Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

TANAMAN KUMIS KUCING

(Orthosiphonis aristatus)

D - III FARMASI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

ANJAS EKA SAPUTRA : 18.088.AF

HARDIANTI : 18.090.AF

HASTU ELSYA WULANDARI : 18.092.AF

INDAH MELYANA SARI : 18.094.AF

MUHAMMAD IKHSAN FAHRIADI : 18.096.AF

NUR HILMI SAFITRI : 18.098.AF

RATAASYA ARSYA PUTRI AZMIN : 18.100.AF

RICSTYN SILVIA : 18.102.AF

RISNA INA : 18.105.AF

SAMSIAR : 18.107.AF

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR

2018 / 2019
KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita semua kejalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.

Dalam proses penyusunan laporan ini, kami banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak,sehingga laporan ini dapat terselsaikan. Oleh Karena itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada instruktur laboratorium
farmakognosi.

Kami menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih
banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini Semoga laporan ini dapat
bermanfaat, bagi penyusun dan umumnya bagi yang membaca laporan ini, untuk
pengetahuan mengenai tanaman Temulawak,Amin.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan banyak terima


kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.semoga Allah SWT meridhoi dan memudahkan segala
urusan kita. Amin

Makassar, 27 NOVEMBER 2019

PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1    LATAR BELAKANG ................................................................................1
I.2   MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN .................................................
I.3    PRINSIP PERCOBAAN ............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TANAMAN
A. IKLASIFIKASI TANAMAN KUMIS KUCING .............................
B. MORFOLOGI TANAMAN KUMIS KUCING ...............................
C. KANDUNGAN TANAMAN KUMIS KUCING .............................
II.2 TEORI YANG BERKAITAN DENGAN SIMPLISIA & UJI MUTU
SIMPLISIA..................................................................................................
II.3 URAIAN BAHAN ......................................................................................
BAB III METODE KERJA
III.1 ALAT DAN BAHAN.................................................................................
III.2 PROSEDUR KERJA .................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I HASIL PENGAMATAN
A. PEMBUATAN SIMPLISIA DAN HERBARIUM.......................
B. MORFOLOGI KUMIS KUCING.................................................
C. ANATOMI...................................................................................
D. UJI MAKROSKOPIK .................................................................
E. UJI MIKROSKOPIK ...................................................................
F. UJI HISTOKIMIA .......................................................................
IV.2 PEMBAHASAN
IV.2.1 PEMBUATAN SIMPLISIA DAN HERBARIUM ......................
IV.2.2MORFOLOGI MENGKUDU ........................................................
IV.2.3 ANATOMI MENGKUDU ............................................................
IV.2.4 UJI MAKROSKOPIK ...................................................................
IV.2.5 UJI MIKROSKOPIK ....................................................................
...................................................................................................................
IV.2.6 UJI HISTOKIMIA.........................................................................
BAB V PENUTUP.....................................................................................................
V.1 KESIMPULAN...................................................................................
V.2 SARAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Farmakognosi dapat mengacu sebagai ilmu mengenai sumber dan sifat


fisika–kimia bahan obat. Jean Bruneton, seorang ahli farmakognosi dari
Perancis, menjelaskan farmakognosi sebagai ilmu dari bahan pembuat dan zat
yang dimaksudkan untuk terapeutik, berasal dari makhluk biologis, yang
artinya berasal dari tumbuhan, hewan, atau dari fermentasi oleh
mikroorganisme.

Dalam farmakognosi yang menjadi objek diamati adalah bahan alam


beberapa tumbuhan. Tumbuhan memiliki banyak kandungan yang biasanya
dimanfaatkan sebagai obat. Salah satunya adalah tanaman kumis kucing (
Orthosiphonis aristatus). Bagian yang dimanfaatkan yaitu daun dan herba.

Kumis kucing bersifat anti radang dan melancarkan buang air kecil.
Glikosida ortosifon dan garam kalium (terutama pada daun) merupakan
kandungan utama yang membantu melarutkan asam urat, fosfat, dan oksalat
dalam tubuh manusia, terutama dalam kandung kemih, empedu, dan ginjal.
Karena itu, tanaman ini di percaya dapat mencegah terbentuknya endapan
batu ginjal. Kandungan saponin dan tannin pada daun dapat mengobati
keputihan.

Tujuan dilakukannya praktikum farmakognosi ini adalah agar praktikan


dapat mengetahui struktur morfologi maupun anatomi pada semua bagian
tumbuhan melalui percobaan anatomi dan uji mikroskopik, mengetahui
berbagai kandungan kimia dari beberapa simplisia contohnya daun kumis
kucing pada uji histokimia., mengetahui proses pembuatan simplisia dan
pengawetan tumbuhan pada pembuatan herbarium dan dapat mengetahui
kebenaran simplisia dalam uji organoleptic
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
A.2.1 MAKSUD PERCOBAAN
a. Mengetahui pembuatan herbarium dan simplisia dari tanaman obat.
b. Mengetahui morfologi akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji
pada tanaman.
c. Mengetahui anatomi akar, batang, daun, bunga, buah dan biji pada
tanaman.
d. Mengetahui bentuk, warna, rasa, dan bau dari simplisia tanaman
obat.
e. Mengetahui bentuk, warna, rasa, dan bau dari simplisia tanaman
obat.
f. Mengetahui berbagai kandungan kimia dari simplisia tanaman
obat.
A.2.2 TUJUAN PERCOBAAN.
a. Mengetahui proses pembuatan herbarium dan simplisia serta
mengenal bermacam–macam simplisia pada tanaman obat.
b. Mengenal bermacam–macam morfologi, bentuk, dan modifikasi
dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji pada tanaman.
c. Mengenal bermacam–macam anatomi dari akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji pada tanaman.
d. Mengetahui kekhasan bentuk, warna, rasa, dan bau yang khas pada
simplisia tanaman obat.
e. Mengetahui fragmen spesifik dari simplisia tanaman obat.
f. Mengetahui berbagai kandungan kimia dari simplisia
1.3 PRINSIP PERCOBAAN
a. Melakukan pengolahan tanaman menjadi herbarium dan simplisia melalui
tahapan–tahapan tertentu sesuai Farmakope Herbal
b. Melakukan pengamatan terhadap bermacam–macam morfologi, bentuk
dan modifikasi dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji pada tanaman
c. Melakukan pengamatan terhadap bermacam–macam anatomi akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji pada tanaman
d. Melakukan identifikasi dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan rasa
yang khas pada simplisia tanaman obat menggunakan alat pengindera
e. Melakukan identifikasi dengan mengamati fragmen atau anatomi yang
khas pada simplisia tanaman obat menggunakan mikroskop
f. Melakukan identifikasi kandungan kimia yang terdapat dalam simplisia
tanaman obat menggunakan pereaksi spesifik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 TANAMAN KUMIS KUCING

A. KLASIFIKASI TANAMAN
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon Benth.
Spesies : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.
( buku kitab herbal nusantara)

B. MORFOLOGI TANAMAN
 Akar ( Radix )
Akar tunggang, berbentuk bulat dan berserabut dan berserabut
banyak. Akar tanaman ini berdiameter 1 – 2 mm dengan pangkal
ujung kecil yang berwarna kekuningan dengan panjang mencapai
25 – 30 cm yang akan menembus permukaan tanah

 Daun ( Folium )
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan, warna hijau,
bentuk bundar telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk
lidah tombak, ujung lancip atau tumpul, panjang 2 cm sampai 12
cm, lebar 1 cm sampai 8 cm. tangkai daun persegi, warna agak
ungu, panjang kurang lebih 1 cm. helai daun tepi bergerigi kasar
tidak beraturan, kadang – kadang beringgit tajam dan menggulung
ke bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing, permukaan
licin, pada tepi daun dan tulang daun terdapat rambut pendek,
terutama pada permukaan bawah. Tulang daun menyirip halus,
tulang cabang sedikit, warna hijau atau ungu. (MMI)

 Bunga ( flos )
Bunga tumbuhan kumis kucing, perbungaan berupa tandan yang
keluar di ujung cabang, panjang 7 cm sampai 29cm. di tutupi oleh
rambut pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih,
gagang berambut pendek dan jarang. Panjang 1 mm sampai 6 mm.
kelopak bunga berkelenjar. Urat dan pangkal berambut pendek dan
jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir,
mahkota berwarna ungu pucat atau putih, panjang 13 mm sampai
27 mm, di bagian atas di tutupi oleh rambut pendek yang berwarna
ungu atau putih. panjang tabung 10 mm sampai 18 mm, panjang
bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang
sari lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga
bagian tas. Buah geluk berwarna coklat gela, panjang 1,75 mm
sampai 2 mm.

C. KANDUNGAN TANAMAN

kumis kucing bersifat anti radang dan melancarkan buang air kecil.
Glikosida ortosifon dan garam kalium (terutama pada daun) merupakan
kandungan utama yang membantu melarutkan asam urat, fosfat, dan
oksalat dalam tubuh manusia, terutama dalam kandung kemih, empedu,
dan ginjal. Karena itu, tanamn ini dapat di percaya dapat mencegah
terbentuknya endapan batu ginjal. Kandungan saponin dan tanin pada daun
dapat mengobati keputihan.
II.2 DASAR TEORI
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60ºC. (Kemenkes
RI, 2010).
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan
Piperis Nigri Fructus (Ditjen POM,1979). Serbuk simplisia nabati adalah
bentuk serbuk dari simplisia nabati, dengan ukuran derajat kehalusan tertentu.
Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar,
agak kasar, halus dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak boleh
mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan
komponen asli dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematode
bagian dari serangga dan hama serta sisa tanah. (Kemenkes RI,2010).
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni, misalnya minyak ikan (Oleum Iecoris Aselli, dan madu (Mel
depuratum). (Ditjen POM, 1979)
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. (Ditjen
POM,1979).
Seperti halnya persyaratan obat hasil sintesis, simplisia harus pula
memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa faktor akan mempengaruhi
kualitas/spesifikasi simplisia, seperti :
1. Bahan dasar simplisia dan cara penanganan/penyimpanannya.
2. Proses pembuatan/pengolahan simplisia.
3. Cara pengemasan dan penyimpanan simplisia. ( Goeswin, 2009)
Penyiapan simplisia yaitu:
1. Bahan baku simplisia
Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia
merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Sumber bahan baku dapat
berupa tumbuhan (nabati), hewan (hewani), maupun mineral (pelikan).
Namun, kenyataannya simplisia nabati merupakan komponen utama
dalam produk obat tradisional. Simplisia nabati dapat berasal dari
tanaman budi daya maupun tumbuhan liar.
a. Tanaman budi daya
Tanaman obat yang sengaja dibudi daya untuk digunakan
sebagai sumber bahan baku simplisia. Untuk itu, bibit tanaman
harus dipilih yang baik, penampilan dan kandungan senyawa
berkhasiat. Misalnya rimpang temulawak ( Curcuma xanthorhiza
Rhizoma ) dipilih yang memiliki rimpang besar, kandungan
kurkuminoid, dan minyak atsiri yang tinggi.
Beberapa faedah budi daya tanaman obat sebagai berikut :
1. Dapat mengawasi kondisi tanah, keteduhan, kelembapan, hama
dan penyakit tanaman, tumbuh bersama pada luas tanah yang
terbatas, dan permanen lebih seragam.
2. Memudahkan penanganan bahan pada pascapanen.
Pengeringan harus dilakukan scepatnya dan efisien sehingga
kandungan aktif farmakologis tidak berubah. Semua faktor
tersebut akan menjamin dihasilkannya simplisia yang
berkualitas tinggi serta hampir seragam.
3. Ekstraksi kandungan senyawa yang diinginkan dapat terkait
dengan budi daya, misalnya produksi minyak atsiri.
4. Budi daya yang digabung dengan pemuliaan tanaman, akan
diperoleh tanaman yang mengandun senyawa bioaktif yang
dikehendaki lebih tinggi dan tahan hama dan penyakit.

b. Tumbuhan liar
Agar bahan baku simplisia yang berasal dari tumbuhan liar
ini mutunya dapat dipertahankan, diperlukan pengawasan kualitas
internal yang baik. Apabila suatu bahan baku simplisia yang
berasal dari tumbuhan liar ini langka, padahal permintaan pasar
tinggi, maka dijumpai pemalsuan.
Bahan baku simplisia yang berasal dari tumbuhan liar
dilacak kemudian dicatat asal-usulnya, diperiksa kadar bahan
berkhasiatnya sehingga dapat dipilih bahan baku simplisa serupa
untuk produk pada masa mendatang. Pengumpulan tumbuhan obat
liar harus memperhatikan pelestariannya. Hal ini dalam dunia
botani disebut “mapping”, artinya membuat peta mengenai habitat
( tempat tumbuh ) tumbuhan tertentu. Misalnya untuk kayu angin
terdapat di Jawa Timur ( banyuwangi ) di hutan mangrove
(paya-paya), sedangkan di Jawa Tengah mulai jarang ditemukan.
c. Pemanenan pada saat yang tepat
Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan bahan
baku simplisia yang mengandung bahan berkhasiat yang optimal.
Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu.
Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu
tertentu.
Berikut ketentuan saat pemanenan tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang tepat:
1. Biji dipanen pada saat buah tua atau buah mengering,
misalnya biji kedawung.
2. Buah dikumpulkan pada saat buah masak atau tua tetapi
belum masak, misalnya lada jika dipanen pada saat buah tua
tetapi belum masak ( berwarna hijau ) akan dihasilkan lada
hitam ( Piperis nigri Fructus ), tetapi jika buah tua tetapi
sudah masak ( berwarna merah ), lalu dihilangkan kulitnya
akan dihasilkan lada putih ( Piperis albi Fructus ).
3. Daun dikumpulkan pada saat tumbuhan menjelang berbunga
atau sedang berbunga tetapi belum berbuah.
4. Bunga dipanen pada saat masih kuncup ( misalnya, cengkeh
dan melati ) atau tepat mekar ( misalnya, bunga mawar dan
bunga srigading ).
5. Kulit batang diambil dari tanaman atau tumbuhan yang telah
tua atau umur yang tepat, sebaiknya pada musim kemarau
sehingga kulit kayu mudah dikelupas.
6. Umbi lapis dipanen pada waktu umbi mencapai besar
optimum, yakni pada waktu bagian atas tanaman sudah mulai
mengering ( misalnya, bawang putih dan bawang merah ).
7. Rimpang atau empon-empon dipanen pada waktu
pertumbuhan maksimal dan bagian atas tanah sudah mulai
mengering, yakni pada permulaan musim kemarau.

Pembuatan simplisia yaitu:


Adapun tahapan pembuatan simplisia sebagai berikut :
1. Sortasi basah
Sortasi basah perlu dilakukan karena bahan baku simplisia
harus benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan
bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain. Perlu
dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau
tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku
simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan
tanah, kerikil, atau pengotor lainnya, misalnya serangga atau
bagiannya.
2. Pencucian
Pencucian bahan baku simplisia sebaiknya tidak menggunakan
air sungai karena cemarannya tinggi. Pencucian sebaiknya
menggunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng. Setelah bahan
baku simplisia dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian keluar. Pada
air untuk mencuci bahan baku simplisia dapat dilarutkan kalium
permanganat dengan kadar 0,125-0,25 promil untuk menekan angka
lempeng total (ALT) pada pencucian rimpang, setelah rimpang dicuci
menggunakan kalium permanganat, dilakukan pembilasan dengan air
mengalir. ALT yang diperbolehkan tidak lebih dari 107/g; angka
kapang khamir (AKK) tidak boleh lebih dari 104 koloni per g.
3. Perajangan
Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar
pengeringan berlangsung cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual”
atau dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan yang sesuai,
misalnya untuk rimpang temulawak tebalnya 7-8 mm. Jika perajangan
terlalu tebal, pengeringan akan terlalu lama dan mungkin dapat
membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat
rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang
atau pisau yang digunakan sebaiknya bukan dari besi, misalnya dari
“stainless steel” atau baja nirkarat.
4. Pengeringan
Pengeringan merupakan cara mengawetkan simplisia agar
simplisia tahan lama dan tidak terurai kandungan kimiannya karena
pengaruh enzim. Selain itu, pengeringan yang cukup akan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Misalnya jamur
Aspergillus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun
dan dapat menyebabkan kanker hati.
Tandanya simplisia sudah kering, yakni mudah meremah
apabila diremas atau mudah patah. Menurut persyaratan obat
tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air kurang dari 10%.
Cara menetapkan kadar air dilakukan menurut metode destilasi toluena
yang terdapat dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope
Indonesia.
Pengeringan sebaiknya jangan dibawah sinar matahari
langsung, melainkan dengan lemari pengering yang dilengkapi dengan
kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Apabila
terpaksa dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari, maka perlu
ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan
kimia karena sinar matahari, menghindari debu, dan jika sudah kering
tidak terbawa angin. Agar pengeringan berlangsung lebih singkat
bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Pengeringan diupayakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan aktifnya.
5. Sortasi kering
Pada simplisia yang telah kering dilakukan sortasi untuk
memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak
karena sebagai akibat proses sebelumnya (Soegihardjo, 2013).

UJI MUTU /PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA


Mutu simplisia dapat diketahui dengan melakukan analisis kuantitatif
dan kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi penentuan bahan organik asing,
kadar air, kadar abu dan penentuan kandungan zat dalam simplisia dengan
tujuan untuk mengetahui kemurnian dan mutu simplisia nabati. Analisis
kualitatif meliputi pengujian organoleptik, makroskopik dan mikroskopik
untuk mengetahui jenis simplisia, pengujian histokimia, danidentifikasi kimia
terhadap senyawa yang tersari untuk menentukan kelompok utama zat aktif.

a. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui kekhususan bau
dan rasa simplisia yang diuji. Cara organoleptik dapat digunakan untuk uji
pendahuluan atau dugaan agar identifikasi dapat mengarah ke golongan
fragmen simplisia, yaitu mengamati warna, rasa, dan bau. Pengamatan
warna misalnya hijau cokelat untuk folium, cortex, radix, semen, dan
fructus; putih untuk amilum; dan kuning untuk rhizoma dan lignum. Rasa
dapat digunakan untuk mengenali beberapa simplisia dengan rasa spesifik,
misalnya Chinae Cortex pahit, Liquiritae Radix manis, atau Capsici
Fructus pedas. Bau digunakan hanya untuk simplisia yang memiliki bau
khas, misalnya Piperis nigri Fructus dan Caryophylli Flos.
b. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar atau tanpa alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan
morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji. Setiap ciri morfologi
diamati dan disesuaikan dengan persyaratan dalam monografi Materia
Medika Indonesia.
c. Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop
yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia
yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun
membujur atau berupa serbuk. Cara ini dilakukan untuk mencari unsur-
unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis
simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing
simplisia.
d. Uji Histokimia
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam
zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi
spesifik, zat-zat kandungan akan memberikan warna yang spesifik pula
sehingga mudah dideteksi. ( Eliyanoor, 2015 ).
II.3 Uraian Bahan (Depkes RI, 1979)
1. Alkohol
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat : zat tambahan dan pelarut
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat. Terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

2. Air suling
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : air suling
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Ciran jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Khasiat : zat tambahan dan pelarut
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

3. Asam klorida
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
Pemerian: Cairan, Tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang.
Kelarutan : -
Khasiat : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
4. Asam oksalat
Nama resmi : ASAM OKSALAT
Nama lain : asam oksalat P
RM/BM : (CO2H) 2. 2H2O
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol
Khasiat : Sebagai zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Asam Sulfat
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarana, jika ditambahkan kedalam air
menimbulkan panas.
Khasiat : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.

6. Gelatin
Nama resmi : GELATINUM
Nama lain : Gelatin
Rumus molekul :-
Pemerian : lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak
berwarna atau kekuningan pucat; bau dan rasa
lemah
Kelarutan : Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi
lunak, rangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10
kali bobot-nya; larut dalam air panas dan jika
didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan
dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan
air, jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam
asam asetat P.
Khasiat : Zat tambahan / sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

7. Kalium iodida
Nama resmi : KALII IODIDUM
Nama lain : Kalium iodida
Rumus molekul : KI
Pemerian : hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna,
opak dan putih, ataua serbuk butiran putih.
Higroskopik.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanaol 95% P,
mudah larut dalam gliserol P.
Khasiat : penggunaan anti jamur
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

8. Daun kumis kucing


Nama simplisia : Orthosiphonis folium
Tanaman asal : Orthosiphon aristatus (BL) Miq, di sebut juga
Orthosiphon grandiflorus (Bold) dan Orthosiphon
stamineus (Benth)
Nama lain : daun kumis kucing, daun remujung, java tea
Kandungan : garam kalium, glukosida orthosiphon, minyak
atsiri dan saponin
Pemerian : Serbuk hablur, tidak berbau, rasa tawar,
berwarna kuning pucat
Khasiat : spasmolitikum (pereda nyeri)
Penyimpanan : bau khas aromatik lemah, rasa agak asin, agak
pahit dan sepet.
9. Kloralhidrat
Nama resmi : CLORALIHYDRAS
Nama lain : kloralhidrat
RM / BM : C2H3Cl3O2 / 165,40
Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh basah; tidak
berwarna, bau tajam dank has; rasa kaostik dan
agak pahit. Melebur pada suhu lebih kurang 550
dan perlahan lahan menguap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%
P.
Khasiat : Hipnotikum; sedativum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

10. Kloroform
Nama simplisia : CHLOROFORMUM
RM / BM : CHCL3 / 119,38
Nama lain : Kloroform
Pemerian : Cairan mudah menguap; tidak berwarna; bau
khas;rasamanisdan membakar
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah
larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam
sebagian besar pelarut organic, dalam minyak atsiri
dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Anestetikum umum : pengawet; zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,
terlindung dari cahaya.

11. Metanol
Nama resmi : METANOL
Nama lain : methanol absolute
Rumus molekul : CH3OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Khasiat : sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12. Natrium Hidroksida


Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjikkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat
alksalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol 95% P.
Khasiat :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

13. Pereaksi Bouchardat


Pembuatan : Campurkan 5 bagian volume asam sulfat P dengan
50 bagian volume etanol 95% P. Tambahkan hati
hati 5 bagian volume asam asetat anhidrid kedalam
campuran tersebut dinginkan.

14. Pereaksi Mayer


Pembuatan : 1,36 gram HgCl2 dilarutkan dalam 60 ml air dan 5
gram Kl dilarutkan dalam 10 ml, lalu kedualarutan
tersebut dicampurkan dan di ad air sampai volume
campuran seluruhnya menjadi100 ml.
15. Pereaksi molisch
Pembuatan : Larutkan 5 gram alfa-naftol dalam 100ml alcohol
atau kloroform.

16. Seng
Nama lain : SENG
Rumus molekul : Zn
Pemerian : Butiran logam; kelabu perak cerah.
Kelarutan : Hampir larut sempurna dalam asam klorida
encer P
Khasiat : Murni pereaksi
Penyimpanan :-
BAB III

METODE KERJA

III.1 ALAT DAN BAHAN


III.1.1 Alat yang digunakan :
Balpoint, cutter, deg glass, figura, gabus, gegep kayu, isolasi, kaca
pembesar, kertas gambar, tabung reaksi, mikroskop, objek glass,
penggaris, pensil, pensil warna, pisau, silet, spiritus, rak tabung dan
tabung reaksi.

III.1.2 Bahan yang digunakan :


Air suling, alkohol, larutan asam klorida pekat, larutan asam klorida 2N,
larutan asam sulfat pekat, aseton, larutan besi ( III ) klorida, larutan
natrium hidroksida, kapas, kertas koran, klorahidrat, kloroform, larutan
kalium iodida, methanol, pereaksi bouchardat, pereaksi dragendoff,
pereaksi meyer, pereaksi molisch, petroleum eter, sampel tanaman utuh
(batang, akar, daun, bunga, buah)kumis kucing, serbuk asam oksalat,
serbuk magnesium, serbuk seng, simplisia kering (daun kumis kucing)
dan tissu.

III.2 PROSEDUR KERJA


III.2.1 Pembuatan Herbarium Dan Simplisia
a) Pembuatan Herbarium
1. Disiapkan sampel tanaman kumis kucing utuh (akar, batang,
daun, bunga , buah dan biji ) yang segar dan tidak rusak.
2. Dicuci bersih sampel tersebut dengan air bersih dan mengalir.
3. Dikeringkan sampel dengan tissu atau lap bersih kemudian
semua bagian tanaman diusapkan dengan alkohol sampai semua
bagian tanaman kumis kucing terbasahi dengan alkohol.
4. Ditaruh sampel tanaman utuh tersebut pada figura yang telah
dialasi dengan kertas koran sedemikian rupa sehingga bagian
tanaman utuh tersebut tersusun dengan rapi.
5. Figura yang berisi tanaman kumis kucing utuh kemudian
dibiarkan hingga mengering sempurna.
b) Pembuatan Simplisia
1. Disiapkan sampel tanaman kumis kucing yang akan dibuatkan
simplisia kemudian dilakukan sortasi basah hingga sortasi
kering.
2. Simplisia yang telah kering kemudian disimpan dalam wadah
yang kedap udara dan terhindar dari cahaya.

III.2.2 Morfologi
1. Di siapkan sampel tanaman kumis kucing utuh.
2. Di amati setiap bagian tumbuhan kumis kucing (akar, batang, daun,
bunga , buah dan biji ).
3. Di gambarkan bagian masing-masing tanaman kumis kucing.
4. Di beri keterangan dengan jelas dalam bahasa indonesia maupun
latin.
5. Di deskripsikan dengan lengkap.

III.2.3 Anatomi
1. Disiapkan sampel tanaman kumis kucing (akar, batang, dan daun).
2. Bahan yang telah disiapkan diiris melintang dan membujur
menggunakan silet.
3. Hasil potongannya diletakkan diobjek glass lalu ditetesi kloralhidrat
kemudian ditutupi dengan deg glass.
4. Difiksasi dengan spiritus.
5. Diamati dibawah mikroskop
6. Digambarkan masing-masing bahan yang telah dipotong melintang
dan membujur
7. Diberi keterangan dengan jelas dalam bahasa indonesia maupun
bahasa latin
8. Dideskripsikan dengan lengkap.
III.2.4 Uji Organoleptik
a) Diambil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif)
simplisia yang akan diperiksa.
b) Deskripsikan wujudnya secara umum dan sebutkan ciri-ciri
khas/spesifik yang mungkin dimiliki.
c) Dilakukan uji secara organoleptis (warna, bau, dan rasa), jika
perlu haksel dapat dirobek, dipatahkan atau diremuk.
d) Gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa sehingga
anda dapat mengingatnya dan tuliskan bentuk, warna, rasa, dan
baunya.

III.2.5 Uji Mikroskopik


a) Diambil sedikit serbuk simplisia daun kumis kucing yang akan
diperiksa, letakkan di atas objek.
b) Dihangatkan diatas lampu spiritus dan dijaga agar jangan sampai
mendidih.
c) Ditutup dengan gelas penutup.
d) Diamati masing-masing simplisia yang telah diperlakukan di
bawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran lemah dan
perbesaran kuat.
e) Gambar dan catat ciri khas simplisia yang diperiksa.

III.2.6 Uji Histokimia


a) Saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia daun kumis kucing, dimasukkan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan
Kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik.Positif mengandung
saponin jika terbentuk buih setinggi 1-10 cm dengan penambahan
1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang.
b) Flavanoid
Larutan Uji : 1 g serbuk simplisia daun kumis kucing
ditambahkan 10 mL petroleum eter, dikocok dan diamkan.
Diambil lapisan methanol, diuapkan pada suhu 40°C.Sisa larutan
ditambahkan 5 mL etil asetat P, disaring. Percobaan dilakukan
sebagai berikut (Depkes RI, 1995) :
1) Larutan uji sebanyak 1 mL diuapkan hingga kering, sisanya
dilarutkan dalam 1-2 mL etanol (95%) P, ditambahkan 0,5 g
serbuk seng P dan 2 mL asam klorida 2N didiamkan selama 1
menit. Ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat, jika terbentuk
warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid
(glikosida-3-flavanol).
2) Larutan uji sebanyak 1 mL diuapkan, sisa larutkan dalam 1 mL
etanol (95%) P. Ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan
10 tetes asam klorida 2N. Jika terjadi warna merah jingga
sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoid. Jika
warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan
auron.
3) Diuapkan hingga kering 1 mL larutan uji, sisa dibasahkan
dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk asam borat P dan
serbuk asam oksalat P, dipanaskan. Sisa dicampur dengan 10
mL eterP. Diamati dibawah sinar UV 366 mm, jika larutan
berflurosensi kuning intensif menunjukkan adanya flavonoid.

c) Alkaloid
Larutan uji ; 1 g simplisia daun kumis kucing ditambahkan 1 mL
asam klorida 2 N dan 9 Ml air, dipanaskan selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut:
1) Larutan uji ditambahkan bauchardat LP, jika terbentuk
endapan coklat sampai hitam maka positif mengandung
alkaloid.
2) Larutan uji ditambahkan mayer LP, jika terbentuk endapan
putih sampai kuning maka mengandung alkaloid.
3) Larutan uji ditambahkan 2 tetes Dragendroff LP, positif
mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga coklat.
d) Glikosida
Larutan uji : sebanyak 1 g ekstrak disari dengan 3 mL pelarut (7
bagian etanol 95% P dan 3 bagian air) selama 10 menit,
didinginkan dan disaring. Sisa ditambahkan 2 mL methanol P.
Percobaan dilakukan sebagai berikut:
1) Diuapkan 0,1 mL larutan uji, sisa ditambahkan 5 mL asam
asetat anhidrat P. Ditambahkan 10 tetes asam sulfat P, terjadi
warna biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosidan (reaksi
Liebermann Bouchard).
2) Sebanyak 0,1 mL larutan uji dalam tabung reaksi diuapkan.
Sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes Molish LP.
Dutambahkan 2 mL asam sulfat P. Terbentuk cincin warna
ungu pada batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula
(reaksi Molish).

e) Terpen
Serbuk simplisia kayu nangka sebanyak 0,5 g ditambahkan 5 mL
larutan eter, disaring. Filtrat ditambahkan asam asetat anhidrat
dan asam sulfat pekat (2:1).Warna merah, hijau, atau biru
menunjukkan positif terpen.

f) Tanin
Larutan uji : Ekstrak sebanyak 1 g ditambah 15 mL air panas.
Larutan dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit disaring.
Percobaan dilakukan sebagai berikut:
1) Filtrate sebanyak 5 mL ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%,
menghasilkan warna hijau violet.
2) Filtrate sebanyak 5 mL ditambahkan gelatin 10% membentuk
endapan putih
3) Filtrate sebanyak 5 mL ditambahkan NaCl – gelatin (larutan
gelatin 1% dalam larutan NaCl 10%) membentuk endapan
putih.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1 HASIL PENGAMATAN

A. HASIL PENGAMATAN PEMBUATAN SIMPLISIA

No. Perlakuan Keterangan (Foto)


1. Penyiapan a. Pengambilan sampel di
sampel halaman

2. Sortasi basah a. Sampel di cuci bersih


b. Sampel di pisahkan dari bahan
asing
c. Di pisahkan dari daun yang
tidak memenuhi syarat

3. Pengeringan a. Diletakkan diatas koran secara


merata untuk dikeringkan
b. Diangin anginkan hingga
simplisia kering

4. Sortasi a. Dilakukan pemisahan antara


kering sampel yang bagus dan yang
tidak
5. Penyimpanan a. serbuk dan haksel dimasukkan
ke dalam wadah yang tertutup
rapat, kemudian diberikan
silica gel untuk mengawetkan
simplisia agar tetap kering.
B. HASIL PENGAMATAN MORFOLOGI

No. Bagian Gambar Keterangan


Tanaman
1. Akar a. Leher akar atau pangkal akar
(collum)
b. Batang akar (corpus radicis)
c. Cabang akar (radix lateralis)
d. Serabut akar (fibrilla radicalis)
e. Ujung akar (apex radicis)
2. Batang a. Tumbuhan dengan pe
cabangan monopodial
b. Batang berkayu
c. Segiempat (quadrangularis)
d. Arah tumbuh batang tegak
lurus (erectus)
e. Batang agak beralur
f. Arah tumbuh cabang condong
ke atas (patens) membentuk
sudut ±45º
a. Daun tidak lengkap (hanya
memiliki tangkai dan helaian)
3.
Daun b. Helai daun berbentuk bundar
telur lonjong,lanset
c. Ujung daun meruncing
(acuminatus)
d. Pangkal daun tumpul (obtusus)
e. Tulang daun menyirip
(penninervis)
f. Tepi daun bergerigi (serratus)
4. Bunga a. Bunga majemuk tak terbatas
berupa tandan (racemus)
b. Bunga bibir, mahkota
berwarna ungu pucat atau
putih
c. Benang sari lebih panjang dari
tabung bunga
C. HASIL PENGAMATAN ANATOMI TUMBUHAN

Gambar Keterangan
No. Bagian
Tanaman Penampang Melintang Penampang Membujur
1. Akar a. Berkas
pengangkut
b. Korteks

2. Batang a. Endodermis
b. Xilem
c. Floem
d. Sklerenkim

3. Daun 1. Epidermis
atas
2. Jaringan
palisade
3. Jaringan
spons
4. Epidermis
bawah
5. Trikoma
D. HASIL PENGAMATAN UJI ORGANOLEPTIK

No Simplisia dan Organoleptis Sketsa Fisik


. Tanaman Asal
Bentuk Warna Rasa Bau
1 Jahe Rimpang Coklat Agak pedas Khas
(Zingiber muda aromatik
officinale)

2 Cabe jawa Buah Coklat Agak pedas khas


(Piper kering kehitaman
retrofractum)

3 Meniran Herba Hijau Tidak berasa Khas


(phyllanthus kering kecoklatan
niruri L. )

4 Sambiloto Herba Hijau tua Pahit pekat khas


(Andrographis kering
paniculata)
5 Daun kumis Daun Hijau Tidak berasa Khas
kucing kering kecoklatan
(Orthosiphonis
aristatus)

6 Buah puteran Buah coklat Tidak berasa khas


(Helicteres kering
isora L. )

7 Kayu secang Serutan Merah Tidak ada Tidak berbau


(Caesalpinia kayu kecoklatan
sappan)

8 Merica Bulat Kuning Pedas Khas


(Piper nigrum) kecoklatan

9 Daun pandan Daun Hijau tua Tidak berasa Bau khas


(pandanus kering
amaryli)
10 Kulit kayu Lonjong coklat Manis khas
manis aromatik
(Cinnamomum
zeilanicum)
E. HASIL PENGAMATAN UJI MIKROSKOPIK

No Simplisia Spesimen Khas Keterangan


1. Daun kumis kucing 1. Rambut penutup
(Orthosiphonis folium)

Tanaman asal :
Orthosiphonis aristatus
Keluarga :
Lamiaceae

Kandungan spesifik :
Zat samak, minyak atsiri,
orthosiphon glikosida,
minyak lemak, saponin, 1. Epidermis
garam kalium, dan 2. Stomata
myoinositol.

Kegunaan :
Diuretik
F. HASIL PENGAMATAN UJI HISTOKIMIA
Reaksi
SIMPLISIA Reagen Hasil Pengamatan Dan Keterangan
Pengujian

Buih tidak hilang


Orthosphoni Saponin + 0,5 gram serbuk simplisia
s folium + 10 ml air panas
(kocok kuat-kuat 10 detik)
+ HCL 2N ( 1-3 tetes)

(+) Saponin

Alkaloid Larutan uji 1 gram simplisia


ditambahkan 1 ml asam 1.
klorida 2 N dan 9 ml air di
panaskan selama 2 menit, di
dinginkan dan di saring.
Percobaan di lakukan sebagai
berikut
1. Larutan uji di tambahkan
bauchardat LP, jika
terbentuk endapan coklat
sampai hitam maka positif 2.
mengandung alkaloid
2. Larutan uji di tambahkan 2
tetes dragendrof LP,
positif mengandung
alkaloid jika terbentuk
endapan jingga coklat

(+) Alkaloid
Flavanoid Larutan uji 1 ml di uapkan
hingga kering, sisanya di
larutkan dalam 1 – 2 ml etanol
95% di tambahkan 0,5 gram
serbuk seng P dan 2 ml asam
klorida 2N , di diamkan
selama 1 menit di tambahkan
10 tetes asam klorida pekat ,
jika terbentuk warna merah
intensif menunjukkan adanya
flavanoid
(-)Flavanoid

Sebanyak 1 gram di saring


dengan 3 ml pelarut (7 bagian
etanol 95% p dan 3 bagian air)
selama 10 menit di dinginkan
Glikosida dan disaring. Sisa di
tambahkan 2 ml metanol P
1. Sebanyak 0,1 ml larutan
uji dalam tabung reaksi
di uapkan. Sisa di
tambahkan 2 ml air dan 5
tetes molish LP .
Ditambahkan 2 ml asam
sulfat P. Terbentuk
cincin warna ungu. (+) Glikosida

Tanin Larutan uji : ekstrak sebanyak


1 gram di tambahkan 15 ml air
panas. Larutan di panaskan
hingga 5 menit di saring.
Percobaan dilakukan sebagai
berikut
1. Filtrat sebanyak 5 ml di
tambhakan Nacl – gelatin
(larutan gelatin 1%
dalam larutan Nacl 10
% ) membentuk endapan
putih.
(-) Tanin
VI.2 PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini berdasarkan hasil pengamatan


sebelumnya maka akan dibahas mengenai hasil dari, pembuatan herbarium
dan simplisia, morfologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, uji organoleptik,
uji mikroskopik dan uji histokimia.
Pada pembuatan herbarium, metode yang digunakan adalah
pembuatan herbarium dengan cara kering, pertama-tama dilakukan
pengambilan sampel berupa tanaman kumis kucing yang utuh (akar,
batang, daun, dan bunga) yang segar dan tidak rusak, Setelah pengambilan
sampel, kemudian dilakukan pencucian pada air yang mengalir untuk
mengeluarkan kotoran yang menempel pada tanaman kumis kucing, lalu
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering, kemudian
diusapkan alkohol pada semua bagian tanaman guna membantu proses
pengeringan menjadi lebih cepat. Proses selanjutnya direkatkan tanaman
kumis kucing yang utuh pada kertas koran menggunakan selotip,selotip
tidak boleh menyentuh permukaan tanaman kumis kucing agar tanaman
kumis kucing tidak rusak. Setelah semua bagian telah direkatkan,tanaman
kumis kucing dilapisi lagi dengan kertas koran dan dimasukkan diantara
dua anyaman kayu yang telah dibuat. Kemudian semua bagian ujung
anyaman kayu diikat dengan tali rafia untuk mempererat pengepresan lalu
disimpan ditempat yang tidak lembab .waktu yang dibutuhkan untuk
mengawetkan tanaman kumis kucing yang utuh selama lebih kurang 2
minggu. Hasil herbarium kumis kucing kami yang telah kering berwarna
hijau pada bagian daunnya, akar nya berwarna kecoklatan dan pada batang
nya berwarna hijau kecoklatan dan padabunganya berwarna coklat.
Pada proses pembuatan serbuk simplisia daun kumis kucing
dilakukan dengan beberapa proses. Proses yang pertama yaitu penyiapan
sampel dengan perlakuan diambil bagian tanaman kumis kucing (daun),
kemudian daun yang diambil harus masih segar dan tidak rusak yang telah
disiapkan dari rumah, proses yang kedua yaitu pengumpulan sampel
dengan perlakuan daun yang telah diambil di pisahkan dari daun yang
tidak memenuhi syarat, proses yang ketiga yaitu sortasi basah dengan
perlakuan daun kumis kucing di cuci di air yang mengalir dipisahkan dari
bahan asing dan dari daun yang rusak kemudian diletakkan di atas
keranjang untuk di tiriskan, proses yang keempat yaitu pengeringan
dengan perlakuan diletakkan diatas koran secara merata untuk dikeringkan
denagn cara di angin - anginkan , proses yang kelima yaitu sortasi kering
dengan perlakuan dipisahkan daun kumis kucing yang agak kering dengan
daun kumis kucing yang sudah benar-benar kering, kemudian diletakkan
diatas koran, dan proses yang terakhir yaitu penyimpanan dengan
perlakuan serbuk daun kumis kucing dimasukkan ke dalam toples yang
kedap udara dan tertutup rapat, terhindar dari cahaya matahari lalu di
awetkan dengan silica gel agar simplisia tetap dalam keadaan kering.
Pada pengamatan morfologi bagian-bagian dari tanaman kumis
kucing (Orthosiphonis aristatus) meliputi, pertama pada bagian akar
tumbuhan memiliki ciri yaitu merupakan sistem perakaran tunggang
(Radix primaria), berbentuk bulat dan berserabut banyak. pada batang
merupakan batang berkayu(lignosus), bentuk batang segiempat
(quadrangularis), termasuk percabangan monopodial, memperlihatkan
bekas-bekas daun penumpu, tegak lurus (erectus), arah tumbuh cabang
yaitu condong keatas (patens) ± 450 . Pada daun kumis kucing termasuk
daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai dan helaian daun,daun
tunggal berbentuk bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat,berbulu
halus, ujung daun meruncing (acuminatus), pangkal daun tumpul
(obtusus), tulang daun menyirip, bertepi bergerigi (serratus) kasar tak
teratur, kedua permukaan berbintik – bintik karena adanya kelenjar yang
jumlahnya sangat banyak. dan berwarna warna hijau muda . Bunga kumis
kucing merupakan bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia
centripetal), perbungaan berupa tandan yang keluar dari ujung cabang.
Ditutupi oleh rambut pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih.
Gagang berambut pendek dan jarang. Kelopak bunga berkelenjar. Bunga
bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih. Benang sari lebih panjang
dari tabung bunga .
Pada pengamatan anatomi tanaman kumis kucing yaitu akar,
batang, dan daun dibuat penampang melintang dan membujur lalu
diletakkan pada deg glass, ditambahkan kloralhidrat, lalu diamati
menggunakan mikroskop pada penampang melintang akar ditemukan
jaringan epidermis, cortex sedangkan pada penampang membujur hanya
diemukan jaringan epidermis. Pada penampang melintang batang
ditemukan jaringan epidermis , korteks. Pada penampang melintang daun
ditemukan jaringan epidermis, xylem, floem dan jaringan kolenkim.
Sedangkan pada penampang membujur ditemukan stomata tipe anomositik
dan sel tetangga. Pada pengamatan anatomi tanaman kumis kucing pada
saat praktikum yaitu akar, batang dan daun kami tidak menemukan
semuanya yang ada pada literatur dikarenakan keterbatasan alat yang
