Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENGANTAR AGAMA ISLAM

“ALQUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA DAN UTAMA”

DOSEN PEMBIMBING:
Asrul Faruq, S.Pd.I,M.Pd.I

Disusun Oleh: Kelompok 4


 Faiz Budiman ( 3220072 )
 Sri Murni ( 3210178 )
 Hasna Afifah Khoirunnisa ( 3210123 )
 Inura Bislah Djohar ( 3210126 )
 Isti Nurazmi ( 3220069 )
 Eva Riana ( 3210113 )
 Atiah Hopsah ( 3220046 )
 Nur Laili (3220055 )
 Ikhlas Sul Akhmal ( 3210142 )
 Fadlillah Tsalis ( 3210115 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah


SWT., atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya,
Penyusun (Kelompok 1) dapat
menyelesaikan makalah tentang
“Al-Qur’an
sebagai Sumber Hukum Islam”.
Sholawat dan salam semoga
terlimpah
curahkan kepada junjungan Nabi
besar kita, Nabi Muhammad
SAW., yang telah
menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang
ii
sempurna dan menjadi anugerah
terbesar bagi seluruh alam
semesta. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah
“Ulum Al-Qur’an”
pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Universitas
Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Banten
(UIN SMH Banten)
Puji syukur kehadirat Allah
SWT., atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya,
Penyusun (Kelompok 1) dapat
menyelesaikan makalah tentang
“Al-Qur’an
iii
sebagai Sumber Hukum Islam”.
Sholawat dan salam semoga
terlimpah
curahkan kepada junjungan Nabi
besar kita, Nabi Muhammad
SAW., yang telah
menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah
terbesar bagi seluruh alam
semesta. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah
“Ulum Al-Qur’an”

iv
pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Universitas
Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Banten
(UIN SMH Banten)
Puji syukur kehadirat Allah
SWT., atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya,
Penyusun (Kelompok 1) dapat
menyelesaikan makalah tentang
“Al-Qur’an
sebagai Sumber Hukum Islam”.
Sholawat dan salam semoga
terlimpah
curahkan kepada junjungan Nabi
besar kita, Nabi Muhammad
SAW., yang telah
v
menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah
terbesar bagi seluruh alam
semesta.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
Penyusun (Kelompok 4) dapat menyelesaikan makalah tentang “Al-Qur’an sebagai Sumber
Hukum Pertama dan Utama”. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan
Nabi besar kita, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Waasalam., yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah
terbesar bagi seluruh alam semesta. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah “Pengantar Pendidikan Agama Islam” pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang.

Penyusun menyadari bahwa


makalah ini tidak mungkin
dapat diselesaikan
tanpa ada bantuan dari semua
pihak. Oleh karena itu, penyusun
pada kesempatan

vi
ini menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang
telah membantu
dalam penyelesaian makalah
ini, terutama kepada dosen mata
kuliah “Ulum Al-
Qur’an”, yaitu yang terhormat
Ibu Dr. Hj. Umi Kultsum,
M.A. yang telah
membimbing dan banyak
memberikan pengetahuan dan
pencerahan terutama
dalam pembelajaran “Ulum Al-
Qur’an”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa ada
bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, penyusun pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama
kepada dosen mata kuliah “Pengantar Pendidikan Agama Islam”, yaitu yang terhormat Bapak
Asrul Faruq, S.Pd.I,M.Pd.I, yang telah membimbing dan banyak memberikan pengetahuan dan
pencerahan terutama dalam pembelajaran “Pengantar Pendidikan Agama Islam”.

vii
Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat
dinantikan demi perbaikan
di masa mendatang. Akhirnya,
hanya kepada Allah SWT., kita
memohon petunjuk
dan pertolongan. Semoga kita
selalu diberi jalan terang
terutama dalam hal
mengembangkan dan
memanfaatkan ilmu, Aamiin.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat dinantikan demi perbaikan di masa mendatang. Akhirnya,
hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga kita
selalu diberi jalan terang terutama dalam hal mengembangkan dan memanfaatkan ilmu, Aamiin.

viii
TIM PENYUSUN

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1 Pengertian dan Fungsi Al-qur’an.............................................................................................6
2.2 Membedakan Ayat Makiyah dan Madaniyah..........................................................................9
2.3 Pokok – Pokok Al-Qur’an.....................................................................................................12
2.4 Mendeskripsikan Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama.............................17
2.5 Tanya Jawab..........................................................................................................................20
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24

x
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat
Islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Alquran yang
memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunah Rasulullah.

Sumber hukum dalam agama Islam yang paling utama dan pertama dalam menetapkan
hukum islam dan memecah masalah dalam mencari suatu jawaban adalah al-Qur’an dan al-Hadis.
Sebagai sumber paling utama dalam Islam, AlQur`an merupakan sumber pokok dalam berbagai
hukum Islam. Al-Qur’an sebagai sumber hukum isinya merupakan susunan hukum yang sudah
lengkap. Selain itu juga al-Qur`an memberikan tuntunan bagi manusia mengenai apa-apa yang
seharusnya ia perbuat dan ia tinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Al-Hadis
merupakan sumber hukum yang kedua setelah al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan hidayah Allah yang melengkapi segala aspek kehidupan manusia.
Sumber paling utama dalam Islam adalah al-Qur’an, yang merupakan sumber pokok bagi aqidah,
ibadah, etika, dan hukum.

Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber hukum Islam yang utama adalah
Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalaam bersabda, “ Aku
tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunahku.” Dan di samping itu pula para ulama
fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam, setelah Alquran dan hadist.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Al-Qur’an ?
2. Apa fungsi Al-Qur’an ?
3. Apa itu ayat makiyyah dan madaniyyah ?
4. Apa saja pokok-pokok kandungan Al-Qur’an ?
5. Mendeskrisikan Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama ?

11
I.3 Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui makna dan fungsi Al-Qur’an.
2. Agar pembaca dapat membedakan ayat makiyah dan madaniyah.
3. Agar pembaca mengetahui isi pokok-pokok yang terkandung dalam Al-Qur’an.
4. Agar pembaca dapat mendeskripsikan mengenai Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama
daan utama.

