Anda di halaman 1dari 34

LARUTAN (IMO S1)

Definisi
1. FI III, hal 32
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan
kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut
digunakan air suling.
2. FI Ed IV hal 15-16
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia terlarut, misal : terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Bentuk sediaan larutan
digolongkan menurut cara pemberiannya. Misalnya
Larutan oral, Larutan topical, Larutan otik, Larutan
optalmik atau penggolongan didasarkan pada sistem
pelarut dan zat terlarut seperti Spirit, Tingtur, dan
Larutan air. Larutan oral adalah sediaan cair yang
dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air.

Sediaan zat padat atau campuran zat padat yang
harus dilarutkan dalam pelarut sebelum diberikan secara
oral disebut . Untuk Larutan Oral, misalnya Kalium
Klorida untuk Larutan Oral.
Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya
mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain,
seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada
kulit / penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Istilah Lotio adalah larutan atau suspensi yang digunakan
secara topikal.
Larutan Otik adalah larutan yang mengandung air
atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi,
untuk pengunaan dalam telinga luar.
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya
merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol
atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimia.

Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari
minyak mudah menguap / senyawa aromatik/ bahan
mudah menguap lain ; yang dibuat secara destilasi atau
dari larutan senyawa aromatik dengan / tanpa
menggunakan bahan pendispersi.
3. BP 2002, hal 1881-1884
Cairan oral
Cairan oral adalah sediaan cair yang biasanya merupakan
larutan, suspensi atau emulsi dengan satu atau lebih zat
aktif didalam pembawa yang cocok. Namun demikian, dapat
pula dipergunakan zat pembawa dimana zat aktifnya adalah
pembawanya tersebut.
Cairan oral dapat mengandung bahan-bahan pembantu
termasuk pengawet antimikroba, antioksidan, bahan
pendispersi, bahan pensuspensi, bahan pengemulsi, bahan
penstabil, bahan peningkat viskositas, bahan peningkat
kelarutan, buffer, bahan penambah rasa, bahan pewarna
dan bahan pemanis. Pembawa untuk partikel cairan oral
seharusnya dipilih yang baik untuk zat aktif atau bahan-
bahan lain sehingga memiliki karakteristik organoleptik
yang cocok untuk digunakan dalam sediaan sesuai dengan
tujuan penggunaan.

Cairan oral dapat diencerkan hanya jika pelarut
direkomendasikan oleh produsen pembuatnya.
Didalam kasus dimana cairan oral berbentuk granul
atau serbuk, maka sediaan harus dilengkapi dengan
sediaan lain sebagai pelarut. Cairan oral yang
dicairkan digunakan antara dua minggu setelah
disiapkan, dan periode waktu setelah itu tidak
dimaksudkan untuk digunakan lagi. Seperti
diterangkan dalam masing-masing monografi,
pengenceran dalam cairan oral harus selalu
disediakan segar, terlepas dari sifat pelarut yang
digunakan. Jika tidak ada pernyataan lain dalam
masing-masing monografi, pengenceran cairan oral
harus disediakan segar, kecuali pelarut mengandung
pengawer antimikroba yang cocok. Sediaan cairan oral
yang dicairkan memiliki stabilita fisik dan kimia yang
lebih kecil dari sediaan cairan oral yang sama yang
tidak dicairkan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan
larutan :
1. Kelarutan zat aktif
2. Kestabilan zat aktif dalam alrutan
3. Dosis takaran
4. Penyimpanan
5. Penampilan menarik (rasa,warna, viskositas)
Untuk meningkatkan kecepatan proses melarut :
(Ansel, hal 316-317)
Menggunakan panas perlu diperhatikan kestabilan
senyawa terhadap panas!
Mengurangi ukuran partikel zat terlarut
(menghaluskan) peningkatan luas permukaan
terhadap pelarut.
Menggunakan bahan pembantu pelarut
Pengadukan
Cara yang baik melarutkan bahan
padat (zat aktif atau bahan lain) ke
dalam sirup, adalah bahan padat
dilarutkan terlebih dulu dalam sejumlah
minimal air murni, kemudian larutan
tersebut digabungkan dengan sirup. Bila
senyawa padat ditambahkan langsung
ke sirup, senyawa tersebut dilarutkan
pelan-pelan (kecepatan pelarutan
lambat) karena sifat kental sirup tidak
memungkinkan senyawa padat tersebat
cepat ke seluruh sirup untuk pelarut
yang tersedia dan karena terbatasnya air
yang tersedia dalam sirup pekat
tersebut. (Ansel, hal 338)
Keuntungan dan Kerugian
(Pharmaceutics, The Science of dosage Form Design,
Aulton, 254-255 & TPC, 1994, hal 31)
Keuntungan bentuk sediaan sirup :
1. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat
sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak,
dan usia lanjut.
2. Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam
bentuk larutan (tidak mengalami peroses
disintegrasi dan pelarutan).
3. Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh
sediaan.
4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat
iritan (ex. Aspirin, KCl), karena larutan akan segera
diencerkan oleh isi lambung
Kerugian bentuk sediaan sirup :
1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang
menyenangkan utnuk diangkut dan disimpan. Apabila
kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat
dipergunakan.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik
dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul,
terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan
mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan
penambahan pengawet.
4. Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan
pasien untuk menakar.
5. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih
terasa jika diberikan dalam larutan dibandingkan
dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan
dapat diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya
lebih nyaman
Cara Pembuatan
Prosedur pembuatan
Air sebagai pelarut atau pembawa harus dididihkan,
kemudian didinginkan dalam keadaan tertutup.
Penimbangan zat aktif dan bahan pembantu yang
diperlukan.
Pembuatan sirupus simpleks sebagai pengental dan
pemanis (sukrosa yang telah ditimbang dilarutkan
dalam sebagian air, panaskan hingga larut, kemudian
disaring)
Zat aktif dan bahan pembantu berbentuk serbuk
dihaluskan dalam mortir.
Melarutkan zat aktif dengan cara penambahan zat aktif
sedikit-sedikit ke dalam sejumlah volume pelarut,
sambil diaduk sampai larut sempurna.

Contoh Formula (Resep)
R/ Zat aktif Pembasah jika perlu
Pelarut / pembawa Solubilizer jika perlu
Pemanis Antioksidan jika perlu
Pengental Pengatur pH (dapar) jika
perlu
Anti cap-locking agent
Pengawet
Flavouring agent (pewangi /
perasa)
Pewarna (dye)
INFUSA / Infus
Pengertian
Infus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstrasi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90
0
selama 15 menit.
Cara Pembuatan
Campur simplisia halus dalam panci dengan air secukupnya,
Panaskan di atas tangas air selama 15 menit pada suhu 90
0
sambil
diaduk.
Serkai selagi panas melalui kain flannel
Tambahkan air panas secukupnya hingga volume yang dikehendaki.
Infus Daun Sena dan infus simplisia yang mengandung minyak atsiri,
diserkai setelah dingin.
Infuse simplisia yang mengandung lendir tidak boleh diperas.
Asam Jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan
air hingga diperoleh massa seperti bubur,
Buah adasmanis dan buah adas harus dipecah dahulu.
Pada pembuatan infuse, Kulit Kina ditambahkan larutan asam sitrat P
10% dari bobot simplisia, kecuali untuk simplisia yang tertera
dibawah
Infuse yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan
menggunakan 10% simplisia.
Untuk pembuatan 100 bagian infuse berikut, digunakan sejumlah yang
tertera
Kulit Kina . 6 bagian
Daun Digitalis......... 0,5 bagian
Akar Ipeka . 0,5 bagian
Daun Kumiskucing............. 0,5 bagian
Sekale Kornutum .. 3 bagian
Daun Sena . 4 bagian
Temulawak . 4 bagian
INJECTIONES / Injeksi
Syarat pembuatan Ijeksi
dilakukan hati-hati untuk menghindari kontaminasi
mikroba dan bahan asing
wadah injeksi diamati satu per satu baik secara
fisik maupun kimia
wadah yang menunjukkan pencemaran bahan
asing secara visual harus ditolak

Penggolongan injeksi untuk parenteral
Obat / larutan / emulsi untuk injeksi, ditandai dengan
injeksi
Sediaan padat keringatau cairan pekat
Sediaan berupa suspensi serbuk
Sediaan bahan padat kering dengan bahan pembawa
Zat pembawa
Air
Minyak lemak
Bahan Tambahan.
Tujuan: meningkatkan stabilitas atau efektivitas
untuk mencegah pertumbuhan mikroba
Wadah Untuk Injeksi
Syarat:
tidak boleh berinteraksi baik secara fisik maupun
kimiawi yang padat mengubah kekuatan mutu atau
kemurnian.
Terbuat dari bahan yang mudah pengamatan
terhadap isi
Wadah ditutup dengan cara peleburan
Dalam wadah tertera Etiket
Pengemasan dan penyimpanan
Pemberian Parenteral sekali pakai
Pemberian intraspinal, intrasisternal
LARUTAN TERKONSTITUSI

-Larutan terkonstitusi diberi nama sesuai bentuknya steril
atau untuk injeksi
-Kesempurnaan dan kejernihan melarut konstitusikan
larutan tertera pada etiket
-Padatan melarut sempurna, tidak terlihat meninggalkan
sisa yang tidak larut.
-Kejernihan larutan terkonstitusi tidak kurang jernih secara
signifikan
-Larutan tidak mengandung partikel bahan asing yang
dapat dilihat secara visual.

IRIGATIONES / irigasi

Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk
mencuci atau membersihkan luka terbuka atau
rongga-rongga tubuh
Pemakaian secara topical tidak boleh digunakan
secara parenteral.
Pada etiket diberi tanda bahwa sediaan ini tidak
dapat digunakan untuk injeksi.

Sirup : larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain kadar tinggi
Sirup / sirupus simpleks : sukrosa hampir
jenuh dalam air
Sirup : sediaan cair lain yang dibuat dengan
pengental dan pemanis termasuk suspensi
oral.
Yang digunakan dalam larutan oral disamping sukrosa
dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol
atau gliserin untuk menghambat penghabluran dan
mengubah kelarutan rasa, dan sifatlain zat pembawa,
serta antimikroba untuk mencegah pertumbuhan jamur
dan ragi.
Beberapa larutan oral tidak mengandung gula melainkan
bahan pemanis buatan, seperti sobitol atau aspartam,
dan bahan pengental seperti gom selulosa, larutan kental
dengan pemanis buatan sperti ini, tidak mengandung
gula ; dibuat sebagai zat pembawa untuk pemberian
kepada pasien diabetes.
Larutan topical adalah larutan yang biasanya
mengandung air tetapi seringkali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan poliol, untuk
penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Lotio adalah larutan / suspensi yang digunakan
secara topical
Larutan Otik adalah larutan yang mengandung air
/ gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi,
untuk penggunaan dalam telinga luar, misalnya
larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik
neomisin dan polimiksin Bisulfat dan larutan otik
hidrokortison.
Tingtur : larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari
tumbuhan / senyawa
Kimia.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu serangam, tetapi
bervariasi sesuai dengan masing masing standar.
Secara tradisional tingtur tumbuhan berkhasiat obat, menunjukkan
aktivitas dari 10 g obat dalam tiap ml tingtur. Potensi ditetapkan,
dilakukan penetapan kadar.
Cara perkolasi :
Campur dengan hatihati serbuk bahan obat dengan pelarut tertentu
secukupnya hingga rata dan basah, biarkan selama 15 menit.
Pindahkan kedalam
percolator yang sesuai dan mampatkan.
Tuangkan secukupnya pelarut tertentu sampai dengan terendam
tutup.
Bagian atas percolator. Perlu pengenceran sisa tingtur dengan
sejumlah pelarut tertentu
yang telah dihitung dari penetapan kadar.
Cara Maserasi :
Maserasi bahan obat dengan 750 ml pelarut tertentu dalam wadah
yang ditutup dan diletakkan ditempat hangat. Diamkan selama 3
hari sambil Sering dikocok atau hingga terlarut.
Pindahkan campuran kedalam penyaring dan jika sebagian besar dari
cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaringan dengan
sejumlah pelarut tertentu secukupnya. Kumpulkan filtrat hingga
diperoleh 100 ml tingtur.
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus
cahaya, jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas yang
berlebih.
Air aromatik : Larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah
menguap/ senyawa Aromatik. Bau dan rasanya mirip dengan obat
ditambahkan dan bebas Empiretik. Air aromatik dapat dibuat secara
destilasi, dengan atau tanpa menggunakan bahan pendispersi. Air
aromatik perlu disimpan terlindund dari cahaya panas berlebih.
Definisi
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung
selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau zat
pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat
pewangi, untuk digunakan sebagai obat dalam. Sebagai
pelarut utama digunakan etanol 90% yang dimaksudkan
untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan
gliserol, sorbitol dan propilen glikol.sebagai pengganti
gula dapat ditambahkan sirup simpleks.
Eliksir merupakan produk yang kurang umum.
Eliksir umumnya mengandung obat yang poten seperti
antibiotik, antihistamin dan sedatif, dan diformulasikan
dengan rasa yang enak dan biasanya sangat stabil. Jika
perlu rasa pahit dan rasa yang memabukkan (nauseous)
ditutupi dengan flavour, dan pewarna buatan dapat
ditambahkan untuk memberikan penampilan yang
menarik.
ELIKSIR
Eliksir merupakan produk yang jernih, tidak seperti
mixtura yang seringkali keruh akibat dari minyak atau
bahan tumbuhan lain yang tersuspensi. Kejernihan dapat
dicapai dengan pemilihan pembawa yang tepat dan beberapa
hal dalam pembuatannya.
Beberapa zat aktif yang dibuat eliksir (contoh:
pheneticillin dan phenoxy methipenisilin) ditandai dengan
bentuk bubuk atau granul kerena zat aktif itu tidak stabil
dalam larutan. Zat itu ditambahkan sejumlah volume
tertentu dalam botol dan kocok hingga terlarut sempurna.
Sediaan ini diberi label, disimpan ditempat yang dingin dan
umur sediaan hanya 7 hari.
Contoh eliksir adalah Chloral eliksir, untuk pengobatan
anak (paediatric) harus dibuat segera tetapi stabil, dikemas
dan disimpan yang cocok, shelf life dapat dianggap kira
kira 2 tahun. (Sumber Fornas Ed. II, hal. 313)
Eliksir adalah larutan oral yang jernih dan memiliki rasa
dan bau yang enak, mengandung satu atau lebih zat aktif
yang dilarutkan dalam pembawa yang biasanya mengandung
sukrosa yang tinggi atau polihidrik alkohol atau alkohol yang
cocok, dan dapat juga mengandung etanol (96%) atau pelarut
etanol. (sumber: BP 2002, hal. 1882 1883)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

1. Pertumbuhan kristal yang disebabkan oleh perubahan
suhu, keseragaman ukuran, dll
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur
ataupun zat tambahan untuk menghindari terjadinya
pengendapan. Dasar pemilihan pelarut campur:
toksisitas, kelarutan, konstanta dielektrik pelarut,
ketercampuran bahan.
3. Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30%
harus diperhatikan terjadinya cap locking pada tutup
botol sediaan. Karena itu perlu diberikan anti cap
locking. Gliserin sebagai anti cap locking, penambahan
gliserin harus diperhatikan karena gliserin dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan diare.
4. Peningkat rasa seperti pemanis perlu diberikan untuk
meningkatkan penerimaan, ditambahkan juga rasa dan
warna yang sesuai (antara warna dan essens yang
ditambahkan harus ada kesesuaian).
5. Untuk sediaan oral, pemilihan zat aktif perlu
memperhatikan pemerian (rasa dan bau).
6. Pemanis yang dapat digunakan : gula, sirupus
simpleks, sorbitol, siklamat, aspartam.
7. Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu
ditambahkan pengawet, pengawet yang dapat
digunakan:
Asam & garam benzoat 0,1-0,3% ( teori dan
praktek
industri Hal 963)
Kombinasi metil paraben 0,18% dan propil
paraben
0,02%. (Excipients edisi 4 hal 390 )

Pemilihan pelarut campur didasarkan:
kelarutan, misal: alkohol 10 %, propilen glikol x
%, air 90-x %
Kd (jika diketahui Kd zat aktif)
Kd campuran = (%air x Kd air) + (% alk x Kd
air) + (% prop Gli x Kd prop Gli)
Misal:
Untuk zat yang ke arah polar: Kd camp > Kd zat aktif
Untuk zat yang ke arah non polar: Kd camp < Kd zat
aktif
8. Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai
viskositas
yang cukup untuk memudahkan penuangan.
Pelarut campur yang digunakan: etanol, propilen
glikol, gliserol, sorbitol.

Keuntungan :
1. Lebih mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga
dapat digunakan untuk bayi, anak-anak, dan geriatri.
2. Segera diabsorbsi karena sudah dalam bentuk larutan
3. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh
sediaan
(ANSEL hal 341-342)
4. Bersifat hidroalkohol sehingga eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen larutan yang larut dalam
air dan larut dalam alkohol dibandingkan daripada
sirup
5. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam
pembuatan (lebih disukai darpada sirup)
6. Kemudahan penyesuaian dosis dan pemberian
terutama pada anak-anak.
(Dispensing of Pharmaceutical Student, hal 67;Disp of
med, hal 502)
7. Dosis selalu seragam (bentuk larutan) sehingga tidak
perlu pengocokan.
8. Dosis dapat diubah sesuai penyediannya
9. Absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat,
tidak butuh desintegrasi dahulu.
10. Sifat mengiritasi obat bisa diatasi dengan sediaan
bentuk larutan karena adanya faktor pengenceran.
Contoh: KI dan KBr dalam keadaan kering
menyebabkan iritasi.
11. Anak-anak dan beberapa ornag dewasa yang sukar
menelan tablet atau kapsul lebih mudah menelan
sediaan larutan.
12. Penampilan menarik sediaan dalam botol memberikan
pengaruh psikologis dalam penyembuhan
13. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan
pewangi, pemanis, atau pewarna untuk meningkatkan
penampilan
Kekurangan :

1. Voluminus, susah untuk diangkut atau disimpan
2. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek
dibanding dalam bentuk tablet atau kapsul
terutama bila zat mudah terhidrolisis
3. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme
4. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan
pasien menakar
5. Rasa obat yang kurang enak akan lebih terasa
dalam bentuk larutan dibanding dalam bentuk
tablet.
(ANSEL hal 341)


6. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang
manis dan kurang kental karena mengandung kadar
gula yang lebih rendah sehingga kurang efektif dalam
menutupi rasa obat dibanding dengan sirup.
(Dispensing of Pharmaceutical Student, hal 67;Disp of
med, hal 502)
7. Beberapa obat yang mengandung bau yang kurang
menyenangkan sukar ditutupi.
8. Memerlukan alat sendok untuk pemberian dosisnya
9. Jika terjadi wadah obat bentuk larutan pecah maka isi
akan terbuang semua.
Formula Umum Eliksir

R/ :
Zat berkhasiat
Pelarut utama (etanol dan air perbandingan tertentu
sesuai dengan daya melarut zat berkhasiat)
Pelarut tambahan (gliserol, sorbitol, propilen glikol)
Bahan pembantu (pemanis, pewangi, pewarna,
pengawet, antcaplocking agent, penstabil kimia
seperti pendapar, pengkomples, antioksidan)
(sumber: Praktikum Semisolid halaman 13)
Contoh Formula :

R/ Zat aktif 100 mg

Sorbitol solution 30 %
Alkohol 10 %
Propilenglikol 5 % % b/v dari volume 5mL
Metil paraben 0,2 %
Propil paraben 0,03 %
Pewangi q.s
Pewarna q.s
Aquades ad 5 mL

Anda mungkin juga menyukai