Anda di halaman 1dari 45

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANGUN

KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI SHALAT DZUHUR


BERJAMA’AH KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GUNUNG TALANG

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah


dan Keguruan Sebagai Syarat Seminar Proposal

Oleh:
Ahmad Fauzi
2114010102

Dosen Pembimbing :
Subhamis,S.Ag,.M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2023 M
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................8
C. Rumusan Masalah................................................................................8
D. Batasan Masalah .................................................................................8
E. Tujuan Penelitian.................................................................................8
F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian.......................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori........................................................................................12
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ...........................................12
2. Karakter Spiritual Peserta didik.....................................................26
B. Kajian Hasil Penelitian Relevan.........................................................29
C. Kerangka Berfikir...............................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.........................................................36
B. Lokasi/ Tempat dan Waktu Penelitian................................................38
C. Sumber Data........................................................................................38
D. Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data............................................39
E. Keabsahan Data..................................................................................41
F. Analisis Data.......................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menciptakan generasi yang

mampu merubah zaman dan menghadapi perubahan era globalisasi. Untuk

menghadapi tantangan tersebut, tentu setiap manusia harus melatih

kemampuan yang dimiliki dan mengembangkan potensi yang ada dalam

dirinya. Dengan adanya kemampuan tersebut maka perlu melalui proses

pendidikan yang ada di dalam diri seseorang. Sebagaimana pengertian

pendidikan yang telah dijelaskan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, yang berbunyi:

“Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana dan proses belajar yang secara aktif
mengembangkan potensi diri seseorang untuk kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak
mulia”.1
.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3 yaitu

“pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi

anak agar menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang selalu beriman

dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta memiliki rasa

1
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
( Jakarta: Sinar Grafika, 2003), Hlm 2.

1
2

dedikasi yang tinggi”.2 Sebagaimana yang tertera dalam ayat Al-Qur’an Qs

Al-‘Alaq: 1-5.

‫ َعَمَّل ا ْنَس اَن َم ا‬. ‫ اِذَّل ي َعَمَّل اِب ْلَقِمَل‬. ‫ اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم‬. ‫ َخ َلَق ا ْنَس اَن ِم ْن َعَلٍق‬. ‫اْقَر ْأ اِب ِمْس َر ِّبَك اِذَّل ي َخ َلَق‬
‫ِإْل‬ ‫ِإْل‬
‫َلْم َيْعْمَل‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.3

Menurut tafsir Syaikh Abdul Halim Mahmud berpendapat bahwa

dengan kalimat iqra’ bismi Rabbika dalam segala aktivitas maka seakan-akan

kita telah mengatakan, ‘Bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu,

bekerjalah demi Tuhanmu. Pada ayat ketiga, perintah membaca kembali

diulangi, kali ini disandingkan dengan penegasan bahwa Allah adalah Zat

yang Maha Pemurah. Selanjutnya, pada ayat ke empat dan kelima, Allah

mengajar kepada manusia melalui pena yang dihasilnya yaitu tulisan-tuliasan.

Sehingga dapat ditarik kesimpulannya yaitu Allah mengajarkan suatu ilmu

kepada manusia baik melalui wahyu (pada Nabi), mimpi, ilmu dan ilmu

dengan usaha dari manusia sendiri.4

Isi kandungan di atas menjelaskan akan pentingnya ilmu

pengetahuan bagi manusia. Ayat ini menyeru manusia untuk mencari ilmu

sebanyak-banyaknya, sesuai dengan pepatah seorang muslim diwajibkan

mencari ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat. Pendidikan Agama

Islam ialah suatu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan
2
Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD dala Perspektif Islam, (Jogjakarta: Laksana, 2010),
hlm. 11
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya,Bandung: Diponogoro,2013)
4
Syaikh, Ali Halim Mahmud, Tafsir At-Tarbiyah Al-Khuluqiyah, Penerjemah Masturi,
(Jakarta: GemaInsani Press, 2004).
3

terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati,

dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan,

baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.5

Terdapatnya tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam KMA 183

yaitu bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki pola

pikir dan sikap keagamaan yang moderat, inklusif, berbudaya, religius serta

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

bertakwa, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif serta

mampu menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persoalan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. 6 Untuk

mencapai tujuan menjadi guru Pendidikan Agama Islam, maka perlu adanya

peran guru PAI. Peran guru Pendidikan Agama Islam adalah berusaha

memberikan ilmu dan menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada peserta

didiknya sehingga dapat memadukan antara ajaran Agama dan keilmuan. Oleh

karena itu, sangat diperlukan adanya peran guru PAI diantaranya: Pendidik,

Motivator, Fasilitator, Demonstrator, Inovator, Elevator dan Administrator.

Pelaksanaan Pendidikan yang diberikan oleh guru bukan hanya pada

pengetahuan saja tetapi juga ada pendidikan karakter. Pendidikan karakter

merupakan pendidikan yang berbasis pada nilai agama Islam dalam tahapan

dan meniscayakan lahirnya sumber daya manusia yang cemerlang

intelektualnya, kuat keimanannya, mulia akhlaknya, dan memiliki


5
Prof. Dr. Ramayulis , Metodologi Pendidikan Agama Islam , Jakarta, Kalam Mulia, 2005,
Hlm. 21 1, 1–13.

6
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 183, Tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab
di Madrasah Bab 1. 2019
4

keterampilan yang berdaya saing. Pendidikan karakter dilaksanakan dalam

suatu pendidikan formal, non formal ataupun informal.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran di

sekolah sangat berperan dalam menanamkan rasa keimanan dan ketakwaan

kepada Allah SWT, sehingga tumbuh rasa keimanan yang kuat dan lahirnya

amal shalih yang sesuai dengan syariat agama Islam dan juga dengan

menyempurkan ibadah sebagai jaminan akhirat. Shalat merupakan salah satu

bentuk ibadah daam Islam yang bila dihayati akan membawa manusia kepada

sesuatu yang sangat dekat dengan Allah. Dalam shalat manusia menyerahkan

diri kepada Allah dan meminta pertolongan, perlindungan, petunjuk,

pengampunan, rezeki yang berlimpah dan dijauhkan dari kemaksiatan.

Dari segi tujuan hidup, manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah

kepadanya dan menjadi khalifah di muka bumi. Beribadah kepada Allah

dilakukan dengan penuh keikhlasan sebagai bentuk penghambaan. Dengan

adanya kebijakan shalat dzuhur berjama’ah yang diterapkan oleh SMA Negeri

1 Gunung Talang maka terdapatnya kendala dalam proses pelaksanaan shalat

peserta didik., dimana peserta didik kurang memiliki kesadaran diri untuk

melaksanakan shalat dzuhur disekolah. Peserta didik masih ingin digiring oleh

guru ketika datangnya waktu shalat, baik itu shalat dhuha maupun shalat

dzuhur.7

Tantangan ini dihadapi oleh semua guru di sekolah lebih khususnya

guru Pendidikan Agama Islam. Karena guru Pendidikan Agama Islam

7
Hasil observasi peneliti pada tanggal 18 Februari 2023
5

memiliki peran penting di lingkungan sekolah dalam meningkatkan karakter

kedisiplinan beribadah peserta didik. Selain harus menyampaikan materi

pelajaran, perlu seorang guru mendidik peserta didik supaya terbiasa

melaksanakan ibadah shalat berjama’ah, juga dengan ibadah shalat peserta

didik mencerminkan sikap selalu taat dan patuh. Namun disisi lain masih

adanya kesenjangan antara peserta didik dalam mengikuti shalat di skolah

dengan berjama’ah. Hal ini terbukti masih adanya peserta didik yang masih

belum membiasakan diri untuk shalat lima waktu dirumah.

Dalam realita di lapangan, peneliti melihat kurangnya rasa kesadaran

peserta didik untuk shalat dzuhur berjama’ah, sehingga guru menggiring

peserta didik untuk datang dan segera ke musholla, karena shalat dzuhur akan

dimulai. Hal tersebut menjadi salah satu landasan awal peneliti untuk

mengetahui faktor penyebab kesadaran peserta didik dalam melaksanakan

shalat dzuhur berjama’ah.8

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SMA

Negeri 1 Gunung Talang, peneliti menemukan fakta bahwa mengenai kegiatan

shalat dzuhur berjama’ah, masih banyak peserta didik yang kurang

kesadarannya dalam melaksanakan kegiatan shalat dzuhur berjama’ah.

Peserta didik tidak langsung bergegas untuk melaksanakan shalat, melainkan

lebih asik bercerita dengan teman-temannya di dalam kelas, duduk-duduk di

kantin, bernyanyi sambil main gitar di depan kelas, malahan ada juga yang

bawa speaker kecil dari rumah untuk dihidupkan di dalam kelas dan beberapa

peserta didik perempuan yang mengaku lagi datang bulan padahal berbohong,
8
Ibid
6

melihat peserta didik yang masih berkeliaran tersebut, guru piket pada hari itu

berusaha menegur dan mengimbau peserta didik untuk segera melaksanakan

shalat.9

Data hasil observasi di atas dipertegas melalui data wawancara peneliti

denan salah satu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah

tersebut, Ibu Nofriza mengatakan bahwa:

“Peserta didik saat ini sangat sulit dalam menjalankan ibadah shalat,
apalagi shalat dzuhur berjama’ah. Kalau hanya mengandalkan guru
PAI saja yang berjumlah 3 orang rasanya tidak akan sanggup
mengawasi peserta didik sebanyak ini. Makanya kami guru PAI
mengharapkan ketersedian guru lainnya ikut serta dalam mengajak
peserta didik segera ke mushola. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkah laku beribadah shalat peserta didik yang ibuk
lihat diantaranya: faktor dari dalam dirinya sendiri, seperti kurangnya
pemahaman dan kesadaran dari dalam diri untuk melaksanakan shalat.
Kemudian faktor lainnya yaitu dari keluarga, peserta didik disekolah
hanya bisa kami awasi untuk melaksanakan shalat dhuha dan shalat
dzuhur saja, empat shalat wajib lainnya tugas orang tua dirumah
peserta didik yag sangat susah untuk melaksanakan shalat biasanya
pengaruh dari faktor lingkungan teman”.10

Selanjutnya, guru mata pelajaran Ekonomi selaku guru piket pada hari

itu juga mengatakan:

“Bapak lihat peserta didik disekolah ini untuk melaksanaan shalat


masih kurang. Dengan jumlah guru PAI yang sedikit, sehingga tidak
bisa selalu mengawasi semua peserta didik. Salah satu penyebabnya
juga kurang memadai fasilitas tempat ibadah, seperti musholla yang
tidak bisa menampung semua peserta didik, sehingga dibuatlah sistem
pelaksanaan shalat itu secara bergantian”.11

9
Hasil observasi peneliti pada,Rabu, 18 Januari 2023
10
Nofriza, Wawancara, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Gunung Talang,
Rabu, 18 Januari 2023.
11
Afdhal, Wawancara, Pendidik Mata Peajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Gunung Talang.
7

Kemudian dilanjutkan wawancara dengan salah satu peserta didik, ia

memberikan keterangan terkait alasan tidak mengikuti shalat dzuhur dengan

mengatakan:

“Alasan saya tidak shalat dzuhur berjama’ah disekolah yaitu saya lupa
bawa mukenah buk, selain itu saya juga lapar belum makan dari pagi,
makanya saya pergi makan ke kantin sehingga waktu dzuhur saya
habiskan dikantin sambil mengobrol dengan teman. Dan ketika bel
sudah berbunyi, saya langsung ke kelas sehingga tidak sempat lagi
untuk shalat ke musholla”.12

Dari hasil observasi di atas, permasalahan yang terjadi yaitu kurangnya

pendalaman ilmu pengetahuan antara pendidikan agama Islam dengan kesadaran

beribadah peserta didik yang terjadi di lapangan. Kondisi ideal yang diharapkan

oleh peneliti dengan adanya pendidikan Agama Islam tersebut adalah peserta

didik memiliki kesadaran akan kewajibannya sebagai umat mslim untuk tekun

beribadah untuk dirinya sendiri dan bisa menunaikan ibadah shalat sesuai dengan

aturan dan kaidah yang diajarkan dalam pendidikan agama Islam tanpa harus

disuruh atau dipaksa terlebih dahulu. Namun fata dilapangan tidak sesuai dengan

apa yang diharapkan. Kesadaran beribadah peserta didik masih belum terlihat.

Solusi yang bisa peneliti berikan terhadap sekolah dan semua guru di sekolah

yaitu dengan pendidik mengimplementasikan ibadahnya sehingga bisa dicontoh

oleh peserta didik. Misalnya pendidik melakukan shalat dhuha atau ketika waktu

dzuhur tiba, segera langsung ke musholla. Dan ketika selesai shalat dzuhur

dilaksanakan, maka masing- masing guru kelas mencek kehadiran peserta didik.

12
Hervinda, Wawancara, Peserta Didik kelas XI SMA Negeri 1 Gunung Talang, 26 Mei
2023.
8

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Membangun Spiritual Peserta didik melalui Kedisiplinan

Shalat Dzuhur Berjama’ah di SMA Negeri 1 Gunung Talang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat identifikasi

permasalahan yaitu:

1. Kurangnya kesadaran peserta didik untuk melaksanakan shalat dzuhur

berjamaah di SMA Negeri 1 Gunung Talang.

2. Peserta didik masih mengabaikan pentingnya shalat dzuhur berjama’ah di

SMA Negeri 1 Gunung Talang.

3. Tidak semua guru mengawasi peserta didik secara langsung untuk

melaksanakan shalat di musholla sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka dapat ditemukan fokus

penelitian sebagai berikut : Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membangun Karakter Peserta didik melalui Pendisiplinan Shalat Dzuhur

Berjama’ah.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pertanyaaan

penelitian sebagai berikut:


9

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membangun

karakter Religius melalui shalat dzuhur berjama’ah di SMA Negeri 1

Gunung Talang?

2. Bagaimana peran Guru Pendidian Agama Islam dalam Membangun

Karakter Kedisiplinan Peserta didik melalui Shalat Dzuhur Berjama’ah di

SMA Negeri 1 Gunung Talang.

3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam

dalam membangun Karakter Kedisiplinan Peserta didik melalui Shalat

Dzuhur Berjama’ah di SMA Negeri 1 Gunung Talang.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membangun karakter Religius melalui shalat dzuhur berjama’ah di SMA

Negeri 1 Gunung Talang.

2. Untuk mengetahui peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membangun Karakter Kedisiplinan Peserta didik melalui Shalat Dzuhur

Berjama’ah di SMA Negeri 1 Gunung Talang

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan

Agama Islam dalam membangun karakter peserta didik melalui

pendisiplinan shalat dzuhur berjama’ah di SMA Negeri 1 Gunung Talang.


10

F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kegunaannya. Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi dua aspek

diantaranya aspek teoritis dan aspek praktis, diantaranya sebagai berikut :

1. Aspek Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para

pembaca, peserta didik, mahasiswa, dan guru untuk menambah

khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai . Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Spiritual Peserta

didik melalui Shalat Dzuhur Berjama’ah. Selain itu penelitian ini juga

dapat dijadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

guru Pendidikan Agama Islam untuk mengetahui Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Spiritual Peserta

didik melalui Shalat Dzuhur Berjama’ah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

untuk memudahkan peneliti lainnya mengenai masalah serupa,

yakni Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun

Karakter Spiritual Peserta didik melalui Shalat Dzuhur Berjama’ah

b. Menambah dan memperkaya pengetahuan penulis dalam bidang

pendidikan, serta memberikan wawasan baru mengenai pentingnya


11

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter

Spiritual Peserta didik melalui Shalat Dzuhur Berjama’ah

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah

bagi peneliti dan memperluas pengetahuannya sehingga dapat mengkaji

dan menyusun hasil gagasan yang dihasilkan serta menerapkan

pengetahuan yang dihasilkan.

2. Bagi Pengguna

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

keilmuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi pengguna dalam

mengembangkan pendidikan.

3. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk

pembelajaran di kampus UIN Imam Bonjol Padang khususnya pada

Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI ).


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Peran

Menurut Horton dan Hunt, peran adalah perilaku yang

diharapkan dari seseorang yang memegang suatu jabatan. Berbagai

peran yang diberikan Merton dan dikaitkan dengan ruang yang satu ini

disebut sebagai perangkat peran. Dalam kerangka yang luas, organisasi

sosial, atau yang disebut struktur sosial, ditentukan oleh sifat dari

peran-peran tersebut, serta hubungan antara peran-peran tersebut, dan

distribusi sumber daya yang langka di antara orang-orang yang

memainkannya.

Masyarakat yang berbeda merancang, mengatur, dan

menghargai aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga

setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda. Jika peran

mengacu pada perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam posisi

tertentu, maka perilaku tersebut adalah perilaku sebenarnya dari orang

yang menjalankan peran tersebut. Perilaku peran dapat bervariasi dari

perilaku yang diharapkan karena sejumlah alasan. Teori peran

memberikan dua harapan pertama masyarakat pemegang peran dalam

hubungannya dengan orang lain yang memiliki hubungan dengan

mereka memenuhi peran mereka. Teori peran menghasilkan dua

harapan dan terkait dengan penghargaan. 13


13
Davud berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1981) hlm. 41.

12
13

1) Guru pendidikan Agama Islam

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia dan berarti orang

yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, "guru" berarti orang yang

mengajar. Sering diketahui dalam kehidupan masyarakat Sunda

bahwa ada pepatah seorang guru yang patut dihormati dan ditiru.

Digugu berarti didengarkan, diikuti dan ditaati

meskipun makna yang ditiru adalah dicontoh dan diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan pernyataan seperti itu, kedudukan

seorang guru memiliki makna sosial yang sangat tinggi. Tak heran

jika kemudian dalam kehidupan Jawa dideklarasikan "Guru, Ratu

Wong atua Karo". Kandungan makna peribahasa tersebut adalah

orang-orang yang harus dihormati dalam kehidupan ini yaitu guru,

pemimpin dan orang tua yang merupakan status sosial yang tinggi

dan menggambarkan kedudukan sosial guru yang sangat mulia.14

Guru sebagai pembina, untuk mengetahui pendidikan

agama Islam. Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam

adalah pendidikan melalui ajaran agama Islam, guru membimbing

dan mendorong peserta didik untuk memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan menjadikan

ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai

keamanan dan kesejahteraan dunia dan akhirat.15

14
Shilphy Octavia, Etika Profesi Guru, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hlm. 11.
15
Zakiah, Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, hlm.86
14

Bahwa harapan ini akan menitikberatkan pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam maupun pada jenjang SMA

yang akan memperkuat sisi akhlak dan moral peserta didik. Guru

agama Islam harus menjadi pembimbing akhlak dan moral peserta

didik secara integral, karena evaluasi tidak hanya menyangkut

kemampuan kognitif hasil Pendidikan Agama Islam, tetapi juga

aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Kompetensi Inti

Kurikulum 2013 menuntut guru Pendidikan Agama Islam menjadi

panutan. Umumnya peserta didik diajarkan nilai ilmu dan nilai

Agama.

Sebagai bagian dari kurikulum 2013, Pendidikan Agama

Islam (PAI) memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai

tujuan pendidikan karakter. Sebagai integrator, Pendidikan Agama

Islam menghimpun kompetensi pengetahuan, sistem nilai dan

kompetensi keterampilan yang terkandung dalam sifat atau

karakteristik Islam. Meski diterbitkan oleh Puskurbuk Kemdiknas,

muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013 disusun oleh

Kementerian Agama RI berdasarkan Keputusan Menteri Agama

Nomor 211 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar

Nasional Pendidikan Agama Islam di Sekolah. 16

Guru pendidikan Agama Islam adalah orang yang

mengemban tugas mengajar, mengasuh, membimbing dan

16
Umar, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agma Islam Transformatif, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), hlm. 338.
15

memajukan perkembangan intelektual peserta didik kemudian

menanamkan ilmu agama Islam yang memiliki nilai-nilai

keimanan.

2) Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Bahwa peran guru Agama Islam ialah berusaha

memberikan ilmu dan menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada

peserta didiknya sehingga dapat memadukan antara ajaran Agama

dan keilmuan. Peran seorang guru dalam lingkungan pendidikan

yang ideal adalah sebagai berikut:

a) Peran guru Agama Islam sebagai Pendidik

Pasal 32 ayat 2 bab XI menyebutkan bahwa guru

diartikan sebagai tenaga profesional yang berperan

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, melakukan pendampingan dan pelatihan,

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Peran guru sebagai pendidik ialah suatu peran yang

berkaitan dengan tugas-tugas pengendalian dan pembinaan serta

tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar

kelak mengikuti tata tertib sekolah dan norma-norma kehidupan

keluarga dan masyarakat.

Tugas pendidik dalam Pendidikan Islam yatu

memberikan ilmu, membimbing dan mengenal lingkungan

didalam kelas maupun diluar kelas, menciptakan situasi yang


16

kondusi bagi berlangsungnya proses kependidikan,

mengembangkan pengetahuan yang dimiliki serta senantiasa

membuka diri terhadap kelemahan dan kekurangan yang ada

dalam dirinya sendiri.17

Dapat disimpulkan bahwa guru harus menyampaikan

dengan jelas materi yang disampaikan, karena guru harus

mempersiapkan materi dengan matang untuk disampaikan

kepada peserta didik besoknya. Sebagai pendidik merupakan

teladan, panutan dan tokoh yang akan ditiru oleh peserta

didiknya. Kedudukan sebagai pendidik menuntut guru supaya

guru dapat membekali diri dengan pribadi yang berkualitas.

Didalam Al-Qur’an dan Ass-Sunnah terdapat istilah yang

mengacu kepada pendidik dalam Islam, yaitu al-murabbi.

Firman Allah SWT Q.S Al-Isra: 24:

‫َو اْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح اُّذل ِّل ِم َن الَّر َمْح ِة َو ُقْل َّر ِّب اْر ْمَح ُهَم ا اَمَك َر َّبٰيْيِن َص ِغ ًرْي ۗا‬.

Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku!
Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil. (Q.S Al-Isra 17:24).18

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ayat di atas

Yaitu Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada


17
Samuel Haji Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hlm 4.
18
Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-qur’an dan Terjemahannya),
(Semarang: Raja Publishing, 2011), hlm 284.
17

ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di

antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah

kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap

mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.19

Dari beberapa defenisi di atas, guru sebagai pendidik

dalam perspektif Islam menggambarkan seorang yang bukan

hanya fokus mendidik tetapi juga berusaha membentuk

kepribadian peserta didik dengan memahami nilai-nilai norma

(kesusilaan, kesopanan, moral, sosial, maupun keagamaan)

selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk peserta didiknya.

Guru yang memiliki kelebihan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sangat mudah menciptakan suasana pembelajaran yang disukai

oleh pesrta didik, sehingga peserta didik mengerti dalam

pembelajaran. Makanya guru harus menggunakan model atau

gaya pembelajaran untuk menciptakan suasana yang diinginkan.

b) Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Motivator

19
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh. 2008. Tafsir Ibnu Katsir, jilid. 5. Jakata: Pustaka
Imm Syafi’i
18

Seorang Motivator, guru seharusnya lebih bisa

memberikan stimulus terhadap peserta didiknya supaya

semangat dan aktif dalam belajar. Dalam hal ini, sebaiknya

seorang guru mampu menganalisis segala sesuatu yang

menyebabkan peserta didik malas belajar sehingga dapat

menurunkan prestasi belajarnya disekolah. Peranan guru sebagai

motivator merupakan peranan yang sangat penting dalam

interaksinya dengan peserta didiknya.20

Peserta didik yang telah termotivasi akan memiliki

kegagalan dan harapan untuk mencapai keberhasilan, apabila

mengalami drop atau down, maka peserta didik tersebut akan

tetap berusaha mencapai keberhasilan. Terdapatnya usaha yang

tekun dan didasari motivasi, belajar akan lebih semangat dan

melahirkan prestasi yang baik pula.

Terdapatnya bentuk usaha guru Pendidikan Agama Islam

dalam memotivasi belajar peserta didik sebagaimana telah

diuraikan di atas, tetapi masih banyak usaha-usaha lainnya yang

melahirkan hasil belajar yang baik. Yang penting sekarang

adalah bagaimana memberikan motivasi semangat belajar

kepada siswa agar lebih giat dalam menuntut ilmu dan kesalahan

dalam belajar itu hal yang wajar.

c) Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Fasilitator

20
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan, (Sukabumi: Jejak Publisher, 2017),
hlm 11.
19

Kurikulum Suplemen 1999, K2004, K2006 dan K2013

memperlihatkan Peran guru sebagai Fasilitator. Peran guru

fasilitator mendeskripsikan dengan memberikan bantuan kepada

peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang

bertujuan agara peserta didik senang dan mudah belajar.

Tercapainya tujuan bila guru dapat membuat suasana

pembelajaran menyenangkan dan mendukung kebutuhan

perkembangan peserta didiknya. Guru sangat perlu untuk bisa

memahami penggunaan alat dan sumber belajar yang beraneka

ragam yang cocok dengan kegiatan pembelajaran dan tidak

membuat diri peserta didik menjadi sumber utama belajar siswa,

itu merupakan Peran Fasilitator.21

Dengan adanya peran sebagai fasilitator, guru sangat

mengharapkan sekolah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Kebanyakan sekolah tidak memiliki fasilitas pembelajaran

dengan standar yang diharapkan guru. Hal yang menjadi

mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar yaitu

merupakan Fasilitas. Fasilitas juga menjadi suatu kelengkapan

yang mampu menunjang belajar peserta didik untuk

menciptakan suasana belajar yang menarik. Lengkap tidaknya

fasilitas belajar tidak menjadi suatu alasan untuk guru tidak

mengajar kepada peserta didik. Proses pembelajaran harus

21
Edy Suryanto, Pembelajaran Sastra di sekolah Dasar Kajian Teoritik dan Budaya,
(Pasuruan: CV Qiara Media, 2021), hlm 244&245.
20

berlangsung dalam suasana tidak bosan sehingga guru harus bisa

merencanakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan

mengesankan sampai tujuan pembelajaran akan tercapai dengan

maksimal.22

d) Guru Sebagai Demonstrator

Guru memiliki peran sebagai demonstator diartikan

memiliki peran yang mana dapat menunjukkan sikap-sikap yang

bisa menginspirasi peserta didik untuk melakukan hal-hal yang

sama bahkan dapat lebih baik.

e) Guru Sebagai Inovator

Guru menerjemahkan pengalaman yang didapatkannya

di masa lalu ke dalam kehidupan yang lebih bermakna untuk

murid-murid didikannya. Karena usia guru dan peserta didik

yang mungkin terlampau jauh, maka tentu saja guru lebih

memiliki banyak pengalaman dibandingkan peserta didik. Tugas

guru ialah untuk menerjemahkan pengalaman serta kebijakan

yang berharga ke dalam bahasa yang lebih modern yang mana

dapat diterima oleh peserta didik.23

f) Guru Sebagai Elevator

Setelah proses pembelajaran berlangsung, tentunya

seorang guru harus melakukan evaluasi pada hasil yang telah

dilakukan selama kegiatan pembelajaran tersebut. Evaluasi ini


22
Syarifuddin, Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm 17.
23
Thoifu. 2007. Menjadi Guru Inivator. Semarang: Rasail Media Group
21

tidak hanya untuk mengevaluasi keberhasilan peserta didik

untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun

juga menjadi evaluasi bagi keberhasilan guru di dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

g) Guru sebagai Administrator

Seorang guru berperan sebagai administrator, dimana

guru yang bersangkutan akan mencatat perkembangan

individual peserta didiknya dan menyampaikannya kepada

orangtua. Hal ini diharapkan dapat menjaga anak yang

bersangkutan untuk selalu berjalan di jalur yang benar.24

2. Karakter Spiritual Peserta didik


Kecenderungan seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku

yaitu disebut Sikap ( attitude ). Menurut Siti Partini, Karakter yaitu

kesiapan merespons yang bersifat positif atau negatif terhadap suatu objek

atau situasi secara konsisten. Pendapat ini juga didukung oleh Sumadi

Suryabrata, yang mengatakan bahwa karakter biasanya memberikan

penilaian menerima atau menolak objek yang dihadapi.25

Webster berpendapat yakni kata “spirit” berasal dari kata benda

Bahasa latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang

berarti untuk bernapas. Spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada

hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat

24
Anwar, Muhammad. 2018. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Prenandamedia Group

25
Rudi Mulyatiningsih, Sunu Pancariatno dkk, Bimbingan Pribadi-Sosial, Beji & Karier,
hlm 20.
22

fisik atau material. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan

kesehatan dan kesejahteraan seseorang.26

Spiritual menurut perspektif Islam merupakan senantiasa berkaitan

langsung dengan realitas Ilahi, karena terdapatnya perpaduan dari dua

unsur yakni jasmani dan rohani. Untuk itu, sejatinya Perspektif menurut

Islam adalah ajaran yang bersumber dari wahyu Allah dengan karakter

spiritual karena diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.27

Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa karakter spiritual merupakan

menghargai, menghayati dan mengamalkan ajaran Agama yang dianut

peserta didik. Maksud sikap spiritual dalam kurikulum 2013 diantaranya

rajin beribadah, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, bersyukur atas

izin Allah bisa mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. 28 ketaatan

ibadah ini dibudayakan di antaranya melalui program sekolah, seperti

pembiasaan shalat dhuha dan dzuhur berjama’ah disekolah dan

membiasakan menerapkan membaca dan menghafal Al-Qur’an.

Di sisi lain, Ketaatan ibadah peserta didik dapat dibudayakan

melalui program yang dilakukan sekolah tersebut,29 sehingga peserta didik

mempunyai bakat untuk melakukan ketaatan ibadah. Seperti itu pula,

ketika seseorang ingin belajar tentang Agama yang diyakininya akan di

26
Sugeng Sejati, Perkembangan Spiritual Remaja dalam Perspektif Ahli, Jurnal Hawa
Vol.1 No.1 Januari-juni 2019, hlm 94.
27
Tobroni, Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam: Dari Idealisme Substantif
hingga Konsep Aktual, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hlm 106.
28
Alivermana Wiguna, Upaya Mengembangkan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Peserta
Didik Berbasis Psikologi Positif di Sekolah, Journal Of Basic Education Vol. 01 No. 02 Januari-
Juni 2017 ISSN:2548-9992, hlm 49.
29
Hendro Widodo, Pendidikan Holistik Berbasis Budaya Sekolah, (Yogyakarta: UAD
Press, 2019), hlm 51&52.
23

amalkannya dalam kehidupan sehari-hari hal ini juga akan menghasilkan

sebuah karakter terhadap peserta didik.30

Dengan demikian, mengembangkan karakter spiritual juga

diwujudkan dalam bentuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan

pembelajaran. Sebab membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran

merupakan kebiasaan yang wajib dilakukan oleh guru dan peserta didik,

karena tertera di dalam RPP, bahwasanya telah tercantum dan itu sebagai

pembelajaran moral peserta didik.

B. Kajian Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, terdapat hasil

penelitian yang terdahulu (relevan) dengan objek penelitian. Kemudian

peneliti kembangkan dengan merujuk pada penelitian yang relevan sebagai

berikut:

1. Inne Aprinda tahun 2019 yang berjudul, “Strategi Guru PAI dalam

Mengembangkan Sikap Spiritual Siswa Kelas VII SMPN 6 Palembang”.31

 Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu sama-sama

membahas guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan sikap

peserta didik, mnggunakan pendekatan dan teknik pengumpulan

data yang sama, serta penelitian pada guru dan siswa sebagai

subjek penelitian.

30
Mundiro Lailatul Muawaroh, Pengaruh Agama Terhadap Spiritual Anak di Sekolah
Minggu Vihara Buddhayana Surabaya, jurnal Atta’dib Pendidikan Agama Islam Volume 1,
Nomor 1, Juni 2020, hlm 21.
31
Aprinda Inne, Skripsi: “Stategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Spiritual Siswa
Kelas VII Palembang”, (Palembang: UIN Raden Fatah, 2019).
24

 Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan peneliti: terletak pada

fokus penelitian dan tempat penelitian dilakukan dan adanya

perbedaan kata dengan tujuan yang berbeda yaitu pada penelitian

dijudulnya mengembangkan sikap spiritual siswa peserta didik,

sedangkan di peneliti yaitu membangun karakter spiritual peserta

didik. Yang menjadikan penelitian ini menarik adalah penelitian ini

membahas tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

membangun karakter spiritual peserta didik disekolah.

2. Ahmad Rifqi Mu’afa tahun 2018 yang berjudul “Strategi Guru PAI

dalam Mengembangkan Kompetensi sikap Spiritual dan sikap sosial di

SMK Qomarul Hidayah 1 Tugu Trenggalek”.32

 Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu sama-sama

membahas guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan sikap

peserta didik, mnggunakan pendekatan dan teknik pengumpulan

data yang sama, serta penelitian pada guru dan siswa sebagai

subjek penelitian.

 Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan peneliti: terletak pada

fokus penelitian dan tempat penelitian dilakukan dan adanya

perbedaan kata dengan tujuan yang berbeda yaitu pada penelitian

dijudulnya mengembangkan sikap spiritual siswa peserta didik,

sedangkan di peneliti yaitu membangun karakter spiritual peserta

didik. Yang menjadikan penelitian ini menarik adalah penelitian ini


32
Ahmad Mu’afa Rifqi, Skripsi: “Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Kompetensi
sikap Spiritual dan sikap sosial di SMK Qomarul Hidayah 1 Tugu Trenggalek”, (Tulungagung:
IAIN Tulungagung, 2018).
25

membahas tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

membangun karakter spiritual peserta didik disekolah.

3. Nur Nafiah tahun 2020 yang berjudul“Strategi Guru PAI dalam

Mengembangkan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Siswa di SMP

Muhammadiyah 5 Tanon Kabupaten Sragen Tahun 2020/2021”.33

 Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu sama-sama

membahas guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan sikap

peserta didik, mnggunakan pendekatan dan teknik pengumpulan

data yang sama, serta penelitian pada guru dan siswa sebagai

subjek penelitian.

 Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan peneliti: terletak pada

fokus penelitian dan tempat penelitian dilakukan dan adanya

perbedaan kata dengan tujuan yang berbeda yaitu pada penelitian

dijudulnya mengembangkan sikap spiritual siswa peserta didik,

sedangkan di peneliti yaitu membangun karakter spiritual peserta

didik. Yang menjadikan penelitian ini menarik adalah penelitian ini

membahas tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

membangun karakter spiritual peserta didik disekolah.

4. Putri Abidatus Sholiha tahun 2020 yang berjudul “Upaya Guru

Agama dalam Menanamkan Sikap Spiritual Peserta didik melalui

Proses Pembelajaran di MTsN 4 Mojokerto”.34

33
Nur skripsi Nafiah: “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Mengembangkan Sikap Spiritual dan Sikap Social Siswa di SMP Muhammadiyah 5 Tanon
Kabupaten Sregen Tahun 2020/2021”, (Salatiga: IAIN SALATIGA, 2020)
34
Putri Abidatus Sholiha, Skripsi: “Upaya Guru Agama dalam menanamkan Sikap
Spiritual Peserta didik melalui proses pembelajaran di MTsN 4 Mojokerto, (Surabaya: UIN Sunan
26

 Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu sama-sama

membahas guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan sikap

peserta didik, mnggunakan pendekatan dan teknik pengumpulan

data yang sama, serta penelitian pada guru dan siswa sebagai

subjek penelitian.

 Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan peneliti: terletak pada

fokus penelitian, tempat penelitian dilakukan dan adanya

perbedaan kata dengan tujuan yang berbeda yaitu pada penelitian

dijudulnya mengembangkan sikap spiritual siswa peserta didik,

sedangkan di peneliti yaitu membangun karakter spiritual peserta

didik. Yang menjadikan penelitian ini menarik adalah penelitian ini

membahas tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

membangun karakter spiritual peserta didik disekolah.

5. Ayu Dwi Puriyanti tahun 2019 yang berjudul “Peranan Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Sikap Spiritual peserta

didik (Studi Kasus Kelas XII di SMK Darusalam Ciputat Tangerang

Selatan)”.35

 Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu sama-sama

membahas guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan

sikap peserta didik, dan teknik pengumpulan data yang sama, serta

penelitian pada guru dan siswa sebagai subjek penelitian.

Ampel, 2020).
35
Ayu Dwi Puriyanti, Skripsi: “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Meningkatkan Sikap Spiritual Peserta Didik (studi Kasus Kelas XII di SMK Darussalam Ciputat
Tangerang Selatan)”, (Jakarta: IIQ, 2019).
27

 Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan peneliti: terletak pada

fokus penelitian, pendekatan yang berbeda, tempat penelitian

dilakukan dan adanya perbedaan kata dengan tujuan yang berbeda

yaitu pada penelitian dijudulnya mengembangkan sikap spiritual

siswa peserta didik, sedangkan di peneliti yaitu membangun

karakter spiritual peserta didik. Yang menjadikan penelitian ini

menarik adalah penelitian ini membahas tentang peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam membangun karakter spiritual

peserta didik disekolah.

Dari beberapa penelitian yang disebutkan diatas, telah

memberikan ruang bagi peneliti untuk melakukan penelitian baru

dengan tema yang hampir sama. Dengan demikian peneliti ingin

menguatkan penelitian terdahulu agar penelitian kedepannya

menjadi lebih baik, peneliti ingin mengetahui Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam membangun karakter spiritual,

sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Peran

Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter

Spiritual peserta didik di SMA Negeri 1 Gunung Talang”.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka Berfikir adalah narasi atau pernyataan tentang kerangka

konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumskan. Melalui

uraian dalam alur pikir, peneliti harus mampu menjelaskan dan menegaskan

secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga variabel-


28

variabel yang tercantumkan di dalam rumusan masalah dan identifikasi

masalah semakin jelas asal-usulnya.

Dalam penelitian ini, peran guru Pendidikan Agama Islam dapat

mengembangkan sikap spiritual peserta didik dengan mengggunakan

pembiasaan rajin shalat berjama’ah, berdo’a sebelum dan sesudah

pembelajaran. Di SMA Negeri 1 Gunung Talang yaitu dengan melalui perran

guru Pendidikan Agama Islam sebagai Pendidik, Motivator, Fasilitator,

demonstrator, Inovator, Elevator dan Administrator. 36

Dengan demikian, peran guru tersebut diharapkan adanya sikap

spiritual peserta didik dapat dapat membentuk tingkah laku, agar taat

beribadah, jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli dan melalui guru

Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik agar mereka bisa mengaitkan

ajaran-ajaran Agama dan Ilmu pengetahuan.

Peran Guru Pendidikan


Agama Islam

Pendidik Motivator Fasilitator Demonstrator Inovator Elevator Administrator


36
Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif & Mixed
Methode, (Jakarta: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hlm. 126.
29

Pembiasaan Rajin Shalat Berdo’a sebelum Bersyukur dan


Berjama’ah dan sesudah Merasakan
Pembelajaran Kebenaran

Bagan 2.1 Alur Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan
Dalam penelitian, peneliti meneliti secara natural (alamiah) yang

terjadi di SMA Negeri 1 Gunung Talang. Dengan menggunakan teknik

pengumpulan data dan dokumentasi. Sehingga peneliti menemukan

pemahaman yang jelas tentang peran yang harus dilakukan oleh guru

Pendidikan Agama Islam sebagai Pendidik, Motivator, Fasilitator,

demonstrator, Inovator, Elevator dan Administrator dalam membangun

kedisiplinan spiritual peserta didik di SMA Negeri 1 Gunung Talang.

2. Jenis Penelitian

Mengacu kepada judul skripsi peneliti yaitu “Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Spiritual peserta

didik di SMA Negeri 1 Gunung Talang”. Maka jenis penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif ditujukan untuk melihat dan memahami

fenomena – fenomena sosial dari perspektif partisipan. Partisipan adalah

orang yang mau diajak berwawancara, diobservasi, dimintai memberikan

data, pendapat, pemikirannya. Makna partisipan sendiri yaitu meliputi

perasaan, keyakinan, pemikiran dan kegiatan dari partisipan.37

Oleh karena itu, dalam merumuskan masalah penelitian, peneliti

akan mencari fenomena yang terjadi untuk dipertanyakan maknanya bagi


37
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm 94.

36
37

sekelompok maupun individu yang mengalaminya tentang Peran Guru

Pendidikan Agama Islam sebagai Pendidik, Motivator, Fasilitator,

demonstrator, Inovator, Elevator dan Administrator dalam membangun

kedisiplinan spiritual peserta didik di SMA Negeri 1 Gunung Talang.

B. Lokasi / Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gunung Talang yang

beralamat di Jalan Solok Padang KM. 10 Pasar Usang, Cupak, Kec. Gunung

Talang, Kab. Solok. Tidak semua peseta didik dan Guru di SMA Negeri 1

Gunung Talang yang peneliti jadikan objek penelitian, namun hanya pada

peserta didik kelas XI IPS 1 berjumlah 32 orang dan guru Pendidikan Agama

Islam serta guru piket dan Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Gunung Talang

Kab. Solok. Waktu penelitian pada bulan Juli – September 2023.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dengan cara

mengumpulkan data menggunakan kuesionar, maka sumber data itu disebut

responden. Jadi pengertian sumber data adalah suatu subjek atau objek

penelitian dimana dari situlah data diperoleh.38

1. Data Primer

38
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan
Anak Usia Dini (PAID), (Jakarta : Kencana, 2013), Cet. Ke-1, Jilid 1, hlm. 39
38

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden pertama. 39

Secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang

bersangkutan yang dapat berupa interview dan observasi. Sumber data

diperoleh merupakan sumber data yang langsung diberikan data kepada

pengumpul data. Adapun yang menjadi sumber data primer yaitu Ibu

Nofriza guru Agama kelas XI di SMA Negeri 1 Gunung Talang dan

Peserta didik kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Gunung.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sejumlah data yang disatukan oleh studi-

studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh instansi lain, biasanya sumber

data didak didapatkan secara langsung, berupa data dokumentasi dan arsip-

arsip resmi.40 Data sekunder merupakan data yang berlangsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dengan melalui orang

lain atau dokumen. Adapun yang menjadi sumber data sekunder yaitu

siswa kelas IX IPS 1 sebanyak 32 orang di SMA Negeri 1 Gunung

Talang, Kec. Gunung Talang, Kab. Solok.

D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

salah satu cara yaitu, studi lapangan. Studi lapangan (Field Research) yaitu

penelitian langsung yang dilakukan terhadap objek yang diteliti dengan cara

yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

1. Observasi
39
Lexi j moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,..hlm 157.
40
Situmorang, op.cit, hlm. 3
39

Menurut pendapat Nasution yang dikutip Sugiyono bahwa

obeservasi adalah atas dasar ilmu pengetahuan. Data itu dikumpulkan

dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda

kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.41

Terkait observasi, teknik ini dilakukan dengan menggunakan

pengamatan langsung terhadap objek. Peneliti mengamati langsung

fenomena yang ada di lapangan secara rinci, khususnya tentang Peran

Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Spiritual

Peserta didik melalui Shalat Dzuhur Berjama’ah di SMA Negeri 1

Gunung Talang. Kemudian akan diketahui beberapa fakta di lapangan dan

didapat data yang nantinya akan dikumpulkan untuk dianalisis lebih

lanjut.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi yang digali dari sumber dara langsung melalui

percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif ini

bersifat mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik

(secara keseluruan) dan jelas dari informasi.42

Terkait dengan instrumen pengumpulan data, disini peneliti

menggunakan instrumen pengumpulan data interview atau wawancara.

Wawancara adalah percakapan orang- perorang dan wawancara

41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.310
42
Iskandar, et al, Metode Penelitian Dakwah, (Jawa Timur : CV Penerbit Qiara Media,
2022), Cet. Ke-1, Jilid 1, hlm. 138-139
40

kelompok. Percakapan dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu peneliti

sebagai pewawancara dan subjek penelitian sebagai informan yang

dilaksanakan kepada guru Pendidikan Agama Islam dan peserta didik

kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Gunung Talang.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan gambaran catatan peristiwa penting

yang sudah berlalu. Dokument yang berbentuk gambar, misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokument yang berbentuk karya

misalnya berupa gambar, patung, film dan lain lain.

Studi dokumentasi dalam penelitian peneliti lakukan dengan

menggunakan pengamatan langsung terhadap objek. Peneliti mengamati

langsung fenomena yang ada di lapangan secara rinci untuk mendapatkan

data yang nantinya dikumpulkan untuk dianalisis terlebih dahulu.

E. Keabsahan Data

Dalam uji keabsahan data, metode penelitian kualitatif ditekankan pada

uji credibility (Validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reabilitas), dan confirmability (objektivitas).43

1. Uji Kredibilitas

a. Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan ini berarti peneliti berada dan

menetap dilapangan penelitian sampai adanya kejenuhan terhadap

pengumpulan data yang tercapai. Perpanjangan keikutsertaan peneliti

43
Masnur Muslich, Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu mudah, (Jakarta: Bumi
Aksara,2010).hlm 911-92
41

memungkinkan adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang

dikumpulkan, disebabkan peneliti banyak mempelajari kebudayaaan,

dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh

distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari

responden, dan membangun kepercayaan subjek.

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Keaegan pengamatan merupakan kegiatan mencari secara

konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan

proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan

bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam sitausi yang

sangat relevan dengan persoalan atau masalah yang sedang dicari dan

kemdian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatan sesuatu yang lain diluar data itu tersebut

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara

atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-

rekan yang sejawat. Teknik ini banyak mengandung beberapa maksud

sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data:


42

Pertama, digunakan untuk membuat agar peneliti tetap

mempertahanan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, diskusi dengan

sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk

menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran

peneliti.

e. Analisis kasus negatif

Teknik analisis kasus negatif ini dilakukan dengan

menggunakan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak

sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah

dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.

f. Pengecekan anggota

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses

pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat

kepercayaan, pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal

maupun secara tidak formal. Terdapatnya banyak kesempatan yang

tersedia bagi peneliti, untuk mengadakan pengecekan anggota yaitu

setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjeknya.

g. Uraian rinci

Teknik uraian rinci ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil

penelitiannya sehingga uraiannya itu dapat dilakukan seteliti dan

secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan. Jenis laporan tersebut harus mengacu pada fokus

penelitian. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali


43

segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat

memahami temuan-temuan yang diperoleh.

h. Auditing

Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiskal yang

dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data.

Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau

keluaran. 44

2. Pengujian Transferability

Transferability merupakan suatu validitas eksternal dalam

penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan

atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel

tersebut di ambil. Nilai transfer ini sangat berkenaan dengan pertanyaan,

hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam

situasi lain.45

3. Pengujian Dependability

Dalam penelitian kualitatif, ini dilakukan dengan menggunakan

audit terhadap keseluruan proses penelitian. Sehingga untuk tercapainya

pengujian dependability harus melakukan bimbingan dengan dosen

pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Pengujian Confirmability

44
Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
hlm.327-338.
45
Sugiyono, op.,cit.. hlm. 373
44

Dalam Penelitian kualitatif, uji confirmability sangat mirip dengan

uji dependability, sehingga pengujiannya bisa dilakukan secara bersama-

sama. Confirmability digunakan untuk menilai hasil penelitian, terutama

yang berkaitan dengan temuan penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data adalah langkah awal yang dilakukan dengan memilah dan

mengklasifikasikan data tersebut dan menggambarkan secara narasi, artinya

data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi

selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kalimat yang relevan dengan keadaan

dilapangan tanpa bermaksud membandingkan atau mengkomprasikan.

Untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul, maka peneliti

menggunakan analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Menurut Miles dan Huberman, menjelaskan sebagaimana yang

dikutip oleh Masnur Muslic, bahwa reduksi data ialah suatu proses

menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan

mengubah data “mentah” yang ada dalam catatan lapangan. Dalam

penelitian ini peneliti mereduksi data dengan mengumpulkan data yang

berkaitan dengan bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membangun Karakter Spiritual Peserta didik melalui Shalat Dzuhur

Berjama’ah di SMA Negeri 1 Gunung Talang.

2. Display Data
45

Menurut Miles dan Hubeman, menyatakan sebagaimana yang

dikutip oleh Masnur Muslich, bahwa paparan data adalah suatu penjabaran

data sedemikian rupa sehinga mengakibatkan dapat dipahami dengan jelas.

Dalam hal ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian deskriptif

berdasarkan observasi dilapangan, wawancara serta hasil dokumentasi yang

peneliti peroleh.

3. Keseimpulan dan Verifikasi

Miles dan Huberman menjelaskan sebagaimana yang dikutip leh

Masnur Muslich, bahwa penarikan keseimpulan paparan data yang telah

dilakukan.46 Peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan kumpulan data

yang telah diuji kebenarannya yang diperoleh di lapangan.

46
Masnur Muslich, Melaksanakan Penelitian Tindakan itu Mudah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010). hlm. 91-92
46

DAFTAR PUSTAKA

AM, sadirma, 2012, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Pres.
Anwar, Muhammad. 2018. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Prenandamedia Group
Dorlan, Naiboho, 2018, Peranan Guru Sebagai Fasilitator dalam Perkembangan
Peserta didik, Jurnal Christian Humaniora Vol. 2, No.1, Mei 2018.

Fahrisi, Ahmad,2020, Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Islam, Jakarta:


Guepedia.

Hamalik, Oemar, 2013, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafi, Halid, La Adu, dkk, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:


Deepublish.

Hendrawan, Sanerya, 2009, Spiritual Management, Bandung: Mirzan.

Hendrawan, Sanerya, B. Mathew dan Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif


Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta : UIP.

Inne, Aprinda, 2019, Skripsi, Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap
Spiritual Siswa Kelas VII Palembang, Plembang: UIN Raden Fatah.

Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif &


Mixed Methode, (Jakarta: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hlm. 126.

Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 183, Tentang Kurikulum PAI dan
Bahasa Arab di Madrasah Bab 1. 2019

Luthfiyah, &Muh. Fitrah, 2017, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif,


Tindakan Kelas & Studi Kasus, Sukabumi: CV Jejak.

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional), (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm.84.

Muhammad, Hisyam, and Fiqyh Aladdiin. “Peran Materi Pendidikan Agama


Islam Di Sekolah Dalam Membentuk Karakter Kebangsaan,” n.d.

Maemunawati, Siti, dan Muhammad Alif, 2020, Peran Guru, Orang Tua, Metode
dan Media Pembelajaran: Strategi KBM di Masa Pandemi Covid-19,
Banten: 3 M Media Karya Serang

Moleong Lexi j, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandug: Remaja


Rosdakarya.
47

Nafiah, Nur, 2020, Skripsi, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Mengembangkan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Siswa di SMP
Muhammadiyah 5 Tanon Kabupaten Sregen Tahun 2020/2021, Salatiga:
IAIN SALATIGA.

Nata, Abuddin, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.

Putriyanti, Ayu Dwi, 2019, Skripsi “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam Meningkatkan Sikap Spiritual Peserta didik (Studi Kasus Kelas
XII di SMK Darussalam Ciputat Tangerang Selatan)’, Jakarta: IIQ.

Ramayanti, Arista. “Peran Guru Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial


Anak Usia Dini Melalui Metode Karyawisata Di Taman -Kanak-Kanak Al-
Irsyad Al-Islamiyyah Teluk Betung Bandar Lampung.” Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2018.

RIFQI, Ahmad Mu’afa, 2018, Skripsi, Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial di SMK Qomarul Hidayah 1
Tugu Trenggalek, Tulungaggung: IAIN Tulungagung.

Rukhayati, Siti 2020, Strategi Guru PAI dalam Membina Karakter Peserta diidk
SMK Al-Falah Salatiga, Salatiga: LP2M IAIN Salatiga.

Simanjutak, Adianto. “Peran Orangtua Dan Guru Pendidikan Agama Kristen


Dalam Pembentukan Karakter Rohani Siswa Di SMP Negeri 2 Taman
Sidoarjo Jawa Timur.” Journal Kerusso, 2022.
https://doi.org/10.33856/kerusso.v7i1.228.

Syaikh, Ali Halim Mahmud, Tafsir At-Tarbiyah Al-Khuluqiyah, Penerjemah


Masturi, (Jakarta: GemaInsani Press, 2004

Safitri, Esty Aryani, 2018, Asesmen Teknik Tes dan Non Tes, Puworkerto: CV
IRDH.

Salsabila, Difany dkk, 2021, Peran Guru dalam Penguatan Nilai Karakter
Peserta Didik, Yogyakarta: UAD Press.

Sardiman, 2006, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Semiawan, conny R, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo.

Sejati, Sugeng, 2019, Perkembangan Spiritual Remaja daam Perspektif Ahli,


Jurnal Hawa Vol. 1 No. 1 Januari-juni 2004.

Sholiha, Purti Abidatus, 2020, Skripsi: “Upaya Guru Agama dalam menanamkan
48

Sikap Spiritual Peserta didik melalui proses pembelajaran di MTSN 4


Mojokerto, Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Thoifu. 2007. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail Media Group
Wiguna, Alivermana, 2017, Upaya Mengembangkan Sikap Spiriual dan Sikap
Sosial Peserta Didik Berbasis Psikologi Positif di Sekolah, Journal Of Basic
Of Education Vol,01 No.02 Januari-Juni 2017 ISSN: 2548-9992.

Anda mungkin juga menyukai