OLEH :
PUSPA KINANTI
PO5303332200602
KELOMPOK : VI
TINGKAT : II B
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang " Standarisasi Obat Tradisional "dengan baik. Adapun
tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai tablet khusus dan
memenuhi tugas mata kuliah Obat Tradisional
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan. Maka
dari itu, kami mengharapkan masukan yang dapat kami jadikan sebagai motivasi untuk menyempurnakan
makalah ini, oleh karena itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan harap untuk dimaklumi.
Penyusun
Kelompok VI
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN 4
3.1 KESIMPULAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang seputar parameter
standarisasi obat tradisional meliputi standarisasi simplisia dan ekstrak
2. Untuk memenuhi tugas kelompok makalah standarisasi obat trandisional
4
BAB II
ISI
5
D. Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dan diamati fragmen
pengenal daun leilem secara umum yang dilakukan melalui pengamatan di bawah
mikroskop, menggunakan kloralhid-rat LP (Depkes RI., 2008 ; Eliyanoor, 2012).
6
penerima dalam keadaan dingin mencapai hingga suhu kamar. Volume air dibaca
sesudah toluen dan air memisah sempurna.
e. Penetapan Susut Pengeri-ngan (Depkes RI., 2000).
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam krus
porselin bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama 30
menit dan telah ditara. Krus dimasukkan ke dalam oven dalam keadaan tutup krus
terbuka, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap, dinginkan dalam eksikator.
Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dihitung presentasenya.
f. Cemaran Mikroba (Depkes RI., 2000).
Ekstrak sebanyak 1 g dilarutkan dalam 10 mL pengencer yaitu larutan NaCl,
dikocok hingga homogen didapatkan pengenceran 10-1. Tabung sebanyak 3 buah
disiapkan, lalu 9 mL pengencer dimasukkan pada masing-masing tabung.
Pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 mL ke dalam tabung pertama, kocok hingga
homogen sehingga pengenceran 10-2 didapatkan, selanjutnya pengen-ceran 10-3 dan
10-4 dilanjutkan.
g. Angka Lempeng Total (ALT)
Tiap pengeceran dipipet sebanyak 1 mL dengan pipet steril ke dalam masing-
masing cawan petri, kemudian tuang 15 mL media NA (Nutrien Agar) yang telah
dicairkan pada suhu 45°C ke dalam tiap cawan petri, lalu digoyang agar suspensi
tersebar merata. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Replikasi dilakukan sebanyak
tiga kali dan dilakukan uji blangko. Persyaratan menurut BPOM RI (2014) cemaran
bakteri ≤ 10.000 koloni/g.
h. Penentuan Total Kapang
Tiap pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dengan pipet steril ke dalam masing-
masing cawan petri yang berisi 15 mL medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang
masih cair pada suhu 45°C lalu digoyang agar suspensi tersebar merata, lalu
diinkubasi pada suhu 25°C selama 3 hari. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung dan dikalikan dengan faktor pengenceran.Replika-si dilakukan sebanyak
tiga kali dan dilakukan uji blangko. Persyaratan menurut BPOM RI (2014) cemaran
bakteri ≤ 1.000 koloni/g.
7
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Simplisia dan ekstrak yang digunakan untuk mebuat suatu produk obat tradisional
harus memenuhi parameter standarisasi yang telah ditetapkan. Parameter standarisasi dari
simplisia dan ekstrak dapat berupa penetapan spesifik dan penetapan non spesifik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu
Obat Tradisional, Kepala BPOM, Jakarta, Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.
10