Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT, MARTABAT DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA

( Makalah mata kuliah pendidikan agama )

Dosen Pengampu :
Agus Mukhandar, M. Pd. I

Disusun oleh
Kelompok 4 (TK 1 REG 1):

Helma Nurija (2148401021)


Kharisma Aulia (2148401023)
Meira Oktaviani (2148401025)

D – III FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
2021

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas petunjuk dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ”Hakikat, Martabat, dan Tanggung Jawab
Manusia” dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Tugas ini kami susun dengan tujuan
memenuhi kebutuhan kami sebagai mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang Hakikat,
Martabat, dan Tanggung Jawab Manusia. Dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber yang relevan, yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua. Tentunya dalam penyusunan
tugas ini kami belumlah cukup sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
untuk menjadikan isi makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk
menyusun makalah yang sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan
masa depan. Semoga segala ikhtiar kita diridhoi Allah SWT, Amin.
Bandar Lampung, 1 Agustus 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………..........…..i
Daftar isi ……………………………………...........................…........…...……….....ii

BAB I PENDAHULUAN……..…………………...........................……………….....iii
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...........iii
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….....iii
1.3 Tujuan…………………………………………………………………..…..iii

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………….1


2.1 Pengertian Manusia………………………………………………………….1
2.2 Tugas Manusia………………………………………………………….…...2
2.3 Tanggung Jawab Manusia…………………………………………………...4

BAB III PEMBAHASAN………………………………………….…………………..


3.1 Definisi Manusia………………………………………….………………….
3.2 Tugas dan peranan nya Manusia………………………………………….….
3.3 Tanggung Jawab Manusia Terhadap Hakikat……………………………….

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………...6
4.1 Kesimpulan…………………………………………………...…………………...6
4.2 Saran………………………………………………………………………...……6
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Manusia merupakan makhluk
yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka, dan
mempunyai potensi yang agung. Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah
merupakan sekepal tanah di bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi dia berjalan, dari bumi
dia makan dan kedalam bumi dia kembali. Al-Qur'an memberi keterangan tentang manusia dari
banyak seginya. Dari ayat-ayat Al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
fungsional yang bertanggung jawab. Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu
makhluk yang mulia dan terhormat pada sisi Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan dalam bentuk
yang amat baik, sesudah itu ditiup Roh ke dalam tubuhnya, para malaikat disuruh sujud
(memberi hormat) kepadanya. Tuhan memberi manusia ilmu pengetahuan dan kemauan,
dijadikan manusia di bumi dan menjadi pusat kegiatan di alam ini. Segala apa yang ada di langit
dan di bumi, semuanya bekerja untuk kepentingan manusia, dan kepadanya di berikan nikmat
lahir dan batin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja tugas manusia?
2. Bagaimana Tanggung Jawab Manusia dan macam-macamnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja tugas manusia
2. Untuk mengetahui bagaimana Tanggung Jawab Manusia beserta macamnya
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manusia Secara umum


Pengertian manusia adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan
hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia
adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Manusia menurut pandangan islam adalah
makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan daya materi yang memiliki jiwa dengan ciri – ciri
berfikir, berakal, dan bertanggung jawab pada Allah SWT yang diciptakan dengan memiliki
akhlak.

2.3 Tugas Manusia


Tuhan menciptakan manusia bukan tanpa rencana, dari segi hubungannya dengan tuhan, manusia
berkedudukan sebagai hamba (makhluq) dan kedudukan manusia dalam konteks makhluk tuhan
adalah makhluk yang terbaik.
Manusia adalah hamba Allah yang diciptakan untuk menjalankan rencana Allah SWT. Allah
menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan tunduk pada hukum-
hukum Allah dalam menjalankan kehidupan dimuka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan
dengan Allah atau dengan sesama manusia. Dari misi diatas, dapat dimengerti bahwa tugas
manusia didunia adalah untuk beribadah secara ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan manusia
melainkan manusia yang membutuhkan-Nya.
Jika Allah menciptakan sesuatu, pasti sesuatu tersebut mempunyai guna/fungsi, tak terkecuali
manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi,
maka secara otomatis manusia adalah pemimpin (khalifah) yang nantinya akan dimintai
pertanggung jawabannya. Sebagai khalifah berarti manusia adalah wakil Allah damuka bumi dan
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di bumi. Jika manusia dapat menjalankan
fungsinya sebagai khalifah, maka kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dangan
baik.

2.3 Tanggung Jawab Manusia


Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga
merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai
hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan. Tanggung jawab itu sendiri
merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga
tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila
kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena
pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut
kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-
masing individu berbeda, Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Macam-Macam Tanggung Jawab :


a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai mana kehidupan manusia mempunyai
beban dan tanggung jawab masing-masing.

b. Tanggung jawab terhadap keluarga


Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat


Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan
kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota
masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.

d. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara


Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam
berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-
ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan
manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kan kepada negara.

e.Tanggung jawab terhadap Tuhan


Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak
bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai
macam agama.
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan
di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan,
yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan
manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-
kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.
Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di
hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya
adalah :

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka
(akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian
mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua
hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan
adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila
terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad
manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4)
yang artinya :

“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) belajar yang dinyatakan pada ayat pertama
surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu
yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati
bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya
berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh
siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.

Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu
diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita.
Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan
kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.

Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan
diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya yang
berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah
bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.

Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik
permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti
peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya
dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.

Apalah artinya seorang pembesar yang dimuliakan rakyat bila ia dalam rakus dan melakukan hal
hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan.
Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa
yang bodoh miskin dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang. Dalam hidup ini
penuh dengan kebajikan yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka
itulah yang paling mulia dimata Tuhan.

“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan
sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan
apa yang diperintahkan”

Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama
hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk
keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan
untuk orang lain. Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya
untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain, terutama keluarga.Ada sebuah kata
kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata
pada saya ”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus
dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita
meberi untuk orng lain”. Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan
mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu
membangun diri kita.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Manusia


Tiap huruf dan kata dalam Alquran menyimpan makna khusus baik secara tekstual maupun
kontekstual. Salah satu firman Allah dalam Alquran banyak membahas tentang manusia. Berikut
4 istilah dan cara Allah menyebut manusia dalam Alquran sebagai cerminan kualitas ruhaninya.

Basyar (Manusia ada, human being)


Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik
dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai
basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk lain yang tertutupi bulu.
Dengan demikian istilah basyar merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat,
memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam
pengertian ini disebutkan di dalam Alquran sebanyak 35 kali dalam berbagai surat. Diantaranya
terdapat dalam surat Al-Anbiyaa: 2-3, Al-Kahfi: 110, Ibrahim: 10, Hud: 26, Al-Mukminuun: 24
dan 33, As-Syu’araa: 93, Yassin: 15, Al-Isra: 93, dan lain-lain.

1. Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being).


Singkatnya, basyar adalah manusia dalam arti fisis-biologis. Manusia dilihat sudut fisik tidaklah
jauh berbeda dengan hewan. Manusia bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula
hewan. Bahkan, bila manusia dan hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka
manusia bisa lebih jahat dan kejam)

2. Insan/An-Naas (Manusia menjadi, manusia being)


Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, lawan dari binatang liar; harmonis dan
tampak. Namun dari sudut pandang Alquran, barangkali lebih tepat diambil dari kata nasiya
(lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).

3. Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming).


Ia terus-menerus maju menuju ke kesempurnaan. Karakter “menjadi” ini membedakan manusia
dengan fenomena lain di alam. Hewan tidak dapat mengubah kondisinya, sedangkan manusia
bisa terus berupaya menyempurnakan dirinya serta berevolusi dengan akal dan ilmu. Di tataran
ini, manusia sudah mulai memiliki perbedaan daripada hewan.

Alquran sering kali memperhadapkan insan dengan jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak
tampak, sedangkan manusia memiliki ‘badan kasar’ yang nyata dan berwatak ramah dibanding
bangsa jin. Kata insan digunakan Alquran untuk menunjuk kepada manusia secara menyeluruh
dalam jiwa dan raga.

Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai naas
dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam berbagai
contoh perilakunya terhadap Tuhan.

4. Bani Adam
Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai keturunan Nabi Adam
AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia hidup, dan kemana dia
akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari
evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk
anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan sifat-sifat Tuhan.

Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang
agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan nilai
baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang bertakwa.
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk
yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan
Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula hakikat
manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).

Alquran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan menuju
kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati rintangan
dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia.

3.2 Tugas dan peranan nya Manusia


Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran.
Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan
yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.

Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki
karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para
pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia
dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan
hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan
yang bersifat instinctif.

Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan


manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam
ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di
laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai
kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.

Diantara karakteristik manusia adalah :


Aspek Kreasi
Aspek Ilmu
Aspek Kehendak
Pengarahan Akhlak

Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan
kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat
oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan
faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat
perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan
makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya.

Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan
makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga
mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis
hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan
hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa
sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain
mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis
makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan
untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan
memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda
manusia dari segala makhluk lainnya.

3.3 Tanggung Jawab Manusia Terhadap Hakikat


Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung
jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri.
Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi
dirinya. Selain itu juga orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban demi
kepentingan orang lain.

Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak
mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang
larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.

2. Kewajiban tidak Terbatas


Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap
kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan
kebajikan.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut dapat
menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang lain.
Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia tidak
mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan pada
zaman sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau rusaknya
perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.

Orang yang bertanggung jawab itu akan mencoba untuk berbuat adil. Tetapi adakalanya orang
yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang dipegangnya dan
runtuhnya keimanan terhadap Tuhan. Orang yang demikian tentu akan mempertanggung
jawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan lah yang bisa memberikan
hukuman atau cobaan kepada manusia agar manusia mau mempertanggung jawabkan atas segala
perbuatannya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Manusia telah dianugrahi potensi yang sempurna untuk hidup di dunia, yaitu akal, nafsu, dan
qalbu. Manusia mempunyai hakikat, martabat, serta tanggung jawab nya masing-masing.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada
masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang
lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa
berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling
menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya.
Maka dari itu jadilah manusia yang berhakikat, bermartabat, dan bertanggung jawab yang baik.

4.2 Saran
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda supaya menjadi manusia yang
berguna di dunia maupun di akhirat. Maka harus tolong menolong dan janganlah bercerai berai,
taatilah peraturan dan jangan lupa kita sebagai umat islam harus selalu beribadah kepada Allah
SWT, menaati peraturan dan menjauhi segala laranganNya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Hakikat, Martabat, dan Tanggung Jawab Manusia.


http://masyarakatdlmislam.blogspot.com/2015/06/hakikat-martabat-dan-tanggungjawab.html.
Diakses tanggal 28 Juli 2021 pukul 18.50 WIB Nurija, Helma.

Makalah PAI (Hakikat, Martabat, Tanggung Jawab Manusia).


http://lailaautari22.blogspot.com/2012/09/makalah-pai-hakikat-martabat-tanggung.html. Diakses
tanggal 30 Juli 2021 pukul 11.06 WIB Anonim. 2021.

Pengertian Khauf dan Tips Menumbuhkan Khauf Kepada Allah SWT .


http://www.mutiarapublic.com/ragam-public/kumpulan-tips/pengertian-khauf-dan-tips-
tipsmenumbuhkan-khauf-kepada-allah-swt/ Diakses tanggal 30 Juli 2021 pukul 11.12 WIB
Aulia, Kharisma 2021.

Pengertian Tawakal. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertiantawakal/ Diakses tanggal 30


Juli 2021 pukul 12.16 WIB Anonim. 2021.

Kamus Besar. https://www.kamusbesar.com/muhibah Diakses tanggal 30 Juli 2021 pukul 12.20


WIB Meira. 2021.

Pengertian Manusia Menurut Islam.


http://alfakhriensyklopedia.blogspot.com/2018/01/pengertian-manusia-menurut-islam.html?
m=1. Diakses tanggal 30 Juli 2021 pukul 12.30 WIB Nurija, Helma. 2021

Makalah Hakikat Manusia Menurut Islam.


https://www.academia.edu/8454535/Makalah_Hakikat_Manusia_Menurut_Islam Diakses
tanggal 30 Juli 2021 pukul 15.00 WIB

Hakikat, Tugas dan Peranan Manusia Menurut Islam


https://yushanyunus.blogspot.com/2016/02/hakikat-tugas-dan-peranan-manusia.html
Diakses tanggal 30 Juli 2021 pukul 14:44 WIB

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Manusia di Muka Bumi


https://melyme-agama.blogspot.com/2012/07/kedudukan-tugas-dan-fungsi-manusia-di.html.
Diakses tanggal 30 Juli 2021 pukul 15.01 WIB

Anda mungkin juga menyukai