0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
285 tayangan16 halaman
Sediaan emulsi injeksi merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam bentuk emulsi yang akan disuntikkan. Emulsi injeksi harus memenuhi persyaratan untuk sterilitas dan kestabilan selama penyimpanan. Wadah dan tutup yang digunakan harus memenuhi spesifikasi untuk mencegah kontaminasi.
Sediaan emulsi injeksi merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam bentuk emulsi yang akan disuntikkan. Emulsi injeksi harus memenuhi persyaratan untuk sterilitas dan kestabilan selama penyimpanan. Wadah dan tutup yang digunakan harus memenuhi spesifikasi untuk mencegah kontaminasi.
Sediaan emulsi injeksi merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam bentuk emulsi yang akan disuntikkan. Emulsi injeksi harus memenuhi persyaratan untuk sterilitas dan kestabilan selama penyimpanan. Wadah dan tutup yang digunakan harus memenuhi spesifikasi untuk mencegah kontaminasi.
Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi dibuat dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut dan disiapkan dalam wadah tyakaran tunggal atau ganda (FI III, FI IV).
Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer
atau bahan tambahan lain, ditandai dengan nama, ............. Untuk Injeksi. Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya merupakan emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. Contoh Sediaan Emulsi Injeksi Lipofundin Mct/Lct Infusion Lipofundin Mct/Lct Infusion mengandung komposisi aktif berikut: Chain Triglycerides and Soybean Oil. Digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, dan perbaikan penyakit dalam kondisi dan gejala berikut ini: • Kegemukan • Gejala menopause • Kesehatan tulang • Tekanan darah tinggi • Kadar kolesterol tinggi Pembuatan emulsi untuk injeksi Pembuatan emulsi untuk injeksi: ➢ Injeksi Emulsi M/A (MetodeAseptik) a. Zat-zat larut minyak dicampur dalam minyak dan emulgator minyak, sterilisasi dalam oven (170 ºC, 30 menit) b. Zat-zat larut air dicampur dalam aqua pro injeksi dan emulgator air, sterilisasi dalam autoklaf (121 ºC, 15 menit) c. Campur dan gerus kedua campuran tersebut pada suhu yang sama (60-70 ºC) dalam mortar sterild. Campuran tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk, genapkan volume dengan penambahan aqua pro injeksi. Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril yang telah dikalibrasi. Persyaratan Emulsi untuk Injeksi
Syarat Emulsi untuk injeksi:
1. Harus stabil pada autoklaf, karena suhu meningkat dapat menyebabkan pecahnya emulsi sehingga harus memilih emulgator yang stabil contohnya gelatin, dekstran, metilselulosa dan lesitin 2. Ketidakstabilan emulsi sering terjadi dalam fase dalam/terdispersi pada saat pendiaman cenderung akan membentuk agregat daripada membentuk droplet kemudian agregat naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi sehingga membentuk lapisan yang berbeda pada permukaan dasar. 3. Dekstrosa tidak disarankan karena dapat berinteraksi dengan fosfolipid menghasilkan warna coklat pada proses sterilisasi menggunakan autoklaf dan selama penyimpanan 4. Ukuran partikel tidak boleh lebih dari ukuran eritrosit (12 µm) 5. Tidak ada penambahan pengawet karena diberikan pada dosis tunggal 6. Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan emulsi injeksi: inkompaktibilitas, pH (pH optimum untuk emulsi akhir umumnya berkisar pada pH 9,5 dengan kuantitas kecil dari sodium hidroksida), viskositas (derivat gelatin dan selulosa), emulgator (fosfolipid dan polisorbat), stabilisator dan antioksidan 7. Zat pengemulsi yang digunakan tidak boleh toksik, sepertilecithin, polysorbate 80, gelatine, methylcellulose, dan serum albumin. Contoh : phytomenadione injeksi BP (vitamin K) yang ditambahkan lecithin berguna sebagaiemulgator Bagian lemak dari emulsi adalah 10-15% sebagai emulgator digunakan fosfatida, sebagai bahantambahan glukosa atau sorbitol. Evaluasi Sediaan Injeksi
Evaluasi dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum
wadah dipasang etiket dan dikemas. Meliputi: a) Evaluasi fisika b) Evaluasi biologi c) Evaluasi kimia d) Uji sterilisasi e) pengemasan • Emulsi parenteral dikemas dengan volume 100 sampai 1000 mL dalam botol kaca • Botol silikon dengan permukaan dalam hidrofobik dapat digunakan • Penutup karet banyak digunakan • Penutup harus tidak permeable dengan oksigen karena dapat terjadi kontak dengan emulsi fase minyak Pemilihan Wadah dan Kompasibilitas Wadah Terhadap Sediaan Jadi Untuk Emulsi Injeksi Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu: 1) Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul. 2) Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum. Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan suatu produk.Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah: 1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan 2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah 3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi: -Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah -Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akanmempengaruhi penampilan dan bau produk. 4.Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya 5.Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah 6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia, penyimpan obat dikelompokkan : 1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan distribusi yang lazim. 2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya 3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka. 4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya Wadah Gelas Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan seperlunya dapat menjadi penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali sinar.Gelas berwarna dapat memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan. Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan berat. Tutup Elastomerik (tutup karet)
Definisi tutup elastomerik menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah
bagian dari pengemas yang berhubungan langsung atau mungkin berhubungan langsung dengan obat. Elastomer atau lebih dikenal sebagai karet, sudah digunakan sebagai bahan untuk kemasan sediaan parenteral sejak awal abad 20 karena memiliki sifat fisik unik, yaitu sangat mudah dibentuk, yang cukup penting bagi fungsi kemasan sediaan parenteral. Secara kasar, karet dikatakan sebagai bahan polimer yang pada suhu kamar dapat diregangkan mencapai 2 kali panjang awalnya dan jika dibebaskan akan kembali ke ukuran semula. Walau memiliki definisi sederhana, karet adalah senyawa kompleks yang terdiri dari 2 sampai 10 atau lebih bahan mentah. Komponen polimer utamanya adalah elastomer. Tutup elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau sintetis. Contoh penggunaan tutup elastomerik : 1. Tutup vial Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial parenteral dan merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai tutup sediaan farmasi. 2. Tutup univial Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat karet tergeser, akan terjadi proses pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian bawah.