I. PENDAHULUAN
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap,
mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat
pengawet, zat warna, dan zat pewangi, untuk digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut
utama digunakan etanol 90% yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Sebagai pengganti gula dapat ditambahkan
sirup simpleks. Konsentrasi alkohol yang terdapat dalam sediaan berdasarkan FDA :
Dalam RSP 2005 halaman 756, disebutkan bahwa eliksir termasuk kedalam golongan
larutan non-aqueous dengan kandungan alkohol bervariasi mulai dari 3-5% sampai 21-23%.
Menurut FI III hal 32: Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injectiones. Wadah harus
dikosongkan dengan cepat, kemasan boleh lebih dari 1 liter.
Menurut FI IV hal 13: Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut,missal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.
Menurut Formularium Nasional hal 332: Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan
melarutkan satu jenis obat atau lebih didalam pelarut, dimasudkan untuk digunakan sebagai obat
dalam, obat luar atau yang dimasudkan kedalam organ tubuh.
Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 304: Larutan didefinisikan sebagai
sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan
dalam air yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan
kedalam golongan produk lainnya. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat yang terlarut.
Menurut FI III: Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna,
zat wangi dan zat pengawet; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan
etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan Gliserol,
sorbitol dan propilenglikol; sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula.
Menurut M. Anief: Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang
berfungi sebagai kosolven.
Menurut Ansel 19: Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari
senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis
dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang
efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat
hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut
dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus
dan kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir lebih disukaidari sirup.
Untuk membuat sediaan salep kamfer yang baik, aman dan berkhasiat diperlukan data-
data:
2.6. Perhatian:
a. Pemerian
b. Kelarutan
Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam klorofor m P; sangat sukar larut
dalam eter P; agak sukar larut dalan aseton P.
c. Penyimpanan
d. Titik lebur
e. Ph
4 sampai 6
- GG ( Gliseril Guaiakolat )
a. Rumus molekul : C10H14O
b. Berat molekul : 198,22
c. Sinonim : Glycerylis Guaiacolas
d. Pemerian : Serbuk hablur putih hingga agak keabuan, hampir tidak berbau
atau berbau lemah, rasa pahit
e. Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P,
dalam gliserol P, dan dalam propilenglikol P
f. Stabilitas : Cenderung menggumpal saat penyimpanan. Disimpan dalam
wadah tertutup rapat
g. Susut pengeringan : Tidak lebih dari 0,5% ; lakukan pengeringan dalam hampa udara,
pada tekanan tidak kurang dari 10 mmHg, pada suhu 60 hingga bobot tetap
h. Identifikasi : Campur lebih kurang 5 mg dengan 1 tetes formaldehid P dan
beberapa tetes asam sulfat P maka terjadi warna merah tua hingga ungu.
i. Keasaman-kebasaan pH larutan 1,0% b/v, 5,0 sampai 7,0
j. Jarak lebur antara 78o dan 82o : pengamatan dilakukan pada suhu mulai melebur dan
akhir melebur tidak lebih dari 3
g. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
B. Aquadest
c. RM/BM : H2O/18,02
C. Sirup simplex
b. Rasa : manis
c. Bau : tidak berbau
e. Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam
eter
Campurkan leb9ih kurang 5 mg dengan satu tetes formaldehid P dan beberapa tetes
asam sulfat P: terjadi warna merah tua hingga ungu.
Pemerian : serbuk hablur ; putih ; tidak berbau. Jika terkena cahaya, perlahan-lahan
warna menjadi gelap. Larutan praktis netral terhadap kertas lakmus P.
Kelarutan: mudah larut daam air, dalam etanol dan dalam kromoform. Agak sukar larut
dalam aseton,. Sangat sukar larut dalam benzene dan dalam eter.
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang.
Khasiat: antihistamin
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai agak kelabu; bau khas lemah; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam propilen glikol;
agak sukar larut dalam gliserin.
Syarat kadar : mengandung , tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dalam eter P.
Titik didih : 78 C
Pemberian: cairan jernih tidak berwarna tdak mempunyai rasa dan tidak berbau.
