KELOMPOK : 6
KELAS : B
DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes.,Apt
Raditya Weka Nugraheni, S.Farm.,Apt
Dian Ermawati, M.Farm.,Apt
Adapun laporan pratikum sediaan ointment ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki laporan sediaan ointment ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN .................................................................................................. 6
BAB II .................................................................................................................... 8
iii
3.2.2 Karakteristik Fisika Kimia Kamfer .................................................. 18
BAB IV ................................................................................................................. 27
BAB V................................................................................................................... 32
BAB VI ................................................................................................................. 41
iv
EVALUASI .......................................................................................................... 44
PEMBAHASAN .................................................................................................. 52
BAB IX ................................................................................................................. 56
PENUTUP ............................................................................................................ 56
BAB X................................................................................................................... 58
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
6
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana studi pra formulasi untuk bahan aktif menthol dan kamfer?
2) Bagaimana formulasi yang baik untuk sediaan ointment ?
3) Bagaimana prosespembuatan sediaan salep yang baik ?
4) Bagaimana hasil evaluasi skala besar dari sediaan ointment menthol dan
kamfer yangtelah dibuat?
1.3 Tujuan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
2.1.1 Definisi
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dari tubuh
manusia.
Luaskulitorangdewasaadalah1,7m2denganberatsekitar10%beratbadan.Kuli
t merupakan organ tubuh yang paling kompleks untuk melindungi
manusia dari pengaruhlingkungan.
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi dan
karakteristik berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis,
lapisan dermis, dan lapisan subkutan (Baumann, 2002)
a) Lapisan Epidermis
Lapisan ini merupakan lapisan paling tipis dan terluar dari kulit.
Sangat penting dalam kosmetika karena lapisan ini memberikan tekstur,
kelembaban serta warna kulit. Sel penyusun utama lapisan epidermis
adalah keratinosit. Keratinosit diproduksi oleh lapisan sel basal. Apabila
keratinosit matang akan bergerak ke lapisan di atasnya yang disebut
dengan proses keratinisasi.
8
Lapisan epidermis dibagi menjadi empat lapisan yaitu:
- Lapisan sel basal (stratum basal)
Merupakan lapisan paling bawah dari epidermis. Bentuk selnya
adalah kuboid. Lapisan sel basal berfungsi melindungi epidermis dengan
terus menerus memperbarui selnya. Lapisan ini mengandung banyak
keratinosit. Selain itu, juga terdapat sel melanosit untuk mensintesis
melanin dan sel merkel untuk sensasi.
- Lapisan sel prickle (stratum spinosum)
Merupakan lapisan paling bawah kedua setelah lapisan sel basal. Sel
berbentuk polihedral dengan inti bulat merupakan hasil pembelahan dari
sel basal yang bergerak ke atas dan saling dihubungkan dengan
desmosom.
- Lapisan sel granuler (stratum granulosum)
Merupakan lapisan dengan butiran / granula keratohialin di dalam sel.
Pada lapisan ini, selnya berbentuk datar dan tidak ada intinya. Granula
keratohialin mengandung profilagrin dan akan berubah menjadi filagrin
dalam dua sampai tiga hari. Filagrin akan terdegradasi menjadi molekul
yang berkontribusi terhadap hidrasi pada stratum korneum dan
membantu penyerapan radiasi sinar ultraviolet.
- Lapisan sel tanduk (stratum korneum)
Merupakan lapisan paling superfisial dari epidermis. Pada lapisan ini,
keratinosit yang sudah matang akan mengalami proses keratinisasi.
Lapisan ini memberikan perlindungan mekanik pada kulit dan sebagai
barier untuk mencegah kehilangan air pada kulit atau untuk mencegah
terjadi transepidermal water loss.
b) Lapisan Dermis
9
keringat ada pada lapisan ini. Sel penyusun utama lapisan dermis adalah
fibroblas yang mensintesis kolagen, elastin dan glikosaminoglikan.
