(Orthosiphonis aristatus)
D - III FARMASI
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
HARDIANTI : 18.090.AF
SAMSIAR : 18.107.AF
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita semua kejalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak,sehingga laporan ini dapat terselsaikan. Oleh Karena itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada instruktur laboratorium
farmakognosi.
Kami menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih
banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini Semoga laporan ini dapat
bermanfaat, bagi penyusun dan umumnya bagi yang membaca laporan ini, untuk
pengetahuan mengenai tanaman Temulawak,Amin.
PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG ................................................................................1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN .................................................
I.3 PRINSIP PERCOBAAN ............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TANAMAN
A. IKLASIFIKASI TANAMAN KUMIS KUCING .............................
B. MORFOLOGI TANAMAN KUMIS KUCING ...............................
C. KANDUNGAN TANAMAN KUMIS KUCING .............................
II.2 TEORI YANG BERKAITAN DENGAN SIMPLISIA & UJI MUTU
SIMPLISIA..................................................................................................
II.3 URAIAN BAHAN ......................................................................................
BAB III METODE KERJA
III.1 ALAT DAN BAHAN.................................................................................
III.2 PROSEDUR KERJA .................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I HASIL PENGAMATAN
A. PEMBUATAN SIMPLISIA DAN HERBARIUM.......................
B. MORFOLOGI KUMIS KUCING.................................................
C. ANATOMI...................................................................................
D. UJI MAKROSKOPIK .................................................................
E. UJI MIKROSKOPIK ...................................................................
F. UJI HISTOKIMIA .......................................................................
IV.2 PEMBAHASAN
IV.2.1 PEMBUATAN SIMPLISIA DAN HERBARIUM ......................
IV.2.2MORFOLOGI MENGKUDU ........................................................
IV.2.3 ANATOMI MENGKUDU ............................................................
IV.2.4 UJI MAKROSKOPIK ...................................................................
IV.2.5 UJI MIKROSKOPIK ....................................................................
...................................................................................................................
IV.2.6 UJI HISTOKIMIA.........................................................................
BAB V PENUTUP.....................................................................................................
V.1 KESIMPULAN...................................................................................
V.2 SARAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kumis kucing bersifat anti radang dan melancarkan buang air kecil.
Glikosida ortosifon dan garam kalium (terutama pada daun) merupakan
kandungan utama yang membantu melarutkan asam urat, fosfat, dan oksalat
dalam tubuh manusia, terutama dalam kandung kemih, empedu, dan ginjal.
Karena itu, tanaman ini di percaya dapat mencegah terbentuknya endapan
batu ginjal. Kandungan saponin dan tannin pada daun dapat mengobati
keputihan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. KLASIFIKASI TANAMAN
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon Benth.
Spesies : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.
( buku kitab herbal nusantara)
B. MORFOLOGI TANAMAN
Akar ( Radix )
Akar tunggang, berbentuk bulat dan berserabut dan berserabut
banyak. Akar tanaman ini berdiameter 1 – 2 mm dengan pangkal
ujung kecil yang berwarna kekuningan dengan panjang mencapai
25 – 30 cm yang akan menembus permukaan tanah
Daun ( Folium )
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan, warna hijau,
bentuk bundar telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk
lidah tombak, ujung lancip atau tumpul, panjang 2 cm sampai 12
cm, lebar 1 cm sampai 8 cm. tangkai daun persegi, warna agak
ungu, panjang kurang lebih 1 cm. helai daun tepi bergerigi kasar
tidak beraturan, kadang – kadang beringgit tajam dan menggulung
ke bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing, permukaan
licin, pada tepi daun dan tulang daun terdapat rambut pendek,
terutama pada permukaan bawah. Tulang daun menyirip halus,
tulang cabang sedikit, warna hijau atau ungu. (MMI)
Bunga ( flos )
Bunga tumbuhan kumis kucing, perbungaan berupa tandan yang
keluar di ujung cabang, panjang 7 cm sampai 29cm. di tutupi oleh
rambut pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih,
gagang berambut pendek dan jarang. Panjang 1 mm sampai 6 mm.
kelopak bunga berkelenjar. Urat dan pangkal berambut pendek dan
jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir,
mahkota berwarna ungu pucat atau putih, panjang 13 mm sampai
27 mm, di bagian atas di tutupi oleh rambut pendek yang berwarna
ungu atau putih. panjang tabung 10 mm sampai 18 mm, panjang
bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang
sari lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga
bagian tas. Buah geluk berwarna coklat gela, panjang 1,75 mm
sampai 2 mm.
C. KANDUNGAN TANAMAN
kumis kucing bersifat anti radang dan melancarkan buang air kecil.
Glikosida ortosifon dan garam kalium (terutama pada daun) merupakan
kandungan utama yang membantu melarutkan asam urat, fosfat, dan
oksalat dalam tubuh manusia, terutama dalam kandung kemih, empedu,
dan ginjal. Karena itu, tanamn ini dapat di percaya dapat mencegah
terbentuknya endapan batu ginjal. Kandungan saponin dan tanin pada daun
dapat mengobati keputihan.
II.2 DASAR TEORI
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60ºC. (Kemenkes
RI, 2010).
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan
Piperis Nigri Fructus (Ditjen POM,1979). Serbuk simplisia nabati adalah
bentuk serbuk dari simplisia nabati, dengan ukuran derajat kehalusan tertentu.
Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar,
agak kasar, halus dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak boleh
mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan
komponen asli dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematode
bagian dari serangga dan hama serta sisa tanah. (Kemenkes RI,2010).
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni, misalnya minyak ikan (Oleum Iecoris Aselli, dan madu (Mel
depuratum). (Ditjen POM, 1979)
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. (Ditjen
POM,1979).
Seperti halnya persyaratan obat hasil sintesis, simplisia harus pula
memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa faktor akan mempengaruhi
kualitas/spesifikasi simplisia, seperti :
1. Bahan dasar simplisia dan cara penanganan/penyimpanannya.
2. Proses pembuatan/pengolahan simplisia.
3. Cara pengemasan dan penyimpanan simplisia. ( Goeswin, 2009)
Penyiapan simplisia yaitu:
1. Bahan baku simplisia
Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia
merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Sumber bahan baku dapat
berupa tumbuhan (nabati), hewan (hewani), maupun mineral (pelikan).
Namun, kenyataannya simplisia nabati merupakan komponen utama
dalam produk obat tradisional. Simplisia nabati dapat berasal dari
tanaman budi daya maupun tumbuhan liar.
a. Tanaman budi daya
Tanaman obat yang sengaja dibudi daya untuk digunakan
sebagai sumber bahan baku simplisia. Untuk itu, bibit tanaman
harus dipilih yang baik, penampilan dan kandungan senyawa
berkhasiat. Misalnya rimpang temulawak ( Curcuma xanthorhiza
Rhizoma ) dipilih yang memiliki rimpang besar, kandungan
kurkuminoid, dan minyak atsiri yang tinggi.
Beberapa faedah budi daya tanaman obat sebagai berikut :
1. Dapat mengawasi kondisi tanah, keteduhan, kelembapan, hama
dan penyakit tanaman, tumbuh bersama pada luas tanah yang
terbatas, dan permanen lebih seragam.
2. Memudahkan penanganan bahan pada pascapanen.
Pengeringan harus dilakukan scepatnya dan efisien sehingga
kandungan aktif farmakologis tidak berubah. Semua faktor
tersebut akan menjamin dihasilkannya simplisia yang
berkualitas tinggi serta hampir seragam.
3. Ekstraksi kandungan senyawa yang diinginkan dapat terkait
dengan budi daya, misalnya produksi minyak atsiri.
4. Budi daya yang digabung dengan pemuliaan tanaman, akan
diperoleh tanaman yang mengandun senyawa bioaktif yang
dikehendaki lebih tinggi dan tahan hama dan penyakit.
b. Tumbuhan liar
Agar bahan baku simplisia yang berasal dari tumbuhan liar
ini mutunya dapat dipertahankan, diperlukan pengawasan kualitas
internal yang baik. Apabila suatu bahan baku simplisia yang
berasal dari tumbuhan liar ini langka, padahal permintaan pasar
tinggi, maka dijumpai pemalsuan.
Bahan baku simplisia yang berasal dari tumbuhan liar
dilacak kemudian dicatat asal-usulnya, diperiksa kadar bahan
berkhasiatnya sehingga dapat dipilih bahan baku simplisa serupa
untuk produk pada masa mendatang. Pengumpulan tumbuhan obat
liar harus memperhatikan pelestariannya. Hal ini dalam dunia
botani disebut “mapping”, artinya membuat peta mengenai habitat
( tempat tumbuh ) tumbuhan tertentu. Misalnya untuk kayu angin
terdapat di Jawa Timur ( banyuwangi ) di hutan mangrove
(paya-paya), sedangkan di Jawa Tengah mulai jarang ditemukan.
c. Pemanenan pada saat yang tepat
Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan bahan
baku simplisia yang mengandung bahan berkhasiat yang optimal.
Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu.
Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu
tertentu.
Berikut ketentuan saat pemanenan tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang tepat:
1. Biji dipanen pada saat buah tua atau buah mengering,
misalnya biji kedawung.
2. Buah dikumpulkan pada saat buah masak atau tua tetapi
belum masak, misalnya lada jika dipanen pada saat buah tua
tetapi belum masak ( berwarna hijau ) akan dihasilkan lada
hitam ( Piperis nigri Fructus ), tetapi jika buah tua tetapi
sudah masak ( berwarna merah ), lalu dihilangkan kulitnya
akan dihasilkan lada putih ( Piperis albi Fructus ).
3. Daun dikumpulkan pada saat tumbuhan menjelang berbunga
atau sedang berbunga tetapi belum berbuah.
4. Bunga dipanen pada saat masih kuncup ( misalnya, cengkeh
dan melati ) atau tepat mekar ( misalnya, bunga mawar dan
bunga srigading ).
5. Kulit batang diambil dari tanaman atau tumbuhan yang telah
tua atau umur yang tepat, sebaiknya pada musim kemarau
sehingga kulit kayu mudah dikelupas.
6. Umbi lapis dipanen pada waktu umbi mencapai besar
optimum, yakni pada waktu bagian atas tanaman sudah mulai
mengering ( misalnya, bawang putih dan bawang merah ).
7. Rimpang atau empon-empon dipanen pada waktu
pertumbuhan maksimal dan bagian atas tanah sudah mulai
mengering, yakni pada permulaan musim kemarau.
a. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui kekhususan bau
dan rasa simplisia yang diuji. Cara organoleptik dapat digunakan untuk uji
pendahuluan atau dugaan agar identifikasi dapat mengarah ke golongan
fragmen simplisia, yaitu mengamati warna, rasa, dan bau. Pengamatan
warna misalnya hijau cokelat untuk folium, cortex, radix, semen, dan
fructus; putih untuk amilum; dan kuning untuk rhizoma dan lignum. Rasa
dapat digunakan untuk mengenali beberapa simplisia dengan rasa spesifik,
misalnya Chinae Cortex pahit, Liquiritae Radix manis, atau Capsici
Fructus pedas. Bau digunakan hanya untuk simplisia yang memiliki bau
khas, misalnya Piperis nigri Fructus dan Caryophylli Flos.
b. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar atau tanpa alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan
morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji. Setiap ciri morfologi
diamati dan disesuaikan dengan persyaratan dalam monografi Materia
Medika Indonesia.
c. Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop
yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia
yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun
membujur atau berupa serbuk. Cara ini dilakukan untuk mencari unsur-
unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis
simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing
simplisia.
d. Uji Histokimia
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam
zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi
spesifik, zat-zat kandungan akan memberikan warna yang spesifik pula
sehingga mudah dideteksi. ( Eliyanoor, 2015 ).
