Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FARMAKOGNOSI FARMASI
“PEMBUATAN SIMPLISIA PADA UMUMNYA”
Dosen Pengampu : 1.Apt. Dra. Ike Yulina Wiendarlina, M.Farm

2. Apt. Novi Fajar Utami., M.Farm.

3. Apt. Nhadira Nhestricia, M.Farm

4. Apt. Mindya Fatmi, M.Farm

5. Yulianita, M.Farm

6. Marybet Tri Retno, M.Farm

7. Cintya Wulandari, M.Farm

8. Asri Wulandari, M.Farm

Asisten Dosen : Rani Meilna Wulandari

Disusun Oleh :

Naura Adzanni AL-Syah (066120139)

Farmasi 3D 2020

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Pembuatan Simplisia pada
umunya” dengan cara yang baik dan benar. Pada proses penyelesaian tugas ini saya
mendapat banyak bantuan dan dukungan dari beberapa pihak dan berterimakasih
banyak kepada sumber–sumber yang menjadi pelengkap tugas ini.
Pada penulisan tugas makalah ini masih banyak sekali kekurangan yang harus
diperhatikan dan perbaiki. Sebagai penulis makalah ini saya berharap kritik dan saran
yang membangun dan semoga dengan adanya tugas ini pembaca mendapatkan
wawasan baru. Terimakasih.

Bogor, 6 Oktober 2021


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG .…..……………………………………………..1.1


2. TUJUAN PENULISAN..………………………………………………..1.2

BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN .…………………………………………………………2.1
2. CARA PEMBUATAN .…………………………………………………2.2

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN …………………………………………………………3.1
2. SARAN …………………………………………………………………3.2

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan serta kekayaan alam
yang lainnya. Kekayaan akan pada tumbuhan dimanfaatkan berbagai macam
kebutuhan mulai dari pengobatan, memasak serta kepentingan-kepentingan yang lain.
Kita sebagai masyarakat Indonesia itu sendiri harus bersyukur mengenai kekayaannya
sehingga kita dapat memanfaatkan kekayaanya itu.
Tumbuhan yang terdapat di Indonesia itu sendiri berbagai macam, cara
pemanfaatan yang dilakukan pada tumbuhan nya yaitu dengan cara membuatnya
sebagai obat. Tetapi yang sudah dicoba pengujiannya secara turun menurun. Tidak
semua tanaman bermanfaat sebagai obat. Sehingga kita bisa mencari tahunya melalui
sumber atau melalui resep nenek moyang.
Tanaman obat merupakan tanaman yang memiliki khasiat yang dapat
digunakan sebagai obat. Penggunaan tanaman obat ini sebagai cara alternatif
pengobatan yang dilakukan secara alami. Tanaman obat ini diketahui tidak berbahaya
dan aman karena menggunakan bahan alami. Obat yang dikosumsi berbahan kimia
jika dikosumsi jangka panjang itu tidak baik juga dapat merusak tubuh oleh karena itu,
masyarakat Indonesia mencoba memanfaatkan kekayaan Indonesia salah satunya
tumbuhan untuk mencoba obat melalui bahan alam yaitu tanaman yang berkhasiat
sebagai obat.
Tanaman obat yang berkembang di Indonesia masih terbatas untuk dikosumsi
sehingga membutuhkan teknologi yang mendukung untuk pengolahannya sehingga
dalam pemanfaatannya itu maksimal. Untuk pemanfaatan tanaman obat ini dalam
kalangan masyarakat masih kurang maksimal karena teknik pengolahannya yang
sederhana sehingga membuat cara kerja tanamannya pun tidak memberikan efek yang
maksimal dalam pengobatannya.
Oleh karena itu, adanya tanaman obat ini semoga dapat dikembangkan
menggunakan proses pengolahan yang modern serta dalam pengobatannya pun
memberikan efek yang maksimal dalam penyembuhannya. Tanaman yang dari dahulu
sudah digunakan sehingga bisa dikembangkan kembali menggunakan proses
teknologi yang terbaru atau modern sehingga untuk dikosumsi nya pun praktis.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk membuktikan bahwa simplisia yang berasal dari tumbuhan ini
mudah digunakan.
2. Untuk memberikan penjelasan secara rinci mengenai pengolahan simplisia.
3. Untuk memberikan pengetahuan baru mengenai tumbuhan yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Simplisia merupakan bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 600C (Ditjen
POM, 2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat
alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk (Gunawan, 2010). Jadi simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (Melinda, 2014).
Simplisia dapat dibedakan menjadi 3 dengan masing-masing
pengertiannya:
1. Simplia nabati
Yaitu simplisia yang berasal dari tanaman berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman (Nurhayati, 2008). Yang
dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan
dari tanamannya (Melinda, 2014).
2. Simplisia hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan (Meilisa, 2009) dan belum berupa
zat kimia murni (Nurhayati Tutik, 2008). Contohnya adalah minyak
ikan dan madu (Gunawan, 2010).
3. Simplisia mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau
yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni (Meilisa, 2009). Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga
(Gunawan, 2010).
2.2 CARA PEMBUATAN
2.2.1 Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah yang
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh
karena itu pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal (Melinda, 2014).
2.2.2 Pencucian
Pencucian dilakukan untuk membersihkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
air bersih, misalnya air dan mata air, air sumur dan PDAM, karena air
untuk mencuci sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air
yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin (Melinda, 2014).
2.2.3 Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk memperoleh
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan
yang akan dikeringkan maka semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang
diinginkan (Melinda, 2014). Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,
dengan alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki (Gunawan, 2010).
2.2.4 Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut:
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi
kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut
kandungan zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas,
mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya) (Gunawan, 2010).
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel
bila kadar airnya dapat mencapai kurang dan 10%. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dari proses pengeringan adalah suhu pengeringan, lembaban
udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik
pada pengeringan adalah tidak melebihi 60˚ , tetapi bahan aktif yang tidak
tahan pemanasan atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu 10
serendah mungkin, misalnya 30˚ sampai 45˚. Terdapat dua cara
pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung
atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan
menggunakan alat pengeringan seperti oven (Melinda, 2014).
2.2.5 Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu
gosong atau bahan yang rusak (Gunawan, 2010). Sortasi setelah
pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi
untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering (Melinda, 2014).
2.2.6 Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
antara simplisia satu dengan lainnya (Gunawan, 2010). Untuk persyaratan
wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus
inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu
melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga,
penguapan bahan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air
(Melinda, 2014).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Setelah mengetahui bebrapa hal yang dilakukan saat proses pembuatan
simplisia, maka dapat disimpulkan :
 Simplisia merupakan bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan,
kecuali dinyatakan lain.
 Simplisia terdiri dari 3 jenis yaitu simplia nabati yang berasal dari
tumbuhan, simplisia hewani berasal dari hewan dan simplisia mineral.
 Proses pengolahan simplisia meliputi sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan penyimpanan.
3.2 SARAN
Menurut pendapat saya, di Indonesia ini pemanfaatan tamanan dari
bahan alam itu banyak sekali manfaat yang didapat salah satunya yaitu
sebagai pengobatan alami. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
mengenai proses pengolahannya agar mendapatkan manfaat yang
maksimal serta mudah dikosumsi dengan praktis.
Jika dalam penulisan didalam makalah ini terdapat kekurangan serta
kesalahan dalam penulisan atau sumber materi mohon dikritik untuk si
penulis sehingga kedepannya agar dapat diperbaiki lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Cica Riyani. 2016. EFEKTIFITAS METODE PENGERINGAN PADA


PEMBUATAN SIMPLISIAAKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia
Radix). Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016.
Laksana, Toga, dkk. 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia. UGM.
Yogyakarta.
Kiki, Yosi, dkk. 2004. Farmakognosi Jilid 1. Depkes RI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai