Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

MAKROSKOPIS,MIKROSKOPIK DAN UJI ORGANOLEPTIK


SIMPLISIA BERASAL DARI SEMEN
Pala (Myristica fragrans Houtt), Mahoni (Swietenia macrophylla King),
Labu kuning (Cucurbita moschata), Jinten hitam (Nigella sativa L.)

Disusun oleh :
Nama : Jumini Verentika
Nim : 194840120

Dosen pengampu :
Eva Dewi R. Purba., M.Kes
Auronita Puspa Pratiwi, M.SC
Ana Husnayanti Mahardhera., M.Farm., MM., Apt

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
menggunakan tanaman sebagai obat. Kemampuan meracik tumbuhan
berkhasiat obat biasanya di dapat berdasarkan pengalaman yang diwariskan
secara turun-temurun. Umumnya obat tradisional digunakan dengan cara
direbus, dimakan langsung, ataupun diperas untuk diambil
sarinya.Pemanfaatan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami
peningkatan dengan adanyakesadaran untuk kembali ke alam (back tonature)
untuk mencapai kesehatan yang optimal. Keuntungan penggunaan tanaman
sebagai obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, tidak
menimbulkan resistensi,dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan
sekitarnya. Obat tradisional memiliki efek samping yang jauh lebih rendah
tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan modern, sehingga tubuh
manusia relatif lebih mudah menerimanya. Tanaman yang digunakan sebagai
obat tradisional bisa berupa buah, sayur mayur, bumbu dapur, tanaman hias
dan bahkan tanaman liar yang tumbuh di sembarang tempat.

Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji


mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkanya biji,
tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke lain
tempat.

B. Tujuan Penulisan
1. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Pala (Myristica fragrans Houtt)
2. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik dan
organoleptik Mahoni (Swietenia macrophylla King)
3. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Labu kuning (Cucurbita moschata)
4. Mampu untuk memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Jinten hitam (Nigella sativa L.)

C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Pala (Myristica fragrans Houtt)
2. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Mahoni (Swietenia macrophylla King)
3. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Labu kuning (Cucurbita moschata)
4. Mahasiswa dapat memahami tentang gambaran mikroskopis,makroskopik
dan organoleptik Jinten hitam (Nigella sativa L.)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Simplisia

Pengertian Simplisia

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami

yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan

kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan

(Dapertemen kesehatan RI :1989).

Penggolongan Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a.    Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura

Folium dan Piperis nigri Fructus.

b.    Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan

kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel

depuratum).

c.    Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga

( Dep.Kes RI,1989).

Cara Pembuatan Simplisia

a.    Pemanenan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih

dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Dalam waktu

pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan,

karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk.  Bahan juga

harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus dan binatang

peliharaan).

b.    Penanganan Pasca Panen

             Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan

tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan

proses panen tanaman tersebut.  Tujuan dari pasca panen ini untuk

menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi 

sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

c.    Penyortiran (segar)

Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan

yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. 

d.    Pencucian

Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus

segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan.


Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau 

PAM.

Ø  Perendaman bertingkat

Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak

mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.  Proses perendaman 

dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman

pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. 

Ø  Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya

banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.  Proses

penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi.

Ø  Penyikatan (manual maupun otomatis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan

yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.  Pencucian ini

memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-macam,

dalam hal ini perlu diperhatikan kebersihan dari sikat yang digunakan.

Ø  Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses

selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan

penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang

ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah

dan lain-lain. 

e.    Pengeringan
              Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada

bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat

terhambat

f.     Penyortiran (kering).

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda

asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas

atau benda asing lainnya. 

g.    Pengemasan

  Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-

keringkan.  Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas

maupun karung goni.

Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya

menuliskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal

pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,

metode pe-nyimpanan.

h.    Penyimpanan

    Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar)

ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya

cukup kering dan berventilasi. 

Kebenaran pemilihan simplisia merupakan aspek penting untuk


pengembangan obat tradisional. Simplisia merupakan bahan alami yang
merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional (Manoi, 2006).
Identifikasi simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk menentukan
adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu sendiri dan dapat
digunakan sebagai pedoman standarisasi bahan/simplisia (Dwiatmika dan
Maria, 1999). Identifikasi simplisia meliputi pengamatan makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis bertujuan untuk melihat karakter dari
bagian tanaman itu sendiri. Uji mikroskopis bertujuan untuk mengamati
fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut.

B. Pengertian Semen

Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung


calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkanya biji, tumbuhan dapat
mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke lain tempat. Bagian Biji :

1. Kulit biji (spermodermis)

2. Tali pusar (funiculus)

3. Inti biji atau isi biji (nucleus seminis)

Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (integumentum), biasanya kulit biji
terdapat dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri dua lapisan, yaitu :

1. Lapisan kulit luar (testa). Lapisan ini mempunyai sifat yang bermacam-
macam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada yang keras seperti
kayu atau batu.

2. Lapisan kulit dalam (tegmen), biasanya tipis seperti selaput, sering juga
dinamakn kulit ari.

C. Macam-macam Semen

1. Pala (Myristica fragrans Houtt)

a. Deskripsi

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah


hujan yang tinggi tanpa adanya periode (masa) kering yang nyata. Di
daerah yang tropis seperti Indonesia, tanaman pala dapat beradaptasi luas
terhadap lingkungan tumbuh. Misalnya, di pulau Banda tanaman pala
tumbuh pada ketinggian 500 m dari 8 permukaan laut (dpl).
Namun,tanaman pala di daerah yang ketinggian tempatnya di atas 700 m
dpl, dinilai tidak produktif (Rifany, 2016).

b. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotiledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Myristicales

Famili : Myristicaceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans Houtt (Hasan, 2011)

c. Morfologi

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tumbuhan berupa


pohon yang berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Pala dipanen
bijinya, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan,
salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa inngris disebut mace,
dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus. Daging buah pala
dinamakan myristicae fructus cortex Bentuk pohon pala, berpenampilan
indah tinggi 10 – 20 m, menjulang tinggi keatas dan kepinggir, mahkota
pohonnya meruncing, berbentuk pyramida (kerucut), lonjong (silindris)
dan bulat dengan percabangan relative teratur. Dedaunan yang rapat
dengan letak daun yang berselang seling. Di dalam bakal buah terdapat
bakal kulit biji dan bakal biji.

Walaupun tidak tebal, biji pala cukup keras dipegang. Beberapa


diantaranya berbentuk bulat telur dan lonjong. Jika sudah tua, warnanya
berubah menjadi cokelat tua, kemudian permukaannya licin. Namun, jika
masih muda permukaannya keriput, beralur dengan warna cokelat muda di
bawahnya dan cokelat tua di bagian atasnya. Tempurung biji tumbuh
dibungkus oleh fuli atau bunga pala, fuli dan bijinya memiliki banyak
manfaat (Arrijani 2005).

d. Kandungan
Kandungan biji pala terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak,
protein, selulosa, pentosan, pati, resin, dan mineral-mineral (Nurdjannah,
2007).
e. Makroskopis Simplisia
Makroskopis bji pala yaitu bentuk inti biji bulat telur,panjang 2-3
cm, lebar 1.5-2 cm. warna permukaan luar coklat muda sampai coklat
kelabu dengan bintik dan garis kecil berwarna coklta tua sampai
kemerahan. Permukaan luar juga beralur dangkal yang berupa anyaman
jala.Inti biji terdiri dari endosperm berwarna coklat muda sampai coklat
pucat diliputi oleh perisprem tipis berwarna coklat tua.
f. Mikroskopis Simplisia
Mikroskopis biji pala yaitu fragmen pengenal adalah fragmen
perisperm sekunder dengan sel minyak, fragmen endosperm berisi butir
pati, butir aleuron atau zat berwarna coklat, fragmen perisperm primer.
g. Kegunaan/Khasiat
Biji pala, digunakan untuk rempah-rempah dan tujuan pengobatan
seperti karminatif, hipolipidemik, antitrombotik, agregasi antiplatelet,
antijamur, afrodisiak, ansiogenik, anti-ulcerogenic, nematosidal,
antitumor, anti-inflamasi 11 (Cho et al, 2007). Anti serangga (insektisidal),
antibakteri, dan antioksidan (Suhirman dan Balittro, 2013).
2. Mahoni (Swietenia macrophylla King)

a. Deskripsi
Tanaman mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras yang
biasanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk dibuat perabot
rumah tangga serta barang ukiran. Pohon mahoni dapat tuumbuh liar di
hutan jati atau tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai dan biasanya
ditanam di pinggir jalan sebagai pohon pelindung (Prasetyono, 2012).
b. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Magoliopsida

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Sapindales

Family : Meliaceae

Genus : Swietenia

Spesies : Swieteniamacrophylla King.

c. Morfologi
Tanaman mahoni adalah tanaman tahunan dengan tinggi yang bisa
mecapai 10 – 20 m dan diameter lebih dari 100 cm. Sistem perakaran
tanaman mahoni yaitu akar tunggang. Batang berbentuk bulat, berwarna
cokelat tua keabu-abuan, dan memiliki banyak cabang sehingga kanopi
berbentuk payung dan sangat rimbun (Suhono, 2010).
Daun mahoni berbentuk daun majemuk menyirip dengan helaian
daun berbentuk bulat oval, ujung dan pangkal daun runcing, dan tulang
daun menyirip. Panjang daun berkisar 35-50 cm. Daun muda tanaman
mahoni berwarna merah lalu berubah menjadi hijau. Mahoni baru
berbunga ketika tanaman berumur 7 tahun. Bunga mahoni termasuk bunga
majemuk yang tersusun dalam karangan yang muncul dari ketiak daun,
berwarna putih, dengan panjang berkisar 10-20 cm. Mahkota bunga
berbentuk silindris dan berwarna kuning kecoklatan. Benang sari melekat
pada mahkota bunga (Samsi, 2000).

Buah mahoni berbentuk bulat telur, berlekuk lima dan berwarna


coklat. Bagian luar buah mengeras dengan ketebalan 5-7 mm, dibagian
tengah mengeras 4 seperti kayu dan berbentuk kolom dengan 5 sudut yang
memanjang menujuujung (Suhono, 2010).

Buah akan pecah dari ujung saat buah sudah matang dan kering. Di
bagian dalam buah mahoni terdapat biji. Biji mahoni berbentuk pipih
dengan ujung agak tebal dan berwarna coklat tua. Biji menempel pada
kolumela melalui sayapnya, meninggalkan bekas setelah benih terlepas,
biasanya disetiap buah terdapat 35-45 biji mahoni (Adi nugroho dan
Sidiyasa, 2006).

d. Kandungan
Kandungan kimia dari tanaman mahoni yaitu saponin dan
flavonoida (Prasetyono, 2012).
e. Makroskopis Simplisia
Makroskopis biji mahoni, yaitu berbentuk pipih bulat, berwarna
putih sampai kekuningan, memiliki serbuk seperti susu di permukaan nya
dan rasa sangat pahit, sedangkan untuk kulit biji berwarna coklat
tua,ringan, permukaan agak mengkilat dan warna bagian dalam lebih
cerah.
f. Mikroskopis Simplisia
Mikroskopis biji mahoni, yaitu bagian melintang melalui sayap
benih menunjukkan epidermis tipis yang ditutupi oleh kutikula diikuti oleh
jaringan kortikal parenkim yang diisi dengan butiran pati dan bundel
vaskular kecil yang tersuspensi di tengah.TS melalui kotiledon
menunjukkan testa berlapis-lapis diikuti oleh tegmen, mesotesta
mengandung butiran pati dalam jumlah besar. Jaringan dasar dari dua
kotiledon dipisahkan oleh hilum; kehadiran kristal prismatik, sistolit dan
sel lendir diamati. Mikroskopi serbuk benih menunjukkan sel-sel testa
dengan kandungan kecoklatan, sel epicarp memanjang memanjang, serat
berlubang, sel batu, butiran minyak dan butiran pat.
g. Kegunaan/khasiat
Biji dari tanaman mahoni dapat digunakan secara significan untuk
pengobatan, di Malaysia biji mahoni telah digunakan secara tradisional
untuk mengobati hipertensi, diabetes, dan sebagai anti-inflamasi. Di
Indonesia biji mahoni telah digunakan sebagai obat tradisional untuk
pengobatan diabetes, hipertensi, dan malaria (Moghadamtousi et al., 2013)

3. Labu kuning (Cucurbita moschata)

a. Deskripsi
Labu kuning (C. moschata) merupakan suatu jenis tanaman
sayuran menjalar dari famili Cucurbitaceae yang setelah berbuah akan
langsung mati. Bagian tengah labu kuning terdapat biji yang diselimuti
lendir dan serat. Bijinya berbentuk pipih dengan kedua ujungnya
berbentuk runcing (Patel, 2013).
b. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi biji labu kuning (Simpson, 2006)
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Species : Cucurbita moschata Durch.
c. Morfologi
Tanaman Cucurbita moschata merupakan jenis tanaman semak dan
merambat yang mudah ditanam yaitu suatu kondisi yang tidak
memerlukan perawatan intensif. Tanaman ini sangat mudah/banyak
dijumpai di Indonesia. Tanaman Cucurbita moschata memiliki batang
berkayu, lunak, berbentuk segi empat, berambut, berbuku-buku, memiliki
panjang batang kurang lebih 25 m dan berwarna hijau muda (Anonimus,
2010).

Tanaman Cucurbita moschata memiliki daun tunggal, bentuk


daunnya bulat, tepi daun berombak sedangkan pangkal daunnya membulat
dan berbulu. Panjang daunnya 7-35 cm dengan lebar 6-30 cm, tanaman ini
memiliki pertulangan daun menyirip dan berwana hijau. Bunga Cucurbita
moschata berwarna kuning, berbentuk corong sedangkan kelopaknya
berbentuk lonceng. Buah Cucurbita moschata berbentuk bulat, berdaging
yang berwarna kuning muda, dan bijinya berbentuk pipih, keras, memiliki
panjang kurang lebih 1,5 cm dengan lebar kurang lebih 0,5 cm dan
berwarna putih susu (Anonimus, 2010).

