SEDIAAN CREAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS : FARMASI B
1. Imas Arie Masfufa (201510410311067)
2. Alief Sa’ayun Mareta Sari (201510410311068)
3. Dewi Ayu Safitri (201510410311069)
4. Aditya Anugrah Putri (201510410311070)
5. Dinda Farida (201510410311071)
6. Laksmi Yuniarsih (201510410311073)
7. Dimas Fajar Aziz (201510410311081)
DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M.Kes
Dian Ermawati, M.Farm., Apt.
Raditya Weka Nugraheni, M.Farm., Apt
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum yang berjudul
SEDIAAN CREAM tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum
sediaan semisolid. Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.2.6.2 Menurut Ilmu Resep .................................................................................. 12
2.3 Tabir Surya.............................................................................................................. 13
BAB III TINJAUAN BAHAN ............................................................................. 14
iii
6.1.7 Uji Tipe Cream................................................................................................. 39
7.2 Hasil Evaluasi Semua Kelompok ............................................................................ 41
BAB VII PEMBAHASAN ................................................................................... 44
LAMPIRAN .......................................................................................................... 54
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan disebabkan juga oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan
jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik
aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu
bulan. Dalam penandaan sediaan krim, pada etiket harus tertera “Obat
Luar” dan pada penyimpanannya harus dalam wadah tertutup baik atau
tube dan disimpan di tempat sejuk (Depkes RI, 1979).
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan rancangan formula dalam pembuatan
cream dengan bahan aktif titanium dioxide.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pembuatan sediaan cream
dengan bahan aktif titanium dioxide.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi pada sediaan cream dengan
bahan aktif titanium dioxide.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.1.2 Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal dari epidermis. Tersusun atas
pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Peranan utamanya adalah
pemberi nutrisi pada epidermis. Pembuluh darah ( pars papilare ) yaitu
bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut dan pembuluh
darah. Pars retikulare bagian dibawahnya yang menonjol ke subkutan
terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti kolagen, elastin dan retikulin
(Djuanda dkk, 1999).
2.1.1.3 Jaringan Subkutan Lemak
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak yang
berfungsi sebagai cadangan makanan juga sebagai pemberi perlindungan
terhadap dingin. Kulit mempunyai organ-organ pelengkap yaitu kelenjar
lemak, kelenjar keringat, kelenjar bau, rambut dan kuku (Djuanda dkk,
1999).
2.1.2 Fungsi Kulit
Menurut Mutchler (1991), kulit mempunyai peranan sangat penting
bagi manusia, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga
mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik dan sarana
komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain. Kulit
merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan luar
organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dan dengan lingkungan
luar. Kulit berfungsi:
a. Melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika, terutama
kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme.
b. Mencegah terjadinya pengeringan berlebihan, akan tetapi penguapan air
secukupnya tetap terjadi (perspiration insensibilis ).
c. Bertindak sebagai pengatur panas dengan melakukan konstriksi dan
dilatasi pembuluh darah kulit serta pengeluaran keringat.
d. Dengan pengeluaran keringat ikut menunjang kerja ginjal, dan
e. Bertindak sebagai alat pengindera dengan reseptor yang dimilikinya yaitu
reseptor tekan, suhu dan nyeri.
f. Menurut Aiache (1982), kulit yang utuh merupakan rintangan efektif
4
terhadap penetrasi. Absorbsi melalui kulit dapat terjadi dengan:
g. Langsung menembus epidermis utuh.
h. Diantara atau menembus sel stratum korneum.
i. Menembus tambahan kulit seperti kelenjar keringat, kelenjar lemak dan
gelembung rambut.
Faktor yang mempengaruhi absorbsi oleh kulit, faktor utamanya
ialah penetrasinya dan cara pemakaian, temperatur dari kulit, sifat-sifat dari
obatnya, pengaruh dari sifat basis salep, lama pemakaian, kondisi atau
keadaan kulit (Djuanda dkk, 1999).
2.1.3 Absorbsi Perkutan
Tujuan umum penggunaan obat pada terapi dermatologi adalah
untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan
epidermis. Absorbsi perkutan didefinisikan sebagai absorbsi menembus
stratum korneum (lapisan tanduk) dan berlanjut menembus lapisan
dibawahnya dan akhirnya masuk ke sirkulasi darah. Kulit merupakan
perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan obat (Lachman dkk,
1994).
2.1.3.1 Rute Penetrasi Obat Kedalam Kulit
Penetrasi obat ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput
tanduk (Ansel, 1989). Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi
masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih baik daripada melalui
folikel rambut atau kelenjar keringat (Ansel,1989). Absorbsi melalui
epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai
1000 kali lebih besar dari rute lainnya (Lachman dkk, 1994).
Stratum korneum, epidermis yang utuh, dan dermis merupakan
lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit
ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler
(menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi
transappendageal (melalui folikel rambut, keringat, kelenjar lemak dan
perlengkapan pilo sebaseous ) (Ansel, 1989).
Menurut Aiache (1982), faktor utama yang mempengaruhi absorbsi
5
obat kedalam kulit adalah:
a. Sifat dari bahan obat itu sendiri, fisika kimia obat.
b. Sifat dari pembawa, formulasi dan pelarut.
c. Kondisi kulit meliputi keadaan dan umur kulit, aliran darah, tempat
pengolesan, kelembaban dan suhu kulit.
2.1.3.2 Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana obat mulai masuk
ke dalam larutan dari bentuk padatnya (Martin dkk, 1993) atau suatu
proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu
pelarut. Dalam sistem biologik pelarutan obat dalam media aqueous
merupakan bagian penting sebelum kondisi absorbsi sistemik (Shargel and
Yu, 2005).
Supaya partikel padat terdisolusi molekul solute pertama-tama
harus memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak
menjauhi permukaan memasuki pelarut (Martin dkk, 1993). Menurut
Ansel (1989), kecepatan disolusi suatu zat dapat dinyatakan dalam
persamaan Noyes-Whitney berikut ini:
𝑑𝑐
= 𝐾. 𝑆 (𝐶𝑠 − 𝐶) … … … … … … … … … … … … … . . (1)
𝑑𝑡
𝑑𝑐
Dengan : 𝑑𝑡 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
6
c. Metode Khan, metode ini dikenal dengan konsep Dissolution
Efficiency (DE). Menurut Khan dissolution efficiency didefinisikan
sebagai perbandingan luas daerah dibawah kurva disolusi pada waktu
tertentu dengan luas daerah empat persegi panjang yang
menggambarkan 100% zat
d. aktif terlarut pada waktu yang sama, untuk lebih jelasnya dapat
diteruskan dengan kurva dibawah ini (Khan,1975).
7
tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat rendah.
𝑑𝑄 𝐷𝐴𝐾
= (𝐶𝑠 − 𝐶) … … … … … … … … … … … … … (3)
𝑑𝑡 ℎ
𝑑𝑄
Keterangan : = laju difusi
𝑑𝑡
D = koefisien difusi
K = koefisien partisi
A = luas permukaan membran
h = tebal membran
Cs-C = perbedaan antara koefisien obat dalam pembawa dan
medium ( shargel dan Yu,2005)
Tetapan difusi suatu membran berkaitan dengan tahanan yang
menunjukkan keadaan perpindahan. Dikaitkan dengan gerak brown,
tetapan difusi merupakan fungsi bobot molekul senyawa dan interaksi
kimia dengan konstituen membran, ia juga tergantung pada kekentalan
media dan suhu. Bila molekul zat aktif dapat dianggap bulat dan molekul
disekitarnya berukuran sama, maka dengan menggunakan hukum Stokes-
Einstein dapat ditentukan nilai tetapan difusi (Aiache, 1982).
𝑘 ′ .𝑇
D = 6𝜋.𝑟.𝑟 … … … … … … … … … … … … … … … (4)
8
2.2 Bentuk Sediaan
2.2.1 Definisi Cream
Krim adalah sediaan farmasi semipadat mengandung satu atau
lebih bahan obatdissolved atau didispersikan dalam baikemulsi W/O atau
emulsi minyak dalam air atau dalam jenis lainair dengan basis mudah
dicuci (Ansel’s, 2011).
Krim adalah bentuk sediaan emulsisemisolidyang mengandung
>20% waterandvolatiles dan/atau <50% hidrokarbon, waxes, atau
propilen glikol sebagai pembawa untuk pemakaian eksternal pada kulit
(Buhse, 2005).
2.2.1.1 Farmakope Indonesia Edisi III
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat,berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
2.2.1.2 Farmakope Indonesia Edisi IV
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
2.2.2 Penggolongan Cream
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air
yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
2.2.2.1 Tipe A/M
Tipe A/M, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2.2.2.2 Tipe M/A
Tipe M/A, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
9
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.
No Tipe krim Pengertian / Keterangan
1 Tipe W/O Tipe krim dengan fase air dalam fase
minyak
Oklusif
Lebih mudah terdispersi dari pada
ointmen
Tidak mudah dicuci bia dibandingkan
o/w
Melembutkan kulit
2 Tipe O/W Tipe krim dengan fase minyak dalam
fase air
Penggunaan tidak nampak / tidak
berbekas
Mudah di cuci
10
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Cream
2.2.4.1 Kelebihan Cream
a. Mudah menyebar rata
b. Praktis
c. Mudah dibersihkan atau dicuci
d. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
e. Tidak lengket terutama tipe m/a
f. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
g. Digunakan sebagai kosmetik
h. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun.
2.2.4.2 Kekurangan Cream
a. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
b. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
c. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu
sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan.
2.2.5 Bahan Penyusun Cream
a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan
sebagainya.
b. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh :Na
tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na
lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan
sebagainya).
11
2.2.6 Metode Pembuatan Cream
2.2.6.1 Menurut Pharmaceutical Compounding and Dispensing 2008
a. Seperti tipe emulsi lainnya, keberhasilan sangatlah diutamakan. Pada
skala pabrik, peralatan dibersihkan dengan alkohol denaturasi industri
(IDA) yang lebih baik daripada aquadest.
b. Proses pembuatan diawali dengan menentukan bahan mana yang larut
dalam lemak dan larut dalam air.
c. Lelehkan bahan berbasis lemak dalam waterbath evaporating dengan
suhu serendah mungkin. Dimulai dari bahan dengan melting point paling
tinggi. Lalu didinginkan hinggaa suhu menjadi 600C. (dipanaskan secara
berlebih dapat menyebabkan denaturasi emulsifying agent).
d. Bahan yang bersifat larut dalam lemak harus diaduk sampai menjadi
lelehan.
e. Temperatur untuk fase air diatur hingga menjadi 600C.
f. Fase dispersi dimasukkan ke dalam fase pendispersi dengan temperatur
yang sama.
g. Untuk M/A tambahkan minyak ke air
h. Untuk A/M tambahkan air ke minyak
i. Aduk emulsi krim yang sudah dihasilkan secara pelahan tanpa menjadi
busa. Jangan mempercepat reaksi pendekatan karena dapat merusak
produk akhir.
2.2.6.2 Menurut Ilmu Resep
a. Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi
b. Komponen tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin
dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-750C.
c. Semua larutan berair yang tahan panas, komponen tersebut dipanaskan
pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
d. Larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran
lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan
selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak.
e. Campurkan perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan terus
12
menerus sampai campuran mengental.
f. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak,
maka beberapa lilin akan menjadi padat. Sehingga terjadi pemisahan
antara fase minyak dengan fase air.
2.3 Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuj
maksud menyerap secara efektif sinar matahari terutama di panjang
gelombang ultraviolet. Sehingga dapat digunakan untuk mencegah
terjasinya gangguan kulit oleh sinar matahari. Tabir surya dapat dibuat
dalam berbagai bentuk sediaan seperti : krim, lotio, dan salep. (Depkes RI,
1985).
Tabir surya dengan bahan aktif titanium dioksida dengan jumlah
yang cukup besar berfungsi sebagai pelindung fisik terhadap paparan sinar
UV dan cahaya tampak. Senyawa ini memiliki fotostabilitas yang tinggi dan
tingkat toksisitas yang rendah. Sediaan tabir surya yang hanya mengandung
UV filter kimia umumnya tidak dapat menahan radiasi UV ke kulit.
(Sekueller, Ramowski, 2003).
13
BAB III
TINJAUAN BAHAN
14
Berat jenis 3,84 – 4,26
Inkompaktibilitas Karena efek fotokatalitik,
titanium dioksida dapat
berinteraksi dengan zat aktif
tertentu.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk dan
kering.
Stabilitas Titanium dioksida sangat
stabil, pada suhu tinggi. Hal ini
disebabkan ikatan kuat antara
ion titanium tetravalent dan
ion oksigen bivalen
15
2. White wax, Cera Pemerian: lembaran berwarna putih atau
alba(HPE 6 thed. Page agak kuning, tidak berasa, agak transparan.
779) Baunyasama dengan cera flavum namun lebih
lemah.
Kelarutan : larut dalam kloroform,
eter,minyak, karbon disulfide, larut sebagian
dalam etanol (95%), praktis tidak larut air
BJ = 0,95-0,96 g/cm3
TL = 61-65oC
3. Butylated Hydroxy Toluene Pemerian : Kristal/serbuk putih atau
(HPE 6 thed. page75) kuning pucat dengan bau yang khas.
Kelarutan : praktis tidak larut air,
gliserin, propilen glikol. Larutan alkali
hidroksida dancampuran asam mineral dalam
air, sangat larut dalam aseton, benzene, etanol
95%,methanol, eter, toluene, fixed oil dan
minyak mineral. Lebih larut daripada BHA
dalamminyak makanan dan lemak.
BJ = 1,031 g/cm3
Titik didih = 265 oC
Titik Lebur = 70 oC
4. Oleum rosae Pemerian : berwarna kuning pucat,
cairan bening, mempunyai bau yang khas
mawar dan kuat, agak berasa manis.
5. Propilen glikol Pemerian: jernih, tidak berwarna, kental
(HPE 519) praktis tidak berbau cairan dengan beraroma
TL:37-400C
BJ: 1,11-1,14 g/cm3
Kelarutan : dapat dicampur dengan aseton,
kloroform, etanol (95%), glyserin, aqua larut
dalam 1:6 eter tidak dapat bercapur dengan
oleum mineral.
16
6. Nipagin Pemerian : kristal tidak berwarna berasa
burning taste
TL: 125-1280C
BJ: 1,3529/Cm3
Kelarutan : larut dalam
2 bagian etanol, 3 bagian etanol (95%), 10
bagian eter, 60 bagian gliserin, tidak larut
dalam minyak mineral, 20 bagian minyak
kacang, 5 bagian propylenglikol, 400 bagian
air dalam suhu 590C.
7. Trietanolamin Pemerian : Cairan tidak berwarna berbau
(TEA) kuat.
(HPE, 754) Kelarutan : Dapat bercampur dengan aceton,
methanol, air
TL = 20-21 oC
Sangat higroskopis
8. Stearic Acid Pemerian ; keras, putih atau agak kuning
(HPE : 697) berwarna, agak mengkilap padat, kristal atau
bubuk putih putih atau kekuningan. Memiliki
sedikit bau (dengan ambang bau 20 ppm) dan
rasa menunjukkan lemak.
Kelarutan : Bebas larut dalam benzena,
karbon tetraklorida, kloroform. Larut dalam
etanol (95%) propilenglycol, praktis tidak
larut dalam air.
TD = 383 oC
TL = 69-708 oC
BJ = 0,980 g/Cm3
9. Na- EDTA PEMERIAN : bubuk Kristal putih, tidak
(HPE, 242) berbau, rasa sedikit asam.
Kelarutan = Praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter, sedikit larut dalametanol,
17
larut dalam air (1:11)
TL = 252 oC
TB = 0,14 oC
10.Aquadest
A Pemerian = cairan jerniih, tidak berwarna,
(FI III, 96) tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
18
BAB IV
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN
19
4.3 Formula Baku
1. Unguentum Leniens
Cold Cream (M/A) (FMS hal 100)
R/ Paraf liq 51
Cetacei 6,5
Acid stearin 6,4
Cera alba 2,5
Trietanolamin 0,8
Natrium biborat 0,8
Glycerin 1
Parfume qs
Aqua ad 100
M d s cold cream
20
SUE
21
Dipilih sediaan krim karena ditinjau dari fungsi bahan
aktifnya, Titanium Dioxide lebih umum digunakan dalam
bidang kosmetik. Sehingga bahan aktif ini lebih cocok
dibuat dalam bentuk sediaan krim. Selain itu, dilihat dari
sisi ekonomi banyak remaja bahkan ibu-ibu yang sangat
menggemari perawatan muka sehingga perusahaan
mendapat income yang banyak.
22
4.6 Kerangka Konsep Bahan
BAHAN AKTIF
(Titanium Diokxide)
Bahan aktif
Tidak stabil Dibuat Adanya
Bahan aktif termasuk
terhadap sediaan krim media air
tidak berbau logam
cahaya
Ditambahkan
Dibutuhkan Ditambahka chelating
Penyimpanan emulgator : n pengawet : Ditambahkan agent : Na-
dalam wadah TEA, Asam Nipagin corigen odoris EDTA
tertutup rapat, Stearat : Oleum Rosae
ditempat sejuk
dan kering
Dibutuhkan
basis krim :
Paraffin liquid
Adeps Lanae
Cera Alba
23
BAB V
RANCANGAN FORMULA
5.1 Formula 1 Krim
NO NAMA FUNGSI % % YANG JUMLAH
BAHAN RENTANG DIGUNAKAN DALAM
20 G
1. Titanium Bahan aktif <25% 5% 1 g
Dioxida
2. Asam Stearat Emulgator 1-20% 10 % 2 g
3. TEA Emulgator 2-4% 2% 0,4 g
4. Vaselin Basis krim 10-30% 10 % 2 g
Album
5. Propilenglikol Humectan 15% 14 % 2,8 g
6. Na-EDTA Chelating 0,005-0,1% 0,08 % 0,0016 g
agent
7. Nipagin Pengawet ≤0,4% 0,1 % 0,02 g
8. BHT Antioksidan 0,5-1% 0,8 % 0,16 g
9. Aquadest Pelarut - 48,02 % 9, 6 ml
10. Aqua Rosae Pewangi - q.s 2 tetes
11. Cera alba Basis krim 0,5-20% 10 % 2 g
24
0,1%
Nipagin = × 20 𝑔 = 0,02 𝑔
100
0,8%
BHT = × 20 𝑔 = 0,16 𝑔
100
48,02 %
Aquadest = × 20 𝑔 = 9,6 𝑚𝑙
100
Fase air :
Fase minyak :
- PG + Nipagin
Titanium Dioxida + Asam
stearat + Vaslin album (Camp.I)
+Cera alba + BHT - TEA + Na-EDTA +
(Dilebur di atas penangas air) Aquadest
(camp. II)
25
5.2 Formula 2 Krim
NO NAMA FUNGSI % % YANG JUMLAH
BAHAN RENTANG DIGUNAKAN DALAM
20 G
1. Titanium Bahan aktif ≤25% 7% 1,4 g
Dioxida
2. Asam Stearat Emulgator 1-20% 15 % 3 g
3. TEA Emulgator 2-4% 2% 0,4 g
4. Vaselin Basis krim 10-30% 20 % 4 g
Album
5. Propilenglikol Humectan 15% 15 % 3g
6. Na-EDTA Chelating 0,005-0,1% 0,005 % 0,001 g
agent
7. Nipagin Pengawet ≤0,4% 0,1 % 0,02 g
8. BHT Antioksidan 0,5-1% 0,8 % 0,16 g
9. Aquadest Pelarut - 40 % 8 ml
10. Oleum Rosae Corrigen - q.s 2 tetes
odoris
26
5.2.2 Bagan Alir Pembuatan Formula 2
Fase air :
Fase minyak :
- PG + Nipagin
Titanium Dioxida + Asam stearat + (Camp.I)
Vaslin album + BHT
- TEA + Na-EDTA + Aquadest
(Dilebur di atas penangas air) (camp. II)
27
5.3 Formula 3 Krim
NAMA % % YANG JUMLAH
NO FUNGSI
BAHAN RENTANG DIGUNAKAN DALAM 20G
1. TiO Bahan aktif <25% 3% 0,6 g
2. Asam Stearat Emulgator 1-20% 15% 3g
3. TEA Emulgator 2-4% 2% 0,4 g
4. Paraffin liq Basis 10-30% 5% 1g
5. Cera alba Basis 0,5-20% 10% 2g
6. PG Humektan <15% 14% 2,8 g
7. Nipagin Pengawet < 0,4% 0,1% 0,02 g
8. Nipasol pengawet 0,01-0,6 % 0,5% 0,1 g
9. Oleum Rosae Pewangi - Qs 3 tetes
10. Aquadest Pelarut - 50,4% 10,08 ml
28
5.3.2 Bagan Alir Formula 3
29
5.4 Rancangan Formula Scale Up
JUMLAH
NAMA % % YANG
NO FUNGSI DALAM
BAHAN RENTANG DIGUNAKAN
20G
1. TiO Bahan aktiv <25% 5% 10 g
2. Asam Emulgator
1-20% 10% 20 g
Stearat
3. TEA Emulgator 2-4% 2% 4g
4. Vaselin Basis
10-30% 10% 20 g
album
5. Cera alba Basis 0,5-20% 10% 20 g
6. PG Humektan <15% 14% 28 g
7. Nipagin Pengawet < 0,4% 0,1% 0,2 g
8. BHT Antioksidan 0,5-1% 0,8% 1,6 g
9. Na-EDTA Antikelating 0,005-0,1% 0,008% 0,016%
10. Oleum Pewangi
- Qs 3 tetes
Rosae
11. Aquadest Pelarut - 48,1% 96,2 ml
5.4.1 Perhitungan Bahan Scale Up
5%
Titanium dioxida = 100 × 200 𝑔 = 10 𝑔
10%
Asam stearat = × 200 𝑔 = 20 𝑔
100
2%
TEA = 100 × 200 𝑔 = 4 𝑔
10%
Vaselin album = 100
× 200 𝑔 = 20 𝑔
10%
Cera alba = × 200 𝑔 = 20 𝑔
100
14%
Propilenglikol = × 200 𝑔 = 28 𝑔
100
0,008%
Na-EDTA = × 200 𝑔 = 0,016 𝑔
100
0,1%
Nipagin = × 200 𝑔 = 0,2 𝑔
100
0,8%
BHT = × 20 𝑔 = 1,6 𝑔
100
48,1%
Aquadest = × 200 𝑔 = 96,2𝑚𝑙
100
30
5.4.2 Bagan Alir Pembuatan Scale Up
Fase air :
Fase minyak :
- PG + Nipagin
Titanium Dioxida + Asam stearat + (Camp.I)
Vaselin album + BHT + Cera alba
- TEA + Na-EDTA + Aquadest
(Dilebur di atas penangas air) (camp. II)
31
BAB VI
EVALUASI
6.1 Hasil Evaluasi Kelompok 3
6.1.1 Organoleptis
Warna : Putih
Bau : Oleum Rosae
Tekstur : Halus Lembut
6.1.2 Uji pH
Alat : indikator pH
Prosedur :
1. Ambil sediaan yang diukur pHnya
2. Siapkan pH indikator
3. Oleskan sediaan pada pH indikator
4. Tunggu perubahan warna
5. Lihat pada literatur pH indikator, cocokkan warna yang sesuai dengan
warna indikator tersebut.
Hasil :
- Menggunakan pH universal : 6
- pH meter : 8,73
6.1.3 Uji Viskositas
Prosedur :
1. Pilih pengaduk yang sesuai dengan kekentalan bahan, semakin kecil
pengaduk menandakan semakin kental bahan
2. Pasangkan pada alat, pastikan alat dalam keadaan off
3. Ambil bahan sebanyak mungkin, agar alat dapat mendeteksi
4. Masukkan bahan ke dalam beaker glass
5. Turunkan alat hingga pengaduk menyentuh bahan dan dasar
6. Tekan on pada alat
7. Tunggu 10-30 detik, hingg skala menandakan stagnan
8. Kunci skala
9. Lihat literatur, hitung besar viskositas
32
Hasil :
Keterangan Hasil
I II III
No Spindel 64 64 64
Kecepatan 6 12 30
Faktor 1000 500 200
Skala Terbaca 54,5 92,5 100
Viskositas 54.500 cps 46.250 cps 20.0 s
Hasil :
Kaca : 181,42 g
Sampel : 2,5 g
33
Persamaan regresi :
A = 3,7103 b= 1,08 x10-3 r = 0,9127
y = bx + a
0,9127 = (1,08 x10-3.x) +3,7103
x= 3,7103/ 0,9116
x= 4,070
34
Parameter Persentase (%)
1 2 3 4
Kemudahan dioleskan
5 4 1 -
Sensasi 1 6 3 -
Kelembutan 4 3 3 -
Bekas yang 4 6 - -
ditinggalkan
kelengketan 4 4 2 -
Bau 2 6 2 -
% Kemudahan Di Oleskan
0%
10%
sangat baik
baik
50%
jelek
40%
sangat jelek
35
% Sensasi
0%
10%
30% sangat baik
baik
jelek
% Kelembutan
0%
36
% Bekas yang di tinggalkan
0% 0%
Sangat baik
40%
baik
jelek
60%
sangat jelek
%Kelengketan
0%
37
% Bau
0%
Parameter prosentase %
<25% = sangat jelek
25-50% = jelek
50-75% = baik
75-100% = sangat baik
Perbandingan seluruhnya
Perbandingan Keseluruhan
10%
25% kemudahan dioleskan
sensai
20%
kelembutan
5% bekas yang ditinggalkan
kelengketan
Bau
20% 20%
38
6.1.6 Uji Homogenitas
Alat : objek glass 2 buah
Prosedur :
a. Diambil sediaan krim sebanyak ujung sendok
b. Di letakkan pada objek glass di bagian tengah object glass
c. Di tutup dengan objek glass yang lain
d. Di amati homogenitas krim di antara tumpukan objek glass. ( dilihat
ada atau tidaknya partikel yang tidak homogen secara visual)
e. Lakukan replikasi sebanyak 3x
Hasil :
Replika 1 : partikel halus tidak homogen
Replika 2 : partikel halus tidak homogen
Replika 3 : partikel halus tidak homogen
39
HASIL EVALUASI
Organoleptis Warna : putih Memenuhi persyaratan
Aroma : bunga mawar
spesifikasi sediaan
Tekstur : lembut
Homogenitas Terdapat partikel kasar Tidak homogen
(bintik-bintik pada sediaan)
pH 8,73 Tidak memenuhi
persyaratan (4,5-6,5)
Viskositas - Speed 6 rpm : Tidak memenuhi
54.500 cps
persyaratan (4.000-40.000
- Speed 12 rpm:
46.250 cps cps)
- Speed 30 rpm:
20.000 cps
Tipe Krim M/A (minyak dalam air) Memenuhi persyaratan
Daya Sebar Dengan beban 800 g = 4,5 Tidak memenuhi
cm
persyaratan (5-7 cm)
Bobot sediaan 181,82 g Memenuhi persyaratan
% Kesalahan 10 % Memenuhi persyaratan
(<20%)
Asseptabilitas 1. Kemudahan dioleskan 7.
- Sangat baik :50%
- Baik :30%
- Jelek :20%
2. Sensasi
- Sangat baik :10%
- Baik :60%
- Jelek :30%
3. Kelembutan
- Sangat baik :40%
- Baik :30%
- Jelek :30%
5. Kelengketan
- Sangat baik :40%
- Baik :40%
- Jelek :20%
40
6. Kemudahan dicuci
- Sangat baik :20%
- Baik :60 %
- Jelek :20%
Evaluasi Kelompok
1 2 3 4 5 6
Organoleptis -Warna : Warna : Warna : Warna : Warna : Warna :
putih putih putih putih putih putih
-Aroma : Aroma : Aroma : Aroma : Aroma : Aroma :
aqua rosae aqua rosae aqua rosae aqua rosae aqua rosae aqua rosae
Tekstur : Tekstur : Tekstur : Tekstur : Tekstur : Tekstur :
lembut, halus lembut lembut lembut, kurang lembut
halus lembut
Homogenitas Tidak Tidak Tidak homogen Tidak Homogen
homogen homogen homogen homogen
pH 7,66 8,20 8,73 9,28 8,74 8,83
Viskositas Speed 6rpm -Speed Speed 6rpm Speed 6rpm Speed 6rpm Speed 6rpm=
= 31.000 cps 6rpm = = 54.500 = 45.000 = 67.000 5.000 cps
Speed 12rpm 90.500 cps cps cps cps Speed 12rpm
= 14.500 cps Speed Speed Speed =2.500 cps
Speed 30rpm 12rpm = 12rpm = 12rpm Speed
= 5.300 cps 46.250 cps 4.750 cps =42.750 cps 30rpm=
Speed Speed Speed 1.900 cps
30rpm = 30rpm = 30rpm =
20.000 cps 1.250 cps 7.400 cps
Tipe Krim M/A M/A M/A M/A M/A M/A
Daya Sebar 8,55 cm Beban 800 Beban 800g Beban 600 8,7 cm Beban 600 g
g = 7,5 cm = 4,5 cm g = 13,1 cm = 7,55 cm
Bobot 176,04 g 174,12 g 181,82 g 162,72g 185,23 g 185,41 g
sediaan
41
% Kesalahan 11,08% 12,94% 10 % 18,64% 7,35 % 7,29 %
Asseptabilita 1.Kemud- 1.Kemud- 1.Kemud- 1.Kemud- 1.Kemud- 1.Kemud-
s ahan diolesk- ahan ahan ahan ahan ahan diolesk-
an diolesk-an diolesk-an diolesk-an diolesk-an an
-Sangat baik : -Sangat -Sangat -Sangat -Sangat -Sangat baik
70% baik : 90% baik : 50% baik : 70% baik : 30% : 100%
-Baik -Baik -Baik -Baik -Baik
:30% :10% :30% :30% :40% 2.Sensasi
-Jelek -Jelek -Sangat baik
2.Sensasi 2.Sensasi :20% 2.Sensasi :30% :30%
-Sangat baik -Sangat -Sangat Sangat jelek -Baik
:20% baik :50% 2.Sensasi baik :20% : 10% :50%
-Baik -Baik -Sangat -Baik -Jelek
:80% :50% baik :10% :80% 2.Sensasi :20%
-Baik -Sangat
3.Kelembuta 3.Kelembut :60% 3.Kelembut baik :20% 3.Kelembuta
n an -Jelek an -Baik n
-Sangat baik -Sangat :30% -Sangat :40% -Sangat baik
:50% baik :90% baik :70% -Jelek :80%
-Baik -Baik 3.Kelembut -Baik :40% -Baik
:50% :10% an :30% :20%
-Sangat 3.Kelembut
4.Bekas yang 4.Bekas baik :40% 4.Bekas an 4.Bekas yang
ditinggalkn yang -Baik yang -Sangat ditinggalkn
-Sangat baik : ditinggalkn :30% ditinggalkn baik :40% -Sangat baik
90% -Sangat -Jelek -Sangat -Baik : 80%
-Baik : baik : 70% :30% baik : 70% :30% -Baik :
10% -Baik : -Baik : -Jelek 20%
30% 4.Bekas 30% :30%
5.Kelengketa yang 5.Kelengketa
n 5.Kelengket ditinggalkn 5.Kelengket 4.Bekas n
-Sangat baik : an -Sangat an yang -Sangat baik
42
40% -Sangat baik : 40% -Sangat ditinggalkn : 50%
-Baik : 60% baik : 80% -Baik : baik : 80% -Sangat -Baik : 40%
-Baik : 20% 60% -Baik : 20% baik : 30% -Jelek : 10%
6.bau -Jelek : 20% -Baik :
-Sangat baik 5.Kelengket 6.bau 30% 6.Kemudaha
:80% 6.bau an -Sangat -jelek : 30 n dicuci
-Baik : 20 % -Sangat -Sangat baik :70% % -Sangat baik
baik :90% baik : 40% -Baik : 30 -sangat :40%
-Baik : 10 -Baik : 40% % jelek : 10% -Baik : 50 %
% -Jelek : 20% -Jelek : 10%
5.Kelengket
6.bau an
-Sangat -Sangat
baik :20% baik : 10%
-Baik : 60 -Baik : 70%
% -Jelek : 10%
-Jelek : 20% Sangat
jelek: 10 %
6.Kemudah
an dicuci
-Sangat
baik :20%
-Baik : 40
%
-Jelek : 40%
43
BAB VII
PEMBAHASAN
44
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan emulsifikasi.
fase minyak (cera alba, vaselin album, asam stearat, Na-EDTA dan BHT)
dilebur di atas penangas air pada suhu 70 ºC. Suhu pemanasan bisa
disesuaikan dengan suhu lebur basis yang digunakan. Sementara itu, Bahan
fase air (TEA, propilenglycol, nipagin, aquades) dileburkan pada suhu 70 ºC.
Bahan fase air dihangatkan di atas waterbath sampai suhunya sama dengan
bahan fase minyak pada suhu 70°C. Disiapkan mortir panas. Setelah kedua
fase suhunya sama bahan dimasukkan ke dalam mortir, yaitu fase air terlebih
dahulu, lalu fase minyak dimasukkan ke dalam fase air sedikit demi sedikit di
aduk ad tercampur dan terbentuk cream. Diaduk ad homogen dan ad cream
menjadi dingin. Setelah mortir hangat maka baru dicampurkan TiO2 kedalam
mortir dan digerus secara konstant hingga terbentuk massa krim yang baik.
Sebelum pembuatan skla besar (200g). Maka dari itu perlu melakukan
praktikum uji coba yang dinamakan skala kecil. Formulasi dilakukan dalam
skala kecil yaitu 20 gram untuk membandingkan hasil dari setiap formula
yang selanjutnya dipilih formula yang terbaik dan memenuhi persyaratan
sediaan krim untuk dibuat skala besarnya.
Dari ketiga formulasi tersebut memberikan hasil yang berbeda, dari
segi tekstur (kelembutan) formula 3 yang paling baik dibandingkan dengan
formula 1 ataupun 2 yang teksturnya kurang lembut. Hal ini kemungkinan
disebabkan pada saat proses peleburan, terdapat bahan-bahan yang belum
larut secara sempurna. Tetapi, setelah disimpan selama 1 minggu, pada
formula 1 terjadi foaming sedangkan pada formula 1 masih tetap stabil.