Selain itu, terdapat sel dendrosit, sel mast, makrofag, dan
limfosit.Lapisan ini berfungsi untuk melekatkan lapisan epidermis dan
dermis, mempertahankan terhadap kerusakan dari luar, serta
mempertahankan integritas kulit.
Lapisan ini terletak di bawah lapisan dermis. Terdiri dari jaringan ikat
longgar dan lemak. Sel utama lapisan subkutan adalah adiposit,
merupakan sel mesenkimal khusus yang menjadi tempat penyimpanan
lemak, sangat penting sebagai sumber energi bagi tubuh.
Selain itu, pada kulit juga terdapat apendiks kulit. Yang termasuk di
dalam apendiks kulit, yaitu: kuku, rambut, kelenjar sebasea, kelenjar
ekrin, dan kelenjar apokrin (Golara, 2014)
10
2.1.3 Fungsi Kulit
Berdasarkan sudut pandang perawatan, kulit terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a) Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis, dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
11
b) Kulit berminyak
c) Kulit kering
2.2.1 Definisi
12
cocok.
13
Kekurangan basis absopsi :
14
2.2.6 Penggolongan Sediaan
15
BAB III
Struktur Kimia :
Titik leleh : 34 ˚C
16
3.1.2 Karakteristik Fisika Kimia Menthol
- Kelarutan :sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol;
mudah larut dalam minyal lemak dan minyak atsiri ( FI V hal 821)
- Stabilitas : formulasi yang mengandung mentol 1% b/b dalam krim
berair telah dilaporkan stabil sampai 18 bulan bila disimpan dalam suhu
ruangan
- Inkompaktibilitas :tidak kompaktibel terhadap buthyl chloralhydrate,
fenol, dan temol
Struktur Kimia :
17
Kelarutan : sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, kloroform;
mudah larut dalam minyak lemak dan minyak atsiri ( FI V hal 130)
18
Kelarutan : aceton tidak
larut, ethanol (95%)1:1,1;
ethanol (50%) 1:5,6; eter:
tidak larut. Glyserin:
1:250; mineral Oil:
1:3330; peanut oil: 1:70;
propilenglikol : 1:3,9; Air :
1:4350 (15%); 1:2500; 1:
225 (800C)
(HPE hal 596)
3 Propilenglikol Pemerian: jernih, tidak Sebagai pengawet dengan
berwarna, kental praktis rentang pemakaian 15%-
tidak berbau cairan dengan 30%
beraroma
TL:590C
BJ: 1,098
Kelarutan : dapat
dicampur dengan aseton,
kloroform, etanol (95%),
glyserin, aqua larut dalam
1:6 eter tidak dapat
bercapur dengan oleum
mineral.
(HPE ed 6 p: 592)
19
nipasol dikarenakan bahan tersebut dapat kompaktibel dengan bahan
yang lain.
20
berwarna, kristal prisma,
bau seperti sulfur dioksida
dan asam
Kelarutan : Sangat mudah
larut dalam gliserin dalam
air 1:9
21
etanol 95% mendidih.
Praktis tidak larut air
TL = 38-44oC
Inkompatibilitas: lanolin
mengandung prooksidan
yang dapat mempengaruhi
kestabilan bahan aktif
tertentu
Stabilitas: dalam
penyimpanan
dapatteroksidasi. Tidak
toksik dan tidak
mengiritasi,dapat
menyebabkan alergi pada
kulit sensitive.
(HPE 6 thed. p 377)
2 Cera alba Pemerian: lembaran Emollient = 2- 5%
berwarna putih atau Emulsifying agent
agak kuning, tidak berasa, = 2-5%
agak transparan. Stiffening agent =
Baunyasama dengan cera 2- 10%
flavum namun lebih lemah. Water absorption=
Kelarutan : larut dalam 5-7%
kloroform, eter,minyak,
karbon disulfide, larut
sebagian dalam etanol
(95%), praktis tidak larut
air
Inkompatibilitas : dengan
oksidator kuat. Dapat
menurunkan titik leleh
inuprofen sehingga
22
cenderung sticking selama
proses film coating pada
kristal ibuprofen.
