Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PEMERIKSAANKOMPONEN SENYAWA KIMIA DALAM SIMPLISIA


DAN PEMBUATAN EKSTRAK PADA SIMPLISIA KULIT BATANG
MANGGA
(mangifera indica L)

DISUSUN OLEH:
SEMESTER/KELAS : 3A
KELOMPOK : XIII
ANGGOTA KELOMPOK : Novi Arianti (19110024)
: Ulanda s (19110060)
: Bagus Dimyati (19110021)
: Ardiyansyah (19110009)
DOSEN PEMBIMBING : Sabda Wahab, S.Farm.,M.H.Kes

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman
obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai
penyakit. Namun baru sejumlah kecil obat tradisional yang dapat dibuktikan
manfaatnya (Sudewo, 2004). Lebih dari 30.000 jenis tumbuhan yang terdapat di
Indonesia dan lebih dari 1000 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan dalam
industri obat tradisional. Keanekaragaman ini merupakan modal potensial untuk
pengembangan obat baru (BPOM RI, 2005).
Keberagaman genetika tanaman di dunia khususnya untuk buah-buahan
tropis, salah satunya adalah buah mangga yang merupakan buah-buahan khas
daerah tropis. Mangga berasal dari negara India yang kemudian menyebar ke
Burma, Srilangka, Malaysia, Indonesia dan beberapa Negara Asia Tenggara
lainnya serta ke wilayah Afrika dan Amerika tropis (Morton, 1987; Pracaya,
2008). Terdapat bermacam-macam varietas tanaman mangga diantaranya mangga
gadung, mangga golek, mangga madu, mangga arumanis dan lain-lain tetapi untuk
jenis (spesies) adalah sama yaitu Mangifera indica L. Tanaman mangga diketahui
banyak manfaatnya, dan telah digunakan dalam pengobatan tradisional (Khare,
2004). Ekstrak kulit batang mangga digunakan di banyak negara untuk pengobatan
menorrhagia, diare, sifilis, diabetes, kudis, infeksi kulit dan anemia (Scartezzini
dan Speroni, 2000).
Tanaman mangga mengandung banyak senyawa aktif yang bermanfaat bagi
kesehatan kandungan aktif pada daun mangga seperti mangiferin, saponin, tanin,
flavonoid dan steroid,pada kulit batang mangga seperti senyawa beta karoten,
saponin, tannin, flavonoid dan tanin (Merisanigsih,2017)
Penelitian sebelumnya yang telah di lalukan tentang pemanfaatkan kulit
batang mangga,yaitu oleh Bhownik et al 2009 meneliti potensi efek anti.
Meneliti potensi efek anti diabetes ekstrak aquades dan etanol kulit batang
mangga hasil penelitian menunjukan ekstrak saat di berikan bersama dengan
larutan luko sesaat menunjukan efek anti hiperglikemik.
Tanaman mangga (mangifera indica L) adalah salah satu tanaman yang
sudah dimanfaatkan sejak lama hamper masyrakat kota Palembang terhusus di
kota Palembang kulit batang mangga di gunakan untuk pengobatan tradisional
maupun modrn sebagai obat herbal.
B. Tujuan praktikum
Untuk diketahui pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui cara pembuatan simplisia hingga proses pengesktrakan simplisia
drngan baik dan benar

C. Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu :
1. Manfaat teoritis
Hasil praktikum ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek
farmakogonosi terutama untuk mengetahui pemeriksaan komponen senyawa
kimia kulit batang mangga ( Mangifera indica L) yang berasal dari sumatra
selatan.
2. Manfaat akademis
Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
tambahan dalam praktikum lanjutan untuk mengetahudari komponen senyawa
kimia dari kulit batang mangga (Mangifera indica L ) yang berasal dari
Sumatra selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Simplisia
1. Pengertian
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain.
Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia hewani, nabati dan simplisia pelican atau mineral. Untuk menjamin
keseragaman aktif keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus
memenuhi persyaratan maksimal.
2. Klasifikasi simplisia
Simplisia digolongkan menjadi :
a. Simplisia Nabati, Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau zat-zat nabati lainnya yang dipisahkan dengan
cara tertentu dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani, Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan, atau
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni
c. Simplisia Pelikan (mineral), Simplisia yang berupa bahan pelican atau
mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
kimia murni.(Depkes, RI, 2003).
3. Tahap pembuatan
Berikut tahapan-tahapan dalam proses pembuatan simplisia :
a. Pengumpulan bahan baku
Bahan baku pembuatan simplisia dapat berupa tanaman obat, bagian-
bagian tubuh hewan ataupun mineral-mineral tertentu. Pada simplisia
yang dibuat tumbuh-tumbuhan terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mempersiapkan bahan baku diantaranya adalah umur
tumbuhan, bagian tumbuhan yang akan digunakan, waktu dilakukannya
proses panen dan lingkungan habitat tempat tumbuh tanaman (Hartini,
Y.S & Wulandari, E.T., 2016).
b. Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk membersihkan bahan simplisia, baik
berupa akar, daun, biji, bunga, umbi dan sebagainya. Pembersihan
dilakukan terhadap banyak faktor seperti pembersihan dari bebatuan
kecil/kerikil yang menempel pada bahan, potongan-potongan dari
bagiantumbuhan yang tidak diperlukan, tanah tumbuhan-tumbuhan
lainnya yang menempel seperti rumput-rumputan, dedaunan dan
sebagainya. Sortasi bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing dari tumbuhan (bahan simplisia) dengan cara
membuang bagian-bagianyang tidak diperlukan sebelum pengeringan,
sehingga didapatkan herba yang layak untuk digunakan (Wahyuni, 2014)
c. Pencucian
Proses pencucian merupakan tahapan lebih lanjut dari tahap
sortasi basah. Pencucian dilakukan untuk membersihkan berbagai kotoran
yang masih melekat pada bahan simplisia, misalnya tanah. Kotoran-
kotoran yang melekat pada simplisia juga cenderung mengandung
bakteri, sehingga proses pencucian juga harus dilakukan dengan air
bersih. Penggunaan air bersih dalam proses pencucian bahan simplisia
merupakan hal yang penting dimana sumber air yang digunakan dapat
berasal dari air sumur, mata air, air mengalir, maupun air bersih dari
PAM yang telah dipastikan kelayakannya.
d. Perajangan
Proses perajangan bertujuan untuk mempermudah proses pengeringan.
Sebagai h perajangan pada tanaman murbei yang dapat dilakukan secara
melintang untuk mempermudah proses penguapan (Umar, A.H, et al.,
2016). Dalam kasus yang lain, proses perajangan juga bertujuan untuk
mempermudah dilakukannya penghancuran terhadap bahan baku simplisa
dalam rangka mempermudah dilakukannya proses ekstraksi, seperti yang
terjadi pada proses ekstraksi sari buah manga sebagai sumber makanan
kaya vitamin (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009). Proses
perajangan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan
alat/mesin. Proses perajangan secara manual dapat dilakukan
menggunakan pisau meski terkadang berdampak pada kebutuhan tenaga
manusia yang lebih banyak. Proses perajangan juga dapat dilakukan
dengan menggunakan mesin. seperti mesin-mesin yang digunakan untuk
merajang singkong, pisang, cengkeh, bawang dan sebaginya (Emelda,
2019).
e. Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk meningkatkan ketahanann
simplisia sehingga tidak mudah membusuk selama proses penyimpanan.
Proses pengeringan berpengaruh terhadap kandungan senyawa kimia
maupun efek farmakologis yang terkandung dalam suatu tanaman obat
terutama senyawa yang berkhasiat sebagai antioksida (Luliana, S., et al.,
2016). Proses pengeringan dilakukan secara merata sehingga memberikan
pengaruh terhadap kadar air yang dikandung bahan simplisia secara
keseluruhan. Proses pengeringan yang tidak maksimal justru dapat
menyebabkan kondisi “face hardening”. Face hardening terjadi jika
bagian yang mengalami kondisi kering/berhasil kering hanya disekitar
permukaan bahan (Wirasutisna, K.R, 2011)
f. Sortasi Kering
Tahap sortasi kering merupakan tahap akhir dalam proses
pembuatan simplisia sebagai persiapan lebih lanjut untuk melakukan
proses pengemasan. Sortasi kering dilakukan terhadap bahan yang telah
mengalami proses pengeringan dimana tujuannya adalah sebagai
mekanisme pembersihan akhir dari benda-benda yang tidak diinginkan
yang masih tersisa pada bahan. Apabila dalam tahap sortasi ini masih
ditemukan bahan-bahan yang tak layak untuk dikemas akibat beberapa
hal seperti kerusakan akibat yang terjadi selama proses ataupun
ditemukan bahan-bahan dengan mutu dibawah standard an lain
sebagainya harus dibuang/disisihkan (Emelda, 2019).
g. Pengepakan dan Penyimpanan
Proses pengepakan dilakukan untuk mempertahankan mutu
simplisia dalam rentang waktu tertentu sebelum dilakukan proses lanjutan
termasuk dilakukannya perlakuan-perlakuan tertentu di dalam pabrik.
Oleh karena itu, proses dan cara penyimpanan simplisia harus disesuaikan
dengan jenis simplisia yang akan dipak. Spesifik bahan yang dipilih akan
menentukan cara pengemasan maupun prinsip-prinsip yang digunakan.
sebagai contoh adalah pada bahan yang berasal dari daun dan herba
membutuhkan kemasanpadat dan ditutup dengan goni. Gom, resin dan
ekstrak dikemas dalam tong. Kayu manis dibungkus dengan botol-botol
(Murwani, E.K.A., & Iswarin, S.J., 2017)
h. Pemeriksaaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada saat proses pembelian.
Simplisia harus memenuhi persyaratan sebagaiman ditetapkan baik di
Farmakope Indonesia, Ekstrak Farmakope Indonesia maupun Materia
Medika Indonesia. Persyaratan mutu yang tertera dalam monografi
simplisia antara lain susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak
larut, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan simplisia
meliputi kadar minyak atsiri dan kadar kurkuminoid (Depkes, 2008).
B. Uraian Tanaman Mangga
1. Klasifikasi (Mangifera indica L)
Kingdom : Plantae
Divis : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica L.
Gambar 1. Pohon Mangga

2. Nama Daerah
Cantel (Probolinggo Jatim)Kidang Kweni(Cirebon Jabar)
Arumanis(Probolinggo Jatim) Cengkir(Indramayu Jabar) Gandik (Madura
Jatim)Kepodang (Probolinggo Jatim)Cuncung(Pasuruan Jatim)Madu
Senggoro(Pasuruan Jati) Beluk (Probolinggo Jatim)Ra'dhera (Madura Jatim)
Beruk (Pasuruan Jatim) Gayer (Semarang Jateng)Tabher (Situbondo Jatim)
Gadoh (Cirebon Jabar) Madu(Pasuruan Jatim) Glembo (Cirebon Jabar) Duren
(Cirebon Jabar) Nanas (Probolinggo Jatim) Kapal (Cirebon Jabar) Berem
(Probolinggo Jatim) Kidang Kencono (Cirebon Jabar) Polok (Probolinggo
Jatim) Gendruk (Pasuruan Jatim) Kopyor Wedus (Pasuruan Jatim) Dodol
Wirosongko (Cirebon Jabar) Lalijiwo (Semarang Jateng)Gandariya (Cirebon
Jabar) Kopek Mundu (Cirebon Jabar) Manila (Pohjontrek Jatim) Kecik
(Probolinggo Jatim) Beku (Jati Roto Jateng) Carang (Cirebon Jabar) Dodol
Pijet (Tegal Jateng) Kotak (Probolinggo Jatim) Lahang (Cirebon Jabar)
Cempora (Yogjakarta Diy) Krasak (Semarang Jateng) Lampeni (Probolinggo
Jatim) Banyak(Cirebon Jabar) Buaya (Cirebon Jabar) Musuh (Cirebon
Jabar)Kebo (Cirebon Jabar) Endok Asin (Cirebon Jabar) Limun (Pasuruan
Jatim) Danas Madu (Cirebon Jabar) Sophia (Pasuruan Jatim) Daging
(Pasuruan Jatim) Dodol Birowo (Pohjontrek Jatim) Gandewo (Pasuruan
Jatim) Trapang (Pohjontrek Jatim) Kates (Madura Jatim) Mangkok
(Pohjontrek Jatim) Gedong (Cirebon Jabar) Kopek (Pohjontrek Jatim) Jelali
(Madura Jatim) Gurih Panjang (Probolinggo Jatim) Santok (Magetan Jatim)
Randu (Pasuruan Jatim) Bubut (Cirebon Jati)Nanas (Probolinggo Jatim)
Welulang (Probolinggo Jatim) Guling (Bangil Jatim) Pandan (Probolinggo
Jatim) Randu (Pasuruan Jatim) Canting (Probolinggo Jatim)Soho (Pasuruan
Jatim) Delima (Pasuruan Jatim) Janis (Bangil Jatim) Bapang Lumut (Pasuruan
Jatim) Pasir (Probolinggo Jatim) Jenis Baru (Pasuruan Jatim) Gandewo
(Pasuruan Jatim) Wajik (Pohjontrek Jatim) Gambir (Madura Jatim) Kapuk
Randu (Cirebon Jabar) Madu Anggur (Probolinggo Jatim) Dodol Jembar
(Tegal Jateng) Madu Lumut (Probolinggo Jatim) Golek (Pasuruan Jatim)
Endok (Cirebon Jabar) Kates (Pasuruan Jatim)
3..Morfologi mangga
Daun manggamemilikiciri-ciri fisik berwarna hijau, berselang seling,
dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjang sebanyak 15-35 cm dan lebar
6-16 cm. Daun yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan
atau kekuningan, yang kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan
sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah
berwarna hijau muda. Daun berpangkal lancip dengan tepi daun
bergelombang dan ujung meruncing, dengan 12-30 tulang daun sekunder
(Janick & Paul, 2008).Bunga dan buah berbentuk bulir ujungnya dengan
panjang 1-1,5 cm, ukuran bunga kecil dan berwarna putih, dengan lima
kelopak yang panjangnya 5-10 mm, apabila kelopak bunga mangga rontok,
buah akan matang setelah 3-6 bulan. Apabila masak buah akan terjuntai-juntai
dari dahan dengan tangkai yang panjang, ukuran buah panjang antara 10-25
cm, diameter 7-12 cm. Berat hingga 2,5 kg dan memberikan bau yang wangi.
Warna buah yang masak antara warna kuning, jingga, atau merah pada bagian
yang menghadap ke matahari, dan warna kuning pada bagian yang tidak
menghadap ke matahari (Redaksi Agromedia, 2007).
4. Kandungan kimia
Senyawa yang terkandung dalam buah mangga yaitu lupeol, mangiferin,
asam gallat, asam klorogenat, asam vanili, asam ferulat, asam askorbat dan
senyawa karotenoid (Vithana, 2018)
5. Manfaat
Tanaman mangga diketahui banyak manfaatnya, dan telah
digunakandalam pengobatan tradisional (Khare, 2004). Ekstrak kulit batang
manggadigunakan di banyak negara untuk pengobatan menorrhagia, diare,
sifilis,diabetes, kudis, infeksi kulit dan anemia (Scartezzini dan Speroni,
2000)
5. Metode Ekstraksi Maserasi
1. Pengertian
Ekstraksi merupan proses suatu zat yang atau beberapa dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan laarutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut.
Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan
kelarutan. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia
tertentu, misalnya alkaloid, flavonoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui
(Agustina, 2013). Menurut Guenther dalam Irawan (2010).
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan
dengan cara merendam simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu selama
waktu tertentu dengan sesekali dilakukan pengadukan atau penggojokan.
Maserasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekonder dari bahan
alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Marjoni, 2016).
2. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam perlarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
a. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk di ekstraksinya untuk
diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang tekah
dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
b. Bahan diprinsa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sevetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuri
dengan uji kimia kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa
kimia tertentu.
c. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misaknya tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang didihkan
dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini
harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ikmiah
biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradional.
d. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam progream skrining) dapat timbul
jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara
acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui
adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
3. Tujuan Maserasi
Maserasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan
maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa
yang tidak tahan panas atau pun tahan panas. Namun biasanya maserasi
digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil)
atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Metode ini digunakan untuk
mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak
mengembang dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin.
4. Prinsip-Prinsip Maserasi
Prinsip dari ekstraksi maserasi adalah penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam cairan penyari yang sesuai
selama seharian atau beberapa pada temperature kamar terlindungi dari
cahaya, cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsetrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berlangsung sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengaduk dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Keuntungan dari metode ini ialah
peralatannya yang sederhana, sedang kerugiannya antara lain waktu yang
diperlukan untuk mengestrak sampel cukup lama, cairan penyari yang
digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks, dan lilin (Hasrianti, 2016).
5. Macam-Macam Maserasi
a. Digesti
b. Maserasi dengan mesin pengaduk
c. Remaserasi
d. Maserasi melingkar
e. Maserasi melingkar bertingkat
6. Kelebihan dan Kekurangan Maserasi
Kelebihan dari Metode Maserasi
a. Peralatan yang digunakan sangat sederhana
b. Teknik pengerjaan relative sederhana dan mudah dilakukan
c. Biayao perasionalnya relative rendah
d. Dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil
karena maserasi dilakukan tanpa pemanasan.
e. Proses ekstraksi lebih hemat penyari.
Kekurangan Metode Maserasi
a. Memerlukan banyak waktu.
b. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50%
c. Pelarut yang digunakan cukup banyak.
d. Kemungkinan besar ada beberapa senyawa yang hilang saat ekstraksi.
e. Beberapa senyawa sulit diekstraksi pada suhu kamar.
f. Penggunaan pelarut air akan membutuhkan bahan tambahan seperti
pengawet yang diberikan pada awal ekstraksi. Penambahan pengawet
dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan kapang.
6. Metode ekstraksi
1. Tujuan
Tujuan ekstrasi adalah untuk menarik komponen kimia dari tanaman
ekstrak adalah senyawa aktif dan tanaman atau jaringan hewan, dengan
menggunakan pelarut yang selektif. Proses ekstrasi ini berdasarkan paada
komampuan pelarut organik untuk menembus dindeng sel dan masuk dalam
ronggo sel yang mengandung zat aktif. Proses ektrasi dapat dilakukan secara
panas dan secara kering. Ekstrasi secara panas yaitu dengan metode refluks
dan desitali uap air, sedangkan ekstrasi dingin yaitu dengan meserasi,
perkolasi dan soxhletasi. Pada dasarnya metode ekstrasi ada bebrapa macam
diantaranya yaitu meserasi (perendaman), perkolasi, infusi, dan dekoksifikasi
ekstrasi dilakukan dengan pelarut otganik dengan kepolaran yang semakin
meningkat secara berurutan. Pearut yang digunkan harus memenuhi starat
tertentu yaitu tidak toksink, tidak meninggalka residu, harga tidak korosif,
aman, dan tidak mudameninggalkan residu, harga tidak korosif, aman, dan
tidak muda meledak (wientarsih,2006).
2. Metode-metode ekstraksi
a. Soxhletasi
Metode ini pada dasarnya merupakan ekstraksi secara
berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih,
kemudian uap penyari akan naik melalui pipa, kemudian diembunkan
lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif
dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka
seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi.
Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia
tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung
sifon (Harbone, 2003; Dirjen POM, 2002).
Kelebihan:
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secaralangsung.
b) Digunakan pelarut yang lebihsedikit
Kekurangan:
a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat
menyebabkan reaksi peruraian olehpanas.
b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi (Keloko,
2013)
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi) (Harbone, 2001; Dirjen POM, 2000).
Kelebihan dari metode perkolasi adalah:
a.) Idak terjadi kejenuhan
b.) Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untuk keluar darisel)
Kekurangan dari metode perkolasiadalah :
a.) Cairan penyari lebihbanyak
b.) Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka (Sulaiman,2011).
c. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah
pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup,
dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan
dipisahkan (Harbone, 2001; Dirjen POM, 2000).
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejanaperendam
b) Biaya operasionalnya relatifrendah
c) Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan
Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% saja
b) Prosesnya lama, butuh waktu beberapahari.
d. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin
tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap,
uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali
menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi
ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
(Harbone, 2001; Dirjen POM, 2000).
Kelebihan: dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan
langsung. (Anonim, 2011).
Kekurangan: dari metode refluks adalah membutuhkan volume total
pelarut yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator (Mandiri,
2013).

7. Ekstrak
Ekstrak adalah sedian kering,kental atau cairyang diperoleh dengan
mengestraksi zataktif dari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai
(Departemen Kesehatan RI, 2013). Ekstraksi merupakan proses penyairan
senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alami atau berasa didalam sel dengan
menggunakan pelarut dan metode yang tepat. ekstraksi dilakukan dengan
menggunkan pelarut yang sesuai, kemudia semua atau hampir semua pelarut
duapkan dan massa serbuk yang terssiah diperlakukan sedemikian rupa hingga
memenuhi baku yang telah ditetpkan ( Dapertemen Kesehatan RI,2013).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan.
Pembuatan simplisia :
Alat :
Pisau,gunting,bak cuci atau baskom,kertas Koran,kantong,karung
Bahan :
Kulit Batang Mangga 1,2kg (Mangifera indica L)

B. Prosedur Kerja
1. Proses Pengambilan Simplisia
Kulit batang mangga yang diambil untuk digunakan sebagai bahan
baku pembuatan simplisia diperoleh dari pasar pasar tradisional. Kulit batang
mangga yang dipanen langsung oleh para petani. Kulit batang mangga
dipanen dengan cara duiambil bagian umbi nya dan dipilih dengan kriteria
kulit batang mangga tersebut dalam keadaan baik bebas dari serangga, hama
atau kotoran lainya serta bebas dari jamur.
2. Proses Pengolahan Simplisia
Kulit batang mangga yang tadi sudah dipanen kemudian masuk
ketahap selanjutnya yaitu tahap pengolahan. Di tahap ini daun mengalami
proses sortasi basah yaitu tahap dimana sampel dipilih mana yang dalam
kondisi baik dan mana yang dalam kondisi kurang baik. Setelah itu sampel
masuk kedalam proses pencucian dengan tujuan untuk menghilangkan
kotoran ataupun debu yang menempel pada sampel, pencucian dilakukan
dengan cara sampel dibilas langsung.
3. Identifikasi komponen senyawa kimia dalam simplisia kulit batang mangga
a. Identifikasi Flavonoid.
Ambil sampel secukupnya lalu masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan HCL pekat secukupnya dan panaskan selama 15
menit diatas penangas air. Jika terbentuk warna merah atau kuning berarti
positif flavonoid (flavon, kalkon dan auron).
b. Identifikasi Alkaloid.
Ambil sampel secukupnya lalu masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 5 ml HCL 2 N lalu panaskan. Setelah dipanaskan
sampel di dinginkan dan dibagi menjadi 3 tabung.
Tabung pertama ditetesi dengan pereaksi Mayer jika membentuk
endapan putih atau kuning maka positif mengandung alkaloid.
Tabung kedua ditetesi dengan pereaksi Wagner jika membentuk
endapan coklat maka positif mengandung alkaloid.
Tabung ketiga ditetesi dengan pereaksi Dragendrof jika membentuk
endapan jingga maka positif mengandung alkaloid.
c. Identifikasi Terpenoid dan Steroid.
Ambil sampel secukupnya lalu masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 2 ml etil asetat dan dikocok perlahan. Lapisan etil
asetat diambil dan diteteskan pada plat tetes dan biar sampai mongering.
Setelah mongering tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes
asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna merah atau kuning maka sampel
positif mengandung terpenoid. Namun jika sampel menghasilkan warna
hijau maka positif mengandung steroid.
d. Identifikasi Saporin.
Ambil sampel secukupnya lalu masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 10 ml air panas dan dinginkan. Setelah itu tabung
tersebut dikocok selama 10 detik. Jika sampel mengeluarkan buih dan
bertahan selama 10 menit maka sampel positif mengandung saponin. Jika
ditambahkan 1 tetes larutan HCl 2 N setelah dikocok menghasilkan buih
dan bertahan selama 10 menit maka sampel positif mengandung saponin.
e. Identifikasi Tanin.
Ambil sampel secukupnya lalu masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 10 ml air panas kemudian didihkan selama 5 menit.
Ambil filtrate dari sampel tersebut dan teteskan dengan FeCl3 sebanyak 3-4
tetes. Jika sampel menghasilkan warna hijau biru atau hitam hijau maka
positif mengandung tanin katekol sedangkan jika sampel menghasilkan
warna biru hitam maka positif mengandung tannin pirogalol.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
1. Hasil pengambilan simplisia
Tabel 1. hasil pengambilan sempel kulit batang mangga
No Nama Tanaman Bagian Yang Berat Sampel Berat Simplisia Rendamen Penyusutan
Di Ambil
1. Pohon Mangga cortex 1200 gr 200gr 0,16% 1,19%
(Mangifera Indica L)

berat akhir
Perhitungan Rendamen : x 100 %
berat awal
200 gr
: x 100 %
1200 gr
: 0,16%
Jadi hasil perhitungan dari rendamen setelah penyusutan adalah : 12,5%
berat awal−beratt akhir
Perhitungan Susut Pengeringan : x 100 %
berat awal
1200 gr−200 gr
: x 100 %
1200 gr
: 1,19% Jadi, hasil perhitungan penyusutan adalah : 1,19%
2. Hasil Ekstraksi Dari kulit batang mangga
Tabel 2. Hasil Ekstraksi
No Sampel Berat Nama Pelarut Volume Berat Ekstrak Nilai Rendamen
Simplisia Pelarut Ekstrak
1. Serbuk Batang 200 gr Alkohol 1100 ml 5 gr 0.025%
Mangga ethanol 75%

berat ekstrak
Rendamen Ekstrak : x 100 %
berat sample
5 gr
: x 100 %
200 gr
: 0,025%
Jadi hasil perhitungan rendamen esktrak adalah 0,025%
3. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia
Tabel 3.Identifikasi Golongan Senyawa Dalam Simplisia
No Sampel Uji Pereaksi Warna Keterangan

1. Ekstrak Kulit Batang Mangga Flavanoid HCl Pekat Hitam Kehijauan (+)

2. Ekstrak Kulit Batang Mangga Alkaloid HCl, Mayer, Mayer (-)


Wagner

3. Ekstrak Kulit Batang Mangga Identifikasi terpenoid Merah Kuning (+)


dan steroid

4. Ekstrak Kulit Batang Mangga Saponim Air panas Merah (+)

5. Ekstrak kulit batang mangga Tanim Fecl 3 Hitam--Hijau (-)


B. Pembahasan
Proses pengambilan bahan baku berupa kulit batang mangga untuk
pengambuatan simplisia yang dilakukan pada 18 desember 2020 pada pukul 08:30
WIB, Daerah Siliberanti kota Palembang Sumatra Selatan, diambil bagian sempel
kulit dari batang mangga sebanyak 1,2kg.
Yang di lakukan penyucian serta penguntingan agar dalam proses
pengeringan didapatkan hasil simplisia sempurna dengan hasil berat simplisa
kering yang di dapat kn sebanyak 200gr, dengan rendamen 0,16% dan nilai
penyusutan sebanyak 1,19%.
Pada proses ekstraksi,kulit batang mangga mengguakan metode
meserasi,meserasi merupahkan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut 75% dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemansan
rendah atau tanpa adanya proses pemanasan.karena Metode ekstraksi meserasi
menggunakan prosedur dan peralatan yang sederhana,metode ekstraksi tidak
dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Pelarut yang di gunakan
75% dengan volume 1,1 liter karena pelarut etanol bersifat polar,yunipersal serta
mudah di dapatkan.senyawa polar merupahkan senyawa yang mudah larut di
dalam air. Saat di uapkan menjadi pengestrakan didapatkan sebanyak 700ml
ekstrak cair, kemudian di lakukan penguapan hingga di dapatkan asil ekstrak
kental sebanyak 5gr dan memiliki nilai rendamen eksrak sebanyak 0,16%.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum dan pembahsan yang telah dipaparkan di atas
dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang mangga positif mengandung
flavonoid, terparoid, dan saponin.

B. Saran
1. Laboratorium
Sebaiknya laboratorium yang biasa digunakan oleh para praktikan
dijaga kebersihannya serta dilakukannya peremajaan alat-alat yang ada
dilaboratorium guna kenyamanan dalam praktikum dan bahan-bahan kimia
atau pun bahan-bahan alam lainnya juga harus dijaga ataupun diperbanyak
guna memperlancar jalannya praktikum.
2. Universitas
Ada baiknya jika kampus yang bergerak dibidang kesehatan ini
menyisakan sedikit halaman yang tak digunakan untuk dimanfaat kan sebagai
media atau tempat penanaman tanaman obat atau tanaman yang memiliki
khasiat obat. Sehingga para mahasiswa tidak perlu lagi membeli atau pun
mencari ditempat-tempat lain. mahasiswa hanya perlu ikut serta merawat atau
pun menanam benih tanaman tersebut guna melestarikan populasinya yang
semakin hari mungkin akan semakin berkurang.
3. Dosen
Ada saedikit masukan untuk dosen yakni pada saat melakukan
praktikum untuk menambah sedikit waktu dan ruang dalam melakukan
praktikum agar mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dengan tenang dan
tidak terburu buru.
DAFTAR PUSTAKA

Anggrainidkk, Pengaruh Penutupan Dengan Kain Hitam Dan Konsentrasi Etanol


TerhadapKandungan Kurkuminoid Dan Aktifita
sAntioksidanEkstrakSimplisiaTemulawak, vol.18 no.2,2007,1024-1083
DepartemenKesehatanRepubik Indonesia (1985). Cara PembuatanSimplisia. Jakarta:
DepartemenKesehatanRepublikIndinesia.
DepartemenKesehatanRepublik Indonesia (2000). Parameter
StandarUmumEkstrakTumbuhanObat. DepartemenKesehatanRepublik
Indonesia. Jakarta.
Gunawandkk. 2004. IlmuObatAlam (Farmakognosi)Jilid 1. PenerbitSwadaya. Jakarta
Hasrianti, dkk, PemanfaatanEkstrakBawang Merah Dan
AsamAsetatSebagaiPengawetAlamiBakso,vol 07 no.1,2016,6081-0521
Lembar,2013.Urinalisis dan pemeriksaan cairan tubuh sederhana.Edisi
pertama.Jakarta:WIMI
M Wahyuningtiyas, TanamanObat dan SimplisiaKulitKayu Manis, vol.8 no.1,2017,
https//journal. wima. ac. Id
NPE Agustini, EkstraksiMenggunakanMetodeMaserasi Pada TanamanSecang,
vol.19 no.2,2015,1410-9344
Nurhayati,Keanekaragaman Simplisia dan pemanfaatannya yang diperdagangkan
di Purwokerto,vol.5.2008,1202-1413
Soetarto, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas
Biologi.Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas
GadjahMada2008,Yogyakarta
Syukurdkk. 2004. TemuPutihTanamanObat Anti Kanker.PenerbitSwadaya.Jakarta
Tiwari, P, dkk. Phytochemical screening and Extraction: A Review.Internationale
PharmaceuticalScienci, 2011.

Anda mungkin juga menyukai