Sehingga kami memilih formula 3 yang selanjutnya akan diproduksi dalam
skala besar. Untuk pemulaian sa besar cara dan bahannya hampir sama
dengan skala kecil. Namun hanya bahannya yang cukup banyak.
Setelah proses pembuatan skala besar formula 1 (200 gram) praktikan
mengevaluasi sediaan krim yang meliputi uji Organoleptis, Uji Ph, Uji daya
sebar, Uji Viskositas, uji homogenitas dan Uji tipe emulsi. Serta uji
Acceptabilitas. Dilihat dari organoleptisnya krim berwarna putih, aromanya
adalah aroma mawar lemah karena ditambahkan beberapa tetes oleum rosae.
45
Dari segi tekstur ketika dioleskan pada tangan, krim terasa halus/lembut dan
homogen.
Pada pengujian viskositas krim didapatkan hasil 54.500cps, 46.250
cps, dan 20.000cps. Apabila dilihat terlebih dahulu dengan apa yang telah
didapatkan kelompok kami. Didapatkan bahwa dengan pertambahan
kecepatan akan menurunkan viskositas dari sebuah cairan. Viskositas juga
dapat diartikan sebagai tahanan cairan untuk mengalir. Dengan menurunnya
viskositas, maka akan menurunkan pula tahanannya. Maka dari itu, energi
yang dihasilkan oleh alat (proses pengadukan) yaitu energi panas akan
menyebabkan viskositas suatu cairan menurun. Dilihat dari data semua
kelompok memiliki viskositas yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan
bahwa formulasi krim setiap kelompok memiliki tingkat kekentalan yang
berbeda-beda dan menggunakan spindle yang berbeda-beda. Viskositas
sediaan krim juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan basis yang digunakan
setiap kelompok. Viskositas mempengaruhi daya sebar atau mobilitas suatu
sediaan, semakin besar viskositasnya maka daya sebarnya semakin kecil dan
sebaliknya. Dengan demikian untuk membuat suatu krim dapat diperkirakan
viskositasnya sesuai tujuan yang diinginkan.
Pada pengujian pH didapatkan hasil pH krim adalah 8,73. Hasil yang
didapatkan yaitu diperoleh dari alat yaitu pH meter. Namun apabila
digunakan alat lain seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Yaitu
menggunakan kertas pH indikator untuk melihat dan menentukan besar
pHnya. Dengan menggunakan kertas indikator dapat diperoleh hasil pH 6.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui berapa pH sediaan yang mana
digunakan sebagai acuan akseptabilitas terhadap kulit. Perbedaan yang
diperoleh dari kedua alat dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya adalah
kesalahan praktikan, kondisi penyimpanan dari sediaan, kesalahan dalam
pengkalibrasian alat dll. Krim yang dibuat telah ditentukan pH nya oleh tim
RnD. Yaitu krim memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5
karena jika krim memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit
yang bersisik, sedangkan jika pH terlalu asam maka beresiko menimbulkan
iritasi kulit.
46
Kemudian pada uji tipe krim juga didaptkan hasil yang sama pada
semua kelompok, yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a).Yatu melalui tes
methylene blue dan sudan. Pada praktikum kali ini, sediaan krim dioleskan
pada sudan dan pada methylene blu masing masing 1 tetes. Dan didapatkan
hasil bahwa krim terlihat lebih menyatu dan bercampur dengan methylene
blue daripada sudan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan
sudah sesuai dengan rancangan yang dibuat. Pembuatan krim tipe m/a ini
bertujuan agar krim yang dioleskan sebagai tabir surya mudah dicuci atau
dibersihkan menggunakan air.
Uji yang selanjutnya adalah uji daya sebar yang bertujuan untuk
mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan krim
yang dibuat. Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas
penyebaran krim pada kulit. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan
meningkatkan beban dapat menggambarkan suatu karakteristik pada krim.
Uji ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca.
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan
bebannya. Kemudiaan diameter penyebaran di ukur pada setiap penambahan
beban, saat sediaan berhenti menyebar. Dari sini dapat diketahui bahwa
sediaan krim tersebar luas. Pada kelompok kami mendapatkan hasil daya
sebar sebesar3,1x10-3. Sedangkan pada kelompok yang lain memiliki daya
sebar yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa formulasi krim yang
dibuat setiap kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk
menyebar jika diaplikasikan di permukaan kulit. Pada kelompok 6 memiliki
daya sebar yang sangat tinggi dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu
tersebar 6,7. Uji ini juga bisa sebagai acuan tujuan dari pembuatan krim.
Selain itu di ujikan acceptabilitas dari sebuah sediaan krim kepada
beberapa orang/responden dan mempertanyan mengenai kesan yang mereka
rasakan. Jika ditinjau dari kemudahan dioleskan mendapatkan point 50%
sangat baik. Sensasi baik.Kelembutan sangat baik. Bekas yang ditinggalkan
baik. Dan kelengketan mendapat point sangat baik. Serta untuk kemudahan
dicuci dinilai baik oleh beberapa responden tersebut. Maka dari itu, dengan
47
penilaian baik itu pun menjadi dasar bagi kami bahwa sediaan ini dapat
dipasarkan. Karena dilihat dari kenbanyakan anak muda menjaga tubuh
mereka dengan beberapa bahan dan produk-produk kesehatan. Dengan hal
itulah, produk akan laku.
Uji terakhir adalah homogenitas, cara pengidentifikasiannya adalah
dengan mengambil sepucuk sendok sediaan krim tersebut lalu di letakkan
diatas object glass dan ditutup dengan object glass lain. Yang perlu
diperhatikan adalah apakah ada partikel kasar yang tidak homogen pada
kedua object glass tersebut. Dan dilakukan replikasi selama 3x. dan
didapatkan hasil yaitu untuk ketiga replikasi tersebut tidak homogen.
