(Proposal Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh :
Nama : Suci Putri Nur Asnah
NIRM : 1207.18.2055
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Penulis mengakui dalam penulisan proposal ini mungkin banyak sekali terjadi
kekurangan sehingga hasilnya jauh dari nama kesempurnaan. Penulis sangat berharap
kiranya dapat diberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................4
C. Rumusan Masalah.....................................................................................4
D. Hipotesa Tindakan.....................................................................................4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................4
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................6
A. Deskripsi Teori..........................................................................................6
1. Pengertian Menghafal......................................................................6
2. Pengertian Al-Qur’an.......................................................................8
3. Adab Menghafal Al-Qur’an.............................................................9
4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an....................................................10
5. Kaidah Dalam Menghafal Al-Qur’an...............................................12
6. Metode My Q-Map..........................................................................13
B. Penelitian Relevan.....................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................15
A. Setting Penelitian.......................................................................................15
B. Subjek dan Objek Penelitian.....................................................................15
C. Instrumen Penelitian..................................................................................15
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................16
E. Analisis Data.............................................................................................17
F. Prosedur Penelitian....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu cara untuk memelihara kemurnian Al-
Qur’an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat menjaga Al-
Qur’an dengan cara menghafalkannya. Sedangkan Al-Qur’an sendiri adalah kalam
Allah yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi ummat manusia. Untuk
memahami isi kandungan Al-Qur’an yaitu dengan cara menghafalkan dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.1
Keinginan untuk menghafalkan al-Qur’an dan menjaganya karena
mengharapkan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah Ta‘ala merupakan cita- cita
dan harapan hampir setiap pribadi muslim terkhusus di Indonesia yang mayoritas
penduduknya adalah muslim. Hal ini sebagaimana data yang dilansir di
republika.co.id bahwa ternyata jumlah penghafal al-Qur’an di Indonesia tertinggi di
dunia, yakni mencapai 30.000 orang dan jumlah itupun terus meningkat. Arab Saudi
bahkan hanya memiliki 6.000 orang penghafal al- Qur’an.2
Namun, jumlah tersebut masih terhitung sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan penduduk Indonesia yang sekitar 234 juta orang, karena
terdapat beberapa individu dan kelompok muslim yang memiliki keadaan yang
berbeda-beda dalam menghadapi hal menghafal dan menjaga al-Qur’an itu. Salah
satunya adalah mereka yang berusaha menghafalkan al-Qur’an, tetapi mereka
mendapati kesulitan dalam menjaga hafalan tersebut.3
1
Khoeron, M, “Pola Belajar dan Mengajar para Penghafal Al-Qur'an (Huffaz)”. Widyariset,
Vol. 15 No.1, 2012, hal. 188-189
2
Endro yumanto, “Jumlah Penghafal al-Qur’an Indonesia Terbanyak di Dunia” (On- Line),
tersedia di:https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/24/ 136336-jumlah-
penghafal-alquran-indonesia-terbanyak-di-dunia (11 Januari 2021).
3
Yahya Abdul Fattah az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, terjemahan Dinta (Solo:
Insan Kamil, 2010), hal. 9.
1
Seorang penghafal Al-Qur’an dituntut untuk memiliki ketertarikan yang tinggi
terhadap Al-Qur’an, salah satunya dengan mengetahui keutamaan dan hikmah
dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an. Seperti yang dipaparkan Nasokah &
Khoiri, bahwa bagi Rasulullah membaca dan menghafal Al-Qur’an bermanfaat
untuk meneguhkan hati, menguatkan hati dan jiwa, juga membimbing dan membina
umat Islam dalam menjalankan syari’at Islam, untuk memberi jawaban dan respon
atas permasalahan yang terjadi pada individu.4
Menghafalkan Al-Qur’an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat
memperbaiki keadaannya jika ia mengamalkannya. Sebaliknya, jika AlQur’an
dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan, maka ia akan disiksa dengan azab yang
pedih di akhirat kelak.
Terkait mengamalkan hafalan Al-Qur’an yang telah dihafal penulis melihat
anak-anak santri TPQ Al-Hijrah yang banyak dari mereka tidak mengerti apa yang
telah dihafalkannya membuat hafalan itu tidak bisa berdampak kepada
kehidupannya sehari-hari. Metode My Q-Map ini dibuat atas dasar penggagas yakni
Dhini Widyawati, seorang praktisi brain empowerment yang telah menekuni bidang
tersebut sejak tahun 2002 namun baru menjadi praktisi pada tahun 2004 hingga
sekarang.5 Ia merasa miris melihat lulusan dari pondok tahfidz yang banyak dari
mereka tidak mengerti apa yang telah dihafalkannya membuat hafalan itu tidak bisa
berdampak kepada kehidupannya sehari-hari. Hal itu sejalan dengan pernyataan W.
Ahsin bahwa mereka yang menghafal Alquran perlu memahami arti umum dari ayat
tersebut, mengumpulkan informasi di dalamnya, dan mengenali makna antara satu
ayat dan ayat lainnya.6 Karena menghafal Alquran tidak terbatas pada kemampuan
4
Nasokah dan Khoiri, “Pembelajaran Tahfidzul Qur'an Pondok Pesantren Ulumul Qur'an
Kalibeber Wonosobo”. Jurnal Al-Qalam, Vol. 2, 2011, hal. 20
5
Dara Widiastuti, Aam Abdussalam, Elan Sumarna,” Implementasi Metode My Q-Map Dalam
Meningkatkan Hafalan Alquran (Studi Di Pondok Tahfidz Bintang Quran Cirebon)”. Indonesian
Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 , 2019, hal. 46
6
Ikhwanuddin dan Hashim, “Relationship Between Memorization Technique, Mastery of
Arabic Language of Understanding of The Quran”. IIUM Journal of Educational Studies, 2014, hal.
93
2
mengingat ayat, kata per katanya akan tetapi yang paling utama dari menghafal
Alquran adalah hafalan tersebut dapat berdampak pada keadaan spiritual dan
kognitif.7
Menurut Riyadh, menanamkan rasa cinta kepada Alquran di hati anak
termasuk tugas yang sulit. Salah satu sarana penunjang yang dapat mempermudah
pendidik dalam menunaikan tugas ini adalah dengan menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi dan berusaha untuk terus memperbarui metode
pengajaran agar sesuai dengan kepribadian anak.8 Untuk mengatasi kendala
tersebut, diperlukan sebuah metode yang dapat menarik minat dan mempermudah
proses menghafal Alquran.
Metode menghafal yang dilakukan dalam metode My Q-map adalah guru
mencontohkan cara membaca ayat lalu santri menirukannya yang kemudian hafalan
tersebut dikombinasikan dengan visualisasi dan pemetaan ayat. Media yang
digunakan dalam metode My Q-Map ini terdiri dari: (1) Buku My Q-Map, (2)
Alquran terjemah perkata, (3) Alat tulis Maka penulis ingin mencoba menerapkan
metode My Q-Map pada santri TPQ Al-Hijrah untuk menghafal Al-Qur’an Juz 30,
agar dapat meningkat motivasi menghafal Al-Qur’an santri-santri TPQ Al-Hijrah
yang merasa bosan dengan cara menghafal yang mereka lakukan saat ini.
Berdasarkan beberapa permasalahan diatas maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode My Q-Map Dalam
Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Juz 30 Santri TPQ Al Hijrah”.
7
Bensaid dan Machouche, “Memorizing the words of God: Special reference to ‘Abdul
Rahman Ibn Khaldun”. Journal Religious Education, 2017, hal. 6
8
Dara Widiastuti, Aam Abdussalam, Elan Sumarna,” Implementasi Metode My Q-Map Dalam
Meningkatkan Hafalan Alquran (Studi Di Pondok Tahfidz Bintang Quran Cirebon)”. Indonesian
Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 , 2019, hal. 48
3
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode My Q-Map dapat
meningkatan hafalan Al-Qur’an juz 30 santri TPQ Al-Hijrah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
4
yang akan ujian Munaqosah dibulan Februari, dapat membantu mereka dalam
memperkuat hafalan Juz 30.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam
meningkatkan hafalan santri dalam membaca Al-Qur’an dan meningkatkan
kemampuan dasar guru dalam menerapkan pembelajaran Al-Qur’an.
3. Bagi TPQ, diperoleh panduan inovatif metode My Q-Map yang diharapkan
dapat dipakai untuk meningkatkan kemajuan lembaganya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Dalam bahasa Arab “hafal” diartikan dengan “Al-Hifzhu” lawan kata dari
lupa. Maksudnya selalu ingat dan tidak lalai. Di dalam Al Qur‟an kata Al Hifzhu
mempunyai arti yang bermacam-macam tergantung susunan kalimatnya, antara lain:
a. Selalu menjaga dan mengerjakan shalat pada waktunya.
b. Menjaga.
c. Memelihara.
d. Yang diangkat.9
Al Hifzhu atau Tahfizh ialah menghafal materi baru yang belum pernah
dihafal,10 hafal merupakan kata kerja yang berarti telah masuk dalam ingatan
(tentang pelajaran), dapat mengingat sesuatu dengan mudah dan mengucapkannya
di luar kepala. Menghafal diartikan pula sebagai aktifitas menanamkan materi
verbal di dalam ingatan, sesuai dengan materi asli. 11 Dengan demikian, menghafal
dapat diartikan dengan memasukkan materi pelajaran kedalam ingatan sesuai
dengan materi asli sehingga mampu mengucapkannya dengan mudah meskipun
tanpa melihat tulisan atau lafalnya.
Keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut Ahsin W. Al-hafidz, sebagaimana
yang dikutip oleh penulis sebagai berikut: Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu
perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Banyak sekali hadist-hadist Rasulullah
9
Abdu Rabb Nawbuddin, H.A.E. Koswara, Metode Efektif Menghafal Al Qur’an, (Jakarta: Tri
Daya Inti, 1992), hal.16-17
10
A. Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal dan Petunjuk-Petunjuknya, (Jakarta:
Pustaka Alhusna, 1985), hal. 248
11
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hal. 29
6
yang mengungkapkan keutamaan orang yang belajar membaca, atau menghafal Al-
Qur’an. Orang-orang yang mempelajari, membaca, atau menghafal Al-Qur’an
merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima
warisan kitab suci Al-Qur’an.12
Diantara hadis Rasulullah yang mengungkapkan keutamaan orang yang
menghafal Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
“Dari Ali Bin Abi Thalib, bahwa Nabi saw. bersabda: didiklah anak-anakmu akan
tiga perkara, mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabi, dan membaca Al-
Qur’an. Sebab orang-orang yang hafal Al-Qur’an berada dalam lindungan Allah
bersama para Nabi dan orang-orang pilihan Allah, pada hari dimana tidak ada
lindungan selain lindunganNya.” (HR. Abu Hashr dan Ad-Darami).13
Imam At Tirmidzi berkata bahwa Ahmad bin Manie’ telah meriwayatkan kepadanya
bahwa Jarir telah meriwayatkan kepadanya dari Qaabuus bin Abi Zhibyaan dari
Ayahnya dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasllam telah bersabda : sesungguhnya orang yang tak ada
sedikitpun didalam hatinya Alqur’an (tidak ada hafalannya) seperti rumah yang
hancur tak berpenghuni ” Imam At Tirmidzi berkata: Hadits ini Hasan dan
Shahih.14
Dari hadis-hadis diatas dapat di ambil kesimpulan bahwasanya dengan
menghafal Al-Qur’an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki
keadaannya, dan juga di sebutkan tentang keutamaan-keutamaan orang yang
mempunyai hafalan Al-Qur’an yakni berada dalam lindungan Allah bersama para
Nabi dan orang-orang pilihan Allah, pada hari dimana tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya, dan juga Nabi mengibaratkan orang yang tidak mempunyai
sedikitpun hafalan Al-Qur’an di hatinya seperti rumah yang hancur tak berpenghuni,
hal ini menunjukkan sangatlah penting bagi umat Islam untuk mempelajari Al-
Qur’an terlebih bisa menghafalkanya, karena pada intinya AlQur’an adalah
pedoman hidup bagi umat Islam.
12
W. Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 26
13
Ibid, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, hal. 29
14
Imam An Nawawi, Riyadussholihin (Jakarta: Dar Al-Kutub AlIslamiyah, 2010), hal. 304
7
Hukum menghafal Al-Qur’an menurut Ahsin W. Al-Hafidz sebagai berikut:
Menghafal Al-Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang
menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan
ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-
Qur’an. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi oleh sejumlah orang (yang mencapai
tingkat mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Sebaliknya
jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan menanggung
dosanya.15
2. Pengertian Al-Qur’an
Kalam ilahi (sebagai mu’jizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan
tertulis dalam mushaf berdasarkan sumber-sumber yang mutawatir yang bersifat
pasti kebenarannya dan membacanya adalah ibadah.17
Sedangkan As-Syaukani, menyatakan bahwa Al-Quran adalah:
“Kalam (Wahyu) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad bin
Abdullah, dalam bahasa Arab dan maknanya yang murni, yang sampai kepada
umat manusia secara mutawatir”, yang berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah
Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup bagi setiap umat Islam, sebagai korektor
dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya dan bernilai abadi, yang
15
W. Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 24
16
Abdul Kosim dan Fathurrohman, Pendidikan Agama Islam: Sebagai Core Ethical Values
Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018), hal .138
17
Subhi Ash Shalih, Mabahits Fii Ulum Al-Quran, (Beirut: Dar Al-Ilmi Li Al Malayin, 1988),
hal 21
8
secara keseluruhan berisikan ajaran-ajaran akidah, syariat, dan akhlak bagi umat
manusia.”18
Al-Quran terdiri dari 114 surat, yang mana 91 surat turun di Mekah dan 23
surat turun di Madinah, ada yang berpendapat bahwa 86 surat turun di Mekah dan
28 surat turun di Madinah. Surat yang turun di Mekah dinamakan Makiyyah, pada
umumnya suratnya pendek-pendek, meyangkut prinsip-prinsip keimanan dan
akhlak, seruannya ditujukan kepada seluruh manusia (Yaa ayyuha an-naas).
Sedangkan yang turun di Madinah disebut Madaniyyah, pada umumnya suratnya
panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan tentang hubungan manusia
dengan Tuhannya atau seseorang dengan yang lainnya. Atas inisiatif para ulama,
maka kemudian Al-Qur’an dibagi-bagi menjadi 30 juz, dalam tiap juz dibagi-bagi
kepada setengah juz, seperempat juz, maqra’, dan lain-lain19
Dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa hal yang terlebih dahulu dilihat,
segala sifat dan karakter orangnya hendaknya selalu baik, dan menjaga diri jangan
sampai ada larangan Al-Qur’an yang dilakukannya. Hal itu dilakukan demi
mengagungkan dan menghormati Al-Qur’an al-Karim. Diharapkan tidak melakukan
sesuatu atau usaha yang bertentangan dengan seruan Al-Qur‟an. Kemudian, selain
itu juga harus menjaga kemuliaan diri dan pribadinya. Dianjurkan bagi orang yang
membaca Al-Qur‟an memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
18
Abdul Kosim dan Fathurrohman, Pendidikan Agama Islam: Sebagai Core Ethical Values
Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018), hal .139
19
Ibid, Pendidikan Agama Islam: Sebagai Core Ethical Values Untuk Perguruan Tinggi Umum,
hal .140
9
Allah maka sudah selayaknya membacanya pun harus di tempat yang
bersih dan suci.
c. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat.
d. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur’an.
e. Membaca basmallah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan
surah At-Taubah.
f. Membacanya dengan tartil.
g. Tadabur/ memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Dengan membaca
seperti ini, artinya penuh perhatian terhadap ayat-ayat yang dibacanya,
maka seorang pembaca akan memahami dan respek terhadap ayat-ayat
yang sedang dibaca dan dihafalnya.
h. Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan
suara yang keras lebih utama.
i. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.20
4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Keistimewaan Al-Qur’an perlu dijaga dan diperlihara bagi umat islam, karena
selain mampu menjadi pedoman kehidupan umat manusia juga banyak keutamaan
yang didapatkan bagi siapa saja yang menjaga nya dengan sungguh-sungguh atau
menghafalnya. Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang
terjaga, baik secara lafadz dan isinya. Rasyid Ridha pernah berkata bahwa satu-
satunya kitab suci yang dinukil secara mutawatir dengan cara dihafal dan ditulis
adalah Al-Qur’an.21
10
b. Para penghahafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan kelompok pilihan-
Nya.
c. Penghafal Al-Qur’an berhak mendapatkan penghormatan.
d. Iri hati yang sebenarnya adalah pada Al-Qur’an dan penghafalnya.
e. Menghafal dan mempelajari Al-Qur’an adalah lebih baik daripada
kesenangan dunia.
f. Penghafal Al-Qur’an adalah seorang yang paling utama untuk menjadi
imam.
g. Pada hari kiamat, Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada para
pembaca dan penghafalnya. Syafaat al-Qur‟an diterima oleh Allah swt.
h. Menghafal Al-Qur’an merupakan sebab diselamatkannya seseorang dari
api neraka.
i. Hati seorang penghafal Al-Qur’an tidak akan disiksa Allah dengan api
neraka.
j. Sesunguhnya menghafal Al-Qur’an merupakan tingkat yang tertinggi di
dalam surga.
k. Penghafal Al-Qur’an didahulukan dalam penguburannya, dan tidak
dipernkenankan untuk memperlama waktu penguburannya.
l. Menghafal Al-Qur’an merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat. Bagi
penghafal tidak hanya mendapatkan kebaikan dunia melainkan kebaikan
akhirat juga.
m. Penghafal Al-Qur’an akan selalu bersama dengan para malaikat yang
mulia dan taat.22
5. Kaidah Dalam Menghafal Al-Qur’an
22
Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟a dan Rahasia-rahasia
Keajaibannya, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), hal. 15-20
11
Ada beberapa kaidah dalam menghafal Al-Qur’an, agar nantinya bisa
membantu dan mendapatkan hafalan dengan maksimal. Beberapa kaidah yang harus
diperhatikan yakni:23
a. Ikhlas, betapapun harus ada niat yang ikhlas dan maksud yang baik. Sedapat
mungkin orang berminat menghafal Al-Qur’an adalah demi Allah Yang Maha
Suci lagi Maha Tinggi, demi beroleh surga dan keridhan-Nya.
b. Upaya Membenarkan Pengucapan dan Bacaan, langkah berikutnya yang harus
ditempuh ialah upaya membenarkan pengucapan dan bacaan Al-Qur’an.
c. Upaya Membuat Target Hafalan Setiap Hari, bagi orang yang berminat
menghafal Al-Qur’an, sedapat mungkin dia harus membuat target hafalan
setiap harinya, beberapa ayat misalnya.
d. Jangan Beralih pada Hafalan Baru Sebelum Sempurna Benar Hafalan Lama,
orang yang telah menghafal Al-Qur’an, dia tidak boleh beralih pada hafalan
yang baru kecuali kalau hafalan yang lama benar-benar sudah sempurna. Hal
itu dimaksudkan adalah supaya apa yang telah dihafal betul-betul terpatri di
dalam hati.
e. Gunakanlah Satu Mushaf Saja, diantara sesuatu yang benar-benar dapat
membantu menghafal ialah menggunakan satu mushaf khusus. Soalnya
seseorang itu bisa menghafal dengan melihat, sebagaimana halnya dia bisa
menghafal dengan mendengar.
f. Memahami adalah Cara Menghafal, oleh karenya orang yang hendak
menghafal Al-Qur’an terlebih dahulu harus membaca tafsir ayat-ayat yang
hendak dihafalkannya. Mengikat Awal Surah dengan Akhir Surah
g. Mengikat Hafalan dengan Mengulang dan Mengkajinya Bersama-sama,
kaidah ini sangat penting. Karena, bagi seorang yang diberikan hidayah untuk
menghafal alQur’an, maka ia harus mengikatnya dengan mengulang-ulangi
hafalan dan mengkajinya bersama-sama secara terus-menerus. Sebentar saja
23
Abdurrahman Abdul Khaliq, Bagaimana Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1995), hal. 13-24
12
seorang hafidz Qur‟an membiarkan hafalannya, maka ia akan cepat hilang
dan terlupa.
h. Memperhatikan Yang Serupa, ada ayat-ayat yang terkadang pembaca al-
Qur’an salah karena al-Qur’an dalam segi makna, lafazh dan ayat-ayatnya itu
serupa.
6. Metode My Q-Map
24
Dara Widiastuti, Aam Abdussalam, Elan Sumarna,” Implementasi Metode My Q-Map Dalam
Meningkatkan Hafalan Alquran (Studi Di Pondok Tahfidz Bintang Quran Cirebon)”. Indonesian
Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 , 2019, hal. 45
25
Dara Widiastuti, Aam Abdussalam, Elan Sumarna,” Implementasi Metode My Q-Map Dalam
Meningkatkan Hafalan Alquran (Studi Di Pondok Tahfidz Bintang Quran Cirebon)”. Indonesian
Journal of Islamic Education – Vol. 6 No. 1 , 2019, hal. 46
13
metode My Q-Map ini terdiri dari: (1) Buku My Q-Map, (2) Alquran terjemah
perkata, (3) Alat tulis.26
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dara Widiastuti, Aam Abdussalam, Elan
Sumarna dengan judul “Implementasi Metode My Q-Map Dalam Meningkatkan
Hafalan Alquran (Studi di Pondok Tahfidz Bintang Quran Cirebon)” Fakultas
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2019. Dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa implementasi metode My Q-Map di Pondok Tahfidz Bintang
Quran Cirebon mengacu kepada kurikulum yang telah dibuat oleh pondok itu
sendiri. Aktivitas santri dan guru dalam mengimplementasikan metode My Q-Map
dalam kegiatan menghafalkan Alquran dimulai dengan pembukaan, kegiatan
menghafal, dan evaluasi. Kelebihan metode ini adalah dapat membantu mengatasi
kendala santri dalam menghafal seperti mudah lupa, depresi, dan kendala personal
lainnya. Di samping itu, metode ini dapat membantu santri memahami makna dan
mengingat letak ayat sehingga hafalan Alquran terasa lebih berkesan dan membuat
hafalan lebih kuat terikat. Secara keseluruhan metode ini sudah cukup berhasil
dalam membantu santri meningkatkan hafalan Alquran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
14
2021. Sebelum pelaksanaan, dilakukan observasi awal yang dilakukan sebelum
tindakan kelas yaitu pada tanggal 6 Januari 2021.
Subjek yang diteliti adalah santri TPQ Al-Hijrah, yang jumlah keseluruhan
santri ada 35 Santri, namun dikhususkan untuk penerapan metode My Q-Map untuk
santri kelas 5 dan 6 yang akan ujian munaqosah yakni terdiri dari 12 orang santri
terdiri dari 5 Putra dan 6 Putri. Yang menjadi objek penelitian pada penelitian
tindakan kelas ini adalah: mengenai kemampuan menghafal Al-Qur’an santri.
C. Instrumen Penelitian
15
(Gambar 2. Contoh buku latihan My Q-Map)
4. Lembar kegiatan santri
5. Lembar observasi
6. Daftar hadir santri
D. Teknik Pengumpulan Data
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),
Cet. 2, hal. 203
16
2. Metode Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan atau bakat pengetahuan intelegensi kemampuan individu atau
kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan untuk
menilai bacaan dan hafalan Al Qur’an santri.28
3. Metode Driil (Latihan)
Metode driil yaitu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan
melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Metode ini
merupakan metode ulang pelajaran yang telah diberikan dan juga melatih anak
berfikir secara cepat serta memperkuat daya tangkap anak terhadap
pelajaran.29
E. Analisis Data
1. Analisis Kualitatif
Analisis ini digunakan untuk menganalisis upaya peningkatan kelancaran
membaca Al Qur’an santri Al Hasyimi melalui metode Qira’ati dari hasil observasi
lapangan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian.
2. Analisis kuantitatif
Analisis ini dipergunakan untuk menganalisis jumlah Siswa yang mengalami
peningkatan kelancaran dalam membaca Al Qur’an yang diperoleh dari tindakan
siklus I, dan II. Data tersebut dapat diolah dengan materi prosentasi dengan
menggunakan rumus : P = N x 100 %
P : Prosentase jawaban
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah Responden
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),
Cet. 2, hal. 204
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm
17
Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diketahui prosentase peningkatan
kelancaran membaca Al Qur’an santri Al Hasyimi dengan metode My Q-Map.30
F. Prosedur Penelitian
Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian tindakan
kareba Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan atau
action research. Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada yang
mengacu pada model Kurt Lewin. Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt
Lewin adalah: 31
1. Perencanaan (planning)
2. Tindakan (action)
3. Pengamatan (observing)
4. Refleksi (reflecting)
ACTING
(Tindakan)
PLANNING OBSERVING
(Perencanaan) (Pengamatan)
REFLECTING
(Refleksi)
30
Sukma Dinata dan Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2006), Cet. II, hlm .155
31
Afi Parnawi, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Yogyakarta:
Deepublish, 2020), hal. 11
18
penelitian, dikarenakan waktu penelitian hanya 2 minggu. Setiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
Siklus I
Langkah langkah dalam siklus I dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Perencanaan
a. Perencanaan skenario pemebelajaran dengan menyiapkan santri benar-
benar berada pada suasana penyadaran diri untuk termotivasi belajar
dengan menekankan pada keaktifan santri dalam proses pembelajaran
dan berada pada konsentrasi terhadap kelancaran dalam membaca Al
Qur’an
b. Menyusun Rencana Pembelajaran dengan metode My Q-Map
c. Menyiapkan media pembelajaran berupa peraga jilid yaitu buku My Q-
Map
d. Menyiapkan lembar kegiatan santri
2. Tindakan
a. Peneliti memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
yang menerapkan metode My Q-Map, guru selalu mengkondisikan
kesiapan santri terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan menghafal
serta tidak akan menambah hafalan yang baru sebelum hafalan yang
lama benar-benar telah hafal baik dari segi bacaan ayatnya, makna
maupun letak ayat. Teknik menghafal yang dilakukan dalam metode My
Q-map adalah guru mencontohkan cara membaca ayat lalu santri
menirukannya yang kemudian hafalan tersebut dikombinasikan dengan
visualisasi dan pemetaan ayat dan tugas yang harus dilaksanakan santri
secara singkat, jelas, dan penuh suasana kehangatan.
b. Inti pelaksanaan tindakan yaitu memberikan apersepsi pengulangan
materi yang sudah dipelajari lalu guru membacakan pelajaran baru per
19
lafal, santri menirukan. Guru menunjuk santri secara individu untuk
membaca santri yang lain menyimak. Kemudian meminta suka relawan
untuk melafalkan pada bagian ayat tertentu yang dianggap sulit. Ketika
bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan atau menyela di
beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu. Kemudian santri
maju satu persatu secara individu untuk membaca hafalan yang sesuai
dengan kemampuannya.
3. Pengamatan
a. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pelaksanaan tindakan untuk
mengetahui seberapa jauh efek hafalan Al-Qur’an dengan metode My
Q-Map. Pengamatan dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
b. Mengamati kelancaran membaca. Hasil analisis data pada tahapan ini
kemudian digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus
berikutnya. Selain itu juga, diperhatikan berbagai kendala yang muncul
pada saat pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi
a. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara
terhadap pelaksanaan pembelajaran metode My Q-Map pada siklus II,
termasuk kemungkinan mengubah cara pembelajaran dibuat kelompok.
20
DAFTAR PUSTAKA
Kosim, A dan Fathurrohman. 2018. Pendidikan Agama Islam: Sebagai Core Ethical
Values Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ash Shalih, S. 1988. Mabahits Fii Ulum Al-Quran. Beirut : Dar Al-Ilmi Li Al
Malayin
Nawbuddin, A.R dan Koswara. 1992. Metode Efektif Menghafal Al Qur’an. Jakarta :
Tri Daya Inti
21
Djamarah, S.B dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta
Bensaid dan Machouche. 2017. “Memorizing the words of God: Special reference to
‘Abdul Rahman Ibn Khaldun”. Journal Religious Education
22