Anda di halaman 1dari 15

Hakekat Manusia Dalam Perspektif Islam

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu

Muhammad Nabil Khasbullah S. EI, M. Pd. I.

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Ilma Nafiah (22201147)


2. Alifia Putri M (22201148)
3. Riska Aprillia (22201149)
4. Ana Bila Jihan (22201150)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “HAKEKAT MANUSIA
MENURUT PERSPEKTIF ISLAM”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri
Kediri.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khusus nya kepada Dosen kami Bapak Muhammad Nabil Khasbullah S. EI, M. Pd. I.
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

Oleh karena itu dengan penuh kesadaran, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sebagai perbaikan dalam makalah ini, agar penulis dapat menyempurnakan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis.

Kediri, 28 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 2


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Hamba Allah ............................................................................... 3


B. Manusia Sebagai Makhluk Mulia ........................................................................... 3
C. Manusia Sebagai Kholifah ...................................................................................... 5
D. Manusia Sebagai Makhluk Yang Bertanggung Jawab ........................................... 6
E. Manusia Sebagai Pemelihara Dan Pelestari Alam .................................................. 8
F. Manusia Sebagai Makhluk Yang Harus Dan Dapat Didik ..................................... 11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Tuhan dibanding
makhluk ciptaan yang lain. Sejatinya kodrat manusia adalah makhluk monodualis,
disamping itu manusia sebagai makhluk individualis (individu) dan juga makhluk
sosial. Sedangkan Hakikat berasal dari kata Bahasa Arab yang berarti pokok atau inti.
Dengan kata lain, hakikat adalah sebagai ungkapan untuk menunjukkan makna
yang sebenarnya dan paling mendasar dari suatu benda, kondisi, ataupun
pemikiran.Jadi pengertian Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk
yang diciptakan oleh Allah SWT, memiliki berbagai potensi untuk tumbuh
berkembang menuju kepada kesempurnaan.
Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah orang yang tak henti-
hentinya mencari jawaban yang memuaskan tentang manusia itu sendiri, yaitu apa,
dari mana dan kemana Manusia itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia?
2. Bagaimana hakikat manusia dalam perspektif islam?
3. Bagaimana kemampuan memahami hakikat manusia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia


2. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut perspektif Islam
3. Untuk mengetahui mengenai kemampuan memahami hakikat manusia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)

Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta
karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia
sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga
harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah Bayyinah:

‫ص ٰلوةَ َويُؤْ تُوا ال از ٰكوة َ َو ٰذلِكَ ِديْنُ ْالقَ ِي َم ِة‬


‫الديْنَ ەۙ ُحنَف َۤا َء َويُ ِق ْي ُموا ال ا‬
ِ ُ‫ِصيْنَ لَه‬ َ ‫َو َما ٓ اُمِ ُر ْٓوا ا اَِّل ِليَ ْعبُدُوا ه‬
ِ ‫ّٰللا ُم ْخل‬

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus..." (QS:98:5).

Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan:

ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِجنُ َو‬


َُ ‫اْل ْن‬
ُ‫س اِْلُ ِل َي ْعبد ُْو ِن‬

"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku."
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan
mampu menjalanii perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.1

2. Manusia Sebagai Makhluk Yang Mulia


Hakikat Manusia sebagai Makhluk Mulia Manusia sebagai makhluk yang
dapat dididik dan mendidik (homo educandum) diimplementasikan pada kegiatan
pendidikan yan di dalamnya terdapat pendidik dan peserta didik sebagai objek utama
pendidikan. Peserta didik dalam perspektif pendidikan sering disebut sebagai manusia
yang belum dewasa, sehingga ia memerlukan pertolongan dari orang lain yang
dianggap dewasa. Proses pertolongan inilah yang disebut dengan Pendidikan.
Pendidikan berfungsi membantu perkembangan manusia menuju ke arah yang secara
normatif lebih baik. Hal ini tidak mungkin tercapai tanpa mengetahui hakikat
manusia. Pendidikan yang didasarkan atas pemahaman yang keliru mengenai hakikat
manusia akan berakibat fatal. Misalnya, menganggap manusia hanya sebagai makhluk
biologis. Hal ini tidak beda dengan para filsuf yang mengidentikkan manusia dengan

1
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1994. hal. 135

3
hewan yang memiliki kekhususan serta kelebihan tertentu. Dari pendapat tersebut
kemudian berkembang konsep bahwa manusia adalah binatang yang dapat dididik dan
mendidik. Kaitannya dengan hal ini, al-Qur’anُ memilikiُ perspektifُ yangُ berbedaُ
dengan menjelaskan bahwa manusia bukanlah binatang. Manusia diberi kemuliaan
(potensi) berupa fitrah, indra, akal, dan hati.
Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Rum/30
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui".
Dipertegas dalam QS Al-Hajj/22: 46.
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta ialah hati yang di dalam dada ".
Kedua ayat tersebut menjelaskan kemuliaan manusia tampak dalam tujuan
penciptaannya dan diberikan berbagai sumber daya insani (fitrah, pendengaran,
penglihatan, akal, dan hati) sebagai kelengkapan hidupnya. Namun semua itu masih
bersifat potensial yang harus dikembangkan dan diarahkan untuk mencapai tujuan
penciptaan manusia. Allah swt pada akhir ayat sangat mewanti-wanti upaya
pengembangan tersebut, sebab tidak sedikit
manusia gagal mencapai insan kamil (kesempurnaan) karena tidak mampu
menggunakan potensi yang diberikan sebagaimana mestinya. 2

3. Manusia Sebagai khalifah Allah

Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah al- Baqarah ayat
30:

ُ ‫سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد‬


‫ِس‬ َ ُ‫الد َم ۤا َۚ َء َونَحْ ُن ن‬
ِ ُ‫ض َخ ِل ْيفَةً قَالُ ْٓوا اَت َ ْجعَ ُل فِ ْي َها َم ْن يُّ ْف ِسدُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفك‬ َ ْ ‫َواِذْ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ٰۤل ِٕى َك ِة اِنِ ْي َجا ِع ٌل فِى‬
ِ ‫اَّل ْر‬
َ‫لَكَ قَا َل اِنِ ْٓي ا َ ْعلَ ُم َما ََّل ت َ ْع َل ُم ْون‬

2
[Al Qadri, Al Mushanif: Jurnal Pemdidikan Islam, Vol. 1, Makasar:2019]

4
"Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS:2: 30),
dan surah Shad ayat 26,

ِ‫ّللا‬ َ ‫ع ْن‬
ٰ ‫سبِ ْي ِل‬ ِ ‫ق َو َْل تَتَّبِ ِع ْال َه ٰوى فَي‬
َ َ‫ُضلَّك‬ ِ ‫اس بِ ْال َح‬
ِ َّ‫ض فَاحْ ُك ْم بَيْنَ الن‬ َ ْ ‫ٰي َداوٗ ُد اِنَّا َجعَ ْل ٰنكَ َخ ِل ْيفَةً فِى‬
ِ ‫اْل ْر‬

‫ب‬ َ ِ‫س ْوا يَ ْو َم ْالح‬


ِ ‫سا‬ ُ َ‫ش ِد ْي ٌد ٗبِ َما ن‬ َ ‫ّللا لَ ُه ْم‬
َ ٌ‫عذَاب‬ َ َ‫ضلُّ ْون‬
َ ‫ع ْن‬
ِ ٰ ‫سبِ ْي ِل‬ ِ َ‫ٗا َِّن الَّ ِذيْنَ ي‬

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.
Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. ..." (QS:38:26).

Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu merupakan anugerah dari
Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan beban untuk menjalankan fungsi
khalifah tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan."3

Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam


(bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap
kelestarian alam ini. seperti dijelaskan dalam surah al- Jumu'ah, "Maka apabila telah selesai
shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan carilah karunia Allah, dan ingatlah
Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (QS: 62: 10), selanjutnya dalam surah Al-
Baqarah disebutkan: "Makan dan minumlah kamu dari rezeki yang telah diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana di atas bumi." (QS: 2:60).

4. Manusia Sebagai Makhluk Yang Bertanggung Jawab

Manusiaُ mendapatُ anugerahُ duaُ potensiُ luarُ biasa,ُ yaituُ akalُ (‘aql)ُ danُ kehendak-
bebas (nafs). Ternyata dua potensi tersebut bisa menjadi penyebab keunggulan yang sukar
dibayangkan, namun sekaligus dapat menjadi kelemahan yang sangat fatal pula.4 Seperti
firman Allah:

َ‫سا ِفلِين‬
َ ‫أ َ ْسفَ َل‬ ُ‫َردَدْنَاه‬ ‫ث ُ ام‬ ‫ت َ ْق ِويم‬ َ ‫أ َ ْح‬
‫س ِن‬ ‫فِي‬ ِْ
َ ‫اْل ْن‬
َ‫سان‬ ‫َخلَ ْقنَا‬ ْ‫لَقَد‬

3
M. Quraish shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: mizan, 1994. hal. 162
4
Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-Pilar..., hal. 60-61.

5
“Sesungguhnyaُ kamiُ Telahُ menciptakanُ manusiaُ dalamُ bentukُ yangُ sebaik-baiknya.
Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.”ُ(QS.ُAt-Tin: 4-5)

Kalauُ dianalisisُ danُ dicermatiُ mengapaُ manusiaُ bisaُ jatuhُ menjadiُ “asfalaُ sâfilin”ُ
atau jatuh pada kedudukan yang serendah-rendahnya. Niscaya akan ditemukan sebabnya,
yaitu karena adanya dua potensi tersebut. Akal dan nafsu manusia memang potensi untuk
menjadikan manusia menjadi mahluk yang berprestasi tinggi luar biasa, namun sekaligus bisa
menyababkan mereka jatuh terpuruk menjadi lebih sesat, dan lebih rendah daripada binatang.
Tanpa akal dan hati nurani manusia seperti binatang. Ia pasti kehilangan kemampuannya
memilih hukum alam yang ia kehendaki. Dia pun akan kehilangan ilmu pengetahuan dan
kemampuan memanfaatkan apalagi merekayasa teknologi.

Manusia tidak hanya dikaruniai hidayah akal, lebih dari itu ia diberi hidayah agama
disamping potensi-potensi dasar lainnya seperti insting, pancaindra, dan nafsu. Manusia
sebagai khalifah Allah diberi karunia fitrah yang baik, ruh, disamping jasmani, kebebasan
memilih dan akal sebagai karakteristik yang membedakannya dari mahluk lainnya. Maka
kebijakan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah Allah di bumi adalah sangat tepat,
mengingat hidup dan kehidupan duniawi merupakan tempat ujian bagi manusia.

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang
mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan
kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa
yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah, manusia diberi
wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan
kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan
tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak
sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an),ُ maupunُ yangُ tersiratُ dalamُ kandungan alam semesta
(al-kaun). Seorang wali yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.

6
Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di
hadapan yang diwakilinya,

sebagaimana firman Allah dalam Q.S : 35 (Faathir : 39):

ٰۤ
‫ضٗ فَ َم ْن َكف ََر فَ َعلَ ْي ِه ُك ْف ُرهٗٗ َو َْل َي ِز ْي ُد ْال ٰك ِف ِريْنَ ُك ْف ُر ُه ْم ِع ْن َد َر ِب ِه ْم‬ َ ‫ِي َج َعلَ ُك ْم خ َٰل ِٕى‬
ِ ‫ف فِى ْاْلَ ْر‬ ْ ‫ه َُو الَّذ‬
‫ارا‬
ً ‫س‬َ ‫ا َِّْل َم ْقتًا َۚٗ َو َْل َي ِز ْي ُد ْال ٰك ِف ِريْنَ ُك ْف ُر ُه ْم ا َِّْل َخ‬

Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang


kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah
dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan.
Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan makaakan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-
Nya dalam QS (at-tiin:ُ 4)ُ yangُ artinyaُ “sesungguhnyaُ kamiُ telahُ menciptakanُ manusiaُ
dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal
mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib
membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung
jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

5. Manusia Sebagai Pemelihara Dan Pelestari Alam

Padaُ dasarnyaُ “pendidikan”ُ tidakُ bisaُ terpisahkanُ dariُ lingkungan,ُ karenaُ sejakُ
manusia lahir secara langsung dalam interaksi dan membuhtukan lingkunganuntuk tumbuh
dan berkembang menjadi manusia dewasa. Sehingga pola pikir manusia telah dikontruk oleh
segala sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungannya. Dengan demikian, keberadaan
lingkungan sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk melestariakan semua potensi yang
ada didalamnya.

Pendidikan islam harus menjadi pelopor dalam pengembangan kesadaran lingkungan,


karena konsep pendidikan lingkungan terlahir sejak islam dibawa oleh Nabi Muhammad

7
Saw. Dan al-qur’anُ mengajarkanُ bagaimanaُ seharusnya umat islam memperlakukan
lingkungan alam. Didalam Al-Qur’anُsurahُal-A’rafُayatُ56ُAllahُmenjelaskan:

٥٦ َ‫ّٰللا قَ ِريْبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِيْن‬ َ ‫ع ْوهُ خ َْوفًا او‬


ِ ‫ط َمعًا ا اِن َرحْ َمتَ ه‬ ُ ‫ص ََل ِح َها َوا ْد‬ ِ ‫َو ََّل ت ُ ْف ِسد ُْوا فِى ْاَّلَ ْر‬
ْ ِ‫ض بَ ْعدَ ا‬

“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-
Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan
orang-orangُyangُberbuatُbaik”.5

Sebagai agama yang rahmat lil al-‘alamin,ُ islamُ telahُ mengatur adab terhadap
lingkungan. Hal tersebut dapat ditemukan dalam prosesi pelaksaan ibadah haji.Ketika
jamaah haji mulai berniat melakukan ihram atau memasuki tanah Haram, maka para jamaah
pun tidak diperkenankan menumbangkan pepohonan, menyakiti binatang, bahkan rumput
sekalipun dilarang memetiknya. Selain itu Nabi Muhammad Saw pun juga sangat peduli
terhadap kelestarian hewan, sebagaimana halnya diceritakan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Daud. Nabi Muhammad memperingatkan seorang sahabat pada sat
perjalanan karena telah mengambil anak burung dari sarangnya, sehingga sang induk burung
mengikuti langkah ke manapun romobongan berjalan.

Melihatُ halُ tersebut,ُ nabiُ Muhammadُ Sawُ mengatakanُ “siapakahُ yangُ telahُ
menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya, kembalikanlah anak-anak burung
tersebutُkepadaُinduknya”.ُ

Berdasarkan keterangan tersebut, aturan-aturan dalam islam dengan jelas


menganjurkan manusia untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Maksud dari
aturan tersebut adalah untuk mencegah terjadinya musibah yang diakibatkan dari perusakan
lingkungan. Dalam melakukan interaksi dan pengolahan alam serta lingkungan, manusia
diberikan tiga amanat oleh Allah Swt, sebagai berikut:

a. Hubungan al-intifa’ُ artinyaُ manusiaُ ituُ dipersilahkanuntukُ mengambilُ manfaatُ dariُ


alam dan memanfaatkannya kembali untuk kemakmurandan kemaslahatan.
b. Hubungan al-i’tibar,ُ artinyaُ manusiaُ diperintahُ untukُ mengambilُ pelajaranُ dariُ
berbagai peristiwa alam
c. Hubungan al-islah, artinya manusia diwajibkan untuk terus menjaga dan memelihara
kelestaraian lingkungan itu.

5
Endang syarif nurulloh, pendidikan Islam dan Pengembangan Kesadaran Lingkungan,vol.7, jurnal penelitian
pendidikan islam, 2019,hal 239.

8
Artinya, manusia yang hidup ditengah-tengah lingkungan semesta alam dengan segala
kekuatan dan kekayaan yang ada didalamnya, seharusnya mampu menempatkan dirinya
untuk belajar dan menjaga alam.6Agama telah menyuruh manusia untuk tidak melakukan
perusakan terhadap lingkungan bahkan diperintahkan untukmenjaga kelestariannya untuk
menghindari terjadinya bencana alam. Dengan demikian sikap menjaga kelestarian
lingkungan merupakan sedekah yang sangat mahal untuk masa depan anak cucu secara
kesinambungan. Oleh karena itu, hendaknya nilai-nilai agama berbasis lingkungan tersebut
selalu ditanamkan kepada peserta didik dalam setiap pembelajaran agar tertanam di jiwa
mereka dan mengakar dengan kuat.

6. Manusia Sebagai Mahluk Yang Harus Dididik Dan Mendidik

Hakekat manusia adalah sebagai makhluk individu dan, terdiri dari unsur jiwa dan
raga yang diciptakan oleh Allah lewat hubungan orang tua untuk hidup bersama secara sah
lewat pernikahan, karena itu secara kodrati, orang tua harus mendidik anak-anaknya secara
bertanggung jawab.Orang tua tidak cukup hanya memberikan makan, minum,dan pakaian
kepada anaknya,tetapi harus berusaha bagaimana agar anaknya menjadi pandai,bahagia
berguna bagi masyarakat bangsa dan negara. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor
dari dalam dirinya dan faktordari luar. Faktor dari dalam meliputi semua potensi yang dibawa
sejak lahir, potensi ini tetap terpendam apabila tidak dikembangkan melalui
pendidikan,inipun juga tergantung dari kemauan. Jadi pendidikan fungsinya untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
perkembangan manusia yaitu lingkungan alam.Artinya lingkungan anak dengan anak,anak
dengan orang dewasa, orang dewasa dengan orang dewasa yang saling berinteraksi.

Dari hakekat ini jelas bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi
manusia. Oleh karena itu mengapa manusia perlu dididik maka dapat ditinjau dari berbagai
aspek. Pada permulaan kehidupan (masa bayi/anak-anak), mula-mula yang paling berperan
adalah dari segi fisik, kemudian secara berangsur-angsur segi rohani berganti memegang
peranan penting. Perkembang fisik individu ditentukan oleh dua faktor yaitu maturation
(kematangan) dan learning (belajar). Seorang anak akan dapat berjalan jika memiliki tulang-
tulang kaki dan otot yang cukup kuat disertai dorongan untuk berjalan adalah faktor

6
Endang syarif nurulloh, pendidikan Islam dan Pengembangan Kesadaran Lingkungan,vol.7, jurnal penelitian
pendidikan islam, 2019,hal 242

9
kematangan. Tetapi kematangan itu sendiri belum cukup untuk memiliki kemampuan untuk
berjalan, ia harus belajar terus dan dibantu oleh orang lain.7

Manusia adalah subjek pendidikan dan sekaligus pula sebagai objek pendidikan,
sebagai subjek pendidikan manusia (khususnya manusia dewasa) bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pendidikan secara moral berkewajiban atas perkembangan pribadi anak-
anak mereka, generasi penerus, manusia dewasa yang berfungsi sebagai pendidik
bertanggung jawab untk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai
yang dikehendaki manusia tempat pendidikan berlangsung. Sebagai objek pendidikan,
manusia (khususnya anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan pendidikan,
yang pada hakekatnya memiliki pribadi yang sama seperti manusia dewasa, namun karena
kodratnya belum berkembang. Proses pendidikan merupakan interaksi pluralistis antara
manusia dengan manusia, dengan lingkungan alamiah, sosial dan kultural akan sangat
ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai subyek dalam masyarakat
dan di alam semesta ini memiliki tanggung jawab besar dalam mengemban amanat untuk
membina dan mengembangkan manusia sesamanya. Memelihara lingkungan hidup bersama
merupakan tanggung jawabmanusia atas martabat kemanusiaannya.

Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan
memperoleh pendidikan, yaitu : (1) Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya,
manusia begitu lahir ke dunia perlu mendapatkan uluran orang lain untuk dapat
melangsungkan hidup dan kehidupannya. (2) Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk
sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus memerlukan
waktu lama. (3) Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup
tanpa berinteraksi dengan manusia lain.Selain itu, manusia tidak akan berperilaku manusia
seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan,
dimanapun hewan dibesarkan akan tetap memiliki perilaku hewan, seekor kucing yang
dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berprilaku kucing, tidak akan berperilaku
anjing. Karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan
seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan yang lainnya.

7
Zainuddin Rifai, file:///C:/Users/user/Documents/mengapa-manusia-harus-dididik-1.html, 2008.

10
Pendidikan hanya akan menyentuh perilaku manusiawi yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

1. Manusia memiliki kesadaran untuk menguasai hawa nafsunya.


2. Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga menjadikan ia sebagai makhluk berbudaya.
3. Manusia memiliki kesadaran diri. Manusia dapat menyadari sifat-sifat yang ada pada
dirinya,dalam arti, manusia dapat mengadakan instropeksi.
4. Manusia adalah makhluk sosial. Ia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-
sama berorganisasi dan bernegara.
5. Manusia memiliki bahasa, simbolis, baik secara tertulis maupun lisan.
6. Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika). Manusia dapat berbuat
sesuai denga nilai-nilai tersebut. Manusia memiliki perasaan atau hati nurani.8

Manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta alam
semesta. Manusia dapat menghayati kehidupan beragama, yang merupakan nilai yang paling
tinggi dalam kehidupan manusia. Dengan ciri-ciri itulah manusia dapat dididik dan dapat
memperbaiki perilakunya dalam suatu bentuk pribadi yang utuh. Hanya manusialah yang
dapat dididik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan.

8
Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 132 .

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan berbeda. Ayat-ayat
Al-Qur'an menjelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia. Kemudian Allah
“menyempurnakan”ُ kesempurnaanُ ciptaanُ manusiaُ denganُ menunjukُ manusiaُ diُ
muka bumi sebagai khalifah untuk mengatur dan memanfaatkan alam. Tuhan juga
membekali manusia dengan berbagai pilihan yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Diantara potensi tersebut adalah potensi
emosional, potensi fisik. Potensi intelektual dan potensi spiritual. Semua potensi
manusia ini harus dikembangkan sesuai dengan misi dan tujuan yang diberikan
Tuhan. Terdapat perbedaan pandangan dan pendapat tentang perkembangan potensi
manusia, seperti pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan sosial. Manusia tidak
hanya memiliki kemampuan yang berbeda, tetapi juga sifat atau karakteristik yang
berbeda yang membedakannya dari hewan, yang merupakan manifestasi dari sifat
manusia.

B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan menjadi
bahan evaluasi untuk kedepannya, sehingga bisa terus menghasilkan penelitian yang
bisa bermanfaat bagi banyak orang.

12
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1994.
hal. 135
M. Quraish shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: mizan, 1994. hal. 162
Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-Pilar..., hal. 60-61.
Endang syarif nurulloh, pendidikan Islam dan Pengembangan Kesadaran Lingkungan,vol.7,
jurnal penelitian pendidikan islam, 2019,hal 239.
Zainuddin Rifai, file:///C:/Users/user/Documents/mengapa-manusia-harus-dididik-1.html,
2008.
Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 132 .

13

Anda mungkin juga menyukai