Anda di halaman 1dari 118

PELAKSANAAN INTEGRASI

PESANTREN SALAF (TRADISIONAL)


DAN KHALAF (MODERN) DI PONDOK PESANTREN
QOTRUN NADA
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Sandy Meylaz

109011000134

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK

Sandy Meylaz, NIM 109011000134. “Pelaksanaan Integrasi Pesantren


Salaf dan Khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada”. Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Pendidikan Islam di dalam pesantren sangat menarik untuk dikaji, dikarenakan


pertama, banyaknya anggapan terhadap kualitas pendidikan Islam di pesantren yang
menyatakan bahwa pesantren adalah pendidikan Islam yang kolot tidak selaras
dengan perkembangan era modern saat ini, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah
yang strategis dan urgent dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam di dalam
pesantren, misalnya dengan cara melakukan kolaborasi pendidikan pesantren
tradisional dengan pesantren modern, kedua, pesantren perlu mengadakan
pengembangan agar dapat memenuhi harapan masyarakat, ketiga, pada era globalisasi
yang ditandai dalam kemajuan IPTEK, sehingga pendidikan di dalam pesantren
melakukan penyesuaian dengan cara pengembangan, agar pendidikan Islam dan
pesantren tetap eksis dan diminati masyarakat di era modern ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menganalisis mengenai
pelaksanaan kolaborasi Pendidikan salafy dan modern di Pondok Pesantren Qotrun
nada Depok.
Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu dari wawancara atau pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan atau dokumentasi lainnya, kemudian data tersebut dibaca, dipelajari
secara cermat dan didiskripsikan memberikan gambaran, penafsiran dan uraian.
Dari penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan Pendidikan di
Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah dalam pelaksanaan pendidikan Islam ada dua
hal yang penulis tuliskan dalam skripsi ini yaitu 1. pelaksanaan yang dilakukan di
Pesantren Qotrun Nada dengan asal merespon perkembangan zaman pada saat ini 2.
hasil waancara dengan pengasuh Pondok Pesantren yang menjadi perhatian didalam
pelaksanaannya pelaksanaan kolaborasi 2 pendidikan tersebut. Ketika wawancara
dengan penulis beliau menyebutkan bahwa yang menjadi dasar dan tetap survivenya
lembaga pesantren dalam menerapkan sistem tersebut adalah faktor keistiqomahan
dan keikhlasan serta SDM yang cukup memadai.
Adapun pengembangan sistem pendidikan di dalam pesantren meliputi
pengembangan aspek kependidikan dengan memasukan pelajaran umum di pesantren,
tidak hanya disitu saja, melainkan dengan memadukan dua sistem pendidikan
tradisional dan modern, begitu juga dalam manajemen pesantren, sehinnga
mengetahui inti dari tujuan pesantren khususnya.

iii
KATA PENGANTAR

   

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah
SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan cinta dan tadzim terhaturkan kepada baginda Muhammad saw. Puncak
kecintaan kita kepada baginda Rasul semoga menghatarkan kita menjadi hamba yang
istiqomah menjalankan sunah dan ajarannya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak
sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis
sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Abdul Majid Khon, MA Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Marhamah Shaleh, MA, Lc, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Dimyati, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan
tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti selama
menyelesaikan skripsi ini

iv
5. Kedua Orangtuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Zawawi dan Ibunda
Suanah yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, doa, dan
dukungan moril, spiritual maupun material yang tiada henti. Terima kasih
semua atas jasamu, semoga apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
6. Drs. K.H. Burhanuddin Marzuki, sebagai pengasuh pondok pesantren Qotrun
Nada, beserta staf pondok pesantren Qotrun Nada yang telah membantu
proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti.
7. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama
penulis menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
9. Teman-teman PAI angkatan 2009, terutama PAI D yang sama-sama telah
memberikan doa’a, saran dan krtik dalam penulisan skripsi ini.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima
kasih dari penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka, dan
akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan
umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 18 Februari 2014

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ i


SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ..................................................................... vii
LAMPIRAN ............................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi masalah ................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI


A. Pondok Pesantren ................................................................................ 10
1. Pengertian Pondok Pesantren ............................................................. 10
2. Tujuan Pondok Pesantren................................................................... 14
3. Elemen-elemen Pondok Pesantren .................................................... 15
4. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren ......................................... 19
5. Pengembangan Kurikulum Pesantren ............................................... 20
6. Metode Pembelajaran Pesantren ........................................................ 27
B. Pesantren Salaf dan Khalaf (Modern)................................................ 27
1. Pengertian Pesantren Salaf ................................................................ 27
2. Ciri khas dan kurikulum Pesantren Salaf........................................... 28

vi
3. Pengertian Pesantren khalaf (Modern) .............................................. 34
4. Ciri khas dan kurikulum pesantren modern ...................................... 38
C. Kajian Yang Relevan ........................................................................... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 42
B. Metode Penelitian .................................................................................. 42
C. Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................... 43
D. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 46
E. Analisis Data ........................................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Qotrun Nada ........................ 48
1. Letak Geografis Pondok Pesantren Qotrun Nada .............................. 48
2. Sejarah Singkat.................................................................................. 48
3. Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada ............................................... 52
B. Struktur Organisasi .............................................................................. 54
C. Tugas dan Fungsi Organisasi .............................................................. 55
D. Dasar dan Tujuan ................................................................................. 60
E. Kolaborasi Pendidikan Salaf dan Modern di Pondok Pesantren
Qotrun nada .......................................................................................... 64
F. Sistem Pengajaran,Kurikulum, Evaluasi dan Managemen
Administrasi .......................................................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 85
B. Implikasi................................................................................................. 86
C. Saran ……..…………………………………………………………… 86
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 88
LAMPIRAN-LAMPIRA

vii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

No Judul Hal
JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH TSANAWIYAH
4.1 77

JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH ALIYAH


4.2 79

4.3 JADWAL PELAJARAN IDHOFI KELAS TAKHASUS 80

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Permohonan izin Penelitian


Lampiran II Surat keterangan telah melakukan
Penelitian/Observasi
Lampiran III Hasil Wawancara
Lampiran IV Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada
Lampiran V Surat keterangan uji referensi
Lampiran VI Surat Pernyataan Jurusan
Lampiran VII Surat Bimbingan Skripsi

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena
pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, mengalihkan, serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya
kepada generasi penerus.1 Demikian pula dengan pendidikan Islam,
keberadaannya merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam
yang bisa melestarikan, mempertahankan serta mengembangkan nilai-nilai Islam
kepada generasi penerus sehingga kultural religius tetap dapat berfungsi pada
generasi pendidikan Islam khususnya dan masyarakat umumnya.
Berbicara pendidikan Islam tersebut, di Indonesia memang terdapat banyak
jenis dan bentuknya. Seperti: Sekolah, Masjid, Majlis taklim, dan Pondok
Pesantren. Akan tetapi dalam skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang
pendidikan Islam yang berada di Pondok Pesantren.
Membicarakan Pesantren atau Pondok Pesantren sebagai lembaga Pendidikan
Islam sangat penting dan menarik. Karena Pesantren merupakan sebuah lembaga
pendidikan Islam tradisional telah lama tumbuh dan berkembang di Indonesia
jauh sebelum sekolah-sekolah umum memasuki wilayah pedesaan, jauh sebelum
sekolah-sekolah umum atau madrasah-madrasah berdiri.2
Pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam Tradisional tertua di
Jawa, sudah sering menjadi objek penelitian, khususnya mereka yang berminat
mendalami sejarah perkembangan Islam di Jawa, Brumund telah menulis sebuah
buku tentang sistem pendidikan Islam di Jawa pada tahun 1875, kemudian diikuti
oleh sejumlah sarjana lain seperti Clifford Ceetz, Karl Steenbrink, Martin Van
Bruineesen dan zamarkhsyari Dhofier dengan masing-masing karyanya. Namun,
menurut professor Johns sebagaimana dikutip oleh Dhofier bahwa penelitian yang
1
H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT Bumi
Aksara,2009), hal.8
2
Syafi’i Noor, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional,
(Jakarta:Prenada, 2009), hal.15
1
2

dilakukan oleh para sarjana kebanyakan mereka menggambarkan tentang


kehidupan Pesantren hanya menyentuh aspek kesederhanaan bangunan-bangunan
dalam lingkungan pesantren, kesederhanaan cara hidup para Santri, kepatuhan
mutlak para Santri kepada kyainya dan dalam beberapa hal, pelajaran-pelajaran
dasar mengenai kitab-kitab Islam klasik.3
Dalam hal pembinaan dan pengembangan suatu bentuk kehidupan keagamaan
yang bernuansa tradisional ditengah-tengah masyarakat. Dan dengan visi dan misi
berdirinya sebuah Pesantren yang menyebarluaskan produk para ulama terdahulu.
Dalam operasional pengajarannya menganut sistem tertentu yang unik, yang
sudah mentradisi secara turun menurun. Dengan demikian kondisi seperti ini
menjadikan peran pesantren menjadi amat penting dalam menumbuhkan nilai-
nilai keagamaan tradisional dalam berbagai perilaku sosial dan moral masyarakat.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional dalam fungsinya
sebagai tempat pengajaran ilmu pengetahuan, pembentukan watak, dan pelestarian
tradisi keagamaan, memang dihadapkan pada tantangan yang amat serius. Bahkan
fungsi tradisionalnya seperti transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, pemeliharaan
tradisi Islam, dan reproduksi ulama harus diupayakan pengembangannya. Ini
dimaksud agar pesantren tetap survive dalam menghadapi modernisasi, khususnya
dalam sstem pendidikan modern.4
Pesantren atau Pondok Pesantren merupakan instusi Pendidikan Islam
tradisonal yang dewasa ini banyak mendapatkan perhatian baik dari kalangan
swasta maupun pemerintah. Banyak kajian dan penelitian di fokuskan kepada
Pesantren dalam rangka mencoba menggali lebih dalam tentang apa yang
“sebenarnya” terjadi dengan Pesantren, seperti sistem dan kurikulum pendidikan
yang diterapkan, adat kebiasaan santri, pengaruh pesantren terhadap Masyarakat
sekelilingnya, juga keterlibatan kyai sebagai pemegang otoritas Pesantren.5

3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta:LP3ES,2011) Cet. IX, h.38
4
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos, 1999), hal. 10
5
Ahmad Munjin, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, (Kediri: P.P Lirboyo, 2002),
h. 1.
3

Sebagai bagian dari pendidikan, Pesantren mempunyai watak utama yaitu


sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kekhasan tersendiri. Pesantren
memiliki tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan yang ada pada
lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti Madrasah atau sekolah. Salah satu ciri
utama Pesantren yang membedakan dengan lembaga pendidikan Islam lainnya
adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai kurikulumnya.
Kitab kuning dapat dikatakan menempati posisi yang istimewa dalam tubuh
kurikulum di Pesantren, Karena keberadaannya menjadi unsur utama dalam diri
Pesantren, maka sekaligus sebagai ciri pembeda Pesantren dari pendidikan Islam
lainnya..6
Pada mulanya Pesantren memiliki sistem pendidikan sendiri yang bersifat
independen. Akan tetapi dewasa ini pesantren menghadapi tantangan
pembangunan, kemajuan, pembaharuan, seta tantangan keterbukaan dan
globalisasi. Pesantren diharapkan mampu bertahan, mengembangkan diri dan
menempatkan diri dalam sistem pendidikan Nasional Indonesia secara
keseluruhan. akhirnya pesantren berusaha mengadopsi sistem pendidikan
modern.7 ada banyak pesantren di Indonesia ini yang yang mengadopsi
pendidikan formal seperti yang diselenggarakan pemerintah, hinnga saat ini
banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistep pesantren atau boarding
school. Fenomena ini menunjukkan adanya pengaruh timbal balik antara sistem
pendidikan nasional dengan sistem pendidikan pesantren.
Dalam menapaki dinamika perubahan yang terjadi, pengembangan sistem
Pesantren yang efektif dan efesien mutlak di butuhkan, sebagaimana pendapat
Abdurrahman Wahid bahwa kurikulum Pesantren harus dikemas secara mandiri,
karena perbedaannya dengan lembaga pendidikan konvensional pada umumnya.
Untuk kepentingan tersebut, tulisan ini akan mengurai bagaimana
mengembangkan pendidikan pesantren dalam rangka mengapresiasi, mensiasati
perkembangan dan perubahan zaman yang mampu menjaga karakter dan keunikan
pesantren salafi sebagai ciri khas sistem pendidikan pribumi. Dengan demikian,
6
Zamakhsyari Dhofir, op. Cit., h.86
7
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga,t.t), hal. 166
4

tulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan (contribution of


knowledge) dalam mengembangkan sistem Pesantren yang contextual, sehingga
Pesantren mampu menancapkan pengaruhnya di tengah masyarakat.
Pada pertengahan abad XX, lembaga pendidikan Islam tradisional ini banyak
melakukan ekspresi dari wilayah pedesaan ke berbagai wilayah perkotaan.
Fenomena ini bertentangan dengan tradisi berdirinya Pesantren yang umumnya
dirintis di daerah pedesaan.8 Masyarakat kota dengan pola kehidupan dan kultur
yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, jelas menuntut pada lembaga
Pesantren untuk mengupayakan berbagai pembaharuan dengan tidak sepenuhnya
meninggalkan ciri tradisionalnya.
Dalam perkembangan terakhir, akibat persentuhan dengan pola-pola
pendidikan modern, banyak Pesantren tradisional/salafiah yang memperlihatkan
perubahan-perubahan model. Perubahan itu dilakukan pesantren sebagai respon
terhadap perkembangan dunia pendidikan dan perubahan sosial, yang tercangkup
diantaranya: (1) pembaharuan substansi atau isi pendidikan Pesantren, yaitu
dengan memasukkan subjek umum dan vocational, (2) pembaharuan metodologi
seperti klasikal dan penjenjangan.9
Seiring perjalanan waktu membawa kesadaran baru bagi pemimpin pesantren.
Tuntutan sosial-kultural, sosio-ekonomi, dan sosio-politik yang selalu berubah-
ubah membuka tabir yang menghalangi wawasan kiai dan ustadz serta memaksa
mereka untuk segera mengadakan pengembangan pendidikan di Pesantren.10
Termasuk didalamnya mengenai metode dan kurikulum yang dipandang kurang
relevan dengan tuntutan zaman.
Dan akhirnya, semua penjelasan diatas dapat dikategorikan sebagai potensi
Pesantren yang bisa dikembangkan secara optimal, sehingga menjadi instuisi yang
berperan aktif dalam memperdayakan generasi Bangsa, khususnya dalam bidang
pendidikan Islam sehingga dapat memberikan gairah ataupun semangat bagi santri
dalam belajar. Dalam upaya untuk mempertahankan eksistensinya, tidak hanya

8
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), hlm. 21
9
A. Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 172
10
Mujamil Qomar, ibid, hlm. 148
5

dalam bekal ilmu agama yang harus dimiliki santri melainkan ilmu yang menjadi
tuntutan kekinian yang semakin mengglobal. Dan juga yang menjadi dasar
masalah yang harus dikaji karena ada beberapa pesantren yang masih ttap
mempertahankan model salafnya, contohnya Pesantren Hidayatul Mubtadi’in
Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, begitupun ada Pesantren yang telah melaksanakan
modernisasi dengan menyatukan antara pesantren salaf dan modern, akan tetapi
berjalannya waktu, tidak mampu bertahan lama. Dengan adanya peristiwa seperti
itu, penulis mencoba menganalisis pelaksanaan Integrasi Pesantren Salaf dan
khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada, yang sampai saat ini masih tetap suvive
dalam mengintegrasikan pesantren Salaf dan Modern. Tentunya ini merupakan
strategi Pendikan Islam di dalam Pesantren dengan menekankan kepada anak
didik tidak hanya ilmu ukhrawi yang dituntut begitupun ilmu duniawi. Tetapi
harus memadukan antara tafaqquh fi al-din dan penguasaan ilmu pengetahuan
umum. Seperti yang ditujukan Allah dalam firmanNya dalam surat Al-Qoshos
ayat 77 antara lain. :

          

           

       

Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”
6

Untuk mengungkapkan berbagai hal diatas dilakukan penelitian pustaka dan


lapangan ke Pondok Pesantren Qotrun Nada, Depok, Jawa Barat. Sehubungan
dengan ini penulis mengambil judul. “PELAKSANAAN INTEGRASI
PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN QOTRUN
NADA”

Pesantren Qotrun Nada termasuk Pesantren yang boleh dikatakan ternama di


kota Depok. Di dalam skripsi ini tentang sejarah Pesantren Qotrun Nada
disebutkan, bahwa diseluruh daerah depok terdapat kurang lebih 83 buah
Pesantren besar dan kecil. dan Pesantren Qotrun Nada adalah Pesantren yang
dilihat dari segi jumlah Santrinya termasuk Pesantren yang mempunyai Santri
yang banyak mencapai 1600 Santri, dan santri semuanya wajib mukim berasal
dari daerah sekitar, juga datang dari berbagai daerah di Indonesia.11

Pondok Pesantren Qotrun Nada didirikan pada tahun 1996 oleh K.H
Burhanuddin Marzuki setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di berbagai
pesantren dan gelar sarjana S 1. Dengan pendidikan agama yang di perolehnya,
beliau bersikap optimis untuk mendirikan Pondok Pesantren yang pada saat itu
terbilang umur beliau masih muda, tentunya dibantu dengan 3 orang sahabat
beliau yang sama-sama lulusan pesantren Darurrahman Jakarta asuhan K.H
Syukron Ma’mun.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sebenarnya sudah tua sekali
usianya, boleh dikatakan ada sejak permulaan penyebaran Islam di Indonesia.
Pada lembaga ini inti pokok materi yang dipelajari adalah ilmu-ilmu diniyah
(keagamaan) dari sumber aslinya yang berbahasa arab atau lebih popular dengan
istilah kitab kuning. Berdasarkan tujuan kurikuler yang hendak dicapai di
Pesantren tentu menguasai ilmu-ilmu keagamaan, dan juga santri menguasai sama
ilmu-ilmu pengetahuan umum yang lain.

11
Achyanuddin Syakier., Wakil Direktur, wawancara Pribadi, Depok,09 Oktober 2013
7

Dapat diambil kesimpulan bahwa Pesantren Qotrun Nada didirikan dan


dikembangkan atas dasar dorongan rasa tanggung jawabnya terhadap Agama dan
tradisi, juga sebagai respon dari masyarakat yang ingin putra putrinya ingin
mendalami ilmu agama dengan sistem mukim dengan dimasukkan system modern
atau madrasah. Inilah antara lain yang akan diteliti oleh penulis pelaksanaan
pengkolabarasian pendidikan salafy atau tradisional dengan pendidikan modern
serta sistem yang diterapkan oleh lembaga tersebut.

Integrasi antara dua dua model Pesantren yang diterapkan oleh Pondok
Pesantren Qotrun Nada secara sekilas kelihatan sekali tidak menghilangkan satu
elemen penting dalam tradisi pendidikan Pesantren, yaitu kitab-kitab klasik yang
sering disebut kitab kuning. Kenyataan kesan dan asumsi itu benar tepat, karena
yang dilakukan oleh Qotrun Nada pelajaran kitab kuning itu dikemas sedemikian
rupa di sesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri.

Dalam usianya yang cukup dewasa Pondok Pesantren Qotrun Nada tetap
konsisten memegang tujuan Pendidikan Islam yaitu untuk membentuk pribadi
Muslim yang bertakwa kepada Allah dan juga muslim yang dapat menyiarkan
ajaran Islam kepada muslim lainnya. Dengan demikian Qotrun Nada adalah
termasuk salah satu dari pesantren-pesantren yang lain didalam menerapkan dua
sistem pendidikan yaitu menggabungkan antara sistem pendidikan salafy dan
modern dan mengatur serta menata seluruh kegiatan-kegiatan Pondok dalam
organisasi-organisasi yang rapi dan terlaksana dengan baik.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Masih adanya Pesantren yang tetap mempertahankan model Pesantren
salaf/tradisional.
2. Adanya Pesantren yang tidak bertahan lama dalam menerapkan integrasi
antara Pesantren Salaf dan modern.
8

C. Pembatasan Masalah
Agar penyusun skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN INTEGRASI
PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN
QOTRUN NADA” mudah dipahami dan dimengerti, maka penulis perlu
membatasi masalah mengenai:
1. Integrasi Pesantren salaf dan khalaf yang ada di Pondok Pesantren Qotrun
Nada
2. sistem kurikulum, metode pengajaran, dan sistem evaluasi yang digunakan
berhubung dengan diterapkannya kedua model tersebut di Qotrun Nada
D. Perumusan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka penulis memberikan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana permulaan terbentuknya integrasi Pesantren Salaf dan Khalaf
di Pondok Pesantren Qotrun Nada?
2. Bagaimana kurikulum dan metode yang di terapkan di Pondok Pesantren
Qotrun Nada dalam integrasi tersebut?
3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi yang dilakukan lembaga dalam
pelaksanaan integrasi tersebut?
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Integrasi pesantren salaf dan modern di Pondok


Pesantren Qotrun Nada?
2. Mendapatkan gambaran mengenai integrasi pesantren salaf dan modern di
Pondok Pesantren Qotrun Nada.
3. Mengetahui rahasia yang membuat pesantren tetap survive sampai saat ini.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat menambah kontribusi dalam
ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.
9

2. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat di tindak lanjuti
oleh penulis berikutnya.
3. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk
dipersembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
penulis sendiri.
10

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pengertian atau definisi pesantren telah banyak disampaikan oleh tokoh-
tokoh atau orang-orang dalam mengartikan pesantren. Pesantren berasal dari
kata santri dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal
santri.12
Dengan nada yang sama Soegarda Poerbakawatja, seperti yang dikutip
Haidar Putra Daulay menjelaskan “pesantren asal katanya adalah santri, yaitu
seorang yang belajar agama Islam”. “Prof Jhons dikutip Haidar Putra Daulay
juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti
mengaji”, “sedang CC Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari
istilah Shastri yang dalam bahasa India orang yang tahu buku-buku suci
agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab agama suci agama Hindu”.13
Dalam pandangan Nurcholish Madjid seperti yang dikutip Yasmadi asal
usul kata “santri” dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang
menganggap bahwa “santri” berasal dari kata “sastri”, kata “sastri” berasal
dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini dalam
pandangan Nurcholish Madjid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah
kelas literary bagi orang Jawa yang mendalami agama melalui kitab-kitab
yang bertuliskan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan
bahwa kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa yatitu dari
kata”cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemanapun guru tersebut pergi menetap.14
Dari asal-usul kata santri juga banyak orang yang mengartikan bahwa
lembaga pendidikan Pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendididkan

12
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta; LP3ES, 1982), h. 18.
13
Haidar Putra Daulay, Sejarah pertumbuhan dan Pembahruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: kencana, 2009), h. 4.
14
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. 1, h. 62
11

keagamaan bangsa Indonesia ketika masih menganut agama Hindu-Budha


yang bernama “mandala” yang kemudian diIslamkan oleh para kyai. Terlepas
dari mana asal-usul kata tersebut, yang jelas ciri-ciri umum yang dimiliki
pesantren adalah lembaga pendidikan yang asli Indonesia.15
Meskipun pendapat di atas berbeda-beda, tetapi mengandung makna
yang saling berdekatan. Santri yang berarti “guru mengaji”, terdapat
kedekatan arti dengan fenomena santri, yaitu santri adalah orang-orang yang
menadalami ilmu agama, kemudian mengajarkan kepada masyarakat Islam.
Begitu juga dengan pendapat Berg, sastri yang berarti buku suci mempunyai
kedekatan dengan makna santri karna santri adalah orang-orang yang
menuntut ilmu agama baik dari kitab suci Islam maupun kitab-kitab agama
yang ditulis oleh ulama-ulama salaf.16
H.M Arifin mendefiniskan pondok pesantren sebagai “suatu lembaga
pendidikan agama Isam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan
sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui
sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan
dari leadership sesorang atau beberapa kyai dengan ciri-ciri yang khas yang
bersifat karismatis serta indepnden dalam segala hal”.17
Sementara itu, KH Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok pesantren
sebagai”lembaga pendidikan Islam dengan sisitem asrama atau pondok, kyai
sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya,
dan pengajaran agama Islam sebagai kegiatan utamanya yang diikuti santri di
bawah bimbingan kyai”.18.
Menurut Manfred Ziemek, sebagaimana dikutip oleh Wahjoetomo
menyebutkan bahwa pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu; “pondok”
dan “pesantren”. kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang berarti ruang

15
Zamakhsyari Dofier, Tradisi pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 41.
16
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 60.
17
HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta Bumi Aksara, 2000),
Cet. 4, h. 240.
18
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 4.
12

tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat


penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.
Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe-
dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah
tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant
(manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata
pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.19
Di Indonesia pondok pesantren lebih dikenal dengan istilah Kutab
merupakan suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat
seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik)
dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan
tersebut, serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.20
Dari beberapa pengertian pesantren di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki sistem
asrama atau pondok sebagai tempat tinggal santri, figur kyai sebagai tokoh
sentralnya, masjid sebagai sarana pendidikan, pengajarannya berorientasi
pada pengajaran agama Islam ciri-ciri umum yang dimiliki pesantren adalah
lembaga pendidikan yang asli Indonesia .
Ciri khas pesantren adalah terletak pada orientasinya untuk mendalami
ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian
(tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup
bermasyarakat. Hal ini secara historis sangat berkaitan dengan peran yang
dimainkan oleh lembaga pesantren ini sejak mengalami Islamisasi yaitu
selain sebagai lembaga pendidikan ia juga sebagai lembaga dakwah dan
sosial keagamaan serta pusat gerakan pengembangan agama Islam. 21 Secara
historis pesantren ditempatkan pada posisi yang cukup istimewa dalam

19
Wahjoetmo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1997), h. 70.
20
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1995),
Cet. 1, h. 24.
21
Rofiq Nurhadi, Sistem Pendidikan Pesantren di Tengah Arus Demokratisasi, dalam
jurnal studi An-Nur vol. II, No. 3, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an An-Nur,, 2005),
h. 51.
13

khazanah perkembangan sosial-budaya masyarakat. Abdurrahman Wahid


menganggap pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Sebagai buktinya dalam pandangan Abdurrahman
Wahid, lima ribu pondok pesantren yang tersebar di enam puluh desa sebagai
bukti bahwa pesantren sebagai sebuah subkultur.22
Dalam pandangan ilmu sosiologis, sebuah subkultur harus memiliki
keunikan-keunikan tersendiri dalam beberapa aspek yaitu, cara hidup yang
dianut, pandangan hidup dan tata nilai yang diikuti, serta hierarki kekuasaan
intern tersendiri yang ditaati sepenuhnya. Ketiga aspek ini terdapat dalam
pesantren sehingga pesantren dirasa cukup untuk mengenakan predikat
subkultur pada kehidupan.23
Pesantren dianggap sebagai subkultur sebenarnya belum merata dimilki
oleh pesantren sendiri. Terdapat kesulitan untuk melakukan identifikasi
terhadap pesantren secara keseluruhan sebagai sebuah unit subkultur, karena
tidak semua aspek kehidupan yang dimiliki pesantren berwatak subkultur.
Bahkan beberapa aspek utama dari pesantren yang dianggap memiliki watak
subkultur hanya dalam rangka ideal belaka , dan tidak ada pada
kenyataannya.24
Setidaknya ada dua tujuan terbentuknya pondok pesantren, yakni dapat
dilihat dari tujuan umum, dan tujuan khusus.
Tujuan umum pesantren adalah membimbing anak didik agar memiliki
kepribadian sesuai dengan ajaran Islam dan mampu menjadi mubaligh Islam
dalam masyarakat melalui ilmu dan amalnya. Sedangkan tujuan khusus
pesantren adalah membimbing dan mempersiapkan santri untuk menjadi
manusia yang alim dalam ilmu agamanya dan mampu mengamalkan ilmunya

22
Sulthon Masyhud,dkk, Manajemen Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), Cet.2, h.
10.
23
Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: PT
LKis, 2001), Cet. 1, h. 10.
24
Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta: CV Dharma Bhakti, 1987), h
9-10.
14

dalam kehidupan masyarakat.25


Melihat dari tujuan tersebut, sangat jelas bahwa pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang berusaha membentuk kader-kader muballigh
yang dapat meneruskan misinya dalam dakwah Islam, di samping itu
diharapkan setelah santri belajar di pesantren dapat menguasai ilmu-ilmu
keIslaman yang telah diajarkan oleh kyai dan dapat mengamalkan ilmunya
dalam masyarakat.
2. Tujuan Pondok Pesantren
Sekalipun tujuan pendidikan di Pesantren belum secara rinci di jabarkan
dalam suatu sistem pendidikan yang lengkap dan konsisten, tetapi secara
sistematis tujuan-tujuan pendidikan di Pesantren jelas menghendaki produk
lulusan yang mandiri dan berakhlak baik serta bertaqwa.
Menurut Nurcholis Madjid, tujuan pendidikan pesantren adalah :
"Membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam
merupakan weltanschauung yang bersifat menyeluruh. Selain itu produk
pesantren diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk mengadakan
responsi terhadap tantangan dan tuntutan hidup dalam konteks ruang dan
waktu yang ada ( Indonesia dan dunia abad sekarang)."26
Walaupun tujuan pendidikan Pesantren kemungkinan ada perbedaan, tapi
sebenarnya secara asasi sama. Pada dasarnya tujuan pendidikan haruslah
komprehensif yang mencakup pendidikan intelektual, jasmani, dan yang
terutama adalah akhlak sehingga harapan menjadikan manusia paripurna
dapat terwujud dengan baik. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan
diharapkan dapat merealisasikan harapan ini.
Pada dasarnya pendidikan Pesantren bukanlah upaya untuk mewariskan
paham atau pola keagamaan tertentu kepada anak didik, tetapi lebih di
tekankan kapada proses agar Santri memperoleh kemampuan metodelogis
dalam memahami pesan-pesan dasar agama. Kedua, pendidikan Pesantren
tidak boleh lagi terpaku kepada romantisme yang berlebihan, melihat
25
HM Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
Cet. 3, h. 248.
26
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, (Jakarta : Paramadina, 1997 ), Cet. Ke-1, h.18.
15

kebelakang penuh emosional akan tetapi di arahkan kepada pembentukan


kemampuan berfikir objektif dalam menyikapi tantangan kehidupan. Ketiga,
bahan-bahan pengajaran agama diusahakan dapat diintegrasikan dengan
penumbuhan sikap kepedulian sosial, sehingga para Santri akan menjadi
terlatih untuk mempersepsi realitas berdasarkan pemahaman teologi yang
normatif. Keempat, perlunya pengembangan wawasan emansipatoris dalam
penyelenggaraan pendidikan di Pesantren, sehingga para Santri memperoleh
kesempatan berpartisipasi dalam rangka menumbuhkan kemampuan
metodelogis dalam mempelajari substansi atau materi agama. Kelima,
pendidikan Pesantren di arahkan kepada penanaman emosi keagamaan,
kebiasaan-kebiasaan berprilaku yang baik, dan sikap-sikap terpuji dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, sehingga Santri mempunyai
kemampuan menggunakan agama sebagai sistem makna untuk
mendefinisikan setiap keadaan dari sudut refleksi iman dan pengetahuan
3. Elemen-elemen Pondok Pesantren
Kendatipun demikian, bagaimanapun perkembangannya, tampaknya ciri
khas yang terdapat dalam pesantren itu sendiri selalu tampak pada lembaga
pendidikan tersebut. Adapun ciri-ciri khas pondok pesantren yang sekaligus
menunjukan unsur-unsur pokoknya, serta membedakan dengan lembaga-
lembaga pendidikan lainnya adalah sebagai berikut.
Pertama, pondok. Pondok adalah bangunan yang menjadi tempat tinggal
santri dan belajar di bawah bimbingan kyai. Di dalam pondok juga santri
menetap, belajarm beribadah, dan bergaul bersama.27 Santri mukim dan
tinggal di pondok, hal ini dimaksudkan agar santri dapat mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh kyai dengan baik, di samping itu agar santri mampu
hidup mandiri dalam masyarakat.28
Ada beberapa alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok
untuk tempat tinggal para santri. Alasan itu antara lain:

27
Amin Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Apek Kependidikan,
Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDIS & Media Nusantara, 2006), Cet. 1, h. 88.
28
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 1, h. 47.
16

1. Kemasyhuran dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dimliki kyai


merupakan daya tarik para santri jauh untuk memperoleh ilmu dari kyai
secara terus menerus diperlukan waktu yang sangat lama, sehingga
dengan begitu santri harus menetap, maka perlu adanya pondok sebagai
tempat tinggal santri.
2. Kebanyakan pesantren berada di daerah-daerah terpencil yang jauh dari
keramaian dan tidak tersedia perumahan sebagai tempat tinggal, dengan
demikian diperlukan pondok khusus
3. Adanya timbal balik antara santri dengan kyai. Kyai menganggap santri
sebagai anaknya sendiri, begitu juga santri menganggap kyai sebagai
bapaknya sendiri.29

Kedua, Masjid, Masjid mempunyai fungsi ganda, selain tempat shalat


dan ibadah lainnya, juga tempat pengajian terutama yang masih memakai
metode sorogan dan wetonan (bandongan). Posisi masjid dikalangan
pesantren memiliki makna sendiri. Menurut Abdurrahman Wahid, Masjid
tempat mendidik dan menggembleng santri agar lepas dari hawa nafsu,
berada ditengah-tengah komplek pesantren adalah mengikuti model wayang.
Di tengah-tengah ada gunungan. Hal ini sebagai indikasi bahwa nilai-nilai
kultural dari masyarakat menjadi perimbangan bagi pesantren untuk tetap
dilestarikan.30
Masjid adalah juga merupakan pusat sebenarnya pesantren untuk
pengajaran Islam tradisional dan dengan demikian merupakan komponen-
komponen dasar lembaga ini. Namun pada umumnya pelajaran diberikan di
sini pada tingkatan yang lebih tinggi, meski tak tertutup adanya pendidikan
Islam tingkat dasar pada beberapa pesantren.31

29
Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), Cet. 1, h. 31.
30
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, tt), h. 21.
31
Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, terjemah: Butche B. Soendjojo,
(Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986), Cet. 1, h. 115.
17

Hubungan masjid dan pendidikan Islam sangat dekat dan erat dalam
tradisi Islam. Kaum muslimin menggunakan masjid bukan untuk tempat
beribadah atau shalat saja, akan tetapi masjid dimanfaatkan juga sebagai
tempat lembaga pendidikan Islam. Dalam konteks pesantren masjid dianggap
sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik santri, terutama dalam hal
praktik shalat lima waktu, khutbah, shalat jum’at, dan pengajian atau
pengajaran kitab-kitab Islam klasik.32
Upaya menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pengkajian dan
pendidikan Islam memiliki dampak terhadap tiga hal.
1) Mendidik anak untuk selalu beribadah dan mengingat Allah
2) Menanamkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan menumbuhkan
rasa solidaritas sosial yang tinggi sehingga bisa menyadarkan hak-hak
dan kewajiban manusia
3) Memberikan ketentraman, kedamaian, kemakmuran, dan potensi-potensi
positif melalui pendidikan kesabaran, keberanian, dan semangat dalam
hidup beragama. 33

Ketiga, Kyai, keberadaan kyai dalam pesantren merupakan hal yang


mutlak bagi sebuah pesantren, sebab kyai adalah tokoh sentral yang
memberikan pengajaran, karena seorang kyai adalah unsur yang paling
dominan dalam kehidupan suatu pesantren.34
Dalam bahasa Jawa, pekataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang
berbeda, yaitu sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat (kyai garuda kencana dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di
kraton Yogyakarta), gelar kehormatan yang diperuntukan bagi orang-orang
tua pada umumnya, gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang

32
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 52-53.
33
Amin Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), Cet. 4, h. 34.
34
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 1, h. 49.
18

ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan
mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.35
Keempat, Santri, santri dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
orang yang mendalami agama Islam.36 Santri adalah nama untuk siapa saja
yang telah memilih pondok pesantren sebagai tempat untuk menuntut ilmu.
Secara umum santri di pesantren dapat dikategorikan pada dua kelompok,
yaitu santri mukim dan santri tidak mukim atau santri kalong.37
Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan
menetap atau tinggal dalam pondok pesantren. Sedangkan santri kalong
adalah santri-santri yang berasal dari sekitar pesantren, mereka tidak menetap
di pesantren, mereka pulang ke rumah masing-masing setelah selesai
mengikuti pelajaran di sebuah pesantren.38
Ada beberapa alasan mengapa santri tinggal dan menetap di pesantren.
1. Dikarenakan santri ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas
Islam secara mendalanm di bawah bimbingan kyai
2. Santri ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren
3. Santri ingin fokus dalam studinya di pesantren tanpa disibukan oleh
kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.39

Kelima, Kitab-kitab Islam klasik, ciri penting dari pesantren adalah


pengajian yang disampaikan oleh kiai kepada para santrinya. Yaitu pengajian
tentang agama yang terdapat dalam kitab kuning yang dikarang oleh para
ulama. Yang menjadi tujuan dari pengajian kitab kuning ini adalah mendidik

35
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,
1982), Cet. 1, h. 55.
36
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 997.
37
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006),
h. 17.
38
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 1, h. 49.
39
Zamakhsyari Dofier, Tradisi pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 89-90.
19

dan mempersiapkan calon-calon ulama, yang akan melanjutkan estafet dalam


menegakan agama Islam.40
Menurut Dofier, “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik
merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan di lingkungan
pesantren”.41 Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil
pengajaran pengetahuan umum sebagai bagian yang juga penting dalam
pendidikan pesantren, namun pengajian dan pengajaran kitab-kitab klasik
masih menjadi prioritas tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan
kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang
lebih mendalam. Tingkatan suatu pesantren dapat diketahui dari jenis-jenis
kitab yang diajarkan.42
Kelima elemen atau unsur pondok pesantren di atas merupakan ciri
khusus yang dimiliki pesantren yang membedakannya dengan lembaga
pendidikan lainnya. Meskipun kelima elemen tersebut saling menunjang
keberadaan pesantren, namun posisi kiai dalam praktiknya memegang
peranan sentral dalam dunia pesantren.43.
Dengan demikian kyai merupakan unsur yang sangat penting dalam
kemajuan sebuah pesantren, karena kiai merupakan key person, kunci
perkembangan pondok pesantren. Bahkan banyak orang yang melihat sosok
kiai sebagai alasan untuk menitipkan putra-putrinya pada sebuah pesantren.
4. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren

Berbicara kurikulum pesantren tidak akan pernah terlepas dari dinamika


ilmu pengetahuan maupun sosial budaya masyarakat selama pesantren masih
hidup dan berkembang. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai

40
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006),
h. 12.
41
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Study tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1982), h. 50.
42
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 2, h. 144.
43
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurkholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 63.
20

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan


pendidikanOleh karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan
membutuhkan kurikulum yang dinamis, demokratis, fleksibel, terbuka dan
sesuai dengan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Di bawah
ini akan dibahas kedudukan kurikulum dalam pendidikan dan pengembangan
kurikulum.

5. Pengembangan Kurikulum Pesantren

Sebagai bagian dari pendidikan, pesantren mempunyai watak utama yaitu


sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kehkasan tersendiri. Pesantren
memiliki tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan yang ada
pada lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti madrasah atau sekolah. Salah
satu ciri utama pesantren yang membedakan dengan lembaga pendidikan
Islam lainnya adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning)
sebagai kurikulumnya. Kitab kuning dapat dikatakan menempati posisi yang
istimewa dalam tubuh kurikulum di pesantren. Karena keberadaannya
menjadi unsur utama dalam diri pesantren, maka sekaligus sebagai ciri
pembeda pesantren dari pendidikan Islam lainnya.

Dari segi materi, secara umum isi kitab kuning yang dijadikan ruju’an
sebagai kurikulum pesantren dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama,
kelompok ajaran dasar sebagaimana terdapat pada al-Qur’an dan al-Hadits,
sedang ajaran yang timbul sebagai hasil penafsiran para ulama-ulama Islam
terhadap ajaran-ajaran dasar yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits tersebut.
Kedua, kelompok kitab kuning yang tidak termasuk kelompok ajaran agama
Islam, tetapi kajian yang masuk ke dalam Islam sebagai hasil perkembangan
Islam dalam sejarah, seperti kitab yang membahas lembaga-lembaga
kemasyarakatan, kebudayaan, dan metode keilmuan. Sementara metode yang
digunakan dalam memproses materi kitab kuning, secara global dapat
dipetakan ke dalam metode deduktif, induktif, dan dialektif.
21

Keseluruhan kitab kuning yang diajarkan (kurikulum pesantren) di


berbagai pesantren dapat dikelompokkan dalam delapan bidang kajian, yaitu
nahwu dan sharaf (gramatika dan morfologi), fiqh, usul fiqh, tasawuf dan
etika, tafsir, hadits, tauhid, dan cabang-cabang ilmu lainnya seperti tarikh
(sejarah) dan balagah (sastra). Di samping itu, kitab-kitab kuning yang
beredar di pesantren-pesantren dapat juga digolongkan ke dalam tiga tingkat,
yaitu kitab dasar, kitab tigkat menengah, dan kitab besar, yang dalam
pengajarannya pun disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan kelasnya.

Pesantren dan kitab kuning adalah dua sisi yang tak terpisahkan dalam
keping pendidikan Islam di Indonesia. Sejak sejarah awal berdirinya,
pesantren tidak dapat dipisahkan dari literatur kitab buah pemikiran para
ulama salaf yang dimulai sekitar abad ke-9 itu. Boleh dibilang, tanpa
keberadaan dan pengajaran kitab kuning, suatu lembaga pendidikan tak absah
disebut pesantren. Begitulah fakta yang mengemuka di lapangan.
Abdurrahman Wahid dalam konteks ini meneguhkan dengan menyatakan,
kitab kuning telah menjadi salah satu sistem nilai dalam kehidupan pesantren.
Namun realitanya perubahan dan perkembangan pesantren mengisyaratkan
tambahnya beban belajar para santri pesantren, yang semula hanya mempejari
kurikulum pesantren dituntut menguasai kurikulum pendidikan formal,
akibatnya kurikulum pesantren makin tergerus dan santri lebih
mengutamakan penguasaan kurikulum pendidikan formalnya. Untuk itu,
pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren kholaf (pesantren yang
menyelenggarakan pendidikan formal) sebagai upaya menjaga dan
melestariakan ciri khas pesantren merupakan konsekuensi logis dari dinamika
kebutuhan masyarakat yang menjadi kekuatan utama kelangsungan pesanten,
baik pada lingkup lokal, nasional, dan global.

Pengembangan kurikulum pesantren dapat dipahami sebagai upaya


pembaharuan pesantren di bidang kurikulum sebagai akibat kehidupan
masyarakat yang berubah dalam rangka mendukung keberadaan pesantren
yang dapat memenuhi kebutuhan santri (peserta didik). Mengingat
22

kompleksitas yang dihadapi pesantren, maka pengembangan kurikulum


pesantren dapat menggunakan strategi-strategi yang tidak merusak ciri khas
pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang tradisional. Di
antara strategi yang patut dipertimbangkan sebagai lembaga pendidikan non
formal dan mengelola pendidikan formal, maka pengembangan kurikulum
pesantren hendaknya tetap berada dalam kerangka sistem pendidikan
nasional. Maksudnya kitab-kitab yang digunakan disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik pada pendidikan formal yang dikelolanya. Dengan
demikian, pembelajaran yang dilakukan oleh pesantren terintegrasi dengan
pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan formal, sehingga ciri khas
pesantren tetap terpelihara. Di samping itu, pengembangan kurikulum
pesantren sebagai bagian peningkatan mutu pendidikan nasional harus
dilakukan secara komprehensif, cermat dan menyeluruh (kafah), terutama
terkait dengan mutu pendidikan pesantren, serta relevansinya dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja dengan tetap menggunakan kitab
kuning sebagai referensinya. Dipertahankannya kitab kuning dijadikan
referensi kurikulum, karena kandungannya sudah tidak perlu dipertanyakan
lagi tentang isi maupun kedalaman kajian keislamannya.

Bagi pesantren, kitab kuning sangatlah penting untuk memfasilitasi


proses pemahaman keagamaan yang mendalam sehingga mampu
merumuskan penjelasan yang segar tetapi tidak ahistoris mengenai ajaran
Islam (al-Quran, dan Hadits Nabi). Kitab kuning mencerminkan pemikiran
keagamaan yang lahir dan berkembang sepanjang sejarah peradaban Islam.
Untuk menjadikan pesantren tetap sebagai pusat kajian keislaman, maka
pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren modern dengan tetap
memelihara dan mempertahankan kitab kuning yang terintegasi dengan
kurikulum pendidikan formal disesuaikan dengan kebutuh santri, yaitu
kurikulum pesantren yang dicirikan semata-mata mengajarkan ilmu agama
bersumber pada kitab kuning (kitab klasik), menyeimbangkan antara ilmu
agama dengan ilmu umum (yang diajarkan pada pendidikan formal),
23

memberikan ilmu keterampilan dengan tekanan ilmu agama, dan


melaksanakan pengajian kitab-kitab klasik, pendidikan pada madrasah, dan
pendidikan pada sekolah umum.

Untuk menjadikan pesantren tidak pergeseran dari kitab kuning ke kitab


putih pada pesantren kholaf, maka dalam pengelolaan kurikulum pesantren di
samping masih ketat mempertahankan tradisi pesantren, namun terbuka
dengan membuka pendidikan formal melalui kurikulum yang dikembangkan
dengan tetap berpijak pada prinsip “pemapanan tradisi pesantren sembari
mengadaptasi tradisi yang lebih baik” agar akar tradisi pesantren tetap
terawat, dan pada saat yang sama kekurangan pesantren dapat dibenahi.
Dengan demikian, karakter dan keunikan pesantren salafi masih terpelihara
sebagai ciri khas sistem pendidikan pribumi, dan semangat kholafi
terakomodir. Di samping itu, kurikulum pesantren harus dikemas secara
mandiri, karena perbedaannya dengan lembaga pendidikan konvensional pada
umumnya. Pengelolaan pendidikan pada pesantren menuntut inovatif dalam
pengembangan kurikulumnya agar pesantren tetap eksis sebagaimana sejarah
lahirnya namun tetap apresiatip terhadap perkembangan zaman, karena
tranformasi dari eksistensi menjadi keharusan dan merupakan keistimewaan
dan resiko yang unik bagi pesantren.

Dalam tataran praktis, dapat diartikan bahwa pengembangan kurikulum


pesantren harus memperhatikan perbedaan yang ada, sehingga karakter dan
keunikan yang dimiliki pesantren tetap terjaga, karena mengabaikan keunikan
dan karakter pesantren berarti menghilangkan cita-cita pesantren itu sendiri.
Oleh karena itu, pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan tradisional
khas Islam tidak bisa dipaksanakan untuk sepenuhnya mengikuti kurikulum
yang digunakan secara luas. Sebagaimana pendapat Abdurrahman Wahid
bahwa kurikulum pesantren harus dikemas secara mandiri, karena
perbedaannya dengan lembaga pendidikan konvensional pada umumnya.
Sehingga proses pengembangannya tidak boleh bertentangan dengan
kerangka penyelenggaraan pesantren yang dikenal khas, baik dalam isi dan
24

pendekatan yang digunakan sehingga dengan penguasaan kitab kuning, kreasi


dan dinamika pemikiran Islam pesantren yang serius di Indonesia tidak akan
berhenti.

Kurikulum adalah hal yang berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang


diharapkan dicapai oleh siswa. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa
kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran.44

Kosakata kurikulum telah masuk kedalam kosakata bahasa Indonesia,


dengan arti susunan rencana pengajaran. Kosakata tersebut menurut sebagian
ahli, berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran, dan
ada pula yang mengatakan, berasal dari bahasa prancis, courier yang berarti
berlari.45

Dalam bahasa Arab, ada yang menggunakan kosakata al manhaj untuk


kosakata kurikulum. Dalam hubungan ini, Mohamad al Toumy al Syaibani
mengemukakan sebagai berikut.

Kurikulum sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah


adalah sejumlah mata pelajaran yang di siapkan berdasarkan rancangan yang
sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang di
tetapkan. Sedangkan kurikulum dalam arti modern adalah sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian, baik
yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah.46

Menurut Nurcholis Madjid dalam aspek kurikulum terlihat bahwa

“pelajaran agama masih dominan di lingkungan Pesantren, bahwa materinya


hanya khusus yang disajikan dalam berbahasa Arab. Mata pelajarannya

44
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum Teori da Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2010), cet.XIII h.5
45
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005), cet.
Ke-1,hlm. 175
46
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), cet. Ke-2,hlm. 124
25

meliputi : fiqih, aqoid, nahwu-shorof, dan lain-lain. Sedangkan tasauf dan


semangat serta rasa agama yang merupakan inti dari kurikulum "keagamaan"
cenderung terabaikan. Nurcholis Madjid membedakan istilah materi pelajaran
"agama" dan "keagamaan". Perkataan "agama" lebih tertuju pada segi formil
dan ilmunya saja. Sedangkan perkataan "keagamaan" lebih mengenai
semangat dan rasa agama. Menurut Nurcholis Madjid, materi "keagamaan"
ini hanya dipelajari sambil lalu saja tidak secara sungguh-sungguh. Padahal
justru inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern. Bukan
fiqih atau ilmu kalamnya apalagi nahwu-shorofnya serta bahasa Arabnya. Di
sisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih dilaksanakan secara setengah-
setengah, sehingga kemampuan santri biasanya sangat terbatas dan kurang
mendapat pengakuan dari masyarakat umum”.47
Meskipun demikian, kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang
mendukung tercapainya tujuan pendidikan, pendidikan tetap memiliki peran
yang penting, setidaknya, dalam mewarnai kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan baik. Pemikir pendidikan Islam
mungkin pernah berfikir kurikulum atau manajemen kurikulum seperti
apakah yang diterapkan di dunia Islam pada masa kejayaannya dahulu
sehingga mampu melahirkan filosof dan ilmuwan Islam yang sangat
potensial. Demikian juga mengapa kurikulum Pesantren pada masa lalu yang
sederhana mampu melahirkan kiai-kiai besar, sementara kurikulum pesantren
masa kini justru tidak mampu melahirkan kiai-kiai besar.48
Dua kenyataan ini jika diperhatikan dari sisi kesadaran akan mudah
dijawab, tetapi apabila diperhatikan dari segi kurikulum, lebih sulit
dijelaskan. Layaknya ada misteri dalam permasalahan kurikulum yang belum
terpecahkan.
Kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri
tersebut sebagai berikut.
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan,
47
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), Cet Ke-1, hlm72.
48
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,2009) hlm.150
26

kandungan, metode, alat dan tekniknya.


2. Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh.
3. Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu
dan seni, kemestian, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang
beragam.
4. Berkecendrungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani,
latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan dan bahasa
asing untuk perorangan maupun bagi mereka yang memiliki
kesediaan, bakat, dan keinginan.
5. Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat, kemampuan,
kebutuhan, dan perbedaan perorangan diantara mereka.49
Disamping ciri-ciri pendidikan Islam, selanjutnya dikemukakan prinsip-
prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam, yaitu sebagai
berikut.
1. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan
nilai-nilainya.
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-
kandungan kurikulum
3. Keseimbangan yang relative antara tujuan-tujuan dan kandungan-
kandungan kurikulum
4. Ada pertautan antara bakat, minat kemampuan dan kebutuhan pelajar
5. Pemeliharaan perbedaan individual diantara pelajar dalam bakat,
minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya serta memelihara
perbedaan di antara alam sekitar dan masyarakat
6. Prinsip perkembangan dan perubahan
7. Prinsip pertautan antar mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas
yang terkandung dalam kurikulum.50

49
Ibid., h.151
50
Omar Muhammad Al-Tommy al –Syaibany,Falsafah Pendidikan Islam,alih bahasa:
Hasan Galunggung, (Jakarta:Bulan Bintang,1979), hal.519
27

6. Metode Pembelajaran Pesantren

Dalam pandangan kyai zarkasy, pendiri PP gontor, metode pembelajaran


di Pesantren merupakan hal yang setiap kali mengalami perkembangan dan
perubahan sesuai dengan penemuan metode yang lebih efektif dan efesien
untuk mengajarkan masing-masing cabang ilmu pengetahuan. Meskipun
demikian, dalam rentang waktu yang panjang pesantren secara seragam
mempergunakan metode pengajaran yang telah lazim disebut dengan sorogan
dan bandongan.

Seperti telah disinggung diatas bahwa sistem pengajaran di Pesantren


khususnya di Jawa dan Madura rata-rata menggunakan metode sorogan dan
bandongan. Kedua sistem ini digunakan setelah para santri dianggap telah
mampu membaca dengan lancar dan menguasai al qur’an. Pada awalnya
sistem tradisional ini banyak dilakukan di masjid,langgar, atau rumah-rumah
kyai. Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan
bebrapa kitab berbahasa arab dan menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa.
Setelah itu, murid atau santri mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata
sepersis mungkin seperti yang dilakukan oleh seorang guru/kyai.\

Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para santri


diharapkan mengetahui dengan baik arti maupun fungsi kata dalam suatu
kalimat bahasa arab langsung melalui kitab-kitab tersebut. Telah diakui
bahwa sistem pembelajaran di pesantren yang paling sering diterapkan adalah
sistem bandongan atau seringkali disebut sistem weton.

B. Pesantren Salaf dan Khalaf


1. Pengertian Pesantren Salaf
Salaf adalah sesuatu atau orang yang terdahulu. Pendidikan salafy adalah
sistem pendidikan yang tetap mempertahankan materi pelajaran yang
bersumber dari kitab-kitab Islam klasik, meskipun sekali waktu sistem
madrasah dipraktekan juga, sekedar untuk kemudahan pelaksanaan sistem
28

sorogan yang merupakan sendi utama. Pesantren yang menerapkan


pendidikan salafy tidak mengajarkan pengetahuan non agama.
Istilah salaf biasa disebut juga dengan tradisional yang selalu dihadapkan
dengan kata modern. Kata modern menggambarkan sesuatu yang maju,
dinamis, selalu bergerak sesuai perkembangan zaman, tidak terikat dengan
adat istiadat (tradisi) dan bila dikaitkan dengan teknologi, maka modern
berarti canggih. Sedangkan istilah salafy atauradisional menggambarkan
keadaan sebaliknya, yakni keterbelakangan, terbelenggu dengan ikatan tradisi
kuno statis, sukar dan enggan mengikuti perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam kaitan ini memang banyak orang menyangka
pesantren adalah sarang kekolotan, pesantren adalah sarang konservatisme
dan merek-merek keterbelakangan lain. Akan tetapi apabila direnungkan
secara mendalam, tidakmungkin dapat ditemukan suatu masyarakat yang
benar-benar statis, diam ditempat atau tidak bergerak maju. Soeyono
Soekanto menjelaskan tentang teori proses-proses sosial, yaitu bahwa
masyarakat manusia bersifat dinamis, selalu bergerak, mengalami perubahan
dan perkembangan, selalu mewujudkan segi dinamikanya disebabkan kontak
dengan dunia luar dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.51
2. Ciri-ciri Khas dan Kurikulum Pesantren Salaf
Ciri-ciri pendidikan di lembaga pendidikan salaf yaitu metode
sorogan,wetonan dan hafalan dan juga materi pelajaran adalah terpusat pada
kitab-kitab klasik. Tinggi rendahnya ilmu seseorang diukur dari
penguasaannya kepad kitab-kitab tersebut.52
Adapun beberapa pola umum pendidikan Islam tradisional sebagai
berikut:
a. Adanya hubungan yang akrab antara kyai dan santri
b. Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kyai
c. Pola hidup sederhana

51
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV.Rajawali,1992). Cet.XV
h. 71
52
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.50
29

d. Kemandirian atau independensi


e. Berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong dan suasana
persaudaraan
f. Disiplin ketat
g. Berani menderita untuk mencapai tujuan
h. Kehidupan dengan tingkat regiusitas yang tinggi.53
Keterikatan kepada para ulama, khusunya para ulama madzhab fiqih
adalah sebagai cirri lembaga pendidikan Islam tradisional. Di lingkungan
Pesantren, fiqih agaknya menjadi semacam ratu dari ilmu-ilmu Islam, fiqih
nampaknya dipandang oleh mereka sebagai acuan bagi segenap tingkah laku
kaum muslimin.
Secara lebih rinci, pola umum pendidikan tradisional meliputi beberapa
dua aspek utama kehidupan di Pesantren. Pertama, pendidikan dan
pengajaran berlangsung dalam sebuah struktur, metode, dan bahkan literature
yang bersifat tradisional, baik dalam pendidikan non formal seperti halaqoh
maupun pendidikan foemal seperti Madrasah dengan ragam tingkatannya.
Adapun yang menjadi cirri utama dari pendidikan dan pengajaran salafi atau
tradisional adalah stressing pengajaran lebih kepada pemahaman tekstual
(letterlijk atau harfiah), pendekatan yang digunakan lebih berorientasi pada
penyelesaian pembacaan terhadap sebuah kitab atau buku untuk untuk
kemudian beralih kepada kitab berikutnya.
Kedua, pola umum pendidikan Islam tradisisonal selalu memelihara sub
kultur(tata nilai) pesantren yang berdiri atas landasan ukhrawi yang
terimplementasikan dalam bentuk ketundukan mutlak kepada ulama,
mengutamakan Ibadah sebagai wujud pengabdian, serta memuliakan ustadz
demi memperoleh pengetahuan agama yang hakiki. Dari pola umum inilah
kemudian muncul kecendrungan untuk berterikat demi mencapai keluhuran
jiwa, ikhlas dalam melaksanakan apa saja yang menjadi kepentinga ustadz
atau kyai, dan bahkan sampai pada titik yang disebut loyalitas keislaman yang

53
Ubay Mashudi A, Metamorfosa Pesantren, Tradisi, Modernitas dan
Postradisionalisme, Mozaik Pesantren,2005, h.13
30

mengabaikan penerapan ukuran-ukuran duniawi dalam menjalani kehidupan


sebagai seorang Santri.54
Sebagai cirri utama, pola umum pendidikan Islam tradisional juga
mempunyai kelebihan, meski terkandung juga beragam kekurangan. Berikut
ini adalah beberapa kelebihan pola umum pendidikan tradisional yang
diterapkan di Pesantren.
a. Mampu menanamkan sikap hidup universal secara merata dengan
tata nilai
b. Mampu memelihara tata nilai pesantren hingga terus teraplikasikan
dalam segala aspek kehidupan di sepanjang kehidupan seorang
Santri.
Sedangkan kelemahan pola umum pendidikan Islam tradisional di
pesantren adalah:
a. Tidak mempunyai perencanaan yang rinci dan rasional bagi jalannya
proses pengajaran dan pendidikan
b. Tidak mempunyai kurikulum yang terarah sehingga diharapkan
dapat mempermudah santri dalam memahami pelajaran yang akan
disampaikan
c. Tidak mempunyai standard khusus yang membedakan secara jelas
hal-hal yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam sebuah jenjang
pendidikan. Pedoman yang digunakan hanyalah mengajarkan
bagaimana penerapan hukum-hukum syara’ dalam kehidupan.
Diantara yang menjadi kelemahan pendidikan salafiayah Pesantren
adalah pada managemen esantren tersebut. Kenyataan ini menggambarkan
bahwa kebanyakan pesantren tradisional dikelola berdasarkan tradisi, bukan
profesionalisme berdasarkan keahlian skill, baik human skill, conceptual
skill, maupun technical skill secara terpadu, akibatnya, tidak ada perencanaan
yang matang, distribusi kekuasaan atau kewenangan yang baik, dan
sebagainya.

54
Ibid., h. 25.
31

Tradisi ini merupakan salah satu kelemahan pesantren meskipun dalam


batas-batas tertentu dapat menumbuhkan kelebihan. Dalam perspektif
manajerial, landasan tradisi dalam mengelola suatu lembaga, termasuk
Pesantren menyebabkan produk pengelolaan itu asl jadi, tidak memiliki fokus
strategi yang terarah, domonasi personal terlalu besar, dan cendrung eksklusif
dalam pengembangannya. Di sisi lain Hamdan Farchan dan Syarifuddin
melaporkan “banyak pesantren yang masih melakukan sakralisasi sehingga
apapun yang bersifat pembaharuan dianggap menyimpang dari tradisi
salafiyah”.55
Sikap yang demikian berarti menghadapkam tradisi dan modernisasi
dalam posisi berbenturan. Semestinya Pesantren mampu mengintegrasikan
tradisi dan modernisasi menjadi salah satu watak khas pesantren. Bukankah
slogan yang selama ini di gemborkan berusaha memadukan tradisi dengan
modernisasi, meskipun tradisi ini terkesan lbih kuat slogan tersebut berbunyi
“Al muhafadhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah
(memelihara hal-hal lama dan mengimplementasikan hal-hal baru yang lebih
baik).56
Ternyata slogan tersebut tidak selamanya diterapkan dalam kehidupan
Pesantren. Anggapan yang memandang bahwa pembaharuan sebagai sesuatu
yang menyimpang dari tradisi salafiyah membuktikan adanya sikap yang
tidak konsisten terhadap slogan yang selalul didendangkan kalangan
pesantren selama ini integrasi antara tradisi dan modernisasi hanya
dipraktekan dalam kasus tertentu yang masih sangat terbatas, tetapi dalam hal
lainnya justru berusaha di pertentangkan.
Anggapan tersebut mengandung konsekuensi bahwa pertimbangan-
pertimbangan rasional kurang di perhatikan oleh Pesantren. Mengolah konsep
apapun tentang Pesantren ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Tidak ada
konsep yang mutlak rasional dan paling tepat jika diterapkan di pesantren,
baik karena factor historis pertumbuhannya yang unik maupun ketertinggalan
55
Hamdhan Farhan dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik
Masyarakat Pesantren,(Yogyakarta:Pilar Religia,2005, hlm.68-69
56
Mujamil Qomar, …., hlm.62
32

dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dalam melakukan kegiatan-


kegiatan teknis. Pesantren belum mampu mengolah dan melaksanakan
konsep yang disusun berdasarkan pertimbangan rasional.57
Pendidikan salafy dapat dipandang sebagai konsep pendidikan tertua.
Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya,
yaitu pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan dan meneruskan
semua warisan budaya tersebut kepada generasi berikutnya. Guru atau para
pendidik tidak perlu susah-susah mencari dan menciptakan pengetahuan,
konsep dan nilai-nilai baru, sebab semuanya telah tersedia, tinggal menguasai
dan mengajarkannya kepada anak. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan
atau materi ilmu tersebut diambil dari khazanah ilmu pengetahuan, berupa
disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan dan di kembangkan oleh para ahli
tempo dulu. Materi ilmu pengetahuan yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu
tersebut telah tersusun secara logis dan sistematis.58
Tugas seorang guru dan para pengembang kurikulum adalah memilih dan
menyajikan materi ilmu tersebut di sesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan pesarta didik. Sebelum dapat menyampaikan materi ilmu
pengetahuan tersebut secara sempurna, para pendidik atau calon pendidik
terlebih dahulu harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Tugas para
pendidik atau guru bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan, tetapi juga
melatih keterampilan dan menanamkan nilai.
Kurikulum pendidikan ini lebih menekankan isi pendidikan, yang
diambil dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa
mengikutsertakan guru-guru apalagi siswa. Guru mempunyai peranan yang
sangat besar dan dominan. Dalam pengajaran, ia menentukan isi, metode, dan
evaluasi. Dialah yang aktif dan bertanggung jawab dalam segala aspek

57
Moh. Ali Aziz, Makna Manajemen dan Komunikasi bagi Pengembangan Pesantren,(
Yogtakarta: Pustaka Pesantren,2005), hlm.67
58
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2010), hlm.8.
33

pengajaran. Siswa mempunyai peran yang pasif, sebagai penerima informasi


dan tugas-tugas dari guru.
Oleh karena itu, pengolahan pendidikan salafiyah Pesantren acapkali
tidak mengikuti kaidah-kaidah manajerial yang lazim berlaku diberbagai
lembaga, termasuk lembaga pendidiakan. Masih banyak Pesantren yang
belum memiliki misi dan budaya kerja yang siap menghadapi persaingan
langsung. Karakter ini berdampak apada cara melakukan perubahan pada
pesantren..
Contoh Pesantren yang menerapkan sistem pendidikan salafy atau
tradisional adalah pondok pesantren Lirboyo, Kediri : Berdirinya pesantren
“Lirboyo” bermula dari kehadiran seorang kyai bernama Kyai Manab (Nama
asli kyai Abdul Karim) dalam struktur keluarga K.H Sholeh dari Banjar
Melati yang letaknya berdekatan dengan desa Lirboyo. Berdiri pesantern ini
pada tahun 1910 M. Dengan kyai Manab sebagai pendidrinya.59
Sebagaimana lazimnya Pesantren-Pesantren salaf, Pesantren Lirboyo
dalam hal metode pengajaran mengacu pada pola pendidikan lama. Yakni
dengan menggunakan sistem sorogan. Dalam metode ini yang dilakukan
Santri adalah mereka membawa kitab tertentu kepada sang kyai dan
membacanya di hadapan kyai. Selanjutnya kyai mendengarkan bacaan Santri
dan kalau di rasa perlu dia membenarkan apa yang dibaca Santri bila terjadi
kesalahan.
Selain metode sorogan Pesantren Lirboyo juga menggunakan sistem
bandongan yakni kyai terlebih dahulu membacakan suatu kitab lengkap
dengan atribut penerjemahan ala jawa. Dalam metode ini kyai membacakan
suatu kitab secara harfiah dengan symbol-simbol yang telah baku dipakai,
seperti utawi, iku, apane, ing dalem, ing yento, dan lain-lain. Kemudian
setelah itu kyai melanjutkannya dengan menjelaskan maksud yang
terkandung dalam kitab tersebut. System pembelajaran bandongan ini bila di
bandingkan dengan system pengajaran yang lain terkesan sangat liberal.

59
Ahmad Munjin N, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, tudi Kasus PP. Lirboyo
Kediri(Kediri: t.p, t.t), h.62
34

Artinya Santri tidak dikenakan tuntutan apapun dalam proses belajar


mengajar sebagaimana layaknya sebuah proses pendidikan formal.60
3. Pengertian Pesantren Khalaf (Modern)
Pesantren Khalaf atau yang disebut juga pesantren modern Yaitu
pendidikan yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasah),
memberikan ilmu umum dan agama, serta juga memberikan pendidikan
keterampilan. pesantren yang telah melakukan pembaharuan (modernisasi)
dalam sistem pendidikan,kelembagaan, pemikiran dan fungsi.
Pesantren modern tidak berarti merubah dan memodernisir sistem
asuhnya yang berlandaskan kepada jiwa keimanan, ketaqwaan, keikhlasan,
kesederhanaan, ukhuwah, dan kebebasan.61Ciri khas pesantren modern adalah
adanya sistem klasikal, tahun ajaran, dengan agama serta satuan pendidikan.
Perubahan metode pembelajaran dari bentuk halaqah kepada sistem
klasikal merupakan konsekuensi dari perubahan kelembagaan pendidikan
Islam yang menuntut penyesuaian metode pembelajaran. Perubahan tersebut
mengakibatkan berubahnya bentuk hubungan guru dan murid yang bersifat
personal.62
Pendidikan sekolah dengan mengadaptasi sistem klasikal, penggunaan
bangku dan meja dan memasukkan pengetahuan umum sebagai bagian dari
kurikulumnya, dikategorikan sebagai pendidikan modern. Pendidikan
keagamaan dengan sistem sekolah, umumnya disebut dengan istilah
madrasah. Kata madrasah dari bahasa Arab yang berarti sekolah. Dalam
kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata madrasah merupakan
isim makan dari akar dorasa yang berarti tempat duduk untuk belajar. Dan
istilah madarasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau
perguruan tinggi.63

60
Ibid., hlm. 66.
61
Sholeh Rosyad, Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren Di Banten,(Banten:LPPM
La Tansa), h.249
62
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca
Kemerdekaan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009) h.204
63
W.J.S Poerdarminto,…. Hlm.618
35

Seperti telah disebutkan diatas, bahwa pendidikan Islam di Indonesia


sebelum tumbuhnya sistem pendidikan madrasah, dilaksanakan secara
tradisional dan non klasikal. Ada yang dilaksanakan secara di surau-surau
atau di masjid-masjid, di rumah-rumah kiai atau di pondok-pondok pesantren
dengan duduk bersila, beralaskan tikar mengelilingi guru. Dan materi
pelajarannya sepenuhnya bersifat keagamaan. Penggunaan istilah madrasah
nampaknya digunakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan modernisasi
pendidikan Islam dengan mengintrodusir sistem klasikal, penjenjangan,
penggunaan bangku dan meja yang terasa secara teratur dan rapih dan
sekaligus memasukkan pengetahuan umum sebagai bagian dari
kurikulumnya.
Hanun Asrohah di dalam bukunya menyebutkan, bahwa penggunaan
istilah madrasah di Indonesia adalah untuk membedakan dengan system
tradisional dan sekaligus untuk membedakan dengan system pendidikan
Belanda yang sekuler. Organisasi-organisasi pembaharuan Islam kemudian
berlomba-lomba mendidrikan madarasah sebagai sarana untuk menyebarkan
ide-ide pembaharuan agama.64
Menurut Syekh Sajjad dan Syekh Ali Ashraf, sistem pendidikan Islam
yang dinamis, termasuk didalamnya madarasah, memiliki dua ciri pokok.
Pertama dia mempunyai ciri-ciri dasar yang tidak berubah, yang
membedakannua dengan sistem-sistem yang lain. Jika ciri-ciri dasar ini
hilang, maka hilang pula system tersebut. Kedua, ia mempunyai satu
mekanisme untuk menambah ciri-ciri yang tidak mendasar, jika mekanisme
mengambil itu tidak terdapat, maka system itu tidak akan dapat menyesuikan
dirinya dengan perubahan waktu dan ruang. Jika demikian, system akan
terhambat dan kemudian menghilang.65 Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
untuk kepentingan ini, diperlukan dua kemampuan sekaligus. Pertama,
kemampuan menangkap essensi terdalam dari eksistensi pendidikan Islam
yang mungkin tidak bias digantikan oleh peran lembaga-lembaga lain. Kedua,
64
Hanon Asrohah, …., hal.193
65
Syeikh Sajjad dan Syeikh Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam,
(Bandung: Risalah Press, 1993),hlm.65
36

kemampuan dan kejelian membaca situasi yang berkembang yang menuntut


perubahan pendidikan Islam secara konstruktif, sebagai adaptif dan
antisipatif.
Bila kita renungkan secara lebih mendalam, kebutuhan terhadap dua
kemampuan di atas jelas mencerminkan adanya suatu interaksi antara aspek
teoritis dan aspek empiris (realita). Ketika misalnya, aspek teoritis pendidikan
Islam dirumuskan dalam batas minimal, dalam arti sebagai upaya
menanamkan dan memupuk keimanan dan kesalehan, maka jelas peluang
perubahan zaman sangat terbuka. Akan tetapi jika pendidikan Islam yang
secara teoritis dirumuskan kedalam batas maksimal, yang dalam pengertian
tradisional sepenuhnya harus mengerjakan mata pelajarannya secara
tradisional pula bertumpu pada kajian kitab-kitab kuning atau kitab-kitab
klasik, tanpa memasukkan mata pelajaran umum seperti yang diberikan di
sekolah, maka peluang perubahan dan penyesuaian diri terhadap keadaan dan
perubahan zaman sangat tertutup, meskipun elemen-elemen modern itu
sendiri telah masuk kedalamnya
Dan seperti yang dijelaskan oleh H.Maksum diatas, yaitu bahwa secara
evaluative pendidikan Islam dalam bentuk madrasah di Indonesia adalh
dianggap sebagai perkembangan lanjut atau pembaharuan dari lembaga
pendidikan Islam system pesantren, surau masjid dan lainnya. Hal tersebut
menunjukan bahwa jauh sebelum tumbuh dan berkembang jenis pendidikan
madrasah, pendidikan Islam di Indonesia telah berkembang dan berlangsung
di masjid-masjid atau surau, dan di pondok-pondok pesantren. Dan karena
eksistensi madrasah dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia tergolong
fenomena modern yaitu dimulai sekitar awal abad ke-20 M. Maka jelas
sebelum masa itu, baik dalam buku-buku sejarah pendidikan Islam di
Indonesia ataupun tradisi lisan, sejauh ini tidak pernah terdengar yang
menginformasikan adanya lembaga pendidikan Islam sistem sekolah, yang
disebut madrasah pada masa awal-awal pentebaran dan perkembangan Islam
di Indonesia.
37

Dalam pengembangan Islam ke seluruh Nusantara, peran pesantren tak


diragukan lagi bahwa berdasarkan kajian sejarah tentang perkembangan
pondok pesantren di Indonesia, lembaga ini menghasilkan tamatan atau
lulusan yang sangat hidup mandiri. Para santri yang tamat dari pondok
pesantren ini kemudian kembali hidup berbaur dalam masyarakat, banyak di
antara mereka yang kemudian mendirikan pondok pesantren.66
Tetapi dengan perkembangan zaman, peranan pesantren masa kini, lebih-
lebih masa dating, adalh benar-benar peranan dalam menjawab tantangan.
Peranan pesantren dalm menjawab tantanagan inilah yang membuatnya
semacam berada di persimpangan jalan yaitu persimpangan antara
meneruskan peran ideal yang telah diembannya selama ini atau justru harus
menempuh jalan menyesuaikan diri dengan keadaan. Yaitu keikutsertaan
sepenuhnya dalam arus pengembangan ilmu pengetahuan modern dan
teknologi, sebagai cirri utama kehidupan abad ini.
Dunia pesantren sebagai lembaga Islam tradisional telah terbuka untuk
pembaharuan. Sifat terbuka adalah model penting bagi penyesuaian diri
terhadap perkembangan zaman. disebutkan bahwa organisasi pondok
pesantren dewasa ini meskipun tidak seluruhnya selalu cendrung bersifat
adaptif terhadap modernisasi, terutama modernisasi di bidang pendidikan.
Dan dengan diberlakukan surat keputusan bersama (SKB) Tiga Mentri dan
Keputusan mentri agama dengan sekolah umum, mengakibatkan perhatian
masyarakat terhadap pondok pesantren sangat menurun. Para santripn
berorientasi dan lebih mementingkan ijazah, akhirnya para kiai
mengembangkan pendidikan sekolah, baik sekolah umum atau sekolah agama
(madrasah) yang menggunakan kurikulum pemerintah menjadi bagian dari
sistem pendidikan pesantren.67

66
Ibid.,Syafi’i Noer,…., 72
67
Sukamto,Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, (Jakarta:Pustaka, LP3ES 1999), Cet.I,
hlm.188
38

4. Ciri Khas dan Kurikulum Pesantren Salaf

Seiring dinamika zaman, banyak pesantren yang sistem pendidikan


asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren
modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan
penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah).
Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun
madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak
wajib diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-
NU-annya seperti tahlilan, qunut, yasinan, dll.

Pondok pesantren Modern memiliki konotasi yang bermacam-macam.


Tidak ada definisi dan kriteria pasti tentang ponpes seperti apa yang
memenuhi atau patut disebut dengan pesantren 'modern'. Namun demikian,
beberapa unsur yang menjadi ciri khas pondok pesantren modern adalah
sebagai berikut:

1. Penekanan pada bahasa Arab percakapan


2. Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan
klasik/kitab kuning)
3. Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau
Kemenag

4. Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti sorogan,


wetonan, dan bandongan.

Kriteria-kriteria di atas belum tentu terpenuhi semua pada sebuah


pesantren yang mengklaim modern. Pondok modern Gontor, inventor dari
istilah pondok modern, umpamanya, yang ciri modern-nya terletak pada
penggunaan bahasa Arab kontemporer (percakapan) secara aktif dan cara
berpakaian yang meniru Barat. Tapi, tidak memiliki sekolah formal yang
kurikulumnya diakui pemerintah.
39

Pada era 1970-an, pesantren mengalami perubahan yang sangat signifikan yang
tampak dalam beberapa hal. Pertama, peningkatan secara kuantitas terhadap
jumlah pesantren. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977, ada
4.195 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 667.384 orang. Jumlah tersebut
meningkat menjadi 5.661 pesantren dengan 938.397 orang santri pada tahun 1981.
kemudian jumlah tersebut menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri
sebanyak 5,9 juta orang pada tahun 1985. Kedua, menyangkut penyelenggaraan
pendidikan. Perkembangan bentuk-bentuk pendidikan di pesantren tersebut
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

1. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan


menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah
keagamaan maupun yang juga memiliki sekolah umum.
2. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dalam
bentuk Madrasah Diniyah
3. Pesantren yang hanya sekedar manjadi tempat pengajian
4. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk
Madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum meski tidak
menerapkan kurikulum nasional.

Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa beberapa pesantren


ada yang tetap berjalan meneruskan segala tradisi yang diwarisinya secara
turun temurun, tanpa ada perubahan dan improvisasi yang berarti, kecuali
sekedar bertahan. Namun ada juga pesantren yang mencoba mencari jalan
sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu
singkat. Pesantren semacam ini adalah pesantren yang kurikulumnya
berdasarkan pemikiran akan kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya.

Meskipun demikian, semua perubahan itu, sama sekali tidak mencabut


pesantren dari akar kulturnya. Secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-
fungsi sebagai: (1) Lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu
pengetahuan agama (tafaqquh fi addin) dan nilai-nilai islam (Islamic values).
40

(2) Lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial (social control). (3)
Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (Social engineering).
Perbedaan-perbedaan tipe pesantren di atas hanya berpengaruh pada bentuk
aktualisasi peran-peran ini.

Modernisasi atau inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai


upaya untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata
lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, barang, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang , baik berupa hasil penemuan (invention) maupun discovery, yang
digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan
pesantren.

Miles mencontohkan inovasi (modernisasi) pendidikan adalah sebagai berikut


1. Bidang personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial,
tentu menentukan personel sebagai komponen system.
2. Fasilitas fisik.
3. Pengaturan waktu.
Menurut Nur Cholis Majid, yang paling penting untuk direvisi adalah
kurikulum pesantren yang biasanya mengalami penyempitan orientasi
kurikulum. Maksudnya, dalam pesantren terlihat materinya hanya khusus
yang disajikan dalam bahasa Arab. Mata pelajarannya meliputi fiqh, aqa’id,
nahwu-sharf, dan lain-lain. Sedangkan tasawuf dan semangat keagamaan
yang merupakan inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan.
Tasawuf hanya dipelajari sambil lalu saja, tidak secara sungguh-sungguh.
Padahal justru inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern.
Disisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih dilaksanakan secara
setengah-setengah, sehingga kemampuan santri biasanya samgat terbatas dan
kurang mendapat pengakuan dari masyarakat umum. Maka dari itu, Cak Nur
menawarkan kurikulum Pesantren Modern Gontor sebagai model modernisasi
pendidikan pesantren.
41

C. Kajian yang Relevan


Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang relevan
selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas Pondok Pesantren Qotrun
Nada. Terdapat dalam jurnal dan juga terdapat dalam artikel dan Skripsi,tesis
diantaranya tesis yang ditulis oleh Hendra Hidayat,S.H.I “Efektivitas penerapan
metode Amtsilati terhadap Siswa MA Pondok Pesantren Qotrun Nada”. Di dalam
tesis ini Hendra Hidayat memaparkan Mengenai Pelaksanaan metode amtsilati
(cara cepat membaca kitab kuning) karangan kyai Taufiqul Hakim Jepara di
Pondok Pesantren Qotrun Nada.68 Artikel yang ditulis oleh Achyanudin Syakier
dengan judul “All About Qotun nada”. Dalam artikel ini dimuat sejarah Qotrun
Nada sampai dengan harapan dan cita-cita yang diharapkan kedepannya.

68
Hendra Hidayat, “Efektivitas penerapan metode Amtsilati terhadap Siswa MA Pondok
Pesantren Qotrun Nada, Tesis pada Pasca Sarjana UIK Bogor.
42

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat yang menjadi lapangan penelitian adalah Pondok Pesantren Qotrun


Nada yang berlokasi di RT.02/03, Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan
Cipayung, Kota Depok.

2. waktu penelitian ini dilaksanakan Tanggal 29 September 2013 s/d 25


Desember 2013

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dan metode
yang digunakan Metode Deskriptif. Yaitu penelitian yang datanya berbentuk kata-
kata atau gambar daripada angka-angka, sehingga tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu.69 Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan.
Dalam melakukan penelitian lapangan ini, digunakan beberapa teknik
mengumpulkan data-data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Receach)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari
berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke objek
penelitian yaitu Pondok Pesantren Qotrun Nada, penulis juga berusaha
mencari dan menemukan jawaban dari penulisan skripsi ini, yakni sumber

69
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. 2, h. 3.
43

dan profil dan juga alasan pihak pesantren dalam menerapkan kedua sistem
tersebut.
C. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam proses menemukan dan mengumpulkan data tentunya harus tercipta
sebuah harmonisasi hubungan peneliti dengan informan sehingga tercipta
hubungan yang baik diantara keduanya. Menurut Sparadley ada beberapa tahapan
untuk menciptakan harmonisasi yang baik antara peneliti dan informan, tahapan-
tahapan itu adalah Apprehenssion, ekploration, cooperation, dan participation.
1) Apprehenssion. Pada tahap ini antara peneliti dan objek penelitian atau
informan belum saling mengenal. Untuk melewati tahap ini dengan
memuaskan, maka peneliti harus melakukan upaya secara langsung atau
tidak dapat mempengaruhi cara berfikir dan minat objek penelitian atau
informan. Untuk selanjutnya juga selalu berupaya agar kontak personal
setiap saat terjadi dengan informan.
2) Eksplorasi. Pada tahap ini antara peneliti dan informan lebih jauh saling
melacak latar belakang keduanya, sehingga tidak jarang muncul interaksi
saling uji, saling lacak kemampuan, jalan pikiran, kepercayaan, serta
asal-usul. Dalam menghadapi kondisi ini, peneliti harus menciptakan
kondisi yang amat menguntungkan terhadap tujuan peneliti berada di
tempat penelitian
3) Cooperation. Pada tahap ini antara peneliti dan informan saling percaya,
saling menerima, sehingga informan bersedia bekerjasama dengan
peneliti untuk membantu jalannya tugas peneliti.
4) Participation. Pada tahap ini setelah informan bersedia bekerjasama
biasanya dilanjutkan dengan upaya-upaya konkret untuk berpartisipasi
membantu peneliti menghimpun informasi yang dibutuhkan.70

Dengan tahapan prosedur pengumpulan data tersebut dapat dikatakan bahwa


studi tokoh pada umumnya menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu
wawancara, dokumentasi dan observasi.

70
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 137-138.
44

a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang
dilakukan oleh peneliti kepada subjek atau informan penelitian untuk
mendapatkan jawaban.71
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu
cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang
diwawancarai.72
Wawancara tidak hanya sekedar percakapan biasa, dalam wawancara
diperlukan kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara
tajam, halus, dan tepat, dan kemampuan untuk mendapatkan pokok pikiran
orang lain dengan cepat.73
Metode wawancara yang yang digunakan dalam studi tokoh dapat
dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam.
Wawancara tidak terstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan
kesempatan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, pandangan, perasaannya
tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti
memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara
yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan
oleh responden.74
Sedangkan wawancara secara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, sehingga
kekhasan wawancara mendalam keterlibatannya dalam kehidupan informan.75

71
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 1270.
72
Masri Singarimbun, Sofian Efendi (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 192.
73
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. 6, h. 114.
74
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), h. 72.
75
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 108.
45

Adapun informan yang akan diwawancarai dalam skripsi ini adalah


Pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada Bapak.K.H.Drs.Burhanudin
Marzuki, serta pihak-pihak lain yang besangkutan dengan penulisan skripsi
ini, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan, sehingga
kemudian data yang diperoleh peneiti adalah data yang valid atau bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian,
laporan, artefak dan foto. Sifat yang utama pada data ini tidak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi pada waktu silam. Secara detail,
bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen
pemerintah atau swasta, data di server dan flasdisk, dan data yang
tersimpan di web site.76
c. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.77
Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci
mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta
konteks dimana kegiatan itu terjadi. Data itu diperoleh berkat adanya
peneliti di lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung.78
Adapun teknik pengolahan data, setelah data-data terkumpul lengkap,
berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti,
menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang

76
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. 1, h. 141.
77
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3,h. 116.
78
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 59.
46

mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan


dalam satu pembahasan yang utuh.

D. Pemeriksaan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu:
1. Kredibilitas data
Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif
adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam
penelitian tersebut. Strateginya meliputi perpanjangan pengamatan,
ketekunan penelitian, triangulasi (mengecek keabsahan data dengan
memanfaatkan berbagai sumber dari luar data sebagi bahan perbandingan),
diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheking.
2. Transferabilitas.
Dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua orang
untuk membaca laporan penelitian sementara yang telah dihasilkan oleh
peneliti, kemudian pembaca diminta untuk menilai substansi penelitian
tersebut dalam kaitannya dengan fokus penelitian. Peneliti dapat
meningkatkan trransferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan
mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi yang menjadi sentral pada
penelitian tersebut. Dengan kata lain apakah hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependabilitas Data
Apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Artinya apakah peneliti
akan memperoleh hasil yang sama jika peneliti melakukan pengamatan yang
sama untuk kedua kalinya.79
4. Konfirmabilitas

79
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. 2, h. 79-80.
47

Apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil


penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam
laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian
dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian
dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.80
E. Analisa Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang telah
terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi
tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah
ditemukannya kepada orang lain.81
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content
analysis) dalam bentuk deskriptif yaitu berupa catatan informasi faktual yang
menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara
rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang
diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan
mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian
dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan.82

80
Ibid., Emzir, ... h. 81.
81
Ibid., Emzir, ... h. 85.
82
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 155-159.
48

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Qotrun Nada

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Qotrun Nada


Pondok Pesantren Qotrun Nada terletak di kelurahan Cipayung Jaya
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Menurut letaknya kelurahan
Cipayung Jaya dibatasi oleh daerah-daerah sebagai berikut :
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Pabuaran.
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Cipayung.
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pasir Putih.
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bojong Pondok Terong.
Adapun jarak Pondok Pesantren Qotrun Nada dengan Kota
Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor + 18 KM, jarak dengan Ibukota
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat + 120 Km., jarak dengan pusat
kota Depok + 3 Km. Sedangkan jarak dengan Ibukota Negara + 16 Km.
2. Sejarah Singkat
Pembahasan tentang Pesantren Qotrun Nada ini akan difokuskan
terutama pada pembahasan mengenai latar belakang, sejarah
perkembangan dan tujuan serta visi dan misi dari pengembangan sistem
pesantren dengan mengkolaborasikan pendidikan salafy dan modern atau
pengembangan pendidikan klasikal secara terpadu. Kemudian sistem
pengajaran, administrasi dan hasil yang dicapai serta permasalahan da
solusinya. Bahan-bahan pembahasan pada bab ini seluruhnya berasal dari
dokumen-dokumen mengenai pasantren Qotrun Nada, akta yayasan,
dokumen pengurus di lembaga pesantren termasuk hal wawancara.
Qotrun Nada, sekilas memang masih asing ditelinga kita untuk
nama sebuah lembaga keagamaan atau pondok pesantren karena memang
terkesan unik dan aneh akan tetapi ini adalah kenyataan yang tak dapat
dipungkiri lagi bahwa Qotrun Nada adalah nama sebuah Pondok
Pesantren yang terletak di daerah Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan
49

Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Meskipun terletak didaerah yang agak
terdalam dan berada persis ditepi sungai namun tidak meruntuhkan niat
para santri untuk menuntut ilmu disini, dengan keyakinan yang kuat
itulah yang membuat ratusan santri berkumpul dalam sebuah wadah yang
selalu dinantikan hasilnya.Meskipun mereka terdiri dari
keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah Jawa,
Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh dan Jambi,
namun mereka semua dengan teguh memegang prinsip “Bhineeka
Tunggal Ika” sampai mereka akhirnya bersatu dalam kesatuan yang
kokoh bak sebuah bangunan yang mana antara satu dengan yang lainnya
saling menguatkan.83
Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang
hanya digunakan oleh masyarakat Cipayung untuk kegiatan mengajarkan
Al Qur’an namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini
semakin diminati oleh masyarakat Cipayung dan sekitarnya, sampai
akhirnya atas dorongan dan keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995
mulailah diadakan penerapan pendidikan islam yang dikembangkan
melalui pengajian kitab pada luar jam sekolah atau pada bahasa
masyarakat cipayung adalah santri kalong.Santri kalong adalah santri
yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian kitab salafi pada waktu-
waktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah
masing-masing.
Dikarenakan peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan
dari para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakn agarlebih
dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk
bermukim di majlis ta’lim,khusus putra bermukim disebelah kediaman
kyai sedangkan khusus putri bermukim dikediaman orang tua sang kyai,
yaitu al-walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat
yang memadai untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan,

83
Qotrun Nada, Sejarah singkat Qotrun Nada,(Bogor:Qotrun Nada,2004)
50

dan tahun berganti tahun.Seiring dengan dukungan para masyarakat


maka tepat pada tanggal 09 September 1996 dimulailah pelaksanaan
peletakan batu pertama diatas tanah seluas 1500 M dan sejak itu pula
majlis ta’lim tersebut dinamai oleh salah seorang kyai yang merupakan
guru dari sang pimpinan yang bernama KH. Ahmad Zaini dengan nama
“Qotrun Nada” yang memiliki arti “Tetesan Embun Pagi”, Dengan
nama Qotrun Nada-lah kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami
akan menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran Kreatif,
Inovatif, serta Positif dan dengan landasan yang berdasarkan atas Al
Qur’an dan Hadits, seperti halnya tetesan embun yang senantiasa Allah
turunkan dari langit yang membawa pencerahan untuk alam
disekelilingnya.
Dan akhirnya tepat pada tahun 1997 dimulai secara resmi
penerimaan santri baru dengan jumlah santri yang pada saat itu
berjumlah 52 orang itu pun belum semuanya bermukim dikarenakan
masih banyaknya kekurangan disana sini, walaupun terkesan begitu miris
namun inilah yang dapat kami sampaikan sangat apa adanya, tanpa
mengurangi atupun menambahkan dan alhamdulillah seiring dengan
berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang
hingga detik ini atas do’a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat
ini pula kami telah memiliki sekitar 1200 santri dan seluruhnya
bermukim dipondok.
Program pendidikan yang dikembangkan oleh pendiri Pondok
Pesantren Qotrun Nada (The Family Fathors) yang terdiri dari : KH. Drs.
Burhanuddin Marzuki, Ust. Syamwari, Ust. Achyanuddin Syakier.
Secara perlahan-lahan dan dengan penuh kesabaran diiringi dengan
dedikasi yang tinggi Beliau telah berhasil mengembangkan Pondok
Pesantren Qotrun Nada menjadi suatu lembaga pendidikan keagamaan
yang memiliki kaderisasi seorang yang berjiwa keagamaan. Program
yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah program
terpadu yaitu panduan belajar selama enam tahun yang meliputi
51

Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun


Pondok Pesantren Qotrun Nada ini juga membuka program pendidikan
yang agak singkat meliputi program Takhassus/Intensif yang setingkat
dengan Aliyah yaitu hanya tiga tahun bagi para lulusan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) atau SLTP yang ingin melanjutkan studinya di
Pondok Pesantren Qotrun Nada ini.
Pondok Pesantren Qotrun Nada sangat terkenal dengan
kedisiplinannya, mulai dari disiplin waktu sampai dengan disiplin akan
peraturan yang telah ditetapkan. Dan QotrunNada sendiri terdiri dari
berbagai macam organisasi, baik organisasi dalam lingkup yang
besar(Majlis Guru) maupun yang masih dalam lingkup yang masih
kecil/ISQN (Ikatan Santri Qotrun Nada) yang mana seluruh organisasi-
organisasi tersebut saling bekerja sama dalam melaksanakan
kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang senantiasa
dijaga oleh para santrinya.
Upaya pengembangan Pondok Pesantren tidak cukup jika hanya dari
banyaknya prestasi saja, tapi juga jasa dari pengasuh dan pimpinan yang
senantiasa selalu mensyiarkan tentang Pondok Pesantren kehadapan
publik sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang apa itu
sebuah pondok pesantren dan bagaimana cara memilih pondok pesantren
yang benar sehingga tidak menimbulkan kesalahan nantinya.selain itu
juga ada kegiatan akhir tahun yang dilaksanakan oleh para calon alumni
setelah mereka mengikuti Ujian Akhir (UN) yaitu kegiatan pembelajaran
atau yang biasa kami sebut dengan PPM (Praktek Pengabdian
Masyarakat) hasil dari kegiatan tersebutlah yang sedikit banyaknya
mampu mengambil perhatian masyarakat yang menjadi tuan rumah dari
kegiatan tersebut dan Alhamdulillah semuanya yang dilakukan oleh para
santri kami semuanya dapat mereka terima dan dipandang dengan
pandangan yang baik.
52

3. Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada


a. Nama : Pondok Pesantren Qotrun Nada
b. Nomor Statistik Madrasah : 510032760035
c. Akreditasi Madrasah :A
d. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Pon-Pes Qotrun Nada No. 1
1) RT : 02/03
2) Kelurahan : Cipayung Jaya
3) Kecamatan : Cipayung
4) Kota : Depok
5) Provinsi : Jawa Barat
e. NPWP : 21.087.764.3-412.001
f. Nama Pimpinan : Drs. H. Burhanuddin Marzuki
g. No Telp. Hp : 021-7764063
h. Nama Yayasan : Qotrun Nada
i. Alamat Yayasan : Jl. Pon-Pes Qotrun Nada No. 1
1) RT : 02/03
2) Kelurahan : Cipayung Jaya
3) Kecamatan : Cipayung
4) Kota : Depok
5) Provinsi : Jawa Barat
j. Telp Yayasan : 021-7764063
k. No. Akte Pendirian Yayasan : 01/1 Oktober2001
l. Kepemilikan Tanah :
1) Status Tanah : Yayasan
2) Luas Tanah : 15000 M2
m. Status Bangunan : Yayasan
n. Luas Bangunan : 10000 M2
4. Panca Jiwa Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Keikhlasan
b. Kesederhanaan
c. Kemandirian
53

d. Ukhuwah Islamiyah
e. Kebebasan
5. Motto Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Berakhlakul Karimah
b. Berbadan Sehat
c. Berpengetahuan Luas
d. Berpikiran Bebas
6. Visi Pondok Pesantren Qotrun Nada

‫المـحافظة على القديم الصالح واألخذ بالـجديد األصلح‬


7. Misi Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Mencipatakan Generasi Yang Berakhlakul Karimah
b. Berilmu Amaliyah, Beramal Ilmiyah
c. Mampu Menjalankan Perintah & Menjauhi Larangan Allah SWT
8. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Qotrun Nada
Sarana-sarana yang terdapat di Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah sebagai
berikut :

a. Gedung sekolah permanen 3 lantai.


b. Masjid pesantren
c. Sarana Olahraga
d. Asrama santri putra/i
e. Koperasi santri
f. Posketren (Pos Kesehatan Pesantren)
g. Lab Komputer
h. Lab Bahasa Arab dan Inggris
i. Lapangan Olah raga
j. Ruang Organisasi
k. Kantor majlis guru
l. Asrama guru
54

B. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Qotrun Nada


55

C. TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI


1. Qotrun Nada dan Kurikulumnya
 Perpaduaan antara kurikulum dari kementrian agama (MTs dan MA
sesuai dengan Sisdiknak dengan kurikulum pondok modern dan
pesantren Salafiyah yang diselaraskan dengan satu kesatuan utuh
menjadi kurikulum Pondok Pesantren Qotrun Nada (KPPQN)
 Meteri pelajaran yang terdapat dikurikulum MTs dan MA dalam
Sisdiknas
 Materi pembelajaran yang terdapat di Pondok Modern terutama
penguasaan dua bahasa asing (Arab dan Inggris)
 Meteri pengkajian Kitab-Kitab Kuning yang biasa dikaji di beberapa
pesantren Salafiyah
2. Qotrun Nada dan Metode Pembelajaran
 Klasikal yang terpisah antara santri laki-laki dan perempuan
 Klasikal pararel dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 dan kelas tak
khusus 1 sampai dengan tak khusus 3 (untuk santri lulusan MTs
ataupun SMP)
 Bandongan, Sorogan, diskusi, teori dan praktek pembacaan kitab
klasik
 Pendamping proses Bimbingan dan Konseling
3. Qotrun Nada dan Personil Yang terlibat didalamnya
Dalam mengelola jalannya seluruh kegiatan pesantren, adminstrasi dan
proses pendidikan dan pengajaran kami didukung oleh tenaga-tenaga yang
terdiri dari sarjana S1 maupu S2 dari PTN, PTS dalam negri maupun luar
negri seperti Universitas Madinah, Al-Azhar Cairo, Universitas Malaya,
Alumnus Pondok Modern dan Salafiyah. Disamping itu pula didukung penuh
oleh tenaga Alumni “Qotrun Nada” baik yang telah menyelesaikan sarjananya
atau yang sedang berstatus mahasiswa pada tingkat pelaksanaan teknis
kegiatan, adminstrasi, dan penunjang KBM.
56

4. Qotrun Nada dan tupoksi struktur organisasinya.


a. Pengasuh, menentukan kebijakan umum,langkah strategis dan
pengambil keputusan yang dikoordinasikan dengan direktur, serta
menyusun rencanainduk pengembangan PP Qotrun Nada.
b. Direktur, melaksanakan kebijakan khusus dan keputusan yang telah
dikoordinasikan dengan pengasuh , menyusun rencana strategis serta
menjadi rujukan untuk konsultasi bagi seluruh perangkat organisasi
dibawahnya.
c. Kepala sekolah,menentukan kebijakan yang berkaitan dengan KBM
selama jam sekolah serta mengadakan kordinasi dengan lembaga
pemerintah.
d. Sekretaris dan staf administrasi, menyusun agenda pendidikan yang
berkaitan dengan kegiatan khusus PPQN dan menjadi penanggung
jawab ketertiban administrasi.
e. Bendahara dan Staf keuangan, menyusun rencana anggaran dan
pendapatan PPQN, dan menjadi penanggung jawab sirkulasi keuangan
dan adiminstrasinya.
f. Wali kelas, menyusun kegiatan KBM,penanggung jawab bimbingan
dan murid terkait dan penanggung jawab administrasi kelas.
g. Pembina Bahasa, menyusun program pengembangan kemampuan
bahasa arab dan inggris santri,,penanggung jawab lab.bahasa.
h. Pembina ISQN, menyusun agenda kegiatan ISQN, penanggung jawab
pengasuhan dan perizinan santri.
i. Pembina Pramuka,menyusun agenda kegiatan kepramukaan dan
penanggung jawab kegiatan dan administrasinya.
j. Koordinator computer, menyusun KBM computer berserta
pengadministrasiannya, menyusun rencana pengembangan pengajaran
computer dan penanggung jawab laboratorium computer.
k. Kordinator tahsin tahfidz, Menyusun program pendidikan dan
pengajaran baca tulis Al Qur an, penanggung jawab kegiatan
57

pendalaman kemampuan membaca Al Qur an serta penghapalan


AlQur an santri.
l. Kordinator Sarana dan prasarana, penanggung jawab penyediaan dan
pemeliharaan sarana pesantren, penanggung jawab kebutuhan asrama
dan dapur umum.
m. Kordinator Kutubutturats, menyusun KBM khusus pengajian kitab
klasik dan pengadministrasian kegiatannya, menyusun metodologi
pengajaran kitab klasik dan bertanggung jawab pada rencana
pengembangan kegiatan pengajian kitab klasik.
5. Qotrun Nada dan Kegiatan Santrinya

Dalam melaksanakan kegiatan keseharian santri di Qotrun Nada diatur


dengan alokasi waktu berdasarkan bentuk kegiatanya. Kegiatan tersebut
dibagi menjadi:

Kegiatan harian

Pukul 03.30 – 04.30 : Bangun pagi, shalat tahajud dan pembacaan


Wiridul Latif
Pukul 04.30 – 05.00 : Shalat Subuh berjamaah dan pembacaan
Ratibul At-Thas
Pukul 05.00 – 06.00 : Pengkajian kitab kuning sesuai dengan
kelasnya
Pukul 06.00 – 07.00 : Mandi dan Sarapan Pagi
Pukul 07.00 – 07.20 : Latiahan percakapan Bahasa Arab/Inggris
(Muhadatsah)
Pukul 07.20 – 12.20 : Belajar dikelas
Pukul 12.20 – 13.30 : Shalat Dzuhur berjamaah pembacaan
Asmaul Husna
Pukul 13.30 – 15.00 : Makan siang dan istirahat
Pukul 15.00 – 16.00 : Shalat Ashar berjamaah dan pembacaan
Wirdul latif
58

Pukul 16.00 – 17.00 : Pengkajian Kitab kuning sesuai dengan


kelasnya
Pukul 17.00 – 18.00 : Mandi Makan Sore Dan Persiapan Shalat
Magrib
Pukul 18.00 – 18.30 : Shalat Magrib berjamaah dan pembacaan
Ratibul Hadad
Pukul 18.30 – 19.30 : Kegiatan Tahsin dan Tahfidz Qur’an
Pukul 19.30 – 20.00 : Shalat Isya berjamaah dan pembacaan
Surat Al-Waqi’ah
Pukul 20.00 – 21.00 : Tahsin/Tahfidz Qur’an, pengajian Kitab
Kuning, Amtsilaty
Pukul 21.00 – 22.00 : Mudzakarah / belajar malam
Pukul 22.00 – 22.15 : Pengulangan Muhadatsah
Pukul 22.15 – 03.30 : Istirahat/Tidur malam

Kegiatan Mingguan

Setiap hari Rabu pagi : Kegiatan olahraga untuk santri putra dan
pengajian umum untuk santri putrid
Setiap hari Jum’at Pagi : Kegiatan olahraga untuk santri putrid
dan pengajian umum untuk santri putra
Setiap malam Jum’at : Pembacaan Dzikir, Tahlil, Ratib dan
Maulid
Setiap sabtu siang : Kegiatan ke-Pramukaan
Setiap malam minggu : Latihan Muhadloroh 3 bahasa
Setiap minggu pagi : Kegiatan olahraga seluruh Santri
Setiap minggu siang : Kegiatan ekstra Kurikuler Santri

Kegiatan Bulanan
Setiap minggu pertama : Pengajian bulanan dan waktu kunjungan
59

Santri
Setiap tanggal 17 pagi : Upacara Bendera
Waktu Terprogram : Kegiatan Organisasi Santri
6. Qotrun Nada dan Program Khasnya
Program khas yang ada pada Qotrun Nada adalah:
a. Praktek Mengajar (Amaliyah Tadris) Khusus santri tingkat akhir
b. Praktek pengabdian masyarakat (PPM) khusus santri tingkat akhir
c. Program pemberdayaan alumni dalam manajemen PP Qotrun Nada
d. Program beasiswa kuliah bagi alumni berprestasi
e. Program cepat penguasaan Kitab Kuning metode Amtsilaty
f. Program Pengalaman Organisasi santri
g. Penempatan alumni dalam masa pengabdianya pada tenaga teknis
dan penunjang di beberapa pesantren lain.
h. Dan lain sebagainya yang terumuskan dalam rencana strategis
pengembangan Qotrun Nada.
7. Qotrun Nada dan alumninya
Alumni bagi qotrun nada adalah asset yang tidak ternilai.Melalui
merekalah siklus perkembangan qotrun nada terus berputar. Lewat mereka
jualah eksistensi qotrun nada dikenal masyarakat luas.Iklan berjalan lewat
jaringan kegiatan alumni baik individu dan kelompok menjadikan qotrun
nada menyebar kedaerah dimana alumninya berkiprah.perjuangan mereka
selama 6 tahun masa pendidikan di Qotrun Nada adalah bekal yang berharga
dalam mengarungi perjalanan hidup mereka.
Menurut data yang telah dihimpun oleh manajemen, alumni qotrun nada
berjumlah :
1. Angkatan pertama tahun 2003 berjumlah : 19 orang
2. Angkatan kedua tahun 2004 berjumlah : 22 orang
3. Angkatan ketiga tahun 2005 berjumlah : 25 orang
4. Angkatan keempat tahun 2006 berjumlah : 39 orang
5. Angkatan kelima tahun 2007 berjumlah : 50 orang
6. Angkatan keenam tahun 2008 berjumlah : 99 orang
60

7. Angkatan ketujuh tahun 2009 berjumlah : 66 orang


8. Angkatan kedelapan tahun 2010 berjumlah : 110 orang
9. Angkatan kesembilan tahun 2011 berjumlah : 90 orang
10. Angkatan kesepuluh tahun 2012 berjumlah : 118 orang
Total keseluuruhannya adalah : 638 orang.
Kelanjutan pendidikan para alumni tersebar dibeberapa perguruan tinggi
negri dan swasta serta pondok pesantren lanjutan. Sedangkan profesi yang
digelauti alumni pasca pendidikannya antara lain,pegawai negeri,pegawai
swasta, wiraswasta, pengabdian dimasyarakat dengan mengajar dibeberapa
lembaga pendidikan dan majlis taklim.
Namun demikian ada beberapa alumni yang diminta mengabdi di
almamaternya sambil meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Alumni inilah yang kemudian diikutsertakan dalam program pemberdayaan
di manajemen PP Qotrun Nada.
Alumni Qotrun Nada tergabung dalam organisasi alumni yang diberi
nama AN NADA yang selalu mengupayakan perkembanagn dan
pemberdayaan alumni dengan terus berkoordinasi derngan almamaternya.
D. Dasar dan Tujuan

Sebagaimana yang telah kita ketahui mengenai dasar dan tujuan pendidikan
Islam tradisional,sangat sulit menemukan rumusan tujuan secara terulis tentang
tujuan pendidikan pesantren tradisional secara umum. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa hal, pertama karena setiap pesantren sering memiliki arah
perkembangan yang berbeda. Perbedaan waktu berdirinya sebuah pesantren,
misalnya ada sebutan pesantren salaf (pesantren tradisional) dan pesantren khalaf
(pesantren moderen) atau bahkan sebuah pesantren yang sekaligus merupakan
gabungan antara sistem salaf dan khalaf, contohnya adalah pesantren Qotrun
Nada.

Kedua, bahwa boleh jadi lembaga-lembaga pendidikan pesantren mempunyai


dasar-dasar ideologi keagamaan yang sama, namun kedudukan tiap-tiap pesantren
itu umumnya bersifat personal dan individual. Berbeda dengan sistem sekolah
61

yang menginduk kepada satu sistem kurikulum dan tujuan yang sama, kedudukan
tiap-tiap pesantren sangat bersifat personal, berdiri sendiri-sendiri sangat
tergantung pada kualitas yang dimiliki oleh Kiai. Dan karena umumnya sebuah
pesantren didirikan secara indiwidual oleh seorang kiai, sebagai figur sentral yang
berdaulat penuh menetapkan tujuan pesantrennya, maka setiap pesantren
mempunyai tujuan tidak tertulis yang berbeda-beda.

Jika antara pesantren salaf itu sendiri mempunyai tujuan tidak tertulis yang
berbeda-beda, yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kualitas kiai itu
sendiri, tentu berbeda pula dengan tujuan pesantren khalaf yang mengembangkan
pendidikan dengan sistem klasikal. San akan berbeda pula dengan pesantren yang
merupakan koaborasi antara sistem salafi dan khalaf.meskipun demikian, dapat
ditarik kesimpulan, yang menggambarkan adanya suatu keagamaan tujuan
berdirinya suatu lembaga pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional.
Yaitu kita harus mengingat kembali latar belakang historis berdirinya pesantren,
oleh karena itu tujuan pendidikan tentu tidak dapat terlepasdari hal itu semua.

Berdirinya sebuah pesantren biasanya tidak dapat dipisahkan dari keadaan


sosial dan budaya masyarakat setempat. Meskipun belim ada data
tertulismengenai keberadaan awal berdirinya pesantren secara pasti namun
informasi lisan sering menceritakan bahwa lingkungan yang didirikan pesantren
merupakan lingkingan yang lemar akan ajaran Islam. Inilah yang dilakukan oleh
kiai Burhanudi Marzuki dan teman-teman membuka pengajian secara sederhana
yang diawali dengan membukan pengajian Al qur’an.

Adapun dasar dan tujuan beliau mendrikan lembaga pendidikan pesantren


adalah untuk mempertahankan tradisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan tujuan lain
didasarkan pada ucapan beliau yang sering diungkapkan secara lisan pada setiap
kesempatan. Pemikiran K.H Burhanudin didasarkan pada wahyu Allah SWT.

K.H Burhanudin di dalam ungkapannya tidak menghendaki santri menjadi


seorang muslim yang semata-mata hanya mengejar kenikmatan akhirat atau
sebaliknya, hanya menikmati kenikmatan dunia saja. Dia menghendaki agar
62

seorang muslim itu seimbang hidupnya dalam mengejar kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat.

Ungkapan beliau yang didasarkan atas wahyu Allah tersebut lebih lanjut
dijabarkan bahwa untuk menjalani hidup ini, manusia yang diciptakan untuk
menjadi khalifah dibumi harus dapat menciptakan, membina dan menjalani tiga
derajat hubungan secara harmonis. Yaitu hablun minallah (hubungan dengan
Allah) hablun minannaas (hubungan dengan manusia) dan hablun minal’alam
(hubungan dengan alam).84

Ketiga komponen hubungan tersebut harus terintegrasi dalam kesatuan yang


sangat utuh . hal tersebut berartibahwa setiap anak didik dalam konsep pendidikan
Islam harus dipersiapkan dan diarahkan untuk mencapai tiga komponen tersebut.
Ketiga komponen tersebut bila diuraikan dalam subyek mata pelajaran dapat
dijelaskan sebagai berikut: komponen hablun minallah, adalah subyek–subyek
yang mengukapkan pengenalan kepada Allah melalui ayat-ayat tanziliyah.
Penjabarannya dalam bentuk mata pelajaran meliputi tauhid, fiqih, tafsir, hadits,
akhlaq dan tasawuf.

Adapun komponen hablun minannaas adalah subyek-subyek yang masuk


kedalam kelompok ilmu-ilmu social. Sedangkan komponen hablun minal’alam
adalah subyek-subyek mata pelajaran yang menguraikan hubungan manusia
dengan alam. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah: fisika, kimia, biologi,
matematika.

Begitu juga tujuan yang ditanamkan adalah tertuang didalam panca jiwa
Pondok Pesantren Qotrun Nada

1) Keikhlasan

Jiwa ini berarti melakukan segala perbuatan tanpa pamrih atau tanpa
mengharapkan imbalan sesuatu dari manusia. Segala pekerjaan dilakukan

84
K.H Burhanudin Marzuki, Pengasuh Pon Pes Qotrun Nada, wawancara pribadi,
cipayung jaya Depok,09 Oktober 2013.
63

semata-mata dengan niat ibadah,Lillah. Guru ikhlas dalam mendidik, murid


ikhlas dididik, orang tua ikhlas menitipkan anaknya di pesantren. Faktor
keikhlasanlah yang menjdi salah satu wasilah ilmu mudah untuk
disampaiakan.

2) Kesederhanaan

Kehidupan didalam Pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan.


Sederhana tidak berarti pasif tidak juga miskin. Kesederhanaan itu berarti
sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran. Kesederhanaan mengandung nilai-
nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam
menghadapi perjuangan hidup.

3) Berdikari

Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri tidak saja dalamarti


bahwa santri sanggup belajardan berlatih mengurus segala kepentingannya
sendiri, secara tidak langsung Qotrun Nada melatih para santri untuk lebih
mandiri sehingga tidak menyandarkan hidupnya kepada bantuan dari orang
lain.

4) Ukhuwah Islamiyah

Kehidupan di Pondok diliputi suasana persaudaraan yang akrab, segala


suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan sebagai sesama
muslim.

5) Berjiwa Bebas

Bebas di dalam berfikir dan berbuat selama semua itu tidak menyalahi
koridor kesopanan dan keagamaan. Yakni bebas dalam menentukanmasa
depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai
pengaruh negative dari luar.kebebasan ini tidak boleh disalahgunakan
menjadi terlalu bebas sehingga kehilangan arah dan tujuan atau prinsip.
64

E. Kolaborasi Pendidikan Salaf dan Modern di Pondok


Pesantren Qotrun nada

Keberadaan pesantren yang tetap survive sampai sekarang tentu menjadi


kebanggaan tersendiri bagi umat Islam, ditengah arus globalisasi, individualisme,
dan pola hidup materialistik yang kian mengental, pesantren masih konsisten
menyuguhkan pengajaran kitab-kitab klasik dan sistem pendidikan yang oleh
sebagian orang dianggap telah ketinggalan zaman. Hal ini justru membuktikan
bahwa pesantren lahir dan berkembang seiring dengan derap langkah perubahan
di dalam masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang muncul dan berkembang dari,


oleh dan untuk masyarakat, pesantren pada hakikatnya merupakan bagian dari
bentuk kultur keagamaan yang ada dimasyarakat. Karena bagaimanapun, proses
alih pengetahuan nilai-nilai budaya suatu masyarakat pada hakikatnya merupakan
bagian dari budaya mereka. Perkembangan pemahaman ajaran agama serta proses
sosialisasi nilai-nilai agama menghadirkanpola budaya yang sangat beragam.
Karena mudah dipahami bila muncul sejumlah model pendidikan Islam yang
orientasi, metode dan sistemnya beraneka ragam. Dunia pesantren kini
nampaknya ikut mengalami perubahan katergorisasi sistem pesantren tradisional
dan modern atau kategorisasi sistem pembelajaran pesantren salfi dan khalafi
tentunya tetap bertahan dan terus mengalami perkembangan dalam
mengkolaborasikan pendidikan salafi dan modern. Diantara banyak pesantren
yang melakukan kolaborasi dua sistem tersebut Pondok Pesantren Qotrun Nada
merupakan salah satu contoh dari banyak pesantren

Pondok Pesantren Qotrun Nada sudah menginjak 17 tahun ini memberikan


pembinaan dan pengembangan pendidikan agama, dan telah melahirkan banyak
alumni yang tersebar diberbagai daerah,terutama diwilayah Depok bahkan ada
juga yang ada diluar wilayah. Semua itu dapat dijadikan bahwa kajian historis
yang mengembangkan bahwa pesantren Qotrun Nada telah berperan penting
dalam pengembangan pendidikan agama Islam.
65

Pondok Pesantren Qotrun Nada seperti telah disebutan diawal, berdiri pada
tahun 1997 didirikan oleh santri yang yang baru menyelesaikan pendidikan
agamanya di pesantren dan gelar sarjana yaitu K.H Burhanudin Marzuki.

Berjalannya Pondok Pesantren Qotrun Nada tidak hanya mengembangkan


pengajaran sistem pendidikan salafi, yaitu metode pengajaran secara tradisional
dengan metode sorogan dan bandongannya, tetapi juga sekaligus mengembangkan
sistem pendidikan atau pengajaran khalaf yaitu metode pengajaran dengan sistem
klasikal.

Dalam sistem salaf tidak ada pembagian kedalam kelas-kelas dan tidak ada
tingkatan. Dan dalam sistem klasikal yang sudah dikenal sejak tahun 1907 di
Sumatera Barat dan baru kemudian di pesantren-pesantren Jawa, didasarkan pada
pembagian kelas dan tingkatan-tingkatan pendidikan dan belajar di dalam kelas,
setiap tingkatan kelas dapat ditempuh dalam waktu satu tahun dengan pembagian
dua semester pada kurikulum sekarang,dan untuk menaiki tingkatan berikutnya
harus ditempuh melalui proses evaluasi dengan bentuk ujian selam 1 tahun
belajar.

Pesantren Qotrun Nada sama hal dengan pesantren lainnya, pada tahap awal
berdinya pesantren hanya menerapkan system salafi (metodologi pendidikan
tradisional), yang melestarikan pesantren dahulu. Namun seiring berjalannya
setelah santri atau siswa yang belajar setiap tahunnya mengalami peningkatan,
pesantren Qotrun Nada dalam waktu singkat sudah mulai menerapkan sistem
modernisasi atau klasikal. para santri belajar di kelas-kelas menurut tingkatan
pendidikannya.

Adapun faktor-faktor yang mendorong K.H Burhanudin Marzuki


mengembangkan pesantren dengan mengkolaborasikan pendidikan salafi dan
modern:

1. Seperti telah diungkapkan yaitu disamping didorong oleh rasa kewajiban


menanamkan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan masyarakat juga
didorong oleh rasa kewajiban untuk melestarikan dan menyebarkan ajaran-
66

ajaran Islam sekaligus didorong oleh rasa keyakinan atau keimanan


pengabdian (ibadah) kepada Allah.
2. Merespon keinginan orang tua yang ingin lebih mendalami pendidikan
Islam untuk putra putrinya
3. K.H Burhanudin Marzuki, pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada
bukan hanya sebagai seorang ulama yang berlatar belakang pendidikan
pesantren yang terfokus pada kitab kuning saja, tetapi juga beliau pernah
mengikuti dan lulus berijazah madrash dan perguruan tinggi. oleh karena
itu dengan mudah beliau merespon dan cepat beradaptasi dalam
mengembangkan pondok pesantren dan juga terdorong oleh motivasi
untuk memperahankan tradisi Ahlussunnah wal Jamaah.

Sedangkan K.H Burhanudin selain sebagai seorang ulama beliau juga sudah
dua periode dari tahun 2005 sampai sekarang beliau adalah ketua PCNU kota
Depok, sebagaimana kita ketahui ulama-ulama di kalangan Nahdlatul Ulama,
dikenal sangat kuat berpegang kepada para imam mazhab, khususnya mazhab
Imam Syafi’i. hal ini disadari bahwa tama jika ijtihad tidak dilakukan olehorang-
orang yang memenuhi syarat justru akan merusak ajaran Islam itu sendiri. Kedua
pra Imam Mazhab lebih dekat denga Rsulullah SAW. Bagaimanapun mereka
lebih tahu dan lebih mengerti maksud dari ayat-ayat dan hadits. Dan ketiga
kejujuran, keikhlasan dan ketaqwaan para imam mazhab itu tidak diragukan lagi.

Jadi pesantren Qotrun Nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi


dan modern disatu sisi sebagai respon terhadap perkembangan zaman dan juga
mempunyai tujuan untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan ide-ide
ulama terdahulu. Tradisi kajian kitab-kitab kuning, karya para ulama adalah satu
sisi yang harus dipertahankan.

Dari apa yang telah dipaparkan diatas mengenai respon Pesantren Qotrun
Nada, jelas bahwa apa yang dilakukannya adalah menjaga generasi bangsa dengan
paham agama yang benar, tidak membiarkan mereka terjerumus oleh paham-
67

paham agama yang tanpa disadari pemahaman itu merusak dan menggoyahkan
aqidah.

Didalam Pesantren, K.H Burhanudin Marzuki merintis sebuah lembaga


pendidikan madrasah, madrash inilah yang merupakan sistem dari modernnya.
Dengan mengikuti system dari Pesantren beliau yaitu Darurrahman Jakarta dan
juga pada awal perintisannya ditompang oleh para sahabat satu alumni bahkan
sampai saat ini. Akan tetapi status pesantren yang didirikan bukan sebagai cabang
dari pesantren Daruurahman Jakarta.

Setelah berjalan 3 tahun yakni tahun 2000 setelah beliau selalu mendapatkan
bimbingan dari guru-gurunya maka dengn keyakinan yang kuat. Dari yang
tadinya sama sistem pesantren dengan Darurrahman, kemudian melaksanakan dan
mengelola pendidikan madrasah secara mandiri.

Mata pelajaran yang diberikan umumnya pelajaran agama seperti tafsi, hadits,
iman tauhid, ilmu fiqih, praktek ibadah, bahasa arab dengan segala alatnya
(Nahwu shorof) dan lain-lainnya.. Disamping itu diberikan pula ilmu yang tidak
ada dibangku sekolah dengan harapan para santri dapat menerapkannya
dimasyarakat ketika lulus nanti.85

Tingkatan kelas yang ada dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan
tingkatan Mts dan MA. Dan juga program Takhasus, kelas takhsus ini merupakan
tingkatan kelas bagi mereka yang lulusan dari SMP kemudian masuk pesantren
selama 3 tahun. Tahun ajaran dimulai pada bulan sy’ban sebagaimana kebiasaan
sekolah agama. Setiap kelas diasuh oleh seorang guru dan dibantu oleh beberapa
guru pembantu. Guru yang menjadi guru kelas tersebut sifatnya permanen dan
berkesinambungan, artinya seorang guru mengasuh dari kelas satu terus
melanjutkan asuhannya ke kelas 2 dan seterusnya. Sistem ini diterapkan
dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan materi yang disampaikan serta untuk
memudahkan pengawasan dan pembinaan para santri atau siswa secara lebih baik.
Dan sekaligus untuk memudahkan pengontrolan tingkat kemajuan santri.

85
Qotrun Nada, Sejarah berdiri beserta fungsinya,
68

Para santri untuk melanjutkan ke tingkatan berikutnya atau kenaikan kelas


dilaksanakan melalui ujian, istilah pesantren dikenal dengan imtihan yang diambil
dari bahasa arab. Ujian di pesantren dilaksanakan kurang lebih selama tiga
minggu, diawali dengan pemeriksaan buku, dengan tujuan mengetahui
kelengkapan catatan santri dan kitab yang dipelajari. Dilanjutkan dengan ujian
lisan selama 1 minggu, pertama santri diwajibkan menjawab beberapa pertanyaan
yang diberikan oleh guru, materi ujian lisan adalah, bahasa arab, bahasa inggris
dan alqur’an. Konon untuk menjaga objektivitas penilaian hasil ujian, maka ujian
dilakukan dengan cara santri maju untuk ujian maksimal 2 orang.

Diantara materi yang diuji lisankan:

MATERI AL-QUR’AN
1. Al-Qur’an
a. Tajwid
b. Qira’atul Kutub
1. Kelas I : Bab Whudu(Safinah)
2. Kelas II : Bab Whudu (Taqrib)
3. Kelas III : Bab Whudu (Fathul Qarib)
4. Kelas IV : Bab Whudu (Fathul Qarib)
5. Kelas V : Bab Shalat (Fathul Mu’in)
6. Kelas VI : Bab Haji (I’anatutthalibin)
7. Kelas THS I : Bab Whudu (Taqrib)
8. Kelas THS II : Bab Whudu (FathulQarib)
9. Kelas THS III : Bab Haji (I’anatutthalibin)
c. HafalanDo’a-Do’a
1. Kelas I : Do’a Harian, Qunut
2. Kelas II : Do’a Harian, AnggotaWudhu
3. Kelas III : Do’a Harian, Duha, Tahajud, dll
4. Kelas IV : Do’a SholatDuha, Tahajud, dll
5. Kelas V : Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had
6. Kelas VI : Do’a Ma`had, Tahlil, Kamilin
69

7. Kelas THS I : Do’a Harian, Qunut, Setelahbaca Al Qur`an


8. Kelas THS II : Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had
9. Kelas THS III : Do’a Ma`had, Tahlil, Kamilin
d. HafalanJuz’Amma
1. Kelas I : An-Naas Al-Humazah
2. Kelas II : Al-Lail Al-Fajr
3. Kelas III : Al-Buruj Al-Muthofifin
4. Kelas IV : An NajiyatAl-Insan
5. Kelas V : Al Muzammil Al Ma`arij
6. Kelas VI : Al Muzammil Al Ma`arij
7. Kelas THS I : An-Naas Al-Humazah
8. Kelas THS II : Al-LailAl-Fajr
9. Kelas THS III : Juz 30
e. Praktek Ibadah
a. Kelas I : WudhudanDo`anya
b. Kelas II : Thaharah (MandiWajib&Tayamum)
c. Kelas III : Sholat Lima Waktu & Bacaannya
d. Kelas IV : Sholat Ghaib & Bacaannya
e. Kelas V : Mengurusi Mayit
f. Kelas VI : Praktek Haji &MengurusiMayit
g. Kelas THS I : Thaharah (MandiWajib&Tayamum)
h. Kelas THS II : MengurusiMayit
i. Kelas THS III : Praktek Haji & Mengurusi Mayit
2. BAHASA ARAB
a. Muhawarah(Percakapan)
b. Mahfudzot
1. Kelas I : Man Jaddawa Jada s/d KhoirulUmuri
2. Kelas II : Al-HassuAlatta`allumi s/d Attawaddo`u
3. Kelas III : ImtihazulFursoti
4. Kelas IV : Fimadi Safar s/d FilHikami
5. Kelas V : Risalatul Kitabati s/d Min AhadiRasulillah
70

6. Kelas VI :-
7. Kelas THS I : Man JaddaWa Jada s/d Latu`akhirAmalaka
8. Kelas THS II : Al AdabulMujalasati s/d Al-Hikamu
9. Kelas THS III :-
c. Muthola’ah
1. Kelas I : AyamulUsbu`I s/d Manafi`ulA`doi
2. Kelas II : Al-Hariku s/d Al-AsadduWalFa`ru
3. Kelas III : Al HammatuAnnamlatu
4. Kelas IV :AnniatuTiflin s/d Al-Tu`ahiduni
5. Kelas V : Ayulwafa s/d NukronulJamilu
6. Kelas VI :-
7. Kelas THS I : Al- Adabu s/d MalabisulJismi
8. Kelas THS II : Al-Harikuywa Al-Asaddu
9. Kelas THS III :-
d. Nahwu
1. Kelas II : Jumlah Mufidah s/d Fail
2. Kelas III : Isim Mu`tal Akhir
3. Kelas IV : MubtdaKhobar s/d FiilMudhore
4. Kelas V : Mubtada wa Khobar s/d Jumlah Fi`liyah
5. Kelas VI : Materi dari kelas dua
6. Kelas THS I : Jumlah Mufidah s/d Isim, Fiil, Huruf
7. Kelas THS II : MubtadaKhobar s/d FiilMudore
8. Kelas THS III : materi dari kelas Ths 1
e. Shorof
1. Kelas II : IlmuShorof s/d Sigot
2. Kelas III : FiiTasrifil Af``alulMadi
3. Kelas IV :-
4. Kelas V :-
5. Kelas VI : materi dari kelas 2
6. Kelas THS I : IlmuShorof s/d Al-Fi`lu
7. Kelas THS II : ShohihWaMu`tal
71

8. Kelas THS III : materi dari keals 1


f. Mufrodat (Kosa Kata)
Kosakata yang telah diberikan pada waktu pemberian kosakata di
pagi hari dan kosa kata yang biasa diucapkan.86
Qotrun Nada hanya ada tingkatan Mts dan MA, karena materi
pelajaran hampir seluruhnya keagamaan dan system pengajaran yang
menekankan metode menghafal seperti telah dijelaskan, pada dasarnya
sulit untuk membedakannya. Pelaksanaan waktu belajar yang dimulai
dari santri setelah shalat subuh sampai malam hari adalah jelas
merupakan cikal bakal pelembagaan madrasah dan pesantren seperti
yang ada sekarang ini. Madrasah dilakukan pada pagi hari dan pesantren
sore dan malam hari.
Dengan demikian apa yang dipaparkan di atas, bahwa meskipun pesantren
Qotrun Nada telah menyesuaikan diri dengan perubahan zaman pendidikan
madrasah namun masih terbatas pada klasika, sedangkan dari segi materi
pelajaran maupun system pengajaran pada tahap awal ini masih bersifat
traqdisional. Dari segi materi belum memasukkan pengetahuan umum secara
maksimal ke dalmnya kecuali sedikit mengenai ilmu pengetahuan social yang
diberikan guna melengkapi pengetahuan ssosial yang diberikan guna melengkapi
pengetahuan santri dalam bermasyarakat, dan itupun masih dalam bentuk yang
sederhana. Dan dari system pengajaran masih menekankan pada metode
tradisional, yakni menekankan metode hafalan.
Dari masa ke masa pesantren Qotrun Nada terus mengalami perkembangan
kearah yang lebih maju dan lebih modern, baik dari sarana dan prasarana. Maupun
dari segi sistem pendidikan dan pengajarannya. Terbukti minat masyarakat untuk
menitip putra putrinya di pesantren semakin meningkat.
Dengan dikembangkannya pelaaksanaan kolaborasi pendidikan salafi dan
moderan yaitu perpaduan antara system persekolahan dan system pesantren,
terjadi perubahan orientasi yaitu diarahkan kepada pemahaman dan penguasaan
disiplin ilmu secara menyeluruh yaitu ilmu agama dan ilmu umum.

86
Fitriyadi, ketua panitia ujian, Wawancara Pribadi,13 Oktober 2013
72

Dengan dikembangkannya kolaborasi pendidikan ini, telah menjadikan


pesantren Qotrun Nada tetap istiqomah. Pendidikan di sekolah terus berkembang
dan lembaga pesantren dengan kajian kitab-kitab kuningnya tetap berjalan. Dan
pesantren tetap mampu bertahan. Para santripun dengan dengan bebas dan
mempunyai hak sama dengan sekolah-sekolah umum yang lain untuk memasuki
perguruan-perguruan tinggi umum maupun perguruan tinggi keagamaan, negeri
ataupun swasta.
Dengan dikembangkannya kolaborasi ini jumlah santri dari tahun ke tahun
terus meningkat. Minat masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka di
lingkungan pesantren yang terus meningkat ini membuktikan bahwa perhatian dan
respon masyarakat tetap tinggi. Masyarakat masih mengharapkan bahwa dengan
sekolah di lingkungan pesantren, anak-anak mereka dapat dibina dengan lebih
baik, baik dari segi ibadah ataupun akhlaknya.
F. Sistem Pengajaran, Kurikulum, Evaluasi dan Managemen
Administrasi
1. Sistem pendidikan dan pengajaran di Pesantren Qotrun Nada dibagi
kedalam kelompok atau tingkatan, yaitu:
a. Tingkatan Tsanawiyah diperuntukkan bagi santriyang belajar di
tsanawiyah. Setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),
bagi lulusan madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
b. Tingkat Aliyah diperuntukkan bagi santri yang lulus Madrasah
Tsanawiyah atau SLTP. Kebanyakan santri Aliyah di pondok
pesantren Qotrun Nada mereka yang asalnya dari Mts Qotrun Nada.
c. Tingkat Takhasus. Diperuntukkan bagi mereka yang lulusan dari
SLTP ataupun Tsanawiyah dari luar kemudian masuk kepesantren
Qotrun Nada. Dalam kelompok ini sama halnya dengan Aliyah.
d. Tingkat atau kelompok Pesantren, yaitu pengajian tradisional yang
diperuntukkan bagi seluruh santri untuk mengaji kitab-kitab kuning
yang disesuaikan dengan tingkatan sekolah.87

87
Anwar zainudin, sekretaris Qotrun Nada, Wawancara Pribadi,13 Oktober 2013
73

b. Mengenai kurikulum madrasah tidak sepenuhnya menggunakan


kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.banyak didalam materi
pelajaran ditambah dengan pelajaran pesantren atau materi muatan
lokal. Komposisi materi pelajaran dari kurikulum tidak terlalu berbeda
jauh antara materi pelajaran umum dan untuk materi pelajaran agama.
Mata pelajaran tambahan pada tingkatan madrasah Tsanawiyah
adalah:
a. Nahwu Sharof. Mata pelajaran ini mulai deberikan pada kelas 2
dengan alokasi waktu dua jam pelajaran. Penekanan pelajaran ini
terletak pada pengenalan gramatikal bahasa arab dengan
menggunakan pendekatan metode tradisional dan metode modern
pengajaran bahasa Arab.
b. Mahfuzhot dan Mutholaah. Mata pelajaran ini diberikan pada
kelas 1 sampai dengan kelas 6.pelajaran mahfudzat mengkaji
tentang kata-kata mutiara dan motivasi dengan menggunakan
bahasa arab dan juga syair-syair arab sedangkan mutholaah
mempelajari tentang kisah-kisah dengan bahasa arab,dalam
pelajaran ini diharapkan santri mampu menmbah
pembendaharaan kosakata dan uslub-uslub yang ada materi yang
dipelajarkan.
c. Tajwid (tentang aturan dan cara-cara membaca Alqur’an dengan
baik dan benar). Tajwid ini sebenarnya merupakan salahsatu
pokok bahasan mata pelajaran Al qur’an. Pelajaran ini diberikan
dari kelas 1.
d. Imla, materi pelajaran ini melatih santri agar dapatmenulis arab
dengan baik, benar, indah sesuai dengan qoidah arab dan juga
agar murid mendengarkan bahasa arab yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk tulisan.alokasi waktu dua jam pelajaran
dan deberikan dari kelas 1.
74

Madrasah Aliyah diberi materipelajaran tambahan sebanyak 5


pelajaran

a. Nahwu Shorof
b. Mutholaah dan Mahfudzat
c. Keterampilan agama, pelajaran ini mamuat tentang praktek
ibadah dan yang berkaitan dengan kehidupan agama
dimasyarakat.
d. Balagah
e. Fara’id

Untuk tingkatan Takhasus diberikan materi pelajaran tambahan sama


halnya dengan tingkat Tsanawiyah, dikarenakan mayoritas mereka belum
mengetahui dasar dari pelajaran bahasa arab disamping itu kebanyakan
dari mereka lulusan SLTP.

Disamping pemberian materi pelajaran muatan local yang


dilaksanakan pada jam sekolah pada setiap jenjangnya para santri juga
diharuskan melaksanakan kegiatan pengajian dipesantren diluar jam
sekolah. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya mempertahankan tradisi
pesantren, khususnya tradisi kajian kitab-kitab kuning yang dianggap
sebagai sumberpengetahuan keagamaan Islam. Upaya ini pun dilakukan
agar keberadaan dan peran pesantren tradisional yang justru pertama
didirikan sebelum mendirikan sekolah-sekolah agar tetap eksis dan
berjalan. Sehingga para santri dapat mengkaji pengetahuan-pengetahuan
keagamaan dari sumber aslinya, serta mampu menjadi sarjana yang ulama
dan ulama yang sarjana.

Adapun pengaturan pelaksanaan pengajian atau disebut dengan darsul


idhofi kitab kuning dipesantren adalah sebagai berikut:

Tingkatan pengajian dibagi kepada beberapa kelas, yaitu dari kelas


tsanawiyah sampai dengan Aliyah, waktu pelaksanaan pengajian diatur
sebagai berikut :
75

a. Setelah shalat Shubuh, alokasi waktu 60 menit


b. Setelah shalat ashar, alokasi waktu 60 menit
c. Setelah shalat maghrib, alokasi waktu 45 menit
d. Setelah shalat isya, alokasi waktu 60 menit

Kitab-kitab kajian untuk tingkat tsanawiyah kelas 1 :


a. Hidayatussibyan (kitab tajwid)
b. Safinatunnaja
c. Alqur’an
d. praktek ibadah
e. Akhlaqul lil banin/banat
Kitab-kitab kajian untuktingkat tsanawiyah kelas 2 :

a. Alqur’an dan tajwid


b. Alghoyah wataqrib
c. Kitabussa’adah
d. Hadits mukhtarot
e. Ayatul mukhtarot
f. Nahwu shorof
g. Amtsilati (kitab yang mempelajar cara cepat membaca kitab
kuning karangan kiyai Tafiqul haqim)
Kitab-kitab kajian untuk tingkat tsanawiyah kelas 3:
a. Alqur’an dan tajwid
b. Qotrul goits
c. Kailani
d. Jurumiyah
e. Fathul qorib

Kitab-kitab kajian untuk tingkat aliyah kelas 1

a. Al qur’an dan tajwid


b. Tijan darori
c. Fathul mu’in
76

d. Imrithi

Kitab-kitab kajian untuk tingkat aliyah kelas 2

a. Alqur’an dan tajwid


b. Fathul mu’in dan albajuri
c. Fathul majid
d. Amtsilati

Kitab-kitab kajian untuk tingkat aliyah kelas 3

a. Alqur’an dan tajwid


b. I’anathutthalbin
c. Nashoihuddiniyah
d. Alfiyah ibnu malik
e. Faroidh
Untuk kitab ta’lim muta’alim dan mukhtarul ahadits itu untuk semua
santri yaitu pengajian gabungan seminggu sekali pada setiap jum’at shubuh di
pimpin langsung oleh kiai. Dan kitab seperti Ushfuriyah, hadits
arbain,jauhirul kalamiyah minhajul abiding dikaji pada bulan ramadhan
dengan bimbingan para ustad.88
Berikut ini susunan jadwal, dikutip dari jadwal pengajian idhofah Pondok
Pesantren Qotrun Nada:
Tabel 4.1
JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH TSANAWIYAH
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TSANAWIYAH KELAS 1
Waktu Senin Selasa rabu kamis Jum’at sabtu Minggu
Ba’da Safinatun
Akhlaqul
Safinatu Ta’limul
Akhlaqul
banin/ban - lilbanin/b -
shubuh naja nnaja muta’alim
at anat

Ba’da Praktek Alqur’ Praktek English


Alqur’an - -
Ashar ibadah an ibadah lesson

88
Ayub Sholihin, coordinator kutubutthurots,Wawancara Pribadi,15 Oktober 2013
77

Ba’da Tahsin
Tahsin
Tahsin
Tahsin wa wa Tahsin wa
Maghrib wa wa Jami’atul
tahfidz tahfidz tahfidz -
tahfidz tahfidz Qura
Alqur’an Alqur’ Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an

Ba’da Isya Hidayatussi Alqur’


Maulid
Hidayatu
Alqur’an simtudurr Alqur’an Alqur’an
byan an ssibyan
or

JADWAL PELAJARAN IDHOFI TSANAWIYAH KELAS 2


Waktu senin Selasa rabu kamis Jum’at sabtu Minggu
Ba’da Washoya Talim Washoya
Taqrib - Taqrib -
shubuh lil abna Muta’alim lil abna

Ba’da Al hadits al
Amtsilatu Kitabu Ayat
At ssaada Almuhth Grammar - -
Ashar muhtharot
tasrifiyah h arot

Ba’da Tahsin
Tahsin
Tahsin wa wa Tahsin wa Tahsin wa
Maghrib wa
tahfidz tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz
Alqur’an Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an
an

Ba’da Isya Amtsilati Amtsilati


Amtsil
- Amtsilati - Amtsilati
ati

JADWAL PELAJARAN IDHOFI TSANAWIYAH KELAS 3


Waktu senin Selasa rabu kamis Jum’at sabtu Minggu
Ba’da Fathul Fathul Fathul Talim Fathul
- -
shubuh Qorib Qorib Qorib Muta’alim Qorib

Ba’da Qothrul Qothrul


Kailani Kailani Grammar - -
Ashar Goits Goits

Ba’da Tahsin
Tahsin
Tahsin wa wa Tahsin wa Tahsin wa
Maghrib wa
tahfidz tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz
Alqur’an Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an
an

Ba’da Isya jurumiah jurumiah


jurumi
- Jurumiah - Jurumiah
ah
78

Tabel 4.2

JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH ALIYAH


JADWAL PELAJARAN IDHOFI ALIYAH KELAS IV
Waktu senin Selasa rabu kamis Jum’at Sabtu Minggu
Ba’da shubuh Fathul Fathul
-
Fathul Talim Fathul
-
mu’in mu’in mu’in muta’alim mu’in

Ba’da Ashar Tijan


Diyanah
Gramm Tijan
Diyanah
Darori ar 3 Darori

Ba’da Maghrib Tahsin Tahsin


Tahsin
wa Tahsin wa Tahsin wa
wa wa
tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz tahfidz
Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an

Ba’da Isya imrithi Imrithi imrithi - Imrithi - Imrithi

JADWAL PELAJARAN IDHOFI ALIYAH KELAS V


Waktu senin selasa rabu kamis Jum’at Sabtu Minggu
Ba’da shubuh Fathul Fathul
-
Fathul Talim Fathul
-
mu’in mu’in mu’in muta’alim mu’in

Ba’da Ashar Fathul Nahwu balagh Fathul


grammar - -
majid wadhih oh majid

Ba’da Maghrib Tahsin Tahsin


Tahsin
wa Tahsin wa Tahsin wa
wa wa
tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz tahfidz
Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an

Ba’da Isya Amtsilati Amtsilati


Amtsil
- Amtsilati - Amtsilati
ati

JADWAL PELAJARAN IDHOFI ALIYAH KELAS VI


Waktu senin selasa rabu kamis Jum’at Sabtu minggu
Ba’da shubuh Bidaya
I’anathutt I’anathutt tul I’anathutt I’anathutth I’anathutt
-
holibin holibin Mujtah holibin olibin holibin
id

Ba’da Ashar Nashoihu


Nashoi
Nshoihul Tarikh
Mantiq huddini
ddiniyah ibad tasyri’
yah

Ba’da Maghrib Tahsin Tahsin Tahsin


Tahsin wa Tahsin wa
wa wa wa
- tahfidz - tahfidz
tahfidz tahfidz tahfidz
Alqur’an Alqur’an
Alqur’an Alqur’an Alqur’
79

an

Ba’da Isya Alfiyah Alfiyah Alfiyah


Alfiyah Alfiyah
ibnu ibnu ibnu - -
ibnu malik ibnu malik
malik malik malik

Tabel. 4.3
JADWAL PELAJARAN IDHOFI KELAS TAKHASUS
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 1
Waktu senin selasa rabu kamis Jum’at Sabtu Minggu
Ba’da shubuh taqrib Taqrib - taqrib
Talim
Taqrib -
muta’alim

Ba’da Ashar Qawaidul


Jawahirul amtsila Jawahirul
amtsilatuatt
kalamiya tuattasr kalamiya - -
imla asrifiyah
h ifiyah h

Ba’da Maghrib Tahsin Tahsin


Tahsin
wa Tahsin wa Tahsin wa
wa wa
tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz tahfidz
Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an

Ba’da Isya jurumiya Jurumiya jurumi jurumiya


jurumiyah
Jurumiya
Jurumiyah
h h yah h h

JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 2


Waktu senin selasa rabu kamis Jum’at sabtu Minggu
Ba’da shubuh Fahul Fahul Fahul Ta’lim Fahul
- -
Qorib Qorib Qorib muta’alim Qorib

Ba’da Ashar Fathul Tadbiqus Fathul tadbiquss Fathul


- -
majid shorfi majid horfi majid

Ba’da Maghrib Tahsin Tahsin


Tahsin
wa Tahsin wa Tahsin wa
wa wa
tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz tahfidz
Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an

Ba’da Isya amtsilati amtsilati


amtsila
- amtsilati - amtsilati
ti

JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 3


Waktu senin selasa rabu kamis Jum’at sabtu minggu
Ba’da shubuh Bidaya
I’anathutt I’anathutt tul I’anathutt I’anathutth I’anathutt
-
holibin holibin Mujtah holibin olibin holibin
id
80

Ba’da Ashar Nashoihu


Nashoi
Nshoihul English
Balghoh huddini
ddiniyah ibad structure
yah

Ba’da Maghrib Tahsin Tahsin


Tahsin
wa Tahsin wa Tahsin wa
wa wa
tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz tahfidz
Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an

Ba’da Isya Alfiyah Alfiyah Alfiyah


Alfiyah Alfiyah
ibnu ibnu ibnu - -
ibnu malik ibnu malik
malik malik malik

Kitab-kitab yang disebutkan diatas, disampaikan dengan metode


bandongan atau halaqoh dan jenis kitab-kitab tersebut dilaksanakan oleh kiai
dan ustadatau ustadzah yang diberi tanggung jawab untuk mengajar.
Disampaikan pertama, guru membaca kitab, menerjemahkan, kemudian santri
membaca secara individual lantas guru memberikan penjelasan dan
keterangan baik kajian tentang taqrib maupun maksud dari isi kitab.
Disamping itu metode yang digunakan yaitu sorogan. Pada metode ini santri
sendiri yang menentukan kitabnya untuk dibaca dihadapan guru kemudian
guru menegur apabila ada kesalahan dalam pembacaan.

Khusus bulan ramadhan,sebagaimana penulis sampaikan, dalam satu


bulan itu harus menamatkan satu kitab, karena waktu yang digunakan lebih
luas Karena jadwal pengajian yang biasanya diisi dengan pelajaran yang
terjadwalkan itu diganti dengan kitab khusus untuk pengajian pasaran dibulan
ramadhan. Tidak diditu saja ditambah jadwal pengajian setelah habis shalat
yang langsunh di asuh oleh kiai kitab yang dikaji adalah kitab hadits.

Tidak hanya materi pelajaran yang bersifat formal saja yang di evaluasi,
kitab-kitab yang dikaji yang bersifat tambahan juga dievaluasi, akan tetapi
kitab yang dievaluasi hanya yang berkaitan dengan fiqih, qa’idah arobiyah
(nahwu shorof) dan alqur’an. Untuk kitab tauhid yang dikaji pada waktu
setelah shalat asar tidak diujikan melainkan hanya guru bidang studi saja
yang mengevaluasi tidak menjadi penilaian khusus.
81

Dari apa yang dijelaskan diatas, pengajian di pesantren tidak


mengembangkan daya hafal. Dan ukuran untuk dapat naik kelas atau
tidaknya, santri cukup menghafal materi yang diajarkan sesuai dengan apa
yang ditulis di dalam kitab. Santri tidak sepenhnya dituntut untuk mengerti
apa yang dihafalkannya itu. Kenaikan tingkat dalam pengajian tersebut
memang diakui oleh pengajarnya sendiri cukup ketat. Dan hal tersebutbagi
pengajar tidak menjadi persoalan, karena baik dari segi waktu maupun dari
segi tuntutan kirikulum tidak terlalu mengikut, berbeda dengan tuntutan
kurikulum sekolah.

Dewasa ini sangat berbeda, ketika ditanyakan tentang sejauh mana


penguasaan para santri terhadap kitab kuning telah terjadi pendangkalan
penguasaan kitab-kitab dari para santri, baik dari segi kemampuan
membanca, memberikan kedudukan bacaan, menghafal maupun pemahaman.
Boleh diakui diantara santri, Karena padatnya jam belajar dan tugas para
santri di pesantren.

Dari penjelasan diatas terlihat dengan jelas bahwa para santri lebih terikat
kepada pendidikan sekolah, mereka merasa lebih baiktidak naik kelas dalam
pengajian daripada tidak naik kelas dari pendidikan sekolah.orientasi ijazah
formal jauh lebih penting bagi para santri. Disinilah kemudian pengajian
kitab menjadi tanggung jawab lembaga untuk peran aktif dalam menjadikan
santri untuk lebih memahami kedua pendidikan tersebut baik pendidikan
salafi yang memuat pelajaran kitab-kitab kuning dan pendidikan modern yang
ada di sekolah.

c. Management Administrasi

Adapun hal yang terpenting adalah aspek yang berkaitan dengan


manajemen administrasi pendidikan. Catatan ini penting dilakukan mengingat
modus keberhasilan suatu system pendidikan sangat dipengaruhi oleh
penataan managemennya, terlebih pesantren qotrun nada mengembangkan
kolaborasi pendidikan salafi dan modern dengan system persekolahan,
82

dimanakeadaan semakin kompleks dan secara kuantitas jumlah santri dari


tahun ke tahun semakin bertambah. Pesantren Qotrun Nada secara relative
telah mengalami keberhasilan. Diantaranya banyak alumni yang berkipalah di
dunia pendidikan, seperti memimpin majlis ta’lim dan juga mampu bersaing
dengan yang lain, terbukti jelas ada alumni yang mendapatkan beasiswa
untuk meneruskan pendidikan di universitas di luar negeri walaupun tidak
semuanya. Namun demikian proses administrasi dan manajemen di pesantren
belum sepenuhnya dilakukan secara propesional.

Menurut pengamatan penulis dapat dikatakan, bahwa manajemen dan


administrasi pendidikan di qotrun nada belum dilakukan secara professional
karena masih adanya kecendrungan dilakukan secara alamiah yaitu pola
manejerial yang tepat hampir sama dari tahun ke tahun.

Perubahan yang mendasar dalam pendidikan agaknya belum terlihat


secara lebih jelas. Misalnya proses penerimaan santri baru dari tahun ke tahun
masih dilakukan dengan pola yang sama sebagaimana umumnya yang
dilakukan yang lainnya yaitu masih dilakukan secara terbuka dalam artian
terbuka untuk siapa saja yang mendaftarkan diri ke pesantren yang
mempunyai latar belakang dan kemampuan yang berbeda tanpa mengadakan
usaha seleksi calon santri baru secara kualitatif, setiap calon santri yang ingin
mendaftarkan diterima dengan syarat yaitu bersedia mengikuti pengajian dan
berkeinginan untuk memperdalam ilmu agama.

Didalam berjalannya pesantren Qotrun Nada dengan jumlah santri yang


bertambah banyak tentunya dihadapkan dengan berbagai kendala. Secara
umum kendala-kendala yang dihadapi didalam pendidikan qotrun Nada
adalah sma halnya yang dihadapi sebagian pesantren yang lain.Anwar
Zainuddin dalam wawancara menyebutkan beeberapa factor yang menjadi
kendala dalam pengembangan pendidikan, yaitu pelaksanaan kolaborasi
pendidikan salafi dan modern.. pertama adalah masalah klasik yaitu masalah
kesulitan dana, termasuk didalamnya sarana prasarana. Kedua, kurikulum
83

yang senantiasa berubah-ubah, termasuk didalamnya tenaga pengajar atau


guru yang belum memadai. Dan ketiga, tidak seimbangnya kemampuan santri
yang masuk.

Menyangkut masalah sarana dan prasarana, terutama yang menyangkut


gedung asrama, ruang belajar dan alat-alat serta ruang laboratorium di
pesantren qotrun nada memang sudah tersedia dengan baik. Tetapi seiring
dengan semakin meningkatnya jumlah santri semua itu menjadi kurang
memadai. Jelas masalah ini terkait dengan masalah dana. Sekarang sedang
direncanakan penambahan gedung asrama dan ruang belajar.

Yang kedua, kurikulum yang senantiasa berubah-ubah dan kualifikasi


tenaga pengajar yang belum memadai. Menyangkut tenaga pengajar baik
untuk tingkatTsanawiyah dan Aliyah, sampai saat ini belum memenuhi
standar yang diharapkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Guru yang
berttugas baik di Tsanawiyah dan Aliyah dengan pendidikan beragam.
Kebanyakan berkualifikasi pendidikan S1 dan masih ada juga guru yang
lulusan MA mereka adalah alumni pesantren Qotrun Nada sendiri yang di
pinta bantuan utuk mengabdi di pesantren.

Untuk meningkatkan mutu guru, khusus bagi mereka yang lulusan


Madrasah Aliyah yang di angkat sebagai pengajar di pesantren, pihak
penyelenggara pendidikan tepatnya kiai dan pimpinan pesantren mengambil
kebijakan baru sebatas anjuran, yakni menganjurkan mereka untuk
melanjutkan kuliah ke jenjang SI. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan
tidak ada lagi guru yang mengajar di madrasah Qotrun Nada tidak
mempunyai kualifikasi dan kompetensi keguruan.

Tidak hanya sampai disitu saja bentuk peningkatan mutu guru, tepatnya
tidak hanya mutu guru dalam pendidikan sekolah, banyak juga dari alumni
yang dikirim ke pesantren-pesantren salaf yang mendalami kitab kuning
diantaranya, di pesantren Lirboyo,ploso dan kudus, yang kemudian mereka
akan kembali ke Pesantren ketika mereka lulus. Dengan harapan tidak hanya
84

pendidikan sekolah yang diutamakan akan tetapi pendidikan salafi yang


mempelajari kitab kuning.sehingga kedua sistem pendidikan tersebut berjalan
dengan sejalan.

Masalah yang terakhir adalah tidak seimbangnya kemampuan santri yang


masuk. Dan hal ini jelas berdampak kepada mutu lulusan yang semakin
menurun. Tidak seimbangnya kemampuan santri tersebut karena memang
selama ini tidak pernah diadakan seleksi calon santri. Yang dipentingkan
selama ini adalah kemauan bagi santri yang mondok untuk mendalami ilmu
agama. Rencana yang dilakukan untuk menjelang penerimaan santri baru
ajaran 2014/2015 akan diadakan penyeleksian, minimal calon santri dapat
membaca dan menulis Alqur’an.
85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang dijelaskan diatas, pengajian di pesantren tidak


mengembangkan daya hafal. Dan ukuran untuk dapat naik kelas atau tidaknya,
santri cukup menghafal materi yang diajarkan sesuai dengan apa yang ditulis di
dalam kitab. Santri tidak sepenuhnya dituntut untuk mengerti apa yang
dihafalkannya itu. Kenaikan tingkat dalam pengajian tersebut memang diakui oleh
pengajarnya sendiri cukup ketat. Dan hal tersebut bagi pengajar tidak menjadi
persoalan, karena baik dari segi waktu maupun dari segi tuntutan kurikulum tidak
terlalu mengikut, berbeda dengan tuntutan kurikulum sekolah.

Dewasa ini sangat berbeda, ketika ditanyakan tentang sejauh mana


penguasaan para santri terhadap kitab kuning telah terjadi pendangkalan
penguasaan kitab-kitab dari para santri, baik dari segi kemampuan membanca,
memberikan kedudukan bacaan, menghafal maupun pemahaman. Boleh diakui
diantara santri, Karena padatnya jam belajar dan tugas para santri di pesantren.

Dari penjelasan diatas terlihat dengan jelas bahwa para santri lebih terikat
kepada pendidikan sekolah, mereka merasa lebih baiktidak naik kelas dalam
pengajian daripada tidak naik kelas dari pendidikan sekolah.orientasi ijazah
formal jauh lebih penting bagi para santri. Disinilah kemudian pengajian kitab
menjadi tanggung jawab lembaga untuk peran aktif dalam menjadikan santri
untuk lebih memahami kedua pendidikan tersebut baik pendidikan salafi yang
memuat pelajaran kitab-kitab kuning dan pendidikan modern yang ada di sekolah.

Setelah mencermati pembahasan pada bab-bab di atas, dapat dibuat suatu


kesimpulan bahwa pada umumnya sejarah pertumbuhan dan perkembangan
pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam serta sejarah
pertumbuhan dan perkembangan Islam dengan mengkolaborasikan antara
pendidikan salafi dan pendidikan modern yang banyak pada saat ini pesantren
86

pesantren di Indonesia menerapkan sistem ini, pendidikan salafi dengan mengkaji


kitab-kitab kuning dengan sistem sorogan, bandongan, dan halaqoh sedangkan
pendidikan modernnya dengan sistem sekolah atau madrasah dengan jadwal dan
materi pelajaran yang sudah diatur oleh lembaga. Ternyata semua itu bukan hanya
semata-mata didasari oleh motif dan tujuan menggali ajaran-ajaran Islam dari
sumber aslinya, tetapi juga tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial. Demikian
juga mengenai sejarah kelahiran Pondok Pesantren Qotrun Nada pada tahun 1996
diawali dengan pengajian majlis ta’lim dan santri kalong, seiring berjalannya
waktu, dalam perkembangannya menerapkan pengkolaborasian antara pendidikan
salafi dan modern.sejarahnya berdirinya pesantren didasari oleh motif dakwah,
mengembangkan ajaran-ajaran Islam dan menggali ajaran-ajaran Islam dari
sumber aslinya dan juga keinginan yang sangat dari para orang tua yang ingin
mendalami ilmu agama dan juga untuk mempertahankan Aqidah Ahlus Sunah
Wal Jamaah.
Tidak dapat dipungkiri dengan adanya pengkolabaorasian antara pendidikan
salafy dan modern, secara relatif mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
Antara lain secara sosiologis minat dari masyarakat yang begitu banyak untuk
memasukaan anaknya ke Pesantren Qotrun Nada dengan harapan menjadi
manusia yang mampu mengamalkan syari’at Islam secara lebih baik, disamping
itu santri tidak hanya mampu didalam menguasai kitab kuning saja akan tetapi
mampu juga menguasai ilmu umum, terbukti dari alumni yang mampu bersaing
dengan pesantren lain khususnya di kota Depok.
B. Implikasi
Dari kesimpulan di atas, adapun implikasinya adalah bahwa pendidikan Islam
dan pesantren sudah seharusnya melakukan pengembangan baik secara metode,
kurikulum, maupun kelimuwan. Pesantren juga harus sadar, bahwa fungsi tidak
hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi lembaga sosial kemayarakatan
yang tentunya bersinergi dengan masyarakat. Dengan demikian pesantren dapat
memposisikan dirinya sebagai lembaga yang mampu mengembangkan sistem
keilmuwan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu pentingnya
pendidikan pesantren yang mengkolaborasikan antara sistem pendidikan salafi
87

dan modern bagi kehidupan generasi Islam sekaran sehingga tidak hanya
bersandar dari sumber Islam aslinya tetapi terhadap kehidupan sosial.
C. Saran
Demikianlah sejumlah pokok pikiran yang dapat penulis sajikan berkaitan
dengan pengembangan pendidikan agama Islam dengan sistem kolaborasi
pendidikan salafi dan modern.yakni dengan sistem madrasah di pesantren.
Diharapkan model pesantren ini mampu menjadi lembaga pendidikan yang terus
eksis untuk masa depan pendidikan Islam.
Tulisan ini diharapkan bias merangsang pengelola pesnatren untuk terus
mengembangkan pendidikan dengan kolabaorasi dua model pendidikan yakni
slafi dan modern dengan bentuk nadrasah di pesantren, apabila memungkinkan
mampu membentuk perguruan tinggi Islam yang yang menjadi model pendidikan
yang banyak diminati oleh masyarakat muslim.
Harapan ini tentu tidaklah dibangun tanpa dasar. Dewasa ini sistem
pendidikan di sekolah hamper kehilangan nilai-nilai spiritual, yang disebabkan
oleh pengaruh ekonomi matrialisme dan globalisasi, sehingga minat siswa hanya
memburu nilai dan mampu mendapatkan pekerjaan setelah lulus, tanpa dilandasi
dengan nilai keagamaan dan menuntt ilmu karena realisasi dari ibadah.
Sementara itu, lembaga pendidikan pesantren itu mempunyai kelebihan
dalam hal pembinaan mental spiritual dan penanaman moral keagamaan,
kolaborasi pendidikan salafi dan modern ini diharapkan mampu saling
melengkapi satu sama lainnya yaitu adanya sistem madrasah atau sekolah dengan
pendidikan sistem pesantren.
88

Daftar Pustaka

Ali Aziz, Moh. Makna Manajemen dan Komunikasi bagi Pengembangan


Pesantren. Yogtakarta: Pustaka Pesantren,2005.

Ali, Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali, 1987.

Al-Tommy al –Syaibany, Omar Muhammad,Falsafah Pendidikan Islam,alih


bahasa: Hasan Galunggung, Jakarta:Bulan Bintang,1979.

Aly, Abdullah, Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam.Bandung : Pustaka


Setia, 1998.

AN Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan


Masyarakat. Jakarta:Gema Insani,1995.

Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009.

Arifin, H.M. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum.Jakarta:Bumi Aksara,


1995.

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium


Baru. Jakarta: Logos, 1999.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008.
Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya mengenai Masa Depan Indonesia.Jakarta:LP3ES,2011.
Dirjosanyoto, Pradjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren Kiai Langgar di Jawa.
Yogyakarta: LKIS,1999.
Djamas, Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca
Kemerdekaan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009) h.20
89

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2011.
Fadjar, A.Malik, Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2005.
Faiz, Ahmas, Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat.
Solo:Naashirussunnah, 2012.
Farhan, Hamdhan, Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik
Masyarakat Pesantren. Yogyakarta:Pilar Religia, 2005.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:LSIK,1996.
Hidayat, Hendra, Efektivitas penerapan metode Amtsilati terhadap Siswa MA
Pondok Pesantren Qotrun Nada, Tesis pada Pasca Sarjana UIK Bogor.
Horikhosi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial. Jakarta:P3M,1987.
Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional, 1997.
M.Dian Nafi,dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren.Yogyakarta:LkIS Pelangi
Aksara,2007.
Madjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren.Jakarta : Paramadina, 1997 .
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta : Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Mashudi A, Ubay, Metamorfosa Pesantren, Tradisi, Modernitas dan
Postradisionalisme, Mozaik Pesantren,2005
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren.Jakarta: INIS, 1994.
Mujib, Abdul, Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, kajian Filosofi dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Tiga Karya,1993.
Munjin N, Ahmad, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, tudi Kasus PP.
Lirboyo Kediri. Kediri: t.p, t.t.
Munjin, Ahmad, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail.Kediri: P.P Lirboyo,
2002.
90

Nasir, Sahilun A. Pendidikan Agama (Sejarah Dasar Hukum dan Masalahnya).


Surabaya : Yayasan MPA, 1981.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, 1979.
Nasution,S. Metode Research. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,2010.
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,2005.
Qomar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi
Institusi.Jakarta: Erlangga,t.t.
Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga,2009.
Rahardjo, Madrasah Sebagai the Centre of Excellence. Yogyakarta:kerja sama
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dengan pustaka pelajar
Yogyakarta,2002.
Rahim, Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.logos
Wacana Ilmu,2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994.
Rosyad, Sholeh, Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren Di Banten.
Banten:LPPM La Tansa.
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988.
Sajjad, Syeikh ,Syeikh Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam.
Bandung: Risalah Press, 1993.
Shihab, Quraish, Tafsir Al amanah. Jakarta,Pustaka Kartini, 1992.
Singarimbun, Masri, Sofian Efendi (Penyunting), Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES, 1989.
Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV.Rajawali,1992.
Sukamto,Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta:Pustaka, LP3ES 1999.
Syafi’ie Noor, Ahmad, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren
Tradisional. Jakarta:Prenada Media Group, 2009.
Syakier, Achyanuddin., Wakil Direktur, wawancara Pribadi, Depok,09 Oktober
2013
Syaodih S, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori da Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2010.
91

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2001.
WJS, Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
1991.
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional. Jakarta : Ciputat Press, 2002.
Zamiek, Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986.
lI :
I

KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082


,ffii:.
_si";,
iryr:l:: : il*'
UIN JAKARTA Tgl.Terbit : 1 Maret 20'10
FORM(FR)
6,"#iii$fi
FITK No. Revisi:
Jl. h'. H. JLtatlda l\lo 95 Ciputat 1t4 | 2 lndonesia
Hal
S U R A TP E R M O H O N AIN
Z I NP E N E L I T I A N
N o r r r o: rU
' n . 01/ F ,I i l ( M . 01. 31. . . . . . . . D103 Jakafta,I 5 Septernb
er 2013
Latrp. : Otttl irte/Prolto.su I
Hal : PcnnohonanIzin Penelitian

I(epaclaYth.

Pimpinan Pondok PesantrenQotr-unNacia


di
Tempat

Assa I ttnttt' crI ui h rnr yvr".tt,b.


Dengan hormat karni sampaikanbahrva,

Nama : SandyMeylaz
NIM : 1 0 9 0110 0 0 1 3 4
Jurusan : Pendidikan
Aganra
Islarr
Semester : iX (Senibilan)
.ludul Skripsi : Pelnksunctatt PenclitlikonSulafi,dunModern r.liponcJok
Kolabot"ct.:-i
P e.stt t t tret t Qotn rrt N u tlct

at-lalah
benarmahasiswa/iFakultasIlrnu TarbiyahclanKeguruanuIN Iakafta yang
seclaug rrenyllsun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instansi/sekol
ah/rradrasahyangSaudara pirnpin.

Untuk itu kami tnohon Saudara dapat rner,gizinkan mahasiswa tersebut


rnelaksanakanpetrelitiandimaksud.

Atas pelhatiandan kerja samaSaudara,karri ucapkanterima kasih.

II,1r.s.s
u I u ntrr' u I ui kttnr t,r,r.u,b.

a.n.Dekair
I(aju1 idikanAgamaIslam

lI, .Ag
;,NIP 80r 071998031 002
Ternbusan:
L DekanFITK
2. PenrbantuDekanf3iclatig
Akademik
3. lVlahasisr,va
vangbcrsangkutan
!o'
!

g#ru@&mm ffi
ilIIIR
|l||TNUil
Wffiffiffiffiffiffi

No- r4
a23/ ro.22IPPQN/rV/20
Hal. Surat Keteransan Penelitian

SURAT KETERANGAN

Yang bertandatangandi bawahini :

Nama : Drs. KH. BurhanuddinMarzuki


Jabatan : Pengasuh Pon-PesQotrunNada

Denganini menerangkanbahwa,yangtersebutdi bawahini :

Nama SandyMeylaz
NIM 10901 1000134
Jurusan PendidikanAgamaIslam
Fakultas Ilmu TarbiyahdanKeguruan
UIN Syarif HidayatullahJakarta

Adatah benar telah melalarkan Penelitian pada Pondok Pesantren Qohun Nada Depok
sebagai bahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul 'Pelaksanaan Kolaborasi
Pendidikan Salafy dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada", terhitung sejak
bulan Oktober s.d. Desember 2013 dan yang bersangkutantelah melaksanakantuga-mya
dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan benar, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Depok, 2 1pnl20l4

,r:iiiltr:rtii

,: ,:ai
:ll :ll:'
'::r'

:li:i
.,:a:.i:,a...
'::l': l1l
',.:it:r..

iii .,i:,: , :1.

r,rr]]ir'""r'l:,
'i:r i:
]:,,
'''t:..
1,,
/
1

Pedoman Wawaneara

Nama : K.H Burhanudin Marzuki

Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren Qotrun Nada

Tempat Wawancara : Pondok Pesantren Qotrun Nada (dikediaman- beliau)

Tanggal :25 Oktober}Al3

l Menrrut bapak kyai bagaimana kondisi objektif mengenai pesantren dan pendidikan
lslam?
Pendidikan Islam saat ini sudah mengalami perkembangan, tebukti dengan
banyaknya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti halnya pesantren, kalaupun
adanya rintangan itu tugas daripada orang yang didalarn lernbaga itu yang harus
menghadapinya dan diselesaikan. Pesantren sekarang ini sangat rnenjadi sasaran
tepat bagi masyarakat, melihat sekmang banyaknya tawuran pelajman, obat
terlarang bahkan pergaulan bebas, dan pesantren merupakan solusi yang tepat
menurut saya.

2. Kenapadisebut nama QotrunNada?


QotrunNada ini adalah pemberian namadui guru saya Alm.KH. Ahmd Zaimyang
pada saat itu saya ingin rnendirikan pesantren dan sowan kenrmah beliau."Qotrun
Nada" yang memiliki arti'Tetesan Embnn Pagr', Dengan ftlma Qotrun Nadalatr
kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi generasi penerus
yang memiliki pemikiran Kreatif, Inovatif, serta Positif dan dengan landasan yang
berdasarkan atas Al Qur'an dan Hadits, seperti halnya tetesan embun yang
senantiasa Allah turunkan dari langit yang mernbawa pencerahan untuk alarn
T
I

disekelilingnya.

3 . Apa Alasan Pak Kyai dalam menerapkankolaborasi pendidikan sala$' dan modern?
Pada awalnya saya tidak menyangka pada kemudian mendirikan pesantren,jelasnya
pesanben Qotrun Nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi dan modern
disatu sisi sebagai respon terhadap perkembangan zaman dan juga mempunyai
tujuan unhrk dapat mempertahankan dan mengembangkan ide-ide ulama terdahulu.
Tradisi kajian kitab-kitab kuning, karya para ulama adalah satu sisi yang har,us
dipertahankan
4. Apa yang menjadi problem utama dari pengembanganpesantren?
Masalah yang dihadapi adalah tentu saya sadari pembiayaan, karena maaf saya
termasuk orang yang gak mau mudah membuat proposal untuk pembangunan
pesantren. Saya yakin dengan prinsip keberkahan yang diajarkan oleh guru-guru
saya, dan juga dalam Alqur'an dijelaskan siapa yang menolong agaf,naAllah Allah
akan menolonnya,jadi itu yang sayapegangsecaraistiqomah.
5 . Menurut bapak Kyai, apa yang menjadi rahasia sehingga pesantren tetap survive
dalam menerapkan sistem tersebut?
Itu yang tadi saya bilan kberkahan dan juga saya tanamkan kepada guru-guru disini
untuk menanamkan keikhlasan dalam menanamkan ilmu, tetapi bukan berarti kami
mengabaikmr apa yang menjadi hak guru, dan juga sya yakin bekah ari doa orang
tua saya dan guru-guru saya
6. Ide atau hal apa saja yang bapak lalnrkan dalam upaya mengembangkanpesantren?
Terus mningkatkan kualitas guru-guru dan menyalurkan para alumni kepadajenjang
pendidikan selanjutna, karena besarnya pesantren juga dipegang oleh pata
alumninya. Menggabungkan dua kurikulum yang digunakan di pesantren, yakni
kurikulum dinas dan kurikulum pesantreaitu sendiri
/
1I

7. Menurut bapak metode apayangperlu digrrnakan dalam proses pembelajaran?


Selarnaini rnetode yang diterapkan adalah sesuai dengan pendidikannya baik salaff
dan modern
8. Bagaimana minat belajar santri dengan adanya dua kolaborasi pendidikan tersebut?
Alhamdulillah yang saya perhatikan sanhi merasasenang dan nyama, walaupun ada
saja rnereka yang merasa pusing pada awalnya terutanra bagi rnereka yang dari
SMP.
9. Menunrt Pak kyai lebih dominan mana kemampuan santri dalarn penguasaan
pelajaran, agamakahatau umum?
Banyaknya santri dominan kepada pendidikan pesantren
10. Metode apa saja yang diterapkandi pesanftenini?
Biasanya pesantren menerapkan metode yang sering dipakai atau dikenal adalah
metode sorogan, wetonan atau bandongan. Tetapi yang saya terapkan selain
beberapa metode tersebut, saya juga menerapkan rnetode keteladanan. Ini adalalt
metode yang paling efektif dan efisien
11. Apa harapandan dan prospek kedepanQotrun Nada ini?
Harapan saya sampai kapanpun Qotrun Nada harus tetap exist dan terus mengalami
perkembangan, rencana 2 tahun kedepan hasil ari diskusi para pimpinan akan
mendirikan Sekolah tinggi agarrLaIslam.mohon doanya saja.

,'{
/i
t

PedomanWawancara

Nama UstadzAnwar Zainudin

Jabatan SekretarisPondokPesantrenQotrun Nada

Tempat Kantor Pondok PesantrenQotrun Nada

Tanggal

PesantrenQotrunNada?
1. Apa yangandaketahuitentangPondok
Saya disini sebagai alumni yang kebetulan diangkat oleh pimpinan, Qotrun
nadayangsya ketahui adalah pondok yang menerapkanpendidikan salafy dan
modernjuga dengankedidiplinannya.
penerapanyang dilakukan Qotrun Nada salafy
2. BagaimanapandanganandaTerhadap
dan Modern?
Pandangansaya penerapanini bagus sekali buat santri, karena tidak hanya egama
yang mereka ketahui begitu juga umum. Sehinngamereka dapat menerapkannya
dalamkehidupanbermasyarakat
3. BerapaJumlahsantripadasaatini?
Jumlah santri pada saat ini berjumlah 1600 santri putra putri denganunit Mts dan
MA
4. Apa yang bapak ketahui tentang upaya Kyai Burhanudin dalamupaya
pengembanganpendidikanIslam dan pesantren?
Beliau istiqomah dalam melakukannyadan secarasabarbeliau melakukannya,dan
juga beliau sukamelakukandakwar-dakwah.
5. Menurut ustad bagaimanacara mengetahui,gambarandan rahasia agar pesantren
tetap survive kaloborasipendidikansalaf dan modern?
Dengan cara kurikulum pendidikan yang bisa dilihat dari muatan mata pelajaran
yang tidak hanya menekankandari mata pelajaran nasional, akan tetapi terdapat
r
)

muatan pelajaran-pelajaransalafi seperti kitab-kitab kur,r,ing,sedangkangambarandi


pesantren tidak rnengembangkandaya llafal. Dan ukuran untuk dapat naik kelas
atau tidaknya, santric ukup menghaf'al materi yang diajarkan sesuai dengan apa
yang ditulis di dalarn kitab. Sehinggadengan adarryaintegrasi antara pendidikans
alafu dan modern, s€cararelatif marnpu rnencapai tujLlan yang dihar4pkan. Antara
lain secarasosiologis rninat dari rnasyarakatyang begitu banyak untuk mernasuka
ananaknya kePesantren Qotrun Nada dengan harapan menjadi manusia yang
rnarnpu mengarnalkansyari'at Islarn secaralebih baik, disarnping itu santr itidak
hanya rnampu di dalam rnenguasaikitab kunings aja akan tetapi rnampu .iuga
menguasai ilmu umum, terbukti dari alulnni yang bisa bersaing dipesantren
pesantrenlain ktrusunyadi kota depok.

i
IJ
I

P*ofit- Po{{Ixil( RCsdtilTf,€il

1 Nama : PondokPesantren QotrunNada


2 {krprStatisti* :5-1S3?7€OO35
3 AlamatLengkap Jl.Pon.Pes QotrunNadaNo.1 RT.02/03
Kelurahan Cipayung Jaya
Kecarnatan Gpayung
KotaDepok
ProvinsiJawaBarat
5 NPWP 21.A87.764.3-412.001
5 NamaPirnpinan Drs.KH.Burhanuddin Marzuki
7 NomorTelp. o21-VVW3
8 NamaYayasan Yayasan QotrunNada
9 AlamatYayasan : Jl.PonPes QotrunNadaNo.1 RT.02/03
: KelurahanGpayunglaya
: Kecamatan Cipayung
: KotaDepok
: ProvinsiJawa Barat
10 Telp.Yayasan :O2t-7764463
13.{h- Alde eadirian Yayasan : O3./!. Gktotrer 2O01
12 Kepemilikan Tanah : Yayasan
a.StatusTanah
b, LuasTanah : 150ffi M2
L3 StatusBangunan : Yayasan
t4 LuasBangunan : !200QMz
15 DataSantridalam3 TahunTerakhir

|(dasl l(ehs ll l(e*as lll JrffiHl


Tahtm
Aiarati Jml, Santri Jml, Rombel Jml. Santri Jml. Rombel Jml. Santri Jml. Rombel Iml. Santri Jml. Rombel

nLLl2012 293 I 182 6 169 6 644 20


2012/2Ot3 332 9 237 8 t7t 6 74C 23
2073/2DL4 357 17 265 I 2r7 7 839 2E

KelaslV KelasV KelasVl Jumlah


Tahun
Ajaran Jml.Santri Jml.Rombel Jml.Santri Jml. Rombel Jml.Santri Jml. RombelJml.SantriJml.Rombel

zOtU2Ot2 195 6 139 5 Lt7 4 451 15


20a2/2s13 2L0 7 T€;1 6 i31 5 508 18
2OL3/2OL4 224 7 172 5 156 6 552 19

Tshrill Jrnnlahiltsclsnrltrr
Aiaran JmLSantri Jml.Rombel
z0tu2O!Z 1095 35
zo12r20t3 t;24 4t
I
I

16 Data Sarana dan Prasarana


Jml.R. KategoriKerusakan
Jml. R.
No JenisPrasarana Jml. Ruang Kondisi Rusak Rusak
Enn&si8p.dlt
Rusa* ninsan Sadang RusakSerat
I RuangKelas 45 30 t5 15
2 RuangPerpustakaan 1 1 L
3 R.Lab.IPA
4 R.Lab.Biolosi
5 R.tsb.fisib
6 R. Lab.Kimia
7 R.Lab.Komputer 4 4
8 R.Lab.Bahasa 1 I
9 R. Pimpinan 1 t
u R Gur-u I I
11 R.TataUsaha 1 L
L2 R.Konselins 1 1
L

13 Iernpat lbadah 2 2
t4 R.UKS 1 1 7
15 WC 100 90 10 10
16 Gudang 3 3
t7 R.Sirkulasi
18 TernpatOlahnaga t 7
19 R.Osis 2 2
20 R.Lainnya

L7 ffi fen#*kdan TenagatGper+didi*an

No Keterangan lumlah
Pendidik
1 GuruPNSDiperbantukan
Tetap 10
2 GuruTetapYayasan 50
3 GuruHonorer 40
4 GuruTidakTetap
Teraga(ependiditan
1 Pimpinan 1
2 WakilPimpinan 2
3 ru I
4 Pustakawan 1
5 Laboran 1

Pergg:+*,

't

,l
"t
I
I

UJI REFERENSI

Nama :SandyMeylaz

NIM : 109011000134

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul skripsi :PELAKSANAAFI KOLABORASI PEFIDIDIKAI\ SALAF'Y


DAI\ MODERN DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA

DosenPembimbing : Bapak.Dr.Dimyati,M.Ag

No .IudulBuku Paraf Pembimbing


I A.MalikFadj a4 HolistikaPemikiranPendidikan,Jakarta:PTRaja
GrafindoPersada2005.
2 Abdurrahman AN Nahlawi, Pendidiknn Islam di
koIahdanMasyaraknt,I akarta:GemaInsani, 1995.
RumahS
J AbudinNata"F il safutPendidikanI slam, Jakarta:Gaya Media
Pratama2005. cet.Ke-I. \

\ (rhr
4 AbudinNata llmuP endidikanIslam, Jakarta:Kencan420l0,
cet.Ke-2.

\V"
5 MiSasono,dkk, Solusi Islam Atas Problem,aiko
Umat,Jakarta:GemalnsaniPress,1998.
6 Ahmad Munjin, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail,
Kediri: P.PLirboyo,2002.
7 Ahmad Syafi'ie Noor, Orientasi PengembanganPendidikan
Media Group, 2009.
PesantrenTradisional,Jakarta:Prenada
I AhmasFaiz, Pendidikanlslam, Basis PernbangunanUmat.
12.
Solo:Naashirussunnah.20
9 Amir Dalen Indnrkusuma, PengantarllmuPendidikan,Surabaya
: UsahaNasional,1997,cet.Ke-2.
1 0 AzyamafiiAzru Pendidikan Islam Tradisidan Modernisasi
Menuju Miliniem Barat, Ciputat: PT.LogosWacanaIslam, cet,
L.

"{
.E
1

unilwsi' Epanomi'
Jakarta:Kencana'
Kebijakan Publih dan llmu SosiolLainnya'
2008.
Kqita
Uammadin datr Abdullah AIY'
*A rvtu-ttutwtr

Islarn,Bandmg:PustakaSeti41998,cet' Ke-1'
ArulisisData' Iakafia:

RajaGrafindoPersada20 I t "
ngnn,Ya' Jakarta

: LogosWacanallmu,1999,cet' Ke-2'
Il*" Pendidikan Islam' Jal a: PT'BmiAlisara'
H.l/l ffi,

ifo" Islam danUmumn

I 995.
Jakarta:BumiAksara"
dan Pembaruan
Media
PendiditrnnIslam di Indonesia,Jakarta:KencanaPrenada

Tengkar Pesantre.n:
Resolusi Konflik tfasyarakat Pesantren'Yogyakarta:Pilar

AsPekttYa'Jakarta:

m' Jakarta:PT Raja

ttam di
Indonesia,Iakarta:LSlK,I 996'
ol'on Sosial'

ffiairsn d iI n d o nsei a '


Islam
llmu,?0q]
Jakarta:PT.logosWacana
SfuiPsi' Tesis'
"t
Media
Disertasi, dan KaryaI lmiah, Iakerta" KecanaPrenada
Group,201l,Cet.1.
mbelajaran Pesan*en

Yogyakarta:LkiSPelangiAksara,2007'

I
vI

27 Manfred Zarniek, Pesantren Dalam PerubahanSosial,l akarta:


P3M, 1986),Cet.Ke-1
28 Mastuhu, Dimmika Sistem Pendidiknn Pesantren,lakafia:
INIS. I994.
29 Moh. Ali Azu, Maldnn Manajemen dan Komuniknsi bagi
P engembangan P esantren Yogtakarta:Pustaka Pesantren,2005.

30 MozaikPesantren,MetamodosisPesantren(Iradisi, Modernitas
dan Postradisionalisme),
Bandung:2005
Islam,kajian
3 1 MuhaimindanAbdul Muj ib, PemikiranPendidikan
Filosofi dan Kerangka Dasm Operasionalisasiny4Bandung:
Tiga Karya,1993.
32 MuhibbinSyah,Psilcologi Pendidikan denganpendekatan Baru,
Bandung PT RemajaRosdakary4
2006.

JJ MujamilQomar, Manojemen Pendidikan Islam, Jakarta:


Erlangga,2009.

34 Nana SyaodihSukmadinat4 PengembanganKurikulum Teori


L\U
dan Prah ek, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,20
| 0.
3 5 Nasution,Metode Research,Jakarta:PT BumiAksarq 2003,
Cet.6,
36 Nurcholis Madj id, Bil ihB ili kPesantren, Jakarta:Paramadin4
1997. Cet.Ke-l.
3 7 Nurhayati Djamas,Diramikn PendidikonIslam Di Indonesia
PascaKemerdekaaaJakarta:Raja
GrafindoPersada,2009.
3 8 OmarMuhammadAl-Tommy al -Syaibany,Falsafah
PendidikanIslam,alihbahasa:HasanGalunggung,Jakarta:Bulan
Bintane,1979.
3 9 PradjotoDirjosanyoto,Memelihara Umat Kiai PesantrenKiai
Langgardi Jawa, Yogyakarta:LKlS,I 999.
40 Purwadarminta,WJS, Kamus UmumBahasaIndonesia, Jakarta
:BalaiPustaka
1991.cet.Ke-12.
I
4 1 QuraishShihab, Tafsir Al amanah, Jakarta,PustakaKartini,
1992.
/
42 Ramayulis, IImuPendidikan Islam, Jakarta :KalamMulii)Dq4,

,q
F
I
I

cet.Ke4.
43 SahilunA. Nasir, Pendidikan Agama (Seiarah Dasar Huhtm
dan Masalahnya),Surabaya:YayasanMPAe 1981,

44 SholehRosyad SebuahPembaharusnDunia PesantrenDi


(
Banten,{Banten:LPPM La Tansa),
45 SoerjonoScekanto, Sosialogi Suatu Pengontar, lakarta:

47
CV.Rajawali,lgBZ.
Syeikh Sajiaddan Syeikh Ali Ashrat Menyongsong
Ap
KeruntuhanPendidikanIslam, Bandung:RisalahPress,1993.
\
48 W.J.S. Poerwadaminta Kamus Urnutn Bahasa Indonesia
edisikctiga, Jakarta:BalaiPustaka"200T

49 Yasmadi,Modemisasi PesantrenKritik Nurcholis Madi id


TerhadapPendidikm Islam Tradisional, Jakafia:Ciputat Press,
2002.Cet Ke-I.
50 ZamakhsyariDhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai,Cetnl<an IV, Jakarta: LP3ES, 1994.

,t

I
--j:--'--::--:=-

UJI REFERENSI
'?elaksanaan
Seluruh refenensi yang digunakan dalam peflulisan skripsi yang berjudul
Kolaborasi Fendidikan Sala$ dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada" yarig
disusunolehSandy Meylaz, NIM 109011000134JurusanPendidikanAgarnaIslam Fakultas
Ilnru Tarbiydr dan KeguruanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannyaoleh
dose'npembitnbingskripsi padatanggal 17 }.{arct2014

,. I
I

. ;I

.1

"l
r9
I
I

AGAMA
KEMENTERIAN No. Dokumen : FITK-FR-AKD-0BB
UINJAKARTA FoRM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari2009
fITK No. Revisi: : 00
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia Hal : 111
JURUSAN
SUNNTPERNYATAAN

Islam
rogran StudiPendidikanAg.ama
Ketua/Sekretaris Jurusan/P

menyatakanbahwa,

Nama : SandyMeylaz

NIM : 1 0 9 0110 0 0 1 3 4

Jurusan/ Prodi :P AI /Fiqih

Semester : 10(Sepuluh)

Benar telahmenyelesaikansemuaprogramakademiksesuaiketentuanyang berlaku


dan berhakuntuk menempuhUjian Skripsi(Munaqasah).

Iakuta, 17 Marct2}l4

Mengetahui, Ketua/SekretarisJurusan/Prodi
PenasehatAkade

,rr44*z!-
Drs. SaPiudinShidiq.M4
r2l00r
NrP. 194709021967 I ool
2oooo3
/NIP.1967o32s
i,/
j

KEMENTERIANAGAMA
UINJAKARTA
FITK FORM(FR)
Jl. lr. H. Juanda t'lo 95 Cipuaat15412 lndonesia

SURATBIMBINGANSKRIPSI
Nomor : Un.O1/F.
1/KM.01.3t........t2013 Jakarta,13 Februari2013
L a m p .: -
Hal : BimbinganSkripsi

KepadaYth.
Dr. Dimyati,M.Ag
Pembimbing
Skripsi
Fakultasllmu Tarbiyahdan Keguruan
UlN SyarifHidayatuttah
Jakarta.

Assalamu'alaikum wr.wb.
Denganini diharapkankesediaanSaudarauntukmenjadipembimbing| (materi/teknis)
penulisanskripsimahasiswa:
Nama SandyMeylaz
NIM 109011000134
Jurusan PendidikanAgamalslam
Semester Vlll (Delapan)
JudulSkripsi Kolaborasi Pendidikan Salafi dan Modern di pondok pesantren
Qotrun NadaDalam MeningkatkanBelajar Siswa
Judultersebuttelah disetujuioleh Jurusanyang bersangkutanpadatanggal13 Januari
2013,abstraksiloutline
terlampir.Saudaradapat melakukanperubahanredaksionalpadajudul
tersebut.Apabila perubahansubstansialdianggapperlu, mohon pembimbingmenghubungi
Jurusanterlebihdahulu.
Bimbinganskripsiini diharapkanselesaidalam waktu 6 (enam) bulan,dan dapat
diperpanjang
selama6 (enam)bulanberikutnyatanpasuratperpanjangan.
Atas perhatiandan kerjasamaSaudara,kamiucapkanterimakasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.

q,Pendidikan
Agamalslam

96803071998031 002

Tembusan:
1. DekanFITK
2. Mahasiswaybs.

Anda mungkin juga menyukai