Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan

obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan. Biasanya obat

alami ini dapat berwujud Simplisia dan lainnya.

Menurut Departemen Kesehatan RI, Simplisia adalah bahan alami yang digunakan

untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain

umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

Menurut Gunawan dan Mulyani, Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk

menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami

perubahan bentuk.

Rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah spesies bunga yang berasal dari benua Afrika.

Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah itu diseduh

sebagai minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di musim panas. Di negeri

asalnya, Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung

dalam kelopak rosela, sementara di Jamaika, dibuat salad buah yang dimakan mentah.

Adakalanya juga dimakan dengan kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue sesudah

dimasak dengan gula. Di Mesir, rosela diminum dingin pada musim panas dan diminum

panas saat musim dingin. Di Sudan, menjadi minuman keseharian dengan campuran garam,

merica, dan tetes tebu. Minuman itu juga menghilangkan efek mabuk dan mencegah batuk.

Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan

gula rendah kalori seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga rosela juga dapat

dijadikan campuran minuman kopi.


1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, sebagai berikut:

a. Praktikan dapat mengetahui klasifikasi dari bunga rosela.

b. Praktikan dapat mengetahui cara pembuatan simplisa bunga rosela.

c. Praktikan dapat mengidentifikasi simplisia bunga rosela secara

makroskopik dan mikroskopik.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini, sebagai berikut:

a. Praktikan mengetahui dan memahami klasifikasi dari bunga rosela.

b. Praktikan dapat membuat simplisia dari bahan lainnya.

c. Praktikan mampu mengidentifikasi simplisia bunga rosela secara

makroskopik dan mikroskopik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan

untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu

pengeringan simplisa tidak lebih dari 60°C.

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan

herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu, sumber

simplisa, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara yang

baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahansediaan herbal yang

belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali di nyatakan lain simplisia merupakan

bahan yang telah dikeringkan.

Tanaman rosella merupakan tanaman semak tegak tinggi berakar tunggang

yang mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun subtropis. Rosella

memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan percabangan simpodial dan berwarna

kemerahan. Daunnya tunggal berseling berbentuk bulat telur dengan ujung yang

runcing, tepi beringgit, pangkal berlekuk dengan pertulangan daun menjari. Daun

rosella memiliki lebar 5-8 cm, panjang 5-15 cm dengan tangkai berukuran 4-7 cm,

penampang bulat dan berwarna hijau. Bagian dari tanaman rosella yang paling sering

dimanfaatkan adalah bunganya. Tanaman rosella menghasilkan bunga sepanjang tahun.

Bunganya berwarna merah terletak di ketiak daun dan tunggal, dengan kelopak terdiri

dari 8-11 daun kelopak berukuran 1 cm, berbulu, dan pangkal berlekatan (Devi, 2009).
Mahkota bunga rosella berbentuk corong dengan 5 daun mahkota berukuran 3-

5 cm. Tangkai sari pendek dan tebal yang panjangnya ± 5 mm, sedangkan putik

berbentuk tabung dengan warna merah atau kuning (Devi, 2009).

Pada gambar 1 berikut ini adalah pohon rosela

2.2. Klasifikasi

Dalam klasifikasi tumbuhan, Mahkota dewa dikelompokkan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvaceales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

Sumber: Mardiah dkk. (2009)

2.3. Morfologi

a. Batang
Saat muda batang dan daunnya berwarna hijau, namun ketika beranjak

dewasa dan berbunga, batangnya akan berubah menjadi coklat kemerahan. Batang

berbentuk silindris dan berkayu dan memiliki banyak cabang

b. Daun

Daun yang bersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dan

berbentuk menjari, tepi bergerigi. Tulang daun berwarna merah, panjang daun dapat

mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm

c. Bunga

Bunga muncul pada ketiak daun. Mahkota bunga berbentuk corong tersusun

dari lima helai daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik dan indah. Selain

mahkota dan kelopak, bunga juga dilengkapi 8-12 kelopak tambahan. Bunga akan

muncul saat rosella berumur 2,5 – 3 bulan setelah ditanam. Awalnya bunga

berwarna merah muda dan belum menyerupai bunga yang sudah matang.

2.4. Khasiat dan Manfaat Bunga Rosela

Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan asam urat, Hipertensi, Diabetes mellitus,

memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan Tubuh, menghambat sel kanker,

mencegah sariawan dan panas dalam, menambah vitalitas, meredakan batuk,

mencegah flu, antioksidan, antihipertensi, antikanker, antidepresi, antibiotik, aprodisiak,

diuretik (peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi alkohol.


BAB III

PEAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum pembuatan simplisia buah mahkota dewa di laksanakan pada hari

Senin tanggal 11 oktober 2019, Pukul 07.30-13.10 WIB di Laboratorium Farmakognosi

Lantai 2 Gedung A Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mortir dan stamper, wadah,

pisau, talenan, toples kaca, mikroskop, dan kaca preparat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah simplisia buah mahkota

dewa dan aquadest.

3.3. Prosedur Kerja

A. Pembuatan simplisia

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menimbang bahan yang akan dijadikan simplisia

3. Melakukan sortasi basah.

4. Mencuci bahan simplisia yang akan dilakukan

perajangan.

5. Melakukan perajangan pada simplisa.

6. Bilas simplisia yang telah dilakukan perajangan.

7. Mengeringkan simplisia dibawah sinar matahari dengan

ditutupi kain hitam.

8. Melakukan sortasi kering.

9. Timbang bahan setelah kering.

10. Masukkan simplisia ke dalam wadah atau toples kaca


B. Pengamatan mikroskopik

1. Memasukan simplisa kedalam mortir dan gerus halus

menggunakan stamper

2. Bahan yang sudah halus (tepung) diambil sedikit dan

diletakkan diatas kaca preparat, kemudian tetesi aquadest sebanyak 1

tetes.

3. Kemudia preparat diamati dengan menggunakan

mìkroskop sampai obyek terlihat jelas.

4. Catat hasil pengamatan


BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

1. Uji organoleptik makroskopik


a. Warna : merah kecoklatan
b. Bau : khas rosella
c. Bentuk: tipis seperti pperkamen
d. Tekstur: kasar

2. Uji organoleptik mikroskopik


a. Warna : merah kecoklatan
b. Bau : khas rosella
c. Bentuk: serbuk
d. Tekstur: halus

Pengamatan Mikoroskopik:

Mikroskopis gambar

kristal kalsium oksalat

bentuk roset, serabut skelerenkim,

epidermis kelopak bunga dengan

stomata, serabut, berkas

pengangkut dengan penebalan

spiral, serbuk sari dan epidermis

mahkota bunga.
BAB V

PEMBAHASAN

Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3 m. batang bulat

berkayu dan berwarna merah. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung

tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm.

Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm.

Daun tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah tunggal dengan letak berseling, daun

bertangkai besar 6-15 cm panjangnya, bulat telur, bentuk lingkaran atau oval melintang dan

berbagi 3.

Bunga rosella merupakan bunga tunggal tumbuh pada ketiak daun, gugur dalam 24 jam

setelah mekar, diikuti dengan menutupnya kelopak tambahan sebagai pelindung biji. Bunga

rosella disebut juga sebagai bunga duduk karena ukuran tangkainya yang pendek. tangkai

bunga rosella memiliki panjang 1-2 cm, beruas, bunga di ketiak, kebanyakan berdiri sendiri.

Daun kelopak berbagi 5 dalam tajuk berbentuk lanset, berdaging tebal, merah tua atau kuning

muda, dengan tulang daun merah. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 3-5 cm.Buah

dibentuk 1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan umumnya beruang 5.

Pada tiap ruang terdapat dua barisan biji. Buah muda diselubungi oleh kulit tipis yang

berwarna hijau kuning mengkilat. Seluruh bagian buah diselubungi oleh daun kelopak. Bentuk

buah bulat, yang meruncing di bagian ujungnya yang menyerupai kapsul, berwarna hijau

kemerah-merahan. Biji rosella (Hibiscus sabdariffa) berbentuk seperti ginjal, berwarna abu-

abu kotor dan kilauannya merah kecoklatan.

Kelopak bunga rosella yang mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi

untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit. Kandungan

vitamin C rosella lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk dan mangga. Zat warna alami yang
terdapat pada buah rosella di dalam air akan memberikan warna merah terang yang sangat

menarik sehingga bubuk serat buah rosella dapat dengan mudah digunakan sebagai bahan

minuman fungsional sumber vitamin C. Dengan kandungan nutrisi buah rosella yang kaya akan

vitamin C serta kandungan karbohidrat yang tinggi maka serat buah rosella memberikan rasa

khas yang disukai sehingga buah rosella sangat prospektif untuk dijadikan sebagai bahan dasar

dalam pembuatan makanan fungsional.

Zat warna pada kelopak buah rosella dapat memberikan warna merah yang menarik

pada seduhan menyebabkan serat buah rosella dapat dijadikan rosella sebagai minuman seperti

teh. Buah dibentuk 1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan umumnya beruang 5. Pada tiap

ruang terdapat dua barisan biji. Buah muda diselubungi oleh kulit tipis yang berwarna hijau

kuning mengkilat. Seluruh bagian buah diselubungi oleh daun kelopak. Bentuk buah bulat,

yang meruncing di bagian ujungnya yang menyerupai kapsul, berwarna hijau kemerah-

merahan.

Biji rosella (Hibiscus sabdariffa) berbentuk seperti ginjal, berwarna abu-abu kotor dan

kilauannya merah kecoklatan. kelopak bunga rosella yang mengandung vitamin C dalam kadar

tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan

penyakit. Kandungan vitamin C rosella lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk dan mangga.

Zat warna alami yang terdapat pada buah rosella di dalam air akan memberikan warna merah

terang yang sangat menarik sehingga bubuk serat buah rosella dapat dengan mudah digunakan

sebagai bahan minuman fungsional sumber vitamin C. Dengan kandungan nutrisi buah rosella

yang kaya akan vitamin C serta kandungan karbohidrat yang tinggi maka serat buah rosella

memberikan rasa khas yang disukai sehingga buah rosella sangat prospektif untuk dijadikan

sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan fungsional. Zat warna pada kelopak buah

rosella dapat memberikan warna merah yang menarik pada seduhan menyebabkan serat buah

rosella dapat dijadikan rosella sebagai minuman seperti teh.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bunga rosella memiliki bentuk makroskopis berwarna merah kecoklatan, sedikit

mengkilap, berbentuk seperti perkamen setelah dijadikan simplisia, beraroma khas rosella, dan

bertekstur kasar. Sedangkan untuk makroskopisnya bunga rosella bberbentuk serbuk, berwarna

merah kecoklatan, berbau khas rosella, dan bertekstur halus.

Saat pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop bunga rosella terdapat kristal

kalsium oksalat bentuk roset, serabut skelerenkim, epidermis kelopak bunga dengan stomata,

serabut, berkas pengangkut dengan penebalan spiral, serbuk sari dan epidermis mahkota bunga

Saran

a. Dibutuhkan waktu pengeringan lebih lama, karena bunga rosella memiliki kanfungan

air yang cukup banyak

b. Saat proses pengeringan, bunga rosella harus ditutup dengan kain hitam

c. Butuh ketelitian saat pengamatan mikroskopis


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Jakarta, Penerbit Salemba Medika.

Backer , C. A., Den Brink Van B. J. R., 1963, Flora of Java, Published under The auspices of

the rijksherbarium, 167.

Dalimarta, A., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta, Jilid 5, 3-6, Pustaka Bunda.

DepKes RI, 1987, Analisis Obat Tradisional, Jilid 1, 57-67, Direktorat Jendral Pengawasan

Obat Dan Makanan, Jakarta.

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Jilid 1, Jakarta, Badan Litbang Departemen

Kehutanan.

Katzung, B. G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 8, diterjemahkan oleh bagian

farmakologi Fakultas Kedokteran UNAIR, 83-85, Surabaya, Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai