Anda di halaman 1dari 19

TAJDID EKONOMI KEUTAAMAAN YANG

MENSEJAHTERAKAN
Diajuakan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Al-Islam Ke-

Muhammadiyahan 3

Dosen Pengampu : Supala, M.Ag.

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Maksalmina Rantisinurdin. 220414041
Muhammad Faizal. 220414045
Muhammad Dandi. 220414048
Musyafa Abdillah. 220414055
Syeid ikhsan alie. 220414074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG TAHUN

2023/1444 H

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “TAJDID EKONOMI
KEUTAMAAN YANG MENSEJAHTERAKAN”. ini dengan baik, meskipun
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya.

Serta kami juga berterima kasih kepada Bapak Supala, M.Ag. selaku
Dosen mata kuliah Al-Islam Ke-Muhammadiyahan 3 yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk
para pembaca dan menambah wawasan serta pengetahuan kita semua mengenai
“Tajdid Ekonomi Keutamaan Yang Mensejahterakan”.

Kemudian, kami menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan
saran untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Bandung, 24 Oktober 2023


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Ruang Lingkup Tajdid...........................................................................3


B. Konsep Tajdid Yang Di Kembangkan Oleh Muhammadiyah ………..4
C. Fungsi Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi.............................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................9
B. Kritik dan Saran.....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia bisnis, merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan diberbagai


forum, baik yang bersifat nasional maupun international. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan dunia bisnis dan usaha merupakan salah satu tolak ukur
kemajuan suatu negara dan daerah yang menjadi tulang punggung dari
kemajuan suatu ekonomi.
Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam
perusahaan dan bergerak dalam berbagai bidang, mulai dari perdagangan,
industri, pertanian, manufaktur, peternakan, perumahan, keuangan dan lain-
lain. Adapun masalah yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan adalah
kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan dana ini
diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja.
Kehadiran lembaga keuangan dirasakan sangat penting dalam membiayai
permodalam dalam suatu bidang usaha. Sektor keuangan di Indonesia
merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan yang sangat penting
dalam mendorong peningkatan perekonomian nasional dan ekonomi
masyarakat. Kegiatan sektor keuangan hampir seluruhnya bersifat jasa
(keuangan), baik jasa perbankan maupun jasa non-perbankan. Perkembangan
dan kemajuan pada sektor keuangan, baik perbankan maupun non-perbankan
menuntut adanya perbaikan yang terusmenerus, baik dari aspek kelembagaan
organisasi, regulasi (kebijakan), maupun sumber daya manusia (SDM).
Oleh karena itu, peran dan tanggungjawab pemerintah dalam sektor
keuangan sampai saat ini masih sangat dibutuhkan. Namun, partisipasi
masyarakat khususnya pihak swasta sangat diharapkan untuk mendorong
perkembangan dan kemajuan di sektor keuangan di Indonesia, termasuk
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbankan maupun non-perbankan.
Pemerintah harus terus mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan
berperan aktif dalam kegiatan di sektor keuangan.

B, Rumusan Masalah

1. Bagaimana Ruang Lingkup Tajdid ?


2, Bagaimana Konsep Tajdid Yang Di Kembangkan Oleh Muhammadiyah ?
3. Apa Tujuan adanya Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup tajdid
2 Untuk mengetahui konsep tajdid yang di kembangkan oleh muhammadiyah
3. Untuk mengetahui fungsi ketika adanya muhammadiyah sebagai gerakan
ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Tajdid


Secara bahasa kata “tajdid” diambil dari kata “Jaddada: Yujaddidu,
Tajdid”, yang berarti memperbaharui. Pada perkembangan selanjutnya para
ilmuwan kontemporer menerjemahkannya dengan reaktualisasi, modernisasi,
dan lain–lain. Dalam mengistilahi kata tajdid, ulama klasik dan kontemporer
mempunyai fisi masing–masing. al-Manawi menyatakan bahwa tajdid berarti
“menginterpretasikan”. Dalam arti dapat menjelaskan mana al-sunah dan
mana al-bidah dan menolong para ilmuwan, serta menghancurkan ahli bid’ah
dan merendahkannya.
Sementara itu, Quraish Shihab berpendapat bahwa kata tajdid berarti
memperbaharui, menyegarkan kembali yang telah terlupakan, meluruskan
yang keliru, memberi solusi, serta memberi interpretasi baru dan ajaran
agama. Agar tajdid tidak melewati batas–batas aqidah dan keimanan yang
bernuansa “qat’iy al-dilalah”, maka tajdid itu dibagi kepada dua bagian:
1. Tajdid ‘Urfy
Tajdid ‘urfy adalah suatu kebebasan manusia untuk melakukan pelalaran
secara bebas demi pengembangan. Pembaharuan dalam hal ini lebih bersifat
tehnis mengenai masalah kemasyarakatan dan keduniawiaan seperti ekonomi,
politik, tehnologi, pendidikan, dan sebagainya, yang tidak langsung
menyentuh asas–asas keimanan dan norma–norma dasar yang telah ditentukan
secara pasti dalam ajaran agama Islam.
2. Tajdid Syar’i
Tajdid syar’i adalah kebebasan manusia untuk melakukan penalaran,
akan tetapi penalaran itu dibatasi oleh kaidah-kaidah pokok pemahaman
ajaran agama, atau biasa disebut dengan Ushul al-Fiqh. Pada tajdid seperti ini
kebebasan penalaran manusia telah dibatasi oleh aturan dasar agama yang
telah membentuk system keyakinan dan hukum syariat seperti masalah halal
dan haram, keabsahan amal menurut ajaran agama dan sebagainya. Setelah
diketahui pembagian tajdid seperti di atas, perlu juga kita ketahui langkah–
langkah dalam tajdid tersebut. Oleh karena itu, dalam ber-tajdid perlu diikuti
langkah sebagai berikut:
1. Ijtihad Intiqa’i
Ijtihad intiqa’i yaitu upaya bersungguh–sungguh untuk memilih pendapat
para ulama yang ditemukan dalam kitab–kitab lama. Pemilihan pendapat ini
didasarkan pada kesesuaian dengan kehendak syar’i, kemaslahatan umat, dan
kondisi zaman. Hal ini dilakukan untuk mengkaji ulang argumentasi dari satu
pendapat dan menetapkan yang terbaik dan relevan dengan maqasid al-
syariah. Sebagai contoh adalah pemilihan terhadap pendapat Hanafi dalam
masalah wajib zakat pada setiap hasil bumi, pemilihan pendapat Syafi’i dalam
memberi zakat kepada fakir miskin untuk kebutuhan hidupnya, dan pemilihan
pendapat al-Laits Daud ibnu Ali ibnu Hazm tentang bank susu.
2. Ijtihad Insya’i
Ijtihad insya’i adalah suatu upaya sungguh–sungguh untuk menetapkan
hukum baru dan orisinal, baik terhadap masalah yang baru maupun yang
lama. Jika ada masalah–masalah lama yang diperselisihkan oleh ulama, maka
tidaklah menjadi keharusan untuk memilih satu dari pendapat mereka, tetapi
tidak ada salahnya bagi yang memiliki otoritas untuk menetapkan pendapat
yang sama sekali baru. Adanya perbedaan pendapat dalam satu masalah
menunjukkan bahwa masalah tersebut dapat menerima sekian banyak
alternatif pendapat. Sebagai contoh, persamaan warisan antara laki–laki dan
perempuan. Ketentuan bagian warisan bagi laki-laki adalah satu dan
perempuan adalah setengahnya dadasarkan pada alasan bahwa lelaki saat itu
adalah penanggung nafkah bagi keluarga (anak dan istri) serta saudara
perempuan. Tetapi saat ini, ketika tidak ada lagi keharusan nafkah di tanggung
laki– laki, maka warisan selayaknya bisa dibagi sama dengan jalan saling
pengertian.

B. Konsep Tajdid Yang di Kembangkan Oleh Muhammadiyah


Model gerakan Muhammadiyah yang sangat menggigit dan concern
dengan cita-cita awalnya adalah pembaruan (modernisasi atau reformasi).
Modernisasi (tajdid) adalah gerakan pembaruan pemikiran Muhammadiyah
untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan yang mereka hadapi. Yang
merujuk pada Al- Qur’an dan As- Sunnah sebagai titik tolak atau landasan
yang sekaligus juga memberi pengarahan, ke arah pemikiran itu harus
dikembangkan. Secara etimologi, tajdid berarti pembaruan, inovasi, restorasi,
modernisasi penciptaan sesuatu yang baru, dan lain-lain yang berkaitan
dengan makna itu. Maka jika dihubungkan dengan pemikiran tajdid dalam
Islam, tajdid adalah usaha dan upaya intelektual Islami untuk menyegarkan
dan memperbaruhi pengertian dan penghayatan terhadap agamanya
berhadapan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat. Kerja tajdid
adalah ijtihad yang sangat strategis dalam membumikan konteks waktu dan
ruang.
Gerakan tajdid dalam Muhammadiyah di dasarkan pada tiga faktor, yaitu
pertama, pemahaman atau penafsiran terhadap suatu doktrin trasendental tidak
pernah bernilai mutlak benar semutlak benarnya doktrin itu sendiri. Dalam
Islam, masalah ini berkenaan kepercayaan kepada konsep Nabi terakhir pada
diri Rasulullah. Menurut konsep ini, otomatis tentang wahyu telah berakhir
pada diri Rasulullah. Dengan perkataan lain, tidak ada otoritas yang sama
bobot dan statusnya dalam soal memahami setiap ajaran yang berasal dari
wahyu dengan otoritas Muhammad sebagai Rasul terakhir.
Konsekwensi dari pandangan ini ialah bahwa otoritas siapapun di bidang
penafsiran terhadap Al-Qur’an dengan bantuan sunnah dan sejarah difahami
secara putus terhadap masalah yang dipersoalkan.
Kedua, Islam bertujuan untuk menciptakan suatu tata sosio-politik di atas
landasan etik dan moral yang kuat dalam rangka mengaktualisasikan prinsip
rahmatan lil alamin dalam ruang dan waktu.
Ketiga, tajdid dalam pemikiran dan pelaksanaan Islam pernah ditunjukkan
oleh para sahabat, terutama Umar Ibn Khattab yang telah merubah
kebijaksanaan Nabi tentang persoalan tanah di Iraq dan Mesir yang dikuasai
setelah perang Prajurit Islam menang perang.
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid diharapkan mampu
menyesuaikan dengan keadaan zaman yang selalu berubah. Tajdid lebih
banyak menitik beratkan pada pemikiran secara konstektual, baik itu bidang
hukum, maupun bidang lainnya. Karena itu, Muhammadiyah tidak akan
sampai kekeringan wacana yang senantiasa setiap waktu berubah. Tajdid
dipersiapkan untuk menghadapi atau mengantisipasi terjadinya perubahan-
perubahan yang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang selain berdampak positif juga berdampak negatif. Rekayasa
genetika misalnya, telah menyedot perhatian serius dari kalangan tokoh
Muhammadiyah untuk memberikan suatu batasan-batasan atau pemecahan
yang dapat dipandang menguntungkan bagi kehidupan manusia dengan
merujuk pada maqasid al syari’ah.
Muhammadiyah dengan tajdidnya akan senantiasa akan relevan terhadap
perubahan yang akan bergulir. Tajdid bagi Muhammadiyah adalah perangkat
yang dipersipkan untuk mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuian dan
teknologi. Tajdid sebagai media atau sarana yang benar-benar diharapkan
mampu menyelesaikan dan meremajakan problema meskipun hal itu sama
sekali baru. Dalam hal ini, Muhammadiyah tidak akan kehilangan elan
vitalnya dari permukaan, jika problem yang dihadapi dapat terjawab secara
tepat. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid berarti mengadaptasikan
persoalan-persoalan keagamaan dan sosial pada wilayah historis-empiris.
Dinamisasi yang ada pada tubuh Muhammadiyah adalah mempertautkan
antara teks”normatifitas” dengan teks “historisitas”. Dua wilayah ini dalam
garapan Muhammadiyah senantiasa berjalan bersama-sama. Misalnya, K.H.
Ahmad Dahlan dalam mengajarkan Surat Al-Ma’un kepada santri-santrinya
menunjukkan bukti nyata bahwa Muhammadiyah tidak hanya berputar-putar
pada wilayah teologis, tetapi Muhammadiyah berusahaconcern terhadap
problem sosial yang harus memperoleh perhatian serius. Sehingga teologi
Muhammadiyah menjadi teologi sosial yang dapat dilihat kasat mata. Oleh
karena itu, Muhammadiyah kemudian mendirikan PKU (Rumah Sakit),
Lembaga Pendidikan, Panti Asuhan, dan bidang-bidang sosial lainnya.
C. Tujuan adanya Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi
Muhammadiyah dalam merencanakan, pengembangan dan pendirian
Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terkait menumbuhkan praktek bisnis, di
bawah wewenang Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK).
Muhammadiyah telah memiliki sumber daya yang potensial, semestinya tidak
hanya bergerak dibidang pendidikan dan social keagamaan saja, tapi juga
dalam bidang bisnis (Setyawan, 2013).
Muhammadiyah adalah bagian besar dari negara yang memiliki potensi
kuat untuk terus terlibat dalam proses kemajauan bangsa. Muhammadiyah
mempunyai syarat yang kuat bagi tersedianya instrumen pertumbuhan. Sektor
finansial, Muhammadiyah memiliki cash flow/dan aset yang luar biasa besar.
Sumber daya finansial dan aset ini dapat dikonsolidasikan, diintegrasikan
dengan sumber daya lain, seperti Perguruan Tinggi, Baitut Tamwil
Muhammadiyah atau BPRS milik Muhammadiyah untuk penciptaan,
peningkatan, dan pengembangan industri dan teknologi informasi. Sumber
daya anggota, kader, dan simpatisannya yang ada merupakan individual
consumers sebagai market tablenya.
Melalui potensi ekonomi yang dimiliki, Muhammadiyah diharapkan
terus menggerakkan aktivitas amal usaha dan organisasinya melalui
pengembangan dan menumbuhkan investasi, pembangunan industri sebagai
penunjang amal usaha di bidang pendidikan maupun kesehatan, serta
membangun sistem ekonomi jamaah sebagai bentuk konsolidasi warga,
anggota, kader, dan simpatisan Muhammadiyah. Upaya ini harus menjadi
program atau rencana aktivitas gerakan ekonomi Muhammadiyah dalam
melangkah pada tahap abad kedua. Jika rencana tersebut dapat terwujud dan
dilaksanakan oleh Muhammadiyah melalui warga, anggota, kader, dan
simpatisan, maka Muhammadiyah akan kembali menjadi kekuatan civil
society sebagaimana masa awal perkembangannya yang didukung kelas
menengah pengusaha dan kekuatan ekonomi organisasi.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Ekonomi harus bisa mengoptimalkan
faktor-faktor produksi yang dimiliki persyarikatan, antara lain melalui
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusianya, mengembangkan jiwa
enterpreneur warga Muhammadiyah sekaligus meningkatkan produktivitas
aset. (Wahyuddin : 2010). Faktor pendukung dalam memajukan gerakan
ekonomi Muhammadiyah dianataranya adalah:
1. Optimalisasi Kekuatan Bidang Ekonomi berbasis Warga Muhammadiyah
Pendiri Muhammadiyah sangat menyadari betapa pentingnya aspek
ekonomi dalam suatu gerakan untuk mencapai cita-cita. Sumber kekuatan
dakwah yang didukung oleh para pelaku ekonomi yang memiliki pengetahuan
sekaligus disinari dengan keimanan, sehingga mampu menyebarkan nilai-nilai
keislaman ke berbagai daerah. Munculnya kekuatan dalam bidang ekonomi
disebabkan oleh daya yang mendasari lebih awal, yaitu, kekuatan iman dan
ilmu pengetahuan. Orang beriman pasti memiliki etos kerja yang baik, karena
ia sadar bahwa umat yang terbaik itu adalah yang mampu memberikan solusi
atas masalah yang dihadapi manusia.
Jumlah anggota Muhammadiyah dan simpatisan di seluruh Indonesia
serta amal usahanya, jika persyarikatan Muhammadiyah mampu
mengakomodir dengan sebaik mungkin, maka kekuatan ekonomi
Muhammadiyah akan menjadi hal yang memberikan pengaruh perubahan
yang signifikan. Secara riil, amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan
telah memiliki kekuatan untuk menyubsidi kepentingan persyarikatan dalam
sunber daya manusia dan sumber daya ekonomi.