Dikarenakan pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yaitu salah
satunya adalah pada proses peleburan dan penggerusan krim. Serta
pengayakan dari berbagai bahan seharusnya di terapkan bahan yang kecil
sehingga akan memperluas luas permukaan dari sebuah sediaan tersebut.
Berikut hasil evaluasi semua kelompok.
Jenis Evaluasi Hasil Kesimpulan
Organoleptis Warna : putih Memenuhi
Aroma : aqua rosae persyaratan
Tekstur : lembut spesifikasi
sediaan
Homogenitas Terdapat partikel kasar (bintik-bintik Tidak homogen
pada sediaan)
pH 8,73 Tidak memenuhi
persyaratan (4,5-
6,5)
Viskositas - Speed 6 rpm : Tidak memenuhi
54.500 cps persyaratan
(4.000-40.000
- Speed 12 rpm: cps)
46.250 cps
48
- Speed 30 rpm:
20.000 cps
Tipe Krim M/A (minyak dalam air) Memenuhi
persyaratan
Daya Sebar Dengan beban 800 g = 4,5 cm Tidak memenuhi
persyaratan (5-7
cm)
Bobot sediaan 181,82 g Memenuhi
persyaratan
% Kesalahan 10 % Memenuhi
persyaratan
(<20%)
Asseptabilitas 1. Kemudahan dioleskan
- Sangat baik :50%
- Baik :30%
- Jelek :20%
2. Sensasi
- Sangat baik :10%
- Baik :60%
- Jelek :30%
3. Kelembutan
- Sangat baik :40%
- Baik :30%
- Jelek :30%
4. Bekas yang ditinggalkan
- Sangat baik :40%
- Baik :60%
5. Kelengketan
- Sangat baik :40%
- Baik :40%
- Jelek :20%
49
6. Kemudahan dicuci
- Sangat baik :20%
- Baik :60 %
- Jelek :20%
KRIM
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6
Daya sebar 7,45x10-3 2,41x10-3 3,1x10-3 1,97x10=3 6,7
Kapasitas g/cm
penyebaran 13,5 cm 12,5 cm 11,4 cm 7,7 cm 9,6 cm 12,5 cm
Viskositas 41.500 24.500 23.000 46.500 81.500 15.000
(mPas)
Tipe emulsi M/A M/A M/A M/A M/A M/A
pH 6 6 6 6 6 6
50
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Sediaan krim mengandung bahan aktif Titanium dioxida dengan
memiliki 2 fase yaitu fase minyak yang terdiri dari cera alba, vaselin album,
asam stearat, BHT, Na-EDTA, titanium dioxide dan fase air terdiri dari
propilenglikol, nipagin, TEA, aquadest. Pada praktikum evaluasi Sediaan
krim titanium dioxide dilakukan beberapa evaluasi yaitu organoleptis, uji pH,
uji viskositas, uji daya sebar, uji akseptabillitas, uji homogenitas, dan uji tipe
cream. Pada organoleptis didapatkan cream berwarna putih, bau oleum rosae
dengan tekstur lembut, pada uji pH didapatkan 8,73 (tidak memenuhi rentang
persyaratan 4,5-6,5) , pada uji homogenitas ddidapatkan hasil adanya partikel
kasar atau tidak homogen. Kemudian pada uji tipe cream didapatkan hasil
cream tipe M/A.
Kemudian pada uji viskositas menggunakan no. spindle 64 dengan
kecepatan 6, 12, dan 30, didapatkan viskositas pada kecepatan 6 sebesar
54.500 cps , kecepatan 12 sebesar 46.250 cps dan pada kecepatan 30 (skala
tidak terbaca) hasil tersebut tidak memenuhi rentang persyaratan (4000 –
40.000 cps) . Pada uji daya sebar dengan beban 800 g didapatkan 4,5 cm,
tidak memenuhi rentang persyaratan 5-7 cm. Pada uji akseptabilitas
kemudahan di oleskan sangat baik 50%, sensasi sangat baik 10%, kelembutan
sangat baik 40%, bekas yang ditinggalkan sangat baik 40%,kelengketan
sangat baik 40%, dan bau sangat baik 20%.
8.2 Saran
Pada kegiatan praktikum ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, adanya faktor kesalahan praktikan dan mungkin alatnya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca.
51
BAB IX
RANCANGAN KEMASAN
52
BAB XII
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Celluler and Moleculer Immunology. 4th
Ed., Philadelphia: W.B. Saunders Company. 2000.
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American
Asrifah julita, dkk. 2015. Hubungan Penggunaan Antibiotik Ibu Pada Trimester Ii
Dan Iii
Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Dzulfikar. 2012. Tatalaksana Alergi Obat Pada Anak Di Unit Gawat Darurat.
Bandung : Universitas Padjajaran
Informasi Spesialite Obat Indonesia, volume 49. 2014. Jakarta : PT.ISFI.
Kehamilan Dengan Angka Kejadian Alergi Pada Bayi 0-3 Bulan. Volume 4.
Nomor 4, Oktober 2015.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/9964/9663
(Diakses pada 16 maret 2018)
Martindale: The Complete Drug Reference. 36th. Edition. USA: Pharmaceutical
Press.
Pharmacists Association Hikmah, N. & Dewanti I.D. Seputar Reaksi
Hipersensitivitas (Alergi). 2015.
Tatro, David S., PharmD, 2003, A to Z Drug Facts, Facts and Comparisons, San
Franscisco
Tjay, Drs.Ton Hoan. 2015. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek
Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
World Health Organization. Prevention of Allergy and Allergic Asthma. Geneva:
WHO; 2002
53
LAMPIRAN
Hasil Evaluasi
Uji Tipe Cream
54
Uji Viskositas
55
Uji pH
Kemasan Cream
Etiket
56
Kemasan Sekunder
Brosur
57