Disusun Oleh :
Nama : Wafiyudin
NPM : E1J016117
Shift : D2
Dosen : Ir. Hermansyah, M.P.
Co-Ass : Reko Saputra Jaya
LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Wafiyudin
E1J016117
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................iii
BAB 1
1.1....................................................................................................................La
tar belakang...............................................................................................1
1.2....................................................................................................................2
BAB 3
2.1. 3
2.2. 5
2.3. 6
BAB 8
3.1. 8
3.2. 8
3.3. 8
3.4. 9
BAB 10
4.1 10
4.2 10
4.3 Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman.................................................11
4.4 14
4.5 Pembahasan...............................................................................................15
BAB 18
5.1 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kedelai merupakan tanaman yang strategis di dunia petanian. Seiring dengan
pemanfaatan kedelai untuk bebagai bahan makanan, seperti tempe, tahu, kecap, tauco
dan sebagainya, banyak masyarakat indonesia yang memiliki ketergantunga terhadap
pengkonsumsian kedelai.Tanaman kedelai ini dapat bersimbiosis mutualisme dengan
mikroorganisme tanah (rhizobium). Rhizobium ini dapat meningkatkan kebutuhan N
bagi tanaman. Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai diantaranya dapat dilakukan
dengan penggunaan varietas unggul dan pemenuhan unsur hara. Salah satu pemenuhan
unsur hara dilakukan dengan pemupukan. pemberian pupuk diharapkan akan
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai, meningkatkan daya
tahan terhadap serangan hama dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil.
Upaya meningkatkan produksi kedelai yang optimal perlu diperhatikan faktor
lingkungan yang ada di lahan atau tempat budidaya tanaman kedelai serta teknik
bercocok tanaman kedelai yang benar. Untuk faktor lingkungan meliputi beberapa
faktor yaitu iklim, tanah dan tinggi tempat tanaman kedelai yang diperlukan untuk
tumbuh secara optimal sedangkan untuk cara bercocok tanam yang benar seperti
pemilihan varietas, pengolahan tanah, waktu tanam, persiapan benih, pemupukan dan
pemeliharaan.
Pemupukan yang baik dan benar harus memperhatikan waktu, jumlah, serta cara
pemberian yang tepat dan seimbang. Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan akan
merusak kondisi fisik, kimia dan biologi tanah serta memacu datangnya pathogen dan
menurunkan daya tahan tanaman dari serangan OPT. Untuk itu diperlukan paket
teknologi pemupukan yang ramah lingkungan.
1.2. Tujuan
1. Memahami teknologi produksi tanaman kedelai melalui praktek langsung di
lapangan.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang diusahakan pada ultisol.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama dan ujung batang
(Sumarno et al.,2007).
Menurut Pitojo (2003), ciri khas tanaman kedelai yaitu batang tanaman kedelai
berkayu dan tingginya berkisar antara 30 – 1000 cm, memili 3 – 5 percabanagn dan
bebrbentuk tanaman perdu. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinet), tidak terbatas (indeterminet), dan setengah terbatas (semi – determinet).
Tipe terbatas memiliki cirri khas berbunga serentak dan mngakiri poertumbuhan
meninggi jika sudah berbunga. Tanaman pendek sampai sedang , ujung batang hamper
samabesar dengan batang bagian tengah daun teratas sama besar dengan daun batng
tengah. Tipe tidak terbatas memiliki cirri berbunga secara bertahap dari bawah keats.
Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batng lebih kecil dari bagian tengah.
Tipe setengah terbatas memiliki karateristik antara kedua tipe lainnya. (Adisarwanto,
2014).
Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, duahelai
daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer berbentuk oval
dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama
diatas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang utama dan cabang lateral
terdapat daun trifoliate yang secara bergantian dalam susunan yang berbeda. Anak daun
bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-
macam, mulai bulat hingga lancip.
. Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada
kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai
dari tangkai daunnya akan berisi 1-7 bunga, tergantung dari karakter varietas kedelai
yang ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memilikialat
reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih tertutup
sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil yaitu hanya 0,1%. Warna bunga
kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi
tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar 40-200 bunga per tanaman
(Adisarwanto, 2008).
Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10-14 hari masa pertumbuhan yakni
setelah bunga pertama muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan
selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau coklat pada saat dipanen. Pembentukan
dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah
bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam berkisar 2-10 polong
4
pada setiap kelompok bunga di ketiak daunnya. Sementara jumlah polong yang dapat
dipanen berkisar 20-200 polong per tanaman, tergantung dari varietas kedelai yang
ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna polong masak dan ukuran
biji antara posisi polong paling bawah dan paling atas akan sama selama periode
pemasakan polong optimal berkisar 50-75 hari. Periode waktu tersebut dianggap
optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk
tanaman (Adisarwanto, 2008).
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas
bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam
akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium
japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai
atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman
kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah
tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu.
Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung
pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan
(10 – 15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Namun demikian,
proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 hst, yaitu
sejak terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang
merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin
banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil
akar atau nodul yang terjadi.
Kemampuan memfikasi N2 ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya
umur tanaman, tetapi maksimal hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai
pembentukan biji. Setelah masa pembentukan biji, kemampuan bintil akar memfikasi
N2 akan menurun bersamaan dengan semakin banyaknya bintil akar yang tua dan luruh.
Di samping itu, juga diduga karena kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan
biji dengan aktivitas bintil akar.
Menurut Adrianto (2004), Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama
pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial,
5
regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur
hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan
pengapuran.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman
kedelai antara 21-34 oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai
23-27 oC. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 oC. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari
pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan
hasil.
Tanaman kedelai juga berproduksi dengan baik pada dataran rendah sampai 900
m dpl, dan mampu beradaftasi didataran tinggi sampai +- 1.200 m dpl. Kelembababn
antara 60 – 70 %. Kedelai juga merupakan salah satu tanaman yang dapat
dibudidayakan pada lahan pasang surut dengan hasil yang cukup memadai, namun cara
budidayanya berbeda dari lahan sawah irigasi dan lahan kering (Purwono dan
Heni, 2007).
2.3 Pemupukan
Faktor dominan penyebab rendahnya produktivitas tanaman kedelai salah
satunya adalah tingkat kesuburan lahan yang terus menurun (Adiningsih, dkk., 1994).
Cara budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan kurang inovatif
seperti ditandai dengan penggunaan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak
menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15-20%
dan memakai air irigasi yang tidak efisien. Akibatnya antara lain berdampak pada
rendahnya produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing
komoditi tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk
mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi
produksi nasional.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah
dengan pemberian pupuk untuk mencukupi unsur hara tanaman. Salah satu jenis pupuk
yang potensial digunakan adalah pupuk organik yang berasal dari kandang ternak yang
sering disebut pupuk kandang. Pupuk kandang disamping dapat diproduksi oleh petani
jika mempunyai ternak, juga mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur tanah
6
menjadi lebih gembur dan drainase tanah menjadi lebih baik, secara biologi dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah dan secara kimia
membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan, mempertinggi
porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah serta tidak
menimbulkan resiko karena bahan organik tersebut tidak mencemari lingkungan dan
aman digunakan dalam jumlah besar. Kotoran ayam dan kotoran sapi dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan
tanaman sepertiunsur N, P dan K serta beberapa unsur hara lainnya.
Hakim (1996), mengatakan bahwa tanaman membutuhkan unsur hara dalam
jumlah yang cukup terutama unsur N, P, K serta unsur penunjang lainnya. Secara umum
kebutuhan pupuk bagi tanaman ditentukan oleh bagian tanaman yang akan dipanen.
Bagian tanaman kedelai yang dibutuhkan adalah biji yang akan dikonsumsi, sehingga
tanaman kedelai membutuhkan unsur P yang cukup agar produksinya berkualitas.
Meskipun jumlah P diperlukan kedelai relatif lebih kecil dibandingkan N dan K, tetapi
pemupukan P dilaporkan dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai. Diantara tiga unsur
hara penting yaitu N, P dan K, pemberian unsur P sering berpengaruh nyata terhadap
hasil kedelai. Kekurangan unsur P menyebabkan pembentukan dan aktivitas bintil akar
serta hasil biji tidak maksimal. Kebutuhan pupuk P kedelai yaitu berkisar antara 75 –
100 Kg P2O5 ha-2 (Suhaya, dkk 2000).
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan tidak berimbang dapat
mengakibatkan menurunnya kesuburan biologis tanah dan perkembangan patogen yang
pesat, keracunan unsur hara tertentu pada tanaman serta menurunnya ketegaran tanaman
terhadap hama dan penyakit.
Pemakaian pupuk organik yang berasal dari bokashi pupuk kandang, hijauan tanaman
dan limbah pertanian lainnya, selain dapat menggantikan pemakaian pupuk kimia, juga
ramah terhadap lingkungan sehingga tercipta suatu sistem pertanian yang berkelanjutan
Sinaga (2005).
7
BAB III
BAHAN DAN METODE
8
c. Pemupukan
Pupuk buatan berupa Urea, SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanaman
berumur 10 HST bersamaan saat penyulaman dengan cara dibuat larikan 5 cm dari
barisan tanaman.
Perhitungan pupuk :
1. Pupuk organic
Diketahui kadar air pupuk kandang yang digunakan yaitu sebesar 55,59%.
Dosis 0 ton/ha = 0 kg
Dosis 5 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
5000 kg 2
¿ 2
x 6 m = 3 Kg
10.000m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa perhitungan kadar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 3 kg= 6,75 Kg/petak
44,41 %
Dosis 10 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
10.000 kg
¿ 2
x 6 m2 = 6 Kg
10.000m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa perhitungan kadar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 6 kg = 13,51 Kg/petak
44,41 %
9
Dosis 15 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
1 5000 kg
¿ 2
x 6 m2 = 9 Kg
10.000m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa perhitungan kad ar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 9 kg = 20,27 Kg/petak
44,41 %
Dosis 20 ton/ha :
Dosis tanpa perhitungan kadar air:
Dosis Pupuk
x Luas Petaka n
luaslahan 1 hektar
20.000 kg
¿ 2
x 6 m2 = 12 Kg
10.000 m
Dikarenakan kadar air pupuk kandang sebesar 55,59%, maka total bahan organic
yaitu :
Bahan organic = 100% - 55,59% = 44,41%.
Sehingga kebutuhan pupuk kandang perpetak dapat dihitung dengan rumus :
100 %
x dosis tanpa pe rhitungan kadar ai r
total bahan organik
100 %
¿ x 12 kg= 27,02 Kg/petak
44,41 %
2. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu urea, SP 36 dan KCL.
Dengan dosis masing-masing jenis pupuk yaitu :
Urea = 200 kg/ha
SP 36 = 150 kg/ha
KCL = 100 kg/ha
Sehingga kebutuhan pupuk per petakan dapat dihitung dengan cara :
10
Luas Petakan
x Dosis Pupuk
Luas Lahan1 Hektar
d. Perawatan tanaman
Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan, pembumbunan,
pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan dengan cara manual.
Penyiraman dilakukan setiap hari baik pada pagi hari ataupun sore hari, jika
tanah sudah mulai kering. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak kekurangan air
sehingga menyebabkan layu dan berakibat kematian tanaman.
Penyiangan dilakukan pada 2 MST pada saat gulma sudah mulai tumbuh pada
area pertanaman. Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan populasi gulma agar tidak
terjadi persaingan antara gulma dan tanaman dalam proses penyerapan unsur hara serta
untuk menghindari potensi adanya hama atau penyakit yang bersarang pada gulma
tersebut.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman sudah mulai besar dan akar sudah
mulai banyak. Pembumbunan bertujuan untuk memperkuat akar sehingga tanaman tidak
mudah rebah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dengan menggunakan
tangan.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Bernas/Tanaman
Bobot 422,7458 714,0158 0,59 ns
Polong/Tanaman
Jumlah Bintil 150,675 49,675 3,03 ns
Akar/Tanaman
13
90
80
70
60
50 0 ton/ha
5 ton/ha
40 10 ton/ha
30 15 ton/ha
20 ton/ha
20
10
Keterangan:
Dari semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata antara tinggi tanaman dengan dosis 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha. Artinya perbedaan
dosis pupuk tersebut tidak mempengaruhi tinggi tanamn kedelai.
b. Jumlah daun
10 15 20
Waktu 0 ton/ha 5 ton/ha ton/ha ton/ha ton/ha
pengamata
n 1 (3 MST) 2 2 2 2 2
pengamata
n 2 (4 MST) 4,25 3,75 4,25 4,25 4,25
pengamata
n 3 (5 MST) 7 7 7,25 8 8,25
pengamata
n 4 (7 MST) 24,5 19,7 25,7 25,2 23
14
30
25
20
0 ton/ha
5 ton/ha
15
10 ton/ha
15 ton/ha
10 20 ton/ha
0
pengamatan 1 pengamatan 2 pengamatan 3 pengamatan 4
Dari semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
antara jumlah daun dengan dosis 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha. Artinya perbedaan dosis
pupuk tersebut tidak mempengaruhi jumlah daun pada tanaman kedelai.\
c. Jumlah cabang
15
4.5
3.5
3
0 ton/ha
2.5 5 ton/ha
10 ton/a
2
15 ton/ha
1.5 20 ton/ha
0.5
0
pengamatan 1 (4 MST) pengamatan 2 (7 MST)
Dari semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
antara jumlah cabang dengan dosis 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha. Artinya perbedaan dosis
pupuk tersebut tidak mempengaruhi jumlah cabang pada tanaman kedelai.
16
120
100
80
Jumlah polong total/tanaman
Jumlah polong bernas
60 Bobot polong
bernas/tanaman (gram)
Jumlah bintil akar/tanaman
40 (gram)
20
0
0 ton/ha 5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 20 ton/ha
Adapun beberapa variabel yang diamati sebagai komponen hasil tanaman yaitu
jumlah total polong/tanaman, jumlah polong bernas/tanaman,bobot polong/tanaman dan
jumlah bintil akar/tanaman.Jika dilihat dari grafik diatas terlihat bahwa :
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapatkan terlihat bahwa pertumbuhan
tinggi tanaman kedelai semakin hari terus bertambah. Dan dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan di lapangan, dari fase vegetative tanamn sampai fase generative yaitu
pada saat bunga telah keluar, tinggi tanaman masih mengalami penambahan. Hal itu
menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang ditanam memiliki tipe pertumbuhan jenis
indeterminate. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Pitojo, 2003), yang mengatakan bahwa
ciri dari tanaman indeterminate adalah pucuk batang tanaman yang masih bisa tumbuh
walaupun tanaman sudah mulai berbunga dan juga terlihat dari bentuk polongnya yang
menggantung ke bawah, sedangkan tipe determinate polongnya tegak keatas.
17
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun mulai dari 3 minggu setelah tanam
hingga 7 minggu setelah tanam, terlihat hasil analisis pengamatan tinggi tanaman dan
jumlah daun didapatkan Fhit < Ftabel. Artinya tidak terdapat perbedaan nyata tinggi
tanaman dan jumlah daun antar perlakuan. Begitu pula untuk semua variabel yang
lainnya menunjukkan hasil yang Non-Signifikan atau tidak berpengaruh nyata. Baik
untuk variabel pengamatan pertumbuhan tanaman maupun komponen hasil tanaman
kedelai.
Diketahui pada saat pemberian pupuk kandang, kotoran sapi yang digunakan
tidaklah homogen karena tidak berasal dari sumber yang sama. Hal tersebut terjadi
karena keterbatasan pupuk kandang yang telah disediakan, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan percobaan harus diambil pupuk kandang dari sumber yang berbeda. Dalam
hal ini tidak diperhitungkan jumlah kandungan bahan organik dan kandungan air dari
masing-masing sumber pupuk kandang. Sedangkan sebaiknya pemberian pupuk organik
haruslah homogen (Shanti,2009).
18
dipupuk. Sebab diantara komoditas pangan lain yang banyak diusahakan yaitu padi,
jagung, dan ubi kayu. Kedelai adalah yang paling sedikit menyerap hara dari tanah.
Oleh karena itu dalam prakteknya petani jarang atau hanya memberikan sedikit pupuk
bagi pertanaman kedelainya, apalagi untuk lahan relatif subur seperti bekas pertanaman
yang dilakukan pemupukan secara intensif. Dan pada lahan kering PMK/Ultisol
pemberian pupuk organik cukup dengan dosis 5-6 ton/ha. Oleh karena itu, tanggapan
kedelai terhadap pemupukan biasanya tidak senyata pada tanaman padi dan jagung. .
Dilihat secara umum terhadap komoditas lain yang ditanam pada praktikum kali
ini, yaitu tanaman jagung, padi dan ubi jalar. Hasil yang didapatkan padari mayoritas
variabell yang diamati juga menunjukkan hasil yang Non-Signifikan. Baik dari variabel
pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman maupun dari variabel komponen
hasilnya. Kemungkinan penyebab ketidaknyataan pengaruh dosis pupuk kandang
tersebut sama halnya dengan yang telah dibahas pada tanaman kedelai diatas.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Teknik budidaya tanaman kedelai pada dasarnya hampir sama dengan budidaya
tanaman pangan lainnya, baik dari segi pemeliharaan maupun pemupukan.
2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pemberian
perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap variabel-variabel
yang diamati.
5.2 Saran
Sebaiknya penelitian pada praktikum selanjutnya tidak lagi mengenai
pemupukan, karena lahan percobaan yang digunakan sudah sering dipakai untuk
penelitian mengenai pemupukan sehingga menyebabkan tanah pada lahan tersebut
sangat subur yang berakibat pada ketidak signifikannyahasil percobaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Purwono dan Heni Purnawati 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadya. Jakarta.
Sinaga, Y.A.S. 2005. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai (Glycine max(L.) Merr.) panen muda yang diusahakan secara
organik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suhardi, 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius.
Yogyakarta.
Suhaya, Y., A. Rahman, Mardawilis dan Kardiyono. 2000. Penggunaan PMMG
Rhizophus sebagai alternatif pengganti Urea dan mengurangi SP 36 pada
tanaman kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan Padang Marpoyan. Riau.
Taufiq, T.M.M. dan I. Novo. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang.
Absolut Press. Yogyakarta.
21
LAMPIRAN
PENGAMATAN 1
Analisis varian tinggi tanaman
SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 18,55 6,18 4,86* 3,49
Perlakuan 4 4 1 0,78 3,26
Galat 12 15,34 1,27
Total 19 37,86
Kesimpulan :
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya terdapat keragaman hasil antar
blok efektif memisahkan keragaman hasil
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai.
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak yterdapat keragaman
jumlah daun antar blok.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.
22
PENGAMATAN 2
SK DB JK KT Fhit F5%
17,46
Blok 3 52,38 4,46* 3,26
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil antara
kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil jumlah
daun antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai
23
PENGAMATAN 3
SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 52,38 17,46 4,410* 3,49
Perlakuan 4 19,04 4,76 1,202 3,26
Galat 12 47,50 3,959
Total 19 118,935
Kesimpulan :
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil antara
kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah daun antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.
24
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah cabang antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai.
PENGAMATAN 4
SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 349,5 87,26 1,697 3,26
Blok 3 1406,16 475,55 9,250 3,49
Galat 12 616,909 51,40
Total 19 2392,625
Kesimpulan :
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil antara
kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berprngaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai
SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 33,75 11,25 1,2107 3,49
Perlakuan 4 93,3 23,325 2,5103 3,26
Galat 12 111,5
Total 19
Kesimpulan :
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah daun antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berprngaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.
25
Galat 12 3,1 0,2583
Total 19 4,8
Kesimpulan :
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah cabang antara kelompok efektif memisahkan keragaman hasil.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai.
PENGAMATAN 5
SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 1221,5 305,37 0,977 3,26
Blok 3 4.042,55 2.347,5 11,72* 3,49
Galat 12 3747,7 312,308
Total 19
Kesimpulan :
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil jumlah
polong antar blok pada tanaman kedelai.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman kedelai.
PANEN
Tabel analisis varian jumlah polong total
SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 2098,6 699,53 1,5578 3,49
Perlakuan 4 7773,2 443,4 0,9873 3,26
Galat 12 5388,4 449,03
Total 19 9260,4
Kesimpulan :
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah polong total antar blok pada tanaman kedelai.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong total tanaman
kedelai.
26
Tabel analisis varian jumlah polong bernas /tanaman
SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 1561,2 390,3 0,869 3,26
Blok 3 2023 674,33 0,502 3,49
Galat 12 5384 448,06
Total 19
Kesimpulan :
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
jumlah polong bernas/tanaman antar blok pada tanaman kedelai.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong bernas/tanaman
pada tanaman kedelai.
SK DB JK KT Fhit F5%
Perlakuan 4 885,793 295,06 0,41 3,26
Blok 3 1690,93 412,74 0,59 3,49
Galat 12 8568,18 714,015
Total 19 11144,9
Kesimpulan :
Blok : f hit< f tabel 5%, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat keragaman hasil
bobot polong/tanaman antar blok pada tanaman kedelai.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap bobot polong /tanaman pada
tanaman kedelai.
SK DB JK KT Fhit F5%
Blok 3 1832,15 610,7167 12,294* 3,49
Perlakuan 4 602,7 150,675 3,033 3,26
Galat 12 596,1 49,675
27
Total 19
Kesimpulan :
Blok : f hit> f tabel 5%, maka H0 ditolak. Artinya terdapat keragaman hasil jumlah
bintil akar/tanaman antar blok pada tanaman kedelai.
Perlakuan : f hit<f tabel, maka h0 diterima. Artinya perlakuan pemberian dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bintil akar/tanaman
tanaman kedelai.
28
29
30
31
32