d. Kandungan
Biji labu kuning (C. moschata) mengandung senyawa alkaloid,
saponin, steroid, triterpenoid, kukurbitasin, lesitin, resin, stearin, senyawa
fitosterol, asam lemak, squalen, β-tokoferol, tirosol, asam vanilat, vanillin,
luteolin dan asam sinapat (Latief, 2013; Patel, 2013).
e. Makroskopis Simplisia
Makroskopis biji labu kuning, yaitu terdiri dari tiga bagian yaitu
putih keras yang merupakan kulit biji, selaput berwarna hijau yang
menyerupai kulit ari dan bagian putih di dalam yang merupakan daging
biji.
f. Mikroskopis Simplisia
Mikroskopis biji labu kuning yaitu, fragmen mengenal yaitu
fragmen parenkim, palisade, dan tetes minyak.
g. Kegunaan/khasiat
Labu Kuning juga dikenal dari bijinya yang kaya akan lemak,
protein, thiamin, niacin dan berbagai macam mineral (magnesium, zink,
kalium) dan ketika diubah menjadi bentuk serbuk obat dapat berperan
sebagai antiinflamsi, diuretik, dan emulgator yang dapat membantu dalam
pengobatan demam, sakit telinga, inflamasi bagian perkemihan. Selain itu,
biji labu ini sangat popular sebagai makanan ringan seperti kuaci
(Henriques, et al., 2012; Amin, 2013).
Labu kuning memiliki banyak manfaat selain dapat meningkatkan
kekebalan tubuh dapat juga sebagai antihipertensi. Hal ini karena labu
kuning mengandung kalium yang dapat mengurangi risiko hipertensi
(Zaitun, 2012).

4. Temulawak (Curcuma longa)

a. Deskripsi
Tanaman jintan hitam telah digunakan sebagai pengobatan
herbalselama lebih dari 2000 tahun (Hawsawi et al, 2001). Bijinya
merupakan bagian tumbuhan ini yang digunakan untuk pengobatan. Biji
Nigella sativa memiliki peran medis dan telah diaplikasikan dalam sistem
pengobatan herbal tradisional di Arab dan Yunani. Akhir-akhir ini, biji
Nigella sativa dilaporkan telah menunjukkan efek farmakologis yang
meliputi antihelmintik, anticestoda, antibakterial, antifungi, antiviral,
antioksidan dan memiliki aktivitas antiinflamasi (Abdulelah and Abidin,
2007).
b. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Antophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledones
Bangsa : Ranunculales
Suku : Ranunculaceae
Marga : Nigella L.
Jenis : Nigella sativa L. (Heyne, 1987)
c. Morfologi
Tanaman jinten hitam termasuk tanaman setahun. Berbatang tegak
dan biasanya berusuk, serta berbulu kasar yang kadang-kadang rapat atau
jarang. Bulu-bulu yang ada di batang ini umumnya berkelenjar. Daun
jinten hitam berbentuk lanset dan bergaris dengan panjang 1,5-2 cm, ujung
meruncing, serta memiliki tiga tulang daun yang berbulu. Daun bagian
bawah bertangkai dan 3 bagian atas duduk. Sementara itu, daun pembalut
bunga relatif kecil. Bunga jinten hitam memilki lima kelopak bunga
dengan bentuk bulat telur, ujung agak meruncing sampai agak tumpul,
serta pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek besar. Mahkota
bunga umumnya ada delapan dengan bentuk agak memanjang, lebih kecil
dari pada kelopak bunga, serta bulu jarang dan pendek. Bibir bunga ada
dua buah. Bibir bunga bagian atas pendek, lanset, dan ujung memanjang
berbentuk benang. Ujung bibir bunga bagian bawah tumpul. Benang sari
banyak dan gundul. Kepala sari jorong dan sedikit tajam dan berwarna
kuning. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan orang adalah biji. Biji
jinten hitam kecil dan pendek (panjangnya hanya 1-3 mm), berwarna
hitam, berbentuk trigonal (bersudut tiga tidak beraturan), berkelenjar dan
tampak seperti batu api jika diamati dengan mikroskop. Biji-biji ini berada
di dalam buah yang berbentuk bulat telur atau agak bulat (Depkes, 1979).
d. Kandungan
Kandungan kimia jinten hitam telah banyak diteliti. Jinten hitam
dilaporkan mengandung minyak atsiri, minyak lemak, limonen, simena,
glukosida, saponin, karvakol, zatpahit, nigelin, nigelon, timokuinon,
ditimokuinon, p-simendan α- pinen (Ditjen POM, 2009).
e. Makroskopis Simplisia
Makroskopis jinten hitem yaitu biji agak keras, bentuk limas ganda
dengan kedua ujungnya meruncing, limas yang satu lebih pendek dari
limas yang lain, permukaan luar berwarna hitam kecoklatan, hitam kelabu
sampai hitam, berbintik-bintik, kasar, berkerut, dan dengan beberapa rusuk
membujur atau melintang.
f. Mikroskopis Simplisia
Mikroskopis jinten hitem, fragmen pengenal adalah fragmen
epidermis luar yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade
terlihat tangensial, fragmen kulit biji, fragmen epidermis dalam. Fragmen
sel berhablur terlihat tangensial, fragmen endosperm, dan fragmen sel
parenkimatik dibawah lapisan sel palisade
g. Kegunaan/khasiat
Jinten hitem (Nigella sativa L.) digunakan untuk pengobatan
berbagai penyakit, seperti hipertensi, diabetes, masalah pernafasan, sakit
perut dan saluran pencernaan (Wahyuni,2009).

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan praktikum farmakologi berlangsung Hari
Jum’at tanggal 4 Desember 2020 dari pukul 13.00-18.40 WIB dan
Tempat pelaksanaan praktikum dikerjakan di rumah masing-masing
praktikum ini dilakukan secara daring

B. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau, kain
hitam, blender, tisu, wadah pengamatan,mikroskop dan objek gelas
b. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu semen Pala
(Myristica fragrans Houtt), Mahoni (Swietenia macrophylla King),
Labu kuning (Cucurbita moschata) dan Jinten hitam (Nigella
sativa L.).
C. Cara kerja
a. Identifikasi Semen secara Makroskopis
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil sedikit Pala (Myristica fragrans Houtt),
3. Kemudian amati bentuk dan ukuran
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Ulangi percobaaan diatas ( percobaan 1,2,3,4) untuk Mahoni
(Swietenia macrophylla King), Labu kuning (Cucurbita
moschata) dan Jinten hitam (Nigella sativa L.).
b. Identifikasi Semen secara Uji Organoleptik
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil sedikit Pala (Myristica fragrans Houtt),
3. Kemudian amati warna,bau dan rasa
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Ulangi percobaaan diatas ( percobaan 1,2,3,4) untuk Mahoni
(Swietenia macrophylla King), Labu kuning (Cucurbita
moschata) dan Jinten hitam (Nigella sativa L.)
c. Identifikasi Semen secara Mikroskopis berdasarkan litelatur
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil sedikit serbuk Pala (Myristica fragrans Houtt), Mahoni
(Swietenia macrophylla King), Labu kuning (Cucurbita
moschata) dan Jinten hitam (Nigella sativa L.).
3. Tambahkan 1-2 tetes aquadest kemudian segera ditutup dengan
kaca penutup.
4. Amati di bawah mikroskop
5. Catat hasil pengamatan (mencari literatur di internet)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Pala (Myristica fragrans Houtt)

a. Uji Organoleptik :

Berbentuk serbuk halus, berwarna kecoklatan, rasa agak


pedas dan berbau khas karena menandung minyak atsiri.
b. Makroskopis :

Bentuk inti biji bulat telur,panjang 2-3 cm, lebar 1.5-2 cm.
warna permukaan luar coklat muda sampai coklat kelabu dengan
bintik dan garis kecil berwarna coklta tua sampai kemerahan.
Permukaan luar juga beralur dangkal yang berupa anyaman jala.Inti
biji terdiri dari endosperm berwarna coklat muda sampai coklat
pucat diliputi oleh perisprem tipis berwarna coklat tua.

c. Mikroskopis :

Perisprem primer pada inti biji terdiri dari beberapa lapis sel
yang berbentuk polygonal sangat pipih,dinding tipis, berwarna coklat
kekuningan, sel umumnya berisi massa berwarna coklat kehitaman
dan kadang juga hablur berbentuk prisma yang tidak larut pada
penambahan asam klorida pekat. Endosperm terdiri dari sel
parenkim besar, bentuk polygonal, dinding tipis warna coklat berisi
butir-butir pati dan satu butir aleuron.Serbuk warna coklat muda, bau
khas aromatic. Fragmen pengenal adalah fragmen perisperm
sekunder dengan sel minyak, fragmen endosperm berisi butir pati,
butir aleuron atau zat berwarna coklat, fragmen perisperm primer.

2. Mahoni (Swietenia macrophylla King)

a. Uji Organoleptik :

Sebelum dihaluskan berbentuk pipih, berwarna putih


kecoklatan, rasa pahit dan tidak berbau. Sedangkan setelah dihaluskan
berbentuk serbuk agak kasar, berwarna coklat muda, rasa pahit dan
tidak berbau.

b. Makroskopis :

Berbentuk pipih bulat, berwarna putih sampai kekuningan,


memiliki serbuk seperti susu di permukaan nya dan rasa sangat pahit,
sedangkan untuk kulit biji berwarna coklat tua,ringan, permukaan
agak mengkilat dan warna bagian dalam lebih cerah.

c. Mikroskopis :
Bagian melintang melalui sayap benih menunjukkan epidermis
tipis yang ditutupi oleh kutikula diikuti oleh jaringan kortikal
parenkim yang diisi dengan butiran pati dan bundel vaskular kecil
yang tersuspensi di tengah.TS melalui kotiledon menunjukkan testa
berlapis-lapis diikuti oleh tegmen, mesotesta mengandung butiran pati
dalam jumlah besar. Jaringan dasar dari dua kotiledon dipisahkan oleh
hilum; kehadiran kristal prismatik, sistolit dan sel lendir diamati.
Mikroskopi serbuk benih menunjukkan sel-sel testa dengan
kandungan kecoklatan, sel epicarp memanjang memanjang, serat
berlubang, sel batu, butiran minyak dan butiran pat.

3. Labu kuning (Cucurbita moschata)

a. Uji Organoleptik :

Sebelum dihaluskan berbentuk bulat telur, berwarna putih


kecoklatan, rasa pahit dan berbau khas. Sedangkan setelah dihaluskan
berbentuk serbuk halus, berwarna coklat muda, rasa pahit dan berbau
khas.

b. Makroskopis :

Terdiri dari tiga bagian yaitu putih keras yang merupakan kulit
biji, selaput berwarna hijau yang menyerupai kulit ari dan bagian putih
di dalam yang merupakan daging biji.

c. Mikroskopis :

Fragmen mengenal yaitu fragmen parenkim, palisade, dan tetes


minyak.

4. Jinten hitam (Nigella sativa L.)


a. Uji Organoleptik :

Berbentuk serbuk halus, berwarna hitam, rasa pahit dan berbau


khas.

b. Makroskopis :

Biji agak keras, bentuk limas ganda dengan kedua ujungnya


meruncing, limas yang satu lebih pendek dari limas yang lain,
permukaan luar berwarna hitam kecoklatan, hitam kelabu sampai
hitam, berbintik-bintik, kasar, berkerut, dan dengan beberapa rusuk
membujur atau melintang.

c. Mikroskopis :

Serbuk biji jinten hitam akan tampak fragmen-fragmen sebagai


berikut fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar yang
termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat
tangensial, fragmen kulit biji, fragmen epidermis dalam. Fragmen sel
berhablur terlihat tangensial, fragmen endosperm, dan fragmen sel
parenkimatik dibawah lapisan sel palisade.