12
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Fungsi Al-qur’an


Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. Al Qiyaamah: 17-18: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya dan ‘membacanya’. Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
‘bacaan’ itu”.
Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi
sebelumnya. Alquran membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti dalam ayat yang artinya: “Tidak mungkin Alquran ini
dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan
semesta alam” (Q.S. Yunus: 37) “Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Alquran
itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab sebelumnya Sesungguhnya Allah benar-benar
Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hambanya.” (Q.S. Faathir: 31).
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia agar dijadikan sebagai pedoman
dalam setiap aspek kehidupan dan Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang selalu
relevan sepanjang masa. Relevansi kitab suci ini terlihat pada petunjuk-petunjuk yang
diberikannya kepada umat manusia dalam aspek kehidupan, agar fungsi Al-Qur’an tersebut dapat
terwujud serta selalu dapat selaras dengan kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup menjadikannya agar senantiasa dikaji, dipelajari
dan diamalkan setiap saat, kapan pun dan di mana pun. Ini menunjukkan adanya proses
pendidikan seumur hidup, yaitu konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa Al-Qur’an adalah sumber utama dan pertama dari ajaran
agama Islam. Berbeda dengan kitab suci agama lain, Al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi
Muhammad tidak hanya mengandung pokok-pokok agama. Isinya mengandung segala sesuatu
yang diperlukan bagi kepentingan hidup dan kepentingan manusia yang bersifat perseorangan
dan kemasyarakatan, baik berupa nilai-nilai moral dan norma-norma hukum yang mengatur
hubungan dengan khaliknya, maupun yang mengatur hubungan manusia dengan makhluk
lainnya.

13
Fungsi Al-Qur’an
Adapun fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Al-Huda (Petunjuk)
Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk yang terdiri dari 3 jenis, yaitu petunjuk bagi manusia secara
umum, petunjuk bagi orang yang bertaqwa, dan petunjuk bagi orang yang beriman. Di dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah : 2 dijelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi setiap manusia
orang yang bertaqwa.
ُ ‫ٰذلِكَ ا ْل ِك ٰت‬
َ‫ب اَل َر ْي َب ۛ فِ ْي ِه ۛ ُھدًى لِّ ْل ُمتَّقِيْن‬

Artinya : “Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”

Maksud dari Al-Qur’an adalah petunjuk juga dapat maksud dengan memberikan petunjuk hidup
manusia ke jalan yang lurus dan benar, tentang berbagai hal walaupun petunjuk tersebut terkadang
bersifat umum.

2. Al-Furqon (Pembeda)
Fungsi Al Quran berikutnya yakni, Al-Furqan yang memiliki arti pembeda antara benar dan salah.
Nama ini ada dalam QS Al-Furqan ayat 1

‫ار َك الَّ ِذي نَ َّز َل ا ْلفُ ْرقَانَ َعلَ ٰى َع ْب ِد ِه لِيَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذي ًرا‬
َ َ‫تَب‬

“ Artinya : Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hanba-Nya agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan : 1)”

Alquran sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil, yang benar dan yang salah. Dengan
membaca dan memahami Alquran, kita dapat mengetahui mana yang baik dan benar dalam
kehidupan kita.

3. Al-Asyifa (Penyembuh)
Fungsi Al Quran selanjutnya yakni, Asy-Syifa yang berarti penyembuh.. Sebagaimana telah Allah
Ta’ala sebutkan pada salah satu ayatNya :
َ ‫شفَا ٌء َو َر ْح َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل َخ‬
‫سا ًرا‬ ِ ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ا ْلقُ ْرآ ِن َما ُه َو‬
“ Artinya : Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.” (QS. Al-Isra : 82)

14
Al Quran memang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah untuk mengobati penyakit hati manusia.
Untuk itu saat kita merasa mempunyai penyakit yang berkaitan dengan hati, misalnya saja iri,
kecewa, sedih, dan sebagainya dianjurkan untuk membaca Al-Quran. Membaca ayat suci Al-Quran
Insya Allah dapat meringankan bahkan menghilangkan penyakit-penyakit tersebut.
Alquran bisa menjadi obat bagi penyakit mental. Dengan membaca Alquran dan
mengamalkannya, kita dapat terhindar dari berbagai penyakit hati atau mental. Membaca Alquran
juga dapat memberikan pencerahan bagi orang yang beriman.

4. Al-Mau'izah (Nasihat)
Fungsi Al Quran selanjutnya adalah Al-Mau’izah berarti pelajaran atau nasihat. Nama ini keluar
dalam firman Allah Ta’ala :
َ‫الصدُو ِر َو ُهدًى َو َر ْح َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬ ُ َّ‫يَا َأيُّ َها الن‬
ِ ‫اس قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِمنْ َربِّ ُك ْم َو‬
ُّ ‫شفَا ٌء لِ َما فِي‬

” Artinya : Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman.(QS.Yunus:57)”.
Dalam Alquran juga terdapat banyak ilmu dan juga nasihat-nasihat dalam menjalani
kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa. Nasihat yang ada di dalam Alquran biasanya juga
digambarkan dengan sebuah peristiwa atau kejadian di masa lalu, yang bisa dijadikan pelajaran bagi
orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya.

5. Sebagai sumber ajaran / hukum Islam yang utama

Kedudukan Al-Quran adalah sebagai pedoman utama bagi umat Islam. Dijelaskan dalam buku
Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, maksud dari pedoman utama ini adalah
tidak boleh ada satu aturan pun yang bertentangan dengan Al-Qur'an. Sebagaimana firman-Nya
dalam surahAn-Nisa,ayat105:
‫هّٰللا‬
ِ ‫س بِ َم………………ٓا اَ ٰرى……………… َك ُ َۗواَل تَ ُكنْ لِّ ْل َخ……………… ۤا ِٕىنِيْنَ َخ‬
١٠٥ ۙ ‫ص……………… ْي ًما‬ ِّ ‫اِنَّٓا اَ ْن َز ْلنَ………………ٓا اِلَ ْي……………… َك ا ْل ِك ٰت َب بِ………………ا ْل َح‬
ِ ‫ق لِت َْح ُك َم بَيْنَ النَّا‬
“ Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Nabi Muhammad)
dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di antara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan
kepadamu. Janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) para
pengkhianat.". Kedudukan Al-Qur'an sebagai pedoman atau sumber hukum Islam yang pertama ini
juga dijelaskan dalam surah An Nisa ayat 59. Allah Ta’ala berfirman:

‫هّٰللا‬ َ ‫س ْو َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَاِنْ تَنَازَ ْعتُ ْم فِ ْي‬ ‫ٰيٓاَيها الَّذيْنَ ٰامنُ ٓوا اَطيعوا… هّٰللا‬
ُ ‫ش … ْي ٍء فَ … ُرد ُّْوهُ اِلَى ِ َوال َّر‬
‫س … ْو ِل‬ ُ ‫َ َواَ ِط ْي ُعوا… ال َّر‬ ُِْ ْ َ ِ َ ُّ
‫انْ ُك ْنتُم تُْؤ منُ………………………………ونَ باهّٰلل‬
٥٩ ࣖ ‫س………………………………نُ تَ………………………………ْأ ِو ْياًل‬ َ ‫………………………………و ِم ااْل ٰ ِخ……………………………… ۗ ِر ٰذلِ………………………………كَ َخ ْي……………………………… ٌر َّواَ ْح‬
ْ َ‫ِ َوا ْلي‬ ِ ْ ِ ْ ِ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad)
15
serta Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan
hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya."

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda, "Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara. Apabila kamu
berpegang teguh kepada dua perkara tersebut niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya. Kedua
perkara tersebut, yaitu Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasul (hadits)."

II.2 Membedakan Ayat Makiyah dan Madaniyah


1. Ayat Makkiyah, Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam hijrah ke Madinah. Surah-surah Makiyyah turun selama 12 tahun, 5 bulan,
13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan (Februari 610 M), saat Nabi berusia 40 tahun.
Periode turunnya di Makkah berlangsung selama 13 tahun. Namun, rinciannya bukan benar-
benar 13 tahun, melainkan 12 tahun, 5 bulan, dan 13 hari. Para ulama tafsir membulatkannya
menjadi 13 tahun.

Selain itu, meskipun disebut sebagai surah Makkiyah, tidak semua ayat pada surah tersebut
turun di kota Makkah. Ada surah yang turun sewaktu nabi bepergian keluar Makkah, namun
karena masih dalam periode Makkah (sebelum hijrah), surah itu tetap dikenal sebagai surah
Makkiyah.

Ciri-ciri surah Makkiyah dalam Al-Quran di antaranya adalah sebagai berikut:


 Surah Makkiyah didominasi oleh ayat-ayat pendek.
 Surah Makkiyah didominasi oleh pembahasan mengenai masalah akidah.
 Setiap surah yang di dalamnya mengandung ayat sajdah adalah surah Makkiyah.
 Setiap surah di dalamnya dinyatakan lafal "Kallâ" adalah surah Makkiyah. Lafal itu
dinyatakan sebanyak 33 kali dalam 15 surah.
 Setiap surah yang didahului dengan panggilan: "Yâ Ayyuhâ an-Nâs" (Wahai Manusia)
atau "Yâ Banî Adam" (Wahai Anak Adam).
 Setiap surah yang diawali dengan "Fawatih as-suwar" adalah surah Makkiyah.
 Setiap surah yang mengandung kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu, kecuali kisah
Adam dan Iblis yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah adalah Makkiyah.

16
Daftar lengkap 87 surah Makkiyah yang tertera dalam Al-Quran:
QS. Al Fatihah, QS. Al An'am, QS. Al A'raf, QS. Yunus, QS. Hud, QS. Yusuf, QS.Ar-Ra'd,
QS. Ibrahim, QS. Al Hijr, QS. An Nahl, QS. Al Isra', QS. Al Kahfi, QS.Maryam, QS. Thaha,
QS. Al Anbiya, QS. Al Mu'minun, QS. Al Furqan, QS. Asy Syu'ara, QS. An Naml, QS. Al
Qashash, QS. Al Ankabut, QS. Ar Ruum, QS. Luqman, QS. As Sajdah, QS. Sabaa', QS.
Fathir, QS. Ya Sin, QS. Ash Shaffat,QS. Shad, QS. Az Zumar, QS. Al Mu'min, QS. Al
Fushshilat, QS. Asy Syuraa, QS. Az Zukhruf, QS. Ad Dukhan, QS. Al Jasiyah, QS. Al Ahqaf,
QS. Qaaf, QS. Az Zariyat, QS. Ath Thur, QS. An Najm, QS. Al Qamar, QS. Al Waqi'ah, QS.
Al Mulk, QS. Al Insyiqaq, QS. Al Buruj, QS. Ath Thariq, QS. Al A'la, QS. Al Ghasyiyah, QS.
Al Fajr, QS. Al Balad, QS. Asy Syams, QS. Al Lail, QS. Adh Dhuha, QS. Al Insyirah, QS. At
Tiin, QS. Al 'Alaq, QS. Al Qadr, QS. Al 'Adiyat, QS. Al Qari'ah, QS. At Takatsur, QS. Al
'Ashr, QS. Al Humazah, QS. Al Fiil, QS. Al Quraisy, QS. Al Ma'un, QS. Al Kautsar, QS. Al
Kafirun, QS. Al Lahab, QS. Al Ikhlash, QS. Al Falaq, QS. An Naas.

2. Ayat Madaniyah, Ada 2 definisi tentang penjelasan mengenai ayat Madaniyah , Pertama ada
yang menyebutkan bahwa madaniyah adalah surat-surat atau ayat-ayat yang turun di Madinah,
namun ada pendapat yang lebih kuat yaitu madaniyah merupakan ayat-ayat atau surat-surat
tertentu dalam Al-qur’an yang diturunkan Oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah Nabi hijrah
baik yang turun di madinah atau di mekkah yaitu masa terjadinya sejarah Fathu mekkah atau
tahun terjadinya haji wada’.

Ciri-ciri surah Makkiyah dalam Al-Quran di antaranya adalah sebagai berikut:


 Pada umumnya berisi tentang penetapan hukum-hukum yang meliputi penjelasan
tentang ibadah dan mu’amalah , had (sanksi), kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan
sosial dan internasional baik diwaktu damai maupun perang1.
 Sebagian besar berisi perincian ibadah dan mu’amalah serta hudud (batas-
batasan),sebab kebanyakan yang diajak bicara saat itu jiwanya telah kokoh dengan
tauhid dan aqidah,sehingga membutuhkan perincian yang menjelaskan hukum-hukum
‘amaliyah dalam setiap masalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli,
riba, dan lain-lain.
 Mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya serta
perdamaian dan perjanjian.
 Mengandung sindiran terhadap orang-orang munafiq, Al-qur’an membicarakan sifat
mereka dan menguak rahasia mereka, Al-qur’an menjelaskan bahaya mereka terhadap

1
( Manna Khalil Al-Qattan),Mabahis fi Ulumil Qur’an_ Loc.Cit.
17
islam dan kaum muslimin ,serta membeberkan media-media,tipuan-tipuan,bahkan
strategi mereka untuk memperdaya kaum muslimin 2, kecuali surat Al-Ankabut yang di
turunkan di Mekkah.
 Mengandung uraian dialog antara ahli kitab3 dari kalangan yahudi dan nasrani ,serta
ajakan kepada mereka untuk masuk islam, terdapat juga penjelasan mengenai
penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah ,permusuhan mereka terhadap
kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa
dengki diantara sesama mereka4. bisa kita dapati dalam surat Al-Baqarah,An-Nisa,Ali-
Imran,At-Taubah dan lain-lain.
 Dari segi konteks kalimat, sebagian besar surat madaniyah itu uslubnya lembut dalam
konteks pembicaraan. Kebanyakan ayat-ayatnya panjang dan menyebutkan hukum-
hukum tanpa banyak argumen.

Daftar beberapa surah Makkiyah yang tertera dalam Al-Quran:

QS. Al-Baqarah, QS. Ali 'Imran, QS. An-Nisaa', QS. Al-Maidah, QS. Al-Anfal, QS. At-
Taubah, QS. Al-Hajj, QS. An-Nur, QS. Al-Ahzab, QS. Muhammad, QS. Al-Fath, QS. Al-
Hujurat, QS. Ar-Rahman, QS. Al-Hadid, QS. Al-Mujadilah, QS. Al-Hasyr, QS. Al-
Mumtahanah, QS. Ash-Shaf, QS. Al-Jumu'ah, QS. Al-Munafiqun, QS. At-Taghabun, QS Ath-
Thalaq, QS. At-Tahrim, QS. Al-Insan, QS. Al-Bayyinah, QS. Al-Zalzalah, QS. An-Nashr

Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah:


1. Perbedaan pertama ditinjau dari segi waktu diturunkannya, Surat Makkiyah diturunkan
sebelum Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam hijrah ke Madinah. Sedangkan Surat
Madaniyah diturunkan setelah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam hijrah ke
Madinah,
2. Perbedaan kedua, ditinjau dari lokasi diturunkannya, Surat Makkiyah diturunkan di Kota
Mekkah wilayah Mina, Hudaibiyyah, atau Arafah. Sedangkan Surat Madaniyyah diturunkan
di kota Madinah serta sekitar wilayah Sil’, Quba, dan Uhud.
3. Perbedaan ketiga, ditinjau dari panggilan dalam setiap Surat, Surat Makkiyah memiliki salah
satu ciri awalan panggilan “Ya Ayyuhannas (Wahai Manusia)” atau “Ya Bani Adam (Wahai
Anak Adam). Sedangkan Surat Madaniyyah didahului dengan panggilan “Ya Ayyuhalladzina
Amanu (Wahai Orang-orang Beriman).

2
(Dr.Fahd bin Abdurrahman ar-Rumi)..Op.Cit.hlm.175
3
(ibid)
4
(ibid)
18
II.3 Pokok – Pokok Al-Qur’an
Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara garis besar yaitu meliputi:

1. Akidah. Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah
(‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah
berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu
kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan
dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan
ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri
berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya,
tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal
perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari. Inti pokok ajaran akidah adalah
masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-
Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Azza Wa Jalla. berarti
ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah Azza Wa Jalla. dinamakan musyrik.
Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah. itu Esa, juga ada
kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang
yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini
sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada
Allah Swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah., iman
kepada Rasul-Rasul Allah., iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar. Al-
Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di
dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut :

‫ َولَ ْم يَ ُكنْ لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬. ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬. ‫ص َم ُد‬
َّ ‫ هَّللا ُ ال‬. ‫قُ ْل ُه َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬

"Katakanlah (Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Allah Subhanahu Wata’ala. tempat meminta segala sesuatu. (Allah Subhanahu Wata’ala.)
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
(QS. al-Ikhlas: 1-4)

‫ق‬ ُ ‫سو ُل بِ َمٓا ُأن ِز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِۦه َوٱ ْل ُمْؤ ِمنُونَ ۚ ُك ٌّل َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو َملَ ٰـِٓئ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر‬
ُ ‫سلِ ِۦه اَل نُفَ ِّر‬ ُ ‫َءا َمنَ ٱل َّر‬

ِ ‫س ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ۖ ُغ ْف َرانَ َك َربَّنَا وَِإلَ ْيكَ ٱ ْل َم‬


‫صي ُر‬ ۟ ُ‫سلِ ِۦه ۚ َوقَال‬
َ ‫وا‬ ُ ‫بَيْنَ َأ َح ۢ ٍد ِّمن ُّر‬ ٢٨٥

19
“Rasul (Muhammad shallallahu alaihi wassalam.) beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya (alQur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka
berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu
tempat (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)

2. Ibadah dan Muamalah. Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah.
Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk
kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah.,
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah
Subhanahu Wata’ala. mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa
tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu
wata’ala. Firman Allah Ta’ala.:

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواِإْل ْن‬


ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS.
Adz Dzariyaat  : 56)

Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah Subhanahu
Wata’ala., oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah Subhanahu
Wata’ala, dan kebutuhan terhadap Allah itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-
Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala.:

ْ َ‫ِإيَّا َك نَ ْعبُ ُد وَِإيَّاكَ ن‬


ُ‫ستَ ِعين‬

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)

Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah
mahdah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa,
zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdah artinya ibadah yang bersifat umum, tata
caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah, misalnya:
silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu,
dan sebagainya. Selain beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. karena kesadaran
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah., manusia juga memiliki kecenderungan untuk

20
memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an tidak hanya
memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah.  tetapi
juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan  lain manusia dengan hubungannya dalam
kehidupan. (Misalnya: sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan
lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut
dengan mu’amalah. Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara
bermu’amalah, antara lain:

َ ‫يَا َأ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم‬
ٌ ِ‫س ّمًى فَا ْكتُبُوهُ ۚ َو ْليَ ْكت ُْب بَ ْينَ ُك ْم َكات‬
‫ب بِا ْل َعد ِْل‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar....” (QS. al-Baqarah : 282)

3. Akhlak. Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau
budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Dalam konsep bahasa
Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen
penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. menegaskan
dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan
menyempurnakan akhlak mulia. Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik." (HR. Ahmad) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam, adalah model dan suri
tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an
merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu, Dan beliau merupakan manusia yang
dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau.
Sehingga wajarlah ketika Aisyah Radhiallahu Anha. ditanya oleh seorang sahabat tentang
akhlak beliau, lalu Aisyah. menjawab dengan menyatakan adalah beliau akhlak (al-Qur’an).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wassalam. antara lain adalah :

‫سنَةٌ لِ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجو هَّللا َ َوا ْليَ ْو َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِي ًرا‬ ْ ‫سو ِل هَّللا ِ ُأ‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah Subhanahu Wata’ala.” (QS. al-Ahzab : 21)

21
4. Hukum- Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi tentang kaidah-kaidah
dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk
memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman,
tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagai
sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang
harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun
terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat alQur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain
adalah :

ِ ‫س بِ َما َأ َراكَ هَّللا ُ ۚ َواَل تَ ُكنْ لِ ْل َخاِئنِينَ َخ‬


‫صي ًما‬ َ ‫ِإنَّا َأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ ا ْل ِكت‬
ِّ ‫َاب بِا ْل َح‬
ِ ‫ق لِت َْح ُك َم بَيْنَ النَّا‬
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) membawa
kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah
Subhanahu Wata’ala. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (QS. an-Nisa’ : 105)

Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an adalah


meliputi : a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS. al-
Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11.

b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS. al-
Baqarah :180; QS. al-Maidah :106

c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279, 280 dan 282; QS. al-
Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4

d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 178; QS. anNisa’ : 92 dan
93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ : 33; QS. asy-Syu’ara : 40 .

e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 190-193; QS. al-Anfal : 39
dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40

f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13

5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu. Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak
menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut
bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah
(pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk
untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah
Ta’ala.

22
ِ ‫ق ٱلَّ ِذى بَيْنَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬
‫صي َل ُك ِّل‬ ْ ‫ب ۗ َما َكانَ َح ِديثًا يُ ْفتَ َر ٰى َو ٰلَ ِكن ت‬
َ ‫َص ِدي‬ ِ َ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ ِفى ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫ش َْى ٍء َو ُهدًى َو َر ْح َمةً لِّقَ ْو ٍم يُْؤ ِمنُون‬

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)

Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan
taat kepada Allah, maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya. Diharapkan dengan
memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat
kepada Allah, dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya. Bagi umat yang beriman dan
taat kepada Allah., Allah Subhanahu Wata’ala telah memberikan kebaikan dan keberkahan
dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah Ta’ala telah
memberikan azab-Nya.
ۗ
37 ‫س ٰايَةً َواَ ْعتَ ْدنَا ِلل ٰظّلِ ِميْنَ َع َذابًا اَلِ ْي ًما‬
ِ ‫س َل اَ ْغ َر ْق ٰن ُه ْم َو َج َع ْل ٰن ُه ْم ِللنَّا‬ ُّ ‫ح لَّ َّما َك َّذبُوا‬
ُ ‫الر‬ ٍ ‫َوقَ ْو َم نُ ْو‬ ۚ

38 ‫س َوقُ ُرونًا بَيْنَ ٰ َذلِكَ َكثِي ًرا‬


ِّ ‫اب ال َّر‬ ْ ‫َوعَادًا َوثَ ُمو َد َوَأ‬
َ ‫ص َح‬

39 ‫ض َر ْبنَا لَهُ اَأْل ْمثَا َل ۖ َو ُكاًّل تَبَّ ْرنَا تَ ْتبِي ًرا‬


َ ‫َو ُكاًّل‬

“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami
tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan)
kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum)
itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami
hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan: 37-39)

6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi. Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah.
Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang
bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan
hidup manusia. Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan
kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan baik. Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5

ٍ َ‫سانَ ِمنْ َعل‬


‫ق‬ َ َ‫ َخل‬. ‫ق‬
َ ‫ق اِإْل ْن‬ ْ ‫ا ْق َرْأ بِا‬
َ َ‫س ِم َربِّكَ الَّ ِذي َخل‬
23
َ ‫ َعلَّ َم اِإْل ْن‬. ‫ الَّ ِذي َعلَّ َم بِا ْلقَلَ ِم‬. ‫ا ْق َرْأ َو َربُّ َك اَأْل ْك َر ُم‬
. ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS.
al-‘Alaq : 1-5). Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk
membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai
suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa
pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Ayat lain yang
berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah
ayat 11.

۟ ‫ش ُز‬
‫وا‬ ۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا فَٱن‬ ُ ‫ح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ وَِإ َذا قِي َل ٱن‬
ِ ‫س‬َ ‫وا يَ ْف‬ ۟ ‫س ُح‬ َ ‫س فَٱ ْف‬ ِ ِ‫وا فِى ٱ ْل َم ٰ َجل‬ َّ َ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
۟ ‫س ُح‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬ ۟ ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ٍ ‫ُوا ٱ ْل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬ ۟ ُ‫يَ ْرفَع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ِ
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Mujadalah : 11)

II.4 Mendeskripsikan Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama.


Penerapan Al-Qur’an sebagai sumber hukum, para ulama’ sepakat bahwa al-Qur’an yang
pertama dan utama, dan hadis yang kedua. Kesepakatan ini berdasarkan al-Qur’an sebagai firman
Allah, sedangkan hadis bersumber dari nabi yang merupakan makhluk atau hamba Allah meskipun
dikarunia beberapa kelebihan istimewa lain. Di sisi lain kesepakatan tersebut juga mengacu kepada
perkataan Nabi kepada Muadz bin Jabal sebagaimana berikut; “Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassalam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: Bagaimana kamu akan memutuskan perkara jika
dihadapkan pada suatu persoalan hukum? Mu’adz menjawab: saya akan memutuskannya
berdasarkan kitab Allah (al-Qur’an). Rasulullah bersabda: jika kamu tidak menjumpainya dalam al-
Qur’an?. Mu’adz menjawab: maka berdasarkan pada sunnah Rasul. Rasulullah bersabda: jika tidak
menjumpainya juga dalam sunnah Rasul? Muadz menjawab: saya akan berijtihad berdasarkan akal
pikiran saya.” (HR Imam Abu Dawud)

Melihat percakapan di atas antara Nabi kepada Muadz, maka dapat dipahami bahwa
utamanya adalah al-Qur’an baru kemudian hadis. Percakapan tersebut juga diperlukan bagi mujtahid

24
apabila merujuk sebuah hukum haruslah berpedoman pada alQur’an sebelum mengambil pedoman
dari Sunnah nabi, jika tidak ditemukan maka diperbolehkan mengambil dari Sunnah-sunnah Nabi.

Sebagai sumber hukum utama, al-Qur’an tentunya mengandung ayat-ayat yang berkaitan
dengan hukum, ayat-ayat tersebut mayoritas diturunkan di kota Madinah. Abdul Wahab Khlalaf
berpendapat bahwa, ayat-ayat hukum yang terkandung dalam al-Qur’an hanya 5,8 persen dari 6.360
ayat al-Qur’an, sebagaimana berikut ini;

1) Ibadah (shalat, puasa, haji, dll) sebanyak 140 ayat

2) Hidup Kekeluargaan (perkawinan, perceraian, hak waris, dsb) sebanyak 70 ayat

3) Perdagangan atau Perekonomian (jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, gadai,
perseroan, kontrak, dsb) sebanyak 70 ayat

4) Kriminal sebanyak 30 ayat

5) Hubungan Islam dengan selain Islam sebanyak 25 ayat

6) Pengadilan sebanyak 13 ayat

7) Hubungan kaya dan miskin sebanyak 10 ayat

8) Kenegaraan sebanyak 10 ayat.

Adapun macam-macam dari hukum yang terkandung dalam al-Qur’an Antara lain :

1) Wajib, perbuatan jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan berdosa. Contohnya,
shalat, puasa, haji bagi yang mampu, dll.

2) Sunnah, perbuatan jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Contoh,
membaca shalawat, sedekah, dll.

3) Haram, perbuatan jika dikerjakan berdosa dan jika ditinggalkan berpahala, atau kebalikan
dari wajib. Contohnya, zina, mabuk, mencuri, dll.

4) Makruh, perbuatan jika ditinggalkan lebih utama dari pada dikerjakan. Contoh, merokok,
berkumur disiang hari saat puasa.

5) Mubah, perbuatan yang diperbolehkan oleh agama anata mengerjakan atau


meninggalkannya. Contoh, olahraga, berdagang, dll.

Ketetapan hukum yang ada dalam Al-Qur‘an hakikatnya bertujuan unuk menciptakan
kemaslahan dan kebaikan bagi manusia, mewujudkan keadilan, serta menghindarkan kehidupan dari
kerusakan dan kehancuran. Sebagaimana disimpulkan oleh ulama, tujuan ketetapan hukum dalam
25
Islam utamanya adalah untuk menjaga unsur-unsur penting hidup, yakni agama, nyawa, akal,
keturunan, harta, dan kehormatan manusia.

Al-Qur‘an juga menerangkan hukum-hukum yang mengatur masalah pribadi dan keluarga,
seperti pernikahan, talak, pembagian waris, dan sebagainya. Juga menerangkan hukum-hukum
kemasyarakat baik yang menyangkut ekonomi, perdagangan, transaksi, pidana, pemerintahan,
kehakiman, hubungan sosial, baik dengan sesama Muslim atau dengan umat lain, dan sebagainya.
Islam, melalui alQur‘an dan Sunnah, mengatur semua aspek kehidupan manusia.
Di dalam kitab qowaidul arba' ketahuilah kalau ibadah tidak di katakana atau sebutkan ibadah kalau
tidak tidak di sertai dengan tauhid, sebagaimana sholat tidak di katakan sholat kecuali dengan
bersuci.

26
II.5 Tanya Jawab
1. Apa yang dimaksud Ta’wil, Tafwidh, dan Tafsir ?
Jawab :
Ta’wil Secara laughwi (etimologis) ta’wil berasal dari kata al-awl, artinya kembali; atau dari
kata al ma’al artinya tempat kembali; al-iyalah yang berarti al-siyasah yang berarti mengatur.
Muhammad husaya al-dzahabi , mengemukakan bahwa dalam pandangan ulama salaf
(klasik), ta’wil memilki dua pengertian :
• Pertama : penafsiran suatu pembicaraan teks dan menerangkan maknanya, tanpa
mempersoalkan apakah penafsiran dan keterangan itu sesuai dengan apa yang tersurat atau
tidak.
• Kedua : ta’wil adalah substansi yang dimaksud dari sebuah pembicaraan itu sendiri (nafs al-
murad bi al-kalam).
Jika pembicaraan itu berupa tuntutan , maka tak’wilnya adalah perbuatan yang dituntut itu
sendiri. Dan jika pembicaraan itu berbentuk berita. Maka yang dimaksud adalah substansi
dari suatu yang di informasikan. Menurut Definisi lain: “Takwil ialah mengembalikan sesuatu
pada ghayahnya (tujuannya), yakni menerangkan apa yang dimaksud.”2 Sedangkan
pengertian Ta’wil, menurut sebagian ulama, sama dengan Tafsir. Namun ulama yang lain
membedakannya, bahwa ta’wil adalah mengalihkan makna sebuah lafazh ayat ke makna lain
yang lebih sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal [As-Suyuthi, 1979: I, 173].

Tafwidh adalah perkataan seseorang; Hanya Allah yang tahu maknanya. Pendapat seperti ini
tidak dibolehkan. Karenan makna dari nama dan sifat tersebut telah diketahui oleh para
ulama. Imam Malik rahimahullah berkata, 'Istiwa telah diketahui (maknanya) dan tidak
diketahui (tata caranya). Demikian pula disampaikan oleh Imam Rabiah bin Abdurrahman 
dan para ulama lainnya. Maka makna sifat telah diketahui dan diketahui pula oleh kalangan
Ahlussunah wal jamaah, seperti ridha, murka, cinta, bersemayama, tertawa, dll. Semua itu
memiliki makna yang tidak sama dengan makna-makna yang lain. 'Tertawa' tidak sama
maknanya dengan 'ridha' sedangkan 'ridha' tidak sama maknanya dengan 'marah' dan 'marah'

27
tidak sama dengan 'cinta'. Semuanya telah diketahui milik Allah Ta'ala. Akan tetapi jangan
menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk." (Fatawa Nurun Alad-Darb, Ibn Baz, hal. 65).

Tafsir Secara etimologi perkataan tafsir biasa diartikan menyingkap (‫( الكشف‬dan
menjelaskan ).‫ )البيان‬Ianya diambil dari perkataan ‫ الفسر‬atau ‫رة‬bb‫ التفس‬yang berarti memeriksa
pesakit melalui air kencingnya . Kata tafsir sendiri disebutkan di dalam surat al-Furqan ayat
33: “Dan mereka tidak membawa kepadamu sesuatu kata-kata yang ganjil (untuk
menentangmu) melainkan Kami bawakan kepadamu kebenaran dan penjelasan yang sebaik-
baiknya (untuk menangkis segala yang mereka katakan itu). Secara terminologi, tafsir
merujuk kepada ilmu untuk memahami Kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul Allah
Subhnahu Wata’ala , penjelasan mengenai makna-makna Kitab Allah dan mengeluarkan
hukum-hakam dan hikmah-hikmahnya.

2. Bagaimana upaya membangun generasi milenial yang mencintai Al-Qur’an.

Jawab : Khairukum man ta’allamal Qur’aana wa ‘allamahu (HR Bukhari). Artinya, sebaik-baik
orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya. Ada baiknya
sebelum belajar Al-Qur’an, kita mengetahui terlebih dahulu tips agar mencintai Al-Qur’an. 

Ada dua tips agar generasi milenial dapat mencintai Al-Qur'an, yakni kenalkan mereka dengan
Al-Qur’an dan berikan pembelajaran Al-Qur’an dengan cara yang menyenangkan. 

Al-Qur’an itu semakin banyak kita pelajari dan semakin kita gali akan semakin banyak ilmu
yang kita temui. Maka, belajar Al-qur’an tidak hanya untuk mengikuti lomba, niatkan belajar
Al-Qur’an adalah untuk meraih ridho Allah Subhanahu Wata’ala dan mendapatkan keberkahan
di dunia serta akhirat.

3. Bagaimana kita menghadapi suatu bidaya yg ada di Indonesia yg di kaitkan dgn agama,

Pdahal budaya tersebut jauh dari Al Qur'an dan Sunnah, Contoh seperti tahlilan ?

Jawab : )‫ ِه‬bِ‫ َد َد ْفن‬bْ‫ص ْن َع َة الطَّ َع ِام ( َبع‬ ِ ِّ‫هل ْال َمي‬


َ ‫ت َو‬ ِ ‫ ُكنَا َن ُع ُّد) ْا ِالجْ تِ َماع اِ َلى َأ‬: ‫ ُكنَّا ن ََرى (و ِفى ِر َوايَ ٍة‬: ‫ال‬
َ َ‫ع َْن َج ِريْرب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْال َب َج ِل ِّي ق‬
َ َ‫ِمنَ ْال ِّني‬
‫اح ِة‬

“Dari Jarir bin Abdullah Al Bajaliy, ia berkata : ” Kami (yakni para shahabat semuanya)
memandang/menganggap (yakni menurut madzhab kami para shahabat) bahwa berkumpul-
kumpul di tempat ahli mayit dan membuatkan makanan sesudah ditanamnya mayit termasuk
dari bagian meratap”

28
Hadits ini atau atsar di atas memberikan hukum dan pelajaran yang tinggi kepada kita bahwa :
Berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan makan-makan di situ (ini yang biasa terjadi)
termasuk bid’ah munkar (haram hukumnya). Dan akan bertambah lagi bid’ahnya apabila di situ
diadakan upacara yang biasa kita kenal di sini dengan nama “selamatan kematian/tahlilan pada
hari pertama dan seterusnya”.

Hukum diatas berdasarkan ijma’ para shahabat yang telah memasukkan perbuatan tersebut
kedalam bagian meratap. Sedangkan meratapi mayit hukumnya haram (dosa) bahkan dosa besar
dan termasuk salah satu adat jahiliyyah.

Apabil para shahabat telah ijma’ tentang sesuatu masalah seperti masalah yang sedang kita
bahas ini, maka para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in dan termasuk di dalamnya Imam yang empat
(Abu Hanifah, Malik, Syafi’iy dan Ahmad) dan seluruh Ulama Islam dari zaman ke zamanpun
mengikuti ijma’nya para sahabat yaitu berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan makan-
makan di situ adalah haram dan termasuk dari adat/kebiasaan jahiliyyah.

4. Bagaimana tanggapan antum mengenai kasus kasus yang beredar sekarang seperti pemalsuan
alquran, padahal Allah berfirman bahwa Allah akan menjaga kemurnian Alquran? apakah ini
berarti bertolak belakang dengan dalil dalil tentang kemurnian alquran yang Allah jaga? Apakah
ini ada kaitannya dengan ingkarnya allah dalam memenuhi janjinya?

Jawab : Allah pernah menyebutkan dalam firman terdapat pada surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya
"sesungguhnya, kami-lah yang menurunkan Al-qur'an, dan pasti kami(pula) yang memelihara
nya. "

Yang dimana ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-qur'an selamnya
hingga akhir zaman. Dalam kitab tafsir Al-Bahr makana ‫ الحفظ‬ada 3 :

1. Allah menjaganya dari syaithan

2. Allah menjaganya dengan cara mengkekalkan syari'at islam sampai hari kiamat, hal ini
pernah disinggung oleh imam Hasan Al-Bashri

3. Allah menjaganya di dalam hati orang2 yang menginginkan kebaikan dari Al-Quran.

Allah tidak berdusta dengan perjanjian-Nya ,salah satu caranya Allah menjaga kemurnian Al-
Quran dengan banyaknya para penghafal Al-Quran dari zaman Rasulullah sahabat2 telah
menghafal menghafal nya yang kemudian turun menurun hingga saat ini apalagi sekarang sudah
banyak ya pesantren ataupun sekolah khusus islam agar terciptanya generasi yang akan
29
membasmi kebahtilan2 atau sumber2 yang berusaha merusak maksud ayat Al-Quran, bahkan
jika ada satu pun huruf saja yang berubah dari Al-Quran maka seseorang bahkan anak kecil saja
bisa mengatakan "engkau telah berdusta yang benar adalah demikian". Jadi pentingnya kita
sebagai mahasiswa berani untuk memperbaiki hal2 yang diluar dari petunjuk Al-Quran atau
sunnah Rasulullah.

30
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Al- Qur’an secara terminologi adalah mashdar yang bermakna qiro’ah (bacaan dan apa yang
ditulis di dalamnya). Sedangkan makna al-Qur’an secara etimologi berarti kalam Allah Ta’ala, yang
diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Dalam bahasa Arab yang
dinukilkan kepada kita dengan jalan yang mutawattir, jika membacanya dihukumi ibadah, dan Al-
Qur’an diawali dengan Surat Al-Fatihah dan diakhiri Surat an-Naas . Al- Qur’an terdiri dari 30 juz,
114 surat, 6.326 ayat, dan 324.345 huruf.

Beberapa nama lain dari Al-Qur’an, antara lain Al-Qur’an (bacaan), Al- Furqan
(pembeda), Az-Zikr (peringatan, ingat, dan mulia). Dan beberapa sifat yang dimiliki Al Qur’an,
antara lain Huda (petunjuk), Syifa (obat), Mauidzah (nasihat / pelajaran), dan sebagainya.
Para ulama’ sepakat bahwa al-Qur’an adalah sumber hukum yang pertama dan utama.
Kesepakatan ini berdasarkan al-Qur’an sebagai firman Allah. Ketetapan hukum yang ada dalam Al-
Qur‘an hakikatnya bertujuan unuk menciptakan kemaslahan dan kebaikan bagi manusia,
mewujudkan keadilan, serta menghindarkan kehidupan dari kerusakan dan kehancuran. Sebagaimana
disimpulkan oleh ulama, tujuan ketetapan hukum dalam Islam utamanya adalah untuk menjaga
unsur-unsur penting hidup, yakni agama, nyawa, akal, keturunan, harta, dan kehormatan manusia.

III.2 Saran
1. Kita sebagai ummat islam harus mengetahui dan memahami Al-Qur’an sebagai sumber
hukum Islam yang pertama dan utama untuk dijadikan landasan / dan atau pedoman hidup
bagi manusia.
2. Kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi nilai Al-Qur’an agar dapat diamalkan dan
diaplikasikan dengan kehidupan sehari-hari dengan tujuan mengharapkan ridha Allah
Subhanahu Wata’ala.
3. Saran dari penulis adalah marilah kita menjadikan Alquran dan Al-hadist sebagai pedoman
dalam kehidupan sehari-hari kita yang merupakan sumber hukum agama Islam dan sekaligus
pembawa kita ke dalam kehidupan yang bahagia baik itu di dunia dan akhirat kelak nanti.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Latif, Abdul. 2017. Al-Quran


Sebagai Sumber Hukum
Utama. Jurnal Ilmiah:
Hukum Dan Keadilan, 4(1), 62–
74.
Latif, Abdul. 2017. Al-Quran Sebagai Sumber Hukum Utama. Jurnal Ilmiah: Hukum Dan
Keadilan, 4(1), 62–74.

Kementerian Agama RI, “Qur'an Kemenag”, tersedia di


https://quran.kemenag.go.id.
Kementerian Agama RI, “Qur'an Kemenag”, tersedia di https://quran.kemenag.go.id.

Al-Qur’an Hadits, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014.


Disalin dari : https://www.bacaanmadani.com/2017/10/6-isi-pokok-kandungan-al-quran.html

Haji Mirzai, Farzad. Makki wa Madani dar Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi. Riset:
Bahauddin Khuramsyahi. Teheran: Dustan-Nahid, 1377 HS

Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978

“SUMBER AJARAN ISLAM “ http://lesmanaferi.blogspot.com/2013/04/makalah-psi-sumber-jaran-


islam.html

"Kedudukan dan Fungsi Al-Qur'an dalam Sumber Hukum Islam"


selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6145477/kedudukan-dan-fungsi-al-quran-
dalam-sumber-hukum-islam.

25 Fungsi Al Quran bagi Seluruh Umat Manusia, Jadi Sumber Hukum dan Pedoman Hidup
", :https://www.inews.id/lifestyle/muslim/fungsi-al-quran-bagi-seluruh-umat-manusia/all.

33

Anda mungkin juga menyukai