Dosen Pengampu :
Agus Mukhandar, M. Pd. I
Disusun oleh
Kelompok 4 (TK 1 REG 1):
D – III FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas petunjuk dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ”Hakikat, Martabat, dan Tanggung Jawab
Manusia” dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Tugas ini kami susun dengan tujuan
memenuhi kebutuhan kami sebagai mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang Hakikat,
Martabat, dan Tanggung Jawab Manusia. Dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber yang relevan, yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua. Tentunya dalam penyusunan
tugas ini kami belumlah cukup sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
untuk menjadikan isi makalah ini menjadi lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk
menyusun makalah yang sesuai dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan
masa depan. Semoga segala ikhtiar kita diridhoi Allah SWT, Amin.
Bandar Lampung, 1 Agustus 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………..........…..i
Daftar isi ……………………………………...........................…........…...……….....ii
BAB I PENDAHULUAN……..…………………...........................……………….....iii
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...........iii
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….....iii
1.3 Tujuan…………………………………………………………………..…..iii
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………...6
4.1 Kesimpulan…………………………………………………...…………………...6
4.2 Saran………………………………………………………………………...……6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja tugas manusia
2. Untuk mengetahui bagaimana Tanggung Jawab Manusia beserta macamnya
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan
manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-
kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.
Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di
hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya
adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka
(akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian
mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua
hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan
adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila
terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad
manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4)
yang artinya :
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) belajar yang dinyatakan pada ayat pertama
surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu
yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati
bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya
berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh
siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu
diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita.
Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan
kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan
diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya yang
berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah
bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik
permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti
peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya
dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar yang dimuliakan rakyat bila ia dalam rakus dan melakukan hal
hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan.
Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa
yang bodoh miskin dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang. Dalam hidup ini
penuh dengan kebajikan yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka
itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan
sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan
apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama
hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk
keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan
untuk orang lain. Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya
untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain, terutama keluarga.Ada sebuah kata
kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata
pada saya ”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus
dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita
meberi untuk orng lain”. Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan
mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu
membangun diri kita.
BAB III
PEMBAHASAN
Alquran sering kali memperhadapkan insan dengan jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak
tampak, sedangkan manusia memiliki ‘badan kasar’ yang nyata dan berwatak ramah dibanding
bangsa jin. Kata insan digunakan Alquran untuk menunjuk kepada manusia secara menyeluruh
dalam jiwa dan raga.
Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai naas
dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam berbagai
contoh perilakunya terhadap Tuhan.
4. Bani Adam
Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai keturunan Nabi Adam
AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia hidup, dan kemana dia
akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari
evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk
anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan sifat-sifat Tuhan.
Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang
agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan nilai
baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang bertakwa.
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk
yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan
Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula hakikat
manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).
Alquran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan menuju
kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati rintangan
dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki
karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para
pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia
dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan
hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan
yang bersifat instinctif.
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan
kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat
oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan
faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat
perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan
makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya.
Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan
makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga
mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis
hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan
hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa
sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain
mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis
makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan
untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan
memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda
manusia dari segala makhluk lainnya.
Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak
mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang
larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut dapat
menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang lain.
Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia tidak
mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan pada
zaman sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau rusaknya
perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
Orang yang bertanggung jawab itu akan mencoba untuk berbuat adil. Tetapi adakalanya orang
yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang dipegangnya dan
runtuhnya keimanan terhadap Tuhan. Orang yang demikian tentu akan mempertanggung
jawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan lah yang bisa memberikan
hukuman atau cobaan kepada manusia agar manusia mau mempertanggung jawabkan atas segala
perbuatannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manusia telah dianugrahi potensi yang sempurna untuk hidup di dunia, yaitu akal, nafsu, dan
qalbu. Manusia mempunyai hakikat, martabat, serta tanggung jawab nya masing-masing.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada
masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang
lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa
berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling
menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya.
Maka dari itu jadilah manusia yang berhakikat, bermartabat, dan bertanggung jawab yang baik.
4.2 Saran
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda supaya menjadi manusia yang
berguna di dunia maupun di akhirat. Maka harus tolong menolong dan janganlah bercerai berai,
taatilah peraturan dan jangan lupa kita sebagai umat islam harus selalu beribadah kepada Allah
SWT, menaati peraturan dan menjauhi segala laranganNya.
DAFTAR PUSTAKA