B. PEMBAHASAN

Kebenaran pemilihan simplisia merupakan aspek penting untuk


pengembangan obat tradisional. Simplisia merupakan bahan alami yang
merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional (Manoi, 2006).
Identifikasi simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk menentukan
adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu sendiri dan dapat
digunakan sebagai pedoman standarisasi bahan/simplisia (Dwiatmika dan
Maria, 1999). Identifikasi simplisia meliputi pengamatan makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis bertujuan untuk melihat karakter
dari bagian tanaman itu sendiri. Uji mikroskopis bertujuan untuk mengamati
fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut.
Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji
mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkanya biji,
tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke lain
tempat.
Pada praktikum kali ini mempelajari mengenai “simplisia yang
mengandung senyawa metabolit berasal dari Semen ” yang bertujuan untuk
mengetahui dan membedakan gambaran mikroskopis, makroskopis dan uji
organoleptik pada Pala (Myristica fragrans Houtt), Mahoni (Swietenia
macrophylla King), Labu kuning (Cucurbita moschata) dan Jinten hitam
(Nigella sativa L.)
Dalam melakukan pengamatan pada semen yang perlu diperhatikan
adalah dilakukan identifikasi terhadap herbadari secara makroskopik, dan
mikroskopis. Secara makroskopik maksudnya dengan percobaan
organoleptis melalui bau, rasa, warna, dan juga bentukan secara luar, yang
dapat dilihat dengan indra. Sedangkan secara mikroskopik maksudnya
dilakukan dengan bantuan mikroskop sehingga praktikan dapat melihat
bentukan spesifik yang dimiliki oleh simplisia tersebut sehingga nantinya
kita dapat membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan
melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung dengan mata
telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia. Secara makroskopik
bertujuan untuk mengetahui warna dan bau amylum pada masing - masing
sampel. Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari
kekhususan bentuk, warna, bau, dan rasa simplisia (Soegiharjo, 2013).
Berdasarkan hasil praktikan yang dilakukan pada pala (Myristica
fragrans Houtt) hasil yang didapatkan secara uji organoleptik yaitu
berbentuk serbuk halus, berwarna kecoklatan, rasa agak pedas dan berbau
khas karena menandung minyak atsiri. Secara makroskopis yaitu Bentuk
inti biji bulat telur,panjang 2-3 cm, lebar 1.5-2 cm. warna permukaan luar
coklat muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garis kecil berwarna
coklta tua sampai kemerahan. Permukaan luar juga beralur dangkal yang
berupa anyaman jala.Inti biji terdiri dari endosperm berwarna coklat muda
sampai coklat pucat diliputi oleh perisprem tipis berwarna coklat tua.
Sedangkan secara mikroskopis berdasarkan literatur yaitu perisprem
primer pada inti biji terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk
polygonal sangat pipih,dinding tipis, berwarna coklat kekuningan, sel
umumnya berisi massa berwarna coklat kehitaman dan kadang juga hablur
berbentuk prisma yang tidak larut pada penambahan asam klorida pekat.
Endosperm terdiri dari sel parenkim besar, bentuk polygonal, dinding tipis
warna coklat berisi butir-butir pati dan satu butir aleuron.Serbuk warna
coklat muda, bau khas aromatic. Fragmen pengenal adalah fragmen
perisperm sekunder dengan sel minyak, fragmen endosperm berisi butir
pati, butir aleuron atau zat berwarna coklat, fragmen perisperm primer.
Mahoni (Swietenia macrophylla King) hasil yang didapatkan
secara uji organoleptik yaitu sebelum dihaluskan berbentuk pipih,
berwarna putih kecoklatan, rasa pahit dan tidak berbau. Sedangkan setelah
dihaluskan berbentuk serbuk agak kasar, berwarna coklat muda, rasa pahit
dan tidak berbau. Kemudian secara makroskopis yaitu Berbentuk pipih
bulat, berwarna putih sampai kekuningan, memiliki serbuk seperti susu di
permukaan nya dan rasa sangat pahit, sedangkan untuk kulit biji berwarna
coklat tua,ringan, permukaan agak mengkilat dan warna bagian dalam
lebih cerah. Sedangkan secara mikroskopis berdasarkan literatur Bagian
melintang melalui sayap benih menunjukkan epidermis tipis yang ditutupi
oleh kutikula diikuti oleh jaringan kortikal parenkim yang diisi dengan
butiran pati dan bundel vaskular kecil yang tersuspensi di tengah.TS
melalui kotiledon menunjukkan testa berlapis-lapis diikuti oleh tegmen,
mesotesta mengandung butiran pati dalam jumlah besar. Jaringan dasar
dari dua kotiledon dipisahkan oleh hilum; kehadiran kristal prismatik,
sistolit dan sel lendir diamati. Mikroskopi serbuk benih menunjukkan sel-
sel testa dengan kandungan kecoklatan, sel epicarp memanjang
memanjang, serat berlubang, sel batu, butiran minyak dan butiran pat.
Labu kuning (Cucurbita moschata) hasil yang didapatkan secara
uji organoleptik yaitu sebelum dihaluskan berbentuk bulat telur, berwarna
putih kecoklatan, rasa pahit dan berbau khas. Kemudian secara
makroskopis yaitu Terdiri dari tiga bagian yaitu putih keras yang
merupakan kulit biji, selaput berwarna hijau yang menyerupai kulit ari dan
bagian putih di dalam yang merupakan daging biji. Sedangkan setelah
dihaluskan berbentuk serbuk halus, berwarna coklat muda, rasa pahit dan
berbau khas. Sedangkan secara mikroskopis berdasarkan literatur fragmen
mengenal yaitu fragmen parenkim, palisade, dan tetes minyak.
Jinten hitam (Nigella sativa L.) hasil yang didapatkan secara uji
organoleptik yaitu berbentuk serbuk halus, berwarna hitam, rasa pahit dan
berbau khas. Kemudian secara makroskopis yaitu biji agak keras, bentuk
limas ganda dengan kedua ujungnya meruncing, limas yang satu lebih
pendek dari limas yang lain, permukaan luar berwarna hitam kecoklatan,
hitam kelabu sampai hitam, berbintik-bintik, kasar, berkerut, dan dengan
beberapa rusuk membujur atau melintang. Sedangkan secara mikroskopis
berdasarkan literatur fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar
yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat
tangensial, fragmen kulit biji, fragmen epidermis dalam. Fragmen sel
berhablur terlihat tangensial, fragmen endosperm, dan fragmen sel
parenkimatik dibawah lapisan sel palisade.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Identifikasi semen dilakukan secara mikroskopis, makroskopis


