Anda di halaman 1dari 18

Makalah Al-Qur’an & Hadist

Mengkaji Qur’an Surah


Al-Mujadalah:11 & AT-Taubah:122

Disusun Oleh :
Amalia Ginanti (17106030005)
Sari Adriyani (17106030006)
Nuraini Fitri A. (17106030007)
Abdurachman Turmudji (17106030008)
Dosen Pengampu:
Agung Setiyawan, S.Pd.I, M.Pd.I
Prodi / Jurusan :
Kimia

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Mengkaji
Qur’an Surah Al Mujadalah:11 dan AT-Taubah:122 ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Agung Setiyawan,
S.Pd.I, M.Pd.I. selaku Dosen mata kuliah Al-Qur’an dan Hadist yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Qur’an Surah Al Mujadalah:11 dan AT-Taubah:122 serta
memberikan sedikit gambaran kepada pembaca dan penulis. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca nya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membaca nya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Yogyakarta, 17 Februari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
PENDAHULUAN....................................................................................................................................iii
1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................iii
2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................iii
3. TUJUAN MASALAH...................................................................................................................iii
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
1. Pengertian surat Al Mujadalah ayat 11.....................................................................................1
2. Ayat dan Makna Surat Al Mujadalah ayat 11............................................................................1
3. Asbabun Nuzul Surat Al mujadilah ayat 11...............................................................................1
4. Tafsir Surat Al Mujadalahayat 11...............................................................................................2
5. Hikmah surat Al Mujadalahayat 11...........................................................................................3
6. Pengertian Surat At-Taubah, ayat 122.......................................................................................3
7. Ayat dan makna Surah At-Taubah, ayat 122..............................................................................4
8. Asbabun Nuzul dari Surah At-Taubah, ayat 122........................................................................4
9. Terjemahan Tafsir Al-Qur’an Surah At-Taubah, ayat 122...........................................................5
 Tafsir Al Maraghi....................................................................................................................8
 Tafsir Al Azhar........................................................................................................................9
10. HikmahSurat At-TaubahAyat 122............................................................................................10
11. Alasan Pentingnya Menuntut Ilmu..........................................................................................11
Penutup...............................................................................................................................................xii
1. Kesimpulan..............................................................................................................................xii
2. Saran.......................................................................................................................................xii
Daftar Pustaka....................................................................................................................................xiii

2
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Al Qur’an yang secara harfiah berati “bacaan sempurna” suatu nama pilihan dari
Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-
baca lima ribuan tahun yang lalu yang dapat menandingi Al Qur’an. Al-Quran yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, paling tidak mengemban fungsi utama, yaitu
sebagai hudan, (petunjuk),bayyinah (penjelas) dan furqan(pembeda). Pandangan AL-Quran
tentang ilmu teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari wahyu pertama yang diterima
oleh nabi Muhammad SAW. Sungguh perintah membaca merupakan sesuatu yang paling
berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia. Membaca dalam aneka
maknanya merupakan syarat utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Didalam Al
qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan banyak hal tentang dunia da akhirat. Seperti
pentingnya menutut ilmu dan sopan santun didalam majelis tempat kia menuntut ilmu.

2. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah pengertian dari surat Al mujadalah ?
2) Apakah Ayat dan Makna dari surat Al mujadaah ayat 11 ?
3) Jelaskan Asbabun nuzul dari surat Al mujadalah ayat 11 ?
4) JelaskanTafsir dari Surat Al mujadalah ayat 11?
5) ApakahHikmah dari surat Al mujadalah ayat 11 ?
6) Apakah pengertian dari surat At taubah ayat 122 ?
7) Apakah Ayat dan Makna dari surat At taubah ayat122 ?
8) JelaskanAsbabun Nuzul dan tafsir dari surat At taubah ayat 122 ?
9) Apakah Hikmah dari surat At taubah ayat 122 ?

