Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional merupakan suatu
produk pelayanan kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Tanaman obat dapat
memberikan nilai tambah apabila diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis
produk. Tanaman obat tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai
macam produk seperti simplisia (rajangan), serbuk, instan, sirup, permen,
kapsul

Obat Tradisional telah dikenal secara turun temurun dan digunakan


secara luas oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan.
Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya
untuk menjaga kesehatan maupun tablet (Arief,2008).

Obat (preventif), meskipun ada juga yang menggunakannya untuk


pengobatan (kuratif). Akhir-akhir ini seiring dengan semakin maraknya
semangat ”back to nature”, penggunaan obat tradisional semakin meningkat,
yang terbukti dengan semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi
yang memproduksi obat tradisional. Bahan baku yang digunakan adalah
bagian-bagian tanaman yang berkhasiat obat, baik berupa daun, rimpang, akar,
kulit kayu, buah, bunga, dan lain sebagainya. Bahan-bahan tersebut digunakan
dalam bentuk segar atau dalam bentuk kering atau simplisia (Arief, 2008).

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku


obat yang mengalami pengolahan atau baru di rajang saja, tetapi sudah
dikeringkan. Permintaan bahan baku simplisia sebagai bahan baku obat-
obatan semakin meningkat dengan bertambahnya industri jamu. Selain itu,
efek samping penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit lebih
kecil dibandingkan obat sintetis (Amin dkk, 2009).
Proses pembuatan simplisia diperlukan beberapa tahapan yaitu
pengumpulan bahan baku, sortasi basa, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. Agar simplisia memiliki mutu
dan ketahanan kualitas yang baik, selain proses pengumpulan bahan
baku,sortasi basa, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, juga
perlu diperhatikan proses pengepakan dan penyimpanan karena sangat
berpengaruh pada kandungan kadar zat aktif dalam simplisian (Amin
dkk,2009).

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktek ini yaitu mengetahui bagaimana cara
atau tahapan-tahapan dalam pembuatan simplisia mengetahui dan
mengidentifikasi berbagai tumbuhan yang di percaya masyarakat sebagai
tanaman yang berkhasiat obat atau obat tradisional yang berada di
indonesia, khususnya di provinsi Gorontalo.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek ini, yaitu:
1. Mengetahui proses pembuatan simpisia.
2. Membuat simplisia yang terstandar dan bermutu dari tumbuhan.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Simplisia
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari. Istilah simplisia
dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam
wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan, 2010).

Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat


yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan
yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (Melinda,
2014).

2.1.1 Jenis Simplisia


1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman atau
eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya (Melinda,
2014).

2. Simplisia Hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni (Nurhayati Tutik, 2008). Contohnya adalah minyak ikan dan
madu (Gunawan, 2010).
3. Simplisia Mineral
Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum
diolah atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni (Meilisa, 2009).
2.1.2 Proses Pembuatan Simplisia
1. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman
masih segar. Sortasi basah di lakukan untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan- bahan sassing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Tanah yang mengandung macam-macam mikroba dalam
jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dan
tanah yang terikut mikroba awal (Melinda, 2014).

2. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan mata air, air sumur
dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat mempengaruhi jenis
dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat
pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan
mikroba (Gunawan, 2010).

3. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk
memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan
tetapi irisan yang terlalu tipis juga menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga
mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang diinginkan (Melinda,
2014).

4. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai
berikut :
a. menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. menghilangkan aktivitas enzimyang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif.
c. memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya)
(Gunawan,2010).

Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses


enzimatik dalam sel bila kadarairnya dapat mencapai kurang dan
10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari proses pengeringan
adalah suhu pengeringan, lembaban udara, waktu pengeringan dan
luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah
tidak melebihi 60O, tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan
atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 30O sampai 45O.Terdapat dua cara pengeringan
yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau
dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan
menggunakan instrumen (Melinda, 2014).

5. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami
proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan
yang terlalu gosongatau bahan yang rusak. Tujuan sortasi untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan atau pengotor-pengotor lainnya yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering (Melinda, 2014).

6. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar
tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya
(Gunawan, 2010).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol
A. Nama Resmi : AETHANOLUM
B. Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl Alkohol
C. BM/BR : 18,02 / H2O6
D. Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
E. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam Eter P
F. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
G. Kegunaan : sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman.
2.3 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Bandotan
A. Nama Latin : (Ageratum conyzoides L.)
B. Nama Daerah :Daun tombak, rumput tahi ayam atausiangit
(Sumatera), babandotan, bandotan, dus wedusan, tempuyak dan
berokan ( Jawa), dawet, lawet, rukut manoe dan sopi (Sulawesi)
(Dalimartha, 2006).
C. Klasifikasi
1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom :Tracheobionta
3. Superdivisi :Spermatophyta
4. Divisi : Magnoliophyta
5. Kelas : Magnoliopsida
6. Subkelas : Asteridae
7. Orde : Asterales
8. Family : Asteraceae
9. Genus : Ageratum Linn
10. Spesies : Ageratum conyzoides Linn (Kartesz, 2012)

