Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EVALUASI SEDIAAN STERIL


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Steril

DOSEN PENGAMPU:
apt. Elma Viorentina Sembiring, S. Farm., M. Clin. Pharm

DISUSUN OLEH :

1. Arinda Raudatul Aisyi 2148401041


2. Helma Nurija 2148401021
3. Kharisma Aulia Safitri 2148401023
4. Putu Rara Tretilia 2148401071
5. Shakira Febri Ababil 2148401033

JURUSAN DIII FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Evaluasi Sediaan Steril”.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teknologi Sediaan Steril. Makalah
ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Apt. Elma Viorentina Sembiring,S.Farm.
M.Clinfarm selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Sediaan Steril. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu agar terselesaikannya makalah ini
dengan tepat waktu. Tidak ada gading yang tak retak, tak ada kaca yang tak buram. Dari makalah
ini penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik serta saran penulis harapkan demi kesempurnaan dari makalah ini dan demi pengetahuan
kedepannya.

Bandar Lampung, 2 November 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………..………….…….i

KATA PENGANTAR..………………………………………………………..…………….…..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………….…………………………iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................................................. 4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Evaluasi Sediaan Infus ......................................................................................................... 6
B. Evaluasi sediaan vial cairan injeksi ..................................................................................... 8
C. Evaluasi Sediaan Salep Mata ............................................................................................. 10
D. Evaluasi Sediaan Tetes Mata ............................................................................................. 11
E. Evaluasi Sediaan Vial Injeksi Rekontruksi ........................................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15

LAMPIRAN………... …………………………………………………………………….…......15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….…......16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen maupun
non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material. Sterilisasi adalah
menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun
non vegetatif dari suatu objek atau material. Sediaan parental yang diberikan secara
penyuntikan intravena, subkutan, danintramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis
jika dibandingkan dengan pemberian obat-obatan secara oral. Semakin
meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi telah meningkat pula jumlah yang diproduksi
secara bioteknologi seperti obat peptide danatau produk gen. Pada abad mendatang (sekarang
sudah mulai) beberapa obat peptide danobat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip
bioteknologi.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
darimikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara
bentukobat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosakebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuhyang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas
darikontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat
kemurniantinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan
produk iniharus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara
fisik, kimiaatau mikrobiologi.

B. Rumusan Masalah

1. Mahasiswa mencari evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Infus?


2. Mahasiswa mencari evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Vial Cairan Injeksi?
3. Mahasiswa mencari evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Salep Mata?
4. Mahasiswa mencari evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Tetes Mata?
5. Mahasiswa mencari evaluasi(fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Vial Injeksi Rekontruksi

C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Infus
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Vial
Cairan Injeksi
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Salep
Mata
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Tetes
Mata
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami evaluasi (fisika, kimia, biologi) dari Sediaan Vial
Injeksi Rekontruksi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Evaluasi Sediaan Infus

1. EVALUASI FISIKA
➢ Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi (suplemen FI IV, 1533-15)
• Tujuan : Menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu.
• Prinsip : Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan
cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka dilakukan pengujian
mikroskopik. Pengujian mikroskopik ini menghitung bahan partikulat
subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membran mikropori.
• Hasil : Penghamburan cahaya: hasil perhitungan jumlah total butiran baku yang
terkumpul pada penyaring harus berada dalam batas 20% dari hasil perhitungan
partikel kumulatif rata-rata per ml.
• Mikroskopik: injeksi memenuhi syarat jika partikel yang ada (nyata atau
menurut
perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji melebihi nilai yang sesuai dengan
yang
tertera pada FI.

➢ Penetapan pH (Suplemen FI IV, hlm. 1572-1573)


Alat : pH meter
• Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan
• Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH meter)
yang telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu mengukur harga pH
sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka, elektrode
kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai.
• Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang ditargetkan.

➢ Uji Kejernihan:
Uji kejernihan untuk larutan steril adalah dengan menggunakan latar belakang putih
dan hitam di bawah cahaya lampu untuk melihat ada tidaknya partikel variable.

