PENDAHULUAN
sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan
obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan. Biasanya obat
Menurut Departemen Kesehatan RI, Simplisia adalah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain
Menurut Gunawan dan Mulyani, Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk
menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk.
Rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah spesies bunga yang berasal dari benua Afrika.
Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah itu diseduh
sebagai minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di musim panas. Di negeri
asalnya, Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung
dalam kelopak rosela, sementara di Jamaika, dibuat salad buah yang dimakan mentah.
Adakalanya juga dimakan dengan kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue sesudah
dimasak dengan gula. Di Mesir, rosela diminum dingin pada musim panas dan diminum
panas saat musim dingin. Di Sudan, menjadi minuman keseharian dengan campuran garam,
merica, dan tetes tebu. Minuman itu juga menghilangkan efek mabuk dan mencegah batuk.
Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan
gula rendah kalori seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga rosela juga dapat
1.3. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu, sumber
simplisa, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara yang
baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahansediaan herbal yang
belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali di nyatakan lain simplisia merupakan
yang mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun subtropis. Rosella
memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan percabangan simpodial dan berwarna
kemerahan. Daunnya tunggal berseling berbentuk bulat telur dengan ujung yang
runcing, tepi beringgit, pangkal berlekuk dengan pertulangan daun menjari. Daun
rosella memiliki lebar 5-8 cm, panjang 5-15 cm dengan tangkai berukuran 4-7 cm,
penampang bulat dan berwarna hijau. Bagian dari tanaman rosella yang paling sering
Bunganya berwarna merah terletak di ketiak daun dan tunggal, dengan kelopak terdiri
dari 8-11 daun kelopak berukuran 1 cm, berbulu, dan pangkal berlekatan (Devi, 2009).
Mahkota bunga rosella berbentuk corong dengan 5 daun mahkota berukuran 3-
5 cm. Tangkai sari pendek dan tebal yang panjangnya ± 5 mm, sedangkan putik
2.2. Klasifikasi
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
2.3. Morfologi
a. Batang
Saat muda batang dan daunnya berwarna hijau, namun ketika beranjak
dewasa dan berbunga, batangnya akan berubah menjadi coklat kemerahan. Batang
b. Daun
Daun yang bersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dan
berbentuk menjari, tepi bergerigi. Tulang daun berwarna merah, panjang daun dapat
c. Bunga
Bunga muncul pada ketiak daun. Mahkota bunga berbentuk corong tersusun
dari lima helai daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik dan indah. Selain
mahkota dan kelopak, bunga juga dilengkapi 8-12 kelopak tambahan. Bunga akan
muncul saat rosella berumur 2,5 – 3 bulan setelah ditanam. Awalnya bunga
berwarna merah muda dan belum menyerupai bunga yang sudah matang.
Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan asam urat, Hipertensi, Diabetes mellitus,
PEAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mortir dan stamper, wadah,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah simplisia buah mahkota
A. Pembuatan simplisia
perajangan.
menggunakan stamper
tetes.
Pengamatan Mikoroskopik:
Mikroskopis gambar
mahkota bunga.
BAB V
PEMBAHASAN
Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3 m. batang bulat
berkayu dan berwarna merah. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung
tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm.
Daun tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah tunggal dengan letak berseling, daun
bertangkai besar 6-15 cm panjangnya, bulat telur, bentuk lingkaran atau oval melintang dan
berbagi 3.
Bunga rosella merupakan bunga tunggal tumbuh pada ketiak daun, gugur dalam 24 jam
setelah mekar, diikuti dengan menutupnya kelopak tambahan sebagai pelindung biji. Bunga
rosella disebut juga sebagai bunga duduk karena ukuran tangkainya yang pendek. tangkai
bunga rosella memiliki panjang 1-2 cm, beruas, bunga di ketiak, kebanyakan berdiri sendiri.
