIK PRODUKSI TANAMAN


PANGAN
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI
PADA BERBAGAI DOSIS
PUPUK ORGANIK

Oleh

Wafiyudin

E1J016117

Bengkulu, 25 Mei 2018


Dosen Coass Praktikan

Ir. Hermansyah, M.P. Reko Saputra Jaya Wafiyudin


NIP: 19571207 198603 1 001 NPM.E1J015088 NPM. E1J016117

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................iii
BAB 1
1.1....................................................................................................................La
tar belakang...............................................................................................1
1.2....................................................................................................................2
BAB 3
2.1. 3
2.2. 5
2.3. 6
BAB 8
3.1. 8
3.2. 8
3.3. 8
3.4. 9
BAB 10
4.1 10
4.2 10
4.3 Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman.................................................11
4.4 14
4.5 Pembahasan...............................................................................................15
BAB 18
5.1 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Salah satu budidaya tanaman yang sering dilakukan adalah budidaya tanaman
kacang kedelai. Kacang kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan komoditas
pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, karena dapat dikonsumsi dalam
berbagai produk makanan olahan seperti tahu, tempe, susu, dan masih banyak lagi
produk olahan yang lainnya. Selain untuk pakan ternak, kedelai juga digunakan sebagai
bahan baku industri maupun bahan penyegar. Kandungan gizi kedelai cukup tinggi
antara lain 35 g protein, 53 g karbohirat 18 g lemak dan 8 g air dalam 100 g bahan
makanan, bahkan untuk varietas unggul tertentu, kandungan proteinnya 40-43 g
(Suprapto, 2002). Kedelai juga merupakan tumbuhan serbaguna, karena akarnya
memiliki bintil pengikat nitrogen bebas.
Kedelai (Glycine max (L.) Mer) merupakan salah satu komoditi pangan dari
famili leguminoseae yang dibutuhkan dalam pelengkap gizi makanan. Kedelai
memiliki kandungan gizi tinggi yang berperan untuk membentuk sel-sel tubuh dan
menjaga kondisi sel-sel tersebut. Kedelai mengandung protein 75-80% dan lemak
mencapai 16-20 serta beberapa asam-asam kasein (Suhardi, 2002)
Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat dan
lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium,vitamin B dengan komposisi
asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia
(Pringgohandoko dan Padmini, 1999). Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh
yang dapat mencegah timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya pengerasan pembuluh
nadi (Taufiq dan Novo, 2004).
Kedelai merupakan salah satu komiditas pangan utama selain padi penghasil
protein yang sangat penting, aman untuk dikonsumsi dan harganya relatif murah.
Kedelai memiliki kandungan gizi protein yang sangat tinggi yaitu 40-45%, selain
mengandung protein, kedelai juga memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat sebesar
8%, mengandung lemak sebesar 24%, asam amino, dan kadar air serta kandungan gizi
lainnya yang terdapat dalam biji kedelai untuk dimanfaatkan oleh manusia. Bagian dari
tanaman kedelai yang dimanfaatkan selain biji juga berguna untuk usaha peternakan,
misalnya dari daun dan batangnya dapat di gunakan untuk makanan ternak dan pupuk
hijau).

1
Kedelai merupakan tanaman yang strategis di dunia petanian. Seiring dengan
pemanfaatan kedelai untuk bebagai bahan makanan, seperti tempe, tahu, kecap, tauco
dan sebagainya, banyak masyarakat indonesia yang memiliki ketergantunga terhadap
pengkonsumsian kedelai.Tanaman kedelai ini dapat bersimbiosis mutualisme dengan
mikroorganisme tanah (rhizobium). Rhizobium ini dapat meningkatkan kebutuhan N
bagi tanaman. Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai diantaranya dapat dilakukan
dengan penggunaan varietas unggul dan pemenuhan unsur hara. Salah satu pemenuhan
unsur hara dilakukan dengan pemupukan. pemberian pupuk diharapkan akan
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai, meningkatkan daya
tahan terhadap serangan hama dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil.
Upaya meningkatkan produksi kedelai yang optimal perlu diperhatikan faktor
lingkungan yang ada di lahan atau tempat budidaya tanaman kedelai serta teknik
bercocok tanaman kedelai yang benar. Untuk faktor lingkungan meliputi beberapa
faktor yaitu iklim, tanah dan tinggi tempat tanaman kedelai yang diperlukan untuk
tumbuh secara optimal sedangkan untuk cara bercocok tanam yang benar seperti
pemilihan varietas, pengolahan tanah, waktu tanam, persiapan benih, pemupukan dan
pemeliharaan.
Pemupukan yang baik dan benar harus memperhatikan waktu, jumlah, serta cara
pemberian yang tepat dan seimbang. Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan akan
merusak kondisi fisik, kimia dan biologi tanah serta memacu datangnya pathogen dan
menurunkan daya tahan tanaman dari serangan OPT. Untuk itu diperlukan paket
teknologi pemupukan yang ramah lingkungan.