➢ Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191-192)


Tujuan : Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan.
• Prinsip : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang
masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk
ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut
sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna
(b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas
kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas
akan basah.
• Hasil : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru
(prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)

➢ Uji Kejernihan dan Warna (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hlm 201-203)
• Tujuan : memastikan bahwa setiap larutan obat suntik jernih dan bebas pengotor
• Prinsip : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari
wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengotor
berwarna putih dan latar belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna.
• Hasil : memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam larutan.

2. EVALUASI KIMIA
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan
(dibuku Farmakope Indonesia atau buku kompendial lain), seperti:
1. Identifikasi
2. Penetapan Kadar

3. EVALUASI BIOLOGI
➢ Uji Sterilitas (suplemen FI IV, 1512-1519)
• Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya
pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi
langsung atau filtrasi secara aseptik. Media yang digunakan adalah Tioglikonat
cair dan Soybean Casein Digest
• Hasil : memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah
inkubasi selama 14 hari. Jika dapat dipertimbangkan tidak absah maka dapat
dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji aslinya.

➢ Uji Endotoksin Bakteri (suplemen FI IV, 1527-1532)


• Tujuan : mendeteksi atau kuantisasi endotoksin bakteri yang mungkin terdapat
dalam suatu sediaan.
• Prinsip : pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate
(LAL). Teknik pengujian dengan menggunakan jendal gel dan fotometrik.
• Teknik Jendal Gel pada titik akhir reaksi dibandingkan langsung enceran dari
zat uji dengan enceran endotoksin yang dinyatakan dalam unit endotoksin FI.
• Teknik fotometrik (metode turbidimetri) yang didasarkan pada pembentukan
kekeruhan.
• Hasil : bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin tidak lebih dari yang
ditetapkan pada masing-masing monografi.

➢ Uji Pirogen untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL (FI IV, 908-909)
• Tujuan : untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat
diterima
• oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
• Prinsip : pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji
secara IV
• dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan
dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktu tidak lebih
dari 10 menit.
• Hasil : setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila tak
seekor kelinci pun dari 3 kelinci menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih.
Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih lanjutkan
pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari
8 ekor kelinci masing masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan
jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° sediaan
dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.

➢ Penetapan Potensi Antibiotik (khusus jika zat aktif antibiotik) (suplemen FI IV,
1519-1527)
• Aktivitas (potensi) antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai
dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba.
• Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses
pembuatan larutan dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
• Prinsip : penetapan dengan lempeng silider atau “cawan” dan penetapan dengan
cara “tabung” atau turbidimetri.
• Hasil : Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus
transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas.

B. Evaluasi sediaan vial cairan injeksi

1. EVALUASI FISIKA
➢ Uji PH
Uji pH menggunakan pH universal atau pH meter dengan syarat pH sediaan harus
sama dengan pH stabil zat aktif dan pH tubuh. Bertujuan untuk menetapkan PH
sediaan larutan agar sesuai dengan monografi.
➢ Uji kejernihan
Sediaan injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga
pemeriksaan dilakukan secara visual.

➢ Uji keseragaman volume


Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman
volume secara visual.

➢ Uji kebocoran
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku.

➢ Uji partikulat
Memerlukan sistem elektronik menghitung partikel pengotor cairan yang
dilengkapi dengan alat untuk memasukkan contoh yang sesuai.

➢ Uji kejernihan warna


Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran uji ini
kriterianya cukup dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari
samping dengan latar belakang warna hitam untuk melihat partikel berwarna putih
dan latar belakang putih Untuk melihat partikel berwarna.

2. EVALUASI BIOLOGI
➢ Uji sterilitas
Bertujuan untuk menetapkan Apakah bahan farmakope harus steril memenuhi
persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi seperti tertera pada masing-
masing monografi. Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam
media uji dan teknik penyaringan membran

➢ Uji endotoksin bakteri


Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada di
dalam atau pada bahan uji pengujian dilakukan menggunakan limulus anebicyte
lysate (LAL). Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kalorimetri,
penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung enceran
dari zat 7 dengan enceran endotoksin baku dan jumlah endotoksin dinyatakan
dalam unit endotoksin (UE).

➢ Uji pirogen
Bertujuan untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh
pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian dilakukan dalam ruang terpisah yang
khusus untuk uji pirogen dan kondisi Lingkungan yang sama seperti ruang
pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan.
3. EVALUASI KIMIA
➢ Uji identifikasi ( sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
➢ Uji penetapan kadar ( sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)

C. Evaluasi Sediaan Salep Mata

1. EVALUASI FISIKA
➢ Distribusi ukuran partikel
Penentuan ukuran partikel berlangsung melalui pengukuran secara mikroskopik
dengan menggunakan mikroskop proyeksi (lanameter). Pengukuran orientasi dapat
juga dengan grindometer (Voigt, R. 1994).
➢ Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan
yang homogen (Anonim a, 1979).

2. EVALUASI KIMIA
➢ Penetapan Kadar
Timbang seksama lebih kurang 60 mg, lakukan penetapan seperti yang tertera pada
pembakaran dengan labu oksigen menggunakan labu 1000 mL dan campuran 10
mL air dan 5 mL hidrogen peroksida LP sebagai cairan penyerap. Jika pembakaran
telah sempurna isi bibir labu dengan air, longgarkan sumbat dan bilas sumbat,
pemegang sampel dan dinding labu dengan air kemudian buka sumbat. Panaskan
isi labu sampai mendidih dan didihkan selama lebih kurang 2 menit. Dinginkan
sampai suhu kamar da titrasi dengan netrium hidroksida 0,1 N LV menggunakan
indikator fenolptalein LP. Lakukan penetapan blangko. 1 mL natrium hidroksida
0,1 N setara dengan 1,603 mg sulfur.

➢ pH
Oleskan salep pada kertas pH meter. Amati perubahan pH pada kertas pH meter
Universal.
3. EVALUASI BIOLOGI
➢ Uji Mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di dalam semua
jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi dan untuk
menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesimen mikroba tertentu.
Spesimen uji biasanya terdiri dari Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella. Pengujian dilakukan dengan
menambahkan 1 mL dari tidak kurang enceran 10-3 biakan mikroba berumur 24
jam kepada enceran pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat 7,2, Media fluid
Soybean-Casein Digest atau Media Fluid Lactose Medium) dan diuji sesuai
prosedur (Anonim b, 1995).

D. Evaluasi Sediaan Tetes Mata

1. . EVALUASI FISIKA
➢ Evaluasi Organoleptik
• Tujuan: Menjamin organoleptik sediaan sesuai dengan spesifikasi dari produk
yang telah ditentukan.
• Prinsip Mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna secara
makroskopis. Penafsiran Hasil Sediaan memenuhi syarat bila warna dan bau
sesuai dengan spesifikasi sediaan.
➢ Kejernihan Larutan (FI IV , 998) (khusus larutan) Untuk uji partikulat (adanya untuk
injeksi) dapat dilihat di USP atau FI IV , 981.
➢ Penentuan Bobot Jenis (FI IV , hlm. 1030)
➢ Penetapan pH (FI IV , 1039-1040)
➢ Uji Volume Terpindahkan (FI IV , hlm. 1089)
➢ Viskositas Larutan
• Tujuan : Menjamin viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk
yang telah ditentukan.
• Alat : Viskometer Hoppler
• Prinsip : Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada
suhu tetap Penafsiran hasil Viskositas cairan dapat dihitung dengan rumus :

η = B (ρ1 – ρ2 ) t

ket : η = viskositas cairan


B = konstanta bola
ρ1= bobot jenis bola
ρ2= bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

➢ Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191)


• Tujuan Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan.
• Prinsip Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang
masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk
ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut
sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna
(b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas
kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas
akan basah. (c) wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang
kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus
dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum
dihilangkan.
• Hasil Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru
(prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)

B. EVALUASI KIMIA
Identifikasi dan Penetapan kadar
C. EVALUASI BIOLOGI
➢ Uji Sterilitas (FI IV , hlm 855-863)
➢ Uji Efektivitas Pengawet (FI IV , 854-855) (khusus untuk formula yang
menggunakan pengawet)
➢ Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi (FI IV , 891-899) (untuk zat
aktif antibiotik)

E. Evaluasi Sediaan Vial Injeksi Rekontruksi

1. EVALUASI FISIKA
➢ Penetapan pH <1071> (FI IV, 1039-1040)
➢ Bahan Partikulat dalam Injeksi <751> ( FI> ed IV, 981-984)
➢ Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah <1131> (FI ed. IV, 1044)
➢ Keseragaman Sediaan <911> (FI IV, 999-1001)
➢ Uji Kebocoran (Goeswin Agus, Larutan Parenteral, 191)
➢ Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral, 201) (ini berbeda
dengan uji kejernihan di FI IV, hal. 998)
Uji waktu rekonstitusi

2. EVALUASI KIMIA
➢ Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
➢ Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing).

3. EVALUASI BIOLOGI
➢ Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba (untuk yang mengandung pengawet) <61>
(FI IV, 854-855)
➢ Uji Sterilitas (FI IV, 855-863, Suplemen FI IV, 1512-1515)
➢ Uji Endotoksin Bakteri (FI IV, 905-907, Suplemen FI IV, 1527-1528)
➢ Uji Pirogen (Untuk volume > 10 ml) (FI IV, 908-909)
➢ Uji Kandungan Antimikroba (untuk yang mengandung pengawet) (FI ed. IV, Hlm.
939-942)
➢ Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi (Untuk zat aktif antibiotik) (FI
IV, 891-899)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen
maupun non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material.
Sediaam ini biasanya digunakan pada area dengan tingkat sensitivitas tinggi dan rentan
terhadap benda asing, seperti mata, intravena, intramuscular, dan telinga.

Pada sediaan steril, dilakukan beberapa evaluasi terhadap sediaan yang telah dibuat.
Berikut evaluasi yang dilakukan pada sediaan steril:
1. Evaluasi fisika dilakukan untuk memeriksa sediaan steril seperti ada atau
tidaknya partikel, endapan, homogenitas, penetapan pH, uji kejernihan, dan uji
kebocoran.
2. Evaluasi kimia dilakukan untuk memeriksa sediaan steril seperti penetapan
kadar dan uji identifikasi.
3. Evaluasi biologi dilakukan untuk memeriksa sediaan steril seperti uji sterilitas,
uji pirogen uji kandungan mikroba, dan penetapan potensi antibiotik.
Evaluasi yang dilakukan pada umumnya harus dilakukan apabila sediaan telah
dibuat dan sebelum diedarkan.

B. Saran
Pada evaluasi sediaan steril, perlu beberapa evaluasi harus dilakukan untuk dapat
diedarkan dan digunakan dalam masyarakat. Diharapkan dengan adanya makalah ini,
masyarakat dapat memahami bagaimana proses sediaan steril sebelum di edarkan dan
digunakan.
LAMPIRAN

Sediaan Vial Sediaan Injeksi Sediaan Salep


Rekonstruksi Mata

Sediaan Infus Sediaan Tetes mata


DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M., Noviardani, T., Levita, J., & Suherman, S. E. (2015). Formulasi dan
Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida. Indonesian Journal of Pharmaceutical
Science and Technology, 2(1), 33. (Diakses pada tanggal 2 November 2022)

Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta:Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. (Diakses pada tanggal 1 November 2022)

Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. (Diakses pada tanggal 1 November 2022)

BPPSDMK. KEMENKES. 2017 http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-


content/uploads/2017/08/Praktikum-Teknologi-Sediaan-Steril-Komprehensif.pdf
(Diakses pada tanggal 1 November 2022)

Anda mungkin juga menyukai