Stabilitas: stabl pada
suasana asam, basa,cahaya,
dan udara.
TL = 61-65oC
HLB = 12
(HPE 6 thed. Page 779)
3 Vaselin album Pemerian : warna kuning Topical ointment up to
pucat, massa lembut,tidak 100%
berasa, tidak berbau, dapat Topical emulsions
atau mudahditembus 4-25%
cahaya, tidak Emollient topical
berfluorosensi creams = 10-30%5.
ketikadilebur.
Kelarutan : praktis tidak
larut aseton, etanol95%
panas/dingin, gliserin dan
air. Larut dalam benzene,
karbon disulfid, kloroform,
eter,heksane, minyak
menguap dan sebagian
minyak lemak
TL = 38-60oC
(HPE 6 thed. page 481)
23
praktis tidak berasa dan 1,0-32,0%
tidak berwarna ketika
dingin dan memiliki bau
khasketika dipanaskan
Kelarutan : praktis tidak
larut etanol 95%,gliserin
dan air. Larut dalam
aseton,benzene,chloroform,
eter dan petroleum eter,
karbondisulfida. Larut
dengan volatile oils
kecualicastor oil
Inkompatibilitas : dengan
oksidator kuat.
HLB : 12
Viskositas : 110-230mPas
(T=20oC)
TD>360oC
(HPE 6th ed. page 445)
24
tidak berbau dan rasa
sedikit asam
Kelarutan: larut dalam 11
bagian air, praktis tidak
larut dalam kloroform dan
sedikit larut dalam etanol.
BM: 292,24
TL: 220˚C (dekomposisi)
(HPE ed 6 p: 242)
25
kloroform, etanol (95%),
glyserin, aqua larut dalam
1:6 eter tidak dapat
bercapur dengan oleum
mineral.
(HPE ed 6 p: 592)
26
BAB IV
27
tremor
Kamfer dan menthol memiliki khasiat yang sama, yaitu sebagai anti iritan.
Kedua bahan aktif stabil pada pemanasan dan kompatibel dengan bahan-
bahan tambahan lainnya.
28
4.6 Persyaratan Bentuk Sediaan
29
4.7 Kerangka konseptual bahan aktif
Menthol dan
Kamfer
Dibuat sediaan
ointment ditambahkan itambahkan ditambahkan
(membutuhkan pengawet antioksidan humektan
basis salep)
Vaelin album
nipagin BHT
Paraffin solid propilenglikol
nipasol BHA
Cera alba
30
4.8 Formula Baku Ointment
31
BAB V
5.1 Formula 1
Aquadest Pelarut - qs qs
Perhitungan Bahan :
7
Kamfer = 100 𝑥 20 𝑔 = 1,4 𝑔
7
Menthol = 100 𝑥 20 𝑔 = 1,4 𝑔
0,1
Nipagin = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
0,1
BHT =100 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
0,1
Na-EDTA = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
32
20
Cera alba = 100 𝑥 20 𝑔 = 4 𝑔
50
Vas. Album = 100 𝑥 20 𝑔 = 10 𝑔
15
Propilenglikol = 100 𝑥 20 𝑔 = 3 𝑔
Aquadest = qs
10. Sediaan dimasukkan kedalam pot salep yang telah ditara sebelumnya
33
Bagan Alir Cara Kerja Formula 1
Dimasukkan campuran menthol kamfer kedalam mortir yang sudah dingin, aduk
ad homogen ad konstan
34
5.2 Formula 2
Aquadest Pelarut - qs qs
Perhitungan Bahan :
7
Kamfer = 100 𝑥 20 𝑔 = 1,4 𝑔
7
Menthol = 100 𝑥 20 𝑔 = 1,4 𝑔
0,1
Nipagin = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
0,1
BHT = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
0,1
Na-EDTA = 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
100
40
Vaselin flav = 100 𝑥 20 𝑔 = 8 𝑔
35
Paraffin liquid = 100 𝑥 20 𝑔 = 7 𝑔
15
Propilen glikol = 100 𝑥 10 𝑔 = 3 𝑔
Aquadest = qs
35
Cara Kerja Formula 2
10. Sediaan dimasukkan kedalam pot salep yang telah ditara sebelumnya
36
Bagan Alir Formula 2
Dimasukkan campuran menthol kamfer kedalam mortir yang sudah dingin, aduk
ad homogen ad konstan
37
5.3 Formula 3
Aquadest Pelarut - qs qs
Perhitungan Bahan :
6
Kamfer = 100 𝑥 20 𝑔 = 1,2 𝑔
4
Menthol = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,8 𝑔
0,5
Nipasol = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,1 𝑔
0,2
BHT = 100 𝑥 20 𝑔 = 0,04 𝑔
0,1
Na-EDTA = 𝑥 20 𝑔 = 0,02 𝑔
100
40
paraffin liquid = 100 𝑥 20 𝑔 = 8 𝑔
45
Vaselin album = 100 𝑥 20 𝑔 = 9 𝑔
5
Gliserin =100 𝑥 20 𝑔 = 1 𝑔
Aquadest = qs
38
Cara Kerja Formula 3
10. Sediaan dimasukkan kedalam pot salep yang telah ditara sebelumnya
39
Bagan Alir Cara Kerja Formula 3
Dimasukkan campuran menthol kamfer kedalam mortir yang sudah dingin, aduk
ad homogen ad konstan
40
BAB VI
SEDIAAN TERPILIH
Aquadest Pelarut - qs qs
Penimbangan Bahan :
7,5
1. Mentol = 100 𝑥 200𝑔 = 15 g
7,5
2. Kamfer = 100 𝑥 200𝑔 = 15 g
49
3. Vaselin album = 100 𝑥 200𝑔 = 98 g
20
4. Cera alba = 𝑥 200𝑔 = 40 g
100
15
5. Propilen glikol = 100 𝑥 200𝑔 = 30 g
0,1
6. BHT = 100 𝑥 200𝑔 = 0,2 g
0,3
7. Nipagin = 100 𝑥 200𝑔 = 0,6 𝑔
0,1
8. Na-EDTA = 100 𝑥 200 𝑔 = 0,2 𝑔
9. Aquadest = qs
41
Cara Kerja
10. Sediaan dimasukkan kedalam pot salep yang telah ditara sebelumnya
42
Bagan alir
7.1. Bagan Alir
Ditimbang vaselin album, paraffin liquid, dan gliserin dimasukkan kedalam
cawan penguap, dilebur diatas waterbath, aduk ad leleh sempurna.
Dimasukkan campuran menthol kamfer kedalam mortir yang sudah dingin, aduk
ad homogen ad konstan
43
BAB VII
EVALUASI
1. Organoleptis
2. Penetapan pH
Alat : pH meter
Persyaratan : 4,5-6,5 (Genatrika, 2016)
Cara kerja :
1. Disiapkan pH meter
2. Disiapkan sediaan ointment dalam beaker glass
3. Dimasukkan alat pH meter ke dalam beaker glass sediaan
4. Catat hasil pH
Hasil : 6,5
44
Kesimpulan : Memenuhi Persyaratan
3. Penetapan Viskositas
Alat : Viscometer Brookfield
Persyaratan : 4000 – 40000 cps (Genatrika, 2016)
Cara kerja :
1. Masukkan krim dalam beaker glass sebanyak 40 g
2. Pasang spindle 64
3. Letakkan sediaan dibawah spindle
4. Nyalakan tombol on pada alat
5. Tunggu alat sampai berputar konstan
6. Tekan tombol pause (on dan tombol di belakang alat) secara
bersamaan
7. Perhatikan angka yang tertera, kemudian dicatat
8. Angka yang tertera dikalikan dengan factor koreksi
Hasil :
Speed Faktor koreksi Skala terbaca Hasil
60 100 2,5 2500
30 200 21,5 4300
12 500 27,5 13750
6 1000 17,5 17500
3 2000 22,5 45000
1,5 4000 12,5 50000
0,6 10000 16 160000
0,3 20000 13 260000
45
Grafik Viskositas Ointment
300000
260000
250000
200000
160000
VISKOSITAS
150000
100000
45000 50000
50000
13750 17500
2500 4300
0
60 30 12 6 3 1.5 0.6 0.3
SPEED
13750
15000
VISKOSITAS
10000
4300
5000
0
30 12 6
SPEED
46
2. Siapkan kertas milimiter blok, letakkan kaca diatasnya.
3. Letakkan sediaan ditengah-tengah kaca kemudian ditutup.
4. Kemudiaan beri beban 50g, 100g
5. Amati perubahan diameter yang terjadi
6. Catat hasil pengamatan,kemudiaan hitung regresi (slope)
Hasil :
Beban Kiri Kanan Atas Bawah
Tanpa beban 0,8 1 0,9 1
50 g 0,9 1,2 1 1,2
100 g 1 1,4 1,1 1,5
Diameter perhitungan
3,7
Tanpa beban : 0,8 + 1 + 0,9 + 1 = = 1,85 cm
2
4,3
50 g : 0,9 + 1,2 + 1 +1, 2 = = 2,15 cm
2
5
100 g : 1 + 1,4 + 1,1 + 1,5 = = 2,5 cm
2
1.85
2
1.5
1
Tanpa beban 50 gram 100 gram
BERAT BEBAN
47
Kesimpulan : Daya sebar baik karena tidak melebihi 7 cm
5. Uji Asseptabilitas
48
Kemudahan dicuci
Aroma
Kemudahan saat 17%
di oleskan
16%
Sensasi saat
dioleskan
Kelembutan/tekstur
17%
18%
6. Uji Homogenitas
Alat : object glass
Persyaratan : tidak terdapat butiran kasar (Rabima, 2017)
Cara Kerja :
- Oleskan sediaan pada object glass
- Object glass dikatupkan
- Bila tidak terdapat butiran kasar, maka sediaan dikatakan homogen
Hasil : tidak terdapat butiran kasar
Kesimpulan : sediaan homogen
49
Persyaratan : <20%
Cara Kerja :
Hasil :
= 207,98 g –28,14 g
= 179,84 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
200 𝑔 − 179,84 𝑔
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100% = 10,08 %
200 𝑔
50
- Amati masing-masing object glass
Hasil : homogen dalam sudan
51
BAB VIII
PEMBAHASAN
52
partikel kasar. Pada uji yang dilakukan, tidak didapatkan partikel-partikel
kasar pada permukaan object glass sehingga dapat dikatakan sediaan ointment
yang telah dibuat homogen.
Nilai pH sediaan berkaitan dengan kenyamanan penggunaan dan menjamin
stabilitas dari zat aktif yang digunakan. pH suatu sediaan tergantung dari
komponen penyusun baik zat aktif atau zat tambahan yang digunakan dalam
formulasi. Pada evaluasi pH selama seminggu penyimpanan, diperoleh nilai
pH = 6,5. Nilai pH tersebut sesuai rentang pH yang aman untuk fisiologis
kulit. Perubahan pH dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu atau
penyimpanan yang kurang baik. Perubahan pH sediaan selama penyimpanan
menandakan kurang stabilnya sediaan selama penyimpanan.
Viskositas menggambarkan resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin tinggi
viskositas aliran akan semakin besar resistensinya. Viskositas sediaan
semisolid menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena berkaitan
dengan kenyamanan penggunaan. Ointment harus mudah dioleskan dan
menempel pada kulit. Pada evaluasi viskositas sediaan, secara visual dapat
diketahui bahwa viskositas semakin meningkat selama proses penyimpanan.
Sediaan yang disimpan terlihat semakin padat dan mengeras. Perubahan yang
terjadi disebabkan oleh pengaruh suhu saat penyimpanan dan mengerasnya
cera alba sebagai basis salep serta menguapnya air dalam sediaan. Walaupun
terjadi peningkatan viskositas, sediaan krim masih mudah untuk dioleskan dan
dapat menempel dengan baik pada kulit. Sedangkan jika diukur menggunakan
alat viskometer brookfield diperoleh nilai viskositas denganspeed 60 rpm
sebesar 2500 cps;speed 30 rpm sebesar 4300 cps;speed 12 rpm sebesar 13750
cps;speed 6 rpm sebesar 17500 cps;speed 3 rpm sebesar 45000 cps;speed 1,5
rpm sebesar 50000 cps;speed 0,6 rpm sebesar 160000 cp;, speed 0,3 rpm
sebesar 260000 cps. Dilihat dari grafik aliran viskositas sediaan ointment
termasuk dalam tipe aliran dilatan.Nilai viskositas yang didapat menurun
seiring dengan peningkatan kecepatan alat viskometer. Hasil yang diperoleh
masih masuk dalam rentang viskositas sediaan ointment yang baik.
Untuk uji % kesalahan bobot sediaan setelah ditimbang didapatkan hasil bobot
akhir sediaan seberat 179,84 g. Bobot sediaan yang direncanakan adalah 200 g
53
dan pada hasil akhir terjadi pengurangan bobot sebesar 10,08%.Besarnya
pengurangan bobot diperngaruhi oleh banyaknya sediaan yang menempel
pada mortir saat pembuatan ointment. Pengurangan bobot ini masih masuk
dalam rentang yang diperbolehkan karena tidak lebih dari 20%.
Pada uji daya sebar, kriteria yang digunakan adalah dimaeter vs tekanan,
persyaratannya < 5-7 cm, dari hasil daya sebar yang di peroleh yaitu daya
sebar tanpa beban di dapatkan diameter 1,85 cm, beban 50 g dengan diameter
2,15 cm, beban 100 g didapatkan diameter 2,5 cm. Hasil uji daya sebar dari
kelompok kami sesuai karena diameter yang dihasilkan tidak lebih dari 5-7 cm
sehingga bias dikatakan sediaan baik untuk digunakan.
Pada uji akseptabilitas, Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di
kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan,
kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari
data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk
kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut (Wade, 1994).Dimisalkan
pada kriteria mudah dioleskan, skor yang diberikan sebagai berikut: 1 = sangat
baik, 2 = baik, 3 = cukup, 4 = kurang baik, 5 = tidak baik. Subjek yang
digunakan adalah mahasiswa sebanyak 10 orang yang dipilih secara
acak/random, dimana dengan usia rata-rata 20 tahun sehingga difusi obat ke
dalam kulit cenderung sama. Selain itu disamakan pula tempat pengolesan
sediaan pada punggung tangan karena jumlah yang diserap untuk suatu
molekul yang sama akan berbeda dan tergantung pada susunan anatomi dari
tempat pengolesan. Didapatkan hasil dari 10 orang yang dipilih random rata-
rata hasilnya 15% menyukai warnanya, 17% menyukai aroma, sensasi yang
ditimbulkan ketika dioleskan, dan kemudahan dicuci dengan air, 16%
menyukai kemudahan saat dioleskan, dan 18% menyukai tekstur/ kelembutan.
Uji tipe emulsi, pengujian tipe ointment bertujuan untuk mengetahui tipe dari
sediaan salep yang diperoleh apakah merupakan tipe A/M atau M/A. Uji tipe
salep dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode
pengenceran, menggunakan pewarna, menggunakan kertas saring, dan
menggunakan sinar ultraviolet ( UV). Pada metode pengenceran yaitu dengan
menambahkan sejumlah air dan sejumlah minyak pada sediaan dan diamati
54
apakah sediaan dapat tercampur dengan air atau dengan minyak, sehingga
dapat diketahui apakah terjadi perubahan tipe M/A atau A/M selama
penyimpanan. Pada uji tipe emulsi dengan pewarna menggunakan methylene
blue dan sudan. Methylene blue larut dalam air sehingga ointment merupakan
ipe M/A akan bewarna biru, sedangkan sudan larut minyak sehingga sediaan
dengan tipe A/M akan bewarna merah. Dalam praktikum ini, kami
menggunakan uji ipe dengan pewarnaan, dan hasil yang didapat ketika diberi
pewarna sudan menunjukkan warna sediaan berubah menjadi merah. Dapat
disimpulkan bahwa sediaan merupakan ointment tipe A/M.
55
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Dibuat sediaan topical ointment dengan bahan akif Kamfer dan Menthol
dengan basis salep vaselin album dancera alba karena memilki sifat oklusifitas
yang tinggi.Oklusif adalah bahan aktif kosmetik yang dapat menghambat
terjadinya penguapan air dari permukaan kulit. Dengan menghambat terjadinya
penguapan air pada permukaan kulit, bahan-bahan oklusif dapat meningkatkan
kandungan air dalam kulit.
Untuk evaluasi diperoleh hasil :
1. Organoleptis :
Warna : Putih
Bau : Seperti mentol
Tekstur : Lembut
(Memenuhi persyaratan spesifikasi sediaan awal)
2. Homogenitas : Tidak terdapat partikel kasar (homogen)
3. pH : 6,5 (Memenuhi persyaratan 4,5-6,5)
4. Viskositas :
speed 60 rpm sebesar 2500 cps
speed 30 rpm sebesar 4300 cps
speed 12 rpm sebesar 13750 cps
speed 6 rpm sebesar 17500 cps
speed 3 rpm sebesar 45000 cps
speed 1,5 rpm sebesar 50000 cps
speed 0,6 rpm sebesar 160000 cp
speed 0,3 rpm sebesar 260000 cps
5. Bobot sediaan : 179,84 g
6. % Kesalahan : 10,08%
7. Asseptabilitas :
15% menyukai warnanya
56
17% menyukai aroma, sensasi yang ditimbulkan ketika
dioleskan, dan kemudahan dicuci dengan air
16% menyukai kemudahan saat dioleskan
18% menyukai tekstur/ kelembutan
8. Tipe emulsi : mengandung tipe A/M
9.2 Saran
57
BAB X
RANCANGAN KEMASAN
58
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan
Kesebelas.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Baumann L. 2002. Basic Science of the Epidermis. Dalam: Cosmetic
Dermatology: Principles and Practice. New York: Mc Graw Hil
Baumann L. 2002. Basic Science of the Dermis. Dalam: Cosmetic Dermatology:
Principles and Practice. New York: Mc Graw Hill
Klaus Wolff, et al. 2008. Development and Structure of Skin. Dalam:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh Edition. USA: Mc
Graw Hill
Niazi, K. Sarfaraz. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation Liquid Products. Volume 3. London : CRC Press
Rowe et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London
: Pharmaceutical Press
Sweetman. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Six Edition.
London : Pharmaceutical Press
Savitri, Cut Yunita. 2011. Perbandingan Daya Kelembaban Minyak Zaitun (Olea
europaea) dan Gliserol dalam Sediaan Krim Tangan. Medan. Fakultas
Farmasi USU
Taufikkurohmah, T., 1997, Kandidat Tabir Surya, Indo. J. Chem., 5 (3), 193 –
197.
Wilkinson, J.B., dan Moore, R.J., 1982, Harry’s cosmetology, 7th
edition,Chemical Publishing Company, New York.
59