Anda di halaman 1dari 40

PERAN USTADZ DAN USTADZAH DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SESUAI ILMU TAJWID PADA


SANTRI TPQ NURUL HIDAYAH DI GROGOL KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah skripsi

Dosen Pembimbing

Novi Rosita Rahmawati, M.Pd

Disusun oleh:

Muhammad Luqman Bay Haqi

NIM: 9321.108.18

PROGRAM STUDI PENDIDKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI 2021


HALAMAN PERSETUJUAN

PERAN USTADZ DAN USTADZAH DALAM MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SESUAI ILMU TAJWID PADA
SANTRI TPQ NURUL HIDAYAH DI GROGOL KOTA KEDIRI

Oleh:
Muhammad Luqman Bay Haqi
9321.108.18

Proposal ini telah disetujui untuk diajukan pada seminar proposal


Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Novi Rosita Rahmawati, M. Pd


NIP. 199211092018012001

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................ Error! Bookmark not defined.

B. Fokus Penelitian ............................................................................................................5

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................6

E. Penegasan Istilah...........................................................................................................6

F. Penelitian Terdahulu .....................................................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI ........................................ Error! Bookmark not defined.

A. Kajian Tentang Ustadz dan Ustadzah ......................... Error! Bookmark not defined.

B. Kajian Tentang Al-Qur’an ........................................ Error! Bookmark not defined.

C. Kajian Tentang Ilmu Tajwid ....................................... Error! Bookmark not defined.

D. Kajian Tentang TPQ ................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN............................... Error! Bookmark not defined.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................................24

B. Kehadiran Peneliti .......................................................................................................24

C. Lokasi Penelitian.........................................................................................................24

D. Data dan Sumber Data ................................................................................................ 25

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 25

F. Instrument Pengumpulan Data ....................................................................................27

G. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................................................... 27

H. Teknik Analisis Data ..................................................................................................28

I. Tahap-Tahap Penelitian................................................................................................ 29

iii
J. Sistematika Pembahasan .............................................................................................. 30

K. Outline ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .................................................... Error! Bookmark not defined.

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Di dalam kehidupan dunia ini tentunya kita tidak dapat terlepas dari
pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga maupun dilingkungan
lainnya. Pendidikan diartikan segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dengan segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan
berlangsung di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup yang
kemudian mendorong pertumbuhan segala kompetensi yang ada di dalam
individu.1
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.2 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar
yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.3
Dalam hal penanaman nilai keagamaan pada anak adalah tugas dari
orang tua.4 Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan
pengetahuan anak, terutama orang tua yang mendapatkan amanah untuk
menjaga, merawat, dan mendidik anak agar terhindar dari perbuatan yang
dilarang Allah SWT.
Seperti dijelaskan pada firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang
berbunyi :

‫ّٰللا َما ٰٓ اَ َم َرهُ ْم‬ ُ ‫علَ ْي َها َم ٰل ِٕىكَة غ ََِلظ ِشدَاد ََّّل يَ ْع‬
َ ‫ص ْونَ ه‬ َ ‫اس َو ْالحِ َج‬
َ ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫َارا َّوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َوا َ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
َ‫َويَ ْفعَلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬

1
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 79.
2
As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 17.
3
Nurfuadi, Profesionalisme Guru (Purwokerto: STAIN Press.), 18.
4
Akhyak, Meniti Jalan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 219.

1
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.
Setelah dari lingkup keluarga, sang anak akan mendapat pendidikan dari
luar lingkup keluarga. Salah satunya adalah pendidikan Islam dalam jenjang
Taman Pendidikan Al-Qur’an yang merupakan pendidikan dasar. Salah satu
aspek dalam pendidikan agama Islam yang perlu mendapatkan perhatian lebih
adalah pendidikan tentang membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
saw dengan perantara malaikat jibril yang menjadi pedoman hidup setiap
manusia, yang mana setiap manusia berkewajiban untuk belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya. Karena begitu pentingnya Al-Qur’an dalam membimbing dan
mengarahkan perilaku manusia, maka wajib bagi setiap muslim untuk
mempelajari, mamahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari -hari.
Problem yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan
Islam khususnya dalam hal baca Al-Qur’an perlu ditingkatkan karena
dalam hal membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam tidak sedikit jumlah
anak atau orang dewasa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar bahkan ada yang buta huruf hijaiyah. Fenomena ini bukan hanya
berkembang dikalangan keluarga yang penghayatan keislamannya mendalam,
khususnya para pemuka Islam sendiri tetapi juga berpengaruh pada
masyarakat awam yang sebagian besar dari mereka belum memahami
makna ajaran Islam yang sempurna. Hal itu disebabkan kurangnormalnya
pada perkembangan bahasa disebabakan tidak berfungsi secara normal bagian-
bagian otak yang berkaitan dengan perkembangan membaca Al-Qur’an dan
ketidaktahuan tentang harakat (tanda baca) dalam Al-Qur’an untuk itu segera
mungkin upaya menanggulangi dari masalah tersebut agar tidak bertambah
parah yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kegagalan dalam
membaca Al-Qur’an.

2
Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak
yang sholeh dan sholehah. Anak yang sholeh sholehah merupakan harta yang
paling berharga bagi orang tua. Untuk mendapatkan semua itu,tentu harus ada
upaya keras dari orang tua untuk mendidik anak. Salah satu yang yang
wajib diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang Al-Qur’an, karena
pedoman hidup manusia. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan
ke dalam kalbu Rasullulah saw dengan perantara wahyu, melalui Ruhul
Qudus. Yaitu Jibril, turun secara bertahap dalam bentuk ayat demi ayat, surah
demi surah sepanjang periode kenabian Rasullulah 23 tahun, yang isi Al-
Qur’an tersebut ada pembukaan dengan surah Al-Fatihah dan ditutup
dengan surah an-Nas.
Dalam definisi Al-Qur’an yang cukup panjang ini membuat empat
unsur, pertama sumbernya, yaitu Allah SWT, keduanya pembawanya
(perantara) yaitu Jibril (Ruhul Qudus), ketiga penerima yaitu Nabi
Muhammad SAW, keempat cara penyampaiannya yaitu diwahyukan.5 Nabi
Muhammad saw sendiri pada setiap tahun sekali diadakan ulangan
(hafalan) di hadapan malaikat Jibril. Kemudian setelah itu mengadakan
ulangan terhadap para sahabat dengan maksud untuk menjaga
dan membetulkan bacaan yang salah, pendek kata di zaman Rasullulah
saw Al Qur’an tetap dijaga akan keaslian dan kebenarannya.6
Misi kependidikan yang dibawa Al-Qur’an mencakup hakikat
pendidikan yang bersifat universal dalam arti bahwa kegiatan pendidikan adalah
merupakan suatu proses yang abadi sejak keberadaan manusia di dalam dunia
(adam diteruskan pada momentum-momentum historis dalam kisah umat-umat
terdahulu) sampai pada akhir zaman. Substansi pendidikan Islam yang dibawa
oleh Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, yakni merupakan suatu proses
untuk memperteguh keyakinan manusia untuk menerima kebenaran Ilahi dan
pengembangan potensi manusia untuk mengembangkan kebenaran tersebut.
Sedangkan secara metodologis dalam Al-Qur’an terdapat beberapa petunjuk

5
Bachmid Ahmad, Sejarah Al-Quran (Jakarta: PT. Rehal Replubika, 2008), 1.
6
Ibid, 25–26.

3
yang berfariasi sesuai dengan tujuan, sasaran ruang, dan waktu dimana proses
pendidikan terjadi.7 Sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang berbunyi :

‫ّٰللا ا ِۡن‬ ُ ‫س ۡو َرةٍ ِم ۡن ِم ۡثل ِٖه َوا ۡدع ُۡوا‬


ِ ‫ش َهدَآٰ َء ُك ۡم ِم ۡن د ُۡو ِن ه‬ ُ ‫ع ۡب ِدنَا فَ ۡات ُ ۡوا ِب‬ َ ‫ب ِم َّما ن ََّز ۡلنَا‬
َ ‫ع ٰلى‬ ٍ ‫َوا ِۡن ُک ۡنت ُ ۡم ف ِۡى َر ۡي‬
ۡۡ َ‫ُك ۡنت ُ ۡم صٰ دق ِۡين‬

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami
wahyukan kepada hamba kami(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang memang benar.”(Q.S. Al-Baqarah:23).8
Perlu adanya pengajaran membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat seseorang harus mengenal dan
mengetahui nama-nama huruf Al-Qur’an terlebih dahulu. Karena membaca Al-
Qur’an pada dasarnya tidak dapat disamakan dengan belajar membaca tulisan
biasa, sehingga butuh ketrampilan khusus untuk dapat belajar Al-Qur’an serta
mengajarkannya kepada anak didik.9 Pengajaran Al-Qur’an tidak bisa
disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar karena
dalam pengajaran Al-Qur’an, anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang
tidak mereka pahami artinya.10
Dalam mempelajari Al-Qur’an, Ilmu Tajwid sangat perlu diajarkan
kepada orang yang ingin membaca atau mempelajarinya. Sebab kesalahan satu
huruf atau panjang pendek dalam membaca Al-Qur’an dapat berakibat fatal,
yakni perubahan arti.dalam Ilmu Tajwid diajarkan bagaimana cara mengucapkan
huruf yang berdiri sendiri, yang dirangkai dengan huruf lain, melatih lidah
mengucapkan huruf sesuai dengan makhraj-nya, mengetahui panjang pendek
suatu bacaan, dan sebagainya.11
Di TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang merupakan pendidikan
islam untuk mempelajari ilmu-ilmu agama khususnya ilmu tajwid. TPQ adalah
salah satu lembaga non formal yang membina anak didiknya dengan membaca
Al-Qur’an an/mengkaji serta mendalami materi TPQ yang tujuannya yaitu

7
Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami (Jakarta: Amzah, 2007), 15.
8
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemah. 12.
9
Muhammad Mustofa Azami, The History The Qur‟ani text (Jakarta: Gema insani, 2005), 60.
10
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pembelajaran Al-Qur‟an (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1995), 91–92.
11
Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Qur‟an Untuk Pemula (Jakarta: Arta Rivera, 2008), 71.

4
membentuk sikap kepercayaan diri santri berakhlak mulia sesuai tutunan al
Qur’an dan hadis. Salah satu aspek dalam pendidikan agama Islam yang perlu
mendapatkan perhatian lebih adalah pendidikan tentang membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
Pendidikan dalam masyarakat juga penting, karena anak lebih banyak
bergaul dengan masyarakat yang dapat mempengaruhi sifat, watak dan
perilakunya sehari-hari, seperti diadakannya Madrasah Dinniyah. Karena
pentingnya pengetahuan tentang Al-Qur’an, maka penulis berusaha mengangkat
masalah ini menjadi obyek pembahasan penelitian dengan usaha peningkatan
kualitas membaca Al- Qur’an Sesuai Ilmu Tajwid.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti dapat memfokuskan pada beberapa
masalah yaitu :

1) Bagaimana peran Ustadz dan Ustadzah dalam meningkatkan kualitas


membaca Al-Quran sesuai Ilmu Tajwid TPQ Nurul Hidayah?
2) Apa faktor penghambat dan pendukung peningkatan kualitas membaca
Al-Qur’an sesuai Ilmu Tajwid pada santri di TPQ Nurul Hidayah Grogol
Kota Kediri?
3) Apa solusi untuk menyelesaikan hambatan dalam meningkatkan kualitas
membaca Al-Qur’an sesuai Ilmu Tajwid pada santri di TPQ Nurul
Hidayah Grogol Kota Kediri?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti ini bertujuan :
1) Untuk mengetahui peran Ustadz dan Ustadzah dalam meningkatkan
kualitas membaca Al-Quran sesuai Ilmu Tajwid di TPQ Nurul Hidayah
Grogol Kota Kediri.
2) Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung peningkatan
kualitas membaca Al-Quran sesuai Ilmu Tajwid pada santri TPQ Nurul
Hidayah Grogol Kota Kediri.
3) Untuk mengetahui solusi menyelesaikan hambatan dalam meningkatkan
kualitas membaca Al-Quran sesuai Ilmu Tajwid pada santri di TPQ
Nurul Hidayah Grogol Grogol Kota Kediri.

5
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini bermanfaat untuk :
1) Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya untuk
meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi Guru : Untuk meningkatkan serta menambah wawasan
tentang pentingnya kelancaran membaca Al-Qur’an dan dapat
membedakan antara hukum-hukum bacaan al-quran dengan teliti.
Serta untuk meningkatkan kreativitas dan membangun semangat
bahwa diakatakan sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki
kemampuan.
b) Bagi Masyarakat : Dapat memberi wawasan terhadap masyarakat
mengenai pentingnya kualitas membaca Al-Qur’an. Apabila
seorang anak dibiasakan mempelajari tentang keagamaan
khususnya belajar Al-Qur’an, maka lambat laun akan menjadi
kebiasaan dan kemahiran serta kefasihannya dalam membaca Al-
Qur’an.
E. Penegasan Istilah
Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini, perlu penegasan
beberapa kata kunci yang pengertian dan pembatasannya perlu dijelaskan antara
lain yaitu :
1. Ustadz dan Ustadzah
Pendidik atau guru merupakan orang kedua yang harus di hormati
dan dimuliakan setelah orang tua. Mereka menggantikan peran orang tua
dalam mendidik anak-anak ketika berada di lembaga pendidikan.
Ustadz dan Ustadzah merupakan sebutan bagi pendidik laki-laki
dan Ustadz dan Ustadzahah merupakan sebutan bagi pendidik
perempuan. Ustadz dan Ustadzah menjadi unsur penting dalam sistem
pendidikan pondok pesantren maupun tempat pendidikan Al-Qur’an
tempat santri memperoleh ilmu menginternalisasi nilai-nilai Islam.
Sebagaimana gambaran kiai, Ustadz dan Ustadzah mengajarkan ilmu

6
sesuai dengan kebijaksanaan kiai dan dengan sepenuh hati mereka taat
kepada kiai. Ustadz dan Ustadzah disebut tenaga edukatif yang
memberikan suatu ilmu tertentu kepada seseorang atau sekelompok
orang.
2. Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril kepada umat
manusia untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat. Al-Qur’an berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan
demikian sebab seolah-olah Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf,
kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.
Al-Qur’an mempunyai arti bacaan yang sempurna. Ia merupakan
suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak
manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia. Dan juga Al-Qur’an
mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam
suatu ucapan yang tersusun rapi.
3. Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang kaidah serta cara membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar. Tujuan mempelajari ilmu tajwid
adalah untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan
perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membaca.

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandiangan
dan kemudian digunakan untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian
selanjutnya. Pada kajian ini peneliti mencantumkan beberapa penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan. Maka dari itu
inilah beberapa penelitian-penelitian dahulu sebagai berikut :
a. Hasil penelitian dari St. Rohmatun zaidah (2019)
Penelitian dari St. Rohmatun zaidah 2019 dengan judul “Peran
Ustadz dan Ustadzah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan

7
Menulis Arab di TPQ Al-Hikmah Kolomayan Wonodadi Blitar”. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif karena bertujuan
untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek
atau subjek yang diteliti. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
Ustadz dan Ustadzah sangat berperan sebagai pendidik, model,
emansipator, evaluator bagi santri untuk meningkatkan kualitas
membaca Al-Qur’an sesuai ilmu tajwid.
Perbedaan secara umum penelitian ini dengan penelitian yang
akan diteliti yaitu terletak pada tempat penelitian dan fokus penelitian.
Persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang peran Ustadz dan
Ustadzah dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an.
b. Hasil Penelitian dari Sri Wahyuni (2015)
Penelitian dari Sri Wahyuni (2015) dengan judul “Ustadz dan
Ustadzah TPQ Dalam Meningkatkan Kualitas Membaca Al-Qur’an
Sesuai Ilmu Tajwid Pada Santri TPQ Tarbiyatul Athfal Di Desa
Sukosewu Gandusari Blitar Tahun 2015”. Metode yang digunakan yaitu
metode penelitian kualitatif deskriptif, di mana penelitian tersebut
berusaha memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif
mengenai suatu kolektifitas objek yang diteliti secara sistematis dan
aktual mengenai fakta-fakta yang ada.
Penulis mengungkapkan hasil penelitian bahwa Ustadz dan
Ustadzah menggunakan program Juz ama dan sorogan sebagai metode
yang digunakan dalam belajar Al-Qur’an dengan kaidah Ilmu Tajwid dan
pada tahap terakhir Ustadz dan Ustadzah dmelakukan evaluasi untuk
mengetahui kualitas bacaan para santri.
Perbedaan secara umum penelitian ini dengan penelitian yang
akan diteliti yaitu terletak pada tempat penelitian dan metode
pembelajaran. Persamaannya adalah sama-sama meningkatkan kealitas
membaca Al-Qur’an sesuai ilmu tajwid.
c. Hasil penelitian dari Feni Mustikasari (2020)
Penelitian dari Feni Mustikasari dengan judul “Upaya Ustadz dan
Ustadzah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri

8
Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum Batanghari Lampung Timur”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif
yang merupakan metode penelitian untuk berusaha menggambarkan dan
menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya. Secara makna,
penelitian deskriptif ialah penelitian yang betujuan bermaksud untuk
membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian.
Penulis mengungkapkan hasil penelitian bahwa upaya Ustadz dan
Ustadzah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an santri
yaitu dengan mengajarkan Al-Qur’an yang paling dasar mengenalkan
huruf hijaiyah dengan menggunakan metode iqra’, menggunakan metode
sorogan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an
santri, memberikan tugas agar semakin lebih faham materi yang telah
diberikan.
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan saya
teliti yaitu sama-sama untuk meningkatan kemampuan membaca Al-
Qur’an. Sedangkan perbedaannya terletak pada subyek dan obyek
penelitian.

9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Ustadz dan Ustadzah
1. Pengertian Ustadz dan Ustadzah
Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya seorang
guru karena guru merupakan salah satu tim sukses demi tercapainya
pembelajaran yang di inginkan. Pendidik atau guru merupakan orang
kedua yang harus di hormati dan dimuliakan setelah orang tua. Mereka
menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anak ketika berada
di lembaga pendidikan.12
Ustadz dan Ustadzah atau (Arab: ‫ األستاذ‬al-`Ustāż) adalah kata
bahasa Indonesia yang bermakna pendidik. Kata ini diserap dari bahasa
Arab dari kata, pelafalan dan makna yang sama yaitu guru atau pengajar.
pendidik merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. khalifah dimuka bumi, sebagai
individu yang sanggup berdiri sendiri. Nama lain dari Ustadz dan
Ustadzah yaitu pendidik, guru, mudarris, mu’alim dan lain sebagainya.13
Ustadz dan Ustadzah adalah sosok yang rela mencurahkan
sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa. Ustadz
dan Ustadzah adalah sumber belajar yang utama, karena tanpa adanya
guru maka proses pembelajaran tidak akan bisa berlangsung secara
maksimal. Seseorang akan mungkin dapat belajar sendiri, namun tanpa
adanya bimbingan dari guru maka hasilnya tidak akan bisa maksimal.
Dengan begitu, untuk menjadi Ustadz dan Ustadzah seharusnya
mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh
ilmunya dalam proses pembelajaran, toleran, dan senantiasa berusaha
menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara
prinsip, orang yang disebut sabagai Ustadz dan Ustadzah bukan hanya

12
Beri Jauhari Muchtar, Fiqh Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 150.
13
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam (Surabaya:
Elkaf, 2005), 151.

10
orang yang memiliki kuallifikasi keguruan secara formal yang diperoleh
melalui jenjang pendidikan diperguruan saja, namun jika ada orang yang
mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang
lain pandai dalam afektif dan psikomotorik maka mereka juga bisa
disebut sebagai Ustadz /Ustadzah.14
Dalam khazanah pemikiran Islam, Istilah guru memiliki beberapa
istilah, seperti Ustadz, muallim, muaddib dan murabbi. Istilah mu‟allim
lebih menekankan guru sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan
(knowledge) dan ilmu (science) istilah muaddib lebih menekankan guru
sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan,
sedangkan istilah murabbi lebih menekankan pengembangan dan
pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun ruhaniah. Sedangkan istilah
yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral
adalah Ustadz dan Ustadzah yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
sebagai guru.15
2. Syarat Ustadz dan Ustadzah
Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk
menjadi Ustadz dan Ustadzah yang baik dan diperkirakan dapat
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, di antaranya:
a) Takwa kepada Allah SWT
Sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak
mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah SWT, jika
ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya.
b) Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu
bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan
kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan.
c) Berkelakuan baik
Di antara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak
baik pada anak dan ini hanya mungkin jika Ustadz dan Ustadzah

14
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 1–4.
15
Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 15.

11
itu berakhlak baik pula. Ustadz dan Ustadzah yang tidak
berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik.
Yang dimaksud dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam
adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti
dicontohkan oleh pendidik utama yaitu Muhammad SAW. Di
antara akhlak tersebut adalah :
a) Mencintai jabatannya sebagai Ustadz dan Ustadzah.
b) Bersikap adil terhadap semua anak didiknya.
c) Berlaku sabar dan tenang.
d) Bekerja sama dengan Ustadz dan Ustadzah lain.
e) Bekerja sama dengan masyarakat.16
B. Kajian tentang Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa Al-Qur’an berasal dari kata kerja qara’a yang
berarti mengumpulkan atau menghimpun, dan qira’ah yang berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam
suatu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur’an adalah firman atau
wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dengan
perantara malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman dan petunjuk
hidup seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Al-Qur’an
merupakan kitab suci terakhir dan terbesar yang diturunkan Allah
kepada manusia setelah Taurat, Zabur, dan Injil yang diturunkan
kepada para Rasul sebelum Muhammad. Al-Qur’an merupakan kitab
suci yang paling istimewa. Karena, tidak hanya mempelajari dan
mengamalkan isinya saja yang menjadi keutamaannya, tetapi
membacanya juga sudah bernilai ibadah.17
Pengertian diatas menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan
kitab suci yang paling istimewa dibanding kitab-kitab yang lain. Al-
Qur’an merupakan mukjizat nabi Muhammad SAW yang di berikan

16
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pembelajaran Al-Qur‟an, 40–44.
17
Mukni’ah, Materi Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 201.

12
kepada umat muslim sebagai pedoman hidup sampai akhir hayat dan
menjadi penerang di dunia maupun di akhirat.
Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang dapat memecahkan
problem-problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan, baik
rohani, jasmani, sosial, ekonomi maupun politik dengan pemecahan
yang bijaksana karena ia diturunkan oleh yang mahabijaksana dan
Maha Terpuji. Pada setiap problem itu Al-Qur’an meletakkan
sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang
dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia, dan yang
sesuai pula buat setiap zaman. Dengan demikian, Al-Qur’an selalu
memperoleh kelayakannya disetiap wakyu dan tempat, Karena Islam
adalah agama yang abadi.18
2. Pengertian membaca Al-Qur’an
Menurut Hodgson yang dikutip Henry Guntur Tarigan bahwa
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.19
Al-Qur’an secara lughowi adalah sesuatu yang dibaca. Berarti
menganjurkan kepada umat agar membaca Al-Qur’an, tidak hanya
dijadikan hiasan rumah saja. Oleh karena itu, Al-Qur’an harus dibaca
dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya,
dipahami, dihayati, dan diresapi makna-makna yang terkandung
didalamnya kemudain diamalkan. Secara terminologi kalam Allah
yang mengandung mukjizat diturunkan kepada penghulu para Nabi dan
Rasul yaitu Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril yang tertulis pada
mushaf, yang diriwayatkan kepata kita secara mutawatir, dinilai ibadah
membacanya, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surah An-Nas.20

18
Manna‟ Khalil Al-Qattan, Mabahis fi „Ulumil Qur‟an (Studi Ilmu-Ilmu Quran), terj. Mudzakir
(Bogor: Litera AntarNusa, 2016), 14.
19
Henry Guntur tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa (Bandung: FKSS-IKIP, 1979),
7.
20
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash
(Jakarta: Amzah, 2011), 1.

13
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca Al-
Qur’an adalah suatu kegiatan membaca sebagai proses untuk
mempelajari dan memahami isi yang terkandung dalam Al-Qur’an,
untuk kemudian dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hukum membaca Al-Quran
Membaca Al-Qur'an bagi seorang muslim dinilai ibadah. Oleh
karenanya, mempelajari Al-Qur’an pun hukumnya ibadah. Dengan
mempelajari Al-Qur’an, terbuktilah bahwa umat Islam bertanggung
jawab terhadap kitab sucinya. Dalam proses belajar, tentunya ada
tingkatantingkatan, mulai dari yang paling dasar yakni mengeja huruf
sampai lancar membacanya.
Pada tahap dasar, yang paling tepat adalah belajar membaca Al-
Qur’an sejak usia dini. Sebab selain daya ingatnya yang masih kuat
juga karakternya masih relatif lunak untuk dibentuk. Jika sudah
mampu melafalkan bacaannya dengan lancar dan fasih, baru kemudian
diajarkan maksud dan arti yang terkandung dalam Al-Qur’an serta
menghimbau mereka untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari.21
4. Adab membaca Al-Qur’an
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang membaca kitab Allah
yang mulia dan kalam-Nya yang menjadi mukjizat adalah sedang
bermunajat pada Tuhan-Nya dengan kalamnya yang mulia.maka ia
harus mengagungkan kitab-Nya, menjaga hukum-hukum bacaannya,
dan bertata krama dengan adab yang sesuai dengan keagungan kalam
Tuhan-Nya. Diantara adab-adabnya adalah sebagai berikut:
1) Hendaknya tujuan dari membaca, memahami, dan menghapal Al-
Qur’an adalah demi meraih ridha Allah.
2) Hendaknya tidak mengharapkan manfaat duniawi dab gaji atas
bacaannya.
3) Hendaknya membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci, artinya
dalam keadaan telah berwudhu.

21
Fahmi Amrullah, Al-Qur‟an Untuk Pemula (Jakarta: Arta Rivera, 2008), 69.

14
4) Hendaknya beristidzah kepada Allah dari setan yang dirajam
ketika akan membaca Al-Qur’an. Makna nya jika kau ingin
membaca Al-Qur’an, maka berlindunglah kepada Allah.
5) Tempat untuk membaca hendaknya suci. Tempat yang paling
suci adalah masjid. karenanya, sementara kalangan ulama
mensunahkan membaca Al-Qur’an di dalam Masjid.
6) Hendaknya membersihkan mulut dengan siwak dan memakai
wangi-wangian. Karena ia bermunajat pada Tuhan-Nya dan
membaca kalam-Nya.
7) Hendaknya membaca Al-Qur’an dengan khusyu‟, dengan penuh
tadabur, dan sungguh-sungguh. Hendaknya wibawa Al-Qur’an
menguasai hatinya dan hendaknya ia menangis ketika
membacanya.
8) Hendaknya ia menghormati Al-Qur’an dengan penuh
penghormatan, dan menjauhi hal-hal yang menafikkan
penghormatan kepada Al-Qur’an seperti tertawa, bergurau,
meremehkan, dan berbicara ditengah-tengah membaca Al-
Qur’an.
9) Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an.
10) Hendaknya membaca Al-Qur’an dengan sebenar-benar
bacaannya.
11) Hendaknya ia bersujud ditengah-tengah membaca jika ia
membaca ayat yang ada sajdahnya.
12) Hendaknya ia duduk dengan merendahkan hati(tawadhu) ketika
membaca dan mendengarkan Al-Qur’an, dan hendaknya ia
khusyu‟ dan merendah dihadapan Allah.22
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan membaca Al-Qur’an.
Menurut Mulyono Abdul Rahman kemampuan belajar
membaca Al-Qur’an secara umum dipengaruhi oleh adanya faktor
internal maupun faktor eksternal.23

22
Habiburrahman Saerozi, Menyucikan Jiwa (Jakarta: Germa Insani, 2005), 84–86.
23
Mulyono Abdur Rahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
224.

15
1) Faktor Internal
Merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu
sendiri. faktor ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar siswa khususnya pula penguasaan membaca Al-
Qur’an siswa. Adapun yang termasuk faktor internal adalah
sebagai berikut:
a. Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, pembawaan) yang
dibawa sejak lahir. Dengan demikian bakat adalah
kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan yang
sudah ada sejak manusia itu ada. Atau secara sederhana bakat
merupakan kemampuan/ potensi yang dimiliki oleh setiap
orang sejak dia lahir. Walaupun demikian bakat setiap orang
tidaklah sama. Setiap orang mempunyai bakat sendirisendiri
yang berbeda dan ini merupakan anugerah dari Tuhan. Dalam
hal belajar bakat mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap proses pencapaian prestasi seseorang. Dan karena
perbedaan bakat yang dimiliki setiap orang maka ada kalanya
seorang itu belajar dapat dengan cepat/lambat.
b. Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan
sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga
bagi seseorang adalah sesuatu kebutuhan.24
c. Inteligensi adalah kemampuan untuk memudahkan
penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari
keseluruhan lingkungan seseorang. Kemampuan seseorang ini
dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu:
1) Cepat menangkap isi pelajaran
2) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran
3) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif
4) Cepat memahami prinsip dan pengertian
5) Sanggup bekerja dengan pengertian abstrak
6) Memiliki minat yang luas.25

24
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 133.

16
Inteligensi ini sangat dibutuhkan sekali dalam belajar,
karena dengan tingginya inteligensi seseorang maka akan
lebih cepat menerima pelajaran yang diberikan.
2) Faktor eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri
santri. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Guru
Guru adalah seorang tenaga professional yang dapat
menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan,
menganalisa dan mengumpulkan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, seorang guru hendaklah mempunyai cita-
cita yang tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan
tegar serta berkeprikemanusiaan yang mendalam. Dengan
kepribadian seorang guru maka diharapkan siswa akan mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan
bimbingan belajar terutama masalah belajar.
b. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat yang dimaksud disini adalah
lingkungan di luar sekolah, lingkungan masyarakat dapat
berarti lingkungan keluarga dan lingkungan sekelilingnya.
Lingkungan masyarakat ini sangat besar sekali pengaruhnya
dalam ikut serta menentukan keberhasilan proses pendidikan,
karena lingkungan masyarakat lingkungan yang secara
langsung bersinggungan dengan aktivitas sehari-hari siswa
setelah pulang dari sekolah. Sehingga peran serta lingkungan
masyarakat dalam ikut meningkatkan prestasi di bidang
pendidikan sangat diperlukan sekali.
6. Keutamaan Membaca Al-Quran
Membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan

25
Zakiyah Darajat, 119.

17
dengan membaca bacaan yang lain. banyak hadits yang menjelasakan
tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut :
a. Menjadi manusia yang terbaik Orang yang membaca Al-Qur’an
adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling utama.
Tidak ada manusia diatas bumi ini yang lebih baik daripada
orang yang mau belajar dan mengajarkan Al- Qur’an.
b. Mendapatkan kenikmatan tersendiri Membaca Al-Qur’an
adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang yang sudah
merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan
sepanjang malam dan siang.
c. Derajat yang tinggi Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an
dan mengamalkannya adalah mukmin sejati yang harum lahir
batin, harum aromanya dan enak rasanya bagaikan buah jeruk
daan sesamanya. Maksudnya, orang tersebut mendapat derajat
yang tinggi, baik disisi Allah maupun disisi manusia.
d. Bersama para malaikat Orang yang membaca Al-Qur’an
dengan tajwid sederajat dengan para malaikat. Artinya, derajat
orang tersebut sangat dekat kepada Allah 27 seperti malaikat.
Jika seseorang itu dekat dengan Tuhan, tentu segala doa dan
hajatnya dikabulkan oleh Allah. Sedangkan orang yang
membacanya susah dan berat mendapat dua pahala, yaitu
pahala membaca dan pahala kesulitan dalam membacanya.
e. Syafa’at Al-Qur’an Disaat umat manusia diliputi kegelisahan
pada hari kiamat, Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertlongan
bagi orang-orang yang senantiasa membacanya didunia.
f. Kebaikan membaca Al-Qur’an Seseorang yang membaca Al-
Qur’an mendapat pahala yang berlipat ganda. Satu huruf diberi
pahala sepuluh kebaikan.
g. Keberkahan Al-Qur’an Orang yang membaca Al-Qur’an baik
dengan hafalan maupun dengan melihat mushaf akan
membawa kebaikan atau keberkahan dalam hidupnya bagaikan

18
sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya dan tersedia segala
perabotan dan peralatan yang diperlukan.26
C. Kajian tentang Ilmu Tajwid
1. Pengertian ilmu tajwid
Menurut etimologi ilmu tajwid berarti membaguskan, dan
memperindah. Sedangkan menurut terminologi berarti membaca Al-
Qur’an Al-Karim dengan memberikan setiap huruf akan haknya dari
segi makhraj,sifat, dan harakatnya.
Tajwid secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu
dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal
dari kata Jawwada dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid
berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan
sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-
huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Hadist dan
lainnya.
Ilmu Tajwid adalah Ilmu yang yang mempelajari tentang
kaidah-kaidah serta tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar. Ilmu tajwid ada dua, yaitu:
a. Syafawi ‘Amali, yaitu bacaan Al-Qur’an yang bagus yang
diambil dari orang yang ahli dalam membaca Al-Qur’an.
b. Nadzori ‘Ilmi, Yaitu suatu ilmu yang diajarkan secara turun
temurun menurut kaidah yang ditetapkan oleh para ulama.
2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Dasar wajibnya mengetahui ilmu tajwid dalam aplikasi
membaca al-Qur’an sebagaimana dalam Qs. Al-Muazzamil [73] : 4,
Allah swt. berfirman :

‫علَ ۡي ِه َو َر ِت ِل ۡالقُ ۡر ٰانَ ت َۡر ِت ۡي ًَل‬


َ ‫ا َ ۡو ِز ۡد‬
Artinya : “Dan bacalah al-Qur’an dengan tartil”
Perintah dari Allah swt. mewajibkan setiap pembaca Al-
Qur’an dengan tartil. Maknanya bahwa membaca al-Qur’an harus

26
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash .., 59.

19
jelas penekanan huruf demi huruf, ayat ke ayat secara terpadu
(ittisaq) dan tersistem (intizham) serta secara konsisten (istiqamah).
Untuk mengaplikasikan hal tersebut, maka kaidah yang tepat
terdapat dalam ilmu tajwid.
Sedangkan secara ijma para ulama, bahwa hukum
mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah artinya
jika sudah ada sebagian orang Islam yang mempelajarinya, maka
gugurlah yang lain dari kewajiban itu, sedangkang secara praktek
mempunyai ketetapan hukum fardhu ain’ artinya membaca al-
Qur’an dengan baik sesuai hukum ilmu tajwid wajib setiap muslim.
3. Tujuan Ilmu Tajwid
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu
sebelum kegiatan pembelajaran, hal itu dikarenakan tujuan adalah
sesuatu yang dituju dalam kegiatan pembelajaran. Abdor rakhman
Gintings menjelaskan “ tujuan pembelajaran harus ditetapkan
sebelum proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar guru
sebagai pengemudi dan siswa sebagai penumpang memahami apa
perubahan tingkah laku yang akan dicapai dan bagaimana
mencapainya”. Jika tujuan tidak ditetapkan terlebih dahulu, maka
ibarat bus atau mobil yang berjalan tanpa tujuan.
Tujuan Ilmu Tajwid adalah memelihara bacaan Al-Qur’an
dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan
membaca. Belajar Ilmu Tajwid hukumnya adalah fardu kifayah,
sedangkan membaca Al-Qur‟an dengan baik(sesuai dengan ilmu
tajwid) hukumnya adalah farduain.27

D. Kajian tentang Ustadz dan Ustadzah dalam meningkatkan kualitas


membaca Al-Qur’an
1. Cara Mengajarkan Al-Qur‟an Cara mengajarkan Al-Qur‟an yaitu dengan :
a. Guru menuliskan sebuah surat atau beberapa ayat Al-Qur‟an yang
dikehendaki untuk dilafalkan di papan tulis dengan tulisan yang jelas
dan bersyakal.

27
Abu Izzah al-Quro, Tajwid dan Tahsin, 8.

20
b. Selanjutnya guru membacakan nash Al-Qur‟an tersebut dengan suara
yang jelas, tartil, bagus dengan memotong-motong per ayat.
c. Tidak mengapa jika murid mengulang-ulang ayat bersama guru apabila
mereka masih kecil, supaya mereka terbiasa mengucapkan ( mahraj
huruf) dengan benar. Namu apabila mereka telah dewasa, maka tidak
perlucara yang demikian.
d. Guru memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk
menghafaldan membacanya secara perlahan dalam diri mereka, supaya
tidak saling mengganggu satu sama lain.
e. Tidak boleh terlalu cepat dalam membaca Al-Qur‟an.
2. Metode dalam pembelajaran Al-Qur‟an Dalam mengajarkan Al-Qur‟an
metode-metode yang digunakan antara lain: Metode Iqra‟,Metode An-
Nahdiyah,Metode jibril, metode Al-baghdadi, metode Al-barqy, metode
qira‟aty. Hal-hal tersebut di atas termasuk usaha atau peran Ustadz dan
Ustadzah TPQ dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur‟an.

E. Kajian tentang taman pendidikan Al-Qur’an


1. Pengertian taman pendidikan Al-Qur’an
Taman Pendidikan Al-Quran (disingkat TPA/TPQ) adalah
lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk
memberikan pengajaran membaca Al Quran sejak usia dini, serta
memahami dasar-dasar Islam pada anak usia Taman Kanak-Kanak,
Sekolah Dasar dan atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan
yang lebih tinggi.
Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) sendiri adalah suatu
pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak 7 sampai 12 tahun, untuk
menjadikan anak mampu membaca Al-Quran dengan benar sesuai
dengan target pokoknya.
2. Ruang lingkup taman pendidikan Al-Quran (TPQ)
a. Program Pendidikan
Program pendidikan adalah kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan,

21
sesuai dengan strategi pendidikan yang telah diterapkan. Jadi
program pendidikan adalah program yang diterapkan khusus
untuk suatu pendidikan tertentu yang sesuai dengan tujuan yang
di inginkan.
b. Tujuan TPQ
Tujuan umum Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
adalah membina dan mendidik santri agar berkepribadian muslim
sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam, dan menanamkan rasa
keagaman tersebut pada semua kehidupan.
Sedangkan tujuan khusus taman pendidikan Al-Qur’an,
menurut Qomar berpendapat bahwa:
1) Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang
bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan, serta sehat lahir dan batin.
2) Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembagunan mikro
(keluarga) dan regional (masyarakat dan lingkunganya).
3) Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap
dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya
pembangunan mental spiritual.
4) Mendidik santri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat dalam rangka usaha pembangunan bangsa.28
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPQ) adalah untuk menciptakan dan
mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
bermanfaat dan berkhidmat pada masyarakat, dengan cara
menjadi abdi masyarakat. Sebagaimana yang telah dicontohkan
Nabi Muhammad SAW.
3. Fungsi TPQ
Ada tiga fungsi taman pendidikan Al-Qur’an yaitu:
a. Trangsisi dan transfer ilmu –ilmu Islam

28
Qomar Mujamil, Pesantren Dari Metodologi Menuju Demokrasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2007), 6.

22
b. Pemeliharan tradisi Islam
c. Reproduksi ulama.29
Dalam pelaksanaan penyelenggaran kegiatan taman
pendidikan Al-Qur’an mampu menampilkan ekstensinya sebagai
lembaga solidaritas sosial dengan menampung santri dari
berbagai lapisan masyarakat muslim dan memberikan pelayanan
yang sama dengan mereka, tanpa membedakan latar belakang
ataupun tingkat sosial ekonomi mereka. Dengan berbagai peran
pontensial yang dimainkan TPQ, dapat di kemukakan bahwa
TPQ memiliki integritas yang tinggi dalam masyarakat
sekitarnya, sekaligus menjadi rujukan dari berbagai persoalan
masyarakat. Fungsi - fungsi ini akan akan tetap terpelihara dan
efektif manakalah para pendidik TPQ dapat menjaga
independensinya dari berbagai intervensi di luar TPQ.
Sebagai lembaga dakwah, taman pendidikan Al-Qur’an
berusaha mendekati masyarakat. Taman pendidikan Al-Qur’an
bekerja sama dengan masyarakat dalam mewujudkan
pembangunan. Sejak awal TPQ telah terlatih untuk
melaksanankan pembangunan untuk kesejatraan masyarakat.

29
Sulthon, M dan Khusnurridlo, Manajemen Pesantren Dalam Perspektif Global (Yogyakarta: Laksbang
press, 2006), 13.

23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model kualitatif karena sifat dari masalah
yang diteliti. Untuk mengungkap masalah yang berkenaan dengan fenomena
ketika dalam tempat tinggal peneliti terdapat masalah seperti peran Ustadz dan
Ustadzah dalam meningkatkan kualitas Membaca Al-Quran sesuai Ilmu Tajwid
tujuannya supaya lebih jelas karena kualitatif mendeskripsikan secara
mendalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
deskriptif kualitatif, dikarenakan data yang diperoleh bersifat deskriptif. Emzir,
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis lisan dari orang – orang,
gambar, dan perilaku yang diamati.30
B. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpulan data, sebagaimana salah satu ciri penelitian
kualitatif dalam pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan
kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat partisipasipan
yang artinya dalam proses pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan
dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil – kecilnya
sekalipun. .
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk
mendapatkan data dalam dalam penelitian adalah:
a. Ustdaz/Ustadzah TPQ Nurul Hidayah.
b. Para santri TPQ Nurul Hidayah.
c. Orang tua santri TPQ Nurul Hidayah.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil objek penelitian di Taman Pendidikan Al-Qur’an
Nurul Hidayah yang terletak di Grogol Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
Alasan yang dapat dikemukakan terkait dengan diambilnya lokasi ini adalah

30
Emzir, Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Rajawali, 2012), 18.

24
karena lokasi yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan fokus masalah yang akan
peneliti kaji.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data adalah objek tempat asal data diperoleh, yang dapat berupa
bahan pustaka, atau orang (responden atau informasi). Sumber data yang
diperoleh pada penelitian ini yaitu dari ustadz dan ustadzah, para santri, serta
sebagai pendukung adalah orang tua dari santri.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada
pendapat Syaifudin Anwar, yakni berupa data primer dan data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini adalah hasil dari interview dengan Ustadz dan
Ustadzah serta orang tua santri. Sedangkan data sekunder data yang diperoleh
dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data dokumentasi atau data laporan
yang telah tersedia.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah dilakukan sejak awal.
Proses pengumpulan data meliputi informan, aktivitas, atau konteks terjadinya
peristiwa. Sebagai “alat pengumpul data” (konsep human instument), peneliti
harus pandai-pandai mengelola waktu yang dimiliki, menampilkan diri, dan
bergaul di tengah-tengah masyarakat yang dijadikan subyek penelitiannya.
Pada pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data antara lain:
1. Observasi
Observasi pertisipant sering digunakan dalam penelitian
eksploratif. Yang dimaksud observasi participant ialah apabila observasi
(orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam
keadaan obyek yang diobservasi (disebut observes).
Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan
antara aspek dalam fenomena tersebut.31

31
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, 2 ed. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 14.

25
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi langsung
yakni peneliti akan mengadakan pengamatan dalam situasi yang
sebenarnya sehingga peneliti untuk memperoleh informasi tentang
keseluruhan obyek penelitian.
2. Wawancara
Salah satu sumber informasi studi kasus yang penting adalah
wawancara. Menurut Nasution Metode dalam Metode Research sebagai
alat ampuh yang dapat membuat responden mampu mengungkapkan
kenyataan hidupnya, apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang
tersebut tentang berbagai aspek kehidupan yang dialaminya.32
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.33
Jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif seperti keterangan
diatas dan dapat juga berfungsi eksploratif yakni bila masalah yang kita
hadapi masih samar – samar bagi kita karena belum pernah diselidiki
secara mandalam oleh orang lain.
Dengan melakukan interview atau wawancara digunakan untuk
menggali data tentang peran Ustadz dan Ustadzah, faktor penghambat
kelancaran serta faktor pendukung kelancaran membaca Al-Qur‟an
sesuai Ilmu Tajwid dan solusi untuk pemecahan masalah tersebut.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
Dalam dunia penelitian dokumentasi memiliki peran penting.
Karena hal ini dijadikan bukti dari hasil observasi yang telah dilakukan

32
Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 114–15.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), 231.

26
serta dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan. Dalam melakukan metode ini peneliti menggunkan
dokumen, poto dan lain sebagainya guna dijadikan sebagai dokumentasi.
F. Instrument pengumpulan data
Instrumen penelitian diperlukan dalam penelitian ini sebagai alat untuk
pencarian data terdiri dari:
1) Pedoman observasi
Pedoman observasi disusun untuk memudahkan proses penelitian
saat di lapangan. Observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan
pedoman observasi yang telah disiapkan oleh peneliti sebelumnya
dengan memperhatikan indikator-indikator yang ada.
2) Pedoman wawancara
Pedoman wawancara untuk mendapatkan data dari subjek yang
terpercaya yang disusun secara terstruktur sera cermat. Pedoman
wawancara ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang sesuai
sehingga akan membantu proses penelitian.
3) Catatan lapangan
Catatan lapangan memiliki fungsi yang penting yakni dapat
membantu peneliti dalam mendapatkan informasi serta menjadi catatan
bagi peneliti untuk mencatat sesuatu yang penting untuk mencatat
informasi dari partisipan.34
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menguji tingkat kredibiltas serta keabsahan data yang telah
diperoleh maka perlu adanya pengecekan kembali dengan cara sebagai berikut:
1) Triangulasi
Triangulasi merupakan metode gabungan untuk memvalidasi
keakuratan data. Dengan menggunakan triangulasi fenomena yang ada di
lapangan benar – benar sesuai dengan teori meskipun dengan sumber
yang sama. Triangulasi dapat dibedakan menjadi 3 yakni :

34
W. Laurence Neuman, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Terjemah,
7 ed. (Jakarta: Permata Putri Media, 2016), 377.

27
a) Triangulasi sumber, menguji keabsahan data dengan mengulang
sumber atau orang yang berkaitan dengan penelitian seperti
santri, pengasuh serta orang yang mendukung dengan topik
penelitian.
b) Triangulasi teknik yakni menguji kredibilitas dengan cara
mengecek ulang sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c) Triangulasi waktu, mengecek data pada waktu yang berbeda
dengan tujuan untuk mendapakan data akurat.
d) Perpanjangan pengamatan
Hal ini dilakukan peneliti dengan cara kembali lagi ke
lapangan, melakukan pengamatan dan melakukan wawancara lagi
secara mendalam.35 Perpanjangan pengamatan ini membuat
peneliti dan partisipasi semakin dekat sehingga data yang
diperoleh akan menyeluruh atau sekedar pengecekan data.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data dengan menggunakan suatu teknik analisis. Teknik analisis
adalah cara yang digunakan untuk menganalisis data yang kemudian digunakan
untuk mengambil keputusan.
Data yang diperoleh, dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang
kemudian dijadikan dasar utama dalam memberikan analisis. Dalam penelitian
ini yang digunakan dalam menganalisa data yang sudah diperoleh adalah dengan
cara deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan data
yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk
memperoleh kesimpulan.36
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif,
di mana data yang didapat di lapangan, diolah kemudian disajikan dalam bentuk
tulisan, dan tabel frekuensi. Menyangkut analisis data kualitatif, menganjurkan
tahapan-tahapan dalam menganalisis data kualitatif sebagai berikut:
1) Pengumpulan data

35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 270.
36
Sugiyono, 246.

28
Tahapan pengumpulan data dengan teknik penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan data.
2) Reduksi data
Peneliti melakukan pemilihan, pengkodean, terhadap objek penelitian
sehingga fokus penelitian benar-benar terpusat untuk memudahkan
dalam menyimpulkan hasil akhir.
3) Display (Penyajian) data
Data yang masih berbentuk tabel, grafik, atau bagan disajikan dan
diuraikan oleh peneliti dengan cara dinarasikan untuk mencari hubungan
antar kategorinya.
4) Kesimpulan
Langkah terakhir adalah kesimpulan yang menjawab apa yang ada dalam
rumusan masalah. Peneliti membandingkan antar temuan untuk menarik
kesimpulan.
I. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan penelitian merupakan suatu hal sangat penting untuk
diperhatikan sebab jika salah satu dari tahapan penelitian tidak terlaksana maka
akan berpengaruh pada hasil data yang didapat dan pastinya tahapan ini disusun
secara sistematis dan tepat.
Dalam membantu peneliti melakukan penelitiannya perlu adanya
langkah untuk mempersiapkan media belajar yang akan diteliti, adapun tahapan
yang dilakukan untuk penelitian ini adalah:
1. Perencanaan (pra lapangan)
Pada tahap ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti
sebelum memasuki lapangan, yaitu:
a) menyusun rancangan awal penelitian
b) pengurusan ijin penelitian
c) penjajakan lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian
d) pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informan
e) penyiapan peranti pembantu untuk kegiatan lapangan.
2. Pelaksanaan lapangan

29
Dalam pelaksanaan lapangan peniliti akan mencari informasi yang
terpercaya mengenai unsur-unsur pusat perhatian penelitian. Dalam
kegiatan lapangan, peneliti merasakan bahwa pengalaman sosialisasi,
usia dan atribut-atribut pribadi peneliti bisa mempengaruhi interaksi
peneliti dengan informan. Semakin mirip latar belakang informan dengan
peneliti, semakin lancar proses pengamatan dan wawancara.
Dalam mencari data bisa saja peneliti tidak sengaja bertemu
dengan informan, sehingga pembicaraan setiap saat bisa berkangsung.
Kendati tidak dirancang, jika hasil percakapan itu memiliki arti penting
bagi penelitian, akan dicatat dan diperlakukan sebagai data penelitian.
Pada dasarnya wawancara dilaksanakan secara simultan dengan
pengamatan.
3. Analisis data
Setelah tahapan pelakasanaan, peneliti mendapatkan data di
lapangan, selanjutnya adalah menganalisis data yang didapatkan dari
hasil wawancara, observasi serta dokumentasi untuk kemudian peneliti
menjabarkan hasil tersebut.
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan susunan atau urutan dari
pembahasan isi dari skripsi. Sistematika bertujuan untuk memudahkan penulis
dalam menyusun penulisan skripsi. Berikut susunan penjelasan dari uraian setiap
bab:
BAB I bersi tentang pendahuluan, yang menggambarkan tentang konteks
penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitain, manfaat penelitian, penegasan
istilah dan penelitian terdahulu.
BAB II berisi tentang Landasan Teori yang memaparkan tentang Peran
Ustadz dan Ustadzah dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an, yang
meliputi pengertian Ustadz dan Ustadzah, pengertian Al-Qur’an, pengertian
Ilmu Tajwid dan pengertian taman pendidikan Al-Qur’an.
BAB III berisi tentang Metode Penelitian, berisi tentang pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data,

30
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data,
tahap-tahap penelitian.
BAB IV berisi tentang Paparan Data dan Temuan Penelitian, yang
membahas tentang gambaran umum mengenai temuan-temuan peneliti selama
berada di lapangan yang meliputi: identitas objek penelitian, visi, misi, tujuan,
dan keadaan sarana dan prasarana di TPQ Nurul Hidayah Grogol Kota Kediri.
BAB V Berisi tentang Pembahasan, yang membahas tentang jawaban
dari fokus penelitian mengenai peran Ustadz dan Ustadzah dan Ustadz dan
Ustadzahah dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an sesuai dengan
ilmu tajwid pada santri di TPQ Nurul Hidayah Grogol Kota Kediri.
BAB VI berisi tentang penutup. Pada akhir pembahasan, penulis akan
mengemukakan kesimpulan hasil penelitian yang sudah dilakukan serta saran-
saran yang berkaitan dengan realita hasil penelitian di di TPQ Nurul Hidayah
Grogol Kota Kediri.
K. Outline
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Konsep
F. Penelitian Terdahulu
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian tentang Ustadz dan Ustadzah dan Ustadz dan Ustadzahah
B. Kajian tentang Al-Qur’an
C. Kajian tentang Ilmu Tajwid
D. Kajian tentang Taman Pendidikan Al-Qur’an
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Data dan Sumber Data

31
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Pengecekan Keabsahan Data
8. Teknik Analisis Data
9. Tahap-tahap Penelitian
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
B. Temuan Penelitian
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Bachmid. Sejarah Al-Quran. Jakarta: PT. Rehal Replubika, 2008.

Akhyak. Meniti Jalan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Al-Qattan, Manna Khalil. Mabahis fi „Ulumil Qur‟an (Studi Ilmu-Ilmu Quran), terj.
Mudzakir. Bogor: Litera AntarNusa, 2016.

Al-Quro, Abu Izzah. Tajwid dan Tahsin. Yogyakarta: Mahkota Kita.

Amin, Samsul Munir. Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami. Jakarta: Amzah,
2007.

Amrullah, Fahmi. Al-Qur‟an Untuk Pemula. Jakarta: Arta Rivera, 2008.

32
Aziz. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam.
Surabaya: Elkaf, 2005.

Daradjat, Zakiyah. Metodik Khusus Pembelajaran Al-Qur‟an. Jakarta: PT Bumi


Aksara, 1995.

Daradjat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,
2003.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemah.

Emzir. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali, 2012.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. 2 ed. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim
dari Hafash. Jakarta: Amzah, 2011.

Khusnurridlo dan Sulthon, M. Manajemen Pesantren Dalam Perspektif Global.


Yogyakarta: Laksbang press, 2006.

Muchtar, Beri Jauhari. Fiqh Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Muhajir, As’aril. Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,


2011.

M. Idris dan Marno. Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2008.

Mukni’ah. Materi Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Azami, Muhammad Mustafa. The History The Qur‟ani text. Jakarta: Gema insani,
2005.

Mujamil, Qomar. Pesantren Dari Metodologi Menuju Demokrasi Institusi. Jakarta:


Erlangga, 2007.

Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Neuman W. Laurence. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif, Terjemah. 7 ed. Jakarta: Permata Putri Media, 2016.

Nurfuadi. Profesionalisme Guru. Purwokerto: STAIN Press.

33
Rahman, Mulyono Abdur. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta, 2001.

Saerozi, Habiburrahman. Menyucikan Jiwa. Jakarta: Germa Insani, 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.

Suhartono, Suparlan. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.

Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:


FKSS-IKIP, 1979.

34
Instrumen Wawancara

A. Pertanyaan kepada Ustadz dan Ustadzah Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul


Hidayah
1. Mata Pelajaran apa saja yang diberikan kepada santri nurul hidayah?
2. Apa metode yang diterapkan di TPQ nurul Hidayah untuk meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai ilmu tajwid?
3. Bagaimana anda mengajarkan tajwid kepada santri ?
4. Program kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh ustadz dan ustadzah
untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an para santri?
5. Bagaimana motivasi para santri dalam mengikuti pembelajaran Al-Qur’an di
taman pendidikan Al-Qur’an Nurul hidayah?
6. Apakah para santri dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif?
7. Apa yang menjadi kendala dalam peningkatan kualitas membaca Al-Qur’an
sesuai ilmu tajwid?
8. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
9. Apakah ada sosialisasi dari pihak TPQ kepada wali santri untuk
meningkatkan program kegiatan di TPQ Nurul hidayah?
10. Apakah sarana dan prasarana di TPQ Nurul hidayah?
B. Pertanyaan kepada para wali santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Hidayah
1. Apa motivasi belajar anak berasal dari dorongan anda sebagai wali santri?
2. Apakah anda mendukung segala kegiatan yang dilakukan oleh pihak TPQ
Nurul hidayah?
3. Sudah berapa lama anak anda belajar di TPQ Nurul hidayah?
4. Bagaimana perubahan cara membaca Al-Qur’an anak Anda setelah belajar di
taman pendidikan Al-Qur’an Nurul hidayah?
5. Apakah pembelajaran di TPQ berpengaruh terhadap perkembangan anak
dalam membaca Al-Qur’an?
6. Apakah pada saat di rumah anak juga sering membaca Al-Qur’an?
7. Apakah orang tua mendampingi anaknya ketika membaca Al-Qur’an di
rumah?
8. Apakah anda melakukan pembelajaran ulang kepada anak pada saat di
rumah mengenai pembelajaran yang telah didapat di TPQ Nurul hidayah?

35
9. Bagaimana menurut anda sebagai wali santri mengenai metode pembelajaran
yang diterapkan di TPQ Nurul hidayah?
10. Menurut anda apakah sarana dan prasarana yang ada di TPQ Nurul hidayah
telah memadai?
C. Pertanyaan kepada santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Hidayah
1. Sejak kapan saudara mengikuti pendidikan di TPQ Nurul hidayah?
2. Faktor apa yang mendorong saudara untuk mengikuti pendidikan di TPQ
Nurul hidayah?
3. Apakah orang tua saudara mendukung segala kegiatan yang saudara lakukan
di TPQ Nurul hidayah?
4. Sekarang saudara telah mencapai juz berapa saat menuntut ilmu di TPQ
Nurul hidayah?
5. Apakah ada perbedaan dalam cara membaca Alquran pada diri saudara
setelah melakukan pendidikan Al Quran di TPQ Nurul hidayah?
6. Apakah pada saat di rumah Anda juga sering membaca Alquran?
7. Menurut anda sebagai santri apakah keadaan di TPQ Nurul hidayah dapat
membuat saudara terasa nyaman pada pembelajaran Al Qur'an?
8. Apakah metode pembelajaran yang digunakan ustad atau ustadzah dapat
membantu saudara dalam memahami bacaan Alquran?
9. Apakah anda senang dengan pelajaran tajwid?
10. Apakah sekarang saudara sudah mengetahui hukum-hukum tajwid?

36

Anda mungkin juga menyukai