Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


HAKEKAT MANUSIA & TUGAS PENCIPTAANNYA

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu: Bapak Dr. Miftahul Huda, S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:


1. Diva Fitria Ali (2205046014)
2. M. Rafli Hidayat (2205046032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha penyayang, puji syukur kami panjatkan
kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang
berjudul “Hakekat Manusia&Tugas Penciptaanya” dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam tak lupa kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan
bagi umat manusia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Miftahul Huda, S.Ag, M.Ag selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan di dalamnya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Samarinda, 26 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Konsep Pengertian dan Hakikat Manusia dalam Al-Qur’an ............................................ 3
2.2 Esensi dan Martabat Manusia .......................................................................................... 5
2.3 Asal – usul Proses Penciptaan Manusia ........................................................................... 6
2.4 Unsur – Unsur Manusia.................................................................................................... 9
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Hidup Manusia ................................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam pikiran adalah berbagai macam
perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan
pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman
dahulu kala sampai sekarang belum juga berakhir dan memiliki kemungkinan hal tersebut
tidak akan pernah berakhir. Pada kenyataannya, orang menyelidiki manusia itu dari
berbagai sudut pandang.Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi
fisik, adapulayang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi
budaya,sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut
antropologifilsafat. Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yangmemuaskan
tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan
mau kemana manusia itu. Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi lingkungan dan
pembawaan dari orang tua mereka.
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan
antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di
dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah
SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan
perannya.Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaa alam.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis akan
melakukan pemaparan dengan judul “Hakekat Manusia & Tugas Penciptaanya”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, muncul beberapa pertanyaan yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pengertian dan hakikat manusia dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana esensi dan martabat hidup manusia?
1
3. Bagaimana asal – usul proses penciptaan manusia?
4. Apa saja unsur-unsur manusia?
5. Apa saja tugas dan tanggung jawab hidup manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka pembuatan makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep pengertian dan hakikat manusia dalam Al-Qur’an.
2. Mengetahui esensi dan martabat hidup manusia.
3. Mengetahui asal – usul proses penciptaan manusia.
4. Mengetahui unsur-unsur manusia.
5. Mengetahui tugas dan tanggung jawab hidup manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengertian dan Hakikat Manusia dalam Al-Qur’an


Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka,senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia
sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan
nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia
telah memberikan informasi lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada
diri manusia.Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu
ayatatau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti
memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja.Untuk mampu
memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan
mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium sebagai
perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah
dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
3. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
4. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandungkemungkinan baik dan
jahat.
5. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.

3
Penyebutan nama manusia dalam Al-Qur’an tidak hanya satu macam. Berbagai
istilahnya, diantaranya:
1. Dari aspek historis penciptaan manusia disebut dengan Banu Adam.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmuu yang indah di setiap (memasuki)mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang berlebihan” (Al- A’raaf, 7:31)
2. Dari aspek biologis manusia disebut dengan basyar yang mencerminkan sifat-sifat fisik-
kimia-biologisnya.

“Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang


mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah (Kamimewahkan mereka
dalam kehidupan di dunia): (Orang) ini tidak lainhanyalah manusia (basyar) seperti
kamu, dia makan dari apa yang kamumakan dam meminumd ari apa yang kamu minum”
(Al-Mu’minun, 23:33)
3. Dari aspek kecerdasan manusia disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang diberi
akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.

“Dia menciptakan manusia (insan). Mengajarnya pandai berbicara” (Ar-


Rahman,55:3-4)
4. Dari aspek sosiologisnya disebut annas yang menunjukkan sifat yang berkelompok
sesama jenisnya.

4
“Wahai manusia, sembahklah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu danorang-
orang sebelum yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah,2: 21)
5. Dari aspek posisinya disebut ‘abdun’ (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai
hamba Allah yang harus tunduk dan patih kepada-Nya.

“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapandan di
belkanag mereka? Jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau
kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasanTuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-
Nya)”. (Saba’, 34:9)

2.2 Esensi dan Martabat Manusia


Esensi dan martabat manusia sangat berbeda dengan keberadaan makhluk lainnya
termasuk malaikat, karena memiliki berbagai kelebihan berupa kemampuan berpikir,
berdebat dan mempertanggung jawabkan tindakannya.
Manusia sebagai mahluk pilihan Allah yang diangkat menjadi khalifah di bumi dibekali
dengan berbagai potensi keunggulan atas alam semesta, maka existensi manusia sebagai
mahluk serba dimensi:
a. Dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama dengan binatang, butuh makan,
minum, istirahat dan menikah supaya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak.
b. Dimensi kedua, memiliki ilmu dan pengetahuan
c. Dimensi ketiga, kebajikan etis.
d. Dimensi keempat, keindahan/estetis.
e. Dimensi kelima, pemujaan dan pengkudusan.

5
f. Dimensi keenam, keserbabisaan kemampuan intelek dan kehendak
g. Dimensi ketujuh mampu memahami kemampuan intelektualnya “konsep diri” dengan
kemampuan intelektualnya.
h. Dimensi kedelapan pengembangan bakat, islam memberikan perhatian secara seimbang
baik fisik, material, spiritual; mental dan emosional; sosial dan individual.
Keterpeliharaan para malaikat, itu karena sudah merupakan titah yang mutlak, yang lebih
rendah kualitasnya disbanding kebaikan manusia yang lahir atas usaha yang bebas. Setiap
kebajikan yang dikerjakan manusia merupakan keunggulan yang tidak dimiliki oleh
malaikat yang dikendalikan itu. Dan setiap keburukan manusia dapat dihapus dengan taubat
dan introspeksi jiwa. Inilah hakikat kemanusiaan dan martabatnya yang tinggi dan berhak
menjadi kholifah di muka bumi.
Manusia diberi akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah.
berupa Al-Quran dengan ilmu manusia mampu berbudaya, Allah menciptakan manusia
dalam keadaan yang sebaik-baiknya (QS At-Tin 95: 4). Manusia tetap bermartabat mulia
kalau mereka sebagai kholifah tetap hidup dengan ajaran Allah (QS Al-An'am 6: 165) oleh
karena itu manusia dilebihkan dari makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengan ilmu selain
Allah,maka manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia bermartabat
rendah. (QS At-Tin 95: 5) Manusia yang dapat mengoptimalkan existensinya akan sampai
pada martabat insan kamil (manusia yang sempurna)- Ulul Albab-penuh hikmah,
kebijaksanaan dan pengetahuan. Dengan karakteristik: takut hanya kepada Allah, banyak
dzikir dan fikir, mampu memilah/memilih yang baik dari yang buruk. Menuntut ilmu
dengan tekun dan menularkan ke orang lain dengan ikhlas, qiyamullail bermunajat kepada
Allah swt.

2.3 Asal – usul Proses Penciptaan Manusia


Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia terdiri atas
unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain
manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum
makhluk biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan, serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami
kematian. Dalam al- Qur’an surah al Mu’minūn dijelaskan: “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang
disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami jadikan
6
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
Berangakat dari hakikat manusia di atas tentu ini menunjukan Islam sebagai agama yang
sempurna, membicarakan awal dari kehidupan namun juga membicarakan akhir dari
kehidupan. Bagi umat Islam keyakinan terhadap agama Islam adalah final yang tidak ada
sedikitpun bagian membingungkan, segala aspek esensi kehidupan diuraikan dalam Al
Qur’an. Pandangan tentang manusia ini juga menolak dan mematahkan berbagai teori
tentang asal muasal manusia, diantaranya yang dikenal secara umum adalah teori Darwin.
Pernyataan Darwin bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip
kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun
yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan
nenek moyangnya. Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera
tersebut oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah,
ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap,
sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam
rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis> Homo erectus > Homo sapiens,"
evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang
jenis selanjutnya.
Teori diatas tentu bertentangan dengan apa yang di jelaskan Allah dalam Al Qur’an
dimana manusia adalah makluk yang diciptakan Allah dari sari pati tanah sebagaimana
dalam surat al mu’minun. Proses di ciptakan ini tentu berbeda dengan teori Darwin, Allah
mengatakan diciptakan dan bukan di evolusikan. Al-Quran membantah teori evolusi yang
menyatakan manusia berasal dari kera (Teori Darwin). Di dalam Al Qur’an dijelaskan
bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah
dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh
kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32): 7)

7
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15): 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama
itu dalam surat Al Hijr ayat 28 dan 29. Proses kemudian Allah menjadikan Manusia Kedua
(Siti Hawa). Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu
dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh
Allah dalam salah satu firman-Nya: "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36): 36).
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An
Nisaa’ ayat 1 yaitu: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak..." (QS. An Nisaa(4) : 1).
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk
menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk
yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasinya.
Proses kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa
kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al
Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an, proses kejadian manusia secara
biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

8
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al
Mu’minuun (23): 12-14).

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput
yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39): 6).

2.4 Unsur – Unsur Manusia


1. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan
dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari
sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum
(sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-
Thariq:5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu
(alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kemudian diisi tulang dan dibalut lagi
dengan daging. Setelah ia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan
suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.
Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan,nilai-nilai kejiwaan
untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan
ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan
agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah:
168, SuratAl-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitasdari
segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi
materinya.

9
2. Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam
kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur
4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih
mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :
a. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)
b. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siapmenerima beban
perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya ia elalu
meningkatkan keimanannya terhadap Allah.Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha
untuk menganalisa wahyu Allahserta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya
setiap saat berartidia mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.
3. Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan
bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat
Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat185. Hadist menginformasikan bahwa ruh
manusia menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia
bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.
Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
a. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegasmemberikan pengertian
bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
b. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat
tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafslawwamah ini adalah jiwa yang
condong kepada dunia dan tak acuhdengan akhirat.
c. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnahini adalah jiwa
yang mengarah ke jalan Allah untuk mencariketenangan dan kesenangan sehingga hidup
berbahagia bersamaAllah.
4. Qalb
Al-Qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan
menurut Ibn Sayyidah berarti hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb dengan
dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang
berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung.
Sedangkan arti yang keduaadalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan
10
rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan
dan arif.
5. Akal
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alaman sedangkan mengingat Tuhan
adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan saya rohani untuk
dapat memahami kebenaran sehingga manusia dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi
yang bersatu dengan kebenaran ilahi.

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Hidup Manusia


Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap di
bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran, dan tugas yang
telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumi, Karena manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa melepas
tanggung jawab.
1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan
oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum dalam suatu
ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia (Q.S Al-
Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya
seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian
berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa segumpal daging
seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat, maka
diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan
celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR.
Bukhari).20
Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah dapat
menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah Tuhan. Oleh
sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan
antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak
menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah.

11
Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah.
Allah tidak menciptakan manusia selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya
(Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena
itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai
pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan
manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi yang
paling bijak (struggle for the wisest).
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari kiamat nanti
mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan
bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri
namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah diartikan
pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa Arab, kalimat “Allah
menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu
yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah
menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada manusia.
Di samping arti ini khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata
khalifah dengan arti pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah
mengangkat Nabi Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan
adil dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk yang
paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para malaikat,
sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah
[2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah
pada Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan
menciptakan kemaslahatan manusia sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30]
bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.

12
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu merupakan
kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk
itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat
dikemukakan yaitu:
1. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena kekhususan
Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu
pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai
firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka menjawab: "Maha
suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
2. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban dari
amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat yang
ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan
tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta pelajaran
kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang keadaan sebelum
mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua
perbuatan yang dilakukan akan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, didapatkan kesimpulan mengenai "Hakekat
Manusia dan Tugas Penciptaannya" bahwa:
1. Hakekat manusia dalam Islam yaitu sebagai Khalifah di bumi dan untuk beribadah
kepada Allah SWT yang mampu merubah bumi ini kearah lebih baik.
2. Esensi dan martabat manusia sangat berbeda dengan makhluk lainnya, karena manusia
memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan.
3. manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum
makhluk biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan, serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami
kematian.Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari tanah
yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup.
4. Unsur - unsur manusia terdiri dari jasad, ruh (sejenis makhluk/ciptaannya), nafs, qalb
(berubah) dan akal.
5. Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap di
bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran, dan tugas
yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia yaitu tanggung jawab
sebagai hamba Allah dan sebagai Khalifah di muka bumi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan. Maka dari
itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah kami ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi., dkk. (2012). Buku Teks Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Departemen Agama.

Muhibbin, Z, dkk. (2012). Pendidikan Agama Islam. Surabaya:ITS Press.

Nadlif.A dan Amrullah.M. (2017). Buku Ajar Al-Islam dan Kemuhamadiyaahan-1. Sidoarjo:
Umsida Press.

Rachmat.N. (2009). Islam dan Pembentukan Akhlak Mulia. Depok: Ulinnuha press.

Zakiah., dkk. (2015). Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.
Medan: CV. Putra Maharatau.

15

Anda mungkin juga menyukai