Anda di halaman 1dari 24

AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ILMU PENGETAHUAN

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. Nurul Hidayat, M.Ag.

Disusun oleh:

Kelompok 12 PAI-3F

1. Muhamad Sohibul Muslihin (126201201039)


2. Aulia Nur Afifah (126201201044)
3. Aldita Nur Layli (126201202102)
4. Michel Azahra Firdaus (126201203251)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi dengan judul “Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Ilmu
Pengetahuan“. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu menyelenggarakan makalah ini. Ucapan terimakasih tidak lupa penulis
sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag. Selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Dr. Nurul Hidayat, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi
yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta dukungannya.
5. Civitas UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. yang telah memberikan izin
dan fasilitas kepada penulis untuk mencari dan mendapatkan tambahan
pengetahuan dalam menyelesaikan makalah ini.
6. Teman-teman PAI 3F yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan makalah
ini.
Dengan penuh harap, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal salih. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini banyak
terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa, untuk itu kritik

i
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempatan penulis dalam menyelesaikan
tugas-tugas dimasa datang. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat
kepada siapa saja yang membaca.

Malang, 20 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN................................................................................................ 3

A. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. Al-Mujadalah/58: 11 ........... 3

B. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. Fathir/35: 27-28 ................... 8

C. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. An-Nahl/16: 79 .................. 13

D. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. Al-Mulk/67: 1-5 ................ 15

BAB III ................................................................................................................. 18

PENUTUP ........................................................................................................ 18

A. Kesimpulan ............................................................................................. 18

B. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah,
petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil.
Dalam Al-Quran sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang melekat
dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif. Yaitu membawa misi
perubahan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan, Zhulumat
(di bidang akidah, hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dll) kepada sebuah
cahaya, Nur petunjuk ilahi untuk menciptakan kebahagiaan dan kesentosaan
hidup manusia, dunia-akhirat.
Dari prinsip yang diyakini kaum muslim inilah usaha-usaha manusia
muslim dikerahkan untuk menggali format-format petunjuk yang dijanjikan
bakal mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.
Nah dalam upaya penggalian prinsip dan nilai-nilai Qurani yang
berdimensi keilahian dan kemanusiaan itulah penafsiran dihasilkan.
Keberadaan tafsir ini begitu populer dimasyarakat mulai dari zaman Nabi saw
sendiri dan sampai sekarang, maka ini merupakan salah satu warisan ilmu
yang perlu mendapatkan perhatian serius demi kemashlahatan umat Islam dan
perlu dikembangkan sesuai dengan tuntutan ilmu pengethuan dan teknologi
zaman.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kandungan, dan penafsiran pada QS. Al-Mujadalah/58: 11?
2. Bagaimana kandungan, dan penafsiran pada QS. Fathir/35: 27-28?
3. Bagaimana kandungan, dan penafsiran pada QS. An-Nahl/16: 79?
4. Bagaimana kandungan, dan penafsiran pada QS. Al-Mulk/67: 1-5?

C. Tujuan
1. Mengetahui kandungan, dan penafsiran pada QS. Al-Mujadalah/58: 11
2. Mengetahui kandungan, dan penafsiran pada QS. Fathir/35: 27-28
3. Mengetahui kandungan, dan penafsiran pada QS. An-Nahl/16: 79
4. Mengetahui kandungan, dan penafsiran pada QS. Al-Mulk/67: 1-5

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. Al-Mujadalah/58: 11


1. QS. Al-Mujadalah/58: 11

             

             

    

Terjemahnya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.1

2. Asbabun Nuzul QS. Al-Mujadalah/58: 11


Rasulullah biasa memberikan tempat khusus kepada para sahabat
ahli badar. Di suatu hari, ketika majlis sedang berlangsung, datang
beberapa sahabat ahli badar. Mereka mengucapkan salam kepada
Rasulullah dan beliau menjawabnya. Mereka mengucapkan salam kepada
orang-orang di majlis itu dan mereka menjawabnya pula. Namun, tidak
ada yang beranjak dari tempat duduknya sehingga para ahli badar itu
berdiri. Maka Rasulullah memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya yang
lain, yang tidak ikut perang badar, untuk mengambil tempat lain agar para
ahli badar bisa duduk di dekat beliau. Orang-orang munafik memanfaatkan
kesempatan itu dengan menuduh Rasulullah tidak adil. “Katanya
Muhammad berlaku adil, ternyata tidak.” Mereka bermaksud memecah

1
Kementrian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya (jakarta : Kementrian Agama RI. 2018).

3
belah para sahabat. Ketika tuduhan itu sampai di telinga Rasulullah, beliau
menjelaskan bahwa siapa yang memberi kelapangan untuk saudaranya, ia
akan mendapatkan rahmat Allah. Para sahabat menyambut seruan
Rasulullah itu dan Allah pun menurunkan Surat Al Mujadalah ayat 11.

3. Tafsir Surat QS. Al-Mujadalah/58: 11


Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi
ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan
intisari.
a. Adab Menghadiri Majelis dan Keutamaannya

Poin pertama dari Surat Al Mujadalah ayat 11 ini adalah adab


dalam majlis dan keutamaannya.

           

     

Terjemahnya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan


kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,

Kata tafassahuu (‫ )تفسحىا‬dan ifsahuu (‫ )إفسحىا‬berasal dari kata fasaha


(‫ )فسح‬yang artinya lapang. Sedangkan kata unsyuzu (‫ )أَششوا‬berasal
dari kata nusyuuz (‫ )َشىس‬yang artinya tempat yang tinggi. Yaitu
beralih ke tempat yang tinggi. Perintah itu berarti, berdirilah untuk
pindah ke tempat lain guna memberikan kesempatan kepada orang
lain agar duduk di situ2.

2
disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan
Tafsir Al Misbah.

4
Ayat ini memberikan tuntunan adab atau etika bermajlis. Yakni
hendaklah setiap orang berlapang-lapang dalam majlis. Tidak
mengambil tempat duduk kecuali seperlunya dan mempersilakan
orang lain agar bisa duduk di majlis jika masih memungkinkan.
Dalam Surat Al Mujadalah ayat 11 ini juga ada tuntunan, hendaklah
seseorang memberikan tempat yang wajar serta mengalah kepada
orang-orang yang dihormati dan orang-orang yang lemah. Dalam
konteks asbabun nuzul, para sahabat ahli badar adalah orang-orang
yang memiliki keutamaan dan kedudukan mulia dalam Islam karena
jasa besar mereka dalam perjuangan. Karena itulah Rasulullah
memberikan tempat khusus kepada mereka.

ِّ ‫انز ُج َم ِي ٍْ َيجْ ِه ِس ِّ ث ُ َّى يَقْعُذْ فِي‬ َّ ‫الَ يُ ِق ِى‬


َّ ‫انز ُج ُم‬
“Janganlah seseorang menyuruh berdiri orang lain dari majlisnya
lalu ia duduk menggantikannya.” (HR. Ahmad)

Orang yang memberi kelapangan kepada orang lain, ia akan diberi


kelapangan oleh Allah. Orang yang memberikan tempat duduk kepada
orang lain, ia juga mendapat kebaikan dari Allah.

b. Allah Meninggikan Derajat Orang Berilmu


Poin kedua dari Surat Al Mujadalah ayat 11 ini adalah keutamaan
orang yang berilmu. Bahwa Allah akan meninggikan derajat mereka.

         

Terjemahnya: niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang


beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.

5
Ibnu Katsir menjelaskan, janganlah memiliki anggapan bahwa
apabila seseorang dari kalian memberikan kelapangan untuk tempat
duduk saudaranya yang baru tiba atau ia disuruh bangkit untuk
saudaranya itu merendahkannya. Tidak, bahkan itu merupakan suatu
derajat ketinggian baginya di sisi Allah.
Orang yang mau memberikan kelapangan kepada saudaranya dan
bersegera saat disuruh Rasulullah bangkit, mereka adalah orang-orang
berilmu yang tahu adab majlis. Maka Allah meninggikan derajat
mereka. Firman Allah ini juga berlaku umum, siapa pun yang beriman
dan berilmu, Allah akan meninggikan derajatnya. Tak hanya di dunia,
tapi juga di akhirat.
Umar pernah bertemu Nafi‟ bin Abdul Haris di Asfan.
Sebelumnya, Umar menunjuk Nafi‟ menjadi amilnya di Makkah.
Maka Umar bertanya kepada Nafi‟ “Siapakah yang menggantikanmu
untuk memerintah di Makkah?”
“Aku mengangkat Ibnu Abza sebagai penggantiku,” jawab Nafi‟.
“Engkau mengangkat seorang bekas budak untuk menggantikanmu
mengurus Makkah?”
“Wahai amirul mukminin, sesungguhnya dia seorang ahli qiraat dan
hafal Al Quran, alim mengenai ilmu faraid.”
Maka Umar pun menyetujuinya, seraya membacakan hadits Nabi:

ٍَ‫ض ُع ِت ِّ آخ َِزي‬ ِ ‫َّللاَ يَ ْزفَ ُع ِت َهذَا انْ ِكتَا‬


َ َ‫ب أ َ ْق َىا ًيا َوي‬ َّ ٌَّ ‫ِإ‬

Terjemahnya: “Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum


berkat Kitab (Al Quran) ini dan merendahkan kaum lainnya
karenanya.” (HR. Muslim)
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan bahwa ayat
ini mengajarkan kepada kaum muslimin bahwa keimananlah yang

6
mendorong mereka berlapang dada dan menaati perintah. Ilmulah
yang membina jiwa lalu dia bermurah hati dan taat.
“Iman dan ilmu itu mengantarkan seseorang kepada derajat yang
tinggi di sisi Allah. Derajat ini merupakan imbalan atas tempat yang
diberikannya dengan suka hati dan atas kepatuhan kepada
Rasulullah,” tulis Sayyid Qutb.

c. Pengetahuan dan Balasan Allah


Poin ketiga dari Surat Al Mujadalah ayat 11 ini adalah penegasan
bahwa Allah Maha Mengetahui dan Mengabarkan serta memberi
imbalan berdasarkan ilmu.

   

Terjemahnya : Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah Maha Mengetahui segala yang dilakukan oleh hamba-


hambaNya. Termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Seluruhnya
itu akan dikabarkan Allah di akhirat nanti dan akan diberiNya balasan.
Mereka yang dengan ikhlas memberi kepalangan kepada saudaranya
dan mereka yang mentaati Rasulullah, mereka akan mendapatkan
pahala di akhirat kelak. Demikian pula mereka yang tidak mau memberi
kelapangan, bahkan orang munafik yang menuduh Rasulullah tidak
adil, mereka juga akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. “Allah
memberikan balasan berdasarkan ilmu dan pengetahuan akan hakikat
perbuatanmu dan atas motivasi yang ada di balik perbuatan itu,” terang
Sayyid Qutb.

4. Kandungan QS. Al-Mujadalah/58: 11

a. Di antara adab menghadiri majlis (termasuk majlis ilmu dan majlis


dzikir) adalah berlapang-lapang dan memberikan kelapangan kepada
orang lain agar bisa duduk di majlis itu.

7
b. Pemimpin majlis boleh memerintahkan seseorang untuk pindah guna
memberikan tempat kepada orang yang dimuliakan. Dan hendaklah
orang yang diperintah mentaati pemimpin majlis tersebut.
c. Orang yang memberikan kelapangan kepada saudaranya di majlis,
Allah akan memberikan kelapangan untuknya.
d. Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat.
e. Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-hambaNya dan
motivasi di balik perbuatan itu. Dia juga memberikan balasan
berdasarkan hakikat dan motivasi perbuatan itu.
f. Ayat ini memotivasi orang-orang beriman untuk menuntut ilmu dan
menjadi orang-orang yang berilmu.

B. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. Fathir/35: 27-28


1. QS. Fathir/35: 27-28

               

       

Artinya : “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari


langit lalu dengan air itu kami hasilkan buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih
dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam
pekat.”(Qs.al-fathir ayat 27)

            

      

Artinya : “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang


melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam

8
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs.al-fathir ayat 28).

2. Tafsir Al-Azhar dan Al-Maraghi QS. Fathir/35: 27-28


Setelah Allah SWT,menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan
atas keesaanNya, keagungan dan kekuasaanNya; dan yang berpaling
daripadaNya adalah orang-orang musyrik yang bersikap keras kepala,
maka dilanjutkan dengan menyebutkan apa yang mereka lakukan berupa
pemandangan-pemandangan yang bermacam-macam bentuk dan
warnanya. Semoga hal itu dapat mengembalikan kesadaran mereka dan
membangkitkan akal pikiran untuk mengambil pelajaran dari apa yang
mereka lihat.

‫ت ُي ْخت َ ِهفًا أ َ ْن َىاَُ َها‬


ٍ ‫اء َيا ًء فَأ َ ْخ َز ْجَُا تِ ِّ ث َ ًَ َزا‬ َّ ‫أ َنَ ْى ت ََز أ َ ٌَّ انََّّ أ َ َْشَ َل ِيٍَ ان‬
ِ ًَ ‫س‬

Artinya : “tidakkah engkau lihat bahwasanya Allah telah menurunkan air


dari langit”(pangkal ayat 27).

Dalam ayat ini diterangkan lagi bagaimana Allah menurunkan air


itu dari langit yaitu dari tempat yang diatas kita; “maka kami keluarkan
dengan dia buah-3buahan dengan berbagai warnanya. Artinya dengan
sebab turunnya air dari langit, yang berupa hujan itu maka suburlah bumi
dan hiduplah segala-galanya. Diantaranya keluarlah dari bumi berbagai
macam dan berbagai jenis buah-buahan serta berbagai kacang-kacangan
dan lain-lainnya.semuanya itu adalah simpanan bumi , simpanan itu tidak
akan keluar jika bumi tidak subur kalau hujan tidak turun.
Selain dari hasil buah-buahan dari bumi yang berbagai bentuk,
berbagai warna. Dan berbagai rasa disuruh pula kita melihat gunung-
gunung. Gunung-gunung sangat menarik perhatian baik dari segi
warna,jenis serta bentuknya yang terbuat dari batu-batu granit yang keras

3
Hamka, terjemahan Tafsir Al-azharr,Pustaka Nasional PTE LTD Singapura,2003.

9
atau gunung-gunung yang mengeluarkan lahar dan memancarkan api atau
gunung-gunung yang hijau dan gunung-gunung yang yang diseliputi salju.

‫سىد‬ ُ ‫ف أ َ ْن َىاَُ َها َوغ ََزا ِت‬


ُ ‫ية‬ ٌ ‫يض َو ُح ًْ ٌز ُي ْخت َ ِه‬ ِ َ‫ۚ َو ِيٍَ ْان ِجث‬
ٌ ‫ال ُجذَدٌ ِت‬
Artinya : “Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan
merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam
pekat.” (ujung ayat 27 ).
Ujung ayat “gharaabibu suud”yang kita artikan pekat hitam,
menurut Ikrimah artinya puncak gunung yang tinggi menghitam. Judadun
biidhun yang kita artikan dengan garis-garis putih, menurut Ibnu Abbas
artinya adalah jalan-jalan yang lesa karena jejak kaki orang yang selalu
mencari jalan lintas disana yang dinamai jalan memintas.
Seruan sederhana dalam ayat ini dapat diperdalam lagi, yang
menimbulkan ilmu pengetahuan. Dalam kata buah-buahan berbagai warna
akan timbullah ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu pertanian, ilmu memupuk,
ilmu uculasi agar dapat hasil yang lebih unggul. Dan tentang menyebut
garis warna putih , merah-merah pekat hitam di gunung-gunung, orang
dapat mempelajari tentang keadaan tanah ditempat itu, mineral apa yang
dikandungnya, logam apa yang terdapat didalamnya, adakah besi,
Loyang,tembaga, perak, emas, aluminium, timah dan sebagainya.
Dalam firman Allah ini, Allah mengingatkan kepada Rasulullah
SAW dan juga kepada orang yang berbuat baik kepada Rasul ( umat
manusia ) bahwa Allah telah menurunkan hujan dari langit yang dengan
hujan itu dapat menghasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenis
dan kelompoknya, juga bermacam-macam warnanya antara lain putih,
merah, kuning, hijau dan hitam. Selain itu Allah juga menjadikan gunung-
gunung yang antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih yang
beraneka macam warnanya ada pula yang hitam pekat.
Imam Jauhari mengatakan : hitam pekat artinya warna yang sangat
hitam. Firman Allah SWT dan demikian pula diantara manusia, binatang

10
melata dan ternak itu bermacam-macam warna dan jenisnya,
sesungguhnya Allah menciptakan segala sesuatu dengan bermacam-
macam warna dan berbeda-beda jenisnya, hal ini Allah ingin menunjukkan
bukti sebagai keagungan, keadilan atas kekuasaan dan keindahan
ciptaannya. Dan ulama yang dapat mengetahui kebesaran dan kekuasaan
Allah SWT.

‫ف أ َ ْن َىاَُُّ َك َٰذَ ِن َك‬


ٌ ‫ب َو ْاْل َ َْعَ ِاو ُي ْخت َ ِه‬ ِ َُّ‫َو ِيٍَ ان‬
ِ ّ ‫اص َوانذ ََّوا‬
Artinya : “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya).” (pangkal ayat 28 ).
Di ayat ini disebut tiga kelompok besar makhluk bernyawa pengisi
bumi. Pertama ialah manusia dengan berbagai warna, bahasa dan bangsa.
Kita akan melihat berbagai ragam suku, berbagai ragam bangsa dan
berbagai ras. Kita akan melihat berbagai warna kulit: ada yang dinamai
orang kulit putih, berkulit hitam, ada juga yang berkulit merah, serta orang
kulit kuning, ada juga warna sawo matang, warna kehitaman.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya
hanyalah orang-orang yang berilmu. Dengan jelas pada kalimat dibawah
ayat ini dijelaskan bahwasanya orang yang bisa merasakan takut kepada
Allah, ialah orang-orang yang berilmu.dipangkal kata ini tuhan memakai
kata “innamaa”, yang berarti “lain tidak hanya”ahli-ahli ilmu nahwu
mengatakan huruf innamaa adalah aadatu hashr, yang artinya “alat untuk
pembatas”. Sebab itu artinya yang tepat dan jitu ialah: “lain tidak hanyalah
orang-orang yang berilmu jua yang akan merasa takut kepada Allah”,
kalau ilmu tidak ada, tidaklah orang akan merasa takut kepada Allah.
Karena timbulnya suatu ilmu ialah setelah diselidiki.
Sehubungan dengan ayat diatas, Rasulullah SAW Bersabda:
“Rasulullah SAW melakukan sesuatu lalu beliau memberi rukhshah
(keringanan) mengenai sesuatu itu. Namun ada suatu kaum yang
menghindarinya. Ketika hal itu didengar oleh Nabi saw. Lalu beliau pun

11
berkhutbah. Beliau memuji Allah lalu bersabda, „Kenapakah ada kaum
yang menghindari sesuatu yang aku perbuat. Demi Allah sesungguhnya
aku adalah yang paling tahu tentang Allah dan paling takut kepada-Nya di
antara mereka.” (H. R. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam ayat ini bertemu kalimat ulama, yang berarti orang-orang
yang berilmu. Dan jelas pula bahwa ilmu itu adalah luas sekali. Alam
disekeliling kita, sejak dari air hujan yang turun dari langit menghidupkan
bumi yang telah mati sampai kepada gunung-gunung menjulang langit,
warna-warni pada gunung, sampai yang lain-lain yang disebutkan
manusia, binatang melata, binatang ternak dan berbagai warna, sungguh
menakjubkan dan meyakinkan tentang kekuasaan Allah. Diujung ayat
dijelaskan:

ٌۚ‫يش غَفُىر‬ َ ََّّ‫ِإََّ ًَا يَ ْخشَى انََّّ ِي ٍْ ِعثَا ِد ِِ ْانعُهَ ًَا ُء ۗ ِإ ٌَّ ان‬
ٌ ‫ع ِش‬

Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-


hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi
Maha Pengampun.” ( ujung ayat 28 ).
Maka nampaklah bahwa memang Allah itu Maha Perkasa. Sebesar
itu alam keliling, hanya patuh menuruti qudrat iradatNya. Namun kita
manusia kerapkali lupa akan kebesaran ilahi itu, sehingga kerapkali
terlanggar perintah berbuat dosa. Namun apabila telah insaf dan mohon
ampun, dia tetap akan mengampuni. Tentang ulama, atau orang-orang
yang berpengetahuan, Ibnu Katsir telah menafsirkan: “tidak lain orang
yang akan merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yang telah
mencapai ma’rifat, yaitu mengenal tuhan memiliki hasil kekuasaan dan
kebesaranNya. 4Maha Besar, Maha Kuasa, Yang Maha Mengetahui, yang
mempunyai sekalian sifat kesempurnaan dan yang punya”Al-Asma-ul
Husnaa”(nama-nama yang indah). Apabila ma’rifat bertambah sempurna
dan ilmu terhadapNya bertambah matang, ketakutan kepadaNya pun
bertambah besar dan bertambah banyak. Thahir Ibn „Asyur menulis bahwa

4
Musthafa Al-Maraghi, Ahmad,Tafsir Al-Maraghi, CV Toha Putra, juz 22, Semarang, 1989.

12
yang dimaksud dengan ulama adalah orang-orang yang mengetahui
tentang Allah dan syari‟at.
3. Kandungan QS. Fathir/35: 27-28
a. Ayat ini menguraikan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Ayat
ini menggaris bawahi juga kesatuan sumber materi namun
menghasilkan aneka perbedaan. Sperma yang menjadi bahan
penciptaan dan cikal bakal kejadian manusia dan binatang pada
hakikatnya Nampak tidak berbeda antara satu dan yang lain. Dan
disinilah letak satu rahasia dan misteri gen.
b. Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa factor genetic lah yang
menyebabkan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tetap memiliki
ciri khasnya dan tidak berubah hanya disebabkan oleh habitat dan
makananya.
c. Dalam ayat ini terdapat dua hal yang perlu digaris bawahi. Pertama,
penekanannya pada keanekaragaman serta perbedaan yang terhampar
dibumi, ini mengandung arti bahwa keanekaragaman dalam kehidupan
merupakan keniscayaan yang dikehendaki Allah termasuk dalam hal
ini perbedaan pendapat dalam bidang ilmiah, bahkan keanekaragaman
tanggapan manusia menyangkut kebenaran kita-kita suci, penafsiran
kandungannya, serta bentuk pengamalannya. Kedua, mereka yag
memiliki pengetahuan tentang fenomena alam dan social, dinamai oleh
al-qur‟an.diatas terbaca bahwa ayat ini berbicara tentang fenomena
alam dan social, dituntun agar mewarnai ilmu mereka dengan nilai
spiritual dan agar dalam penerapannya selalu mengindahkan nilai-nilai
tersebut.

C. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. An-Nahl/16: 79


1. QS. An-Nahl/16: 79

                

  

13
Arti: Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan
terbang diangkasa bebas. tidak ada yang menahannya selain daripada
Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

2. Tafsir QS. An-Nahl/16: 79


Tafsir jalalain:
(Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang
dimudahkan) terbang (di angkasa bebas) di udara antara langit dan bumi.
(Tidak ada yang menahannya) sewaktu ia melipat sayap atau
mengembangkannya sehingga ia tidak jatuh ke bawah (selain daripada
Allah) yakni dengan kekuasaan-Nya. (Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang beriman) yaitu penciptaan burung itu sehingga dapat terbang dan
penciptaan udara sehingga dapat memungkinkan bagi burung untuk
terbang mengarunginya dan menahan burung untuk tidak jatuh ke tanah.
Tafsir umum:
Sebuah panorama berupa burung-burung yang dengan mudah
terbang diangkasa bebas merupakan pemandangan yang selalu berulang.
Shingga keterbiasaan itu telah menghilangkan keajaiban yang terkandung
didalamnya . kalbu insani yidaklah mungkin mampu menangkap keajaiban
kecuali jika ia selalu sadar. “tidak ada yang menahannya selain daripada
allah”, yakni Dia menahannya dengan sunnahtullah-Nya yang diletakkan
pada insting sang burung dan kedalam fitrah alam yang ada disekitarnya.
Dia membuat burung mampu terbang dan menjadikan udara disekitarnya
sesuai dengan penerbangan burung itu. Dengan begitu, Dia menahan
burung agar tidak terjatuh saat sedang terbang di angkasa. “sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
tuhan) bagi orang-orang yang beriman”, jadi hati seorang beriman ini
laksana hati sang penyair berbakat yang mampu menangkap berbagai
keindahan den keajaiban makhluknya. Hati inilah yang bisa memahami
berbagai keajaiban alam semesta yang mampu menggetarkan rasa dan

14
menggugah hati nurani. Lalu ia ekspresikan cita rasanya akan keindahan
semesta alam ini dalam bentuk beriman, beribadah, bertasbih kepada-
Nya.5
3. Kandungan QS. An-Nahl/16: 79
a. Allah meminta manusia agar berpikir dalam sistem penciptaan
Ilahi.
b. Menumbuhkan rasa keyakinan (keimanan) manusia terhadap Allah
SWT atas ilmu yang telah dimiliki.

D. Arti, Kandungan, dan Penafsiran pada QS. Al-Mulk/67: 1-5


1. QS. Al-Mulk/67: 1-5

             

               

               

            

         

Artinya : Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia


Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Mahaperkasa, Maha Pengampun. Yang menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pengasih. Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan)
sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan
cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih. Dan sungguh, telah Kami

5
Sayyid Kutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Gema Insani, Jakarta, 2004, H.308.

15
hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya
(bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan
bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala.

2. Tafsir QS. Al-Mulk/67: 1-5


Kitab al-Tafsîr al-Munîr memulai surah al-Mulk secara berurutan
dari penjelasan penamaan surah yang berisi tentang tempat atau waktu
turunnya surah beserta jumlah ayat, munâsabah dengan surah sebelumnya
berdasarkan urutan mushaf, kandungan surah, keutamaan surah,
pemberian judul bahasan kelompok ayat, pembahasan i‟râb, pembahasan
balâghah, al-mufradât al-lughawiyyah, altafsîr wa al-bayân, fiqhu al-
Hayâh au al -Ahkâm. Format dan susunan penyajian pembahasan
kelompok ayat berikutnya sampai akhir surah sama dengan susunan
penyajian pembahasan kelompok ayat sebelumnya. Format dan susunan
seperti ini berlaku bersifat umum pada surah-surah lain dalam kitab al-
Tafsîr al-Munîr ini. Uraian di atas menunjukkan:
a. Format dan susunan penyajian tafsîr surah al-Mulk sangat sistematis,
b. Tafsir tersebut mudah dipahami oleh banyak kalangan
c. Bahasa yang digunakan mudah, hidup dan menyegarkan
d. Pembahasannya dilengkapi dari berbagai cabang ilmu yang dibutuhkan
seperti disebutkan di atas dalam memahami petunjuk ayat dalam
kontek kehidupan saat ini.

3. Kandungan QS. Al-Mulk/67: 1-5


Kitab al-Tafsîr al-Munîr menjelaskan kandungan surah al-Mulk
secara global terlebih dahulu kemudian penjelasan lebih rinci tentang
kandungan kelompok-kelompok ayat dalam surah tersebut. Surah ini
mengandung 3 pokok bahasan:
Ayat 1 dan 2: Menetapkan adanya Allah SWT, keagunganNya, dan
kekuasaannya atas segala sesuatu.

16
Ayat 3-5: Hanya Allah saja pemilik semua kerajaan. Ia berkuasa atas
segala sesuatu seperti menghidupkan dan mematikan makhluk. Dalil-dalil
atas keberadaan Allah antara lain Dia menciptakan 7 langit, planet-planet
dan bintang bintang yang bersinar.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari ayat-ayat diatas dapat di simpulkan bahwasanya ilmu pengetahuan dapat
di klasifikasikan sebagai berikut:
1. QS. Al-Mujadalah/58: 11 menjelaskan tentang :
 Pengetahuan dan Balasan Allah
 Adab Menghadiri Majelis dan Keutamaannya
 Allah Meninggikan Derajat Orang Berilmu

2. QS. Fathir/35: 27-28 berisi tentantang :


Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan ciptaan-Nya yang
beraneka macam di mana asalnya adalah satu dan materinya juga satu,
namun terjadi perbedaan yang mencolok sebagaimana yang kita saksikan,
untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya betapa sempurnanya
kekuasaan-Nya dan betapa indah kebijaksanaan-Nya. Contoh dalam hal
ini adalah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan air dari langit, lalu
Dia mengeluarkan daripadanya tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang
beraneka macam sebagaimana yang kita saksikan, padahal airnya satu
macam dan tanahnya juga satu macam.

3. QS. An-Nahl/16: 79 mengandung makna :


Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang menciptakan burung yang
membuatnya dapat terbang, Dia menciptakan pula angkasa yang
memudahkan burung-burung terbang di sana dan Dia yang menahannya
agar tidak jatuh. Yakni tanda yang menunjukkan sempurnanya
kebijaksanaan Allah, ilmu-Nya yang luas, dan perhatian-Nya kepada
semua makhluk serta sempurnanya kekuasaan-Nya. Karena kepada
mereka (orang-orang beriman) ayat-ayat Allah bermanfaat, adapun selain

18
mereka, maka pandangan mereka hanya sebatas pandangan main-main
dan kelalaian.
4. QS. Al-Mulk/67: 1-5 menjelaskan tentang :
Ayat 1 dan 2: Menetapkan adanya Allah SWT, keagunganNya, dan
kekuasaannya atas segala sesuatu. Ayat 3-5: Hanya Allah saja pemilik
semua kerajaan. Ia berkuasa atas segala sesuatu seperti menghidupkan
dan mematikan makhluk. Dalil-dalil atas keberadaan Allah antara lain Dia
menciptakan 7 langit, planet-planet dan bintang bintang yang bersinar.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami menyadari bahawa masih banyak kekurangan dari makalah
yang kami buat. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.

19
DAFTAR RUJUKAN

Abdu al-Ghaffâr „Abdu al-Rahîm, al-Imâm Muhammad „Abduh wa Manhajuhu fi


al-Tafsîr(Kairo: Dâr al-Ansâr, tth)
Abdur Rahmân bin Nâsir al-Sa‟di, Taisîr al-Karîm al-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-
Mannân ( Bairût: Dâr Ibnu Hazm,2003),
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006)
Ahmad musthafa al-Maraghi, Tafsîr al-Marâghi, (tt, Darul fikri)
Ahmad musthofa Mutawalli, al-Mausû‟ah al-Ummu fi Tarbiyatil aulâd fi al-Islâm,
(Qâhirah, Dâr ibnu al-Jauzi)
Disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir
Al Munir dan Tafsir Al Misbah.

Hamka, terjemahan Tafsir Al-azharr,Pustaka Nasional PTE LTD Singapura,2003.


Kementrian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya (jakarta : Kementrian Agama
RI. 2018).

Muchlisin BK. 2020. Surat Al Mujadalah Ayat 11, Arab Latin, Arti, Tafsir dan
Kandungan. Dari https://bersamadakwah.net/surat-al-mujadalah-ayat-11/.
diakses pada 19 November 2021.

Musthafa Al-Maraghi, Ahmad,Tafsir Al-Maraghi, CV Toha Putra, juz 22,


Semarang, 1989.
Sayyid Kutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Gema Insani, Jakarta, 2004, H.308.

20

Anda mungkin juga menyukai