digunakan, cara pembuatan penampang melintang dan membujur masih
tebal, dan ketidaktelitian kami mengamati pada saat praktikum.
Pada uji organoleptik diamati sampel simplisia tanaman sendiri dan
juga sampel tanaman kelompok lain mulai dari bentuk, warna, rasa, dan
bau meliputi daun kumis kucing, sambiloto, kayu secang, rimpang jahe,
kayu manis, meniran, merica, dan buah puteran, cabe jawa dan daun
pandan. Pada daun kumis kucing, berwarna kuning kecoklatan, tidak
berasa dan bau khas.Pada herba sambiloto berbentuk herba kering,
berwarna hijau tua rasa pahit dan bau khas. Pada kayu secang berbentuk
serutan kayu, berwarna merah bata, tidak mempunyai rasa dan tidak
berbau.pada rimpang jahe berbentuk oval, berwarna coklat muda, agak
pedas, bau khas aromatik. Pada kulit kayu manis berbentuk panjang kulit
kering,berwarna coklat rasa manis dan berbau khas. Pada herba menira
berbentuk herba kering, berwarna hijau kecoklatan, rasa pahit, dan bau
khas. Pada merica berbentuk bulat, coklat muda, rasa pedas, berbau khas.
Pada buah puteran berbentuk melilit, warna coklat, tidak berasa, bau khas.
Pada cabe jawa berbentuk buah kering, berwarna coklat kehitaman, rasa
agak pedas, dan bau khas. Padan daun pandan berbentuk segiempat daun
kering, berwarna hijau tua, tidak berasa dan bau khas.
Pada uji mikroskopik diamati serbuk simplisia daun kumis kucing
dengan menggunakan mikroskop dan dari hasil pengamatan dapat dilihat
bahwa spesimen spesifik meliputi rambut penutup, epidermis dan stomata.
Pada uji mikroskopik simplisia daun kumis kucing pada saat praktikum
tidak menemukan semuanya yang ada pada literatur seperti sisik kelenjar,
dan berkas pengangkut penebalan spiral dikarenakan keterbatasan alat
yang digunakan, dan ketidaktelitian kami mengamati pada saat praktikum.
Pada uji histokimia dengan menggunakan serbuk simplisia daun
kumis kucing (Orthosiphonis folium) dilakukan uji saponin, flavanoid,
alkaloid, glikosida dan tanin. Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa
serbuk simplisia daun kumis kucing positif mengandung saponin dan
glikosida. Sedangkan menurut buku materia medika indonesia jilid IV dan
literatur daun kumis kucing positif mengandung garam kalium,orthosiphon
glikosida, minyak atsiri, saponin. tetapi pada percobaan ini daun kumis
kucing negatif mengandung flavon, alkaloid, dan tanin. Hal ini
dikarenakan adanya kesalahan pada saat praktikum meliputi:
1. Pipet yang digunakan tidak bersih
2. Larutan uji seharusnya diuapkan sampai kering dan pada saat
praktikum diuapkan tetapi tidak sampai kering
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan hasil identifikasi pada Tanaman kumis kucing
(Orthosiphonis aristatus), dapat disimpulkan bahwa :
1. Percobaan Herbarium dan Simplisia
Pembuatan herbarium membutuhkan waktu lebih kurang 2 minggu
dikeringkan pada suhu kamar dengan menggunakan anyaman bambu.
Sedangkan pembuatan simplisia juga membutuhkan waktu lebih
kurang 2 minggu untuk menjadi haksel dan serbuk dengan melalui
proses penyiapan, pengumpulan (panen) hingga penyimpanan dalam
wadah kaca.
2. Morfologi
Uji morfologi menunjukkan tanaman kumis kucing ini
memiliki ciri spesifik pada batang yaitu memperlihatkan bekas-bekas
penumpu, dan merupakan percabangan monopodial. Arah tumbuhnya
tegak lurus. Daun yang tidak lengkap, daun tunggal, berbentuk bundar
telur dan lonjong, lanset atau belah ketupat dan ujung daunnya
meruncing. Berjenis bunga majemuk tak terbatas dan berupa tandan.
dan berwarna ungu pucat.
3. Anatomi
Berdasarkan pengamatan yang dilihat dari penampang melintang dan
membujur didapatkan tipe stomata dari daun kumis kucing adalah tipe
anomositik. Dari pengamatan batang dan akar,
4. Uji Organoleptik
Berdasarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat indra meliputi
bentuk, warna, rasa dan bau dari simplisia tanaman obat. Dimana
haksel yang digunakan adalah daun kumis kucing, sambiloto, rimpang
jahe, meniran, kulit kayu manis, merica, kayu secang, cabe jawa, buah
puteran dan daun pandan yang berjumlah 10 simplisia.
Percobaan
5. Uji Mikroskopik
Berdasarkan pengamatan serbuk simplisia daun kumis kucing
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10 kali dapat dilihat
fragmen pengenal serbuk kumis kucing antara lain fragmen rambut
penutup, stomata dan epidermis
6. Uji Histokimia
Berdasarkan identifikasi kandungan kimia menunjukkan serbuk kumis
kucing positif mengandung saponin dan glikosida.

V.2 Saran
Sebaiknya untuk instruktur lebih memperhatikan lagi apa-apa saja yang
ingin disampaikan / diinformasikan pada saat asistensi materi sehingga bisa
meminimalisir kesalahan atau kekurangan yang terjadi pada saat akan
melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2009. Teknologi Bahan Alam Serial Farmasi Industri –


2.Bandung: ITB

C.G.G.J. van Steenis, dkk. 2013. Flora. Jakarta Timur : PT. Balai Pustaka.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1989. Materia Medika Indonesia.


Jakarta : Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan

Dirjen POM .1979. Farmakope Indonesia edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI

Dirjen POM. 2010. Farmakope Indonesia edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI

Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat 226 Tumbuhan Untuk


Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: Octopus
Publisihing House

Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta : Badan Litbang
Kehutanan.

Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Jakarta Timur : Agriflo

The Wealth of India. 1985. Kamus bahan baku dan produk industri India. New
Delhi : publikasi dan informasi direktorat CSIR

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai