Dosen Pengampu:
Ahmad Saefudin S. Pd. I, M. Pd. I
Kelas 1BIA7
Miftakhurohmah 221320000684
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 Definisi Pesantren..................................................................................3
2.2 Sejarah Perkembangan Pesantren di Nusantara.....................................7
2.3 Pengaruh Pesantren dalam Pengembangan Aswaja..............................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan memberikan tujuan
diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Definisi Pesantren.
2. Untuk Mengetahui Sejarah dan Perkembangan Pesantren di Nusantara.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.
4. Melengkapi tugas mata kuliah ASWAJA mengenai “Peranan Penting
Pesantren dalam Pengembangan Aswaja”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pesantren adalah lembaga pendidikan tempat santri dapat
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam. Mereka secara khusus menitikberatkan pada penekanan
pentingnya akhlak agama sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Ada lima
unsur pokok komplek pondok pesantren, yaitu :
1. Kiai
Kai merupakan cikal bakal dan elemen paling mendasar dari pondok
pesantren. Ini sangat penting dan dapat memiliki dampak yang
signifikan. Kiai tidak hanya sebagai guru ilmu agama Islam, tetapi juga
seorang pemimpin yang mengarahkan dan membentuk corak
pendidikan di pesantren. Keberhasilan sebuah pondok pesantren
tergantung pada kemampuan kiai dalam mengelolanya.
2. Santri
Santri adalah para pelajar di pondok pesantren guna menyerahkan
diri kepada kiai. Dalam tradisi pesantren santri dibedakan menjadi dua
macam, yaitu; santri mukim yang menetap di pondok pesantren dan
santri kalong yang pulang ke rumah masing-masing setiap selesai
mengikuti pelajaran.
Para santri mukim hidup mandiri dan sederhana. Mereka
mengurus keperluannya sendiri, berpenampilan sederhana, hormat
kepada kiai dan selalu riyadlah melaksanakan amaliyah sunnah seperti
puasa sunnah (senin dan kamis), dan shalat malam. Pola hidup para santri
diliputi suasana keagamaan, keikhlasan dan kedisiplinan dibawah
pengawasan kiai dan para ustadz (guru).
3. Asrama
Asrama memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai tempat tinggal
para santri, tempat belajar dan tempat latihan hidup mandiri. Gabungan
dari ketiga fungsi ini menunjukkan sifat dasar pondok pesantren yang
menekankan pendidikan agama dan kehidupan bersama dalam satu
komplek belajar yang berdampingan secara berimbang.
4
4. Masjid
Masjid merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan merupakan tempat paling tepat untuk mendidik santri.
Selain berfungsi sebagai tempat praktik shalat lima waktu, khutbah dan
shalat jum’at, masjid juga berfungsi sebagai tempat pembelajaran kitab.
Biasanya penetapan waktu belajar dikaitkan dengan waktu menunaikan
shalat fardlu baik sebelum atau sesudahnya. Misalnya : pengajian ba’da
ashar, ba’da maghrib dan ba’da shubuh.
5. Kitab Salaf
Pengajian kitab salaf (kitab kuning) merupakan unsur pokok
pondok pesantren yang membedakan dengan lembaga pendidikan
lainnya. Pembelajarannya dimulai dari kitab-kitab tingkat dasar
(elementer) yang berisi teks ringkas dan sederana, kemudian dilanjutkan
dengan kitab tingkat menengah dan kitab-kitab dasar. Dilihat dari segi
ilmu yang dipelajari, kitab-kitab salaf yang diajarkan pondok pesantren
meliputi : akidah, fikih, akhlak/tasawuf, usul fikih, tafsir, hadis, nahwu,
sharaf, dan tarikh (sejarah).
Selain lima elemen dasar tersebut, pondok pesantren memiliki
“pancajiwa” yang menjadi ciri khas dan tata nilai yang dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1. Jiwa keikhlasan
2. Jiwa kesederhanaan tapi agung
3. Jiwa persaudaraan
4. Jiwa kemandirian
5. Jiwa kebebasan atau kemerdekaan
Dari banyak dan beraneka ragamnya pesantren, pesantren itu
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis pesantren, yaitu:
1. Pondok pesantren jenis A
Dalam pesantren yang paling sederhana masjid digunakan
sekaligus sebagai tempat pengajaran agama. Jenis ini khas bagi
pesantren kaum sufi (pesantren tarikat) dengan pengajian-pengajian
5
yang teratur dalam masjid dengan pengajaran pribadi oleh anggota
kaum, yang tidak tinggal dan didalam pesantren.
2. Pondok pesantren jenis B
Bentuk dasar dilengkapi dengan suatu “pondok” yang
terpisah, yaitu asrama bagi para santri yang sekaligus menjadi
ruangan untuk tinggal dan belajar yang sederhana. Pondok (komplek
tempat kediaman dan belajar para santri) sering terdiri dari rumah-
rumah kayu atau bambub untuk pemondokan maupun ruangan-
ruangan belajar yang terpisah.
3. Pondok Pesantren jenis C
Jenis pesantren ini dengan komponen-komponen klasik yang
diperluas dengan suatu madrasah, menunjukkan dorongan
modernisasi dari Islam pembaharuan. Madrasah dengan suatu
struktur tingkatan kelas banyak memberikan pelajaran yang bukan
keagamaan. Kurikulumnya berorientasi kepada skeolah-sekolah
pemerintah yang resmi.
4. Pondok pesantren jenis D
Yaitu pesantren yang telah memperluas komponen pesantren
dengan suatu sekolah formal (madrasah), dan memiliki program
(jadwal) tambahan/pelengkap dalam pendidikan keterampilan dan
terapan bagi para siswa maupun remaja dari desa-desa sekitarnya.
Dalam sektor pertanian mereka menguasai lahan, empang, kebun,
peternakan dan pertanian mereka menguasai lahan, empang, kebun,
peternakan dan lainnya, juga mereka mengadakan kursus tehnik
pertanian yang intensif.
5. Pondok pesantren jenis E
Jenis pesantren ini disebut juga pesantren modern, karena
selain pendidikan keislaman klasik, juga memiliki semua tingkat
sekolah formal dari sekolah dasar sampai universitas.
6
2.2 Sejarah Perkembangan Pesantren di Nusantara
Pondok pesantren sudah dikenal sejak abad ke-15 Masehi. Pesantren
pertama di Indonesia adalah pesantren sidogiri yang didirikan pada 1718
oleh Sayyid Sulaiman dengan dibantu Kiai Aminullah.
Sebelum berdakwah, para tokoh Islam yang dikenal sebagai wali
songo akan terlebih dahulu membangun sarana dakwah, salah satunya
langgar atau masjid. Langgar atau masjid ini akan dibangun didekat rumah-
rumah yang mereka tinggali. Tujuannya untuk memudahkan mereka dalam
menyebarkan ajaran islam.
Seiring berjalannya waktu, ketika dakwah mereka diterima oleh
masyarakat, maka dibangunlah sebuah sarana pendidikan berupa pondok
pesantren. Di pesantren ajaran islam yang diberikan kepada para murid
adalah ilmu aqidah, hadist, fiqih, dan tafsir. Selain itu mereka juga diajarkan
ilmu ketatanegaraan, ekonomi, pertanian, dan bela diri. Tujuan pendidikan
pesantren adalah untuk menghasilkan pendakwah yang tangguh.
Pendidikan diniyah dan pondok pesantren sejak masa kolonialisme
telah melahirkan tokoh-tokoh nasional yang tangguh, sekaligus menjadi
pelopor pergerakan kemerdekaan Indonesia, seperti KH. Hasyim Asyari,
KH. Ahmad Dahlan, KH. Zaenal Mustopa, dll. Dapat dikatakan bahwa masa
itu pesantren memberikan kontribusi besar bagi terbentuknya republik ini.
Oleh karena itu pesantren untuk masa sekarang dan yang akan
datang harus dapat dijadikan wahana dalam melanjutkan perjuangan, yakni
berjuang melalui pembangunan jasmani dan rohani, terutama di pedesaan
yang merupakan tempat tinggal sebagian besar rakyat indonesia. Bahkan
telah ditetapkan Hari Santri Nasional oleh pemerintah Indonesia.
7
2.3 Pengaruh Pesantren dalam Pengembangan Aswaja
Pesantren sejak awal adalah pelaku utama dalam menjalankan ajaran
Aswaja. Darah kepesantrenan dari generasi ke generasi adalah paham
ahlusunnah waljamaah. Pesantren membangun tradisi melalui pendidikan
dan pembudayaan, bergerak bersama paham tersebut yang terus bertahan
dari tahun ke tahun.
Keberadaan pesantren disangga oleh empat pilar: pertama,
keberadaan Santri. Mereka adalah subyek pengkaderan amalan aswaja,
sekaligus bibit penggerak amalan ahlusunnah waljamaah. Kedua, adalah
keberadaan Kyai. Ia adalah pemimpin komunitas sekaligus pengendali
seluruh aktivitas kepesantrenan. Ia juga guru utama bagi semua santrinya.
Ketiga adalah materi pelajaran, yaitu kurikulum yang dipegangi dari masa
ke masa. Keempat adalah keberadaan masjid. Fungsi masjid di samping
sebagai rumah ibadah, juga untuk praktek pengamalan keagamaan mereka,
dan tidak jarang digunakan untuk belajar latihan dan latihan keterampilan.
Empat pilar pesantren itu menurut teori struktural, merupakan
komponen yang tidak bisa dipisahkan. Masing-masing fungsi itu saling
terkait, saling menunjang, serta saling mendukung.
Dari empat pilar yang menjadi pengaruh pesantren dalam
pengembangan aswaja terdapat keberadaan Nahdlatul Ulama yang juga
menyebarkan ajaran dan nilai-nilai aswaja dilingkungan masyarakat maupun
di pondok pesantren.
Nahdlatul Ulama dan Pondok pesantren itu bagaikan dua sisi mata
uang yang sulit dipisahkan. Apabila menyebut NU kita mesti ingat pondok
pesantren dan sebaliknya. Mengapa demikian? Karena yang mendirikan
Nahdlatul Ulama adalah para ulama pondok pesantren. Mereka memiliki
kesamaan wawasan, pandangan, sikap, perilaku dan tata cara pemahaman
serta pengamalan ajaran Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah.
Ibarat sebuah keranjang, kelahiran Nahdlatul Ulama pondok pesantren.
Karena itu wajar jika dikatakan bahwa Nahdlatul Ulama itu adalah
organisasinya masyarakat pesantren.
8
Hubungan antara Nahdlatul Ulama dengan pondok pesantren dapat
dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
1. Kesamaan tujuan yaitu melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal
jama’ah yang merupakan materi pokok pengajaran agama di Pondok
Pesantren.
2. Nahdlatul Ulama didirikan sebagai wadah bagi usaha mempersatukan
langkah para ulama pondok pesantren di dalam pengembangan tugas
pengabdiannya dalam masyarakat, baik bidang agama, pendidikan
ekonomi, maupun persoalan-persoalan kemasyarakatan yang lainnya.
3. Pola kepemimpinan dalam Nahdlatul Ulama sama dengan pola
kepemimpinan memiliki kedudukan sangat menentukan, maka didalam
Nahdlatul Ulama dikenal pengurus Syuriyah yang tediri dari para ulama
selaku pimpinan tertinggi.
4. Pengaruh yang dimiliki oleh para kiai pengasuh pondok pesantren di
lingkungan masyarakatnya juga menjadi kekuatan pendukung bagi
Nahdlatul Ulama. Basis massa (anggota) yang dikenal dengan sebutan
”kaum santri” menjadi salah satu pilar penyangga kekuatan Nadhlatul
Ulama, bahkan menjadi salah satu ciri khas yang membedakannya
dengan organisasi-organiasi Islam lainnya.
Tujuan Nahdlatul Ulama didirikan adalah berlakunya ajaran Islam
yang menganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menurut salah satu
dari Madzab empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis
dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dengan
melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa : Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu “Pondok” dan
“Pesantren” kata “Pondok” berasal dari bahasa arab “funduq” yang berarti
tempat tidur, asrama atau hotel. Sedangkan kata “pesantren” berasal dari
kata dasar “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
“pesantrian”. Orang jawa mengucapkannya ”pesantren” yang berarti
”tempat tinggal santri”.
Keberadaan kiai dalam sebuah pondok pesantren adalah laksana
jantung bagi kehidupan manusia. Begitu penting peranan dan kedudukan
kiai, karena dialah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh dan pemimpinnya.
Itulah sebabnya kepribadian seorang kiai sangat menentukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren yang dipimpinannya.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pusat dakwah
Islam yang sudah ada sejak jaman Walisongo. Tradisi pada waktu itu adalah
materi pelajaran yang diberikan kepada santri terbatas pada ilmu-ilmu
agama. Tampaknya tradisi tersebut sampai sekarang masih diwarisi dan
dilestarikan oleh kalangan pesantren tertentu, terutama ”pesantren salafi”.
Nahdlatul Ulama dan Pondok pesantren itu bagaikan dua sisi mata uang
yang sulit dipisahkan. Apabila menyebut NU kita mesti ingat pondok
pesantren dan sebaliknya.
Secara historis, pesantren sebagai lembaga pendidikan tempat
pengajaran tekstual baru muncul pada akhir abad ke-18, namun sudah
terdapat cerita tentang pendirian pesantren pada masa awal Islam, terutama
di Jawa. Tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Maulana
Malik Ibrahim (w. 1419 M). Maulana Malik Ibrahim menggunakan masjid
dan pesantren bagi pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, yang pada gilirannya
10
melahirkan tokoh-tokoh Wali Sanga. Dari situlah kemudian Raden Rahmat
atau Sunan Ampel mendirikan pesantren pertama kali di Kembang Kuning,
Surabaya pada tahun 1619 M.
Para ulama pesantren tergabung dalam NU secara umum dapat
dikatakan memiliki kesamaan wawasan, pandangan dan tradisi keagamaan
yang berlandaskan paham Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA).
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah “Peranan Penting Pesantren dalam
Pengembangan Aswaja” ini kami akui banyak sekali materi yang belum bisa
kami sampaikan. Sementara itu, banyak sekali referensi Peranan Penting
Pesantren dalam Pengembangan Aswaja baik dari buku maupun dari
literatur internet/ blog. Oleh karena itu kami harap pembaca mau
meluangkan waktunya untuk mencari referensi tambahan dan tidak
bergantung hanya pada makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/31/160000379/strategi-dakwah-
penyebaran-islam-di-nusantara-dalam-bidang-pendidikan?page=all
https://ditpdpontren.kemenag.go.id/halaman/sejarah
https://www.literasipublik.com/sejarah-dan-perkembangan-pondok-pesantren-di-
indonesia
https://www.kompasiana.com/marzani/57c55f41b693738d4c9a1a43/pesantren-
pelestari-paham-ahlusunnah-waljamaah?page=all&page_images=1
12