D. Morfologi Tumbuhan
Bandotan memiliki ketinggian mencapai 1 meter dengan
ciri daun yang mempunyai bulu berwarna putih halus. Bunga
berukuran kecil, berwarna putih keunguan pucat, berbentuk seperti
bunga matahari dengan diameter 5-8 mm. Batang dan daun ditutup
oleh bulu halus berwarnaputih dan daunnya mencapai panjang 7.5
cm. Buahnya mudah tersebar sedangkan bijinya ringan dan mudah
terhembus angin (Prasad, 2011).
E. Daerah Tumbuh
Bandotan merupakan sejenis tanaman pengganggu yang
banyak ditemukan dipinggir jalan, hutan, ladang dan tanah terbuka.

F. Kandungan Kimia
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat metabolit sekunder yang
terdapat dalam tumbuhan, mengandung satu atau lebih atom
nitrogen yang bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen
merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Doble dan
Prabhakar, 2008).
2. Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan
lebih dari 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada
prinsipnya merupakan siklisasi dari skualen. Triterpenoid
terdiri dari kerangka dengan 3dan 6siklikyang bergabung
dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik dan 6 siklik yang
mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu (Lenny, 2006).
3. Steroid
Steroid merupakan triterpenoid yang mengandung
siklopentana perhidrofenantren yaitu 3 cincin sikloheksana dan
sebuah cincin siklopentana. Steroid dapat ditemukan pada
jaringan tumbuhan.
4. Flavonoid
Flavonoid termasuk senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warnaungu dan
biru serta sebagian warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, 2 cincin benzene (C6)
terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga membentuk
susunan C6-C3-C6 (Okunade, 2002).
5. Tanin
Tanin disebut sebagai polifenol tanaman, yang mempunyai
peran dalam pengikatan protein, pembentukan pigmen sebagai
ion metal dan mempunyai susunan molekul yang besar serta
sebagai aktivitas antioksidan. Tanin memiliki rumus molekul
C75H52O46, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang
berwarna kuning atau cokelat (Okuda dan Ito, 2011).
Dua kelas besar tanin dikenal berdasarkan reaksi hidrolitik dan
asal fenoliknya. Kelas pertama disebut sebagai tanin
hydrolysabledan yang lain disebut tanin terkondensasi, disebut
sebagai tanin hydrolysablekarena mudah larut dalam asam
mineral atau enzim seperti tannase, strukturnya berupa asam
galat, hexahydrodiphenicatau allagic acid. Sedangkan tanin
terkondensasi tidak dapat larut dalam asam mineral dan enzim
sehingga disebut juga tannin nonhydrolisable (Rangari, 2007).
2.2.2. Sirih Hutan
A. Nama latin : (Piper aduncum Linn)
B. Nama daerah : Seuseureuhan dan Gedebong (Sunda)
C. Klasifikasi
1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom : Tracheobionta
3. Superdivisio : Spermatophyta
4. Divisio : Magnoliophyta
5. Kelas : Magnoliopsida
6. Sub-kelas : Magnoliidae
7. Ordo : Piperales
8. Familia : Piperaceae
9. Genus : Piper
10. Spesies : Piper aduncum Lim (Agusta, 2000).
D. Morfologi Tumbuhan
Sirih hutan merupakan tanaman Terna atau tanaman yang
tumbuh merambat atau menjalar. Helaian daun berbentuk bundar
telur sampai lonjong,panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm
sampai 10,5 cm pada bagian pangkal helai daun berbentuk
jantung(cordatus) atau agak bundar, tulang daun bagian bawah
gundul atau berambut sangat pendek, tebal, berwarna putih. Bunga
berbentuk bulir untai (amentum), berdiri sendiri di ujung cabang
atau berhadapan dengan daun. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm
sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang
gagang 2,5 cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni,
bulat, gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm
sampai 1,5 cm (Ditjen POM, 1995).
E. Daerah Tumbuh
Di daerah-daerah tertentu, sirih hutan tumbuh dengan baik
pada ketinggian 90-1000 mdpl (Heyne 1987).
F. Kandungan Kimia
Sirih hutan kaya akan senyawa metabolit sekunder, yang
termasuk dalam golongan alkaloid, fenilpropanoid, monoterpena,
seskuiterpena, steroid, tanin, flavonoid, kuinon, flavanon, flavon,
kromena, dan benzenoid (Parmar et al. 1997; Taylor 2006; Braga et
al. 2007).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan :
1. Parang
2. Gunting
3. Botol semprot
4. Kain hitam
5. Karung

3.1.2Bahan
Adapun bahan yang digunakan :
1. Alkohol 70%

3.2 Prosedur Kerja


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan simplisia :
1. Dilakukan pemilihan sampel yang akan dijadikan simplisia
2. Dilakukan pengambilan sampel
3. Dilakukan sortasi basah
4. Dicuci sampel pada air yang mengalir
5. Dilakukan perajangan yang bertujuan untuk memperkecil permukaan
sampel agar mempercepat proses pengeringan
6. Dilakukan penyemprotan menggunakan alkohol 70%
7. Kemudian, dilakukan pengeringan dengan sinar matahari langsung dan
ditutupi dengan kain hitam.
8. Dilakukan sortasi kering
9. Dikemas menggunakan map coklat.

Perhatikan lagi depe kelurusan aaaaa… dengan spasi jugaaaa….so baku2 jao skali
akhir paaragraf satu dengan jdul selanjtunya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Daun Lundungo Batade


Batang Sirih Hutan

Kulit Batang Tumbuhan Bualo

4.2. Pembahasan
Simplisia merupakan bagian atau keseluruhan dari tumbuhan, hewan
maupun mineral yang belum mengalami pengolahan. Bagian tersebut
terkadang hanya dikecilkan atau dikeringkan. (Endang., dkk, 2017).
Berdasarkan teori, dalam membuat simplisia praktikan tidak melakukan
pengolahan apapun kecuali pengeringan pada tanaman yang berpotensi mejadi
tanaman obat.

Salah satu sampel tanaman yang kelompok 6 adalah Bandotan.


Bandotan tergolong kedalam tumbuhan gulma terna se-musim, tumbuh
berbaring dipertemukan tanah dan ada pula yang tegak, tingginya kurang lebih
30-90 cm, bercabang. Tanaman ini dapat dijumpai pada daerah tropisdengan
habitat hidup 1-2100 Mdpl. Berdasarkan teori tanaman Bandotan memiliki
kandungan obat. Pada tanaman Bandotan kelompok 6 menggunakan bagian
daun dalam pembuatan simplisia, dimana Daun bertangkai, letaknya saling
berhadapan dan bersilang (Compsitae), helaian daun bulat telur dengan
pangkal membulat ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6
cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjaryang terletak di
permukaan bawah daun, warnanya hijau (Steenis, 2005).

Herba bandotan mengandung asam amino organacid, pectic


subtance,minyak atsiri, kumarin,ageratochromene,friedelin, b-
sitosterol,tanin,sulfur,dan potassium klorida. Akar mengandung minyak atsiri,
alkaloid,dan kumarin.(anonim,2010)

Khasiat Bandotan adalah sebagai stimulan, tonik,pereda


demam(antipiretik), antitoksik, menghilangkan pembengkakan, menghentikan
pendarahan( hemostatis), mengobati malaria, sakit tenggorokan,radang
paru(pneomonia), radang telinga tengah, diare, disentri,mulas, muntah,perut
kembung dan pegal linu. Daun bandotan dapat digunakan pula sebagai
insektisida nabati. Akarnya berkhasiat untuk mengatasi demam. Herba
bandotan ini berasa sedikit pahit, pedas, dan bersifat netral.(anonim, 2010)

Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak


atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm dan bercabang.

Catatan:

Diuraian tanaman ada b jelaskan 2 tanaman. Knpaa pas dipmbhasan bo ada bahas
bandotan?? Digambar ad 3 tanaman. Baru knpaa diuraian tanaman bo 2???

Untuk pembahasan ituuu bahas lagi tujuan2 dari pengolahan simplisia aaaa…
bahas bagaimnaa kamu ad b olah ini tanaman..jangan lupaa jugaaa taru alas an
knpaaa trang harus bkng bgituuu..misalnyaaa setelah pengambilan sampel kami
melakukan sortasi basah tujuannya untuk memisahkan mana tanaman yang bisa
diambil dan tidak…jelaskan sjaa tujuan2 dari perlakuan itu…pas diperajangan
kamu kan ad pake alkohol…taru lagi dsitu alassan knpa kamu pake alkohol.
Tujuannya apaaa…

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai bahan obat yang
belum mengalami pengolahan apapun kecuali, dikatakan laim berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Simplisia nabati
2. Simplisia hewani
3. Simplisia pelican (Mineral)

Adapun cara pengolahan atau pembuatan simplisia :


a) Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian
tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen,
waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun
pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan
kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik.
b) Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumpu-rumputan, bahan
tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan
bagian tanaman yang rusak dimakan ulat dan sebagainya.
c) Pencucian simplisia
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah
d) Pengubahan bentuk (Perajangan)
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan
baku akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk
rimpang, daun dan herbal adalah perajangan.

e) Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun tidak
langsung juga dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum
c.

f) Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan baku setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terhadap
bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan rusak akibat terlintas pada
kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya, atau dibersihkan dari
kotoran heawan.
g) Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
antara simplisia satu dengnan yang lainnya.

Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan


digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia
Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk
jamu dan lain-lain) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Standarisasi suatu simplisia tidak lain merupakan
pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai
parameter dari produk seperti yang ditetapkan sebelumnya.

5.2. Saran

5.2.1.Saran Untuk Laboratorium


Saran dari praktikan untuk laboratorium terutama alat-alat
laboratorium disediakan lebih lengkap lagi agar laboratorium lebih
memadai, karena pada saat praktikum dilakukan tidak semua praktikan
melakukan praktikum dikarenakan kekuarangan alat.

5.2.2.Saran Untuk Dosen dan Asisten


Untuk asisten agar lebih aktif dalam memandu jalannya
praktikum agar para praktikan tidak melakukan kesalahan serta dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan pada saat praktikum. Yang ini
ganti dengan pada saat pengambilan sampel.

5.2.3.Saran Untuk Praktikan


Saran untuk praktikan adalah jangan terlalu banyak bermain pada
saat melakukan praktikum dan lebih banyak bertanya pada asisten agar
melakukan praktikum sesuai prosedur.

Catatan:
Untuk yang warna merah jangan pake kata praktikum aaa..dsni kan kamu blum
melakuakn praktikum….ganti dengan kata Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Terusssss untuk kesimpulan itu nouuu tda usah panjang lebarrr..namanya saja
kesimpulannn..jadi hanya garis-garis besar.. untuk apa disediakan pembhasan toh
tidak dibahas yang seharusnya dibahas… jadi yang t tanda hijau ituuu ambe sjaaa
dpe judul2 aaa (narasikan)…untuk penjelasannya taru dipembhasan… kamu pe
tujuan kan Cuma 2 mengetahui proses dan bgaimana membuat simplisia yang
terstndar..jadi dpe ksimpulan jugaa Cuma 2.
Yang wrna kuning sama dengan yang diatas…kase lurus

DAFTAR PUSTAKA

Amin,Asni dkk,2009. Penuntun Praktikum farmakognosi 1 .UMI. Makassar


Anonim, 2010. Metode praktikum ilmah Universitas Lampung
Arief, hariana, 2008. “Tumbuhan obat dan khasiatnya”. Swadaya : Jakarta
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit
ITB Press. Hal 25
Braga FG, Bouzada MLM, Fabri RL, Matos M de O, Moreira FO, Scio E,
Coimbra ES. 2007. Antileishmanial and antifungal activity of plants used
in traditional medicine in Brazil. J Ethnopharmacol 111:396-402.
Dalimartha, S. 2006. Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 1. Jakarta :Tubus
Agriwidya
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Doble M., Prabhakar K.P., 2008. A Target Based Therapeutic Approach Towards
Diabetes Melitus, Journal Medicinal Plants. 4, 291-308
Endang Kartini., dkk. 2017. Botani Farmasi. Yogyakarta : PT Kanisus.
Gunawan., Didik dan Sri, M. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid ke-2. Badan Litbang
Kehutanan Jakarta, penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Terjemahan dari De Nuttige Planten van Nederlanch Indie.
Kartesz, JT., 2012, Ageratum Conyzoides L. topical Whiteweed. http://plants
.usda.gov/core/profile?symbol=AGGO
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Karya
Ilmiah. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatra Utara.
Melinda, 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia Inemis L), Skripsi,
Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta.
Okuda, T & Ito, H 2011, Tannins of Contant Structure in Medical and Food Plant-
Hydrolizable Tanins and Polyphenol Related to Tanins. Tokyo.
Okunade, Al., 2002, Review Ageratum conizoides L. (Asteraceae). Washington
DC. Fitoterapia.
Parmar VS, Jain SC, Bisht KS, Jain R, Taneja P, Jha A, Tyagi OD, Prasad AK,
Wengel J, Olsen CE, Boll PM. 1997. Phytochemistry of the genus
Piper.Phytochemistry 46:597-673.
Prasad, KB., 2011, Evaluation of Would Healing Activity of Leaves of Ageratum
conyzoides L. Int J of Pharm Pract Drug Res. India. Inj Pharmacy
Practice and Drug research, 13(3), 319-322
Rangari, VD., 2007, Tannin Countaining Drug. New Nandanvan. Chaturvedi
College of Pharmacy
Taylor L. 2006. Technical data report for matico (Piper aduncum,
angustifolium).http://www.rain-tree.com/reports/matico-tech-report.pdf.
[20 Januari 2010].
Van Steenis, C.G.G.j. 2005. Flora. Jakarta. PT Pradnya Pramita

Anda mungkin juga menyukai