3. TUJUAN MASALAH
1) Mengetahui surat Al mujadalah ayat 11 dan surat At taubah ayat 132
2) Mengetahui ayat dan makna dari surat Al mujadalah ayat 11
3) Mengetahui Asbabun nuzul Surat Al Mujadalah ayat 11 dan Surat At taubah ayat 122
4) Mengetahui tafsir Surat Al mujadalah ayat 11 dan Surat At taubah ayat 122
5) Mengetahui hikmah yang dapat diambil dari surat Al Mujadalah Ayat 11 dan Surat At
taubah ayat 122

3
PEMBAHASAN

1. Pengertian surat Al Mujadalah ayat 11


Surat Al Mujadalah diturunkan di Madinah sesudah surat Al Munafiqun kecuali ayat 7.
Terdiri dari 22 ayat. Surat Al Mujadalah ini menerangkan tentang pembalasan yang diperoleh
oleh orang orang yang membantah Allah dan RosulNya. Selain itu surat ini juga
menerangkan adab adab majelis dan ayat yang menerangkan tentang adab majelis adalah
Ayat 11 Ibnu Hatim meriwayatkan dari Muqotil bahwa ayat ini turun pada hari jumat. Ketika
itu, terlihat beberapa sahabat yang dulunya mengikuti perang badar datang ke masjid,
sementara tempat duduk yang tersedia sempit. Beberapa orang terlihat enggan untuk
melapangkan tempat duduk bagi mereka sehingga sahabat sahabat tersebut terpaksa berdiri.
Rosululloh lantas meminta beberapa orang yang tengah duduk itu untuk berdiri kemudian
menyuruh para sahabat tadi duduk ditempat mereka. Hal ini menimbulkan perasaan tidak
senang pada diri orang orang yang disuruh berdiri tadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.

2. Ayat dan Makna Surat Al Mujadalah ayat 11


ِ‫ش هَّز وُا فيِ رر فف ذع اُل لل هَّه اُ لل ذذ ي‬ َّ‫ح اُل لل هَّه فل هَّك مرم فوُ إذ فذ ا ذق يِ فل رن ه‬
َّ‫ش هَّز وُا فف اُ رن ه‬ ‫فيِ اُ أف ييِ فه اُا لل ذذ يِ فن آَ فم هَّن وُا إذ فذ ا ذق يِ فل فل هَّك رم فت فف لس هَّح وُا ذف يِاُ رل فم فج اُ لذ ذس فف اُ رف فس هَّح وُا فيِ رف فس ذ‬
‫فن آَ فم هَّن وُا ذم رن هَّك رم فوُ ا لل ذذ يِ فن أ هَّ وُ هَّت وُاا رل ذع رل فم فد فر فج اُ تتت فوُ ال لل هَّه ذب فم اُ فت رع فم ل هَّ وُ فن فخ ذب يِ رر‬

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam


majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

MaknaSurat
Makna surat ini adalah menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam
suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu pengetahuan.

3. Asbabun Nuzul Surat Al mujadalah ayat 11


Diriwayatkan dari Qatadah yang berkata “suatu saat diantara sahabat ada yang ketika
melihat seorang sahabat lain datang untuk ikut duduk didekat mereka ketika menghadiri
majelis Rosululloh, mereka lantas tidak mau melapangkan tempat duduk, itulah sebabnya
turunya ayat ini (3).

4
Asbabu Nuzul : Ada riwayat ayat ini turun pada hari jumat . Rosululloh kala itu
sedang menerima tokoh tokoh Majirin dan Anshar yang ikut bertempur dalam peperangan
Badr, beberapa dari tokoh Badr itu datang terlambat ketempat itu dan kebetulan telah ada
orang lain yang mendahului mereka. Dan pada saat itu bagi mereka yang baru datang tidak di
berikan ruang duduk, oleh karena itu tokoh tokoh Badr terpaksa berdiri. Melihat itu
Rosulullohpun merasa kecewa lalu mengatakan kepada orang orang disekitarnya “bangun
lah, bangun lah” Beberapa orang disekitar beliau pun bangun untuk memberikan tempat itu
kepada orang yang datang terlambat, dengan perasaan tidak senang, dan mengungkapkan
celaan celaanya. Kata mereka : “Demi Allah Muhammad tidak adil. Ada orang orang yang
ingin duduk didekatnya, disuruhnya bangun untuk memberikan tempat itu kepada orang
orang yang terlambat. Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan ayat ini.

4. Tafsir Surat Al Mujadalahayat 11


a. “YA AIYU ‘LLADZINA AMANU ISZA QILA LAKUM TAFASSAHU DI
‘LMAJALISI FA ‘FSAHU YAFSHAHI ‘LLAHU LAKUM” yang artinya wahai
sekalian orang orang yang berimab , abila dikatakan kepada kam: “lapangkanlah
tempat dalam persidangan” hendaklah kamu lapangkan, niscaya Allah menberikan
kepalangan kepadamu
Tafsir : Maka hendaklah kamu bernurah hati memberikan luang bagi saudara
saudaramu supaya Allah memberikan keluasan kepadamu, karena orang yang membei
kelapangan bagi saudaranya didalam majlisnya,Allah memberikan keluasan
kepadanya bahkan memuliakannya, karena mengingat bahwa pembalasan itu sejenis
amalan.
b. “WAIDZA QILANSYUDZU FANSYUDZU” yang artinya apabila dikatakan
berdirilah maka hendaklah kamu berdiri.
Tafsir : Apabila kamu diminta berdiri dari majelis Rosululloh untukmemberi ruang
kepada orang lain maka hendaklah kamu berdiri, karena Rosul terkadang ingin
bersendiri untuk menyelesaikan urusan urusan agama, ataupun menunaikan tugas
tugas yang tidak mungkin di sempurnakan dengan beramai ramai.
c. YARFA’AI ‘LLAHU ‘LLADZINA AMANU MINKUM WALLADZI BA UT
‘L-‘LMA DARAJATIN

Artinya : Niscaya Allah akan menganhkat orang orang yang beriman diantara kamu
dan orang orang yang diberikan iomu pengetahuan kepada derajat yng tinggi.

5
Tafsir : Allah mengangkat derajat orang orang yang beriman dan mematuhi perintah,
beberapa derajat dari orang orang yang tidak beriman dan Alkah mengangkat orang orang
yang diberikan ilmu beberapa derajat tingginya daripada orang orang yang hanya mempunyai
iman saja.Singkatnya Allah mengangkat derajat derajat orang yang mematuhi perintah
perintahNya dan RosulNya dan Allah mengkhususkan beberapa derajat lagi kepada orang
orang yang berilmu diantara mereka.

d. WALLAHU BIMA TA’NALUNA KHABIR


Artinya : Dan Allah mengtahui segala aoa yang kamu kerjakan
Tafsir : Allah mengetahui segala perbuatan umatNya tak ada yang tersembunyi
bagiNya. Allah mengetahui siapa yang taat dan siapa yang durhaka. Dan Allah
memberikan pembalasan terhadap amalan amalan umatNya.

5. Hikmah surat Al Mujadalahayat 11


a. Para Sahabat berlomba lomba untuk memperoleh tempat yang dekat dengan Rosul
agar mudah mendengar pembicaraan beliau
b. Menyuruh kita memberikan ruang untuk orang yang baru datang dalam suatu majelis
sekiranya masih mungkin kita lakukan unyuk menimbulkan rasa persahabatan
diantara sesama kita.
c. Orang orang yang memberikan keluasan kepada hamba hamba Allah, niscaya Allah
akan memberikan kepadaNya kebaikan kebaikan dunia dan akhirat.

6. Pengertian Surat At-Taubah, ayat 122


Surah At-Taubah (Arab: ‫ التوبببببة‬, at-Tawbah, "Pengampunan") adalah surah ke-9
dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Madaniyahyang terdiri atas 129 ayat. Dinamakan
At-Taubah yang berarti "Pengampunan" karena kata At-Taubah berulang kali disebut dalam
surah ini. Dinamakan juga dengan Bara'ah yang berarti berlepas diri.Berlepas diri disini
maksudnya adalah pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan sebagian besar pokok
pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.
Berbeda dengan surah-surah yang lain maka pada permulaan surat ini tidak terdapat
ucapan basmalah, karena surah ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa segenap
kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah
bernapaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.
QS: At-Taubah Ayat: 122. Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum
yang menyangkut perjuangan. yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya,
bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah

6
dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada
Allah SWT dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan
pedang itu sendiri tidak disyariatkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah
tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan
munafik.

7. Ayat dan makna Surah At-Taubah, ayat 122

‫}وووماوكاونانليمنؤلمينوونللويننفليرواوكاقفةةوفلونولْونوفورلمننيكلدفلنروقةَةلمننيهنموطالئوفةةللويوتوفققيهوالفيالدديلنوولليينن‬
(122) ‫لذيرواوقنووميهنمإلوذاوروجيعواإللونيلهنملووعلقيهنموينحوذيروون‬
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
.mereka itu dapat menjaga dirinya

8. Asbabun Nuzul dari Surah At-Taubah, ayat 122


Hal ini merupakan penjelasan dari Allah Swt. mengenai apa yang dikehendaki-Nya,
yaitu berkenaan dengan keberangkatan semua kabilah bersama Rasulullah Saw. ke medan
Tabuk.Segolongan ulama Salaf ada yang berpendapat bahwa setiap muslim diwajibkan
berangkat dengan Rasulullah Saw. apabila beliau keluar (berangkat ke medan perang). Untuk
itulah dalam firman yang lain disebutkan:

{ْ‫}اننفليروالخوفاةفاوولثوقال‬
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah:
41)
Kemudian dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:

{‫سوللْقلل‬
‫}وماوكاونلَنه للنلوملديونلةووومننوحنولويهنملمونالنعورالبأ وننويوتوخلقيفواوعننور ي‬
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di
sekitar mereka. (At-Taubah: 120), hingga akhir ayat.

9. Terjemahan Tafsir Al-Qur’an Surah At-Taubah, ayat 122


Selanjutnya ayat-ayat di atas di-mansukh oleh ayat ini (At-Taubah: 122).

7
Dapat pula ditakwilkan bahwa ayat ini merupakan penjelasan dari apa yang dimaksud oleh
Allah Swt. sehubungan dengan keberangkatan semua kabilah, dan sejumlah kecil dari tiap-
tiap kabilah apabila mereka tidak keluar semuanya (boleh tidak berangkat). Dimaksudkan
agar mereka yang berangkat bersama Rasul Saw. memperdalam agamanya melalui wahyu-
wahyu yang diturunkan kepada Rasul. Selanjutnya apabila mereka kembali kepada kaumnya
memberikan peringatan kepada kaumnya tentang segala sesuatu yang menyangkut musuh
mereka (agar mereka waspada). Dengan demikian, maka golongan yang tertentu ini memikul
dua tugas sekaligus. Tetapi sesudah masa Nabi Saw., maka tugas mereka yang berangkat dari
kabilah-kabilah itu tiada lain adakalanya untuk belajar agama atau untuk berjihad, karena
sesungguhnya hal tersebut fardu kifayah bagi mereka.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-
Nya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang). (At-Taubah: 122) Yakni tidaklah sepatutnya orang-orang mukmin berangkat
semuanya ke medan perang dan meninggalkan Nabi Saw. sendirian. Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) Yaitu suatu
golongan.
Makna yang dimaksud ialah sepasukan Sariyyah (pasukan khusus) yang mereka tidak
berangkat kecuali dengan seizin Nabi Saw. Apabila pasukan Sariyyah itu kembali kepada
kaumnya, sedangkan setelah keberangkatan mereka diturunkan ayat-ayat Al-Qur'an yang
telah dipelajari oleh mereka yang tinggal bersama Nabi Saw. Maka mereka yang bersama
Nabi Saw. akan mengatakan kepada Sariyyah, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-
ayat Al-Qur'an kepada Nabi kalian dan telah kami pelajari."
Selanjutnya Sariyyah itu tinggal untuk mempelajari apa yang telah diturunkan oleh
Allah kepada Nabi mereka, sesudah keberangkatan mereka; dan Nabi pun mengirimkan
Sariyyah lainnya. Yang demikian itulah pengertian firman Allah Swt.:

{‫}للويوتوفققيهوالفيالدديلن‬
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama. (At-Taubah: 122)
Yakni agar mereka mempelajari apa yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi mereka.
Selanjutnya mereka akan mengajarkannya kepada Sariyyah apabila telah kembali kepada
mereka.

{‫}ولوعقليهنموينحوذيروون‬
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)

8
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan sejumlah orang
dari kalangan sahabat Nabi Saw. yang pergi ke daerah-daerah pedalaman, lalu mereka
beroleh kebajikan dari para penduduknya dan beroleh manfaat dari kesuburannya, serta
menyeru orang-orang yang mereka jumpai ke jalan petunjuk (hidayah). Maka orang-orang
pedalaman berkata kepada mereka, "Tiada yang kami lihat dari kalian melainkan kalian telah
meninggalkan teman kalian (Nabi Saw.) dan kalian datang kepada kami." Maka timbullah
rasa berdosa dalam hati mereka, lalu mereka pergi dari daerah pedalaman seluruhnya dan
menghadap Nabi Saw. Maka Allah Swt. berfirman: Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) untuk mencari kebaikan.
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama. (At-Taubah: 122) dan untuk
mendengarkan apa yang terjadi di kalangan orang-orang serta apa yang telah diturunkan oleh
Allah. Allah memaafkan mereka. danuntuk memberi peringatan kepada kaumnya. (At-
Taubah: 122) Yakni semua orang apabila mereka kembali kepada kaumnya masing-masing.
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan takwil ayat ini, bahwa apabila Rasulullah
Saw. mengirimkan pasukan, Allah memerintahkan kepada kaum muslim agar pergi
berperang, tetapi sebagian dari mereka harus tinggal bersama Rasul Saw. untuk
memperdalam pengetahuan agama: sedangkan segolongan yang lainnya menyeru kaumnya
dan memperingatkan mereka akan azab-azab Allah yang telah menimpa umat-umat sebelum
mereka.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila ikut dalam peperangan, maka
beliau tidak mengizinkan seorang pun dari kalangan kaum muslim untuk tidak ikut
bersamanya, kecuali orang-orang yang berhalangan. Dan Rasulullah Saw. apabila
mempersiapkan suatu pasukan Sariyyah, beliau tidak membolehkan mereka langsung
berangkat melainkan dengan seizinnya. Dan apabila mereka sudah berangkat, lalu diturunkan
kepada Nabi-Nya ayat-ayat Al-Qur'an, maka Nabi Saw. Membacakannya kepada sahabat-
sahabatnya yang tinggal bersamanya. Apabila pasukan Sariyyah itu kembali, maka mereka
yang tinggal bersama Nabi Saw. berkata, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-ayat
Al-Qur'an kepada Nabi-Nya sesudah kalian berangkat." Lalu mereka yang tinggal
mengajarkan ayat-ayat itu kepada mereka yang baru tiba dan memperdalam pengetahuan
agama mereka. Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). (At-Taubah: 122) Yaitu
apabila Rasulullah Saw. tidak ikut berangkat dalam pasukan tersebut. Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122) Dengan kata

9
lain, tidak sepatutnya kaum muslim berangkat seluruhnya bila Nabi Saw. tinggal di tempat.
Apabila Nabi Saw. tinggal di tempat, hendaklah yang berangkat hanyalah Sariyyah (pasukan
khusus)nya saja, sedangkan sebagian besar orang-orang harus tetap ada bersama Nabi Saw.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
ayat ini, yaitu firman-Nya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). (At-Taubah: 122) Ayat ini bukan berkenaan dengan masalah
jihad, tetapi ketika Rasulullah Saw. mendoakan musim paceklik bagi orang-orang Mudar,
maka negeri mereka menjadi kekeringan dan paceklik. Dan tersebutlah bahwa ada salah satu
kabilah dari mereka berikut semua keluarganya datang ke Madinah dan tinggal padanya
karena kelaparan yang mereka derita, lalu mereka berpura-pura masuk Islam, padahal mereka
dusta. Keadaan itu membuat sahabat-sahabat Rasul Saw. menjadi terganggu dan membuat
mereka kewalahan. Maka Allah menurunkan kepada Rasul Saw. wahyu-Nya yang
mengabarkan bahwa mereka bukanlah orang-orang mukmin. Lalu Rasulullah Saw.
memulangkan mereka kepada induk kabilahnya dan memperingatkan kepada kaumnya agar
jangan melakukan perbuatan yang sama. Yang demikian itulah maksud dari firman Allah
Swt.: dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya. (At-Taubah: 122). hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini,
bahwa segolongan orang dari tiap-tiap kabilah Arab Badui berangkat meninggalkan
daerahnya, lalu menghadap Nabi Saw. Mereka menanyakan kepada Nabi Saw. banyak hal
yang mereka kehendaki menyangkut urusan agama mereka. Dengan demikian, mereka
memperdalam pengetahuan agamanya. Dan mereka bertanya kepada Nabi Saw., "Apakah
yang akan engkau perintahkan kepada kami untuk mengerjakannya? Dan perintahkanlah
kepada kami apa yang harus kami lakukan kepada keluarga dan kaum kami apabila kami
kembali kepada mereka!" Maka Nabi Saw. memerintahkan kepada mereka untuk taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Nabi Saw. juga mengutus mereka kepada kaumnya untuk menyeru
mereka agar mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan tersebutlah bahwa apabila mereka
telah kembali kepada kaumnya, maka mereka mengatakan, "Barang siapa yang mau masuk
Islam, sesungguhnya dia termasuk golongan kami." Lalu mereka memberikan peringatan
kepada kaumnya, sehingga seseorang (dari kaumnya) yang masuk Islam benar-benar rela
berpisah dari ayah dan ibunya (yang tidak mau masuk) Islam.
Sebelum itu Nabi Saw. telah berpesan dan memperingatkan mereka akan kaumnya,
bahwa apabila mereka kembali kepada kaumnya, hendaklah mereka menyeru kaumnya untuk

10
masuk Islam dan memperingatkan kaumnya akan neraka serta menyampaikan berita gembira
kepada mereka akan surga (bila mereka mau masuk Islam).
Ikrimah mengatakan ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Jika
kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang
pedih. (At-Taubah: 39) Dan firman Allah Swt.: Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah.
(At-Taubah: 120), hingga akhir ayat. Orang-orang munafik mengatakan, "Binasalah orang-
orang Badui yang tidak ikut berperang dengan Muhammad dan tidak ikut berangkat
bersamanya." Dikatakan demikian karena ada sejumlah sahabat Nabi Saw. yang pergi ke
daerah pedalaman, pulang kepada kaumnya masing-masing dalam rangka memperdalam
pegetahuan agama buat kaumnya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). (At-
Taubah: 122), hingga akhir ayat.
Turun pula firman Allah Swt. yang mengatakan:

{‫}وواقللذيونييوحاججوونلفيالقللهلمننوبنعلدوماانسيتلجيوبوليه‬
Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima, maka
bantahan mereka itu sia-sia saja, di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah)
dan bagi mereka azab yang sangat keras. (Asy-Syura: 16)
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat. bahwa makna
yang dimaksud ialah agar orang-orang yang berangkat ke medan perang belajar melalui apa
yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada mereka, yaitu menguasai musuh dan dapat
mengalahkan mereka. Kemudian bila mereka kembali kepada kaumnya, maka mereka
memperingatkan kaumnya untuk bersikap waspada.

 Tafsir Al Maraghi
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke medan
tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum Mu’min, seperti penduduk suatu negeri atau suatu
suku, dengan maksud supaya orang-orang Mu’min seluruhnya dapat mendalami agama
mereka. Yaitu, dengan cara orang tidak berangkat dan tinggal di kota (Madinah), berusaha
keras untuk memahami agama, yang wahyu-Nya turun kepada Rasulullah saw hari demi hari,
berupa ayat-ayat, maupun yang berupa hadits-hadits dari beliau saw. yang menerangkan ayat-
ayat tersebut, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dengan demikian, maka diketahuilah
hukum beserta hikmatnya, dan menjadi jelas hal yang masih mujmaldengan adanya
perbuatan Nabi tersebut. Disamping itu orang yang mendalami agama memberi peringatan

11
kepada kaumnya yang pergi perang manghadapi musuh, apabila mereka telah kembali ke
dalam kota.
Artinya, agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama karena ingin
membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang
akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya
mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar
seluruh kaum Mu’minin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan
membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya kepada seluruh umat manusia. Jadi,
bukan bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta
mengunggguli kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan meniru
orang zhalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendara maupun dalam persaingan di
antara sesama mereka.Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama
dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang-orang
lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka
tak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap
Mu’min.
Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami
agama dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan
tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam
meninggikan kalimat Allah, membela agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi
lebih utama dari para pejuang selain situasi ketika mempertahankan agama menjadi wajib
‘ain bagi setiap orang.[3]

 Tafsir Al Azhar

Sebab turunnya surat At-Taubah ayat 122,yaitu:

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah bahwa etika turun ayat ke 39 yang
berbunyi,”jika kamu tidak pergi berangkat (untuk berperang),niscaya Allah akan
menghukum kamu dengan azab yang pedih…” Padahal waktu itu sejumlah orang tidak ikut
berperang karena sedang berada di padang pasir untuk mengajar agama kepada kaum mereka,
maka orang-orang munafik mengatakan “ada beberapa orang di padang pasir tinggal(tidak
berangkat berperang). Celakalah orang-orang di padang pasir itu.” Maka turunlah ayat,”Dan
tidak sepatutnya orang-orang mukmin semuanya pergi (ke medan perang)…”[1]

12
Ia meriwayatkan dari Abdullah bin Ubaid bin Umair,katanya,”Karena
amatbersemangat untuk berjihad,apabila Rasulullah mengirim suatu regu pasukan,kaum
muslimin biasanya ikut bergabung ke dalamnya dan meninggalkan Nabi saw. Di Madinah
bersama sejumlah kecil warga, maka dari itulah turun ayat ini.
Tafsir surat At-Taubah ayat 122:
Dengan susunan kalimat Falaulaa,yang berarti diangkat,maka Allah telah menganjurkan
pembagian tugas.Seluruh orang yang beriman diwajibkan berjihad dan diwajibkan pergi
berperang menurut kesangupan masing-masing,baik secara ringan ataupun berat. Dengan
ayat ini pula Allah menuntun hendaklah jihad itu dibagi,yaitu jihad bersenjata dan jihad
memperdalam ilmu pengetahuan dan pengertian agama. Jika yang pergi ke medan perang itu
bertaruh nyawa dengan musuh,maka yang tinggal di garis belakang memperdalam
pengertian(fiqih) tentang agama, sebab tidaklah kurang penting jihad yang mereka
hadapi,ilmu agama wajib diperdalam.

10. Hikmah Surat At-Taubah Ayat 122


1. Jadilah orang yang berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang
muslim bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orangorang yang ada
disekitarnya. Dan dengan demikian kebodohan yang adadilingkungannya bisa terkikis
habis dan berubah menjadi masyarakat yangberadab dan memiliki wawasan yang
luas.

2. Jika tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat
manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari
orang-orang pandai.

3. Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau
mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu
pengetahun kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.

4. Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang
menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliakan
orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan
tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.

13
5. Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak
mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini
akan menjadi orang yang celaka.

6. Memiliki motivasi untuk menuntut ilmu sepanjang hidup karena mencari dan
menuntut ilmu merupakan bagian dari jihad fi sabilillah. dengan menuntut ilmu
berarti seseorang berperang melawan kebodohan, ketidaktahuan, keterbelakangan,
dan kemiskinan

7. Mempunyai semangat untuk menuntut ilmu dan memiliki semangat untuk


mengajarkan kembali pada orang lain. hal tersebut bukan hanya untuk meraih predikat
sebagai orang yang dimuliakan Allah SWT, tetapi juga untuk mengejar ketertinggalan
umat islam. umat islam tidak akan bangkit hanya dengan ibadah ritual saja, melainkan
melalui ilmu yang disinergikan dengan kekuatan ibadah mereka.

8. Berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan sebagai


ikhtiar atau usaha agar tidak tertinggal oleh laju perkembangan zaman.

9. Seluruh ilmu yang sudah didapat harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kemaslahatan dan manfaat bagi sesama umat dapat terwujud. sementara itu,
Allah SWT sangat murka kepada orang yang tidak mau mengamalkan ilmu yang
dimilikiya.

10. Menghindari sikap sombong dan bangga karena memiliki ilmu karena kepandaian
yang dimiliki seseorang diibaratkan hanya sedikit saja dari ilmu Allah SWT.

11. Alasan Pentingnya Menuntut Ilmu

 Merupakan bagian dari ibadah

 Bagian dari jihad fi sabilillah

 Ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT

 Syarat diterimanya amal seorang muslim

14
 Ilmu yang bermanfaat memiliki pahala yang sangat besar

 Dimudahkan jalannya menuju surga

 Akan didoakan oleh seluruh makhluk dilangit dan dibumi.

15
PENUTUP
1. Kesimpulan

Dalam Surat Al Mujadalah Ayat 11: Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita
mengerjakan hal hal yang menjadi sebab timbulnya rasa persahabatannya itu seperti
melapangkan tempat duduk orang-orang yang datang ke dalam majelis, dan berbagi
tempat di majelis. Apabila hal hal tersebut kita laksanakan, Allah meninggikan kedudukan
kita di dalam surga dan Allah mengangkat derajat orang orang yang diberikan ilmu

Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut


perjuangan, yaitu hukum mencari ilmu dan mendalami agama artinya bahwa pendalaman
ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian
bukti bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada kedamaian dan
menegaskan sendi sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang sendiri itu
tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut agar
jangan dipermainkan oleh tangan tangan ceroboh dari orang orang kafir dan munafik.
Oleh karena itu ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk
mencerdaskan umat, maka tidak dapat dibenarkan bila ada orang orang islam yang
menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk mengejar pangkat dan kedudukan atau
keuntungan pribadi saja, apalagi menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan
dan kesombongan diri terhadap golongan yang belum menerima pengetahuan

2. Saran
Selanjutnya kami sebagai penulis makalah ini ini sangat menyadari bahwa
karya ini sangat jauh dari kata-kata sempurna untuk itu maka masukan dan saran yang
membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan karya saya dimasa yang akan
datang.

iv
Daftar Pustaka

Al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi 1. Beirut: Darul Kutub.


Amrullah, P. D.
Ash-Shiddieqy, P. T. Tafsir Al-Qur'an Majied.
as-suyuthi, J.
Shihab, M. Q. Wawasan Al-Qur'an .

Anda mungkin juga menyukai