SKRIPSI
Oleh :
Nur hidayah
NIM : UT.150217
v
ABSTRAK
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi sederhana ini kepada:
Ayahanda dan Ibunda Tercinta...
Dua orang yang sangat berjasa dalam hidup saya dan yang sangat saya cintai
yaitu Ayahanda Udin dan Ibunda Sri yanti yang telah mendidik dan mengasuhku
dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan ketulusan yang tak
kenal lelah dan batas waktu, agar kelak diriku menjadi anak yang berbakti
kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa seterusnya
dapat meraih cita-cita. Serta adikku yang sangat aku sayangi Rabiatul Adawiyah
dan Asiah walaupun kita jarang sekali menunjukkan sikap saling menyayangi,
Paman bibi dan serta kawan-kawan satu kost mahya eka safitri, monalisa, nur
zainah, dan someone, teman-teman saya yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi yang sangat berharga kepada saya.
Dr. Masiyan, M.Ag (Dosen Pembimbing 1)
M. Ali Mubarak, S.IP., M.SI (Dosen Pembimbing 2)
yang telah membimbingku sehingga dapat mencapai ketitik ini saya ucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah membalas semua jasa
kalian dengan sebaik-baiknya balasan.
vii
KATA PENGANTAR
الرِح ْي ِم َّ بِ ْس ِم الل ِّه
ّ الر ْح َم ِن
Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga Skripsi yang
berjudul “Metode Tahfidz Al-Qur’an Anak Usia Dini Di Pesantren
Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat”
ini dapat diselesaikan penyusunannya. Shalawat dan salam penulis limpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, dan sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
Selesainya penyusunan Skripsi ini ditulis dengan banyak mendapat
masukan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari dosen
pembimbing dan rekan-rekan penulis. Untuk itu, Penulis merasa sangat bersyukur
kehadirat Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag, dan M. Ali Mubarak, S.IP.,M.SI selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan
sumbangan pemikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Bapak Prof. Su‟aidi Asyari, M.A.,Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan
Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, masing-masing sebagai Wakil Rektor I, II, dan
III UIN Sulthan Thaha Saifuddin jambi.
4. Bapak Dr. Abdul Ghaffar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag, Bapak H. Abdullah Firdaus, Lc.,M.A.,Ph.D,
dan Bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag, masing-masing selaku Wakil Dekan I,
viii
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Batasan masalah. ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian dan kegunaan penelitian............................... 5
E. Tinjaun pustaka ......................................................................... 5
F. Metode Penelitian...................................................................... 7
G. Kerangka Teori.......................................................................... 9
H. Sistematika penulisan .............................................................. 19
x
1. Pengertian hafalan Al-Qur‟an. ............................................ 38
2. Persiapan menghafal Al-Qur‟an. ......................................... 40
3. Metode menghafal Al-Qur‟an. ............................................ 42
4. Doa menghafal Al-Qur‟an................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................ 67
C. Kata penutup. .......................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
ب b ظ ẓ
ت t ع `
ث ts غ Gh
ج j ؼ F
ح ḥ ؽ Q
خ kh ؾ K
د d ؿ L
ذ dz ـ M
ر r ف N
ز z ك W
س s ق H
ص ṣ ل Y
ض ḍ
C. Ta’ Marbutah
xii
1. Ta‟ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
صالة Salãh
مراة Mir‟ãh
2. Ta‟Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
كزارة التبية Wizãrat al-Tarbiyah
Contoh:
Arab Indonesia
فجئة Fajannatan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Shalah Abdul fatah Khalid, kunci menguak Al-Qur‟an, terjemah kathur suhardi,
(Yogyajakarta: pustaka Mantiq, 2005), .5
2
Lajnah pentashihan mushaf Al-Quran suhuf (Jakarta volume 10 nomor 1 juni 2017), 195
3
Hakim Muda Harahap, rahasia Al-Qur‟an (depok: Darul Hikmah, 2007), 27-28
4
M.Ghufran & Rahmawati, ulumul Qur‟an: Praktis dan mudah, cet. Ke-1 (Yogyakarta:
teras, 2013), 1
1
2
Peningkatan kecerdasan pada anak usia dini adalah hal yang penting
dilakukan adapun yang disebut Anak usia yaitu anak yang berumur 0-6 tahun.
Usia tersebut merupakan usia keemasan dimana dalam masa tersebut proses
anak akan mengalami perkembangan pada dirinya baik itu fisik, sosial
emosional maupun bahasa. Seperti yang kita ketahui kecerdasan masing-
masing anak memiliki kecerdasan berbeda-beda tetapi perlu kita sadari bahwa
setiap anak nantinya mempunyai kecenderungan untuk memiliki salah satu
kecerdasan yang menonjol dibandingkan dengan kecerdasan lainnya.7
5
Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-ilmu Al-
Qur‟an dan hadis (uin sunan kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor 1, januari 2017),52
6
Cucu Susianti, efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan kemampuan menghafal
al-qur‟an anak usia dini. ( Tunas seliwangi vol.2, no.1, april 2016 ), 3
7
Dahliani mengembangkan minat hafalan Al-Qur‟an pada anak usia dini melalui metode
one day one ayat, ( prosiding seminar nasional tahunan fak ilmu sosial universitas medan tahun
2017 vol. 1 No. 1 2017), 469-471
3
8
Al-Ghazwah pengembangan metode dan sistem evaluasi tahfidzul qur‟an (Universitas
Yudharta Pasuruan, Volume 1, Nomor 2, September 2017), 318
9
A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997), 301
4
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:10
1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur‟an untuk anak usia dini yang
diterapkan di pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.
2. Bagaimana kendala menghafal Al-Quran di pondok pesantren Al-Anwar
Desa Teluk Kulbi.
10
Tim penyusun, panduan penulisan karya ilmiah mahasiswa Fakultas Usuluddin IAIN
STS Jambi, (Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 39
5
C. Batasan masalah
Agar pembahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini tidak meluas
dan tepat pada sasaran pokok pembahasan, maka penulis membatasi
pembahasan hanya terfokus pada metode-metode tahfiz yang diterapkan oleh
anak usia dini di pondok pesantren Al-Anwar Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan :
a. Untuk memaparkan metode menghafal Al-Qur‟an yang diterapkan di
pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.
b. Untuk mengetahui kendala menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Al-Anwar Desa Teluk Kulbi.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian ini sebagai khazanah keilmuan mengenai metode
tahfiz Al-Qur‟an (menghafal dan memelihara hafalan Al-Qur‟an).
b. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi para penghafal Al-
Qur‟an tentang metode yang tepat dan kendala-kendala yang perlu
diperhatikan dalam tahfiz Al-Qur‟an.
E. Tinjauan pustaka
Dalam hal ini penulis menemukan pembahasan menganai metode
tahfiz anak usia dini di antaranya sebagai berikut:
Cucu susianti dalam jurnalnya yang berjudul efektivitas metode talaqqi
dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak usia dini, adapun
6
di dalam jurnal ini beliau menggunakan metode khusus dalam menghafal Al-
Quran yaitu metode talaqqi.11
11
Cucu Susianti, efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan kemampuan menghafal
al-qur‟an anak usia dini. ( Tunas seliwangi vol.2, no.1, april 2016 ), 1
12
Alucyana, pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia dini dengan metode muyassar, (
Universitas Islam Riau, volume 2, Agustus 2017), 36
13
Ifat Fatimah, Implementasi pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia dini di TK Al-
Qur‟an rumah Qurani, ( Universitas Pendidikan Indonesia 2013), 8
14
Nurdiani Bisri Fitri, pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an pada anak usia dini
di TK Mutiara Bantul, (jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 2016), 1
7
Adapun buku yang telah ditemukan oleh penulis yang membahas tentang
metode yang dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur‟an di dalam
menghafal dan menjaga hafalannya adalah buku yang berjudul Kaifa
Nata‟amalu Bil Qur‟an (Berinteraksi dengan Al-Qur‟an) karya Yusuf
Qardhawi terjemahan oleh Abdul Hayyi Al-Kattani.
F. Metodologi penelitian
15
Zulfitriana, pembelajaran tahfidz Al-Quran dalam pendidikan karakter anak usia dini,
(Darul ilmi, Vol 1 No 2 juni 2016), 35
8
2. Subjek Penelitian
a. Mudir Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
b. Guru tahfiz
G. Kerangka teori
Kerangka teori merupakan landasan teoritis yang digunakan dalam
melakukan penelitian. Secara akademis penelitian mendeskripsikan secara
kritis tentang metode tahfiz anak usia dini. Adapun secara sosial, penelitian
memperkenalkan suatu bentuk keaneka ragaman sosio kultural masyarakat
muslim Indonesia dalam menggunakan menghafal dan mengamal Al-Qur‟an
sebagai kitab suci, baik dari sosiologi maupun dakwah islamiyah. Untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, maka materi yang disampaikan juga harus
relavan atau dapat mengantar proses yang sampai pada tujuannya.
1. Definisi dan Ruang Lingkup Living Qur‟an
Bagi umat islam, Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang menjadi dasar dan
pedoman dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari
mereka umumnya telah melakukan praktik resepsi terhadap Al-Qur‟an, baik
dalam bentfuk membaca, memahami dan mengamalkan, maupun dalam
bentuk resepsi sosio-kultural yaitu dalam bentuk sosial dan budaya. 16 Ada
beberapa sisi Al-Qur‟an yang di resepsi yakni, tulisanya, bacaannya, dan
sistem bahasanya. Selama ini memang orientasi kajian Al-Qur‟an lebih
16
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an Dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press
2015), 103.
10
banyak diarahkan kepada kajian teks. Ranah kajian Al-Qur‟anini tidak lagi
berfokus pada mafi al-Quran dan ma haula al-Quran saja, akan tetapi sudah
berkembang pada wilayah hubungan antara Al-Qur‟an dan masyarakat Islam
serta bagaimana Al-Qur‟an itu disikapi secara teoritik maupun dipraktekkan
secara memadai dalam kehidupan sehari-hari (Living Qur‟an). Dengan kata
lain, kajian ini tidak lagi berangkat dari eksistensi tekstualnya, melainkan
pada fenomena sosial yang berkembang dalam merespon kehadiran Al-
Qur‟an dalam wilayah geografi tertentu dan waktu tertentu pula.17
Sisi lain dari kajian living Qur‟an ialah dimanfaatkan juga untuk
kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih
maksimal dalam mengapresiasi al-Qur‟an. Arti penting kajian Living Qur‟an
berikutnya adalah memberi paradigma baru bagi pengembangan kajian al-
Qur‟an di era kontemporer, sehingga studi Qur‟an tidak hanya berkutat pada
wilayah kajian teks.18
Muhammad Mansur berpendapat bahwa pengertian The Living Qur‟an
sebenarnya bermula dari fenomena Qur‟an in everyday life, yang tidak lain
adalah “makna dan fungsi Al-Qur‟an yang real dipahami dan dialami
masyarakat muslim”. Maksud Muhammad Mansur adalah “perilaku
masyarakat yang dihubungkan dengan Al-Qur‟an pada tataran realitas, di luar
Al-Qur‟an atau teks mempunyai fungsi sesuai dengan apa yang bisa dianggap
atau dipersepsikan oleh satuan masyarakat dengan beranggapan akan
mendapatkan “fadilah” dari pengamalan yang dilakukan dalam tataran
realitas yang dijustifikasi dari teks Al-Qur‟an.19
Definisi di atas semuanya sudah memenuhi ruang lingkup yang
berhubungan dengan Living Qur‟an. Dengan bahasa yang sederhana, dapat
dikatakan bahwa Living Qur‟an adalah interaksi, asumsi, justifikasi, dan
perilaku masyarakat yang didapat dari teks-teks Al-Qur‟an.
17
Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi Dalam Pendekatan Living Quran” dalam
Metode Penelitian Living Quran Dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), 39.
18
Ibid., 109.
19
Muhammad Mansur, “Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Qur‟an”dalam
Penelitian Living Qur‟an Dan Hadis (Yogyakarta: Th-Press, 2007), 5.
11
20
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press,2006),42-44.
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006), 14-15.
12
subyek yang ditelitinya sedemikin rupa sehingga peneliti mengerti apa dan
bagaimana suatu pengertian dikembangkan dalam hidup sehari-hari. Subyek
penelitian dipercaya memiliki kemampuan untuk menafsirkan pengalamannya
melalui interaksi.22
Dalam penjelasan Phillipson yang dikutip oleh Suwardi Endraswara
dalam bukunya bahwa ada dua paham metodologi fenomenologi, pertama
fenomenologi yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana bagaimana
fenomena itu tersusun. Kedua, fenomenologi yang berusaha memahami
fenomena sebagai objek kesadaran. Ketika fenomenologi mulai menjelaskan
bagaimana fenomena itu tersusun, ini berarti masih fenomenologi murni.
Secara alamiah peneliti budaya akan menanyakan persepsi subyek budaya
terhadap apa yang dialaminya. Dari interaksi subyek budaya itu, baik
kesadaran subyek sebagai kesadaran makna dan fungsi dari suatu fenomena
itu merupakan tonggak terjadinya penafsiran.23
Seperti yang dikutip Rusli dalam jurnalnya bagi Hegel, fenomenologi
berkaitan dengan pengetahuan sebagaimana ia tampak kepada kesadaran,
sebuah ilmu yang menggambarkan apa yang dipikirkan, dirasa dan diketahui
oleh seseorang dalam kesadaran dan pengalamannya saat itu. Proses tersebut
mengantarkan pada perkembangan kesadaran fenomenal melalui sains dan
filsafat “menuju pengetahuanyang absolut tentang yang absolut.
Sedangkan, menurut formulasi Husserl, fenomenologi merupakan sebuah
studi tentang struktur kesadaran yang memungkinkan kesadaran-kesdaran
tersebut menunjuk kepada obyek-obyek di luar dirinya. Studi ini
membutuhkan refleksi tentang isi pikiran dengan mengenyampingkan
segalanya. Husserl menyebut tipe refleksi ini “ reduksi fenomenologis”.
Karena pikiran bisa diarahkan kepada obyek-obyek yang non eksis dan riil,
22
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006),44.
23
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press,2006), 49.
13
24
Rusli, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Agama Konsep, Kritik Dan Aplikasi”,
Islamica, Vol 2, No 2 (2008),142
25
Abdul Mujib, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 6. (2015).168.
26
Heddy Shri Ahimsa-Putra, “Fenomenologi Agama : Pendekatan Fenomenologi Untuk
Memahami Agama” Jurnal Walisongo, Vol 20, No.1 (2012), 276.
14
orang lain tersebut dengan kata lain semacam tindakan menanggalkan diri
sendiri dan berusaha menghidupkan pengalaman orang lain dan menggunakan
pandangan orang lain tersebut.27
27
Abdul Mujib, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 6. (2015),169.
28
Mulyasa, Manajemen paud (PT Remaja Rosdakarya, bandung, 2012), 51
29
Suyadi & Maulidya Ulfah, konsep dasar paud ( PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2017), 47
30
Menghafal dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan al-Hifdz yang merupakan akar
kata dari Hafiza-Yahfazu-Hifdzan yang mempunyai arti menjadi hafal danmenjaga hafalannya
atau memelihara, menjaga menghafal dengan baik, (A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir
Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), 301.
15
hodos berarti jalan atau cara yang harus di lalui atau dilewati untuk
mencapai tujuan.31
Sedangkan Ahsin W. Al-Hafiz memaparkan secara rinci mengenai metode
menghafalkan Al-Qur‟an. Metode itu terbagi menjadi 5 metode, yaitu :
Metode Wahdah, Metode kitabah, Metode Sima‟I, Metode Gabungan dan
Metode Jama‟.
1. Metode Wahdah
Metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang
hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca
sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih. sehingga proses ini
mampu membentuk pola dalam bayangan, akan tetapi hingga benar-benar
membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah
dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama demikian
seterusnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan
semakin refsentatif.32
2. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternative dari
pada metode yang pertama. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu
menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah
disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga
lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Metode ini cukup praktis
dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis
juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola
hafalan dalam bayangan ingatannya.33
3. Metode Sima‟i
Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud mendengar disini
adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama
31
Zuhairi, metodologi penelitian agama islam (solo: Ramadani, 1993), 66
32
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Mangghafal Al_Qur‟an, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2009), 6.
33
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an….. 64.
16
bagi penghafal tunanetra atau anak yang masih dibawah umur yang belum
mengenal baca tulis Al-Qur‟an. Metode ini dapat dilakukan dengan dua
alternative :
a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal
tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini instruktur dituntut untuk
berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan
membimbingnya, karena ia harus membacakan ayat satu persatu untuk
dihafal, sehingga penghafal mampu menghafal secara sempurna. Baru
kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya.
b. Merekam lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya ke dalam pita
kaset dengan kebutuhan dalam kemampuannya. Kemudian kaset
diputar dan didengar dengan seksama sambil mengikuti secara
perlahan. Kemudian diulang lagi dan diulang lagi, dan seterusnya
menurut kebutuhan sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal
diluar kepala.34
4. Metode Gabungan
Metode ini merupakan metode gabungan antara Metode Wahdah
dan Metode Kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) disini lebih memiliki
fungsional sabagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya,
kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan
untuknya dengan hafalan pula. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi
ganda, yakni berfungsi untuk menghafal, sekaligus berfungsi untuk
pemantapan hafalan.35
5. Metode Jama‟
Maksud metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan secara
kolektif atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama,
instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan
secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan
mengulang-ulang kembali ayat-ayat tersebut dan penghafal mengikutinya.
34
Ibid 65.
35
Ibid 66.
17
Setelah ayat itu dapat merek baca dengan baik dan benar, selanjutnya
mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba
melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya
sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya
masuk dalam ingatannya. Setelah penghafal benar-benar hafal, barulah
kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.36
a. Metode Talqin
Mengajarkan anak menghafal Al-Qur‟an dengan metode ini adalah
dengan cara membacakan terlebih dahulu ayat yang dihafal secara
berulang-ulang hingga anak menguasainya. Dan setelah menguasai, maka
berpindah ke ayat selanjutnya.37
b. Metode talqin dan mendengarkan rekaman
Metode ini hampir sama dengan metode pertama. Perbedaannya
adalah dalam metode ini hanya dilakukan sekali. Langkah selanjutnya
adalah memperdengarkan ayat-ayat yang dihafal melalui rekaman bacaan
ayat tersebut dari Qari, ternama di dunia, rekaman ini diputar berulang kali
sehingga anak hafal di luar kepala.38
c. Metode dan gerakan isyarat
Cara menghafal Al-Qur‟an dengan metode ini dipelopori oleh ayah
Husein Ath-Thaba‟thaba‟i yang berhasil menjadikan anaknya ahlul qur‟an
sejak usia 6 tahun. Metode ini cocok untuk anak yang mempunyai daya
konsentrasi pendek dan tidak bisa diam. Metode ini menarik bagi anak
yang kurang tertarik dengan lafadz-lafadz ayat yang sedang dihafal.39
d. Metode membaca ayat yang akan dihafal
36
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an., 66.
37
Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-ilmu
Al-Qur‟an dan hadis (uin sunan kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor 1, januari 2017), 59
38
Ibid.
39
Ibid., 59-60
18
40
Ibid.,60
41
Ibid.
42
Ibid., 61
19
H. Sistematika penelitian
Bab ketiga, berisi tentang metode menghafal Al-Qur‟an untuk anak usia
dini yang diterapkan di pesantren Al-Anwar yang meliputi : pertama tentang
anak usia dini antara lain pengertian anak usia dini, perkembangan pada anak
usia dini. Kedua, metode hafalan Al-Qur‟an, pengertian hafalan Al-Qur‟an,
persiapan menghafal Al-Qur‟an, metode menghafal Al-Qur‟an, doa menghafal
Al-Qur‟an.
Bab kelima atau bab yang terakhir berisi kesimpulan dari penelitian,
saran-saran dan penutup.
BAB II
43
Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Profil Pondok Pesantren
20
21
44
Ibid
45
Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar , Profil Pondok Pesantren, 1
22
1200
1000
800 orang
600 PR
LK
400
usia 20-59
200 usia 7-19
0 usia 0-6
TANJABAR
TELUK
KULBI AL-ANWAR
46
Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Profil Pondok Pesantren, 2
23
Pendidikan Bidang
No Nama Guru L/P
Terakhir Study
Pengasuh
1 KH.M. Rusdi Perempuan MAS
Pondok
Lilik Muthmaianah Al Pengasuh
2 MAS
Hafidzhoh Tahfiz
Guru
3 Bunyamin Laki-laki MAS
Diniyah kls 6
4 Jamaludin Laki-laki MAS Guru tahfiz
Guru
5 M. Said Laki-laki MAS
Tilawah
6 Asnawi Laki-laki MAS Guru Aqidah
24
Bidang
No Nama Guru L /P Pendidikan
Terakhir Study
Guru
7 Mujiasih Perempuan MAS
Diniyah kls 6
Guru
8 Lilik muarifah Perempuan MAS
Diniyah kls 6
Guru
9 Ida royani Perempuan MAS
Diniyah kls 6
Guru
10 Siti Halimah Perempuan MAS
Tilawah
11 Siti fauziah Perempuan MAS Guru Tahfidz
Guru
12 Marsidah Perempuan MAS
Diniyah kls 6
Guru
13 Dewi fitriani Perempuan MAS
Diniyah kls 6
14 Siti Mar‟atus Sholehah Perempuan MAS Guru Hadist
Guru
16 Eko Siswanto Laki-laki MAS
Kaligrafi
Perempuan Guru
24 Feni Indra Kristina,S.Pd S.1
Matematika
25
Perempuan Guru
25 Desi Purnama Sari,S.Pd S.1
B.Indonesia
Perempuan Guru
26 Fitri Novita Sari,S.Pd S.1
Matematika
Laki-laki Guru
27 Muhammad Firdaus,S.Pd S.1
B.Inggris
b. Jumlah santri
Data santri pondok pesantren Al-Anwar Desa Teluk Kulbi sebagai
berikut:47
TK 9 12 21
47
Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Profil Pondok Pesantren, 3
26
SMA 17 60 77
TPA 20 16 36
TTQ 20 75 95
D. Materi pendidikan
a. Pendidikan formal dan non formal
NO PENDIDIKAN FORMAL
1 TAMAN KANAK – KANAK ( TK )
2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP)
3 SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )
b. Kegiatan rutinitas
1. Tahfidzul Qur‟an.
2. Muhadhoroh (Pengajian Kitab Kuning ) Ba‟dal Maktubah.
3. Majlis Ta‟lim Minggu.48
c. Kegiatan extra kurikuler
1. Tartil Al-Qur‟an.
2. Tilawatil Qur‟an Bithaqoni.
3. Khotmil Qur‟an bin Nadzor & bil Ghoib.
4. Tahlil.
5. Istighosah.
6. Manaqib Nurul Burhani (Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani).
7. Al-Barzanji Nadzam Wannasar.
8. Sholawat Diba‟i Wal Burdah.
9. Shalawat Maulidul Al-Habsyi.
10. Khitobiyah.
11. Pencak Silat PN.
12. Kaligrafi.
13. Pramuka.
14. Menjahit.
E. Tata Tertib Pondok Pesantren
Pondok pesantren Al-Anwar memliki tata tertib yang wajib ditaati
oleh santri, yaitu :
a. Tata Tertib Umum
a. Menjalankan ajaran Islam dan tata tertib pondok pesantren yang
berlaku.
b. Menghormati guru dan karyawan pondok pesantren Al-Anwar.
c. Menerima dengan ikhlas bimbingan, nasehat, teguran dan sanksi
apapun yang diberikan oleh pihak pondok pesantren.
d. Tidak keluar kampus kecuali atas izin yang berwenang.
48
Zulham, Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Dokumentasi Tertulis.
28
adalah membawa semen satu karung, dibotak, dipanggil orang tua, dipulangkan ke
rumah. Adapun pelanggaran-pelanggarannya sebagai berikut:
a. Pelanggaran ringan
1. Makan dan minum berdiri
2. Buang sampah tidak pada tempatnya
3. Tidak berpakaian yang rapi dan pantas
4. Berambut panjang dan berkuku panjang
5. Tidak melaksanakan tugas piket di kamar dan di kelas
6. Terlambat shalat jama‟ah
7. Terlambat masuk sekolah
b. Pelanggaran sedang
1. Tidak patuh terhadap pengurus dan guru
2. Tidak mengikuti sholat jama‟ah tanpa ada alasan
3. Keluar pondok tanpa seizin pengurus dan guru
4. Minggat atau keluar jam sekolah tanpa seizin guru
5. Izin pulang kerumah harus harus menghadap pengasuh dan pulang tidak
boleh terlambat dari izin yang diberikan
c. Pelanggaran berat
1. Merokok
2. Mencuri
3. Pacaran
4. Berkelahi
5. Memiliki HP
BAB III
Secara umum anak usia dini dapat dikelompokkan dalam usia (0-1
tahun), (2-3 tahun), dan (4-6 tahun), dengan karekteristik masing-masing:
49
Mulyasa, Manajemen PAUD (PT Remaja Rosdakarya, bandung, 2012), 51
31
32
50
Ibid, 22
33
51
Ibid 23
52
Ibid, 25
34
53
Suyadi & Maulidya Ulfah, konsep dasar PAUD ( PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2017), 49
36
54
Ibid 56
38
55
Ibid 57
56
ibid 57
39
hafal dan menjaga hafalannya atau memelihara hafalan dengan baik.58 Orang
yang hafal Al-Qur‟an dikenal dengan sebutan hafiz : yaitu orang yang
menghafal dengan cermat, termasuk sederetan kaum yang menghafal.
57
Tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia, kamus besar bahasa indonesia,
(Jakarta:balai pustaka, 1995), hlm. 333.
58
A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997), 301.
59
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 529.
40
yang tidak mengerti artinya dan tidak dapat menulis dengan aksaranya.
Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.60
60
Dr. Muhammad Quraish Sihab M.A Wawasan Al-Qur‟an tafsir maudhi atas berbagai
persoalan umat (Mizan, PT Mizan Pustaka, 2003), 3.
61
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an terj. Abdul Hayyi Al-Kattani (Jakarta
: Gema Insann.i Press, 1999), 189
62
Abdul Aziz Abu Jarwah hafal Al-Qur‟an dan lancar seumur hidup (PT Gramedia,
Jakarta 2017), 94-97
41
Ketika kita terus menerus menghafal dan sabar terhadap kesulitan yang
kita temui pada awalnya, maka kita akan mendapatkan kemudahan setelahnya.
Ini adalah janji Allah yang pasti sebagaimana firmannya:
63
Rosyidatul Azizah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
64
Jamaluddin, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
65
Dwi fitriani, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
66
Rahmadani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
43
67
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Mangghafal Al_Qur‟an, (Jakarta : Bumi
Aksara, (2009), 63.
68
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an….. 64.
44
4. Metode Gabungan
Metode ini merupakan metode gabungan antara Metode
Wahdah dan Metode Kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) disini
lebih memiliki fungsional sabagai uji coba terhadap ayat-ayat yang
telah dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas
yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Kelebihan
metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk
menghafal, sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan.70
5. Metode Jama‟
Maksud metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan
secara kolektif atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.
Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan
siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur
membimbingnya dengan mengulang-ulang kembali ayat ayat-ayat
tersebut dan penghafal mengikutinya. Setelah ayat itu dapat mereka
baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan
instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf
(tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat
yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam
ingatannya. Setelah penghafal benar-benar hafal, barulah kemudian
diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.71
69
Ibid., 65.
70
Ibid., 66.
71
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an., 66.
45
1. Metode Juz‟i
Metode juz‟i yaitu cara menghafal Al-Qur‟an secara
berangsur-angsur atau sebagian demi sebagian dan menghubungkan
antar bagian satu dengan bagian lainnya dalam satu kesatuan materi
yang dihafal. Hal ini dapat dikaji dari pernyataan berikut ini, “Untuk
memperingan beban, materi yang dihafalkan hendaknya dibatasi.
Umpamanya menghafal sebanyak tujuh baris, sepuluh baris, satu
halaman atau satu hizb. Apabila telah selesai, berpindahlah hafalan
yang telah dihafal. Sebagai contoh, seseorang anak menghafal surah
Al-Hujurat menjadi dua atau tiga tahap satu surah Al-Kahfi dihafal
menjadi empat atau lima tahap”.72
2. Metode kulli
Metode kulli adalah metode menghafal Al-Qur‟an dengan cara
menghafal keseluruhan materi hafalan yang dihafalkan, tidak dengan
cara bertahap atau sebagian-sebagian. Jadi, keseluruhan materi ayat
yang dihafal tanpa memilah-milahnya, baru kemudian diulang terus
sampai benar-benar hafal. Penjelasan tersebut berasal dari pernyataan
berikut, Hendaknya seorang penghafal mengulang-ulang apa yang
pernah dihafalkannya meskipun hal itu merupakan kesatuan tanpa
memilah–milahnya. Misalnya, dalam menghafal surah An-Nur, di sana
ada tiga hizb, kurang lebih ada delapan halaman yang dapat dihafalkan
oleh seorang anak sekaligus dengan cara banyak membaca dan
mengulang.73
72
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur‟an, (Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016), 46
73
Ibid 47
46
74
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur‟an, (Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016), 49
75
Ibid 50
47
76
Ibid 51
77
Ibid 52
78
Ibid 52
48
1. Metode Talqin
Mengajarkan anak menghafal Al-Qur‟an dengan metode ini
adalah dengan cara membacakan terlebih dahulu ayat yang dihafal
secara berulang-ulang hingga anak menguasainya. Dan setelah
menguasai, maka berpindah ke ayat selanjutnya.79
2. Metode talqin dan mendengarkan rekaman
Metode ini hampir sama dengan metode pertama.
Perbedaannya adalah dalam metode ini hanya dilakukan sekali.
Langkah selanjutnya adalah memperdengarkan ayat-ayat yang dihafal
melalui rekaman bacaan ayat tersebut dari Qari, ternama di dunia,
rekaman ini diputar berulang kali sehingga anak hafal di luar kepala.80
3. Metode dan gerakan isyarat
Cara menghafal Al-Qur‟an dengan metode ini dipelopori oleh
ayah Husein ath-Thaba‟thaba‟i yang berhasil menjadikan anaknya
ahlul qur‟an sejak usia 6 tahun. Metode ini cocok untuk anak yang
mempunyai daya konsentrasi pendek dan tidak bisa diam. Metode ini
menarik bagi anak yang kurang tertarik dengan lafadz-lafadz ayat yang
sedang dihafal.81
4. Metode membaca ayat yang akan dihafal
Metode ini mensyaratkan bahwa anak sudah bisa baca Al-
Qur‟an dengan baik. Dengan kata lain, anak menghafal sendiri dengan
79
Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-ilmu
Al-Qur‟an dan hadis (UIN sunan Kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor 1, januari 2017), 59
80
Ibid.
81
Ibid., 59-60
49
85
Umarulfaruq Abubakar, Jurus Dahsyat Mudah Menghafal Al-Qur‟an untuk Anak,
(Surakarta : Ziyad, 2016), 99.
86
Ibid 101
51
87
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung : Diponegoro, 2013),
574.
52
88
Zakariyal Anshari, Anda pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur‟an, (Jakarta : Pustaka Imam
Syafi‟i, 2017), 128-130.
89
Jamaluddin, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
53
90
Siti Romlah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
91
Rosyidatul Azizah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
92
Dwi fitriani, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
93
Tri Aini Nurul, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis,
28 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
94
Lisma Rufi Ramadhani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan
Penulis, 27 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
54
1. Metode Talqin
Metode talqin dilakukan dengan cara membimbing para penghafal
terlebih dahulu sebelum menghafal dengan tujuan tahsin (pembetulan)
bacaan Al-Qur‟an. Proses ini bisa berlangsung hingga beberapa saat,
hingga para penghafal benar-benar mampu menguasai ayat yang akan
dihafalkan. Setelah anak benar-benar menguasai ayat pertama,
kemudian guru pembimbing tahfiz melanjutkan bimbingan bagi
penghafal kepada ayat yang selanjutnya.96
Adapun metode talqin ini pernah dipraktekkan pada salah satu
keluarga kamil el-Laboody yang berhasil mendidik ketiga anaknya
yakni Tabarak, Yazid dan Zaenah menjadi tiga hafiz termuda di dunia,
yakni sudah hafal 30 juz ketika berusia 4,5 tahun. Kamil el-Laboody
menyelesaikan pendidikan SI Farmasinya di Universitas Leicester
Inggris salam Bidang Manajemen Bisnis. Dia juga pernah menga mbil
diploma dengan jurusan Ilmu Jiwa Pendidikan. el-Laboody menikah
dengan Rasya al-Jayyar yang juga seorang apoteker. Sebagai seorang
suami, el-Laboody tidak hanya bertindak sebagai kepala keluarga,
tetapi juga menjadi guru bagi istri dan anak-anaknya. Setelah
menikah, mereka memulai mengahafal Al-Qur‟an dari awal surah Al-
Baqarah hingga akhir surah An-Nisa‟ sampai istrinya mengandung
anak pertama.
95
Rahmadani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
96
Siti Romlah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
55
97
Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-ilmu
Al-Qur‟an dan hadis (UIN sunan Kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor 1, januari 2017), 63
56
2. Metode Wahdah
Metode wahdah dilakukan dengan cara membaca terlebih
dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan secara berulang-ulang, dengan
memperhatikan secara teliti hukum tajwid yang terkandung di dalam
ayat yang hendak dihafalkan tersebut. Setelah berkali-kali dibaca terus-
menerus hingga yakin tidak ada kesalahan yang terdapat pada ayat
yang akan dibaca dan ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang
tersebut membentuk dalam ingatan kemudian mulai menghafal ayat
tersebut secara satu persatu tanpa melihat mushaf. Menghafal langsung
tanpa membaca berkali-kali dengan memperhatikan hukum-hukum
tajwidnya akan menyulitkan penghafal.99
98
Ibid. 64
99
Rosyidatul Azizah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
57
3. Metode Sima‟i
Metode ini juga digunakan di pondok pesantren Al-Anwar desa
Teluk Kulbi. Guru tahfiz terlebih dahulu membaca ayat yang akan
dihafalkan oleh penghafal, penghafal mendengar dengan baik ayat
yang dibacakan oleh guru pembimbing tahfiz tersebut. Metode ini
bermanfaat bagi santri supaya mengetahui cara praktek membaca Al-
Qur‟an dari Syaikh-Syaikh Arab yang ahli dalam bidang Al-Qur‟an.
100
Tutik khoirunisa, Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga, (Pendidikan
Agama Islam (pai) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Istitut Agama Islam Negeri Salatiga
2016), 67
101
Mokhamad Zamroni, Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur‟an Santri Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi Kecamatan Klambu
Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011, (Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang 2011), 68
58
ج بِوِ عَ ْن ِ ِِ ِ
َ س ِان َكأَ ْف تػُ َف ِّر ِ َ ِأَ ْف تػُ نَػ ِّو َر بِكِ تَا ب
َ ك بَصَ رم َكأَ ْف تُطْل َق ب و ل
ص ْد رِم َكأَ ْف تػَ غْ ِس لَ بِوِ بَ َد ِن فَإِ نَّوُ َل يُعِينُ ِن ِ قػَ لْ ِب كأَ ْف تَ ْش ر
َ ح بِو
ََ َ
102
Uray Gilang Kencana Putra, rancangan tahfiz al-kariamah di Kabupaten Kuburaya,
jurnal online mahasiswa arsetektur Universitas tanjungpura, voleme 5, no 2 2017, 91
59
ِع لَى ا ْْل ِّق غَ ي ػ ر َؾ كَل ي ػ ْؤتِيوِ إِ َّل أَنْت كَل ح و َؿ كَل قػُ َّوةَ إِ َّل بِال لَّو
َ َْ َ َ ُ َ ُْ َ َ
ا لْعَ لِ ِّي ا لْعَ ِظ ي ِم
103
Romdoni Massul, Mnetode Cepat Menghafal dan Memahami Ayat-Ayat Suci Al-
Qur‟an, (Bantul : Lafal Indonesia, 2014), 77-78. Dikutip oleh Lutfiatul Khasanah, Metode Hafalan
Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini di Rumah Tahfiz Al-Ikhlas Karangrejo Tulungagung, skripsi
(Tulungagung : IAIN Tulungagung Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, 2015), 20-21.
BAB 1V
104
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur‟an, (Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016), 138
60
61
lelah, kita sebagai orangtua saling menyerahkan siapa yang memliki cukup
waktu dan bisa menyempatkan diri serta masih mempunyai stamina yang
fit untuk membmbing anak menghafal dan menyimak hafalan anak.
Dengan demikian, proses menghafal anak tetap berjalan, meskipun
terkadang harus mengurangi target hafalan dan murajaah anak.
c. Anak sakit
Saat anak sakit, juga bisa menjadi kendali dalam proses menghafal Al-
Qur‟an. Dalam keadaan sakit, maka proses menghafal anak akan berenti
sementara waktu hingga anak kembali sehat. Dengan demikian, maka
hafalan anak tidak akan bertambah. Oleh sebab itu, kita selalu menjaga
kesehatan anak agar proses menghafal Al-Qur‟an bisa fokus.105
d. Ketidaksabaran orang tua
Kesabaran merupakan hal yang penting dalam proses mendidik anak-anak
menghafal Al-Qur‟an, akan banyak ditemui berbagai kendala, baik dari
anak maupun dari orang tua. Saat anak dalam proses menghafal, tidak
jarang ia lupa atau salah melafalkan ayat yang ia hafalkan. Bahkan
terkadang apabila telah diulang-ulang berkali-kali anak masih sering salah
melafalkannya, hal itu yang sering membuat orang tua tidak sabar
meskipun mereka tidak sampai marah dengan anak. Terlebih jika dalam
keadaan lelah atau kurang enak badan, maka akan tersendat hafalan anak
tentu sangat menganggu emosi orang tua, ketidaksabaran orang tua
tersebut sangat dikhawatirkan akan membuat psikologi anak tertekan.
Meskipun kita tidak sampai memarahi anak tersebut, namun
ketidaksabaran menjadi salah satu kendala bagi mereka dalam proses
mendidik anak menghafal Al-Qur‟an sejak usia dini.106
e. Kurangnya istiqamah orang tua
Yang dimaksud dengan istiqamah yaitu konsisten. Dalam hal mendidik
anak menghafal Al-Qur‟an sejak usia dini, yang dimaksud dengan
konsisten yakni bagaimana keteguhan orang tua dalam mendidik dan
105
Ibid, 139
106
Ibid, 140
62
107
Ibid, 141
108
Jamaluddin, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
109
Rosyidatul Azizah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
63
110
Siti Romlah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
111
Hayatun Nasihah, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan
Penulis, 28 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
112
Tri Aini Nurul, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan
Penulis, 28 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
113
Lisma Rufi Ramdhani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara
dengan Penulis, 27 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
114
Dwi fitriani, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
64
1. Malas
Rasa malas merupakan salah satu penyakit santri dalam proses
menghafal Al-Qur‟an, yang bisa menghambat perkembangan santri dalam
menghafal. selain itu, rasa malas juga menyebabkan hafalan hilang
disebabkan sulit berkonsentrasi sehingga ketika menghafal atau
mengulang hafalan tidak masuk disebabkan adanya rasa malas.
2. Rasa ingin Bermain
Bermain bagi anak-anak yang masih kecil adalah dunianya.
Namun, dalam proses santri menghafal Al-Qur‟an, guru pembimbing
tahfiz selalu mengingatkan bahwa waktu bermain santri ada batasannya.
3. Tidak Bersungguh-sungguh
Keras dan bersungguh-sungguh dalam menghafal Al-Qur‟an
layaknya seorang yang siap mencapai sebuah kesuksesan. Jika tidak
bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam menghafal Al-Qur‟an, berarti
niatnya hanya setengah hati. Oleh karena itu anda harus berusaha melawan
kemalasan baik waktu pagi, siang dan malam
4. Kurangnya motivasi
Rendahnya motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri maupun
motivasi dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan kurang
bersemangat untuk mengikuti segala kegiatan yang ada, sehingga anak
malas dan tidak bersungguh-sungguh dalam menghafalkan Al-Qur‟an
menjadi terhambat bahkan proses hafalan yang dijalaninya tidak akan
selesai dan akan memakan waktu yang relative lama.
5. Lupa
Menghafal ayat pada waktu yang singkat dan pindah ke ayat
lainnya sebelum menguasainya dengan baik dapat menyebabkan cepat
lupa. Secerdas apapun seseorang, pasti tidak akan luput dari masalah lupa.
65
1. Memberi nasehat
Niat untuk memberi nasihat memperbaiki bukan memalukan,
melakukan secara berhadapan (empat mata). Memberi nasihat dengan kata-
kata yang lembut dengan cara yang baik. Menasihati dengan ilmu sebelum
menasihati orang lain mengingatkan diri sendiri dahulu. Tetaplah sabar
karna kita menasihati dengan memperingati.
2. Memberi motivasi
Orang yang menghafalkan Al-Qur‟an, pasti sangat membutuhkan
motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, guru-guru, keluarga
dan sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat
dalam menghafalkan Al-Qur‟an. Tentu hasil yang diperoleh akan berkurang
jika motivasi yang didapatkan kurang.
66
Jika niat dan kemauan yang kuat dimiliki oleh santri penghafal,
maka hal tersebut akan mempermudah proses tahfdiz Al-Qur‟an.
Menghafal Al-Qur‟an akan berhasil apabila motivasi yang kuat muncul dari
pribadi seorang penghafal. Membiasakan diri secara rutin untuk menghafal
dan muraja‟ah hafalan Al-Qur‟an, akan mempercepat tercapainya
keberhasilan tahfidz Al-Qur‟an.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
67
68
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung : Diponegoro,
2013.
Buku
Dr. Muhammad Quraish Sihab M.A Wawasan Al-Qur‟an tafsir maudhi atas
berbagai persoalan umat. Mizan, PT Mizan Pustaka, 2003.
Faruq Abu Bakar Umarul, Jurus Dahsyat Mudah Menghafal Al-Qur‟an untuk
Anak. Surakarta :Ziyad, 2016.
Irsyad Muhammad dan Qomariyah Nurul, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak
Hafal Al-Qur‟an. Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016.
Lajnah pentashihan mushaf Al-Quran suhuf . Jakarta volume 10 nomor 1 juni
2017.
Maulidya Ulfah & Suyadi, konsep dasar paud. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2017.
Mulyasa, Manajemen paud. PT Remaja Rosdakarya, bandung, 2012.
Rahmawat & M.Ghufran, ulumul Qur‟an: Praktis dan mudah, cet. Ke-1.
Yogyakarta: teras, 2013.
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an terj. Abdul Hayyi Al-Kattani.
Jakarta : Gema Insann.i Press, 1999.
Zakariyal Anshari, Anda pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur‟an. Jakarta : Pustaka
Imam Syafi‟i, 2017.
Jurnal
Aida hidayah metode tahfidz Al-Qur‟an untuk anak usia dini jurnal studi ilmu-
ilmu Al-Qur‟an dan hadis. uin sunan kalijaga Yogyakarta. Vol 18 nomor
1, januari 2017.
Al-Ghazwah pengembangan metode dan sistem evaluasi tahfidzul qur‟an.
Universitas Yudharta Pasuruan, Volume 1, Nomor 2, September 2017.
Alucyana, pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia dini dengan metode
muyassar. Universitas Islam Riau, volume 2, Agustus 2017.
Cucu Susianti, efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan kemampuan
menghafal al-qur‟an anak usia dini. Tunas seliwangi vol.2, no.1, april
2016.
Dahliani, mengembangkan minat hafalan Al-Qur‟an pada anak usia dini melalui
metode one day one ayat. prosiding seminar nasional tahunan fak ilmu
sosial universitas medan tahun 2017 vol. 1 No. 1 2017.
Ifat Fatimah, Implementasi pembelajaran Al-Qur‟an untuk anak usia dini di TK
Al-Qur‟an rumah Qurani. Universitas Pendidikan Indonesia 2013.
Mokhamad Zamroni, Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan
Al-Qur‟an Santri Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa Terkesi
Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011. Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2011.
Nurdiani Bisri Fitri, pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an pada anak usia
dini di TK Mutiara Bantul. jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7
2016.
Tutik khoirunisa, Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo
Salatiga. Pendidikan Agama Islam (pai) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Istitut Agama Islam Negeri Salatiga 2016.
Uray Gilang Kencana Putra, rancangan tahfiz al-kariamah di Kabupaten
Kuburaya. jurnal online mahasiswa arsetektur Universitas tanjungpura,
voleme 5, no 2 2017.
Zulfitriana, pembelajaran tahfidz Al-Quran dalam pendidikan karakter anak usia
dini. Darul ilmi, Vol 1 No 2 juni 2016.
Kamus
Munawwir Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya ;
Pustaka Progresif, 1997.
Tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia, kamus besar bahasa Indonesia.
Jakarta:balai pustaka, 1995.
Tesis
Romdoni Massul, Mnetode Cepat Menghafal dan Memahami Ayat-Ayat Suci Al-
Qur‟an. Bantul : Lafal Indonesia, 2014), 77-78. Dikutip oleh Lutfiatul
Khasanah, Metode Hafalan Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini di Rumah
Tahfiz Al-Ikhlas Karangrejo Tulungagung, skripsi (Tulungagung : IAIN
Tulungagung Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, 2015.
Wawancara
Dwi fitriani, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
Hayatun Nasihah, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan
Penulis. 28 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio
Jamaluddin, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
Lisma Rufi Ramadhani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara
dengan Penulis, 27 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Rekaman Audio
Rahmadani, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan
Penulis. 27 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman
Audio.
Rosyidatul Azizah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
Siti Romlah, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Rekaman Audio.
Tri Aini Nurul, Santri Tahfiz Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan
Penulis. 28 Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman
Audio
Zulham, Sekretaris Pondok Pesantren Al-Anwar, Wawancara dengan Penulis. 27
Desember 2018, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Dokumentasi Tertulis.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“METODE TAHFIZ AL-QUR’AN ANAK USIA DINI DI PESANTREN AL-
ANWAR DESA TELUK KULBI KABUPATEN TANJUNG JABUNG
BARAT”
No JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1 -Profil Pondok Pesantren Al- -Observasi -Setting
Anwar
-Sejarah Pondok Pesantren -Dokumentasi -Dokumen Geografis
-Letak Geografis Pesantren -Wawancara -Sekretaris Ponpes
A. PanduanObservasi
No Jenis Data Objek Observasi
1 -Profil Pondok Pesantren -Keadaan dan Letak Geografis Pesantren
Al-Anwar
2 -Visi dan Misi Pesantren -Data dokumentasi Visi dan Misi Pesantren
Al-Anwar
C. Butir-butirWawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara
1 -Letak Geografis Pesantren SEKRETASIS PESANTREN
-Bagaimana letak geografis pesantren Al-
Anwar?
Informasi Diri
Nur hidayah dilahirkan di Sungai Dualap, Kecamatan Kuala Betara, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, pada 17 juli 1995. Putra dari Udin dan Sri Yanti
Riwayat Pendidikan
Nur hidayah memperoleh Sarjana Agama dari Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi pada 2019, ijazah Madrasah Aliyah (MA) diperolehnya
dari Pondok Pesantren Al-Baqiyatusshalihat, Kuala Tungkal, Jambi pada 2015,
Madrasah Tsanawiyah (MTs) diperolehnya dari Pondok Pesantren Al-
Baqiyatusshalihat, Kuala Tungkal, Jambi pada 2012, dan memperoleh ijazah
Sekolah Dasar (SD) dari SDN.85 Desa Sungai Dualap.
Karya Ilmiah
Skripsi dengan judul “Metode Tahfidz Al-Qur‟an Anak Usia Dini Di Pesantren
Al-Anwar Desa Teluk Kulbi Kabupaten Tanjung Jabung Barat” adalah karya
tulis pertama Nur hidayah.