Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

POTENSI MANUSIA DALAM BELAJAR PERSPEKTIF

AL-QUR’AN DAN HADITS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Dan Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu: Miftahul Huda M.Ag.

Disusun oleh :

1. M. Gilang Ramadhan (20122074)


2. Mohammad Bagus Habibi (20122080)

KELAS H

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN 2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-
Nya yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Tafsir
dan Hadits Tarbawi yang membahas tentang Potensi Manusia Dalam Belajar Perspektif Al-
Qur’an Dan Hadits dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, bagi dosen pengampu mata kuliah kami Bapak Miftahul Huda M.Ag
kami meminta masukannya demi kebaikan pembuatan makalah ini dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca demi terciptanya makalah yang sempurna.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa di UIN K.H.
Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekalongan, 29 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu elemen kunci dalam perkembangan masyarakat dan
individu. Hal ini tidak hanya mencakup transfer pengetahuan, tetapi juga pengembangan
potensi manusia secara keseluruhan. Untuk mencapai pendidikan yang efektif dan bermakna,
penting untuk memahami potensi manusia dalam konteks pembelajaran. Dalam tradisi Islam,
Al-Qur'an dan Hadits adalah sumber utama panduan untuk kehidupan manusia, termasuk
dalam aspek pendidikan. Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang mengandung pedoman untuk
kehidupan manusia, sementara Hadits adalah catatan tentang ajaran dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW. Perspektif Al-Qur'an dan Hadits memiliki banyak wawasan tentang
bagaimana manusia dapat mengembangkan potensinya dalam konteks pendidikan.

Makalah ini akan mengulas pandangan Al-Qur'an dan Hadits tentang potensi manusia
dalam belajar. Selain itu, makalah ini juga akan menggambarkan relevansi perspektif ini
dalam konteks pendidikan modern dan bagaimana penerapannya dapat memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan individu dan masyarakat. Dengan memahami
pandangan Al-Qur'an dan Hadits tentang potensi manusia dalam belajar, kita dapat lebih baik
mengenali nilai-nilai yang harus dihormati dalam pendidikan Islam dan bagaimana kita dapat
menerapkannya dalam praktik pendidikan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa nilai-nilai dan pandangan utama dalam Al-Qur'an dan Hadits yang relevan dengan
pengembangan potensi manusia dalam belajar?
2. Bagaimana Al-Qur'an memandang potensi manusia dalam konteks pembelajaran?
3. Apa pandangan Hadits tentang peran pendidikan dalam mengembangkan potensi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menggali dan menganalisis pandangan Al-Qur'an dan Hadits tentang potensi
manusia dalam belajar.
2. Menjelaskan pandangan Al-Qur'an tentang potensi manusia dalam belajar dan bagaimana
hal ini berkaitan dengan konsep pendidikan dalam Islam.
3. Menganalisis pandangan Hadits tentang peran pendidikan dalam mengembangkan potensi
individu dan nilai-nilai yang harus ditanamkan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Manusia dan Alat-alat Potensial Manusia


1. Potensi Manusia
Didalam kamus besar Bahasa Indonesia, menyebutkan makna kata potensi adalah
suatu kemampuan yang memungkinkan kita untuk dikembangkan. Pada setiap manusia
memiliki potensi dasar untuk beriman kepada Allah dan menjalani kehidupan yang baik
sesuai ajaran atau tuntunan nabi Muhammad SAW. Konsep ini memiliki dampak yang dalam
dan luas dalam pemahaman agama Islam juga pandangan tentang manusia serta bagaimana
mereka harus mengarahkan hidup mereka.1

Sedangkan Kata fithrah sendiri berasal dari bahasa Arab ‫ فط;;ر‬yang artinya sifat
bawaan setiap sesuatu dari awal penciptaannya. Fithrah bisa juga memiliki pengertian
"agama" maksudnya adalah bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat dasar untuk
memiliki kecenderungan beragama tauhid, artinya memiliki kecenderungan dasar untuk
meyakini adanya dzat yang Maha Esa sebagai Tuhan dan penciptanya yang patut dan wajib
disembah dan diagungkan.2

Sebenarnya semenjak lahirnya manusia sudah dianugerahi fithrah atau potensi untuk
menjadi baik. Senada dengan hal itu, anak yang baru lahir berada dalam keadaan suci tanpa
noda dan dosa. Selanjutnya, apabila di kemudian hari dalam perkembangannya anak menjadi
besar dan dewasa dengan sifat-sifat yang buruk, maka hal itu merupakan bisa jadi akibat dari
pendidikan keluarga yang kurang berhasil, lingkungan dan juga kawan-kawan sepermainan
yang seharusnya mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya malah terkadang
memberikan dampak sifat-sifat buruk tersebut.

Setiap manusia yang dilahirkan pastilah memiliki dasar yang dibawanya semenjak
awal kejadiannya sesuai dengan pernyataan Allah dalam Al-Qur'an Surat As-Syams: 8

‫َفَأْلَهَم َها ُفُجوَر َها َو َتْقَو ٰى َها‬

Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan(buruk) dan
ketakwaannya”.
1
Lauis Ma’luf, Al-Munjid Mu’jam Mudarsi Al-Lughah al-‘Arabiyah (Beirut: Mathba’ah Katulikiyah, 1951)
hlm. 620.
2
Juwariyah, Hadis Tarbawi (Sleman: Teras, 2010) hlm. 1

2
2. Alat-alat Potensial Manusia

Allah menganugerahkan manusia berupa alat-alat potensial untuk memperoleh ilmu


pengetahuan.3 Hal ini terdapat pada Qs. An-Nahl: 78

‫َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّو َج َعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَدَةۙ َلَع َّلُك ْم‬
‫َتْشُك ُرْو َن‬

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur”.

Allah telah memberikan manusia sebuah telinga, mata dan hati untuk mencari ilmu
dan memanfaatkan alat-alat potensi tersebut dengan baik dan benar. Alat potensial lainnya
untuk memperoleh pengetahuan adalah Al-‘Aql (akal) dan Al-Qalb (kalbu). Akal bukanlah
otak, namun akal merupakan daya nalar dan pemikiran.4

B. Potensi Manusia Dalam Belajar Perspektif Al-Qur’an

Setiap manusia diberi potensi (fitrah) untuk menjadi positif dan negatif. Agar potensi
positif dapat berkembang dengan optimal maka nabi mewajibkan umatnya untuk belajar atau
mencari ilmu semenjak usia dini. Belajar merupakan hal yang sangat penting agar terciptanya
kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Tanpa belajar manusia tidak akan dapat
melewati sebuah tantangan atau ujian. Hal ini didasarkan pada perintah Allah tentang belajar
pada Qs. Al-Alaq: 1-5.

‫ ِاۡق َر ۡا َو َر ُّبَك اَاۡلۡك َر ُۙم ◌ اَّلِذ ۡى َع َّلَم ِباۡل َقَلِۙم ◌ َع َّلَم‬٢ ۚ‫ َخ َلَق اِاۡل ۡن َس اَن ِم ۡن َع َلٍق‬١ ۚ ‫ِاۡق َر ۡا ِباۡس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ۡى َخ َلَق‬
‫◌اِاۡل ۡن َس اَن َم ا َلۡم َيۡع َلم‬

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
3
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018) hlm. 38.
4
Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan... hlm. 39.

3
Kata "iqra'" atau perintah untuk membaca yang terdapat dalam ayat tersebut muncul
dua kali, pertama kali untuk merangsang belajar hal-hal yang belum diketahui, dan kedua kali
untuk mendorong berbagi pengetahuan dengan orang lain. Salah satu cara untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yaitu dengan belajar. Allah menciptakan manusia dengan alat
potensi yaitu akal dan hati agar manusia mampu memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk memanfaatkan potensi yang ada dalam diri manusia, diperlukan
upaya maksimal dalam proses pembelajaran. Setelah pengetahuan diperoleh melalui
pembelajaran, tugas berikutnya adalah menyebarkannya dengan cara yang memungkinkan
semua potensi yang dimiliki dapat dimaksimalkan.

Karena itu, peran orang tua dan orang dewasa dalam mengembangkan potensi sangat
berpengaruh bagi generasinya. Melalui belajar dan bimbingan yang baik kepada generasi
tersebut agar kecenderungan taqwa dalam diri generasi tersebut mampu tumbuh dan
berkembang. Selain itu, Al-Qur'an juga mengindikasikan bahwa manusia memiliki potensi
baik dan buruk. Pada dasarnya, potensi positif dalam diri manusia lebih kuat daripada potensi
negatifnya. Namun, seringkali godaan untuk melakukan perbuatan buruk lebih kuat daripada
dorongan untuk berbuat baik.5

Al-Qur'an mengungkapkan potensi positif dan negatif dalam beberapa ayat, dan di
antaranya, terdapat dua ayat yang menyoroti potensi positif manusia.6

Qs. At-Tin: 4

‫َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِفٓى َأْح َس ِن َتْقِو يٍم‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”

Qs. Al-Isra: 70

‫َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِنْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْلٰن ُهْم ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقٰن ُهْم ِّم َن الَّطِّيٰب ِت َو َفَّض ْلٰن ُهْم َع ٰل ى َك ِثْيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا‬
‫َتْفِض ْياًل‬

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami

5
Juwariyah, Hadis Tarbawi... hlm. 3
6
Aan Najib, Tafsir Tarbawi (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2013) hlm. 135.

4
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna”.

Di samping itu, banyak juga ayat Al-Qur’an yang mencela manusia dan memberikan
cap negatif terhadap manusia. Di antaranya adalah manusia amat aniaya serta mengingkari
nikmat.7 Q.S. Ibrahim: 34

‫َو ٰا ٰت ىُك ْم ِّم ْن ُك ِّل َم ا َس َاْلُتُم ْو ُۗه َو ِاْن َتُع ُّد ْو ا ِنْع َم َت ِهّٰللا اَل ُتْح ُصْو َهۗا ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلَظُلْو ٌم َك َّفاٌر‬

Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.

Qs. Al-Kahfi: 54

‫َو َلَقْد َص َّر ْفَنا ِفْي ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن ِللَّناِس ِم ْن ُك ِّل َم َثٍۗل َو َك اَن اِاْل ْنَس اُن َاْكَثَر َش ْي ٍء َج َد اًل‬

Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.

Sebenarnya, dua potensi manusia yang saling bertolak belakang ini diakibatkan oleh
perseteruan di antara tiga macam nafsu, yaitu nafsu ammarah bi as-suu’ (jiwa yang selalu
menyuruh kepada keburukan), terdapat dalam Q.S. Yusuf ayat 53. Nafsu lawwamah (jiwa
yang amat mencela), terdapat dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 1-2. Dan nafsu muthma’innah
(jiwa yang tenteram), terdapat dalam Q.S. Al-Fajr ayat 27-30.8

C. Potensi Manusia Dalam Belajar Perspektif Al-Hadis

‫ َأْو ُيَنِّص َر اِنِه‬، ‫ َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه‬، ‫ُك ُّل َم ْو ُلوٍد ُيوَلُد َع َلى الِفْطَر ِة‬

Artinya: “Setiap amal dilahirkan dalam keadaan fitrah,Maka kedua orang


tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi yahudi,atau nasrani”. (HR. Malik.)

7
Aan Najib, Tafsir Tarbawi... hlm. 136.
8
Aan Najib, Tafsir Tarbawi... hlm. 137.

Anda mungkin juga menyukai