dan uji organoleptik. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah Pala (Myristica fragrans Houtt), Mahoni (Swietenia macrophylla
King), Labu kuning (Cucurbita moschata) dan Jinten hitam (Nigella sativa
L.)
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji
mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkanya
biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula
terpencar ke lain tempat.
2. Pala (Myristica fragrans Houtt), secara makroskopis yaitu Bentuk inti
biji bulat telur,panjang 2-3 cm, lebar 1.5-2 cm. warna permukaan luar
coklat muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garis kecil
berwarna coklta tua sampai kemerahan. Permukaan luar juga beralur
dangkal yang berupa anyaman jala.Inti biji terdiri dari endosperm
berwarna coklat muda sampai coklat pucat diliputi oleh perisprem
tipis berwarna coklat tua dan secara uji organoleptik yaitu berbentuk
serbuk halus, berwarna kecoklatan, rasa agak pedas dan berbau khas
karena menandung minyak atsiri. Sedangkan secara mikroskopis
berdasarkan literatur, fragmen pengenal adalah fragmen perisperm
sekunder dengan sel minyak, fragmen endosperm berisi butir pati,
butir aleuron atau zat berwarna coklat, fragmen perisperm primer.
3. Mahoni (Swietenia macrophylla King), secara makroskopis yaitu
Berbentuk pipih bulat, berwarna putih sampai kekuningan, memiliki
serbuk seperti susu di permukaan nya dan rasa sangat pahit,
sedangkan untuk kulit biji berwarna coklat tua,ringan, permukaan
agak mengkilat dan warna bagian dalam lebih cerah dan secara uji
organoleptik yaitu sebelum dihaluskan berbentuk pipih, berwarna
putih kecoklatan, rasa pahit dan tidak berbau. Sedangkan setelah
dihaluskan berbentuk serbuk agak kasar, berwarna coklat muda, rasa
pahit dan tidak berbau. Sedangkan secara mikroskopis berdasarkan
literatur Bagian melintang melalui sayap benih menunjukkan
epidermis tipis yang ditutupi oleh kutikula diikuti oleh jaringan
kortikal parenkim yang diisi dengan butiran pati dan bundel vaskular
kecil yang tersuspensi di tengah. TS melalui kotiledon menunjukkan
testa berlapis-lapis diikuti oleh tegmen, mesotesta mengandung
butiran pati dalam jumlah besar. Jaringan dasar dari dua kotiledon
dipisahkan oleh hilum; kehadiran kristal prismatik, sistolit dan sel
lendir diamati. Mikroskopi serbuk benih menunjukkan sel-sel testa
dengan kandungan kecoklatan, sel epicarp memanjang memanjang,
serat berlubang, sel batu, butiran minyak dan butiran pat.
4. Labu kuning (Cucurbita moschata), secara makroskopis yaitu Terdiri
dari tiga bagian yaitu putih keras yang merupakan kulit biji, selaput
berwarna hijau yang menyerupai kulit ari dan bagian putih di dalam
yang merupakan daging biji dan secar uji organoleptik yaitu sebelum
dihaluskan berbentuk bulat telur, berwarna putih kecoklatan, rasa
pahit dan berbau khas. Sedangkan setelah dihaluskan berbentuk
serbuk halus, berwarna coklat muda, rasa pahit dan berbau khas.
Sedangkan secara mikroskopis berdasarkan literatur fragmen
mengenal yaitu fragmen parenkim, palisade, dan tetes minyak.
5. Jinten hitam (Nigella sativa L.), secara makroskopis yaitu biji agak
keras, bentuk limas ganda dengan kedua ujungnya meruncing, limas
yang satu lebih pendek dari limas yang lain, permukaan luar berwarna
hitam kecoklatan, hitam kelabu sampai hitam, berbintik-bintik, kasar,
berkerut, dan dengan beberapa rusuk membujur atau melintang dan
secara uji organoleptik yaitu berbentuk serbuk halus, berwarna hitam,
rasa pahit dan berbau khas. Sedangkan secara mikroskopis
berdasarkan literatur fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar
yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat
tangensial, fragmen kulit biji, fragmen epidermis dalam. Fragmen sel
berhablur terlihat tangensial, fragmen endosperm, dan fragmen sel
parenkimatik dibawah lapisan sel palisade.

B. SARAN

Pada saat pembuatan simplisia harus menguasai materi dan


memahami prosedur yang telah diberikan, sehingga dalam mengerjakan
praktikum tidak terjadi kesalahan dan hasil yang didapat sesuai dengan
literatur yang sudah ada. Jika pada saat pengerian simplisia pada saat
musim hujan, maka dilakukan pengeringan menggunakan oven.
DAFTAR PUSTAKA

 Arrijani. 2005. Biologi dan konservasi marga Myristica di Indonesia.


Biodiversitas. 6(2):147-151.
 Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535,
612. Jakarta.
 Depkes RI.1977. Materi Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen
Kesehatan Repulik Indonesia.
 Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI .
 Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan
Sarana Wana Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang
Kehutanan, Jakarta.
 Moghadamtousi SZ, Goh BH, Chan CK, Shabab T, Kadir HA. 2013.
Biological activities and phytochemicals of Swietenia macrophylla King.
[Riview]. Molecules. 18:10465-10483. doi:10.3390/molecules180910465.
 Nurdjannah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
 Patel, S., 2013, Pumpkin (Cucurbita sp.) seeds as nutraceutic:. Mediter J
Nutr Metab 0131-5.
 Prasetyono, D.S. 2012. A-Z Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita.
Jogjakarta: Flash Books
 Rifany,2016. Hubungan Bentuk Biji dengan Karakteristik Morfologi Bibit
Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt). Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor: Bogor
 Rismunandar,1992. Budidaya dan tata niaga pala. Swadaya. Jakarta
 Simpson, M.G., 2006, Plant Systematics, Elsevier Academic Press,
Burlington
 Sudarto, Yudo. 1993. Budidaya Waluh. Yogyakarta: Kanisius.
 Suhono, B. 2010. Ensiklopedia Flora. PT Kharisma Ilmu. Bogor

Anda mungkin juga menyukai