KELOMPOK : 7
KELAS: G
Laras Hadyaning Tias (201610410311058)
DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Drs. Herra Studiawan, M.Si., Apt
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
Polifenol
Secara kimiawi fenol diartikan yaitu senyawa kimiai oleh adanya satu
cincin aromatic membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil,
termasuk derivate fungsionalnya. Zat tersebut mempunyai ciri/tanda khusus
mempunyai banyak gugus fenol didalam molekulnya. Senyawa tersebut memiliki
spectrum luas dengan sifat kelarutannya kepada pelarut yng berbeda-beda.
Disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda
pada jumlah serta posisinya.
Tanin
Senyawa ini ialah metabolit sekunder yang dalam beberapa tanaman. Tanin
merupakan senyawa kimia tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville et
al, 2010). Tanin memiliki kemampuan mengendapkan protein, karena tanin
mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional kuat beserta molekul protein
selanjutnya dapat menghasilkan ikatan silang besar serta komplek yaitu protein
tanin. Tanin mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air
serta memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang
sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang
khas tergantung sumbernya
Uji Gelatin
Pada uji gelatin yang ditandai dengan tabung reaksi IV B ditambahkan
pereaksi gelatin sebanyak 2 tetes, tujuannya yaitu agar filtrat yang berisi ekstrak
tersebut akan terbentuk endapan karena gelatin merupakan protein yang dapat
membentuk endapan jika ekstrak tersebut mengandung tanin dan protein akan
terikat oleh senyawa tanin dengan kuat. Setelah terbentuk endapan ditambahkan
NaCl 10% sebanyak 5ml, tujuannya untuk menghilangkan senyawa lain sehingga
yang diperoleh hanya senyawa tanin saja. Setelah itu dibandingkan dengan blanko
(IV A) maka akan terlihat perbedaannya, pada uji gelatin akan berubah menjadi
endapan putih yang artinya ekstrak tersebut menunjukkan adanay tanin.
Pada uji KLT ini, sampel diambil pada tabung rekasi IV A (Blanko) dengan
menggunakan pipa kapiler sebanyak kurang lebih satu kapiler, dipastikan noda
yang terbentuk bulat, tidak lebar dan pekat. Setelah itu untuk melihat apakah noda
tersebut sudah pekat atau bekum, diamati dibawah UV 254, setelah dirasa
kepekatan sudah cukup, dilakukan eluasi dengan fase geraknya yaitu Metanol-Etil
Asetat-Asam Formiat dengan perbandingan 0,5 : 9 : (2gtt), ditunggu hingga garis
batas plat KLT, setelah dirasa sudah mencapai garis batas, angkat plat KLT dan
lihat secara visul setelah itu diamati pada UV 254 dan UV 365. Selanjutnya
diberikan penampak noda yaitu menggunakan FeCl3, denngan cara meletakkan
larutan FeCl3 pada loyang dan plat KLT yang telah dieluasi diberikan penampak
noda kemudian diamati warna noda yang terbentuk dan jika timbul warna hitam
menunjukkan adanya polifenol dalam smapel setelah itu diamati berapa panjang
noda dan sekaligus dihitung nilai Rf nya.
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON
(Ekstrak Rheum officinale L.)
Kandungan Senyawa
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi
oksidasi antrasena. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat
diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil
reduksi antrakinon adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai
glikosida. Golongan ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang
memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan antrasena (atom
C9 dan C10) dan C9 adalah gugus hidrosil (antranol).
Akar kelembak mempunyai kandungan antranoid, khusunya glikosida
antrakinon seperti rhein (semosida A dan B), aloe-emodin, physcion. Juga
mengandung asam oksalat, tanin yaitu gallotanin, katekin dan prosianidin.
Sedangkan kandungannya yang lain adalah pektin, asam fenolat.
