Anda di halaman 1dari 10

HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

Makalah diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu :
Dr. Sulaiman, M.Pd.

Oleh Kelompok 1/ Kelas 19:


1. Joshita Ebtharia Nova 230110301017
2. Istahsanah Zulfa Kamilah 230210104059
3. Ramadhani Eka 230803104035
4. Desvica Faren M 230710101396
5. Nafisa Alifia Tari 230710101438
6. Nindi Purwaningtya 230110301016
7. Yeni Fatmawati 230803102046

UNIVERSITAS JEMBER
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan
Agama Islam di Universitas Jember.

Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penyusun semata-mata.
Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan pengetahuan


masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bisa lebih bermanfaat.

Jember, 28 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Pengertian...............................................................................................................................5
2.2 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna baik secara
jasmani maupun rohani. Di dalam Al-Qur’an Allah mengisyaratkan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia. Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini bukan hanya sebagai
aksesoris belaka, bukan pula untuk menyembah sang pencipta-Nya saja. Disamping itu manusia
juga memiliki tugas sebagai pengelola dan memanfaatkan kekayaan alam yang terdapat di bumi
agar manusia dapat hidup sejahtera dan makmur dari lahir dan batinnya.

Maka, untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di bumi Allah SWT membekali
manusia dengan seperangkat potensi. Pendidikan Islam dapat menjadi salah satuupaya manusia
yang sengaja dipersembahkan kearah pengembangan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut
secara maksimal senhingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret atau dengan kata lain,
manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya,
masyarakat, serta lingkungannya dimana ia tinggal, sebagai realisasi bahwa penciptaan manusia
sebagai khalifah di bumi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hakikat dan manusia?
2. Apa tujuan penciptaan serta fungsi dan peran manusia?
3. Bagaimana proses penciptaan manusia dalam Islam?
4. Bagaimana fitrah dan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT?
5. Bagaimana konsep insan kamil dalam pendidikan islam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2. Mengetahui tujuan penciptaan manusia berserta fungsi dan peran manusia.
3. Mengetahui proses penciptaan manusia dalam Islam.
4. Mengetahui fitrah dan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
di bumi.
5. Mengetahui konsep insan kamil dalam Pendidikan Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hakikat adalah suatu konsep yang mencakup pemahaman tentang hakikat manusia, ciri-
cirinya, potensinya, dan pengembangan potensi tersebut. Beberapa filsuf berpendapat bahwa
sifat manusia mencakup aspek-aspek seperti kebebasan, kesadaran, dan kemampuan berpikir.
Meski sumber yang diberikan tidak merinci, namun majalah tersebut menyebutkan esensi
mengacu pada hakikat atau hakikat keberadaan manusia dan ciri khasnya yang sebenarnya.

Manusia adalah makhluk yang dianggap sebagai makhluk terpenting dalam Islam.
Manusia mempunyai sifat, sifat, potensi, dan kemampuan untuk mengembangkan potensinya.
Para filsuf juga berpendapat bahwa manusia menempati tempat khusus dalam penciptaan. Dalam
Islam, masyarakat dipandang sebagai khalifah duniawi, yang bertanggung jawab atas amanah
Tuhan.1

2.2 Tujuan Penciptaan


Penciptaan manusia memiliki beberapa tujuan, antara lain aspek spiritual dan tanggung
jawab sosial. Menurut penelitian, Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi dan
bermaksud menjadikan mereka hamba-hamba yang beribadah kepada Tuhan, menyejahterakan
bumi untuk kemaslahatan umat manusia, dan menjaga alam. Peran manusia sebagai Khalifah
antara lain mencakup kepemimpinan, pengelolaan alam, dan tanggung jawab terhadap hewan,
tumbuhan, dan sumber daya alam lainnya.

Manusia mempunyai misi untuk mengelola Bumi sesuai ajaran agama dan menjamin
stabilitas serta kelangsungan kehidupan di Bumi. Lebih lanjut, tujuan penciptaan manusia juga
mencerminkan nilai-nilai pendidikan yang tinggi yang berpusat pada ibadah kepada Allah,
kepemimpinan yang bertanggung jawab dan amanah (amana) untuk memperkuat keimanan dan
kesadaran spiritual manusia.2

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia. Makhluk yang
memiliki kemampuan untuk berpikir, yang memiliki sebutan ciptaan tiga dimensi, yang terdiri
dari jasad atau badan, ruh, dan anugerah kemampuan adanya akal. Tiada makhluk yang lebih
bagus dari manusia, serta memiliki akhlak yang baik. Dengan segala daya hidup, rasa ingin tahu,
berkehendak bisa bertutur kata, indra pendengaran yang sempurna, melihat serta berpikir, dan
mengambil sebuah keputusan yang benar.

1
Siti Khasinah. (2013). Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat. IAIN Ar-Raniry
2
Diakses dari https://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/103/87
Fisik sehat dan kuat, mental sehat yang terkait dengan kesejahteraan fisik. Tubuh yang
kuat dan kokoh juga merupakan keterkaitan dengan sifat lain dari seorang muslim yang
sempurna: menguasai seni yang memperoleh makanan hidup. Orang yang cerdas dibedakan
berdasarkan kemampuannya dalam memecahkan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan
orang yang cerdas dibedakan berdasarkan pengetahuan dan kemampuannya dalam mengambil
keputusan yang tepat. Semua yang ada di dunia ini adalah anugerah dari Tuhan. Ketika
seseorang shalat, ia berdoa dengan khusyuk (al Mu'min ayat 1-2); ketika mereka mengaku
kepada Allah, hati mereka menjadi lembut (al-Zumaryat 23); ketika mereka menyebut Allah, hati
mereka menjadi teguh (al Hajj ayat 34–35); ketika mereka membaca firman Tuhan, mereka
menjadi bijaksana dan bijaksana (al Hajj ayat 34–35). (Ayat 58 dalam Surat Mariam dan 109
dalam Al-Isro). Ini adalah karakter utama.

Allah menciptakan manusia dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Menurut


Mochamad Ngemron, umat manusia terbagi dalam tujuan sebagai berikut:

1. Menjaga keutuhan;

2) Untuk menghindari terjatuh;

3) Memiliki moralitas yang kuat;

4) Menjadi bagian dari seluruh dunia;

5) Memiliki jiwa yang tangguh;

6) Menjadi manusia yang sempurna dengan lewat pemberian wahyu.3

2.3 Proses Penciptaan Manusia dalam Islam

Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna di muka bumi ini. Manusia
diberikan kemuliaan dan kebaikan yang luar biasa, sesuai dengan ayat ke-70 dari Surat Al-Isra.
Allah memerintahkan manusia untuk mengamati proses penciptaan mereka, termasuk asal-usul
mereka yang terbuat dari tanah dan saat mereka berada di dalam rahim. Konsep penciptaan
manusia dimulai dari Nabi Adam. Selanjutnya, istrinya yang bernama Hawa diciptakan oleh
Allah dari tulang rusuk Adam, hingga menjadi dasar bagi keturunan manusia yang pernah ada
dan saat ini masih hidup di dunia. Allah menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa manusia diciptakan
dari tanah dan akan kembali ke tanah, seperti yang diungkapkan dalam surat Thā Hā (20:55) dan
Nuh (71:17-18). 4

Penciptaan manusia dimulai dengan pembentukan nutfah, yang terjadi di dalam sel-sel
reproduksi. Nutfah ialah air mani atau satu tetes mani. Kemudian sperma (cairan yang dihasilkan
oleh laki-laki) dan sel telur (milik perempuan) bercampur. Keduanya bergabung dalam rahim
3
Ibid, hal.51
4
Bahrum Subagiya, Didin Hafidhuddin,& Akhmad Alim, “Internalisasi Nilai Penciptaan Manusia dalam Al-Qur’an
dalam Pengajaran Sains Biologi.” Jurnal Pendidikan Islam. Vol.11 No.2, 2018, hal. 191 & 198.
perempuan, dan menjadi tempat bagi embrio dan janin untuk tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hajj (22) ayat 5, proses penciptaan manusia dari tanah,
kemudian terbentuklah setetes mani, segumpal darah, segumpal daging yang sempurna atau tidak
sempurna, ditetapkan dalam rahim sesuai kehendak-Nya hingga waktu yang ditentukan. Setelah
itu, manusia dilahirkan sebagai bayi, dan secara bertahap tumbuh menjadi dewasa, ada juga yang
mengalami kematian atau uzur, hingga lupa ingatan.

Pertumbuhan embrio dimulai dengan perubahan bentuk menjadi segumpal daging yang
disebut mudgah. Proses ini dimulai pada hari ke-24 atau 26, dan pada hari ke-28, tonjulan mulai
tumbuh di punggung embrio. Pada usia enam minggu, embrio sudah bisa berbalik dan berputar
di dalam rahim. Sementara organ-organ seperti bibir, mata, dan lidah mulai terbentuk. Kaki dan
tangan juga mulai terlihat, jantung pun mulai berdetak di usia minggu kelima. Plasenta mulai
dikembangkan embrio, dan pada minggu keenam, tulang-tulang mulai terbentuk menjadi mirip
manusia. Bentuk manusia semakin jelas pada minggu ketujuh ketika kerangka mulai terbentuk.
Masa mudgah berlangsung dari hari ke-40 hingga ke-45, di mana pembentukan tulang dan
perkembangan otot semakin memperjelas penampilan manusia, lengan dan bagian kepala juga
semakin terlihat dengan munculnya bibir dan mata.

Janin pada minggu ke-19 hingga ke-12 mengalami penyesuaian ukuran pada kaki, kepala,
dan badannya. Organ kelamin luar juga terlihat pada minggu kesepuluh. Tulang tengkorak mulai
mengeras, lengan serta jari-jari janin mulai terpisah pada minggu kedua belas. Janin sudah
mampu bergerak sesuai dengan perkembangan ototnya. Pada minggu ke-16 janin dapat meraih
jari-jarinya dan melakukan gerakan seperti menyepak ataupun jungkir balik. Organ dan sistem
tubuh janin berfungsi pada masa ini. Antara minggu ke-22 hingga 26, janin telah siap untuk
hidup di luar rahim setelah masa kehamilan lebih dari enam bulan. Sistem sarafnya sudah
mampu mengatur suhu tubuh, yang pertama berkembang adalah indra pendengarannya. Pada
usia minggu ke-24, janin sudah dapat mendengar. Setelahnya, minggu ke-28 indera
penglihatannya mulai berkembang. Hingga bayi tersebut dilahirkan dengan sempurna laki-laki
atau perempuan sesuai kehendak Allah SWT.5

2.4 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah

Persyaratan penting yang harus dipatuhi oleh umat manusia hingga hari terakhir
kehidupan mereka untuk memulai tugas mereka sebagai khalifah Allah di muka bumi:

1) Untuk melindungi diri sendiri, umat manusia harus menerapkan pelajaran yang didapat pada
seluruh entitas umat manusia sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan adil:

5
Agus Suyadi Raharusun, “Kajian Psikosufistik Terhadap Penciptaan Manusia dalam Islam.” Jurnal Studi
Psikoterapi Sufistik. Vol. 6 No. 1, 2021, hal.6-7.
2) Bumi Merawat Sebagai umat Islam dan pengikut Allah yang setia, kita mempunyai kewajiban
untuk menghormati perempuan karena merekalah sumber segala sesuatu yang ada dan
diturunkan oleh Allah, dan Allah tidak menghargai perempuan yang menyebabkan perselisihan.6

2.5. Konsep Insan Kamil

Insan Kamil merupakan konsep yang berasal dari tradisi filosofis dan spiritual Islam dan
mengacu pada orang yang mencapai kesempurnaan atau keutuhan dalam segala aspek
kehidupan. Konsep ini menekankan pentingnya mengintegrasikan aspek fisik, mental,
emosional, dan spiritual untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan sejati.

Insan Kamil tidak hanya memiliki berbagai keterampilan dan pengetahuan, namun juga
menjalani kehidupan yang seimbang dan mampu mengatasi cobaan dan kesengsaraan dengan
kesabaran dan kebijaksanaan. Dari sudut pandang ini, bagi umat Islam, proses pencerahan
manusia dengan menerima rahmat dan bimbingan dari Allah SWT merupakan tujuan utama
dalam hidup.

Berikut elemen elemen kunci dari Insan Kamil ialah

1. Syariat: Menekankan pentingnya syariat sebagai aspek dasar untuk mencapai realitas. Dia
percaya bahwa kepatuhan terhadap Syariah sangat penting untuk pertumbuhan
spiritual dan realisasi potensi seseorang.

2. Tarekat: Di samping Syariah, tariqat juga menjadi kunci yang mengacu pada jalan spiritual
atau cara yang harus dilalui oleh individu dalam perjalanan mereka menuju
kesempurnaan spiritual.

3. Hakikat: Elemen ketiga dalam konsep Insan Kamil hakikat ialah sesuatu yang menunjukkan
kebenaran atau realitas tertinggi yang harus dipahami dan diwujudkan oleh setiap
individu dalam perjalanan spiritual mereka.

Ketiga elemen ini - syariat, tarekat, dan hakikat - membentuk kerangka dasar yang
melaluinya individu dapat berkembang menjadi Insan Kamil, manusia ideal yang telah
merealisasikan potensi spiritual mereka dan bertujuan untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan.

Konsep Insan Kamil, seperti yang dijelaskan oleh Abdul Karim al-Jili, menyajikan
sebuah cita-cita spiritual yang berakar pada mistisisme Islam. Ketika disandingkan dengan
gagasan sekularisme modern, beberapa poin kontras muncul:

1. Fokus pada Pusat Ilahi vs Otonomi Manusia: Insan Kamil, seperti yang dibayangkan oleh al-
Jili, menempatkan Tuhan sebagai pusat eksistensi manusia, dengan Nabi Muhammad sebagai

6
⁶ Atik Mardiati, Nurwadjah Ahmad, & Andewi Suhartini,” Konsep Peran dan Tanggung Jawab dalam Kehidupan
di Dunia dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam” (Bandung: Jurnal NARATAS , 2021) , h. 51.
teladan bagi umat manusia. Sebaliknya, sekularisme sering kali menekankan otonomi
manusia dan pemisahan antara lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintahan.

2. Kemajuan Spiritual vs Kemajuan Material: Konsep Insan Kamil menggarisbawahi pentingnya


pertumbuhan spiritual dan realisasi potensi seseorang di alam ilahi. Sebaliknya, sekularisme
cenderung memprioritaskan kemajuan material, kemajuan ilmu pengetahuan, dan kebebasan
individu dalam kerangka kerja sekuler .

3. Bimbingan dari Teks Suci vs Rasionalisme: Al-Jili menekankan peran dasar Al-Quran dan
Sunnah dalam upaya mencapai Insan Kamil, dengan menyoroti pentingnya bimbingan ilahi.
Sebaliknya, sekularisme cenderung memprioritaskan rasionalisme, penyelidikan ilmiah, dan
akal manusia sebagai sumber utama pengetahuan dan bimbingan.

4. Standar Moral vs Relativisme: Konsep Insan Kamil menjunjung tinggi standar moral yang
berasal dari sifat-sifat Tuhan sebagai puncak pencapaian manusia. Sebaliknya, sekularisme
mungkin menganut relativisme dan pemisahan nilai-nilai moral dari dasar-dasar agama atau
metafisik.

Pada intinya, sementara konsep Insan Kamil berfokus pada kesempurnaan spiritual dan
kedekatan dengan Ilahi, sekularisme modern sering menekankan otonomi individu, rasionalisme,
dan kemajuan material dalam kerangka kerja sekuler. Kedua perspektif ini menawarkan lensa
yang berbeda untuk memahami eksistensi manusia dan organisasi masyarakat.7

7
Nur Hadi Ihsan, Fachri Khoirudin, dan Amir Reza Kusuma,”Konsep Insan Kamil Al-Jilli Dan Tiga Elemen
Sekularisme” (Gontor: Jurnal Of Islamic Studies , 2022) , pp 48-65. V5i4.323.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Hakikat manusia merupakan konsep yang melibatkan pemahaman mendalam tentang


sifat, ciri-ciri, potensi, dan pengembangan manusia. Filsafat dan pandangan agama, seperti Islam,
memberikan landasan untuk memahami peran manusia sebagai khalifah dan tanggung jawabnya
terhadap alam dan sesama. Manusia dianggap sebagai makhluk paling mulia, diberikan
kemuliaan oleh Allah, dengan misi untuk menjaga Bumi sesuai ajaran agama.

Penciptaan manusia memiliki tujuan spiritual dan tanggung jawab sosial, termasuk
mengelola bumi dengan bijaksana. Konsep Insan Kamil dalam tradisi Islam menekankan
integrasi aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual untuk mencapai kebahagiaan dan
kesempurnaan. Berbagai elemen seperti syariat, tarekat, dan hakikat menjadi kerangka dasar
menuju kehidupan spiritual yang lebih baik.

Secara lebih umum, konsep Insan Kamil dapat berbeda dengan pandangan sekularisme
modern, yang lebih menekankan otonomi individu, kemajuan material, dan rasionalisme tanpa
berfokus pada dimensi spiritual dan moral yang tinggi. Bahwa hakikat manusia memiliki dimensi
spiritual yang signifikan, dan konsep Insan Kamil dalam Islam menciptakan kerangka untuk
mencapai kesempurnaan melalui keseimbangan antara aspek fisik, mental, emosional, dan
spiritual.

Anda mungkin juga menyukai