1.2. Tujuan
1. Memahami teknologi produksi tanaman kedelai melalui praktek langsung di
lapangan.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diusahakan pada ultisol.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani kedelai


Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan
yang penting karena kegunaannya sebagai bahan pangan, pakan dan bahan dasar
industri. Badan Pusat Statistik Riau, (2012) mencatat bahwa kebutuhan kedelai dalam
negeri sebesar 2,4 juta ton per tahun, namun hanya 35% yang dapat dipenuhi oleh
produksi dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktifitas serta persepsi
petani yang mengganggap kedelai tidak menguntungkan untuk diusahakan sebagai
tanaman pokok. Oleh sebab itu mereka tidak mau mengeluarkan biaya untuk
melengkapi sarana produksi berupa pupuk yang kebutuhannya cukup besar serta
harganya yang tidak terjangkau.
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine sojadan
Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat
diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max(L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai
sebagai berikut :
 Divisio : Spermatophyta
 Classis : Dicotyledoneae
 Ordo : Rosales
 Familia : Papilionaceae
 Genus : Glycine
 Species : Glycine max (L.) Merill
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macamyaitu akar tunggang dan akar
sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali
membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya,
akar adventif terjadi karena cekaman tertentu misalnya kadar air tanah yang terlalu
tinggi (Adisarwanto, 2008).
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan
dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari
porosbakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada epikotil yang terdiri

3
dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama dan ujung batang
(Sumarno et al.,2007).
Menurut Pitojo (2003), ciri khas tanaman kedelai yaitu batang tanaman kedelai
berkayu dan tingginya berkisar antara 30 – 1000 cm, memili 3 – 5 percabanagn dan
bebrbentuk tanaman perdu.  Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinet), tidak terbatas (indeterminet), dan setengah terbatas (semi – determinet).
Tipe terbatas memiliki cirri khas berbunga serentak  dan mngakiri poertumbuhan
meninggi jika sudah berbunga. Tanaman pendek sampai sedang , ujung batang hamper
samabesar dengan batang bagian tengah daun teratas sama besar dengan daun batng
tengah. Tipe tidak terbatas memiliki cirri berbunga secara bertahap dari bawah keats.
Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batng lebih kecil dari bagian tengah.
Tipe setengah terbatas memiliki karateristik antara kedua tipe lainnya. (Adisarwanto,
2014).
Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, duahelai
daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer berbentuk oval
dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama
diatas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang utama dan cabang lateral
terdapat daun trifoliate yang secara bergantian dalam susunan yang berbeda. Anak daun
bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-
macam, mulai bulat hingga lancip.
. Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada
kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai
dari tangkai daunnya akan berisi 1-7 bunga, tergantung dari karakter varietas kedelai
yang ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memilikialat
reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih tertutup
sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil yaitu hanya 0,1%. Warna bunga
kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi
tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar 40-200 bunga per tanaman
(Adisarwanto, 2008).
Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10-14 hari masa pertumbuhan yakni
setelah bunga pertama muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan
selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau coklat pada saat dipanen. Pembentukan
dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah
bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam berkisar 2-10 polong

4
pada setiap kelompok bunga di ketiak daunnya. Sementara jumlah polong yang dapat
dipanen berkisar 20-200 polong per tanaman, tergantung dari varietas kedelai yang
ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna polong masak dan ukuran
biji antara posisi polong paling bawah dan paling atas akan sama selama periode
pemasakan polong optimal berkisar 50-75 hari. Periode waktu tersebut dianggap
optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk
tanaman (Adisarwanto, 2008).
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas
bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam
akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium
japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai
atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman
kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah
tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu.
Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung
pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan
(10 – 15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Namun demikian,
proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 hst, yaitu
sejak terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang
merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin
banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil
akar atau nodul yang terjadi.
Kemampuan memfikasi N2 ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya
umur tanaman, tetapi maksimal hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai
pembentukan biji. Setelah masa pembentukan biji, kemampuan bintil akar memfikasi
N2 akan menurun bersamaan dengan semakin banyaknya bintil akar yang tua dan luruh.
Di samping itu, juga diduga karena kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan
biji dengan aktivitas bintil akar.