Secara umum tanaman ini mengandung kandungan : Asam Krisofat,
krisofanin, rien-emodin, aloe-emodin, reokristin, alizarin, glukogalin, tetrazin,
katekin, saponin, tannin 11,80%, amilum dan kuinon. Setiap bagian bagian
tubuhnya mengandung zat-zat kimia yang berbeda; Akar dan daunnya
mengandung flavonoida, disamping itu akarnya juga mengandung glikosida
reumemodin, krisofanol, rafontisin dan saponin, sedangkan daunnya sendiri
mengandung polifenol, antraglikosida dan frangula-emodin. Pada batangnya
mengandung asam Krisofhanat, Emodian dan Rhein.
Glikosida antrakinon adalah stimulan katartika dengan meningkatkan
tekanan otot polos pada dinding usus besar, aksinya akan terasa sekitar 6 jam
kemudian atau Iebih lama. Adapun mekanisme belum jelas, namun diduga
antrakinon dan antranol dan turunannya berpengaruh terhadap tranpor ion daam
sel colon dengan menghambat kanal ion Cl. Untuk antron dan antranol
mengeluarkan kegiatan lebih drastik (itulah sebabnya ada beberapa simplisia yang
boleh digunakan setelah disimpan selama satu tahun, untuk mengubah senyawa
tersebut menjadi antrakinon). Di alam golongan senyawa antrakinon dibentuk
melalui paling sedikit 2 jalur, yaitu jalur asam asetat malonat (poliketida) atau
jalur asam sikamat -asam korismat. Golongan antrakinon yang dibentuk melalui
jalur poliketida biasanya merupakan turunan 1,8-dihidroksi antrasena.
Uji Borntrager
Diukur aquadest sebanyak 10 ml setelah itu dimasukkan kedalam ekstrak
yang telah disediakan, diaduk sampai larut, setelah larut, disaring menggunakan
kertas saring dan corong gelas, proses penyaringan ini bertujuan untuk
memisahkan filtrat dengan pengotornya, filtrat yang diperoleh ditambahkan
toluena sebanyak 5mL, kemudian dikocok sehingga senyawa antrakinon dapat
terlarut dalam fase toluena, proses ini dilakukan sebanyak dua kali, hasil ekstraksi
ditampung pada tabung reaksi yang baru, yang ditampung pada tabung reaksi baru
yaitu yang bening. Setelah itu hasil ekstraksi dibagi menjadi dua, ditandai dengan
VA dan VB, untuk tabung reaksi VA sebagai blanko untuk VB ditambahkan
ammonia pekat sebanyak 1mL dan dikocok, setelah itu amati berubahan warna
yang terjadi, jika dibandingkan dengan blanko maka akan terlihat perbedaannya,
pada uji borntrager terjadi perubahan warna dibagian dasar tabung rekasi yaitu
warna merah, ini menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
5,3
A. = 0,4417
12
1,8
B. = 0,675
12
8 ,5
C. = 0,7083
12
11,2
D. = 0,933
12
Pembahasan
1. Nilai Rf yang di dapatkan pada simulasi praktikum terhadap ekstrak
psidium guajava yang di tunjukkan secara online memperlihatkan hasil
rf dengan nilai 0,15 sampai dengan 0,33 sehingga hasil Rf Psidium
guajava secara praktis masuk kedalam rentang teoritis yang tercantum
pada farmakope herbal Indonesia sehingga dapat di katakan bahwa
dalam ekstrak yang di lakukan uji kromatografi lapis tipis positif
mengandung senyawa golongan polifenol.
2. Pada simulasi praktikum ada dua blanko yang ditotolkan yaitu blanko
dari uji Bontrager dan blanko dari uji Bontrager termodifikasi dan
menunjukkan hasil yang di tunjukkan untuk uji kromatografi lapis tipis
menghasilkan Noda kuning, kuning coklatan, dan merah keunguan
sehingga pada keduanya menujukkan hasil yang sama yaitu dapat di
simpulkan larutan uji mengangdung antrakinon.