Pka/Pkb : 8,4
Bobot jenis : 1
GR/CM3
Ph larutan: 7
Pemberian: Cairan jernih, tidak berwarna, penetapan kadar memenuhi syarap, penetapan
sakarosa yang tidak tertera pada sirup
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk ( FI edisi III hal 567 )
V. PENDEKATAN FORMULASI
5.1 Pendahuluan
R/
Tiap 5 ml mengandung
GG 50 mg
Etanol 0,75 ml
Sirup simplex 2
Aqua ds ad 5 ml
VII. PEMERIKSAAN BAHAN BAKU DAN ZAT AKTIF DAN EKSIPIEN
7.1 Pemeriksaan zat aktif
7.2 Pemeriksaan Eksipien.
VIII. METODE DAN PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN
8.1 Kekuatan sediaan
Pada pembuatan elixir difenhidramin ditambahkan dengan GG ini kekuatan
sediaan yang digunakan adalah difenhidramin 12,5 mg gg 50 mg.
8.2 Rencana sediaan yang akan dibuat
Sediaan akan dibuat dalam bentuk elixir dikarenakan sifat difenhidramin yang
sukar larut dalam air namun larut dalam etanol. Obat digunakan untuk pemakaian
oral sebagai antihistamin dan ekspetoransia.
8.3 Perhitungan
50
Difenhidramin HCL : x 12,5 g = 125 g = 0,125
5
50
GG : x 50 mg = 500 g = 0,5
5
50
Etanol : x 0,75 g = 7,5 ml
5
50
Sirup simplex : x 2 =20 g
5
Aquadest ad 50 ml
8.4 Penimbangan
Difenhiramin 1,125
GG 0,5
Etanol 7,5 ml
Sirup simplex 20 g
Aquadest ad 50 ml
8.5 Prosedur pembuatan
a. alat dan bahan
Alat
Bahan :
- Difenhidramin HCL
- GG
- Etanol 90%
- Sirup simplex
- Aq ds
b. Cara Kerja
4. Masukan difenhidramin ke dalam lumping lalu gerus, tetesi etanol 90% gerus ad larut
(masa I)
Evaluasi organoleptik : bau, rasa, warna, kejernihan, selain itu juga diperiksa
kelengkapan etiket,brosur dan penandaan pada kemasan.
Evaluasi kejernihan FI IV hal 998 (881) : 5 ml
Berat jenis FI IV hal 1030 (981) : 10 ml
H FI IV hal 1039 (1071) : 1 botol
Volume terpindahkan FI IV hal 1089 (1201) : 30 wadah (tetapi dapat dipakai
untuk uji-uji lainnya)
Viskositas (petunjuk prak farmasi fisika hal 9-12 atau Physical Pharmacy, Martin,
hal. 463).Viskosimeter Hoppler membutuhkan kurang lebih 120 ml (2 botol).
Alat : Viskometer Hoppler
Prosedur
1. Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai penuh)
2. Masukkan bola yang sesuai
3. Tambahkan cairan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada gelembung
udara)
4. Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan oleh bola untuk
menempuh jarak tertentu melalui cairan tabung
5. Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer
Viskositas cairan dihitung dengan rumus :
Identifikasi
Penetapan kadar (termasuk dalam pengujian Keseragaman Sediaan <911>
Suplemen FI IV hal 1543-1544( sesuai monografi)3. Evaluasi Biologi
Penetapan potensi antibiotik untuk eliksir dengan zat aktif antibiotika (FI. IV hal
891-89
APOTEK UMN
JL. TAN MALAKA BELAKANG BALOK
APOTEKER : S.Farm., Apt
SIK : 398323547582015
NO : TANGGAL : 30-11-2017
NAMA :
X SEHARI
Mea Camfer
Salep Kamfer
KOMPOSISI
Tiap 10 gram mengandung: Camphora ..................................4 %
FARMAKOLOGI
Kamfer merupakan agen anti iritan, pruritis dan analgetik, yang diserap secara cepat dari seluruh jaringan, sehingga
memberi rasa sejuk atau hangat. Bentuknya hidroksilat dalam hati untuk menghasilkan metabolit hidroksi kamfer yang
mana kemudian dikonjugasikan dengan asam glukoronit dan diekskresikan melalui urine.
INDIKASI
Untuk memberikan rasa hangat, meringankan rasa sakit karena nyeri otot, gatal, dan masuk angin.
KONTRA INDIKASI
Jangan digunakan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada obat golongan kamfer.
EFEK SAMPING
Kemerahan, iritasi kulit, rasa terbakar.
ATURAN PAKAI
Oleskan 3-4 kali sehari pada tempat yang sakit.
PENYIMPANAN
XIII. PUSTAKA