2. Memaksimalkan potensi Sunber daya manusia yang menjadi modal penggerak


Pergerakan dapat eksis melintasi zaman karena didasari dengan nilai
keimanan dan rasionalitas yang dimiliki oleh pendirinya dan generasi
selanjutnya. Kebesaran persyarikatan Muhammadiyah akan terus maju dan
berkembang, karena kemampuannya mempertahankan nilai-nilai yang selama
ini menjadi dasar dalam beraktifitas. K.H. Ahmad Dahlan telah memberi
contoh dalam mengembangkan Muhammadiyah yaitu, “tidak dendam, tidak
marah, dan tidak sakit hati jika dicelah dan dikitik”. Pesan ini bukanlah hal
mudah melekat pada setiap manusia, khususnya bagi warga Muhammadiyah,
jika tidak didorong oleh nilai-nilai keIslaman tersebut. Sifat tidak dendam
muncul karena orang memiliki nilai keimanan dan pertimbangan rasional.
Suatu pergerakan tidak mampu bertahan lama karena pendukungnya mudah
tersinggung, mudah putus asa. Akhirnya, mereka mengundurkan dari dan
mengambil sikap keluar dari perkumpulan, bahkan kembali mencelah dan
mengkritik.
K.H. Ahmad Dahlan sangat yakin bahwa Muhammadiyah ini akan
diterima dengan baik oleh siapapun dikemudian hari, apabila diberikan
penjelasan secara rasional, metode yang baik, dan disertai petunjuk dari Allah
SWT. Telah banyak kisah berlalu bahwa sejumlah orang dulunya sangat anti-
Islam, anti-Muhammadiyah, tetapi kemudian berbalik menjadi pembela dan
penggerak yang sangat produktif bagi misi Islam dan/atau misi
Muhammadiyah.
Beraktifitas melalui wadah Muhammadiyah adalah dalam rangka ibadah
dengan penuh keikhlasan karena mengharap keridhaan Allah semata.
Muhammadiyah yang semakin besar dan menjanjikan kegiatan ekonomi
bisnis menguntungkan, menjanjikan pendapatan besar dan juga kekuasaan
yang menggiurkan. Melalui amal usaha di bidang pendidikan telah melahirkan
para sarjana yang rasional, memiliki konsep dan teori yang dikembangkan
dapat menjadi sebuah kekuatan bagi persyarikatan sekaligus dapat menjadi
sebuah ancaman. Majunya suatu pergerakan memerlukan dukungan dari
orang-orang yang berpikiran maju dan berakhlak yang tinggi, juga
memerlukan dukungan material. Sunber daya manusia yang menjadi modal
penggerak, Muhammadiyah memerlukan konsep rasional, produktif dan
implementatif.

3. Memajukan diversifikasi gerakan ekonomi dalam amal usaha


Muhammadiyah memiliki peluang ekonomi yang sangat potensial
sekiranya mampu mengelolanya dengan baik dengan dasar profetik. Upaya
Muhammadiyah untuk menjalankan dakwah melalui gerakan ekonomi telah
dilakukan dalam berbagai macam bentuk perekonomian. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan diantarnya:
a. Memaksimalkan gerakan orang-orang yang terlibat dalam amal usaha
dan tidak hanya sebagai penganjur atau pengamat ekonomi atau sebagai ahli
retorika, tetapi sebagai pelaku yang ambil bagian untuk menjalankan;
b. Optimalisasi hubungan kerjasama yang bersinergi antar warga dan
amal usaha persyarikatan Muhammadiyah;
c. Pengambil kebijakan dalam tubuh Muhammadiyah fokus secara
maksimal dalam tataran implementasi terhadap apa yang telah diputuskan
dalam persyarikatan;
d. Memaksimalkan etos kerja warga Muhammadiyah seperti yang
dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah;
e. Kerjasama dan sinergi antara para pelaku bisnis Muhammadiyah,
termasuk dengan sesama amal usaha.
Anggota Muhammadiyah secara individual menjalankan usahanya dan
akan berhasil jika memiliki etos kerja yang baik dan terhindar dari birokrasi
yang berbelit-belit. Mampu mengelola usaha dengan penuh ketekunan dan
kesabaran. Persoalan ekonomi dalam Muhammadiyah perlu disesuaikan agar
gerakan ekonomi Muhammadiyah tetap eksis.
Muhammadiyah dalam kiprah pembinaan dakwahnya pada berbagai
kalangan telah banyak berhasil mengklasifikasikan dari aspek umur, aspek
jenis kelamin. Sementara itu, tataran berdakwah melalui peluang-peluang
ekonomi masih terbatas. Potensi ekonomi pada setiap wilayah, daerah, cabang
dan ranting Muhammadiyah sangat besar. Kegiatan bidang ekonomi harus
menjadi pilihan penting bagi warga Muhammadiyah dalam memilih profesi
berkehidupan. Menjadi saudagar, pedagang, pebisnis, wirausaha, interpreneur,
Sosiopreneur, digitalpreneur, internet marketer atau yang lainya, harus mulai
menjadi “jalan hidup” bagi warga Muhammadiyah.
4. Konsep Gerakan Ekonomi Amal Usaha Muhammadiyah
Jaringan kerja dakwah melalui majelis yang ada di Muhammadiyah
memiliki peluang besar dalam memformulasikan model gerakan ekonomi
dalam amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan,
kesehatan dan ekonomi apabila dikordinasi dan dikelola akan menjadi peluang
bisnis yang menjanjikan untuk menopang kekuatan ekonomi Muhammadiyah
dan menggerakan pertumbuhan ekonomi warga. Agama Islam sudah
menggariskan bahwa orang masuk surga hanya dengan ridha Allah melalui
iman dan amal salih. Mewujudkan seseorang menjadi berdaya, orang harus
bekerja, dan untuk bekerja, orang harus berpikir.
Kelemahan pada beberapa gerakan ekonomi Muhammadiyah
dikarenakan pelakunya belum memiliki skill yang standar dan etos kerja
terbaik. Sehingga, Muhammadiyah perlu memaksimalkan peran lembaga
khusus, seperti BLKM (Balai Latihan Kerja Muhammadiyah) yang
memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan dan sharing ilmu
pengetahuan. Model ekonomi Muhammadiyah perlu terus mendapat
dukungan dan bentuk nyata peran dari perguruan tinggi Muhammadiyah
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia.
Dukungan ini berupa pendampingan seperti yang dilakukan oleh Majelis
Pemberdayaan masyarakat, namun kapasitasnya perlu ditingkatkan dan lebih
fokus terhadap kualitasnya. Majelis Pembina Ekonomi Muhammadiyah telah
merumuskan tiga hal, yaitu:
a. Mengembangkan amal usaha milik Muhammadiyah yang
mempresentasikan kekuatan ekonomi organisasi Muhammadiyah.
b. Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah.
c. Memberdayakan anggota Muhammadiyah di bidang ekonomi dengan
mengembangkan usahausaha milik anggota Muhammadiyah.
Mengembangkan gerakan ekonomi Muhammadiyah dengan
meberdayakan atau memberikan peluang untuk lebih kreatif bagi para pelaku
ekonomi Muhammadiyah akan memberikan dampak yang lebih positif bagi
Muhammadiyah dan warganya. Amal usaha Muhammadiyah yang digerakkan
diawali dengan proses bottom-up (warga Muhammadiyah secara pribadi dan
simpatisan), selanjutnya secara ikhlas menyerahkannya kepada
Muhammadiyah untuk dikelola secara terorganisasi.
Muhammadiyah juga merintis proses Top down, secara struktural
Muhammadiyah menjadi mediator kerja sama dalam bidang bisnis antar
intitusi dengan intitusi, antar institusi dengan warganya dan juga antara warga
Muhammadiyah. Hal yang terpenting adalah dengan mengoptimalkan pasar
yang dimiliki. Muhammadiyah sebagai salah satu komponen kekuatan sosial
bangsa mengambil sikap dan melakukan aksi yang mampu menyumbangkan
peran dan upaya pemulihan ekonomi bangsa, reponsif terhadap kemajuan
tehnologi informasi, dan melakukan langkah-langkah antisipatif dalam
menghadapi konsekwensi era global.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari konsep tajdid ekonomi adalah bahwa inovasi dan pembaruan
dalam bidang ekonomi memiliki beberapa keutamaan yang dapat
menguntungkan individu, masyarakat, dan negara. Beberapa dari keutamaan
tersebut meliputi:
1. Peningkatan Produktivitas: Dengan melakukan inovasi dan pembaruan dalam
ekonomi, kita dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam berbagai
sektor. Ini dapat mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
2. Penciptaan Lapangan Kerja: Inovasi ekonomi sering kali melibatkan pembuatan
bisnis baru dan perkembangan sektor-sektor baru. Hal ini dapat menciptakan
lapangan kerja baru dan mengurangi tingkat pengangguran.
3. Peningkatan Kualitas Hidup: Dengan mengembangkan teknologi baru dan
meningkatkan standar hidup, tajdid ekonomi dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dengan memberikan akses yang lebih baik ke layanan, pendidikan,
dan kesejahteraan sosial.
4. Peningkatan Daya Saing Global: Negara-negara yang aktif melakukan tajdid
ekonomi cenderung lebih kompetitif di pasar global. Mereka dapat
menghasilkan produk dan layanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih
inovatif.
5. Diversifikasi Ekonomi: Inovasi dan pembaruan ekonomi dapat membantu dalam
diversifikasi sektor ekonomi, mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor
tunggal, dan mengurangi risiko ekonomi.
6. Peningkatan Pendapatan dan Pemaknaan Hidup: Kemajuan ekonomi yang
dihasilkan dari tajdid ekonomi dapat meningkatkan pendapatan individu dan
masyarakat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pemaknaan hidup dan
kesejahteraan.
7. Keberlanjutan: Inovasi ekonomi yang berkelanjutan dapat membantu
melindungi lingkungan dan sumber daya alam, sehingga mendukung
pembangunan berkelanjutan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tajdid ekonomi harus dilakukan dengan
bijak dan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekologis, dan etis.
Inovasi ekonomi yang hanya mementingkan keuntungan finansial sering kali
dapat memiliki dampak negatif pada masyarakat dan lingkungan. Oleh karena
itu, tajdid ekonomi yang menguntungkan seharusnya dijalankan dengan
pertimbangan yang matang untuk mencapai keseimbangan antara
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
B. KRITIK DAN SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada teman-teman mahasiswa agar


dapat meningkatkan pemahaman tentang tajdid ekonomi keutamaan yang
mensejahterakan dan perlu di ketahui bahwa tajdid ekonomi adalah
pendekatan yang kompleks, dan pelaksanaannya harus memperhitungkan
berbagai aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Keselarasan antara
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial adalah tujuan yang harus
dicapai dalam upaya tajdid ekonomi yang berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ul Haq,2009, Kristen Muhammadiyah, Konvergensi


Muslim
dan Kristen dalam Muhammadiyah, Jakarta, Al-wasat Publishing House.
Abdurrahmat Fathoni, 2006, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi,
Jakarta, Rineka Cipta.
Asjmuni Abdurrahman, 2007, Manhaj Tarjih Muhammadiyah : Metodologi dan
Aplikasi,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Beni Ahmad Saebani, 2008, Metode Penelitian, Bandung, Pustak Setia
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi
Angkasa.
Chusnan Jusuf, Revitalisasi Amal Usaha Muhammadiyah di bidang Kesejahteraan
Sosial,
arsip Seminar dan Sarasehan Muhammadiyah Menyongsong Muktamar ke
44,”Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah”, Universitas Muhammadiyah
Malang, 27-28 Mei 2008
Djindar Tamimy, Tajdid : Ideologi dan Chittah perjuangan Muhammadiyah,
Buletin suara
Muhammadiyah No. 91/16 September 1969
Edi Kusnadi,2008,Metodologi Penelitian, Jakarta Timur, Ramayana Pres dan
STAIN
Metro.
Edy Suandi Hamid, M. Dasron Hamid dan Sjafri Sairin(penyunting),2000,
Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era Multiperadaban, Yogyakarta,
UII Press.
Faozan amar (editor),2009, Soekarno dan Muhammadiyah,Jakarta,Al-Wasath
Publishing House

Anda mungkin juga menyukai