2.2 Syarat tumbuh

Menurut Adrianto (2004), Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama
pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial,

5
regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur
hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan
pengapuran.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman
kedelai antara 21-34 oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai
23-27 oC. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 oC. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari
pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan
hasil.
Tanaman kedelai juga berproduksi dengan baik pada dataran rendah sampai 900
m dpl, dan mampu beradaftasi didataran tinggi sampai +- 1.200 m dpl. Kelembababn
antara 60 – 70 %. Kedelai juga merupakan salah satu tanaman yang dapat
dibudidayakan pada lahan pasang surut dengan hasil yang cukup memadai, namun cara
budidayanya berbeda dari lahan sawah irigasi dan lahan kering (Purwono dan
Heni, 2007).

2.3 Pemupukan
Faktor dominan penyebab rendahnya produktivitas tanaman kedelai salah
satunya adalah tingkat kesuburan lahan yang terus menurun (Adiningsih, dkk., 1994).
Cara budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan kurang inovatif
seperti ditandai dengan penggunaan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak
menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15-20%
dan memakai air irigasi yang tidak efisien. Akibatnya antara lain berdampak pada
rendahnya produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing
komoditi tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk
mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi
produksi nasional.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah
dengan pemberian pupuk untuk mencukupi unsur hara tanaman. Salah satu jenis pupuk
yang potensial digunakan adalah pupuk organik yang berasal dari kandang ternak yang
sering disebut pupuk kandang. Pupuk kandang disamping dapat diproduksi oleh petani
jika mempunyai ternak, juga mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur tanah

6
menjadi lebih gembur dan drainase tanah menjadi lebih baik, secara biologi dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah dan secara kimia
membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan, mempertinggi
porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah serta tidak
menimbulkan resiko karena bahan organik tersebut tidak mencemari lingkungan dan
aman digunakan dalam jumlah besar. Kotoran ayam dan kotoran sapi dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan
tanaman sepertiunsur N, P dan K serta beberapa unsur hara lainnya.
Hakim (1996), mengatakan bahwa tanaman membutuhkan unsur hara dalam
jumlah yang cukup terutama unsur N, P, K serta unsur penunjang lainnya. Secara umum
kebutuhan pupuk bagi tanaman ditentukan oleh bagian tanaman yang akan dipanen.
Bagian tanaman kedelai yang dibutuhkan adalah biji yang akan dikonsumsi, sehingga
tanaman kedelai membutuhkan unsur P yang cukup agar produksinya berkualitas.
Meskipun jumlah P diperlukan kedelai relatif lebih kecil dibandingkan N dan K, tetapi
pemupukan P dilaporkan dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai. Diantara tiga unsur
hara penting yaitu N, P dan K, pemberian unsur P sering berpengaruh nyata terhadap
hasil kedelai. Kekurangan unsur P menyebabkan pembentukan dan aktivitas bintil akar
serta hasil biji tidak maksimal. Kebutuhan pupuk P kedelai yaitu berkisar antara 75 –
100 Kg P2O5 ha-2 (Suhaya, dkk 2000).
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan tidak berimbang dapat
mengakibatkan menurunnya kesuburan biologis tanah dan perkembangan patogen yang
pesat, keracunan unsur hara tertentu pada tanaman serta menurunnya ketegaran tanaman
terhadap hama dan penyakit.
Pemakaian pupuk organik yang berasal dari bokashi pupuk kandang, hijauan tanaman
dan limbah pertanian lainnya, selain dapat menggantikan pemakaian pupuk kimia, juga
ramah terhadap lingkungan sehingga tercipta suatu sistem pertanian yang berkelanjutan
Sinaga (2005).

7
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas


Bengkulu, yang terletak di Jl. Medan Baru, Kandang Limun, Bengkuu. Penelitian ini
berlangsung mulai dari tanggal 12 februari sampa 14 mei 2018.

3.2. Alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari cangkul, tali raffia,
tugal, ember dan ajir.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro, rhizobium dan pestisida Furadan 3G . Pupuk kandang sapi berasal dari
ternak salah satu penduduk yang ada di dekat lahan percobaan yang dikomposkan
terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke petak percobaan. Selain itu digunakan pupuk
buatan yang digunakan terdiri dari Urea, SP-36 dan KCl.

3.3. Rancangan percobaan


Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, dengan lima perlakuan
dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari P1 = Pupuk kandang sapi dengan dosis 0
ton/ha, P2 = Pupuk kandang sapi dengan dosis 5 ton/ha, P3 = Pupuk kandang sapi
dengan dosis 10 ton/ha, P4 = Pupuk kandang sapi dengan dosis 15 ton/ha, dan P5 =
Pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha.

3.4. Metode percobaan


a. Pembuatan lahan
Lahan percobaan diolah dua kali dimana pengolahan pertama dilakukan dengan
bajak/traktor dan pengolahan tanah ke dua menggunakan cangkul yang sekaligus
mendatarkan lahan dan pembuatan petak percobaan berukuran 3 m x 2 m. Pupuk
kandang sapi yang sudah siap pakai diaplikasikan dengan cara ditaburkan secara merata
pada masing-masing plot percobaan 15 hari sebelum penanaman sesuai dengan jenis
dan dosis yang telah ditetapkan.
b. Penanaman
Benih ditanam sebanyak 2 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 30 cm x 20
cm menggunakan alat bantu cablak dari tali rafia.

8
c. Pemupukan
Pupuk buatan berupa Urea, SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanaman
berumur 10 HST bersamaan saat penyulaman dengan cara dibuat larikan 5 cm dari
barisan tanaman.
Perhitungan pupuk :
1. Pupuk organic
Diketahui kadar air pupuk kandang yang digunakan yaitu sebesar 55,59%.
 Dosis 0 ton/ha = 0 kg
 Dosis 5 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
5000 kg 2
¿ 2
x 6 m = 3 Kg
10.000m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa perhitungan kadar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 3 kg= 6,75 Kg/petak
44,41 %
 Dosis 10 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
10.000 kg
¿ 2
x 6 m2 = 6 Kg
10.000m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa perhitungan kadar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 6 kg = 13,51 Kg/petak
44,41 %

9
 Dosis 15 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
1 5000 kg
¿ 2
x 6 m2 = 9 Kg
10.000m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa perhitungan kad ar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 9 kg = 20,27 Kg/petak
44,41 %
 Dosis 20 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
20.000 kg
¿ 2
x 6 m2 = 12 Kg
10.000 m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa pe rhitungan kadar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 12 kg= 27,02 Kg/petak
44,41 %
2. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu urea, SP 36 dan KCL.
Dengan dosis masing-masing jenis pupuk yaitu :
 Urea = 200 kg/ha
 SP 36 = 150 kg/ha
 KCL = 100 kg/ha
Sehingga kebutuhan pupuk per petakan dapat dihitung dengan cara :

10
Luas Petakan
x Dosis Pupuk
Luas Lahan1 Hektar

d. Perawatan tanaman
Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan, pembumbunan,
pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan dengan cara manual.
Penyiraman dilakukan setiap hari baik pada pagi hari ataupun sore hari, jika
tanah sudah mulai kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak kekurangan air
sehingga menyebabkan layu dan berakibat kematian tanaman.
Penyiangan dilakukan pada 2 MST pada saat gulma sudah mulai tumbuh pada
area pertanaman. Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan populasi gulma agar tidak
terjadi persaingan antara gulma dan tanaman dalam proses penyerapan unsur hara serta
untuk menghindari potensi adanya hama atau penyakit yang bersarang pada gulma
tersebut.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman sudah mulai besar dan akar sudah
mulai banyak. Pembumbunan bertujuan untuk memperkuat akar sehingga tanaman tidak
mudah rebah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dengan menggunakan
tangan.

3.5. Variabel yang diamati


Dari setiap unit percobaan diamati umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang, jumlah polong total pertanaman, jumlah polong bernas pertanaman,
bobot polong pertanaman, dan jumlah bintil akar pertanaman. Data yang diamati diolah
dengan analisis keragaman untuk melihat apakah terdapat perbedaan pengaruh aplikasi
pupuk.
3.6. Analisis data
Dari praktikum yang dilakukan dilapangan, data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis varian (ANAVA) dengan uji taraf 5%, selanjutnya dilakukan uji
lanjut DMRT pada taraf 5%.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum percobaan.


Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu, yakni di Jalan Medan Baru Zona Pertanian Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, Kecamatan Kandang Limun, Kota Bengkulu. Praktikum
dilaksanakan mulai 12 Februari sampai dengan 14 Mei 2018. Percobaan dilakukan
dengan 4 ulangan dan 5 perlakuan.
Tahapan awal praktikum dimulai dengan mengolah lahan dengan petakan 3 m x
2 dengan menggunakan alat cangkul, pancang. Dilanjutkan dengan pemberian pupuk
kandang dengan dosis yang telah dihitung sebnyak 5 perlakuan yaitu 0 ton/ha, 5 ton/ha,
10 ton/ha, 15 ton/ha, dan 20 ton/ha. Dilanjutkan dengan pemberian nama label pada
setiap petakan.
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanaman menggunakan tugal,
cablak. Sebelum melakukan penanaman benih, benih kacang kedelai terlebih dahulu
dicampurkan dengan rhizobium dan air dengan merata. Penanaman dilakukan 2 benih
perlubangnya. Pengamatan dilakukan setelah 2 minggu setelah tanaman hingga panen,
variable yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah
polong, jumlah polong bernas, bobot polong, dan jumlah bintil akar. Hasil pengamatan
dicatat setiap pengamatan pada logbook.

4.2 Rangkuman hasil anava


Hasil anava merupakan hasil pengamatan dari minggu ke 4 sampai panen,
dengan mengumpulkan data dari setiap perlakuan dan blok/kelompok

a. Hasil analisis data pengamatan dari setiap perlakuan


Variabel KT KT Galat F Hitung Notasi
Perlakuan
Tinggi Tanaman 87,26325 51,409033 1,26 ns
Jumlah Daun 23,325 9,291 2,51 ns
Jumlah Cabang 0,325 0,2583 1,25 ns
Jumlah Polong 305,375 114,97 2,65 ns
Jumlah 443,3 449,033 0,97 ns
Polong/Tanaman
Jumlah Polong 390,3 448,6667 0,86 ns

12
Bernas/Tanaman
Bobot 422,7458 714,0158 0,59 ns
Polong/Tanaman
Jumlah Bintil 150,675 49,675 3,03 ns
Akar/Tanaman

Keterangan: ns (non significant)= berpengaruh nyata taraf 5%

b. Hasil analisis data pengamatan dari setiap blok/kelompok


Variabel KT Blok KT Galat F Hitung Notasi
Tinggi Tanaman 475,5545 51,409033 1,26 ns
Jumlah Daun 11,25 9,291 2,51 ns
Jumlah Cabang 0,1333 0,2583 1,25 ns
Jumlah Polong 1347,5 114,97 2,65 ns
Jumlah 699,533 449,033 0,97 ns
Polong/Tanaman
Jumlah Polong 674,333 448,6667 0,86 ns
Bernas/Tanaman
Bobot 295,2645 714,0158 0,59 ns
Polong/Tanaman
Jumlah Bintil 610,717 49,675 3,03 ns
Akar/Tanaman
Keterangan: ns (non significant) = berpengaruh tidak nyata taraf 5%

*(significant) = berpengaruh nyata taraf 5%

4.3 Pertumbuhan dan perkembangan tanaman


a. Tinggi tanaman
10 15 20
Waktu 0 ton/ha 5 ton/ha ton/ha ton/ha ton/ha
pengamatan 1(3
MST) 11,4 10,6 10,7 11,3 11,8
pengamatan 2(4
MST) 19.0 16,9 17,3 18 19,4
pengamatan 3(5
MST) 32,1 30,2 32,8 35,5 37,5
pengamatan 4(7
MST) 72,8 67,9 70,1 76 79,7

13
90

80

70

60

50 0 ton/ha
5 ton/ha
40 10 ton/ha
30 15 ton/ha
20 ton/ha
20

10

Keterangan:
Dari semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata antara tinggi tanaman dengan dosis 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha. Artinya perbedaan
dosis pupuk tersebut tidak mempengaruhi tinggi tanamn kedelai.

b. Jumlah daun

10 15 20
Waktu 0 ton/ha 5 ton/ha ton/ha ton/ha ton/ha
pengamata
n 1 (3 MST) 2 2 2 2 2
pengamata
n 2 (4 MST) 4,25 3,75 4,25 4,25 4,25
pengamata
n 3 (5 MST) 7 7 7,25 8 8,25
pengamata
n 4 (7 MST) 24,5 19,7 25,7 25,2 23

14
30

25

20
0 ton/ha
5 ton/ha
15
10 ton/ha
15 ton/ha
10 20 ton/ha

0
pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 4

Dari semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
antara jumlah daun dengan dosis 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha. Artinya perbedaan dosis
pupuk tersebut tidak mempengaruhi jumlah daun pada tanaman kedelai.\

c. Jumlah cabang

Waktu 0 ton/ha 5 ton/ha 10 ton/a 15 ton/ha 20 ton/ha


pengamata 1,5 1,2 2 2 1,7
n 1 (4 MST)
pengamata 3,5 3,2 3,5 4 3,7
n 2 (7 MST)

15
4.5

3.5

3
0 ton/ha
2.5 5 ton/ha
10 ton/a
2
15 ton/ha
1.5 20 ton/ha

0.5

0
pengamatan 1 (4 MST) pengamatan 2 (7 MST)

Dari semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
antara jumlah cabang dengan dosis 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha. Artinya perbedaan dosis
pupuk tersebut tidak mempengaruhi jumlah cabang pada tanaman kedelai.

