Anda di halaman 1dari 9

PAPER KELOMPOK FARMAKOGNOSI

ALKALOID DAUN KOKA ( Cocca Folium)

KELOMPOK :
AYU TRIANA KURNIASIH (184840109)
DEVITASARI (184840111)
ETRIE NOLADIANA (184840114)
RIANTI RAMANDANI (184840126)
SHELA PRATIWI (184840131)

PROGRAM STUDI FARMASI


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASAL USUL TANAMAN KOKA


Jejak-jejak penanaman koka telah ada sejak 3000 tahun yang lalu. Bahkan terdapat bukti
lain bahwa penduduk di sana telah mengunyah daun koka dengan lemon sejak 8000
tahun yang lalu. Bukti-bukti arkeologis pengunyahan koka yang cukup melimpah paling
tidak bertanggal pada abad ke-6 pada masa budaya Moche. Tradisi ini pun berlanjut
hingga pada Inca setelahnya. yang didasarkan pada mumi yang ditemukan bersama daun
koka, gerabah yang menggambarkan pengunyah koka, serta sebuah spatula yang dibuat
dari logam berharga untuk mengekstrak alkali dan bergambar kantung yang berisi daun
koka.
Pengunyahan daun koka mungkin terbatas hanya pada bagian timur Pegunungan Andes
dikenal oleh bangsa Inca (Quechua). Karena tanaman tersebut dipandang sebagai
tanaman "dewa", maka penanamannya pun menjadi monopoli dari kekaisaran dan
penggunaannya pun hanya pada golongan bangsawan dan beberapa golongan terpandang
(ahli pidato, kurir, pekerja publik yang disukai, dan tentara) pada masa pemerintahan
Topa Inca (1471-1493). Setelah Kekaisaran Inca mulai runtuh, daun koka pun semakin
luas penggunaanya. Pada tahun 2006, pemerintah beberapa negara Amerika Latin, seperti
Venezuela, Peru, dan Bolivia, berhasil mempertahankan dan memenangkan penggunaan
tradisional koka, sebagaimana penggunaannya secara modern dari daun dan ekstraknya
pada produk rumah tangga seperti teh dan pasta gigi.

B. MORFOLOGI TANAMAN KOKA


Koka (Erythroxylum sp.) adalah tanaman budidaya asli dari bagian barat Amerika
Selatan yang berasal dari famili Erythroxylaceae. Tanaman koka berbentuk semak dan
dapat tumbuh hingga ketinggian 2-3 meter (7-10 kaki). Cabangnya lurus dan daunnya
tipis, berwarna gelap. Bunganya kecil, bergerombol dalam tangkai yang pendek;
mahkotanya berjumlah lima dan berwarna putih kekuningan; benang sarinya berbentuk
hati, dan putiknya terdiri atas tiga bagian yang menyatu membentuk bakal buah beruang
tiga. Bunganya lalu berkembang menjadi beri merah.
Terdapat dua spesies yang dibudidayakan, yaitu Erythroxylum coca dan Erythroxylum
novogranatense. Jenis Erythroxylum coca mempunyai dua varietas, yaitu E. c. coca, yang
hidup pada sisi timur Pegunungan Andes di Peru dan Bolivia; dan E. c. ipadu, yang
dikembangbiakkan di dataran rendah sungai Amazon di Peru dan Kolombia.
Jenis Erythroxylum novogranatense juga mempunyai dua varietas yang dikembangkan,
yaitu E. n. novogranatense yang ditumbuhkan di dataran kering di Kolombia, dan E. n.
truxillense, yang tumbuh di Peru dan Kolombia. Perbedaan kedua varietas di atas
adalah E. n. novogranatense memiliki garis sejajar pada kedua sisi tulang daunnya,
sedangkan E. n. truxillense tidak. Keempat varietas tersebut telah dikembangbiakkan
sejak sebelum masa penemuan oleh Colombus.

C. KANDUNGAN ALKALOID DALAM DAUN KOKA (Cocca Folium)

Gambar 5.1 Kokain


Zat aktif pada daun koka adalah alkaloid koka (kokain), yang terdapat dalam
kisaran 0,3% hingga 1,5%, dengan rata-rata 0,8% pada daun yang masih segar. Selain itu,
daun koka juga mempunyai beberapa alkaloid lain seperti methylecgonine
cinnamate, benzoylecgonine, truxilline, hydroxytropacocaine, tropacocaine, ecgonine, cu
scohygrine, dihydrocuscohygrine, nicotine, dan hygrine. Ketika dikunyah, daun koka
berperan sebagai stimulan ringan dan menekan rasa lapar, haus, sakit, dan lelah.
Penyerapan senyawa koka dari daunnya memakan waktu lebih lambat daripada
menghirup alkaloid murni lewat hidung (hampir semua senyawa daun koka diserap
dalam waktu 20 menit setelah dihirup, sedangkan penyerapan setelah daun ditelan
membutuhkan waktu 2-12 jam supaya jumlah alkaloid mencapai puncaknya). Ketika
daun mentah dikonsumsi sebagai teh, antara 59% hingga 90% dari jumlah alkaloid
diserap.
Daun koka, ketika dikonsumsi dalam bentuk asalnya, tidak akan menimbulkan
ketergantungan baik fisiologis maupun psikologis ataupun gejala kecanduan apabila
cukup lama tidak dikonsumsi. Karena kandungan alkaloid dan sifat noncandunya, koka
telah disarankan sebagai metode penyembuhan kecanduan kokain untuk menghentikan
pemakaian obat-obatan terlarang.
Alkaloid koka adalah alkaloid yang ditemukan di tanaman koka (Erythroxylum
cocca). Golongan alkaloid yang terdsapat dalam tanamn koka yaitu golongan pirolidin
atau tropane.

Gambar 5.1

Metabolisme Kokain (BZ) dan ester metil ester (EME) adalah metabolit yang paling
melimpah dari lebih dari 11 metabolit kokain seperti yang ditunjukkan pada Gambar
5.1. Kokain dinonaktifkan untuk BZ dan EME terutama melalui deesterifikasi
(hidrolisis) di hati.
Gambar 5.2
Sebagian besar metabolit lainnya tidak aktif secara farmakologis atau memiliki
aktivitas yang sangat rendah. Norcocaine (NC), melalui metabolisme oksidatif, adalah
salah satu dari beberapa metabolit yang aktif secara farmakologis. NC mengalami
metabolisme lebih lanjut menjadi norcocaine nitroxide, yang bersifat hepatotoksik
pada hewan . Methylecgonidine (MED atau anhydroecgonine methyl ester (AEME)),
terbentuk dari merokok (pirolisis) kokain (Gambar 5.2), juga telah terbukti aktif pada
hewan. Ini dimetabolisme melalui deesterifikasi menjadi ecgonidine (ED atau
anhydroecgonine).

Gambar 5.3
Ketika kokain dan alkohol diberikan bersama, ada perubahan dalam jalur
metabolisme. Sebagian kokain, alih-alih dihidrolisis menjadi senyawa tidak aktif,
menjalani transesterifikasi menjadi cocaethylene (CE) yang secara farmakologis aktif
yang melibatkan metil esterase hati nonspesifik yang sama yang digunakan untuk
hidrolisis (Gbr. 5.3). Alkohol mengganggu detoksifikasi kokain menjadi BZ dan
EME, kemungkinan melalui penghambatan esterase hati yang menyebabkan kokain
tetap berada di dalam tubuh untuk jangka waktu yang lebih lama. Alkohol juga
bertanggung jawab untuk peningkatan jumlah NC aktif yang dihasilkan dari
peningkatan aktivitas enzim oksidatif di hati. Kehadiran alkohol juga menghasilkan
metabolisme pirolitik MED menjadi etilecgonidine (EED atau anhydroecgonine ethyl
ester).

D. CARA PENGAMBILAN DAN PENYARINGAN DAUN KOKA (Cocca Folium)


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit Karunika
Jakarta
Universitas Terbuka.

Ashton, C. 2001. Pharmacology and effects of cannabis: a brief review. The British Journal of
Psychiatry,
Vol. 178.

Ciccarone, D. 2011. Stimulant Abuse: Pharmacology, Cocaine, Methamphetamine, Treatment,


Attempts
at Pharmacotherapy. Primary Care. Vol. 38(1)

Anda mungkin juga menyukai