Daun kelopak berbagi 5 dalam tajuk berbentuk lanset, berdaging tebal, merah tua atau kuning
muda, dengan tulang daun merah. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 3-5 cm.Buah
Pada tiap ruang terdapat dua barisan biji. Buah muda diselubungi oleh kulit tipis yang
berwarna hijau kuning mengkilat. Seluruh bagian buah diselubungi oleh daun kelopak. Bentuk
buah bulat, yang meruncing di bagian ujungnya yang menyerupai kapsul, berwarna hijau
kemerah-merahan. Biji rosella (Hibiscus sabdariffa) berbentuk seperti ginjal, berwarna abu-
Kelopak bunga rosella yang mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit. Kandungan
vitamin C rosella lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk dan mangga. Zat warna alami yang
terdapat pada buah rosella di dalam air akan memberikan warna merah terang yang sangat
menarik sehingga bubuk serat buah rosella dapat dengan mudah digunakan sebagai bahan
minuman fungsional sumber vitamin C. Dengan kandungan nutrisi buah rosella yang kaya akan
vitamin C serta kandungan karbohidrat yang tinggi maka serat buah rosella memberikan rasa
khas yang disukai sehingga buah rosella sangat prospektif untuk dijadikan sebagai bahan dasar
Zat warna pada kelopak buah rosella dapat memberikan warna merah yang menarik
pada seduhan menyebabkan serat buah rosella dapat dijadikan rosella sebagai minuman seperti
teh. Buah dibentuk 1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan umumnya beruang 5. Pada tiap
ruang terdapat dua barisan biji. Buah muda diselubungi oleh kulit tipis yang berwarna hijau
kuning mengkilat. Seluruh bagian buah diselubungi oleh daun kelopak. Bentuk buah bulat,
yang meruncing di bagian ujungnya yang menyerupai kapsul, berwarna hijau kemerah-
merahan.
Biji rosella (Hibiscus sabdariffa) berbentuk seperti ginjal, berwarna abu-abu kotor dan
kilauannya merah kecoklatan. kelopak bunga rosella yang mengandung vitamin C dalam kadar
tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan
penyakit. Kandungan vitamin C rosella lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk dan mangga.
Zat warna alami yang terdapat pada buah rosella di dalam air akan memberikan warna merah
terang yang sangat menarik sehingga bubuk serat buah rosella dapat dengan mudah digunakan
sebagai bahan minuman fungsional sumber vitamin C. Dengan kandungan nutrisi buah rosella
yang kaya akan vitamin C serta kandungan karbohidrat yang tinggi maka serat buah rosella
memberikan rasa khas yang disukai sehingga buah rosella sangat prospektif untuk dijadikan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan fungsional. Zat warna pada kelopak buah
rosella dapat memberikan warna merah yang menarik pada seduhan menyebabkan serat buah
Kesimpulan
mengkilap, berbentuk seperti perkamen setelah dijadikan simplisia, beraroma khas rosella, dan
bertekstur kasar. Sedangkan untuk makroskopisnya bunga rosella bberbentuk serbuk, berwarna
kalsium oksalat bentuk roset, serabut skelerenkim, epidermis kelopak bunga dengan stomata,
serabut, berkas pengangkut dengan penebalan spiral, serbuk sari dan epidermis mahkota bunga
Saran
a. Dibutuhkan waktu pengeringan lebih lama, karena bunga rosella memiliki kanfungan
b. Saat proses pengeringan, bunga rosella harus ditutup dengan kain hitam
Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Jakarta, Penerbit Salemba Medika.
Backer , C. A., Den Brink Van B. J. R., 1963, Flora of Java, Published under The auspices of
Dalimarta, A., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta, Jilid 5, 3-6, Pustaka Bunda.
DepKes RI, 1987, Analisis Obat Tradisional, Jilid 1, 57-67, Direktorat Jendral Pengawasan
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Jilid 1, Jakarta, Badan Litbang Departemen
Kehutanan.
Katzung, B. G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 8, diterjemahkan oleh bagian