Anda di halaman 1dari 17

AL ISLAM & KEMUHAMMADIYAHAN IV

“ INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN ”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA:

ALAN FRADIKA (20180039)

FARID AL FAJRI (20180031)

VATHAN IBRAHIM (20180006)

KELAS: A1

DOSEN PEMBIMBING: Drs.H.SUHARDI, M.Ag

TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milih Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat dan Hiyadahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan ”. Tujuan dibuatnya makalah
ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah AIK IV.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
adanya bantuan dari pihak-pihak terkait yang telah membantu. Saya Ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada dosen pembimbing
mata kuliah AIK IV bapak Drs.H.SUHARDI, M.Ag Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada pihak pihak yang sudah membantu kami dalam penyelesaian
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
terutama untuk kami sendiri selaku pemakalah.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
para pembaca.

Terimakasih.

Bukittinggi, 4 April 202


Hormat Kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................................. 4

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 4

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3. Latar Belakang .................................................................................................. 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

2.1. Hakekat Ayat-Ayat Allah SWT ....................................................................... 6

2.2. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah Dan Ayat Kauniyah .................................. 8

2.3. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah Dan Ayat Kauniyah ................................ 11

2.4. Paradigma Pengembangan Iptek Dalam Islam ............................................ 12

BAB III............................................................................................................................. 16

3.1. KESIMPULAN ............................................................................................... 16

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Islam, ilmu merupakan salah satu perantara untuk memperkuat keimanan.
Iman hanya akan bertambah dan menguat, jika disertai ilmu pengetahuan. Ajaran
Islam tidak pernah melakukan dikotomi antar ilmu satu dengan yang lain. Karena
dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama saja berasal dari Allah. Islam
juga menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam
mempelajari setiap ilmu pengetahuan. hal ini dikarenakan Al-Qur’an merupakan
sumber dan rujukan utama, ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik
yang menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama.

Pemikiran tentang integrasi atau islamisasi ilmu pengetahuan saat ini dilakukan
oleh kalangan intelektual muslim. Secara totalitas, hal ini dilakukan di tengah
ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan sebuah konsep bahwa umat Islam akan maju dapat menyusul dan menyamai
orang-orang Barat apabila mampu mentransformasikan dan menyerap secara aktual
terhadap ilmu pengetahuan. Di samping itu terdapat asumsi bahwa ilmu pengetahuan
yang berasal dari negara-negara Barat dianggap sebagai sekuler, oleh karenanya ilmu
tersebut harus ditolak, atau minimal ilmu tersebut harus dimaknai dan diterjemahkan
dengan pemahaman secara islami.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Hakekat ayat-ayat Allah swt?

2. Apa Itu Ayat Qauliyah?

3. Apa Itu Ayat Qauniyah?

4. Paradikma Pengembangan IPTEK dalam Islam


1.3. Latar Belakang

1. Untuk memenuhi tugas Al Islam dan Kemuhammadiyahan Semester 4.

2. Untuk mengetahui Integrasi ilmu pengetahuan & Islam.

3. Untuk mengetahui Hubungan antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah.

4. Mengetahui Paradikma Pengembangan IPTEK dalam Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakekat Ayat-Ayat Allah SWT

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam


bahasa Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat
Islam. Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Menurut Ali
Syari’ati, petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur’an berupa tiga hal.

• Pertama, petunjuk yang berupa dokrin atau pengetahuan tentang struktur


kenyataan dan posisi manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan
hukum yang menjadi dasar syari’at.
• Kedua, petunjuk yang terdapat dalam ringkasan sejarah manusia baik para
raja, orang orang suci, nabi, kaum, dan sebagainya.
• Ketiga, petunjuk yang berupa mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda
dengan apa yang dipelajari. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
mempunyai kekuatan lain, atau difugsikan lain oleh umat Islam.

Al-Qur’an, sebuah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah Rasul-Nya
yang terakhir pula – yang didefinisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw dan tertulis di dalam mushaf berdasarkan sumber-sumber
mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya, dan membacanya adalah ibadah -
bukanlah sebuah buku ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan sebagai pedoman
hidup umat manusia agar manusia mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat.

Di dalam al-Qur’an terkandung ayat-ayat yang menyerukan manusia agar


berpikir menggunakan akal yang diberikan oleh Allah kepadanya. Karena itulah kata
‘aql (akal) dalam al-Qur’an terulang sebanyak 49 kali. Kata kerja ta’qilun terulang
sebanyak 24 kali, sedangkan kata kerja ya’qilun terulang sebanyak 22 kali. Adapun
kata kerja ‘aqala, na’qilu, dan ya’qilu masing-masing terdapat satu kali. Dan yang
paling mencolok dalam redaksi tersebut adalah penggunaan bentuk istifham inkari
atau per tanyaan negatif seperti kalimat afala ta’qilun yang tujuannnya adalah untuk
memberikan dorongan serta membangkitkan semangat berpikir di kalangan manusia.
Bentuk redaksional yang seperti itu terulang di dalam al-Qur’an sebanyak 13
kali.Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam al-Qur’an juga terdapat berbagai ayat-
ayat yang secara khusus membicarakan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bahkan dapat dikatakan melampaui zaman turunnya hingga sekarang ini.

Sebagian dari ayat-ayat yang berbicara tentang teknologi tersebut ada yang
sudah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan-penemuan ilmiah, dan masih
banyak lagi yang belum dapat dibuktikan. Misalnya saja tentang proses penciptaan
manusia, Allah menjelaskannya dalam surat al-Mukminun ayat 12-14.

Artinya :

“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. ” (QS. al-Mukminun ayat 12-14)

Contoh lainnya adalah kebenaran adanya pemisah dua lautan sebagaimana yang
disebutkan oleh al-Q ur’an dalam surat al-Furqan ayat 53:

Artinya :

“ Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan);


yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. al-Furqan ayat 53)
Selain itu Allah juga menjelaskan tahapan atau masa penciptaan langit dan bumi
dalam Surat as-Sajdah ayat 4.

Artinya:

“ Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada
seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan? “ (QS. as-Sajdah ayat 4)

Berdasarkan pemahaman tentang berbagai ayat yang berbicara tentang ilmu


pengetahuan tersebut,bahwa hakekat ayat-ayat Allah adalah bukti-bukti kebenaran
eksistensi dan kemahakuasaan Allah yang dijelaskan melalui wahyu yang diturunkan
kepada Rasul saw yang dapat memaksa akal dan kesadaran manusia untuk menerima
kebenarannya, karena bukti-bukti tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dipercaya kepastian kebenarannya setidaknya oleh akal manusia
modern.

2.2. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah Dan Ayat Kauniyah

Ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah yang terdapat di dalam Al-Quran yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan Ayat-ayat kauniyah
adalahayat-ayat Allah yang merupakan seluruh alam semesta, ayat-ayat ini berupa
makhlukhidup, benda, peristiwa maupun kejadian, dan lain sebagainya yang ada di
dalam alamsemesta ini. Ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterkaitan yang
sangat erat karena memang keduanya merupakan satu kesatuan.
Bagan tersebut menjelaskan bahwa Allah adalah segala sumber ilmu.Kemudian
Allah menurunkan ilmuNya dalam bentuk ayat-ayat kauniyah (alam semesta) dan
juga ayat-ayat qauliyah (wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Quran). Dari kedua ayat
tersebut terciptalah pengetahuan, kemudian dari pengetahuan tersebutdilakukan
penelitian sehingga munculah teori-teori yang kemudian terciptalah ilmupengetahuan
kebenaran ilmiah. Dalam memberikan ilmuNya Allah SWT menggunakan dua cara.

• Yang pertama melalui jalan resmi ( ath-thariqah ar-rasmiyah yaitu


berupa wahyu yang diberikan kepada Rasul melalui perantara
malaikat Jibrilyang disebut juga ayat-ayat qauliyah.
• Yang kedua dengan jalan tidak resmi (ath-thariqah ghairu rasmiyah
) yang diberikan langsung kepada makhluk Nya melaluiilham,
tanpa perantara malaikat Jibril disebut juga ayat- ayat kauniyah.

Proses terciptanya ilmu pengetahuan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada


istilah dikotomi dalam islam (membedakan dan memisahkan ilmu keduniawian
danilmu keislaman). Meskipun kebenaran yang ada dalam ilmu pengetahuan
adalahkebenaran ilmiah, tidak menjadikan antara ilmu pengetahuan dan wahyu
salingbertentangan karena sesungguhnya semua itu berasal dari Allah SWT.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan ilmu pengetahuan antara
ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterikatan. Dari ayat qauliyah dan ayat
kauniyah terciptalah bermacam-macam ilmu yang bisa dipelajari oleh manusia.
Misalnya seperti fisika, matematika, kimia, fiqih, nahwu, astronomi, dll.

Ayat qauliyah memerintahkan kepada manusia untuk mencari ilmu tantang


alamsemesta ini (ayat-ayat kauniyah). Dengan membaca, mempelajari,
merenungkan,menyelidiki kemudian mengambil kesimpulan maka manusia akan
mendapatkanilmu tersebut. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Alaq 1-5 :

Artinya :

“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha
pemurah, yang maha mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.....”

Jika kita perhatikan ayat-ayat qauliyah yaitu Al-Quran, di dalamnya


terdapatbanyak perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat kauniyah seperti firman
Allahyang tertuang dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21 :

Artinya :

“ Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
Dan(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? ”.

Melalui kalimat tanya “Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat


tersebut adalah sebuah perintah dari Allah agar kita memperhatikan ayat-
ayatkauniyah yaitu semua yang ada di alam semesta ini dan yang ada pada diri kita
sendiri(ayat-ayat kauniyah).
Dalam ayat qauliyah yaitu Al-Quran, juga tidak jarang disebutkan secara terang-
terangan ayat-ayat kauniyah, yaitu seperti proses penciptaan alam semesta, proses
penciptaan manusia, keadan bumi, langit, gunung-gunung,tumbuhan, hewan, dan lain
sebagainya. Ketika para ilmuwan melihat dengan seksama apa yang terkandung
dalam ayat-ayat tersebut, mereka takjub karena menemukankeajaiban ilmiah pada
ayat-ayat tersebut dimana Al-Quran diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dan
belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah. Selain itu melalui ayat-ayat kauniyah
juga dapat meningkatkan keimananterhadap ayat-ayat qauliyah. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:mempelajari sains karena Allah, sains harus
diberi makna atau nilai dari sudutpandang agama, sains harus disyukuri, yaitu
menggunakan sains berdasarkanpertimbangan dicintai dan tidaknya oleh Allah.

2.3. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah Dan Ayat Kauniyah

Kemampuan manusia untuk memahami ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat


kauniyah adalah keniscayaan. Manusia diperintahkan oleh Allah bukan hanya untuk
memahami ayat-ayat qauliyah tetapi juga memahami ayat-ayat kauniyah dengan
melihat feniomena alam. Alam merupakan ayat Allah yang seharusnya
dieksplorasidan digali sedalam-dalamnya untuk mendekatkan diri manusia pada
kemahakuasaanNya. Dengan melihat ayat qauliyah akan memberikan petunjuk bagi
kebenaran ayat kauniyah, misalnya seperti Surat Yunus ayat 92:

Artinya :

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Sebagai contoh, pada tahun 1896, seorang purbakalawan menemukan jenazah


dalam bentuk mumi di Wadi al-Muluk (lembah para raja) di daerah Thaba, di
seberang Sungai Nil, Mesir. Kemudian pada 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka
pembalut mumi tersebut dan ternyata badan mumi tersebut masih dalam keadaan
utuh. Selanjutnya pada Juni 1975 seorang ahli bedah Perancis bernama Maurice
Bucaille, mendapatkan izin untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang mumi
tersebut dan menyimpulkan bahwa itu adalah mayat Fir’aun yang meninggal di laut.
Hal ini dibuktikan dari bekas-bekas garam yang membalut sekujur tubuhnya, dan
penyebab kematiannya – menurut pakar tersebut – disebabkan oleh shock.

Pada akhirnya Bucaille berkesimpulan bahwa “Alangkah agungnya contoh-


contoh yang diberikan oleh ayat-ayat al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang sekarang
berada di ruang mumi museum di Mesir. Penyelidikan dan penemuan modern telah
menunjukkan kebenaran al-Qur’an.” Pada tempat yang lain Bucaille menyatakan
“Sisi-sisi ilmiah yang disentuh oleh al-Qur’an telah membangkitkan kekagumanku
yang mendalam sejak semula. Aku tidak pernah menyangka terjadinya sejumlah
penemuan besar tentang kasus-kasus khusus dengan tema-tema yang bermacam-
macam dan ternyata sesuai dengan penemuan-penemuan sains modern. Dan itu
ditemukan dalam sebuah teks wahyu yang ditulis sejak belasan abad yang lalu.”

Contoh lain adalah Surat Fussilat ayat 37 tentang penciptaan siang dan malam :

Artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan


bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang
menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.”

2.4. Paradigma Pengembangan Iptek Dalam Islam

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap


diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),
bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang
realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui.`Ilm
menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan.Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala
sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan
rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan
akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah
sebagai pengetahuan yang ilmiah. Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat
penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang
dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science. Teknologi
adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu
tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan
ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan. Teknologi adalah pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
seharihari.Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu


pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang
berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk
memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.

Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang dimiliki


oleh manusia, diantaranya adalah sebagai berikut. Jalaluddin, ada tiga potensi yang
dimiliki oleh manusia, yaitu potensi ruh,jasmani(fisik),danrohaniah.

• Pertama, ruh; berisikan potensi manusia untuk bertauhid, yang merupakan


kecenderungan untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta.
• Kedua, jasmani; mencakup konstitusi biokimia yang secara materi teramu
dalam tubuh.
• Ketiga, rohani; berupa konstitusi non-materi yang terintegrasi dalam jiwa,
termasuk ke dalam naluri penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian, intelek,
perasaan, akal, dan unsur jiwa yang lainnya.
Imam al-Ghazali, manusia mempunyai empat kekuatan (potensi), yaitu;

• pertama, qalb : merupakan suatu unsur yang halus, berasal dari alam
ketuhanan, berfungsi untuk merasa, mengetahui, mengenal, diberi beban,
disiksa, dicaci, dan sebagainya yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui.
• kedua, ruh : yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui
tentang sesuatu dan merasa, ruh juga memiliki kekuatan yang pada
hakikatnya tidak bisa diketahui
• ketiga, nafs : yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia
• keempat, aql: yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal
ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati.

Jalaluddin dan Usman Said, secara garis besar manusia memiliki empat potensi
dasar, yaitu :

• pertama, hidayah al-ghariziyyah (naluri), yaitu kecenderungan manusia untuk


memenuhi kebutuhan biologisnya, seperti, makan, minum, seks, dan lain-lain,
dalam hal ini antara manusia dengan binatang sama
• kedua, hidayah al-hisiyyah (inderawi), yaitu kesempurnaan manusia sebagai
makhluk Allah SWT (ahsan at-taqwim)
• ketiga, hidayah al-aqliyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang
dapat dididik dan mendidik (animal educandum); dan keempat, hidayah
diniyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai potensi
dasar untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Rambu-rambu dan pengembangan IPTEK dalam AL-Qur’an IPTEK silahkan


dikembangkan sampai mencapai puncaknya, akan tetapi ada rambu-rambu yang
tidak boleh dilanggar, yaitu :

• Pengembangan IPTEK harus berujung pada bertambah kuatnya keyakinan


akan keberadaan Allah swt, Keesaan dan KekuasaanNya yang pada
gilirannya akan meningkatkan ketakwannya pada Allah swt.
• Pengembangan IPTEK harus mengarah pada kemaslahatan umum umat
manusia sebagai mahluk sosial, mahluk individual dan sebagai mahluk
beragama.
Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 :

• Pertama,menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan


ilmu pengetahuan.Jadi,paradigma Islam, dan bukannya paradigma
sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun
struktur ilmu pengetahuan.
• Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua
peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah
akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga
seluruh umat manusia
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam


bahasa Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat
Islam. Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah yang terdapat di dalam Al-Quran yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan Ayat-ayat kauniyah
adalahayat-ayat Allah yang merupakan seluruh alam semesta, ayat-ayat ini berupa
makhlukhidup, benda, peristiwa maupun kejadian, dan lain sebagainya yang ada di
dalam alamsemesta ini. Ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterkaitan yang
sangat erat karena memang keduanya merupakan satu kesatuan.

Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 : Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan.Jadi,paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang
seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah
Islam-lah, bukannya standar manfaat yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat
Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat
Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat
Islam dan juga seluruh umat manusia
DAFTAR ISI

Modul AIK IV Islam dan IPTEK Ilmu Psikologi

https://www.dialogilmu.com/2018/01/pengantar-pemikiran-pendidikan-islam.html

https://doc.lalacompute
https://www.academia.edu/37693985/Makalah_IPTEKS_Menurut_Islamr.com/maka
lah-pengembangan-iptek-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai