Anda di halaman 1dari 23

Laporan Mini Riset

TANTANGAN DAN PELUANG PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA


PENDIDIKAN ISLAM RUJUKAN MASA KINI
(Studi Pondok Pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy, Bandungan Semarang)

disusun guna memenuhi tugas kuliah Kapita Selekta Pendidikan Pesantren

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Muhammad Isa Anshory, S.S.,

Disusun oleh :
Agus Saripudin (235007066)
Ummul Imamah (235007067)

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM (IIM) SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw, keluarga dan para shahabatnya. Penulis
bersyukur kepada Allah yang maha Esa karena bisa menyelesaikan penulisan laporan
mini riset ini. Laporan mini riset ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kapita
Selekta Pendidikan Pesantren.

Mini riset ini meneliti bagaiman peluang dan tantangan yang dihadapi
Pondok Pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy, Bandungan, Semarang dalam
menjaga dan mengembangkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan pondok
pesantren di era globalisasi ini. Pondok Pesantren ini disamping memiliki unit
pendidikan Tahfizhul Qur’an dan Bahasa Arab juga lebih dikenal dengan program
kursus bahasa Arabnya yang hanya dengan dua bulan mengikuti kursus ini bisa
berbicara dengan Bahasa Arab. Pola pembelajarannya dengan memadukan antara
konsep pembelajaran kursus dan pola pembinaan pondok pesantren, sehingga peserta
tidak hanya diajari berbicara bahasa arab, akan tetapi juga diajari tentang adab-adab
kepesantrenan dan akhlak Islam.

Dengan selesainya tugas ini penulis menghaturkan banyak terima kasih


kepada dosen pengampuh mata kuliah kapita selekta pendidikan pesantren atas segala
motivasi dan bimbingannya dalam penyelesaian tugas ini.

Kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta , Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................ 2
D. Kegunaan dan manfaat ...................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 4

A. Pengertian .......................................................................................................... 4

1. Peluang dan tantangan ................................................................................... 4


2. Pondok Pesantren .......................................................................................... 4
3. Lembaga pendidikan Islam ........................................................................... 5

B. Problematika Pendidikan Pesantren .................................................................. 6

1. Nilai-nilai salaf yang harus di pertahankan di pesantren............................... 6


2. Unsur-unsur Modernitas yang perlu diakomodasikan Pesantren ................ 10

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 13

A. Metode Penelitian............................................................................................ 13
B. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 14


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 17

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

iii
ABSTRAK
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang masih dipercaya dan menjadi
rujukan umat harus eksis dan berkembang dengan menjaga kekhasannya dan dengan
mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi. Sehingga dengannya mampu untuk
menjawab tantangan perkembangan zaman. Pesantren yang selama ini dikenal dengan
Lembaga Pendidikan keagamaan, juga harus mampu untuk menjawab kebutuhan dan
tantangan masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan mengadopsi budaya baru
yang mendukung perkembangan pesantren. Selain itu, pesantren juga harus membuka
peluang kepada santrinya agar mereka juga paham di bidang lain non ilmu agama,
dengan harapan bahwa mereka disamping menjadi insan-insan beriman dan bertaqwa
kepada Allah swt juga menjadi ahli dalam berbagai aspek social. Ada nilai-nilai salaf
yang menjadi kekhasan pesantren yang harus dipertahankan, yaitu: 1) Niat awal yang
menjadi tujuan utama mendirikan pesantren yaitu dalam rangka beribadah dan
memberikan pendidikan dan dakwa kepada masyarkat. 2) Elemen fungsional
pesantren yang menjadi rukun pesantren, yaitu : Kyai, santri, masjid/mushala, asrama,
penanaman adab, pendidikan dan pengajaran Islam (tafaquh fiddin) dan dukungan
masyarakat. 3) nilai-nilai dasar pesantren, yaitu: Keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kebersamaan, kebebasan yang fositif dan keistiqamahan atau konsisten.
Ada juga unsur-unsur modernitas yang perlu diakomodasikan pesantren untuk
kemjuan pesantren, diantaranya : 1) Leadership atau kepemimpinan di pesantren 2)
keorganisasian pesantren. 3) Manajemen pengelolaan pesantren. 4) Kurikulum dan
sistem pendidikan pesantren. 5) Sarana dan Instrrumen Pendidikan Pesantren. Maka,
pondok pesantren Darul Mukhlasin Al Masruri Bandungan Semarang, salah satu
lembaga pendidikan pesantren yang saat menjadi rujukan untuk pendidikan Tahfizhul
Qur’an dan Bahasa Arab, menjadi penting untuk dikaji. Pondok Pesantren dengan
kesederhanaannya jauh dari kemegahan bangunan dan sarana prasarananya mampu
menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin belajar bahasa Arab. Jenis Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan
menggunakan metode kualitatif. Peneliti berusaha untuk memahami makna dari
berbagai peristiwa dalam situasi tertentu melalui kacamata peneliti sendiri. Dan
hasilnya adalah Pondok pesantren Darul Mukhlasin Al Masruri dengan segala
keterbatasannya, mampu menarik dan memikat para pecinta ilmu untuk belajar di sana.
Metode pengajaran bahasa Arab ‘badlan’ yang diciptakan dan dikembangkan oleh
mudirnya, dengan paduan kekhasan pesantren dalam kesehariannya menjadi magnet
bagi yang ingin cakap berbahasa Arab.

Kata kunci: Pesantran, tantangan dan peluang Pendidikan Islam

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari


pembicaraan tentang pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam
tertua di Indonesia. Bahkan sebelum islam masuk ke nusantara ini pesantren
sudah ada. Menurut Nurcholis Madjid, (Nurcholis, 1997: 3) secara historis
pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman tetapi juga
mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia. Jadi pesantren
merupakan hasil penyerapan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dan
kebudayaan Islam kemudian menjelma menjadi suatu lembaga yang kita kenal
sebagai pesantren sekarang ini.

Sampai sekarang pesantren dengan segala kekhasannya masih eksis


sebagai lembaga dan sentral perkembangan pendidikan Islam. Keberadaan
pesantren masih mendapat respon positif dari masyarakat karena pesantren
mampu memberikan nilai tambah di lingkungan masarakat, ini terbukti
pesantren telah banyak melahirkan manusia-manusia beriman, berilmu dan
mampu merubah perilaku dan mental.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi di era


globalisasi ini pesantren dituntut untuk menyesuaikan diri dan mengikuti
perkembangan tersebut. Sekian kekhasan pesantren kadang di dalamnya
menyimpan problematika yang harus diselesaikan sehingga tidak menjadi
hambatan dalam mengikuti perkembangan zaman. Diantara problem yang
banyak dihadapi oleh beberapa pesantren saat ini adalah problem manajerial.

pondok pesantren Darul Mukhlasin Al Masruri Bandungan Semarang,


salah satu lembaga pendidikan pesantren yang saat menjadi rujukan untuk
pendidikan Tahfizhul Qur’an dan Bahasa Arab, menjadi penting untuk dikaji.
Pondok Pesantren dengan kesederhanaannya jauh dari kemegahan bangunan
dan sarana prasarananya mampu menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin
belajar bahasa Arab.

1
B. Rumusan Masalah

Sebagai penegasan dan untuk memfokuskan pembahasan dalam


makalah ini penulis membuat rumusan dengan beberapa pertanyaan berikut

1 Apa saja nilai-nilai baku yang menjadi kekhasan Pesantren, yang harus
dijaga dan dipertahankan

2 Apa saja nilai-nilai baru yang perlu diakomodir pesantren dalam rangka
meningkatkan kualitas manajerial pesantren.

3 Apa saja problem-problem yang dihadapi pesantren dalam menjalankan


manajemen pengelolaan pesantren.

4 Bagaimana peluang dan tantangan Pondok pesantren Darul Mukhlasin Al


Masruri dalam pengembangannya menjadi lembaga pendidikan Islam
yang tetap menjaga kekhasannya sebagai pesantren dan maju mengikuti
perkembangan.

C. Tujuan

Tujuan kajian ini adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjadi


rumusan masalah dalam tulisan ini, yaitu :

1 Mengetahui nilai-nilai baku yang menjadi kekhasan Pesantren, yang


harus dijaga dan dipertahankan

2 Mengetahui nilai-nilai baru yang perlu diakomodir pesantren dalam


rangka meningkatkan kualitas manajerial pesantren

3 Mengetahui problem-problem yang dihadapi pesantren dalam


menjalankan manajemen pengelolaan pesantren.

4 Mengetahui peluang dan tantangan Pondok pesantren Darul Mukhlasin Al


Masruri dalam pengembangannya menjadi lembaga pendidikan Islam
yang tetap menjaga kekhasannya sebagai pesantren dan maju mengikuti
perkembangan.

2
D. Kegunaan dan Manfaat

Semoga paparan ini bisa berguna dan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis menjadi bahan tambahan rujukan dalam kajian
yang lebih mendalam bagi para akademisi. Secara praktis menjadi tambahan
bahan petunjuk bagi para praktisi dunia pesantren dalam mengembangkan
sistem tatakelola pesantren.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Peluang dan tantangan


Dalam kamus besar bahasa indonesia peluang diartikan dengan
ruang gerak, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang memberikan
kemungkinan bagi suatu kegiatan untuk memanfaatkannya dalam usaha
mencapai tujuan. Sedangkan tantangan diartikan dengan hal atau objek
yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.

2. Pondok Pesantren

Adapun istilah pondok pesantren, Dr. Syamsul Ma’arif dalam


bukunya Pesantren Inklusif berbasis kearifan lokal, menjelaskan dengan
menukil dari perkataan beberapa ahli bahwa Ada beberapa istilah yang
sering digunakan untuk menunjukkan sistem pendidikan Islam ini.
Masyarakat Jawa dan Sunda sering menyebutnya dengan istilah pesantren
atau pondok. Di Aceh dikenal dengan istilah dayah, rangkang atau
meunasah, sedang di Minangkabau disebut surau. Sedangkan Zamakhsari
Dhofier menjelaskan, bahwa pesantren berasal dari kata pesantrian, yang
berarti 'tempat santri'. Istilah pesantren yang lazim disebut pondok
tersebut, memiliki kata dasar 'santri'. Kata ini menurut Profesor Johns
berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C.C. Berg
berpendapat bahwa santri berasal dari istilah shastri dalam bahasa India
berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu.(Ma’arif : 2015 hal
21)

Secara terminologis, Abdurrahman Mas'ud (2000:192)


mendefinisikan pesantren adalah "the word pesantren stems from "santri"
which means one who seeks Islamic knowledge. Usually the word
pesantren refers to a place where the santri devotes most of his or her time
to live in and acquire knowledge". Mastuhu menambahkan, pesantren
adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

4
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaqquh fi al-
din) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman
hidup bermasyarakat sehari-hari (Mastuhu, 1994: 6).

3. Lembaga pendidikan Islam

Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu


yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan
mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua
arti, yaitu: 1) pengertian secara fisik, materil, kongkrit, dan 2) pengertian
secara non-fisik, non-materil, dan abstrak.

Dalam bahasa inggris, lembaga disebut institute (dalam


pengertian fisik), yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu, dan lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut
institution, yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Lembaga dalam pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan
lembaga dalam pengertian nonfisik disebut dengan pranata. (Ramayulis :
2011 hal 277)

Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga


pendidikan dengan orang atau badan yang secara wajar mempunyai
tanggung jawab terhadap pendidikan. Rumusan definisi yang
dikemukakan Amir Daiem ini memberikan penekanan pada sikap
tanggung jawab seseorang terhadap peserta didik, sehingga dalam
realisasinya merupakan suatu keharusan yang wajar bukan merupakan
keterpaksaan. Definisi lain tentang lembaga pendidikan adalah suatu
bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku,
peranan-peranan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang
mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya
kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.

Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat


diartikan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan
islam. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan

5
itu mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-
peraturan tertentu, serta penananggung jawab pendidikan itu sendiri.
(Ramayulis : 2011 hal 278)

B. Problematika Pendidikan Pesantren

Sejak berdirinya pondok pesantren pada abad yang sama dengan


masuknya islam hingga sekarang. Pesantren telah bergumul dengan masarakat
luas. Pesantren telah berpengalaman dengan berbagai corak masarakat dalam
rentang waktu itu dan pesantren tumbuh berkembang bersama dan atas
dukungan mereka.

Sebagaimana diketahui, bahwa globalisasi meniscayakan terjadinya


perubahan di segala aspek kehidupan, termasuk perubahan orientasi, persepsi,
dan tingkat selektifitas masyarakat Indonesia terhadap pendidikan. Maka,
pesantren dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan tuntutan persaingan global.
Memegang teguh prinsip-prinsip dasar yang akan menguatkan pergerakan
pesantren tetap di atas jalan Islam yang lurus adalah sebuah keharusan. Namun
pesantren juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman sehingga ia tetap
berada dalam fungsinya sebaga lembaga pendidikan, dakwah dan pembinaan
umat.

Al-Muhafadlatu ‘ala al-qadim al-sholeh wal al-ahdu bi al-jadid al-


aslah. Adagium ini sangat terkenal di kalangan para ulama, santri,dan dunia
pesantren. Ia menjadi salah satu pegangan dan rujukan mereka dalam banyak
hal dan berbagai persoalan. Adagium ini bermakna mempertahankan nilai-nilai
lama yang baik dan menginovasikan nilai-nilai baru yang lebih baik.

1. Nilai-nilai salaf yang harus di pertahankan di pesantren.

a) Niat awal dan tujuan utama mendirikan pesantren

Dalam mendirikan dan mengelola pesantren, para ulama dan santri


selalu berniat semata-mata untuk ibadah kepada Allah. Tinjauan
utama mereka untuk melaksanakan dakwah sebagai kelanjutan risalah
yang telah di rintis para Nabi. Melalui pendidikan di pesantrenya,

6
mereka bermaksud untuk mencetak umat yang berkualitas terbaik
(khairo ummah) dan menyiapkan kader-kader ulama atau pemimpin
umat yang mendalami dan mengusai agamanya (mufaqqih fiddin),
agar kelak mampu mengingatkan dan memberdayakan kaumnya
(indzaru al-qoum).

b) Elemen Fungsional Pesantren.

Paling tidak ada 7 elemen fungsional yang ada di pesantren yang


menjadi ciri has dan rukun pesantren, yaitu :
1) kyai, adalah tokoh sentral pesantren yang bukan saja fungsional
sebagai pemimpin dan manager bagi pesantren, tapi sekaligus
sebagai penekan kekuasaan moral (moral force) yang shiddiq,
amanah, cerdas, dan komunikatif, seorang yang ‘alim (mufaqqih
fiddin) yang berwibawa, di percaya, dihormati, di segani, serta di
ta'ati oleh seluruh penghuni pondok dan masyarakat sekitanya.
2) Santri, yaitu pemuda/i yang sengaja datang ke pesantren untuk,
mencari ilmu dan mengikuti pendidikan yang di programkan atau
yang di tawarkan oleh kyai.
3) Masjid/musholla, sebagai pusat kegiatan ibadah dan pendidikan
pengajaran sehari-hari.
4) Asrama/pemondokan santri yang pada dasarnya dibangun dan di
kelola sendiri oleh para santri secara gotong royong, di bantu oleh
masyarakat sekitar pesantren.
5) Roh/jiwa pesantren, yang berpijak pada nilai agama Islam dan
bersumber dari budaya bangsa dan budaya masyarakat sekitar
pesantren (indigenous).
6) Pendidikan dan pengajaran Islam yang bersumber dari alQuran,
al-Hadits, dan kitab-kitab warisan ulama salaf yang biasa dikenal
dengan kitab kuning.
7) Dukungan masyarakat sekitar yang sejak awal memang
menginginkan berdirinya pesantren di lingkungan mereka.
Ketujuh elemen tersebut saling berjalin berkelindan dan tidak
bisa dipisahkan yang satu dengan yang lainya. Apabila salah satu dari

7
elemen-elemen tersebut tidak ada, maka sebuah lembaga pendidikan
tidak bisa lagi disebut pondok pesantren, tetapi barangkali sekedar
menjadi sekolah yang di asramakan, tempat kos-kosan, penampungan,
atau hotel penginapan.

c) Nila-nilai Dasar Pesantren.

Para ulama dari santri salaf senantiasa berpijak di atas, dan berpegang
teguh pada nilai-nilai dasar dan prinsip-prinsip kepesantrenan yang
bersumber dari ajaran Islam, budaya bangsa dan budaya lokal. Nilai
nilai dasar tersebut antara lain:

1) keikhlasan; yaitu suasana jiwa yang bersih dan bebas


dariberbagai pamrih atau yang suci, luhur dan bermakna. Secara
implementatif ikhlas berarti melakukan yang terbaik dalam
bidang apapun, kepada siapapun dan dalam keadaan
bagaimanapun sepi ing pamrih rame ing gawe, dalam segala hal,
para kyai dan santri salaf selalu ikhlas lillahi ta'ala, semata-mata
mengharap ridhonya. Ini tercermin dalam sikap jujur, amanah,
istiqomah, sungguh-sungguh, penuh integritas, dan sifat-sifat atau
akhlakul karimah lainya.

2) Kesederhanaan; adalah sikap yang wajar, apa adanya, tidak


mewah, tidak berlebihan dan tidak melampaui batas. Sederhana
artinya melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dia
miliki dan kebutuhan (bukan keinginan) yang logis dan
proporsional. Sederhana bukan berarti miskin dan stagnan, tetapi
jusru menjadi pendorong untuk lebih maju dan berkembang.
Kasederhanaan para kyai dan santri salaf nampak dalam segala
aspek, baik dalam berpikir, berperasaan, dan berkemauan,
maupun dalam berbicara, berpakaian, dan bertingkah laku.

3) Kemandirian (pada hakeketnya merupakan implementasi dari


niai-nilai tauhid yang sebenarnya), para kyai dan santri salaf
adalah orang-orang yang berkepribadian terpuji, percaya pada
diri sendiri, mampu menolong diri sendiri, tidak tergantung pada

8
orang lain, selain pada kemampuanya sendiri, setelah taufiq,
hidayah, ma'unah dan rahmat Allah swt.

4) Kebersamaan; suasana kehidupan para kyai dan sanri salaf


diliputi oleh rasa diri satu, suasana gotong royong, kooperatif dan
tidak egoistis, menegakkan jama'ah dan saling membantu
(ta'awun 'alal birri wattaqwa), atas dasar ukhuwah islamiyah yang
sebenarnya, tanpa menghilangkansuasana kompetitif dalam
kebaikan.

5) Kebebasan yang positif, bebas dari belenggu-belenggu hawa


nafsu dan setan, seperti belenggu kebodohan, kemiskinan, sifat
malas, sombong, kecil hati, putus asa, fanatisme buta, dll, serta
bebas dari tekanan-tekanan pihak manapun yang merugikan. Para
kyai dan santri salaf merasa bebas untuk memilih yang paling
baik dan paling bermanfaat dalam bidang apapun, atas dasar
kriteria-kriteria yang benar, baik dan proporsional

6) Isiqomah atau konsistensi; para kyai dan santri rata-rata teguh


memegang prinsip, tidak mudah berubah-ubah mengikuti arah
angin berhembus, konsisten dalam berpikir, berperasaan dan
kemauan, konsisten dalam berbicara, dan berbuat, selalu sesuai
antara hati nurani, ucapan dan perbuatannya.

d) Tradisi-tradisi Kepesantrenan

Tradisi-tradisi kepesantrenan yaitu budaya-budaya hidup di pesantren


yang sudah berjalan sejak berabad-abad yang lalu secara turun
temurun, terutama dalam hubungan antara kyai, santri, dan
masyarakat sekitar pesantren. Hubungan antara mereka berlangsung
dalam suasana kekeluargaan dan keakraban yang harmonis, dengan
kyai sebagai sentral figurnya. Hubungan ini tidak saja berlangsung
ketika para santri masih bersama di pesantren, tetapi harus berlanjut
sampai kembali ke masyarakat, bukan saja dalam hak-hal yang
menyangkut masalah pendidikan, tetapi juga yang berhubungan

9
dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, bahkan sampai ke
masalah jodoh dan pemberian nama untuk anak-anaknya.

2. Unsur-unsur Modernitas yang perlu diakomodasikan Pesantren

a. Leadership atau kepemimpinan di pesantren masa depan, seharusnya


ditata sedemikian rupa, sehingga tidak tergantung kepada orang-
perorang dalam segala aspek (seorang Kyai saja). Kepemimpinan
tunggal ini, selain pelaksanaanya di lapangan sangat sulit seiring
dengan kompleksitas masalah yang dihadapi pesantren, juga bisa
mengganggu proses kelangsungan eksistensi pesantren selanjutnya,
terutama sepeninggal si kiyai, apalagi jika di ikuti dengan mitos-mitos
yang tidak rasional. Kepemimpinan pesantren masa depan bisa
berbentuk kolektif atau tetap tunggal, tapi harus ada pembagian tugas,
hak dan wewenang yang jelas.

b. Organisasi, sebagai sebuah lembaga pendidikan, dakwah dan


pengkaderan, pesantren masa depan seharusnya dikelola dengan
paradigma organisasi modern. Di pesantren perlu dibentuk organisasi
yang terstruktur, mulai level yang paling tinggi, sampai organisasi di
lingkungan yang paling rendah. Perlu di bentuk yayasan atau badan
hukum yang lainnya, dengan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga yang mengikat seluruh personil pesantren. Organisasi-
organisasi ini harus difungsikan dengan baik, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Manajemen pesantren seharusnya di kelola dengan prinsip-prinsip
manajemen yang efektif dan fungsional; baik yang menyangkut
manajemen strategis, (perencanaan, pelaksnaan, pengendalian,
pengawasan dan evaluasi), ataupun manajemen operasional (tata
warkat, tata personalia, tata keuangan, tata inventaris, dan tata
lainnya).

d. Kurikulum dan sistem pendidikan pesantren yang harus memiliki


kurikulum yang baku dan standar, meliputi substansi, tujuan, sistem
dan proses transformasi, sesuai dengan prinsipprinsip kurikulum

10
modern. Kurikulum ini harus mencakup segala jenis interaksi manusia
dengan dirinya dan dengan selain dirinya yaitu harus meliputi semua
ilmu Allah swt, yang di berikan kepada manusia; baik ilmu-ilmu yang
di hamparkannya seperti ilmu alam, tekhnologi dan sosial, ataupun
ilmu-ilmu yang di turunkanya atau ilmu-ilmu yang di ilhamkan-Nya,
seperti matematika, logika, bahasa, seni dan ilmu terapan lainnya.
Selain itu, karena pendidikan di pesantren berlangsung selama 24 jam,
maka kurikulum tersebut harus mencakup seluruh aspek kehidupan
siang dan malam, baik di kelas, di asrama, di masjid/musholla, di
dapur, di kantin, di aula, di kantor, ataupun di tempat-tempat
pelayanan dan fasilitas umum lainnya sehingga bisa disebut
"kurikulum hidup dan kehidupan". Kurikulum yang sudah tersusun ini
harus menjadi "pedoman dasar" yang diketahui dan dikuasai oleh
seluruh personal pesantren, guru, santri dan wali santri dalam
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi
pendidikan bersama-sama. Kesemuanya itu harus dijalankan secara
terpadu, simultan dan komprehensif, tanpa adanya dikotomi atau
pemilahan yang tidak perlu, serta dengan cara-cara yang sistematis
(memakai sistem yang produktif dan relevan, memakai sub-sub sistem
yang teratur dan terencana).

e. Sarana dan Instrrumen Pendidikan Pesantren. Pesantren masa depan


seharusnya memiliki prasarana, sarana dan instrumen-instrumen
pendidikan yang modern. Bangunan-bangunan dan lingkungan alam
sekitar harus diatur sekondusif mungkin, sesuai dengan konsep tata
ruang yang baik, edukatif dan higienis. Selain masjid atau musholla
dan pemondokan dengan segala kelengkapannya, di dalam pesantren
harus tersedia instrument-instrumen pendidikan dan pembelajaran
yang lengkap dan fungsional, seperti ruang belajar, perpustakaan,
multi laboratorium, lapangan olah raga, auditorium, perkantoran,
sanggar-sanggar kesenian dan keterampilan, balai kesehatan, dapur
umum, kantin, alat-alat komunikasi dan transportasi, serta saran-
sarana fisik lainnya. Yang paling penting, seharusnya ada pemisahan

11
yang jelas (dalam sebuah akta) antara hak-hak pribadi Kyai dan
keluarganya dengan hak-hak pesantren atau yayasan, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diingikan dibelakang hari.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


penelitian lapangan (Field Research) dengan menggunakan metode
kualitatif. Menurut Dedy Mulyana penelitian lapangan (field Research)
adalah jenis penelitian yang mempelajari fenomena dalam lingkungannya
yang alamiah. Karenanya, peneliti berusaha untuk memahami makna dari
berbagai peristiwa dalam situasi tertentu melalui kacamata peneliti sendiri.
Sedangkan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa katakata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah
dan bersifat penemuan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah Direktur Pondok


Pesantren Darul Mukhlasin Al Masruri yang sekaligus pencetus dan
penggagas motode pengajaran bahasa Arab Badlan Al Masruri, para asatidz
yang menjadi pelaksana teknis di lapangan dan beberapa santri peserta
daurah pengajaran Bahasa Araab Badlan al masruri.
Sumber data pendukung dalam penelitian ini yang berasal dari
kepustakaan seperti literatur, artikel, jurnal, buku, dan skripsi yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik
keabsahan data yang digunakan ada 2 yaitu, triangulasiteknik dan
triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan analisis data model
interaktif Miles and Huberman berupa reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pondok pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy terletak di


lingkungan alam yang sejuk di daerah Bandungan semarang. Pondok
pesantren ini dikelola oleh para pengasuh yang rata-rata masih muda dan
memiliki semangat yang tinggi. Dibawah kepemimpinan dan kendali
Ustadz Andika Mustaqim, pondok pesantren ini berjalan secara pasti dan
mulai banyak dikenal. Dengan mengusung sebuah metode pengajaran
bahasa Arab yang unik, yang dikenal dengan metode Badlan, Ustadz Andika
Mustaqim banyak mengenalkan pondok pesantren ini lewat media-media
sosial yang ada. Video-video pendek tentang pengajaran bahasa Arab
metode Badlan ini akan banyak kita dapatkan di youtube, instagram, tiktok,
facebook dan lain-lain.

Kini tiap bulan pondok pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy


membuka program daurah bahasa Arab metode Badlan yang diikuti oleh
puluhan peserta. Sampai saat ini sudah meluluskan 46 angkatan dengan
berbagai latar belakang pendidikan dan usia.

Berawal ketika ustadz Andika Mustaqim bertugas mengajar di


sebuah pesantren yang tidak jauh dari pondok Darul Mukhlasin al Masruryy
sekarang. Beliau mencoba menerapkan pembelajaran bahasa Arab untuk
beberaat santri yang beliau bina. Hasilnya dalam waktu singkat yakni dua
bulan beberapa santri tersebut mampu berbahasa Arab secara aktif.
Selanjutnya hal itu diketahui oleh pimpinan pesantren, dan sebagai apresiasi
dari keberhasilan mereka berbahasa Arab, mereka mendapatkan sertipikat
dari pimpinan pesantren tersrebut walaupun pesantren itu bukan pesantren
bahasa Arab. Akhirnya tersebarlah berita bahwa di pesantren tersebut ada
pengajar yang berhasil mengajar santri binannya berbahasa Arab.

Pada satu saat datang beberapa orang kepada Ustadz Andika


Mustaqim. Mereka menyampaikan keinginannya untuk belajar di pesantren
tersebut, tapi tidak mengikuti program pesantren yaitu menghafal Al

14
Qur’an. Mereka hanya ingin belajar bahasa Arab kepada beliau. Karena
pesantren itu bukan pesantren khusus bahasa Arab, sehingga santri yang
masuk kesitu harus mengikuti seluruh program yang dijalankan di
pesantren, maka beliau mencarikan tempat untuk mereka yang mereka bisa
tinggal dan belajar bahasa Arab kepada beliau secara inten. Akhirnya di
dapatkanlah tempat yang sekarang menjadi komplek Pondok Pesantren
Darul Mukhlasin Al Masruryy.

Pondok Pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy ini merupakan


cabang dari pondok pesantren Darul Mukhlasin Payamana Krincing Secang
Magelang. Pondok Pesantren yang Ustadz Andika Mustaqim dan beberapa
staf pengasuhnya merupakan alumni dari pondok pesantren terebut. Adapun
penamaan Al Masruryy diambil dari nama istrinya Masrurah.

Pondok Pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy dengan segala


keterbatasannya terus mengembangkan diri baik manajemenya
pendidikannya maupun sarana dan prasarananya. Walau pun saat ini masih
serba sederhana dalam pengelolaannya namun pondok ini semakin hari
semakin dikenal masyarakat.

Program pendidikan yang dikembangkan adalah:


pertama, kursus atau daurah bahasa Arab dengan lama waktu
kursusnya adalah dua bulan. Setelah digembleng selama dua bulan ini
peserta sudah mampu berbicara bahasa Arab dengan cukup baik. Program
ini diberi nama Daurah bahasa Arab Badlan yang merupakan singkatan dari
Bisa Bahasa Arab Dua Bulan. Terbukti hanya 2 bulan bisa bercakap-cakap
bahasa arab walaupun dari nol. Dengan metode 80 % bimbingan praktek
langsung dan 20% materi kelas. Buka kelas stiap bulan,mulai tgl 10. Biaya
selama 2 bulan: Asrama: 400rb, Program:600rb, Kaos, stiker dan sertifikat:
100rb Total : Rp1.100.000; Makan beli sendiri dikantin. Harga perporsi
mulai 5rb. Persyaratan: Fotocopy KTP atau KK. pas foto 3x4. Lancar
membaca Al-Qur'an. Punya keinginan yg kuat untuk bisa bahasa arab. siap
mengikuti/taat smua program asrama/pondok. Siap belajar sampai selesai 2
bulan. melunasi biaya administrasi.

15
Kedua, program tahfizhul Qur’an dan bahasa Arab. Lama waktu
belajar untuk program ini adalah 15 bulan. Selama 15 bulan ini mereka
diharapkan sudah bisa menyelesaikan hafalan Al Qur’an dan lancar
berbahasa Arab.

Dari sisi fisik, pesantren terus melakukan pembebasan lahan dan


membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan walaupun serba sederhana.
Atas berket dukungan para muhsinin beberapa bangunan sudah berdiri
walau masih belum sempurna.

Kesadaran umat Islam dalam beragama mendorongnya untuk


berusaha mempelajari dan memahaminya. Bahkan, kesungguhan seseorang
dalam mempelajari dan memahami Islam menjadi bukti adanya kesadaran
dan tingkat keberagamaannya. Memahami dan mempelajari Islam yang
benar tidak akan bisa lepas dari mempelajari bahasa Arab karena Al Qur’an
dan As Sunnah yang menjadi rujukan utama dalam mempelajari Islam itu
berbahasa Arab. Kitab-kitab para ulama yang juga rujukan dalam
memahami Islam juga kebanyakannya berbahasa Arab. Maka mempelajari
bahasa Arab bagi orang yang ingin memahami dan mempelajari Islam
adalah sebuah keniscayaan.

Tumbuhnya kesadaran beragama pada umat ini menjadi peluang


bagi pondok pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy untuk terus
mengokohkan jatidirinya sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren yang
bisa memenuhi apa yang menjadi hajat umat. Menjadi rujukan bagi para
pecinta ilmu.

Kondisi pesantren dan manajemen pengelolaan yang masih sangat


sederhana harus terus ditingkatkan. Persaaingan yang dihadapi tentunya
menjadi tantangan bagi pesantren untuk terus menata diri lebih baik.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

pesantren adalah “backbone” (tulang punggung) pendidikan Islam


di Indonesia. pesantren masih menjadi rujukan bagi pendidikan Islam
generasi umat. Bagi Indonesia secara khusus pesantren memang tidak bisa
dipisahkan dari wajah pendidikan Islam di bumi Nusantara. Bahkan
eksistensi Islam di Indonesia secara umum. pesantren memiliki kelebihan-
kelebihan yang belum tentu dimiliki oleh institusi-institusi pendidikan
lainnya. Satu di antaranya yang terpenting adalah bahwa pesantren tidak
sekadar mengajarkan keilmuan. Tapi sekaligus mengajarkan tentang
kehidupan.

Eksistensi pesantren harus terus dijaga dan dipertahankan. Dengan


segala kelebihan dan keunikan itu tentu pesantren, sebagaimana institusi
lainnya, bukanlah Institusi yang sempurna. Ada beberapa hal mendasar yang
perlu terus dibenahi dan diperbaiki. Tentu ada sebagian pesantren yang
bagus pada aspek lain. Tapi aspek lainnya perlu pembenahan dan perbaikan.
Prinsipnya ialah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil
ashlah, yakni ‘Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru
yang lebih baik’.

Pondok Pesantren Darul Mukhlasin Al Masruryy dengan segala


keunikan dan kelebihannya, terutama dalam hal pengjaran bahasa Arab dan
juga pola hidup kesehariannya, harus terus bebrbenah diri untuk lebih secara
manajemen ataupun pasilitas. Pesantren yang terbilang masih baru namun
sudah banyak orang mengenalnya dan menjadikan rujukan untuk belajar
bahasa Arab khususnya dituntut mampu membaca peluang dan tantangan
sehingga semakin hari semakin baik.

17
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang peneliti


ingin ssampaikan, diantaranya :
1. Bagi pondok pesantren hendaknya membuat konsep kurikulum yang
tertulis yang dengan itu kelebiihan-kelebihan dalam model pengajaran
bisa dipertahankan.
2. Hendaknya kegiatan yang sudah ada dan sudah diorganisir menjadi
lebih baik. Lebih ditata agar memudahkan antara santri dan ustadz
untuk saling bersinergi.
3. Bagi santri hendaknya terus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan terutama kemampuan berbahasa, karena hal pertama yang
masyarakat tahu adalah santri lulusan pondok pesantren pasti mahir
dalam berbahasa Arab dan mampu mengajrkannya. Jadi santri harus
siap jika sudah lulus dari pondok pesantren nantinya akan didaulat
untuk mengajar bahasa Arab
4. Bagi masyarakat hendaknya ikut berpartisipasi dalam pembangunan
dan pengembangan pesantren dengan cara menyambut positif program-
program kegiatan yang dilaksanakan oleh pesantren dengan
mendukung dan menopang apa yang menjadi kebutuhan pesantren..

18
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, (2011). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,), Cet ke.9, hlm.
277.

Ma’arif, Syamsul, Dr. (2015). Pesantren Inklusif berbasis kearifan lokal.


Yogyakarta : Kaukaba dipantar.

Mas’ud, A. (2000). Why the Pesantren In Indonesia Remains Unique and


Stronger, Paper Presented at International Semina on Islamic Studies in
Asean, Thailand: College of Islami Studies, Prince of Songkla University,
Pattani Campus.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang


Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Nurcholis, (1997) . Bilik-bilik Pesantren

Tim Penyusun (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,

Samsudin, (2020) . Tantangan Lembaga Pendidikan Pesantren Di Era Disrupsi.


Conference on Islamic Studies FAI 2019 221-230

Al Asyari. (2022). Tantangan Sistem Pendidikan Pesantren di Era Modern.


Risalatuna: Journal of Pesantren Studies 2(1) 127-143

Khalifah A. (2022) Strategi Pendidikan Pesantren Menjawab Tantangan Sosial di


Era Digital. Jurnal Basicedu 6(3) 4967-4978

19

Anda mungkin juga menyukai