METABOLIT SEKUNDER
ISOLASI DAN UJI BIOAKTIVITAS KULIT BATANG SALAM
(Syzygium polyanthum)
STIFA E 2022
KELOMPOK 2
KOORDINATOR KELAS :
apt.MUH AZWAR AR, S.Si., M.Si
i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak sangat strategis
di antara benua Asia dan Australia, dan diapit Samudera Hindia dan Pasifik.
Seluruh wilayah Indonesia terdapat di dekat ekuator dan beriklim tropis.
Keunggulan kondisi geografis ini merupakan faktor pendukung tingginya
keanekaragaman hayati di Indonesia (Reisky, 2018). Indonesia kaya akan
keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dalam semua aspek kehidupan
manusia. Obat tradisional adalah salah satu bentuk nyata pemanfaatan sumber
daya hayati tersebut. Pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam bentuk
penggunaan obat-obat tradisional ini merupakan alternatif yang dinilai lebih
ekonomis, karena penggunaan obat-obatan yang diolah secara modern sulit
dijangkau harganya oleh kebanyakan orang (Chintia, 2020).
Metabolit sekunder merupakan hasil dari proses metabolisme yang
menghasilkan suatu senyawa pada tanaman, akan tetapi fungsinya tidak begitu
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman tersebut (Julyanto,
2019). Fungsi dari metabolit sekunder untuk mencegah pertumbuhan bakteri,
fungi dan hewan pemakan tumbuhan pada suatu tanaman serta juga menjaga dan
mengembangnkan kemampuan reproduktif yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri
(Yustinus dkk., 2018). Tanaman merupakan salah satu sumber metabolit sekunder
dengan potensi senyawa berbeda-beda seperti fenolik, flavonoid, alkaloid, tannin,
steroid dan terpenoid yang digunakan dalam industri obat dan farmasi (Jayin dkk.,
2019). Senyawa tersebut dapat diidentifikasi melalui proses analisis kualitatif
setelah mendapatkan ekstra dari suatu tanaman (Wakeel dkk., 2019).
Tumbuhan Salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tumbuhan
yang tumbuh subur di Indonesia. Salam tumbuh subur di pulau Jawa diatas tanah
dataran rendah sampai ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Salam
mempunyai pohon yang besar dan tingginya dapat mencapai 20-25 meter.
Tumbuhan salam banyak digunakan sebagai rempah pengharum makanan dan
dikenal pula sebagai tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat Indonesia. Daun
1
salam banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati asam urat, kolesterol
tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes mellitus), sakit
maag (gastritis), dan diare. Bioaktivitas ini ditimbulkan oleh adanya kandungan
senyawa metabolit sekunder dalam salam (Ahmad, 2018). Setelah melakukan
proses ekstraksi yang digunakan sebagai suatu proses pemisahan metabolit
sekunder dari bahan padat maupun cair dari campurannya dengan bantuan pelarut.
Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstraksi substansi yang diinginkan
tanpa melarutkan material lainnya. Kemudian selanjutnya barulah kita melakukan
proses penguapan untuk memekatkan (Ahmad, 2018).
I.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini, yaitu untuk mengetahui cara eksraksi
kulit batang salam (Syzygium polyantum cortex) dengan metode refluks untuk
mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung didalamnya.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pengolahan simplisia yang baik dan benar.
2. Untuk mengetahui metode ekstraksi yang tepat untuk kulit batang salam
(Syzygium polyantum cortex) dengan metode refluks.
3. Untuk mengetahui tehnik penguapan yang tepat untuk kulit batang salam
(Syzygium polyantum cortex).
1.2.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan dari praktikum ini yaitu:
1. Pada penyiapan simplisia yaitu pengurangan kadar air dengan proses
pengeringan.
2. Pada ekstraksi yaitu pemisahan senyawa yang terkandung pada kulit batang
salam menggunakan penyari dan metode ekstraksi yang sesuai dengan sampel.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman
II.1.1 Klasifikasi Tanaman
4
dengan cara memotong-motong atau menyayat kecil-kecil menggunakan pisau
pemotong sehingga memudahkan proses pengeringan.
5. Pengeringan
Pada tahap pengeringan, dapat digunakan berbagai cara, misalnya
pengeringan di bawah sinar matahari langsung, dengan sinar matahari ditutup kain
hitam, dikering-anginkan, maupun dengan bantuan lemari pengering/oven. Secara
umum, pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia dengan kadar air
kurang dari 10%. Pengeringan bahan baku simplisa dilakukan menggunakan oven
dengan suhu kisaran 30°-90°C hingga mendapatkan kadar air kurang dari 10%.
6. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan setelah didapatkan simplisia kering. Tujuan tahap
ini cenderung untuk memastikan tidak adanya kontaminasi tanaman lain pada saat
pengeringan, juga saat pemisahan simplisia berdasarkan ukuran yang diinginkan
(grading). Sortasi kering dilakukan dengan menyortir bahan simplisia yang telah
melalui tahap pengeringan untuk memilah kulit batang salam (Syzygium
polyanthum).
7. Pengemasan
Diperlukan bahan pengemas yang melindungi simplisia dari kerusakan lebih
lanjut, misalnya oksidasi udara, hewan pengerat, maupun serangga. Wadah
pengemas tidak boleh bereaksi dengan simplisia (inert) dan tidak toksik.
Pengemasan dilakukan dengan memindahkan kulit batang salam (Syzygium
polyanthum) ke dalam wadah toples ukuran besar serta tidak lupa wadah
ditempelkan label nama latin tumbuhan serta nama simplisianya.
8. Penyimpanan
Proses penyimpanan simplisia umumnya dilakukan di gudang pada suhu
kamar dengan aliran udara yang baik, tetapi tidak diletakkan langsung di atas
tanah/lantai dengan kelembapan udara yang terjaga. Penyimpanan simplisia
dilakukan di laboratorium pada suhu kamar dengan aliran udara yang baik,
diletakkan langsung di atas rak yang memiliki kelembapan udara yang
baik dan terjaga.
5
II.3 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan pemisahan suatu komponen dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi berlangsung
secara sistematik pada suhu tertentu dengan menggunakan pelarut (Supaya, 2019).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain (Rahayu, 2015).
Ekstraksi dan penguapan menggunakan sampel kulit batang salam dengan
cara ditimbang sampel sebanyak 200 gram, kemudian dimasukkan etanol hingga
semua sampel terendam setelah itu dipasang atau rangkai alat refluks yaitu labu
alas bulat dan alat refluks yang telah dihubunghkan dengan kondensor. Kemudian
dipanaskan sampel selama kurang lebih 1 jam, saring ekstrak yang diperoleh
dengan kertas saring. Langkah di atas dilakukan hingga semua sampel selesai di
refluks. Selanjutnya di rotavapor ekstrak yang telah disaring dengan tujuan agar
ekstrak menjadi lebih kental. Skema alat refluks yaitu pemanasan suhu tinggi
tanpa ada zat yang dilepaskan. Tabung kondensor dihubungkan dengan selang
berisi air dingin. Selang air masuk ada di bagian bawah dan selang (Rahayu ,
2015).
Metode ektraksi dibagi menjadi dua yaitu metode panas dan metode dingin
yang dimana metode panas adalah metode ekstraksi yang menggunakan
pemanasan dalam mengekstraksi simplisia dengan pelarut yang lebih sedikit dan
waktu yang lebih singkat. Pemanasan dapat meningkatkan kelarutan zat dalam
pelarut,sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung cepat. Sedangkan metode
ekstraksi dingin adalah metode ekstraksi yang dilakukan tanpa menggunakan
panas. Metode ini biasanya digunkan untuk mengektrsksi zat yang mudah rusak
oleh panas, seperti minyak atsiri dan flavonoid(Lia Fikayuniar, 2022).
II.3.1 Jenis-jenis Metode Ekstraksi Dingin
1. Alat Maserasi
6
Gambar 1. Alat Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). (Maserasi adalah proses dimana bahan alam secara
keseluruhan berupa serbuk kasar ditempatkan dalam wadah tertutup dan
ditambahkan pelarut dalam wadah yang tertutup pada suhu kamar dalam jangka
waktu minimal 3 hari 13 dengan pergantian pelarut baru. Campuran kemudian
disaring dan dianginkan hingga diperoleh ekstrak kental (Sarah, 2019).
Prinsip maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan di
dalam sel (Sarah, 2019).
2 Perkolasi
8
Gambar 3. Alat Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara ekstraksi berulang-ulang dengan pelarut yang sama,
sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri
atas labu didih, tabung soklet, dan kondensor. (Iwan Ridwan,2015 ).
Prinsip Sokletasi adalah penyarian simplisia secaraberkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif
sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa
sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan
noda lagi (Iwan Ridwan,2015 ).
II.4 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan metode pemisahan ekstrak berdasarkan kepolaran.
Fraksinasi ini menggunakan dua pelarut yang tidak tercampur dan memiliki
tingkat kepolaran yang berbeda. Tujuan dari fraksinasi adalah untuk memisahkan
sennyawa berdasarkan kepolarannya, sehingga jumlah dan jenisnya menjadi fraksi
yang berbeda. Pelarut yang biasa digunakan pada fraksi senyawa flavonoid adalah
n-heksana dan etil asetat. Fraksi dapat dilakukan dengan metode ekstraksi cair-
cair dan kromatografi (Audi dkk., 2021).
9
Proses fraksinasi menggunakan corong pisah. Corong pisah digunakan
dengan mencampurkan dua fase pelarut, kemudian digoyangkan atau di kocok
searah untuk membuat dua fase tercampur. Corong pisah berbentuk kerucut yang
ditutupi setengah bola. Corong pisah mempunyai penyumbat di atasnya dan keran
di bawahnya. Corong pisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca
borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pisah
bervariasi antara 50 ml sampai 3 liter. Untuk menggunakan corong ini, campuran
dua fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran
terttutup. Corong ditutup dan digoyangkan dengan kuat untuk membuat fase
larutan tercampur. Corong dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan
uap yang berlebihan. Corong kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase
berlangsung. Lalu penyumbat dan keran corong dibuka. Dua fase larutan
dipisahkan dengan mengontrol keran pada corong pisah (Made Dwijendra, 2014).
a. Ekstraksi Cair Padat (ECP)
10
Gambar 4. Alat ECC
Ekstraksi cair-cair (ECC), merupakan sistem pemisahan secara kimia-fisika
di mana zat yang akan diekstraksi, dalam hal ini asam-asam karboksilat atau
asam-asam lemak bebas yang larut dalam fasa air, dipisahkan dari fasa airnya
dengan menggunakan pelarut organik, yang tidak larut dalam fasa air, secara
kontak langsung baik kontinyu maupun diskontinyu (Nugroho, 2022).
c. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Seperti halnya kromatgorafi konvensional, pemisahan komponen pada kroma
tografi dipercepat dilakukan atas dasar perbedaan migrasi diferensiasi melalui kol
om yang berisi fase diam. Ekstrak yang akan dipisahkan ditempatkan di bagian ata
s penjerap dalam kolom, kemudian dielusi dengan pelarut yang bertindak sebagai
fase gerak. Didalam kolom, komponen-komponen akan terpisah sebagai pita-pita
yang pada elusi seterusnya akan keluar meninggalkan kolom fraksi-fraksi kompon
en yang terpisah. Larutan fraksi komponen yang keluar kolom ditampung sebagai
fraksi (disebut eluen atau efluen) untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Pemiliha
n sistem penjerap untuk kolom kromatografi cepat dan pemilihan sistem pelarut el
usi dapat dilakukan dengan bantuan metode kromatografi lapis tipis. Data kromat
ografi lapis tipis sebagai acuan dalam pemilihan sistem penjerap dan sistem pelaru
t elusi. Tipe penjerap yang digunakan merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilan suatu pemisahan (Lia, 2022).
15
II.7 Uraian Bahan
II.7.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHAAETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, et Ethyl alkohol
Sruktur :
16
II.6.3 n-Heksan (Dirjen POM 1995; Hal: 1154)
Nama resmi : HEXAMINUM
Nama lain : n-Heksan
Struktur :
17
18
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan September sampai November tahun
2023 di Laboratorium Biologi Farmasi Universitas Almarisah Madani Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, cawan
porselin, chamber, corong kaca, corong pisah, corong, gelas beker, gelas kimia,
gelas ukur, gelas ukur, kertas saring, kertas saring, klem, labu ukur, lampu 366
nm, lampu UV 254 nm, lempeng KLT, pinset, pipet tetes, sentrifus, statif,
timbangan, tabung sentrifus.lempeng kaca.
III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu aquadest,etanol
70%, kloroform, metanol, n-heksan dan simplisia kulit batang salam. silika
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Penyiapan Simplisia dan ekstraksi metode refluks
Siapkan simplisia yang ingin diserbukkan lalu ayak dengan mess 100 lalu
timbang sebanyak 50 gram simplisia yang akan diekstraksi. Lalu rangkai alat
refluks dan siapkan pelarut yang akan digunakan, masukkan simplisia kedalam
labu bulat bersamaan dengan pelarut dan batu didih kemudian panaskan selama
40-60 menit setelah selesai, saring filtrat dan lakukan pemekatan dan hitung
persen rendemen yang didapatkan.
III.3.2 Teknik Fraksinasi Ekstraksi Cair-Cair
Timbang ektrak ±5–10 g lalu larutkan dengan aquadest sedikit demi sedikit
lalu masukkan kedalam corong pisah. Tambahkan sejumlah pelarut organic etil
dan n-heksan 1:1 lalu kocok. Diamkan hingga memisah dan membentuk dua
lapisan. Pisahkan antara filtrat dan residu, filtrat pelarut organik 1 diuapkan.
Tambahkan Kembali fase air dan tambahkan pelarut organik 2 yang kepolarannya
lebih tinggi dan kocok kemudian diamkan hingga memisah lalu ambil hasil fitrat
dan uapkan.
19
III.3.3 Metode Kolom
Dibulat-bulatkan kapas terlebih dahulu lalu sumbat ujung kolom
menggunakan kapas. Timbang silika gel sebanyak 10 gram lalu ambil 9 gram dan
buat bubur silika dan masukkan ke dalam kolom. 1 gram silika gel yang tersisah
dicampur dengan sampel 1 gram lalu masukkan ke dalam kolom. Potong kecil
kertas saring berbentuk bulat lalu masukkan ke dalam kolom. Masukkan eluen
secara bertahan dari yang polar hingga non polar lalu saring filtrat hasil kolom
dan uapkan.
III.3.5 Teknik Identifikasi Senyawa Kimia
III.3.5.1 Prosedur Kerja KLT
Siapkan alat dan bahan lalu bungkus lempeng dengan aluminium foil dan
panaskan pada oven dengan suhu 110oC selama 15 menit. Buat eluen n-heksan
dengan etil 2:1 lalu homogenkan hingga eluen jenuh. Tetesi sampel sesuai dengan
pelarut dan konsentrasi eluen lalu ambil sampel menggunakan pipa kapilar lalu
totolkan pada lempeng dan masukkan ke dalam chember berisi eluen dan amati
hingga batas atas lempeng lalu angkat dan amati pada sinar UV 254 nm dan 366
nm. Semprotkan plat dengan FeCl3 lalu amati Kembali pada sinar UV 254 nm dan
366 nm.
III.3.5.2 Prosedur Kerja KLT Preparatif
Plat KLT Preparatif dibuat dengan cara lempeng kaca dibersihkan
menggunakan etanol dan bersihkan sampai kering lalu buat bubur silika
menggunakan aquadest dan bubuk silika. Bubur silika yang telah jasi dituangkan
ke atas lempeng kaca lalu ratakan, setelah itu keringkan bubuk silika. Buat eluen
n-heksan dan etil dengan perbandingan 2:1 di dalam chember. Totolkan sampel
pada plat KLT Preparatif secara berkesinambungan. Masukkan plat ke dalamm
chember yang berisi eluen dan ammati hingga batas elusi lalu keringkan
setelahnya dan amati pada sinar UV 254 nm dan UV 366 nm.
III.3.5.3 Prosedur Kerja KLT 2 Dimensi
Hasil dari KLT Preparatis dikeruk lalu dilarutkan dengan kloroform dan
methanol lalu disentrifugasi. Hasil sentrifugasi dimasukkan ke dalam vial lalu
diuapkan. Setelah diuapkan, tambahkan Kembali kloroform dan methanol pada
20
sampel lalu ambil sampel dengan pipa kapiler lalu totolkan pada plat KLT.
Masukkan ke dalam chember berisi eluen 2:1 lalu amati hingga mencapai batas
akhir elusi lalu amati pada sinar UV 254 nm dan 366 nm.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil percobaan
Tabel 1. Hasil Pengolahan Sampel
Sampel Segar Sampel Kering Ekstrak Nilai Rendemen
200 gram 200 gram 50 gram 10 %
IV.2 Hasil Skrining Golongan Senyawa Metode KLT
Tabel 2 : Hasil Skrining Fitokimia Golongan Senyawa
Uji Golongan
Pereaksi Referensi Hasil
Senyawa
Larutan berwarna
Flavonoid AlCl3 Positif
jingga
Dragendorf , Endapan berwarna
Alkaloid Negatif
Mayer, Wagner jingga, putih, coklat
Asam asetat Larutan berwarna
Steroid positif
anhidrat hijau kebiruan
Larutan berbentuk
Tanin FeCl3 lingkaran cincin Negatif
berwarna biru
Air hangat, HCl Terbentuknya buih
Saponin Negatif
pekat (busa)
IV. 3 Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Gambar Hasil KLT
Sinar Tampak Sinar UV 254 nm Sinar UV 365 nm Pereaksi
mana FeCl3
DPPH
22
Gambar Hasil KLT 2 Dimensi
Sinar Tampak Sinar UV 254 nm Sinar UV 365 nm
28
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kulit
batang salam yang diamati pada percobaan kromatografi lapis tipis dengan
penyemprotan FeCl3 tidak didapati hasil positif dan pada kromatografi lapis tipis
preparatif pada penyemprotan DPPH, juga tidak mendapati hasil positif dan pada
kromatografi lapis tipis 2 dimensi didapati senyawa. Maka dipercobaan ini, tidak
didapati hasil positif kandungan flavonoid pada sampel kulit batang salam.
Walaupum teori mengatakan bahwa kulit batang salam mengandung falavonoid
tetapi hasil yang didapati adalah positif maka diambil kesimilan bahwa ada faktor-
faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
V.2 Saran
V.2.1 Dosen
Diharapkan bapak atau ibu dapat mengawasi praktikan saat praktikum
sedang berlangsung sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
V.2.2 Asisten Dosen
Diharapkan asisten dosen selalu memperhatikan praktikan pada saat memulai
pengamatan agar meminimalisir terjadinya kesalahan.
V.2.3 Laboratorium
Diharapkan dapat memenuhi kelengkapan alat-alat yang ada di dalam
laboratorium, agar praktikan lebih mudah dalam melakukan suatu percobaan atau
penelitian.
29
DAFTAR PUSTAKA
Alen, Yohanis. 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dan Aktivitas
Antihiperurisemia Ekstrak Rebung (Schizpstachyum brachycladum) kurz
(kurz) Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Ikatan
Apoteker Indonesia: Sumatera Barat
Amri Aji, Syamsul Bahri, dan Tantalia. 2017. Pengaruh Waktu Ekstraksi Dan
Konsentrasi HCl Untuk Pembuatan Pektin Dari Kulit Jeruk Bali (Citrus
maxima). Jurnal Teknologi Kimia Unimal Jurusan Teknik Kimia. Fakultas
Teknik, Universitas Malikussaleh Kampus Utama Cot. Tengku Nie Reulet,
Muara Batu, Aceh Utara.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Dwijendra, Made, Defny Silvia. W, Frenly.w. 2014. Aktifitas Anti Bakteri Dan
Karakterisasi Senyawa Fraksis Spons Lamellodysidea herbacea Yang
Diperoleh Dari Teluk Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Vol.3
No.4.
Elya, Berna., Donna M. A., Roshamur C. F., dan Redhalfi F. 2022. Penuntun
Praktikum Fitokimia Edisi 1. Yogyakarta: Nas Media Pustaka.
Gunarti, N. S., Aisha N. A., Amalia W., Andini W., Anjadi D. P., Annida L.,
Balebat A. S., Bunga R. C., Eka H. R., Fira A. A., Ina N., Kalina, Krisna
T. W., Muhamad A. F., Muhamad R., Nurayu S., Risna S. N. R., Shantya
P., Tati K., dan Winda A. 2023. Kumpulan Tanaman Obat Di Kecamatan
Tirtajaya. Yogyakarta: Jejak Pustaka.
Herdiana, Nur Aji. 2020. Fraksinasi Ekstrak Daun Sirih dan Ekstrak Gambir serta
Uji Antibakteri Streptococcus mutans. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya.
30
Herliana, Ersi. 2013. Diabetes Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.
Husnul khatimah, Wulan E,et al. (2017). "Karakteristik Hasil Pengolahan Air
Menggunakan Alat Destilasi" Program Studi Teknik Kimia.Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman .Sambaliung : Samarinda-Kaltim.
Jumina, Harizal, Yehezkiel S. K., dan Respati T. S. 2022. Xanton: Isolasi, Sintesis
Dan Aktivitas Farmakologinya. Yogyakarta: Nas Media Pustaka
Menkes RI. 2014. Permenkes RI No. 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu
Obat Tradisional. Jakarta: KEMENKES RI
Putra, Ikhsan Amanda dab Machdawaty Masri. 2015. Uji Efek Antibakteri
Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzigium polyanthum (Wight) Walp)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro.
Jurnal FK. UNAND.
Rollando. 2019. Senyawa Antibakteri Dari Fungi Endofit. Jakarta: Seribu Bintang
Sarah Chairunnisa, dkk. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap
Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai
Sumber Saponin Effect of Temperature and Maseration Time on
Characteristics of Bidara Leaf Extract (Ziziphus mauritiana L.)
as Saponin Source. Jurnal Rekayasa dan Management Agroindustri Vol.7,
No 4, 551-560.
Usman, Yunita. 2023. Uji Kulitatif Dan Perhitungan Nilai Rf Senyawa Flavonoid
Dari Ekstrak Daun Gulma Siam. Journal of Pharmaseutical Science and
Herbal Technology, Volume 1 No. 1
2. aquadest sebanyak 25 ml
32
Ditunggu hingga terbentuk dua
lapisan lalu pisahkan untuk
5.
mendapat fraksi n-Heksan
2. KLT
N
Gambar Keterangan
1.
2.
33
Plat dipanaskan dalam oven
selama 15 menit dengan suhu
110oC
3.
Dijenuhkan eluen
4.
34
3. KLT Preparatif
N
Gambar Keterangan
1.
2.
Dijenuhkan eluen
4.
35
Ditotolkan sampel pada plat
5.
4. KLT 2 Dimensi
N
Gambar Keterangan
1.
36
Plat diberi garis dan tanda
2.
Dijenuhkan eluen
4.
5.
37
Dielusi hingga batas atas
6.
Lampiran 2. Perhitungan
Perhitungan Ekstraksi
1. n-heksan
Bobot ekstrak
% Rendemen : ×100 %
Bobot Simplisia
0 ,28
= × 100 %
5
= 0,056 ×100 %
= 5,6 %
2. BJA
Bobot ekstrak
% Rendemen : ×100 %
Bobot Simplisia
0 ,52
= ×100 %
5
= 0,104×100 %
= 10,4 %
3. H2o
Bobot ekstrak
% Rendemen : ×100 %
Bobot Simplisia
38
2 ,26
= ×100 %
5
= 0,452×100 %
= 45,2 %
IV.3.1 Perhitungan eluen:
n-Heksan : etil asetat (1:1 dalam 50 mL)
1
n-Heksan = ×50 mL
1+ 1
1
= ×50 mL
2
= 25mL
1
Etil asetat = ×50 mL
1+ 1
1
= ×50 mL
2
= 25
1
Kloroform = ×2 mL
1+ 1
1
= ×2 mL
2
=1
1
Etil = ×2 mL
1+ 1
1
= ×2 mL
2
=1
Perhitungan Nilai Rf
jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen
4 ,5
Eluen 1:2 =
5,5
= 0,81
39
Lampiran 3. Skema Kerja Pengamatan
1.1 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak
40
1.2 Skema Kerja Penguapan
41
1.3 Skema kerja Fraksinasi