4.4 Komponen hasil


Dosis Jumlah Jumlah Bobot polong Jumlah bintil
polong polong bernas/tanaman akar/tanaman
total/tanama bernas (gram) (gram)
n
0 ton/ha 83,5 84 83,45 15,2
5 ton/ha 70,5 68,5 73,65 24,2
10 ton/ha 93 90 98,5 32
15 ton/ha 98,5 94,5 96,4 20,7
20 ton/ha 88,5 86,5 83,7 25

16
120

100

80
Jumlah polong total/tanaman
Jumlah polong bernas
60 Bobot polong
bernas/tanaman (gram)
Jumlah bintil akar/tanaman
40 (gram)

20

0
0 ton/ha 5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 20 ton/ha

Adapun beberapa variabel yang diamati sebagai komponen hasil tanaman yaitu
jumlah total polong/tanaman, jumlah polong bernas/tanaman,bobot polong/tanaman dan
jumlah bintil akar/tanaman.Jika dilihat dari grafik diatas terlihat bahwa :

 Jumlah polong total/tanaman terbanyak ada pada dosis 10 ton/ha


 Jumlah polong bernas/tanaman terbanyak ada pada dosis 15 ton/ha dan 10
ton/ha yang memiliki nilai rata-rata hampir sama maka sebaiknya
menggunakan dosis 10 ton/ha saja.
 Bobot polong/tanaman terberat ada pada perlakuan dengan dosis 15 ton/ha
dan terberat kedua ada pada perlakuan dosis 10 ton/ha.
 Jumlah bintil akar/tanaman terbanyak ada pada dosis 10 ton/ha

4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapatkan terlihat bahwa pertumbuhan
tinggi tanaman kedelai semakin hari terus bertambah. Dan dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan di lapangan, dari fase vegetative tanamn sampai fase generative yaitu
pada saat bunga telah keluar, tinggi tanaman masih mengalami penambahan. Hal itu
menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang ditanam memiliki tipe pertumbuhan jenis
indeterminate. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Pitojo, 2003), yang mengatakan bahwa
ciri dari tanaman indeterminate adalah pucuk batang tanaman yang masih bisa tumbuh
walaupun tanaman sudah mulai berbunga dan juga terlihat dari bentuk polongnya yang
menggantung ke bawah, sedangkan tipe determinate polongnya tegak keatas.

Berdasarkan rangkuman tabel anava, dapat diketahui bahwa semua variabel


pengamatan, pada pengamatan respon pertumbuhan tanaman kedelai, yang meliputi

17
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun mulai dari 3 minggu setelah tanam
hingga 7 minggu setelah tanam, terlihat hasil analisis pengamatan tinggi tanaman dan
jumlah daun didapatkan Fhit < Ftabel. Artinya tidak terdapat perbedaan nyata tinggi
tanaman dan jumlah daun antar perlakuan. Begitu pula untuk semua variabel yang
lainnya menunjukkan hasil yang Non-Signifikan atau tidak berpengaruh nyata. Baik
untuk variabel pengamatan pertumbuhan tanaman maupun komponen hasil tanaman
kedelai.

Beberapa hal yang memungkinkan menjadi penyebab ketidak signifikansiannya


data yang didapatkan antara lain yaitu ketidak homogenan pupuk organik yang
digunakan, karena diketahui pupuk kandang yang digunakan sebagai perlakuan berasal
dari sumber yang berbeda, selanjutnya ialah tanah yang dijadikan lahan percobaan
merupakan tanah, dan beberapa faktor lain seperti waktu tanam yang tidak sesuai pada
musim tanam serta iklim pada saat kegiatan praktikum tersebut.

Diketahui pada saat pemberian pupuk kandang, kotoran sapi yang digunakan
tidaklah homogen karena tidak berasal dari sumber yang sama. Hal tersebut terjadi
karena keterbatasan pupuk kandang yang telah disediakan, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan percobaan harus diambil pupuk kandang dari sumber yang berbeda. Dalam
hal ini tidak diperhitungkan jumlah kandungan bahan organik dan kandungan air dari
masing-masing sumber pupuk kandang. Sedangkan sebaiknya pemberian pupuk organik
haruslah homogen (Shanti,2009).

