Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH PENERAPAN METODE TALAQQI TERHADAP

KEMAMPUAN SANTRI/SANTRIWATI DALAM MEMBACA

AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN IBNU KASIM NAHDLATUL

WATHAN BINTAN

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh
MARLIN
BP/NIMKO : 1.18.4831 / 1204.18.4800

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MIFTAHUL ‘ULUM
TANJUNGPINANG
1442 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur kita sampaikan kepada Allah

Azza Wa Jalla. karena berkat rahmat, karunia-Nya, serta keridhaan-Nya

jugalah kami dapat menyelesaikan tugas Proposal Penelitian Kuantitatif yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Talaqqi Terhadap Kemampuan

Santri/Santriwati Dalam Membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu

Kasim Nahdlatul Wathan Bintan”.

Tujuan disusunnya proposal ini adalah untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar S1.

Dalam rangkaian proses pembuatan proposal, banyak sekali dukungan

dari pihak eksternal agar proposal ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

inspirasi kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan proposal ini.

Ucapan maaf kami sampaikan kepada para pembaca, apabila di dalam

proposal ini terdapat paduan yang kata yang terkesan menyinggung bagi para

pembaca.

Tanjungpinang, 07 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

a. Latar Belakang ......................................................................................... 1


b. Penegasan Istilah ...................................................................................... 7
c. Permasalahan........................................................................................... 10
1) Identifikasi Masalah ......................................................................... 10
2) Batasan Masalah ............................................................................... 11
3) Rumusan Masalah ............................................................................ 11
d. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 11
1. Tujuan Penelitian.............................................................................. 11
2. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 12
e. Konsep Teoritis Yang Relavan ............................................................... 12
f. Konsep Operasional ............................................................................... 29
g. Asumsi dan Hipotesis.............................................................................. 31
h. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 33
i. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................... 33
j. Populasi dan Sampel ............................................................................... 33
k. Teknik dan Pengumpulan Data ............................................................... 35
l. Teknik Analisa Data ................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENGARUH PENERAPAN METODE DRILL TERHADAP
KEMAMPUAN SANTRI/SANTRIWATI DALAM MEMBACA
AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN IBNU KASIM NAHDLATUL
WATHAN BINTAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan

sebagai suatu proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan

kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian

pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan spesialis atau bidang-bidang

tertentu. Oleh karena itu perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.

Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk

mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan

individu maupun masyarakat. Penekanan pendidikan dibanding dengan

pengajaran terletak pada pembentukan kesadaran dan kepribadian individu

atau masyarakat di samping transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses

semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai

keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi berikutnya,

sehingga mereka betul-betul siap menyongsong masa depan kehidupan

bangsa dan negara yang lebih cerah.1

Dalam proses pendidikan seseorang juga dapat mengetahui apa yang

tidak mereka ketahui. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Dalam Bab II pasal 3

1
Nurkholis. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal
Kependidikan. Vol. 1, No 1, Nopember 2013, hlm 25

1
2

dinyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan tanggung

jawab.”2

Di dalam Al-Qur‟an, kata al-„ilm dan kata-kata jadiannya digunakan

lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada

Rasulullah Shallallahhu „alaihi Wasallam menyebutkan pentingnya membaca,

pena, dan ajaran untuk manusia :

Artinya :
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, Tuhanmu lah yang
paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalian. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya”3 (QS. Al-„Alaq-
96: 1-5)
Pada ayat pertama dalam surah Al-„Alaq terdapat kata iqra‟, dimana

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala melalui malaikat Jibril memerintahkan kepada

2
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, https://pusdiklat.perpusnas.go.id/regulasi/download/6. 08 Juli 2003,
hlm 3
3
Kementrian Agama Republik Indonesia. Mushaf Besar Al-Qur‟an.(Jakarta :
CV Aneka Ilmu, 2013), hlm 537.
3

Muhammad untuk “membaca” (iqra‟). Menurut Shihab (1997) iqra‟ berasal

dari akar kata yan berarti menghimpun, menelaah, mendalami, meneliti,

mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.

Berbagai makna yang muncul dari kata iqra‟ tersebut sebenarnya secara

tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan kegiatan belajar, karena

dalam belajar juga mengandung kegiatan-kegiatan seperti mendalami,

meneliti, membaca dan lain sebagainya.4

Al-Qur‟an merupakan mukjizat dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.

Sehingga, segala sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur‟an sudah tentu

merupakan hal yang luar biasa. Segala sesuatu yang berupa kejadian,

peristiwa, rahasia, maupun pengetahuan yang sudah terkuak maupun belum

terkuak di dalam Al-Qur‟an merupakan keajaiban luar biasa dari Allah

Subhanahu Wa Ta‟ala. Bahkan, hal-hal yang di ceritakan di dalam Al-Qur‟an

berupa tempat, nama, dan waktu merupakan peristiwa luar biasa yang penting

bagi kehidupan umat manusia. Hal ini semata-mata karena Al-Qur‟an

merupakan wahyu Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Sehingga, segala hal yang

melingkupinya pasti menjadi hal luar biasa. Termasuk, bagi mereka yang

mampu membaca serta menghafal, Al-Qur‟an menjadi semacam “mukjizat”

tesendiri.5

Al-Qur‟an menjadi pegangan atau pedoman yang pertama bagi umat

Islam. Al-Qur‟an sebagai dasar kaidah Islam yang mencakup dari seluruh

4
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
hlm 2
5
Yusuf, Muhammad. Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur‟an. (Yogyakarta:
Laksana, 2018), 15
4

bagian kehidupan berbentuk kepercayaan, ibadah, akhlak, moral, karakter,

sejarah dan sosial. Maka dari itu wajib hukumnya belajar Al-Qur‟an bagi

Umat Islam terutama agar bisa membaca. Langkah-langkah pertama yang

harus di lakukan umat Islam dalam kegiatan belajar Al-Qur‟an, yaitu

membaca. 6

Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses pengenalan bentuk-

bentuk huruf dan tata bahasa serta kemampuan memperoleh dan memahami

isi ide/gagasan yang baik tersurat, tersirat, bahkan tersorot dalam suatu

bacaan. Setiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar,

tentunya memiliki arah, fungsi, dan tujuan. Begitu pula halnya kegiatan

membaca yang sangat bermanfaat dalam kehidupan setiap manusia dan

berbagai jenis kalangan atau profesi.7

Dengan adanya kemampuan membaca tulisan bisa menjadikan

seseorang memiliki potensi baca tulis, dan seseorang bisa menghafalkan

mulai dari huruf-huruf dasar. Lebih utama lagi, apabila seseorang bisa baca

Al-Qur‟an dengan pelan dan tartil sehingga langsung dapat memahami tajwid

yang di baca. Maksud dari potensi baca Al-Qur‟an murid yaitu murid bisa

baca Al-Qur‟an denga menggunakan pedoman tajwid yang sudah di pelajari,

membunyikan huruf pada lafad sesuai dengan tempat makhrojnya,

6
Mutiah, Niswatul. Persepsi Metode Yanbu‟a dan Pengaruh Terhadap Hasil
Belajar Membaca Al-Qur‟an di TPQ Raudhatul Mubtadi-ien Kediri.
Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences. Vol. 1, No 3,
November 2020, hlm 155
7
Muhsyanur. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa Reseptif. (Yogyakarta:
Buginese Art), hlm 13-14
5

mengetahui kesalahan pada waktu membaca salah dan mampu membenarkan

sendiri tanpa diingatkan ustadz atau ustadzahnya.8

Pembelajaran membaca Al-Qur‟an menyangkut kaidah tajwid yang

tidak hanya menuntut pemahaman saja akan tetapi menuntut keterampilan

dalam ketepatan lisan dan suara dalam membaca sesuai dengan kaidah tajwid

yang ada. Tentu saja dalam hal tuntutan pemahaman dapat saja dilakukan

dengan jarak jauh atau dilakukan melalui internet atau dengan kata lain

dilakukan satu arah atau secara mandiri oleh siswa tersebut. Namun untuk

keterampilan tentu siswa membutuhkan seorang guru atau pun yang ahli di

bidangnya untuk melatih, dan menilai perkembangan ketepatan lisan dalam

membaca Al-Qur‟an sesuai tajwid. Ringkasnya dituntut adanya interaksi atau

komunikasi dua arah antara pendidik dengan siswa.

Pembelajaran dengan cara ini memang dianggap sebagian kelangan

sebagai pembelajaran yang masih kuno dan terkesan tidak modern, akan

tetapi pembelajaran seperti ini memang menghendaki metode tatap muka,

bahkan akan berbahaya jika dilakukan secara daring ataupun satu arah dengan

menggunakan internet. Dikatakan berbahaya karena pembelajaran Al-Qur‟an

bukanlah kemampuan yang bekalnya hanya untuk satu atau beberapa hari

digunakan, akan tetapi bekal keterampilan membaca Al-Qur‟an menjadi

keterampilan yang akan terus mereka pergunakan sampai akhir hayat

seseorang. Sebab seseorang membaca Al- Qur‟an bukan untuk sehari atau

beberapa hari saja, akan tetapi untuk selamanya, karena membaca terhitung

8
Mutiah, Niswatul. Persepsi Metode Yanbu‟a dan Pengaruh Terhadap Hasil
Belajar Membaca Al-Qur‟an di TPQ Raudhatul Mubtadi-ien Kediri....hlm 155
6

ibadah, dan membacanya merupakan keharusan bagi umat Islam, karena Al-

Qur‟an merupakan sumber hukum Islam.9

Metode ini menawarkan banyak keutamaan terutaman dalam

memperbaiki kesalahan-kesalahan membaca Al-Qur‟an. Pendidik dapat

melihat secara langsung sejauh mana fashih atau tidaknya peserta didik dalam

membaca Al-Qur‟an. Dengan dilakukakannya metode talaqqi peserta didik

berhadapan secara langsung face to face dan mengikuti apa yang diucapkan

pendidik guna memperbaiki kesalahan-kesalahan dari bacaan Al- Qur‟annya.

Perbaikan kesalahan tersebut meliputi makharij al-Huruf (tempat keluarnya

huruf), shifat al-Huruf (sifat huruf) dan ahkam al-Huruf (hukum-hukum

huruf).

Metode Talaqqi menurut bahasa sebagaimana yang diutarakan Ahsin

memiliki arti bertemu langsung, yakni belajar secara langsung dihadapan

guru. Mengenai pengertian menurut bahasa, kata talaqqi berasal dari kosa

kata “laqia” yang artinya berjumpa. Makna berjumpa di sini adalah bertemu

secara langsung antara peserta didik dan pendidik.

Berdasarkan hasil penelitan awal yang dilakukan oleh peneliti

mengenai penerapan metode talaqqi terhadap kemampuan santri/santriwati

dalam membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Khodimul Ulumul Ummah

Kepri masih di temukan gejala masalah seperti : 1) Masih ada

santri/santriwati yang kurang menguasai ilmu tajwid, 2) Masih ada

9
Suriyansyah, Muhammad Arsyad. Implementasi Metode Talaqqi Dan
Musyafahah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Di
Sd Swasta Salsa. Fitrah : Journal of Islamic Education. Vol. 1, No 2, Desember
2020, hlm 217-218
7

santri/santriwati yang belum fasih dalam menyebut huruf hijaiyah 3)Masih di

temukan siswa yang kurang hafal huruf hijaiyah , 4) Masih ada siswa yang

belum paham mengenai makharijul huruf atau tempat keluarnya huruf , 5)

Masih di temukan siswa yang terlambat ketika waktu mengaji dimulai, 6)

Masih di temukan siswa yang belum lancar dalam membaca Al-Qur‟an, 7)

Masih di temukan siswa yang belum terampil dalam menulis huruf hijaiyah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Talaqqi

Terhadap Kemampuan Santri/Santrwati Dalam Membaca Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.”

B. Penegasan Istilah

1. Pengaruh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada atau

timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang.10

2. Penerapan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara

perbuatan menerapkan; pemasangan.11

3. Metode Talaqqi

Kata talaqqi berasal dari bahasa arab “talaqqa-yatalaqqa” asal dari kata

kerja “laqiya-yalqa-liqaan” yang artinya juga bertemu, berhadapan,

10
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm 1150
11
Ibid. Hlm 1689
8

mengambil dan menerima. Metode Talaqqi menurut bahasa sebagaimana

yang diutarakan Ahsin memiliki arti bertemu langsung, yakni belajar

secara langsung dihadapan guru. Mengenai pengertian menurut bahasa,

kata talaqqi berasal dari kosa kata “laqia” yang artinya berjumpa. Makna

berjumpa di sini adalah bertemu secara langsung antara peserta didik dan

pendidik.12

4. Kemampuan

Kemampuan merupakan kecakapan, kesanggupan dan kekuatan seorang

individu untuk berusaha sendiri.13

5. Membaca

Membaca merupakan perbuatan yang di lakukan berdasarkan kerjasama

beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.

Selain itu, membaca adalah perilaku penguraian tulisan, suatu analisis

bacaan. Dengan demikian membaca merupakan penangkapan dan

pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam

menghayati naskah. Di sana mula-mula melakukan aktivitas adalah indera

mata bagi orang yang normal, alat peraba bagi yang tunanetra. Setelah

proses yang bersifat mekanis tersebut berlangsung, maka nalar dan

instituisi kita bekerja pula, berupa proses penghayatan dan pemahaman.

12
Suriyansyah, Muhammad Arsyad. Implementasi Metode Talaqqi Dan
Musyafahah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Di
Sd Swasta Salsa. Fitrah : Journal of Islamic Education. Vol. 1, No 2, Desember
2020, hlm 220
13
Mahdali, Fitriyah. Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Dalam
Perspektif Sosiologi Pengetahuan. Mashdar : Jurnal Studi al-Quran dan Hadis,
Vol. 2 No. 2 2020, hlm 147
9

Dengan penghayatan pembaca, berarti telah pula merasakan nuansa naskah

sehingga bisa pula melangsungkan perenungan-perenungan.14

6. Al-Qur‟an

Secara etimologi kata Al-Qur‟an bentuk masdar dari qara‟ah yang berarti

bacaan, “sesuatu yang dibaca berulang-ulang,” dan pendapat ini yang

lebih masyhur. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu)


dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. al-Qiyaamah [75]:
17-18)
Ada juga yang berpendapat bahwa Al-Qur‟an bermakna al-jam‟u dan talaa

(‫)تال‬. Talaa berasal dari bahasa aramiyah kemudian masuk dalam bahasa

arab sebelum datangnya Islam. Seandainya pun pendapat ini benar, namun

tidak memiliki dasar yang kuat.

Adapun secara terminologi Dr. Subhi as-Salih mendefinisikan Al-Qur‟an

sebagai kalam Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang merupakan mukjizat

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu‟alaihi Wasallam

dan ditulis pada mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir,

membacanya termasuk ibadah. Muhammad Ali ash-Shabuni

mendefinisikan Al-Qur‟an sebagai firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala

yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad

Shallallahu‟alaihi Wasallam penutup para nabi dan rasul, dengan

perantaraan Malaikat Jibril a.s., dan ditulis pada mushaf-mushaf yang

kemudian di sampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan

14
Muhsyanur. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa Reseptif...., hlm 10
10

mempelajarinya merupakan ibadah yang dimulai dari surah al-Faatihah

dan ditutup dengan surah an-Naas.15

7. Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan (NW) Bintan

Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan (NW) Bintan merupakan

lembaga formal yang berada di Kampung Bangun Rejo Km 18 Kijang,

kecamatan Bintan Timur, kabupaten Bintan, tempat penulis mengadakan

penelitian.

C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
a) Masih ada sebagian santri/santriwati masih kurang dalam penguasaan

ilmu tajwid.

b) Masih ada sebagian santri/santriwati dalam pengucapan makhraj yang

berbeda-beda.

c) Masih ada sebagian siswa yang belum bisa membedakan huruf-huruf

hijaiyah.

d) Masih ada murid yang belum mengenal huruf hijaiyah

e) Masih ada murid yang belum lancar dalam membaca Al-Qur‟an

f) Masih ada murid yang belum mahir dalam menulis huruf hijaiyah

g) Masih ada murid yang belum memahami hukum tajwid

2. Batasan Masalah
Dari Latar Belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka

masalah dalam penelitian ini akan peneliti batasi pada Pengaruh Penerapan

15
Hamid, Abdul. Pengantar Studi Al-Qur‟an. (Jakarta: Pranamedia Group, Cet.1,
2016), hlm 7-8
11

Metode Talaqqi Terhadap Kemampuan Santri/Santriwati Dalam Membaca

Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana penerapan metode talaqqi di Pondok Pesantren Ibnu Kasim

Nahdlatul Wathan Bintan ?

b. Bagaiman kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an di

Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan ?

c. Bagaimana pengaruh penerapan metode talaqqi terhadap kemampuan

santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu

Kasim Nahdlatul Wathan Bintan ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan metode talaqqi di

Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.

b. Untuk mengetahui kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-

Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.

c. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode drill terhadap

kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an di Pondok

Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.


12

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi penulis

di Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Tanjungpinang pada

program studi Pendidikan Agama Islam.

b. Untuk memberi pemikiran yang positif dan membangun sebagai

bentuk perbaikan dan pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh

selama menempuh pendidikan di STAI Miftahul Ulum Tanjungpinang

dengan membuat penelitian secara ilmiah dan sistematis.

c. Untuk bahan pertimbangan bahwa ternyata dalam penerapan metode

talaqqi terhadap kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-

Qur‟an di Pondok Pesantren Khadimul Ummah Kepri mempunyai

dampak yang sangat baik bagi perkembangan murid baik didalam

maupun diluar kelas.

d. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi ustadz dan ustadzah

serta siswa untuk mengevaluasi setiap aktivitasnya sehari-hari.

E. Konsep Teoritis Yang Relavan

1. Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengaruh merupakan

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.16

Menurut Hugiono dan Poerwantana menyatakan bahwa pengaruh

merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk dan

16
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia...., hlm
1150
13

merupakan suatu efek. Sedangkan menurut Badudu dan Zain menyatakan

bahwa pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu terjadi, sesuatu

yang membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan tunduk atau

mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain.17

2. Metode Talaqqi

a. Pengertian Metode Talaqqi

Metode talaqqi menurut bahasa sebagaimana yang diutarakan

Ahsin memiliki arti bertemu langsung yakni belajar secara langsung

dihadapan guru sedangkan musyafahah juga memiliki arti mulut ke mulut

atau bibir ke bibir. Mengenai pengertian menurut bahasa, kata talaqqi

berasal dari kosa kata “laqia” yang artinya berjumpa. Makna berjumpa

disini adalah bertemu secara langsung antara peserta didik dan pendidik.

Dalam beberapa literatur penelitian disebutkan bahwa kata talaqqi berasal

dari bahasa arab “talaqqa-yatalaqqa” asal dari kata kerja “laqiya-yalqa-

liqaan” yang artinya juga bertemu, berhadapan, mengambil dan

menerima.18

Talaqqi adalah belajar secara langsung kepada seseorang yang ahli

dalam membaca Al-Qur‟an. Metode talaqqi adalah suatu cara belajar dan

mengajar Al-Qur‟an dari Rasulullah Shallallahhu‟alaihi Wasallam yang

17
Indrawan, Bisma dan Triaelsa, Widiani. Pengaruh Liabilitas Terhadap
Penghasilan Bersih Pada Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan 2013-2017. Jurnal E-BIS Vol. 3 No. 1 , 1 November 2019,
hlm 67
18
Suriyansyah, Muhammad Arsyad. Implementasi Metode Talaqqi Dan
Musyafahah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Di
Sd Swasta Salsa. Fitrah : Journal of Islamic Education. Vol. 1, No 2, Desember
2020, hlm 220
14

terus menerus oleh orang-orang setelah Nabi Muhammad

Shallallahhu‟alaihi Wasallam, para sahabat, tabi‟in hingga para ulama

bahkan pada zaman sekarang terutama untuk daerah Arab seperti Mekkah,

Madinah, dan Mesir. Metode talaqqi terbukti paling lengkap dalam

mengajarkan bacaan Al-Qur‟an yang benar, dan paling mudah diterima

oleh semua kalangan. Metode ini menjadi bukti historis keaslian Al-

Qur‟an yang bersumber dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Talaqqi dari

segi bahasa yaitu belajar secara berhadapan dengan guru. Sering pula

disebut Musyafahah, yang bermakna dari mulut ke mulut (pelajar belajar

Al-Qur‟an dengan memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan

pengucapan makhraj yang benar). (Hasan, 2008: 20). Hal ini menunjukkan

bahwasanya mempelajari Al-Qur‟an harus dengan cara talaqqi, dari lisan

pengajarnya. Pada hadist di atas Rasulullah Shallallahhu‟alaihi Wasallam

telah menganjurkan untuk belajar Al-Qur‟an pada empat orang, mereka

adalah orang-orang Arab yang lisannya fasih, bahkan mereka adalah umat

yang paling fasih. Meskipun demikian, Rasulullah Shallallahhu‟alaihi

Wasallam tidak menyerahkan begitu saja kepada kefasihan mereka, tetapi

beliau memerintahkan mereka untuk mentalaqqi Al-Qur‟an. Hal ini tidak

lain kecuali karena bacaan Al-Qur‟an khusus dan tidak bisa dibuat-buat.19

Istilah ini terdapat dalam metodologi mengajarkan Al-Qur‟an.

Suatu metode mengajarkan Al-Qur‟an secara langsung merupakan metode

19
Amaliah, Nur Indah., Nuroni, Enoh., dan Pamungkas, M. Imam. Pembelajaran
Tahfidz Al-Qur‟an Dengan Metode Talaqqi (Studi Kasus Di Madrasah
Ibtidaiyah Asih Putera Kota Cimahi). Proseding Pendidikan Agama Islam. Vol.
1, No 2 , 2018, hlm 232-233
15

talaqqi, artinya pengajaran Al-Qur‟an itu diterima dari generasi ke

generasi, dari seorang guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut

ke mulut kepada muridnya.20

Pembelajaran Talaqqi pada prakteknya seorang murid berhadapan

langsung/tatap muka dengan gurunya baik sendri maupun beberapa murid

sehingga ketika seorang murid melakukan kesalahan dalam pembelajaran

al-Qur‟an guru langsung bisa membenarkan dan pada saat itu juga seorang

murid memperbaiki kesalahannya dalam belajar, hal ini khususnya dalam

pembelajaran membaca dan menghafal al-Qur‟an. Pembelajaran al-Qur‟an

metode Talaqqi adalah metode yang paling tepat dan Allah Subhanallahhu

Wa Ta‟ala telah menyebut cara ini dalam al-Qur‟an al-Karim secara jelas

dalam firman-Nya pada Surat an-Naml ayat 6:

Ayat ini menunjukan bahwasannya nabi Muhammad mempelajari

al-Qur‟an al-Karim dengan cara khusus, yaitu Talaqqi. Talaqqi ataupun

Musyafahah merupakan metode belajar al-Qur‟an yang mensyaratkan

perjumpaan secara langsung antara murid dengan guru. Talaqqi juga

mensyaratkan gerak mulut murid harus mengikuti gerak mulut yang

dicontohkan guru. Karenanya Talaqqi juga disebut dengan Talaqqisyafahi

atau Musyafahah yang secara bahasa dapat diartikan “adu lambe” atau

saling mengikuti gerakan bibir.

20
Asy-Syahida, Salma Nadhifa, dan Rasyid, A.Mujahid. Studi Komparasi Metode
Talaqqi dan Metode Tilawati dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
qur‟an. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. Vol. 4, No 2 , April 2020, hlm 187
16

Inti dari metode Talaqqi yaitu proses menghafal dilakukan secara

tatap muka dengan guru penghafal Qur‟an. Di mana anak mendengarkan

guru membacakan ayat Al-Qur‟an yang akan di hafal secara berulang-

ulang. Dalam metode ini diperlukan kerjasama yang maksimal antara guru

dan murid, karena proses hafalan dilakukan secara bertatap muka dengan

guru penghafal Qur‟an.

b. Bentuk-bentuk Metode Talaqqi

Ada beberapa bentuk metode talaqqi dalam pembelajaran al-

Qur‟an, bentuk-bentuk tersebut akan dijelaskan di bawah ini:

1. Tasmi‟ artinya memperdengarkan, tasmi‟ adalah bentuk masdar yang

artinya memperdengarkan bacaan al-Qur‟an. Metode ini cara

kerjanya adalah memperdengarkan al-Qur‟an untuk dihafal atau

didengar oleh murid/orang lain.

2. „Aradh yang artinya adalah menyampaikan, mengajukan dan

mendemonstrasikan. Metode ini cara kerjanya adalah membacakan

atau menyetorkan hafalan kepada seorang guru. Seorang guru bisa

membetulkan bacaan yang keliru atau salah dari seorang pembaca.

hal ini didasari sesuai dengan yang dilakukan rasulullah

membacakan al-Qur‟an dihadapan malaikat Jibril”.

3. Qira‟at Fi Ash-Sholah. Sesuai dengan maknanya Qira‟At Fi

Ashsholah adalah membacakan al-Qur‟an ketika sholat. Hal ini

didasari sesuai yang dilakukan nabi Muhammad Saw bahwa nabi

kadang memperdengarkan para sahabat beberapa ayat dalam sholat


17

sirriyyah. dan para sahabat memperhatikan surat yang dibacakan

oleh Rasulullah pada sholat jahriyah.

c. Kelemahan dan Kelebihan Metode Talaqqi

Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki metode talaqqi

adalah sebagai berikut

1. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid.

2. Memungkunkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan

membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam

menguasai bahasa arab.

3. Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka

tentang interpretasi kitab karena berhadapan dengan guru secara

langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab.

4. Guru dapat mengetahui pasti kualitas yang dicapai muridnya.

5. Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran

(kitab), sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang

cukup lama.

Adapun kelemahannya sebagai berikut:

1. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid(tidak lebih

dari orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode

ini kurang begitu tepat.

2. Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran,

kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi.


18

3. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama

mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.

3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

a. Konsep Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Sebagaimana diketahui secara umum, Al-Qur‟an adalah firman

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahhu „alaihi

Wasallam melalui malaikat jibril sebagai petunjuk dan pedoman hidup

manusia. Al-Qur‟an diturunkan dengan menggunakan Bahasa Arab,

baik dari segi lafal maupun uslubnya. Al-Qur‟an diturunkan

menggunakan Bahasa Arab sebab beberapa keistimewaan yang

dimilikinya, salah satunya adalah Bahasa Arab merupakan bahasa tertua

yang ada di muka bumi sebab Bahasa Arab berkembang mulai Nabi

Adam AS dan Siti Hawa, Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling

banyak memiliki kosa kata yang jarang ditemui pada bahasa lainnya,

serta bahasa inilah yang memiliki tingkat kesusastraan paling tinggi.

Sebagai pedoman hidup, tentu umat manusia harus mempelajarinya

agar tidak tersesat pada akhirnya. Agar tidak terbawa oleh bujuk rayu

syaithan, Al-Qur‟an wajib dikaji, dipahami, dihayati dan kemudian

diamalkan. Sebab Al-Qur‟an akan menjadi penolong bagi yang

istiqomah dalam membacanya. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi yang

artinya :

: ‫صلّى َّللاُ َعلَ ٍْ َِ و َسلهن ٌقو ُل‬ ‫رسول ه‬


َ ِ‫َّللا‬ َ ُ ‫ س ِو‬: ‫َّللا عٌَُ قال‬
‫عث‬ ‫عي أَبً أُها َهةَ رضً ه‬
‫« ا ْق َر ُؤا القُرْ آىَ فإًِهَُ ٌَأْجً ٌَوْ م القٍاه ِة َشفٍِعا ً ألصْ حابِ َِ » رواٍ هسلن‬
19

Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda


“Bacalah Al-Qur‟an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafa‟at bagi orang yang membacanya” (HR.Muslim)21

Kemampuan merupakan kecakapan, kesanggupan dan kekuatan

seorang individu untuk berusaha sendiri. Sedangkan pengertian

membaca adalah proses mengubah sebuah bentuk

lambang/tulisan/tanda menjadi sebuah bacaan yang kemudian dapat

dipahami isinya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca merupakan kegiatan memahami suatu bacaan dengan

melisankan yang sudah tertulis. Sedangkan pengertian Al-Qur‟an

menurut para ahli adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad yang ditulis berbentuk mushaf. Menurut ahli tafsir Al-

Qur‟an yang lain, Al-Qur‟an merupakan kalamullah atau firman Allah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahhu „alaihi

Wasallam dan bagi yang membacanya merupakan ibadah. Serta masih

banyak lagi pengertian Al-Qur‟an yang senada dengan yang sudah

disebutkan diatas.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

membaca Al-Qur‟an merupakan suatu kecakapan seorang individu

untuk membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah

yang berlaku. Untuk memahami isi dari suatu maksud, maka seseorang

21
Kementrian Agama Republik Indonesia. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an.
https://kemenag.go.id/read/keutamaan-membaca-al-qur-an-9n4na. Di akses
pada hari Selasa, 31 Agustus 2021.
20

diwajibkan terlebih dahulu untuk membaca, begitupun dengan Al-

Qur‟an. Agar memahami suatu maksud dan tujuan yang termaktub

dalam Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia, maka seseorang

harus membacanya terlebih dahulu.

b. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Adapun seseorang dapat dikatan mampu membaca Al-Qur‟an

dengan baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku yakni apabila

seorang tersebut mampu membaca dengan memenuhi aspek-aspek

berikut :

1) Tajwid

Dalam membaca Al-Qur‟an seseorang harus memahami kaidah ilmu

tajwid. Tajwid merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang

tempat keluarnya huruf (Makharijul Huruf), sifat-sifat huruf

(Shifatul Huruf) serta bacaan-bacaannya. Ilmu tajwid bertujuan agar

seseorang dapat membaca Al-Qur‟an dengan benar dan fasih sesuai

dengan ajaran Nabi Muhammad Shallallahhu „alaihi Wasallam dan

menghindari terjadinya kesalahan dalam Al-Qur‟an. Hukum

mempelajari ilmu tajwid menurut para ulama‟ adalah Fardhu

Kifayah sedangkan membaca Al- Qur‟an dengan menerapkan kaidah

tajwid hukumnya adalah Fardhu „Ain yakni wajib bagi masing-

masing individu yang membaca Al-Qur‟an.

Oleh sebab itu, menjadi wajib bagi setiap umat muslim untuk

mempelajari ilmu tajwid guna menghindari kesalahan dalam


21

membaca Al-Qur‟an. Dalam penerapan ilmu tajwid, Nabi

Muhammad Shallallahhu „alaihi Wasallam merupakan contoh

pendidik yang dapat dijadikan sebagai teladan. Nabi Muhammas

Shallallahhu „alaihi Wasallam merupakan seorang guru dan pendidik

yang mengajarkan Al-Qur‟an lengkap dengan penerapan ilmu tajwid

terutama kepada anak yang masih kecil. Berkenaan dengan ini ruang

Al-Qattan Manna, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, lingkup ilmu tajwid

yang akan dipelajari meliputi sifat-sifat huruf, makhraj huruf,

bacaan-bacaan yang ada dalam ilmu tajwid, tanda waqaf serta yang

lainnya.

2) Makharijul Huruf

Makahrijul Huruf atau tempat keluarnya huruf berbeda-beda sesuai

dengan jenis hurufnya. Seorang peserta didik tidak dapat

membedakan suatu huruf tanpa tau darimana tempat keluarnya huruf

tersebut. Penting sekali mengetahui perbedaan antara satu huruf

dengan huruf lainnya agar terhindar dari kesalahan membaca, jika

bacaan tersebut salah maka akan merubah arti yang sebenarnya.

Sebagai contoh pada permulaan surat At-Tin, kata pertama pada

surat tersebut jika dibaca “Wa at-Thin” yang artinya demi buah tiin,

jika seseorang tidak dapat membedakan hurufnya dan kemudian

terbaca “Wa ats-Siin” maka artinya akan berubah menjadi demi

tanah. Ketika kita membaca Al- Qur‟an dengan kesalahan-kesalahan

secara terus menerus, maka bukan nilai ibadah yang didapatkan akan
22

tetapi sebaliknya, sebab ketika tidak mengetahui suatu ilmu

diwajibkan bagi seseorang untuk mempelajarinya. Adapun tempat

keluarnya huruf meliputi:

a) Al-Halq (tenggorokan) meliputi :

Pangkal tenggorokan ( ٍdan ,‫ )ا‬tengah tenggorokan ( ‫ع‬dan ‫ )ح‬dan

ujung tenggorokan ( ‫غ‬dan ‫)خ‬

b) Al-Lisan (lidah) meliputi : Pangkal lidah dengan langit-langit (‫)ق‬,

lidah hampir pangkal dengan langit-langit ( ‫)ك‬, lidah bagian

tengah dengan langit-langit ( ‫ ش ج‬dan ‫)ي‬, tepi lidah kanan atau

kiri dengan memanjang dari pangkal sampai depan ( ‫)ض‬, tepi

lidah kanan dan kiri sampai ujung lidah dengan gusi atas ( ‫)ل‬,

ujung lidah dengan gusi atas ( ‫)ى‬, ujung lidah dengan gusi atas

dekat makhraj nun ( ‫)ر‬, punggung kepala lidah dengan pangkal

gigi seri atas ( ‫ ط د‬dan ‫)ت‬, ujung lidah dengan pangkal gigi seri

yang atas ( ‫ ص س‬dan ‫)ز‬, dan ujung lidah dengan ujung dua buah

gigi atas (‫)ظ ث‬

c) Asy-Syafatain (bibir) meliputi : Bibir bawah dengan ujung gigi

atas ,(‫ )ف‬bibir atas dan bawah dengan rapat,(‫ )م ب‬dan bibir atas

dan bawah dengan agak renggang sedikit (‫)و‬

d) Al-Jauf (rongga mulut) meliputi : semua huruf mad yaitu alif,

ya‟dan wawu

e) Al-Khoisyum (Pangkal hidung) meliputi : Nun sukun atau tanwin

ketika di idgham bighunnahkan, di ikhfa;kan serta di iqlabkan dan


23

mim sukun yang di idghamkan pada mim dan di ikhfa‟kan pada

ba‟.

3) Shifatul Huruf

Setiap huruf memiliki sifat atau karakteristik masing-masing

sehingga memudahkan untuk membedakan antara satu huruf dengan

huruf lainnya. Sifat-sifat huruf tersebut adalah Jahr, Rokhowah,

Syiddah, dan sebagainya. Selain memiliki sifat, huruf-huruf tersebut

memiliki hukum bacaan diantara lain hukum bacaan nun mati,

hukum bacaan mim mati, bacaan iamalah, bacaan naql dan lain

Sebagainya.

4) Kelancaran/At-Tartil

Dalam Al-Qur‟an surat Al Muzammil ayat 4 Allah berfirman yang

artinya :

“...atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan
perlahan-lahan...” (QS. Al Muzammil : 04)
Berdasarkan firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur‟an surat

Al- Muzammil ayat 4 tersebut, Allah memerintahkan kepada hamba-

Nya untuk membaca Al-Qur‟an dengan tartil atau perlahan-lahan.

Perintah tersebut dimaksudkan agar yang membaca Al-Qur‟an

mampu menghayati bacaan Al-Qur‟an dan benar-benar memahami

isinya. Bacaan Al-Qur‟an yang perlahan dan menerapkan ilmu

tajwid akan terdengar nyaman ditelinga pembaca dan pendengarnya.

Menurut Ali bin Abi Thalib ra, tartil adalah

memperindah/memperbaiki bacaan Al-Qur‟an serta mengerti dan


24

menerapkan hukum ibtida‟ dan waqaf. Sedangkan menurut As‟ad

Humam dalam bukunya, tartil adalah memperindah bacaan-bacaan

dalam Al-Qur‟an dengan perlahan, teratur, jelas dan terang serta

menerapkan illmu tajwid. Dengan demikian bacaan Al-Qur‟an yang

baik adalah bacaan Al-Qur‟an yang dilakukan dengan tenang,

perlahan, tidak terburu-buru dan benar sesuai aturan tajwid dan ilmu

Al-Qur‟an lainnya.

c. Tata cara/Adab Membaca Al-Qur’an

Dalam islam, Al-Qur‟an mengajarkan segala sesuatu lengkap

dengan adab yang harus digunakan oleh seorang muslim. Seperti ketika

membaca Al-Qur‟an, ada adab-adab yang harus diperhatikan agar tidak

melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan sehingga membacanya

dapat bernilai sebagai ibadah. Adapun adab-adab bagi orang yang

hendak membaca Al-Qur‟an adalah :

1) Badan senantiasa suci dari hadast dan najis

2) Pakaian dan tempat membaca Al- Qur‟an suci dari hadast dan najis

3) Saat membaca Al-Qur‟an jangan sambil mengunyah makanan atau

sejenisnya

4) Sebelum membaca Al-Qur‟an hendaknya membaca ta‟awudz,

bismillah, dan ketika sudah selesai membaca bacalah Sadaqallahul-

adzim
25

5) Membaca Al-Qur‟an dengan tenang, perlahan dan tidak tergesa-

gesa (Tartil) Bersikap tenang, menghadap kiblat, dan tidak disertai

hati yang riya‟ dan sombong

6) Niat membaca Al-Qur‟an hanya karena ingin mendapatkan ridlo

Allah semata

7) Membaca Al-Qur‟an dengan menghadap ke arah kiblat

8) Ketika ada bacaan ayat sajadah, hendaknya melakukan sujud tiawah

atau membaca tasbih

9) Berusaha memahmi isi dan kandungan setiap ayat

10) Mengagungkan dan mengesakan Allah ketika membaca wahyu

ilahi, dengan demikian diharapkan terasa nikmat dalam hati

pembacanya

11) Senantiasa berusaha agar bacaan tersebut selalu membekas dihati

dan berusaha mengamalkan kandungan Al-Qur‟an

d. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan membaca Al-Qur‟an berkaitan dengan kondisi

masing-masing individu. Ada beberapa orang yang belajar Al-Qur‟an

dengan istiqomah sampai akhirnya benar-benar lancar, ada yang

sekedar belajar saja tanpa ada target untuk lancar, dan juga ada yang

belajar Al-Qur‟an karena paksaan atau tekanan dari lingkungan sekitar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan membaca Al-

Qur‟an setiap individu berbeda sesuai dengan faktor-faktor yang


26

mempengaruhinya. Muhibbin Syah berpendapat bahwa faktor tersebut

adalah faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal.

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu masing-

masing. Faktor ini terdiri atas faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a) Faktor Fisiologis

Adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau

fisik setiap individu. Kondisi fisik yang normal seperti pada

umumnya menjadi faktor penentu keberhasilan individu dalam

proses belajar. Misalnya, seseorang yang memiliki gangguan pada

lidah tentu akan mempengaruhi tingkat kejelasan saat berbicara

dan membaca terutama dalam membaca Al-Qur‟an. Kondisi fisik

yang sehat juga mempengaruhi tingkat kemampuan seorang anak,

fisik yang lemah dan sering sakit sakitan juga akan berpengaruh

pada proses pembelajaran seorang anak.

b) Faktor Psikologis

Faktor ini berhubungan dengan kondisi kejiwaan dan mental

dalam diri seseorang yang dapat mendorong untuk lebih giat

dalam belajar. Faktor psikologis meliputi : (1) Intelegensi, yaitu

kemampuan untuk mempermudah melakukan penyesuaian secara

tepat terhadap lingkungan sosial seseorang. Kecerdasan seseorang

dapat dilihat dari beberapa cirinya yaitu cepat menangkap

terhadap pelajaran, selalu ingin tahu sesuatu yang baru, dorongan


27

terhadap sesuatu yang positif kuat, banyak ide dan kreatif.

Tingkat kecerdasan seseorang juga menjadi faktor penentu tingkat

kemampuan seseorang dalam membaca Al-Qur‟an. (2) Minat,

yaitu keingintahuan dan kecenderungan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap

kemampuan seseorang memahami sesuatu seperti membaca Al-

Qur‟an. Minat yang tinggi akan menghasilkan kemampuan yang

tinggi juga. Minat berhubungan dengan perasaan individu, ketika

seseorang melakukan sesuatu dengan senang maka tingkat

keberhasilan akan tinggi pula. (3) Motivasi, merupakan sesuatu

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi

dapat menentukan tingkat kemampuan seseorang dalam membaca

Al-Qur‟an. Motivasi belajar yang tepat dan usaha yang tekun

akan membuahkan hasil yang baik.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu.

Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor eksternal

lingkungan sosial dan faktor eksternal non sosial.

a) Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berhubungan dengan keadaan sosial

disekitarnya, lingkungan sosial meliputi keluarga, masyarakat

disekitar, guru dan teman sepermainan. Segala sesuatu yang ada

di sekitar siswa merupakan lingkungan sosialnya. Lingkungan


28

sosial seorang siswa yang banyak memberikan pengaruh terhadap

proses pembelajaran siswa adalah lingkungan sekolah,

lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat disekitarnya.

Misalnya seorang siswa tumbuh diantara keluarga yang agamis

maka dia akan tumbuh menjadi seorang siswa yang agamis, jika

seorang siswa tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak terlalu

agamis dan kondisi sosial masyarakatnya juga banyak yang

menganut agama yang berbeda, maka kemungkinan besar siswa

tersebut juga tumbuh sebagai siswa yang tidak terlalu agamis dan

tidak terlalu mengenal perbedaan antara agamanya dan agama

yang dianut orang lain. Selain kondisi sosial keluarga dan

masyarakat, latar belakang pendidikan juga mempengaruhi

kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an. Misal, siswa yang

pernah mengenyam pendidikan Al- Qur‟an di Madrasah akan

berbeda hasilnya dengan siswa yang tidak pernah mengenyam

pendidikan Al-Qur‟an sebelumnya.

b) Faktor Lingkungan Non Sosial

Faktor lingkungan non sosial meliputi akses pendukung bagi

seorang individu. Seperti pada seorang siswa, maka lingkungan

non sosialnya meliputi gedung rumah dan letaknya, gedung

sekolah dan letaknya, cuaca dan waktu belajar yang digunakan

oleh siswa. Faktor tersebut dinilai menjadi salah satu penentu


29

kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an. Seperti contoh,

siswa tidak akan nyaman belajar di gedung sekolah yang kumuh,

bocor di saat hujan dan banyak hal lainnya. Letak sekolah yang

berada di tempat tidak semestinya (di tengah kuburan, misal) juga

menentukan tingkat kenyamanan siswa ketika belajar.

F. Konsep Operasional

Berdasarkan judul pada penelitian ini yaitu Pengaruh Penerapan

Metode Talaqqi Terhadap Kemampuan Santri/Santriwati Dalam Membaca

Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan (NW) Bintan,

maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel.

Metode Talaqqi sebagai variabel X Sedangkan Kemampuan

Santri/Santriwati Membaca Al-Qur‟an sebagai variabel Y. Adapun

Indikatornya adalah :

Variabel Indikator

Metode Talaqqi (X) 1. Memulai dan mengakhiri pelajaran

tepat waktu

2. Metode talaqqi diterapkan secara

langsung face to face

3. Metode talaqqi di terapkan oleh

seorang guru yang hafidz al-Qur‟an

4. Antara guru dan murid harus terlibat

aktif dalam menghafal al-Qur‟an

5. Guru akan membaca atau menghafal


30

di depan muridnya dalam rangka

memperbaiki kekeliruan ayat ayat

yag dihafal seperti pelafalan huruf-

huruf, makharijul al-huruf, waqaf,

ibtida‟, dan lain-lain.

6. Hafalan yang masih kurang akan di

perbaiki langsung oleh guru.

7. Ketepatan bacaan sesuai dengan

tajwid

8. Kelancaran bacaan yang di baca

secara tartil

9. Membuat target hafalan

10. Setoran hafalan dan muroja‟ah.22

Kemampuan membaca Al- 1. Hukum bacaan Nun Sukun dan

Qur‟an (Y) Tanwin

2. Hukum Qalqalah

3. Rongga mulut

4. Tenggorokan

5. Lidah

6. 2 bibir

22
Haryani, Leni Dwi., dan Sholeh, Muhtar Arifin. Efektivitas Metode Talaqqi
dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur‟an Peserta Didik di SDIT Ulul Al-Bab
Weleri. Ta‟dibuna: Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. Vol. 2, No 2 ,
November 2019, hlm 49
31

7. Membaca Al-Qur‟an dengan

perlahan

8. Membaca Al-Qur‟an dengan

jelas dan terang

9. Memulai dengan membaca

ta‟awudz dan bismillah serta

membaca Sadaqallahul adzim

ketika telah selesai, serta suci

badan dan pakaian dari hadast

dan najis

10. Berusaha memahami isi dan

kandungan ayat yang di baca23

G. Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Dalam buku Suharsimi Arikunto, menurut Winarno Asumsi atau

anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya

diterima oleh penyidik.24 Berdasarkan rumusan pengertian diatas, maka

yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah :

a. Metode Mengajar Ustadz/Ustadzah di Pondok Pesantren Ibnu Kasim

Nahdlatul Wathan Bintan berbeda-beda

b. Kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an bervariasi

23
Sa‟adah. Ilmu Tajwid. (Surabaya: Khazanah Media Ilmu, 2006), hlm 10-58
24
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2020), hlm.
104
32

c. Ada pengaruh metode talaqqi terhadap kemampuan santri/santriwati

dalam membaca Al-Qur‟an di di Pondok Pesantren Ibnu Kasim

Nahdlatul Wathan Bintan.

2. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul.25 Adapun Hipotesa yang penulis gunakan adalah :

a. Hipotesa Kerja (Ha)

Yaitu hipotesa alternative yang menyatakan adanya hubungan antara

independent variabel dengan dependent variabel yaitu : Terdapat

pengaruh metode talaqqi terhadap kemampuan santri/santriwati dalam

membaca Al-Qur‟an di di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul

Wathan Bintan.

b. Hipotesa Nihil (Ho)

Hipotesa nihil yaitu hipotesa yang menyatakan adanya persamaan atau

tidak adanya perbedaan antara kedua variabel itu : Tidak terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap metode talaqqi terhadap kemampuan

santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu

Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.

25
Ibid. Hlm. 110
33

H. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini di perkirakan akan memakan waktu selama 3 bulan,

dari bulan September 2021 sampai dengan Desember 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Ibnu Kasim

Nahdlatul Wathan yang beralamat Jl. Nusantara Km 18 Kijang Kp Bangun

Rejo Kelurahan Gunung Lengkuas, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten

Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

I. Subjek dan Objek

1. Subjek

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Santri/Santriwati

di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan..

2. Objek

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pengaruh

penerapan metode talaqqi terhadap kemampuan santri/santriwati membaca

Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul Wathan Bintan.

J. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik


34

tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.26

Sedangkan populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah

keseluruhan subjek penelitian.27 Jadi populasi itu bersifat umum dan

meliputi berbagai keadaan, sehingga yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh murid di Pondok Pesantren Ibnu Kasim

Nahdlatul Wathan Bintan.yang berjumlah 80 siswa.

2. Sampel

Menurut Sugiyono sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.28 Sedangkan menurut Arikunto,

penentuan pengambilan sampel adalah apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika

jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau

lebih tergantung dari sedikit banyaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana.

c. Besar kecilnya resiko yang yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar

hasilnya akan lebih baik.29

26
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2020), hlm. 126.
27
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian,…, hlm. 173.
28
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,…, hlm. 127.
29
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian,…, hlm 177
35

Berdasarkan pendapat di atas ,maka penulis mengambil sampel

keseluruhan dari populasi yang berjumlah 80 murid.

K. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang di perlukan, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data, yaitu;

1. Observasi

Dalam buku Sugiyono, menurut Sutrisno Hadi mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.30

Metode ini dilakukan pada saat pembelajaran Al-Qur‟an, untuk

mengetahui kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an

dengan memggunakan metode talaqqi di Pondok Pesantren Ibnu Kasim

Nahdlatul Wathan Bintan.

Observasi ini di gunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas

kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an dengan

memggunakan metode talaqqi di Pondok Pesantren Ibnu Kasim Nahdlatul

Wathan Bintan.

2. Wawancara/Interview

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.

30
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,…, hlm. 203.
36

Wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan dari pada laporan tentang diri sendiri

atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi.31

Wawancara ini di gunakan untuk mendapatkan data tentang

aktivitas kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an dengan

memggunakan metode talaqqi di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan

Bintan.

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intigensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.32

Namun pada penelitian ini penulis menggunakan tes lisan. Tes

lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan

peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga

menumbuhkan sikap berani berpendapat. Jawaban dapat berupa kata,

frase, kalimat maupun paragraf.33

31
Ibid. Hlm 195
32
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian,…, hlm. 193
33
Salamah, Umi. Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan. Jurnal Evaluasi. Vol.2,
No. 1, Maret 2018, hlm 284
37

4. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

responden untuk dijawabnya. Kuesioner juga merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang di harapkan dari responden.34

Kuesioner ini akan digunakan untuk membantu peneliti dalam

memperoleh data yang berupa pertanyaan atau pernyataan tentang

kemampuan santri/santriwati dalam membaca Al-Qur‟an dengan

memggunakan metode talaqqi di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan

Bintan.

5. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya. Metode dokumentasi dapat juga diartikan mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notule rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.35

Lembar dokumentasi ini akan digunakan untuk membantu peneliti

dalam memperoleh data tentang kemampuan santri/santriwati dalam

34
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D...hlm. 199.
35
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian,…, hlm. 201 dan 274
38

membaca Al-Qur‟an dengan memggunakan metode talaqqi di Pondok

Pesantren Nahdlatul Wathan Bintan.

L. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang terkumpul, peneliti menggunakan

analisa statistik yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang diajukan :

a. Untuk menjawab rumusan masalah tentang kemampuan murid dalam

membaca Al-Qur‟an dengan memggunakan metode yanbu‟a di Pondok

Pesantren Nahdlatul Wathan Bintan, peneliti menggunakan persentase

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = Angka Persentase

F = Frekuensi

N = Banyak Individu

Setelah mendapat hasil, data yang telah dipersentasekan tersebut kemudian

di rekapitulasi dan diberi kriteria sebagai berikut :

a. 81 % - 100 % = dikategorikan sangat baik

b. 61 % - 80 % = dikategorikan baik

c. 41 % - 60 % = dikategorikan cukup baik

d. 21 % - 40 % = dikategorikan kurang baik


39

e. 0 % - 20 % = dikategorikan tidak baik36

b. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah tentang apakah ada

pengaruh penerapan metode yanbu terhadap kemampuan murid dalam

membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Bintan ,

digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut :

Keterangan

: Angka indeks korelasi “r” product moment

∑ : Jumlah perkalian antara variabel x dan y

∑x2 :
Jumlah dari kuadrat nilai x

∑y2 : Jumlah dari kuadrat nilai y

(∑x)2 :
Jumlah nilai x kemudian dikuadratkan

(∑y)2 :
Jumlah nilai y kemudian dikuadratkan

N : Jumlah responden37

Hasil dari perhitungan dikonsultasikan ke table nilai “r” Product Moment

dengan terlebih dahulu mncari derajat (df) dengan rumus :

Df = n-n.r38

36
Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 193.
37
Ibid, hlm 193
38
Soemanto. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. (Bandung: Aksara,
1987), hlm. 74.
40

Jika harga r hitung lebih kecil dari “r” Product Moment, maka korelasi

tersebut tidak signifikan, begitu pulak sebaliknya.39 Dalam memberikan

interprestasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” product

moment (xy) pada umumnya digunakan sebagai berikut :

Besarnya “r” Product Moment Interprestasi

0,00 – 0,20 Sangat lemah atau sangat rendah

0,20 – 0,40 Lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Sedang atau cukup

0,70 – 0,90 Kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Sangat kuat atau sangat tinggi40

39
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta,
1994), hlm. 23.
40
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindi
Persada, 2008), hlm. 180.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,


1994.

_________. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara, 2020

Amaliah, Nur Indah., Nuroni, Enoh., dan Pamungkas, M. Imam. Pembelajaran


Tahfidz Al-Qur‟an Dengan Metode Talaqqi (Studi Kasus Di Madrasah
Ibtidaiyah Asih Putera Kota Cimahi). Proseding Pendidikan Agama
Islam. Vol. 1, No 2 , 2018

Asy-Syahida, Salma Nadhifa, dan Rasyid, A.Mujahid. Studi Komparasi Metode


Talaqqi dan Metode Tilawati dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-qur‟an. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. Vol. 4, No 2 ,
April 2020

Fitriyah. M. Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Dalam Perspektif


Sosiologi Pengetahuan. Mashdar : Jurnal Studi al-Quran dan Hadis, Vol.
2 No. 2, 2020

Hamid, Abdul. Pengantar Studi Al-Qur‟an. Jakarta: Pranamedia Group, Cet.1,


2016

Haryani, Leni Dwi., dan Sholeh, Muhtar Arifin. Efektivitas Metode Talaqqi dalam
Meningkatkan Hafalan Al-Qur‟an Peserta Didik di SDIT Ulul Al-Bab
Weleri. Ta‟dibuna: Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. Vol. 2, No 2 ,
November 2019

Indrawan, Bisma., dan Triaelsa, Widiani. “Pengaruh Liabilitas Terhadap


Penghasilan Bersih Pada Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan 2013-2017.” Jurnal E-BIS Vol. 3 No. 1 , 1 November
2019

Muhammad, H. Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur‟an “Yanbu‟a”.


(Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an Kudus, 2009)

Kementrian Agama Republik Indonesia. Mushaf Besar Al-Qur‟an. Jakarta : CV


Aneka Ilmu. 2013

Kementrian Agama Republik Indonesia. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an.


https://kemenag.go.id/read/keutamaan-membaca-al-qur-an-9n4na. Di
akses pada hari Selasa, 31 Agustus 2021
Mahdali, Fitriyah. Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Dalam Perspektif
Sosiologi Pengetahuan. Mashdar : Jurnal Studi al-Quran dan Hadis,
Vol. 2 No. 2 2020

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013


Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur‟an.
Yogyakarta: Laksana, 2018
Muhammad, H. Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur‟an “Yanbu‟a”.
(Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an Kudus, 2009)

Muhsyanur. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa Reseptif. Yogyakarta:


Buginese Art
Mutiah, Niswatul. Persepsi Metode Yanbu‟a dan Pengaruh Terhadap Hasil Belajar
Membaca Al-Qur‟an di TPQ Raudhatul Mubtadi-ien Kediri. Indonesian
Journal of Humanities and Social Sciences. Vol. 1, No 3, November
2020,

Nurkholis. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal


Kependidikan. Vol. 1, No 1, Nopember 2013.

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.


2011

Salamah, Umi. Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan. Jurnal Evaluasi. Vol.2,


No. 1, Maret 2018

Sa‟adah. Ilmu Tajwid. Surabaya: Khazanah Media Ilmu, 2006

Soemanto. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: Aksara. 1987

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindi Persada,


2008

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


2010

Suriyansyah, Muhammad Arsyad. Implementasi Metode Talaqqi Dan


Musyafahah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an
Siswa Di Sd Swasta Salsa. Fitrah : Journal of Islamic Education. Vol. 1,
No 2, Desember 2020

Syaikh Manna Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2015
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.


Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang. Depdiknas,
https://pusdiklat.perpusnas.go.id/regulasi/download/6. 08 Juli 2003

Yusuf, Muhammad. Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur‟an. Yogyakarta:


Laksana. 2018

Anda mungkin juga menyukai