II.3 Uraian Bahan (Depkes RI, 1979)
1. Alkohol
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat : zat tambahan dan pelarut
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat. Terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
2. Air suling
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : air suling
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Ciran jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Khasiat : zat tambahan dan pelarut
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
3. Asam klorida
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
Pemerian: Cairan, Tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang.
Kelarutan : -
Khasiat : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
4. Asam oksalat
Nama resmi : ASAM OKSALAT
Nama lain : asam oksalat P
RM/BM : (CO2H) 2. 2H2O
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol
Khasiat : Sebagai zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. Asam Sulfat
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarana, jika ditambahkan kedalam air
menimbulkan panas.
Khasiat : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
6. Gelatin
Nama resmi : GELATINUM
Nama lain : Gelatin
Rumus molekul :-
Pemerian : lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak
berwarna atau kekuningan pucat; bau dan rasa
lemah
Kelarutan : Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi
lunak, rangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10
kali bobot-nya; larut dalam air panas dan jika
didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan
dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan
air, jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam
asam asetat P.
Khasiat : Zat tambahan / sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
7. Kalium iodida
Nama resmi : KALII IODIDUM
Nama lain : Kalium iodida
Rumus molekul : KI
Pemerian : hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna,
opak dan putih, ataua serbuk butiran putih.
Higroskopik.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanaol 95% P,
mudah larut dalam gliserol P.
Khasiat : penggunaan anti jamur
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
10. Kloroform
Nama simplisia : CHLOROFORMUM
RM / BM : CHCL3 / 119,38
Nama lain : Kloroform
Pemerian : Cairan mudah menguap; tidak berwarna; bau
khas;rasamanisdan membakar
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah
larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam
sebagian besar pelarut organic, dalam minyak atsiri
dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Anestetikum umum : pengawet; zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,
terlindung dari cahaya.
11. Metanol
Nama resmi : METANOL
Nama lain : methanol absolute
Rumus molekul : CH3OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Khasiat : sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
16. Seng
Nama lain : SENG
Rumus molekul : Zn
Pemerian : Butiran logam; kelabu perak cerah.
Kelarutan : Hampir larut sempurna dalam asam klorida
encer P
Khasiat : Murni pereaksi
Penyimpanan :-
BAB III
METODE KERJA
III.2.2 Morfologi
1. Di siapkan sampel tanaman kumis kucing utuh.
2. Di amati setiap bagian tumbuhan kumis kucing (akar, batang, daun,
bunga , buah dan biji ).
3. Di gambarkan bagian masing-masing tanaman kumis kucing.
4. Di beri keterangan dengan jelas dalam bahasa indonesia maupun
latin.
5. Di deskripsikan dengan lengkap.
III.2.3 Anatomi
1. Disiapkan sampel tanaman kumis kucing (akar, batang, dan daun).
2. Bahan yang telah disiapkan diiris melintang dan membujur
menggunakan silet.
3. Hasil potongannya diletakkan diobjek glass lalu ditetesi kloralhidrat
kemudian ditutupi dengan deg glass.
4. Difiksasi dengan spiritus.
5. Diamati dibawah mikroskop
6. Digambarkan masing-masing bahan yang telah dipotong melintang
dan membujur
7. Diberi keterangan dengan jelas dalam bahasa indonesia maupun
bahasa latin
8. Dideskripsikan dengan lengkap.
III.2.4 Uji Organoleptik
a) Diambil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif)
simplisia yang akan diperiksa.
b) Deskripsikan wujudnya secara umum dan sebutkan ciri-ciri
khas/spesifik yang mungkin dimiliki.
c) Dilakukan uji secara organoleptis (warna, bau, dan rasa), jika
perlu haksel dapat dirobek, dipatahkan atau diremuk.
d) Gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa sehingga
anda dapat mengingatnya dan tuliskan bentuk, warna, rasa, dan
baunya.
c) Alkaloid
Larutan uji ; 1 g simplisia daun kumis kucing ditambahkan 1 mL
asam klorida 2 N dan 9 Ml air, dipanaskan selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut:
1) Larutan uji ditambahkan bauchardat LP, jika terbentuk
endapan coklat sampai hitam maka positif mengandung
alkaloid.
2) Larutan uji ditambahkan mayer LP, jika terbentuk endapan
putih sampai kuning maka mengandung alkaloid.
3) Larutan uji ditambahkan 2 tetes Dragendroff LP, positif
mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga coklat.
d) Glikosida
Larutan uji : sebanyak 1 g ekstrak disari dengan 3 mL pelarut (7
bagian etanol 95% P dan 3 bagian air) selama 10 menit,
didinginkan dan disaring. Sisa ditambahkan 2 mL methanol P.
Percobaan dilakukan sebagai berikut:
1) Diuapkan 0,1 mL larutan uji, sisa ditambahkan 5 mL asam
asetat anhidrat P. Ditambahkan 10 tetes asam sulfat P, terjadi
warna biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosidan (reaksi
Liebermann Bouchard).
2) Sebanyak 0,1 mL larutan uji dalam tabung reaksi diuapkan.
Sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes Molish LP.
Dutambahkan 2 mL asam sulfat P. Terbentuk cincin warna
ungu pada batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula
(reaksi Molish).
e) Terpen
Serbuk simplisia kayu nangka sebanyak 0,5 g ditambahkan 5 mL
larutan eter, disaring. Filtrat ditambahkan asam asetat anhidrat
dan asam sulfat pekat (2:1).Warna merah, hijau, atau biru
menunjukkan positif terpen.
f) Tanin
Larutan uji : Ekstrak sebanyak 1 g ditambah 15 mL air panas.
Larutan dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit disaring.
Percobaan dilakukan sebagai berikut:
1) Filtrate sebanyak 5 mL ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%,
menghasilkan warna hijau violet.
2) Filtrate sebanyak 5 mL ditambahkan gelatin 10% membentuk
endapan putih
3) Filtrate sebanyak 5 mL ditambahkan NaCl – gelatin (larutan
gelatin 1% dalam larutan NaCl 10%) membentuk endapan
putih.
BAB IV
Gambar Keterangan
No. Bagian
Tanaman Penampang Melintang Penampang Membujur
1. Akar a. Berkas
pengangkut
b. Korteks
2. Batang a. Endodermis
b. Xilem
c. Floem
d. Sklerenkim
3. Daun 1. Epidermis
atas
2. Jaringan
palisade
3. Jaringan
spons
4. Epidermis
bawah
5. Trikoma
D. HASIL PENGAMATAN UJI ORGANOLEPTIK
Tanaman asal :
Orthosiphonis aristatus
Keluarga :
Lamiaceae
Kandungan spesifik :
Zat samak, minyak atsiri,
orthosiphon glikosida,
minyak lemak, saponin, 1. Epidermis
garam kalium, dan 2. Stomata
myoinositol.
Kegunaan :
Diuretik
F. HASIL PENGAMATAN UJI HISTOKIMIA
Reaksi
SIMPLISIA Reagen Hasil Pengamatan Dan Keterangan
Pengujian
(+) Saponin
(+) Alkaloid
Flavanoid Larutan uji 1 ml di uapkan
hingga kering, sisanya di
larutkan dalam 1 – 2 ml etanol
95% di tambahkan 0,5 gram
serbuk seng P dan 2 ml asam
klorida 2N , di diamkan
selama 1 menit di tambahkan
10 tetes asam klorida pekat ,
jika terbentuk warna merah
intensif menunjukkan adanya
flavanoid
(-)Flavanoid
V.2 Saran
Sebaiknya untuk instruktur lebih memperhatikan lagi apa-apa saja yang
ingin disampaikan / diinformasikan pada saat asistensi materi sehingga bisa
meminimalisir kesalahan atau kekurangan yang terjadi pada saat akan
melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
C.G.G.J. van Steenis, dkk. 2013. Flora. Jakarta Timur : PT. Balai Pustaka.
Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta : Badan Litbang
Kehutanan.
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Jakarta Timur : Agriflo
The Wealth of India. 1985. Kamus bahan baku dan produk industri India. New
Delhi : publikasi dan informasi direktorat CSIR