Faktor selanjutnya yang menjadi penyebab ketidak signifikansiannya hasil yang


didapatkan yaitu berasal dari tanah yang dijadikan lahan budidaya. Diketahui bahwa
lahan praktikum tersebut telah sering digunakan sebagai tempat percobaan/penelitian
sebelumnya yang tentunya tidak lepas dari aplikasi pupuk. Hal tersebut menjadikan
kondisi tanah di areal praktikum tersebut selalu terjaga, baik dari struktur tanah maupun
kandugan hara di dalamnya yang tentunya berpengaruh terhadap kesuburan tanah di
wilayah tersebut. Sehingga apabila digunakan untuk percobaan dengan perlakuan
pupuk/dosis pupuk tentu pengaruhnya tidak akan terlihat karena kesuburan tanahnya
sudah merata dan unsur-unsur hara yang dibutuhkan sudah tersedia serta tekstur
tanahnya juga sudah baik karena terus dilakukan pengolahan tanah. Terlebih lagi jika
sebelumnya lahan tersebut juga digunakan untuk menanam tanaman keluarga dari
legum. Menurut Sutejo (1995), kedelai yang ditanam pada lahan subur tidak perlu

18
dipupuk. Sebab diantara komoditas pangan lain yang banyak diusahakan yaitu padi,
jagung, dan ubi kayu. Kedelai adalah yang paling sedikit menyerap hara dari tanah.
Oleh karena itu dalam prakteknya petani jarang atau hanya memberikan sedikit pupuk
bagi pertanaman kedelainya, apalagi untuk lahan relatif subur seperti bekas pertanaman
yang dilakukan pemupukan secara intensif. Dan pada lahan kering PMK/Ultisol
pemberian pupuk organik cukup dengan dosis 5-6 ton/ha. Oleh karena itu, tanggapan
kedelai terhadap pemupukan biasanya tidak senyata pada tanaman padi dan jagung. .

Dilihat secara umum terhadap komoditas lain yang ditanam pada praktikum kali
ini, yaitu tanaman jagung, padi dan ubi jalar. Hasil yang didapatkan padari mayoritas
variabell yang diamati juga menunjukkan hasil yang Non-Signifikan. Baik dari variabel
pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman maupun dari variabel komponen
hasilnya. Kemungkinan penyebab ketidaknyataan pengaruh dosis pupuk kandang
tersebut sama halnya dengan yang telah dibahas pada tanaman kedelai diatas.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Teknik budidaya tanaman kedelai pada dasarnya hampir sama dengan budidaya
tanaman pangan lainnya, baik dari segi pemeliharaan maupun pemupukan.
2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pemberian
perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap variabel-variabel
yang diamati.

5.2 Saran
Sebaiknya penelitian pada praktikum selanjutnya tidak lagi mengenai
pemupukan, karena lahan percobaan yang digunakan sudah sering dipakai untuk
penelitian mengenai pemupukan sehingga menyebabkan tanah pada lahan tersebut
sangat subur yang berakibat pada ketidak signifikannyahasil percobaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih J. S., M. Soepartini, A. Kusno, Mulyadi, dan Wiwik Hartati. 1994.


Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah dan Lahan
Kering. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Untuk Pembangunan
Kawasan Timur Indonesia di Palu 17-20 Januari 1994.
Adisarwanto, 2014. Kedelai Tropika Produktivitas 3 ton/ha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Andrianto Dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani : Kedelai, Kacang
Hijau, dan kacang panjang. Absolut. Yogyakarta.
Adisarwanto. 2008. Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan pengoptimalan
peran bintil akar kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau.2012. Riau Dalam Angka 2012. Badan Pusat
Statistik. Pekanbaru
Hakim,N. Nyakpa Y. Lubis, Nugroho,S.G. Diha A, Bailey. 1996. Dasar-dasar
IlmuTanah. Uneversitas Lampung. Bandar Lampung
Pitojo, S. (2003). Benih Kedelai. Kanasius . Yogyakarta

Pringgohandoko, B. dan O.S. Padmini 1999. Pengaruh Rhizo-plus dan Pemberian


Cekaman Air Selama Stadia Reproduksi terhadap Hasildan Kualitas Biji
Kedelai. Agrivet. Vol 1

Purwono dan Heni Purnawati 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadya. Jakarta.
Sinaga, Y.A.S. 2005. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai (Glycine max(L.) Merr.) panen muda yang diusahakan secara
organik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suhardi, 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius.
Yogyakarta.
Suhaya, Y., A. Rahman, Mardawilis dan Kardiyono. 2000. Penggunaan PMMG
Rhizophus sebagai alternatif pengganti Urea dan mengurangi SP 36 pada
tanaman kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan Padang Marpoyan. Riau.

Sumarno dan A.G.Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi


Kedelai di Indonesia, Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.
Suprapto. 2002. Bertanaman Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta

Taufiq, T.M.M. dan I. Novo. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang.
Absolut Press. Yogyakarta.

21
LAMPIRAN

PENGAMATAN 1
 Analisis varian tinggi tanaman
SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 18,55 6,18 4,86* 3,49
Perlakuan 4 4 1 0,78 3,26
Galat 12 15,34 1,27
Total 19 37,86
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya terdapat keragaman hasil antar
blok efektif memisahkan keragaman hasil
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai.

 Analisis jumlah daun


SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 0 0 0 3,49
Perlakuan 4 0 0 0 3,26
Galat 11 0
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak yterdapat keragaman
jumlah daun antar blok.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.

22
PENGAMATAN 2

 Analisis varian tinggi tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%

17,46
Blok 3 52,38 4,46* 3,26

Perlakuan 4 19,045 4,761 1,20 3,49


Galat 12 47,50 3,95
Total 19 118,93
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil antara
kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai

 Analisis jumlah daun


SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 1,75 0,583 3,5* 3,49
Perlakuan 4 0,8 0,2 1,2 3,26
Galat 12 2 0,167
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil jumlah
daun antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai

23
PENGAMATAN 3

 Analisis varian tinggi tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 52,38 17,46 4,410* 3,49
Perlakuan 4 19,04 4,76 1,202 3,26
Galat 12 47,50 3,959
Total 19 118,935
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil antara
kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai

 Analisis jumlah daun


SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 10,2 3,4 2,666 3,26
Perlakuan 4 5,5 1,375 1,0784 3,49
Galat 12
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah daun antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.

 Analisis jumlah cabang


SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 1 0,333 0,7272 3,49
Perlakuan 4 1,7 0,425 0,9272 3,26
Galat 12 5,5 0,458
Total 19 8,2
Kesimpulan :

24
 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah cabang antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai.

PENGAMATAN 4

 Analisis varian tinggi tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 349,5 87,26 1,697 3,26
Blok 3 1406,16 475,55 9,250 3,49
Galat 12 616,909 51,40
Total 19 2392,625
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil antara
kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berprngaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai

 Analisis jumlah daun

SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 33,75 11,25 1,2107 3,49
Perlakuan 4 93,3 23,325 2,5103 3,26
Galat 12 111,5
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah daun antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berprngaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.

 Analisis jumlah cabang


SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 1,3 0,325 1,2980 3,26
Blok 3 0,4 0,1333 0,5161 3,49

25
Galat 12 3,1 0,2583
Total 19 4,8
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah cabang antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai.

PENGAMATAN 5

 Analisis varian jumlah polong tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 1221,5 305,37 0,977 3,26
Blok 3 4.042,55 2.347,5 11,72* 3,49
Galat 12 3747,7 312,308
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil jumlah
polong antar blok pada tanaman kedelai.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman kedelai.

PANEN
 Tabel analisis varian jumlah polong total

SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 2098,6 699,53 1,5578 3,49
Perlakuan 4 7773,2 443,4 0,9873 3,26
Galat 12 5388,4 449,03
Total 19 9260,4
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah polong total antar blok pada tanaman kedelai.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong total tanaman
kedelai.

26
 Tabel analisis varian jumlah polong bernas /tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 1561,2 390,3 0,869 3,26
Blok 3 2023 674,33 0,502 3,49
Galat 12 5384 448,06
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah polong bernas/tanaman antar blok pada tanaman kedelai.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong bernas/tanaman
pada tanaman kedelai.

 Tabel analisis varian bobot polong/tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 885,793 295,06 0,41 3,26
Blok 3 1690,93 412,74 0,59 3,49
Galat 12 8568,18 714,015
Total 19 11144,9
Kesimpulan :

 Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
bobot polong/tanaman antar blok pada tanaman kedelai.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap bobot polong /tanaman pada
tanaman kedelai.

 Tabel analisis varian jumlah bintil akar/tanaman

SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 1832,15 610,7167 12,294* 3,49
Perlakuan 4 602,7 150,675 3,033 3,26
Galat 12 596,1 49,675

27
Total 19
Kesimpulan :

 Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil jumlah
bintil akar/tanaman antar blok pada tanaman kedelai.
 Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bintil akar/tanaman
tanaman kedelai.

28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai