SKRIPSI
OLEH:
RISNAULI SITINJAK
NIM 151524063
SKRIPSI
OLEH:
RISNAULI SITINJAK
NIM 151524063
OLEH:
RISNAULI SITINJAK
NIM 151524063
Disetujui oleh
Pembimbing I, Panitia penguji,
Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Sc., Apt.
NIP. 195108161980031002 NIP. 195006071979031001
Pembimbing II,
Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt.
NIP. 195401101980032001 NIP. 195108161980031002
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Kulit Buah Jeruk
Utara.
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,
selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis
kepada Bapak Prof. Ginda Haro, M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Tuty Roida Pardede,
M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis
dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-
saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt.,
selaku ketua penguji dan Ibu Sri Yuliasmi, M.Si., Apt., selaku anggota penguji
yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini dan Ibu Prof. Dr.
Rosidah, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu
staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis
terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga, Bapak Drs. Bakti Sitinjak, S.Pd.,
Ibu Kartini Manalu, S.Pd., dan kakak, abang serta adikku tercinta atas limpahan
kasih sayang, doa dan semangat yang tak ternilai dengan apa pun.
angkatan 2015 untuk kebersamaan dan dorongan semangatnya, serta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
Risnauli Sitinjak
NIM 151524063
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Kulit Buah
Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) dengan Metode
Pemerangkapan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
Risnauli Sitinjak
NIM 151524063
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C)
DENGAN METODE PEMERANGKAPAN DPPH
(1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL)
ABSTRAK
Jeruk purut (Citrus hystrix D.C) merupakan salah satu jenis jeruk dari
famili Rutaceae yang mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan dan berperan dalam penyebab dari berbagai penyakit,
untuk menghindari dampak negatif dari radikal bebas dibutuhkan suatu
antioksidan. Antioksidan berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau
menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan
hidrogen atau elektron. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit buah jeruk purut lalu dibandingkan
dengan vitamin C sebagai kontrol positif.
Tahapan penelitian ini meliputi karakterisasi simplisia, skrining fitokimia,
ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 96% serta uji aktivitas
antioksidan dengan metode pemerangkapan DPPH dengan menggunakan alat
spektrofotometri visibel. Metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH)
Scavenging Methode atau metode pemeragkapan DPPH, emerupakan metode
yang paling sederhana, cepat dan murah untuk mengukur kemampuan antioksidan
yang terdapat pada makanan, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam meredam
radikal bebas.
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia kulit buah jeruk purut adalah
kadar air 7.99%, penetapan kadar sari larut dalam etanol 13.41%, penetapan kadar
sari yang larut dalam air 25.99%, penetapan kadar abu total 7.86%, penetapan
kadar abu yang tidak larut dalam asam 0.89%. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia kulit buah jeruk
purut mengandung senyawa kimia golongan flavonoid, glikosida, steroid/
triterpenoid dan tanin. Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh nilai IC50
(Inhibitory Concentration) dari ekstrak etanol kulit buah jeruk purut pada panjang
gelombang 516 nm adalah sebesar 146.06 µg/ml dan termasuk dalam kategori
sedang jika dibandingkan dengan vitamin C sebagai kontrol positif yang sangat
kuat.
Kata kunci: Antioksidan, radikal bebas, DPPH, ekstrak etanol, jeruk purut,
ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST FROM ETHANOL
EXTRACT OF KAFFIR LIME FRUIT (Citrus hystrix D.C)
USING SCAVENGING METHOD OF DPPH
(1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL)
ABSTRACT
Kaffir lime (Citrus hystrix D.C) is one type of orange fruit family of
Rutaceae that contains flavonoids that function as antioxidants. Free radicals are
any molecules that contain one or more unpaired electrons and play a role in the
cause of various diseases, to avoid the negative effects of free radicals required an
antioxidant. Antioxidants serve to prevent oxidation or neutralize compounds that
have been oxidized by donating hydrogen or electrons. The purpose of this study
was to determine the antioxidant activity of ethanol extract of kaffir lime peel then
compared with vitamin C as a positive control.
The stages of this study include the characterization of simplicia,
phytochemical screening, the extraction was done by maceration with 96%
ethanol solvent and the antioxidant activity test by DPPH method of capture by
using visible spectrophotometric instrument. The method of 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH) Scavenging Method or DPPH method is the simplest,
quickest and cheapest method of measuring the antioxidant capabilities found in
foods, fruits and vegetables in reducing free radicals.
The result of characterization of simplicia of kaffir lime peel is water
content of 7.99%, determination of soluble sari content in ethanol 13.41%,
determination of water soluble sari 25.99%, determination of total ash content
7.86%, determination ash which is insoluble in acid 0.89%. The conclusion of this
research is the result of phytochemical screening showed that the simplicia of
kaffir lime fruit contains chemical compound of flavonoids, glycosides, steroids/
triterpenoids and tannins. The result of antioxidant activity test obtained from IC50
(Inhibitory Concentration) extract from ethanol extract of kaffir lime skin at 516
nm wavelength was 146.06 μg/ml and included in medium category compared to
vitamin C as a very strong positive control.
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
xv
(DPPH) ....................................................................................... 18
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
Radikal bebas merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan yang secara normal dihasilkan dalam metabolisme sel.
Radikal bebas seperti molekul oksigen reaktif (ROS) dan molekul nitrogen reaktif
kepada senyawa radikal bebas, sehingga tidak terjadi reaksi lebih lanjut yang
dkk., 2017).
Jeruk purut (citrus hystrix DC) merupakan salah satu jenis jeruk dari
famili Rutaceae. Penggunaan buah dan daun jeruk purut telah dikenal oleh
masyarakat sejak dahulu sebagai obat tradisional. Kulit buah jeruk purut
digunakan sebagai obat bisul, panas dalam, radang kulit, radang payudara, kulit
bersisik dan kulit mengelupas. Selain itu kulit buah jeruk purut digunakan untuk
penyedap masakan, pembuatan kue dan dibuat manisan Buah jeruk purut juga
Flavonoid utama dalam jeruk adalah naringin, narirutin dan hesperidin yang
terdapat pada kulit buah dan bulir daging buah jeruk. Flavonoid berfungsi sebagai
kandungan senyawa flavonoida, senyawa ini telah banyak diteliti dan diketahui
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan bagian lainnya. Senyawa metabolit
yang terdapat pada kulit jeruk purut dapat diekstraksi menggunakan pelarut etanol
96% dan pnelitian sebelumnya menyatakan bahwa kulit jeruk purut memiliki
radikal DPPH, merupakan metode yang paling sederhana, cepat dan murah untuk
Standard yang umum digunakan adalah asam askorbat (vitamin C). Standard ini
digunakan untuk memastikan bahwa prosedur yang dilakukan telah sesuai dengan
antioksidan ekstrak etanol dari kulit buah jeruk purut dengan menggunakan
antioksidan?
1.3 Hipotesis
triterpenoid.
TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan, nama daerah, nama asing, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Suku : Rutaceae
Genus : Citrus
Sumatera: unte mukur, unte pangir (Batak), lemau purut, lemau sarakan
purut, jeruk wangi, jeruk purut (Sunda, Jawa). Bali: jeruk linglang, jeruk purut.
Flores: mude matang busur, mude nelu. Maluku: munte kereng (Alfuru), usi ela
Kaffir lime leaf and zest (Inggris), bai magrut (Dalimartha, 2000).
Jeruk purut bisa tumbuh pada daerah dengan ketinggian antara 0-1000
dpl. Jeruk tersebut bisa ditanam di daerah sangat basah atau daerah basah
(Hariana, 2008).
Daunnya merupakan daun majemuk menyirip beranak daun satu. Tangkai daun
sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur
meruncing, tepi beringgit, panjang 8-15 cm, lebar 2-6 cm, kedua permukaan licin
dengan bitnik bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau muda
atau hijau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk
buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, rasanya asam agak
2.1.8 Kegunaan
berkhasiat stimulant, berbau khas aromatic, rasanya agak asin, kelat dan lama-
lama agak pahit. Jeruk purut digunakan untuk mengatasi influenza, badan terasa
lelah, rambut kepala yang bau (mewangikan kulit) serta kulit bersisik dan
mengelupas dan juga untuk badan letih dan lemah sehabis sakit berat
(Dalimartha, 2000).
2.2 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan cara menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
iii. Ekstrak kering: tidak lebih dari 25 bagian per sejuta (Depkes R. I,
1974).
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
1. Maserasi
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan, tahap perendaman antara, tahap
diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes R.I, 1995).
B. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
2. Digesti
lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50°C.
3. Sokletasi
4. Infudasi
5. Dekoktasi
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas terlibat dan berperan dalam
Radikal bebas yang terdapat dalam tubuh dapat berasal dari dalam
(endogen) atau dari luar tubuh (eksogen). Secara endogen, radikal bebas
terbentuk sebagai respon normal dari rantai reaksi respirasi (pernafasan) di dalam
tubuh. Sumber terbentuknya radikal bebas dalam bahan atau secara endogen
i. Inisiasi
RH + initiator → R●
ii. Propagasi
R● + O2 → ROO●
ROO● + RH → ROOH + R●
iii. Terminasi
R● + R● → RR
ROO● + R● → ROOR
propagasi adalah tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara
suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru. Tahap
terminasi adalah tahap akhir, terjadinya pengikatan suatu radikal bebas dengan
radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi. Ketika proses tersebut
Tanpa disadari dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas secara terus
gizi, dan akibat respons terhadap pengaruh dari luar tubuh seperti polusi
lingkungan, ultraviolet (UV), asap rokok dan lain-lain. Dari pernyataan ini dapat
juga makin meningkat. Secara endogenus, hal ini berkaitan dengan dengan laju
terpapar dengan polutan juga semakin tinggi seiring dengan meningkatnya umur
seseorang. Kedua faktor tersebut secara sinergis meningkatkan jumlah radikal
Semua faktor ini dapat memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif. Oleh
sebab itu, tubuh kita memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan yang
dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam
dalam tubuh, tetapi cara penentuan yang teliti belum ada. Bila aktivitas dari
radikal bebas lebih tinggi daripada kemampuan antioksidan, kondisi ini disebuat
oksidatif stress. Keadaan tekanan oksidatif ini akan bedampak negatif, yakni akan
(Silalahi, 2006).
kekebalan tubuh dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Khasiat lain adalah
gangguan fungsi sistem saraf akibat tekanan oksidatif pada usia tua (Silalahi,
2006).
oksigen yang rendah dan oleh karena itu mengurangi risiko kanker. Akan tetapi
beta karoten dapat menigkatkan risiko penyakit kanker pada perokok dan
sinergisme, tetapi proporsi dan dosis yang ideal dari kombinasi serta faktor-faktor
yang memengaruhi agar diperoleh hasil optimal perlu diteliti lebih mendalam.
Konsumsi banyak sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan flavonoid akan
2.4 Antioksidan
molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas sehingga menjadi molekul yang netral (Muchtadi,
2013).
dalam tubuh. Terjadinya stress oksidatif dapat dihambat oleh kerja enzim-enzim
apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal,
pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang
kurang reaktif.
mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan dalam kelompok ini
komponen non nutrisi dan nutrisi dari sayuran dan buah-buahan. Bekerja dengan
cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
menangkapnya. Akibatnya radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen
seluler.
3. Antioksidan Tersier
akibat buruk dari efek senyawa oksigen yang reaktif (ROS,) senyawa nitrogen
yang reaktif (RNS) atau keduanya dalam fungsi fisiologis normal pada manusia.
bebas yang berasal dari luar seperti merokok, ozon, sinar ultraviolet dan bentuk
radiasi lain adalah zat-zat berbahaya. Radikal bebas dapat merusak biomolekul
2.4.1 Vitamin C
lebur lebih kurang 190°C, berbentuk serbuk atau hablur, warnanya putih atau
agak kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan
kering stabil di udara dan cepat teroksidasi dalam larutan, mudah larut dalam air,
agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen.
Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (Depkes
R. I, 1995).
hidrogen dari gugus hidroksilnya kepada radikal bebas. Vitamin C juga dapat
pencegah dan antioksidan pemutus ikatan yang mengikat radikal untuk mencegah
yang mengikat radikal untuk mencegah timbulnya radikal bebas dan reaksi
2.4.2 Flavonoid
yang berbeda golongan dan jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal.
baik memeriksa aglikon yang telah terhidrolisis daripada dalam bentuk glikosida
dengan strukturnya yang rumit dan kompleks. Flavonoid dapat berkhasiat sebagai
tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau
pencatat. Spektrofotometri serapan merupakan metode pengukuran serapan
untuk senyawa yang tidak berwarna dan spektrofotometri visibel (sinar tampak)
meliputi (1) sumber tenaga radiasi yang stabil, (2) sistem yang terdiri atas lensa-
cuplikan yang transparan dan (5) detector radiasi yang dihubungkan dengan
iv. Detektor
tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti sebagai arus
Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) dapat dipilih dari
sinar putih (sebagai contoh dengan alat prisma). Warna-warna yang dihubungkan
Tabel 2.1 Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak
sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Warna sinar
komplementer yang mempunyai makna sebagai berikut: jika salah satu komponen
warna putih dihilangkan (biasanya dengan absorpsi) maka sinar yang dihasilkan
adalah suatu metode sederhana yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan
antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode ini dapat digunakan untuk
sampel yang padat dan bentuk larutan. Prinsipnya adalah elektron ganjil pada
tertentu, berwarna ungu. Warna akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah
Struktur kimia radikal bebas DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
(Molyneux, 2004).
mendonorkan atom hidrogen, akan dihasilkan bentuk tereduksi dari DPPH dan
berkurangnya warna ungu (Molyneux, 2004). Reaksi antara DPPH dengan atom
Gambar 2.2 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan
2.6.1 Pelarut
akan memberi hasil yang baik dengan menggunakan pelarut metanol atau etanol
dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai
(Molyneux, 2004).
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
suatu absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
maksimal, yaitu:
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
Pada saat awal terjadi reaksi, absorbansi senyawa yang berwarna ini
berwarna tersebut menjadi rusak atau terurai sehingga intensitas warnanya turun
akibatnya absorbansinya juga turun. Karena alasan inilah maka untuk pengukuran
senyawa berwarna (hasil suatu reaksi kimia) harus dilakukan pada saat waktu
METODE PENELITIAN
skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol kulit buah jeruk purut, pengujian
aktivitas antioksidan kulit buah jeruk purut dan vitamin C dengan metode
visible.
3.1 Alat
(National), cawan porselin, neraca kasar (Ohaus), krus , lemari pengering, neraca
analitik (Vibra), oven listrik (Strok), penangas air (Yenaco), rotary evaporator
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kulit buah jeruk purut.
Bahan-bahan kimia lainnya yang berkualitas pro analisis adalah DPPH (Sigma),
heksan, asam nitrat pekat, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, raksa (II)
klorida, bismut (III) nitrat, besi (III) klorida, timbal (II) asetat, kalium iodida,
sulfat anhidrat, serbuk magnesium. Bahan kimia berkualitas teknis; etanol 96%.
3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan
purut dan identifikasi kulit buah jeruk purut, dan pembuatan simplisia kulit buah
jeruk purut.
yaitu tanpa membandingkan dengan bahan kulit buah jeruk yang sama dari daerah
lain. Bahan yang digunakan adalah kulit buah purut yang diperoleh dari pajak sore
Buah jeruk purut dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, ditiriskan lalu
dikupas kulitnya,. Bagian kulit yang diambil yaitu mulai dari bagian kulit terluar
sampai dengan bagian kulit dalam yang berbatasan dengan buah. Kemudian kulit
pengering hingga kering, yaitu ketika simplisia tersebut diremas akan hancur,
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml,
pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10
ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga
nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan
sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan
Sebanyak 5,4 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai
asam sulfat pekat. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru (Depkes R. I, 1995).
pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut
dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total,
ukuran, bau, rasa dan warna simplisia kulit buah jeruk purut.
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi. Alat terdiri dari
labu alas bulat 500 ml, alat penampung dan pendingin, tabung penyambung dan
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air
dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. b. Penetapan kadar air
simplisia
dalam labu yang berisi toluen jenuh tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik
sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin
penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan
dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air
dengan 100 ml etanol 95% menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok
pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang
telah ditara dan dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari yang
larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan
(Depkes R. I, 1995).
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan.
Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu
600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot
tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes R. I,
1995).
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung
dari 7 bagian etanol 95% dengan 3 bagian air suling (7:3) dan 10 ml asam klorida
ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M dikocok,
dan kloroform (2:3), perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan
kemudiaan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 500 C, sisanya dilarutkan
penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molish,
tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya
nheksan selama 2 jam, disaring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada
sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat
menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml
amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna
merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.
Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin
(Farnsworth, 1966).
kuatkuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak
dikocok dan didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dan disaring, kemudian kocok
dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan
Pembuatan ekstrak etanol kulit buah jeruk purut dilakukan dengan cara
ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk.
Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai. Ampas dicuci dengan etanol 96%
dan dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian di
DPPH dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu
menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang memerangkap
(Molyneux, 2004).
2004)
menentukan operating time sampai menit ke-60 pada panjang gelomang serapan
Larutan induk dipipet sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml ke dalam
labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 200
Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 ml; 0,1 ml; 0,15 ml; 0,2 ml ke dalam
labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm,
etanol kulit buah jeruk purut dengan vitamin C sebagai kontrol positif,
radikal bebas adalah nilai IC50 (Inhibitory Concentration 50), nilai tersebut
regresi dengan konsentrasi larutan uji (ppm) sebagai absis (sumbu x) dan nilai %
Universitas Sumatera Utara terhadap tumbuhan jeruk purut adalah Citrus hystrix
kepingan panjang atau berbentuk spiral, melengkung atau datar, keras, permukaan
Permukaan dalam lebih rata, warna putih dengan bercak kuning kecoklatan dan
bintik-bintik rongga minyak warna kehijauan berharis tengah lebih kurang 1 mm.
berkas patahan tidak berserabut. Hasil pemeriksaan makroskopik kulit buah jeruk
melintang kulit segar tampak kutikula, bagian sel epidermis, dibawah epidermis
serbuk kulit buah jeruk purut terdapat fragmen pengenal yaitu epidermis, albedo
dan trakea, flavedo. Hasil pemeriksaan makroskopik kulit buah jeruk purut dapat
Jilid VI. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia dapat dilihat Tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristisasi simplisia kulit buah jeruk purut
Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air
yang terkandung dalam simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia kulit buah
jeruk purut yaitu 7,99% memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia yaitu
tidak lebih dari 10%. Kadar air yang melebihi 10% dapat menjadi media yang
Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar kimia
bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari larut
dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol baik
senyawa polar maupun nonpolar. Hasil karakterisasi simplisia kulit buah jeruk
purut menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 25,99 %, sedangkan
kadar sari larut dalam etanol 13,41% menunjukkan bahwa hasil memenuhi
anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na dan K. Kadar abu tidak larut
asam untuk menunjukkan jumlah silikat. Penetapan kadar abu pada simplisia
menunjukkan kadar abu total sebesar 7,86% dan kadar abu tidak larut asam
No Pemeriksaan Hasil
1 Alkaloida -
2 Flavonoid +
3 Glikosida +
4 Antrakuinon -
5 Saponin -
6 Tannin +
7 Steroid/ triterpenoid +
etanol, serbung seng, asam klorida pekat terjadi warna merah intensif dalam waktu
2-5 menit; dengan penambahan etanol, serbuk magnesium dan asam klorida pekat
terjadi warna merah jingga sampai merah ungu; dengan penambahan aseton pekat,
serbuk halus asam borat, serbuk halus asam oksalat dan kemudian diamati di
(Farnsworth, 1966).
asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat terjadi warna biru atau hijau (reaksi
asam sulfat dan benzene menunjukkan warna kuning pada filtrat dan pada lapisan
lapisan air dan tidak berwarna pada lapisan benzene (Depkes R. I, 1995).
menggunakan air panas selama 10 detik terbentuk buih yang mantap selama tidak
kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan pada penambahan asam klorida
besi (III) klorida 1% menghasilkan warna biru atau hijau kehitaman (Farnsworth,
1966).
menunjukkan adanya steroid dan jika menghasilkan warna merah muda atau ungu
gugus hidroksil yang dikandungnya dalam hal ini disebut reduktor sehingga dapat
mendonorkan ion ataupun atom hidrogen kepada molekul radikal bebas (Silalahi,
2006).
Hasil ekstraksi 350 g simplisia kulit buah jeruk purut dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 2650 L, diperoleh ekstrak etanol kulit
buah jeruk purut sebanyak 27,6254 g dengan nilai rendemen ekstrak sebesar
nm termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400-800) nm). Dan
Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol
secara spektrofotometri visible
Halaman 52.
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit jeruk purut dengan
nm terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan uji maka semakin besar
persen peredamannya dimana terjadi penurunan nilai absorbansi DPPH pada saat
pengukuran dengan penambahan ekstrak etanol kulit buah jeruk purut dan vitamin
bebas DPPH. Hasil penurunan nilai absorbansi dan persen pemerangkapan DPPH
radikal yang mereduksi DPPH. Reaksi ini diamati dengan adanya perubahan
warna dari ungu menjadi kuning ketika electron ganjil dari radikal bebas.
menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan menjadi berkurang (Molyneux,
2004).
4.8 Hasil Analisis Nilai IC50 Sampel Uji
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah jeruk purut
diperoleh persamaan garis regresi dengan cara memplot konsentrasi larutan uji
dengan persen peredaman DPPH, dimana konsentrasi sampel sebagai absis dan
nilai persen peredaman sebagai ordinat yaitu Y= 0,2954 X + 6,862 dengan nilai
koefisien korelasi 0,9744 dimana derajat asosiasi koefisien korelasi yang kuat
menurut buku Morton tahun 2009 berada di rentang 0,8-1,0. Dari persamaan
tersebut dapat diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol kulit buah jeruk purut sebesar
µg/ml. Grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah jeruk purut
Gambar 4.2 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah jeruk
purut
dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dengan persen peredaman DPPH,
dimana konsentrasi sampel sebagai absis dan nilai persen peredaman sebagai
2009 berada di rentang 0,8-1,0. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh nilai
IC50 vitamin C sebesar 4,3714 µg/ml termasuk dalam kategori sangat kuat yaitu
berada di <50 µg/ml. Grafik hasil uji aktivitas antioksidan vitamin C dapat dilihat
picrylhydrazyl) sebagai radikal bebas dalam larutan metanol dengan nilai IC50
(konsentrasi sampel uji yang mampu memerangkap radikal bebas sebesar 50%)
Namun, dapat dilihat bahwa ekstrak etanol kulit buah jeruk yang
vitamin C sebagai kontrol. Dalam hal ini vitamin C memiliki aktivitas antioksidan
yang sangat kuat.. Hal ini disebabkan adanya cahaya dan proses pengeringan pada
kulit buah jeruk yang menyebabkan teroksidasi/ terurainya senyawa yang bersifat
murni sedangkan ekstrak etanol kulit buah jeruk purut masih berupa campuran
senyawa.
BAB V
5.1 Kesimpulan
steroida.
2. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit buah jeruk
kuat.
5.2 Saran
Copriady, J., Yasmi, E dan Hidayati. (2005). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Kumarin dari Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C). Jurnal
Biogenesis. 2 (1): 13-14
Nathanael, J. (2015). Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus
hystrix) pada Sel Hela Cervical Cancer Cell Line. UAJY Repository. 69(4):
1-2
Prakash, D., Upadhyay, G., Gupta, C., Pushpangadan, P dan Singh, K. K (2012).
Antioxidant and Free Radical Scavenging Activities of Some Promising
Wild Edible Fruits. International Food Research Journal. 19(3): 1109-
1110
Simplisia
air - Flavonoida
Ekstrak kental
- Penetapan kadar - Tannin
Lampiran 6. (lanjutan)
.
0.50
0.00
-
0.00 100.00 200.00 300.00
Conc.
Lampiran 6. (lanjutan)
Standart Table Report