Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TOTAL QUALITY MANAGEMENT


PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Dosen Pengampu :
LILIK S. RAHMAN, S.E., M.SM

Oleh :
Kelompok 4 :
1. Apriliana (190301254)
2. Alif Nor Junita (190301221)
3. Frida Divianitasya (190301199)

Kelas :
Manajemen.D.Pagi ( Semester 5 )

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN ..........................................................................4


1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN (PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN


PEMECAHAN MASALAH).........................................................5
2.1. Definisi dan Proses Pengambilan Keputusan ..........................5
2.2. Metode Pemecahan dan Pencegahan Timbulnya Masalah.......9
2.3 Alat-alat Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan....13
2.4 Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah Secara
Ilmiah...............................................................................................18
2.5 Aspek-aspek dalam Pengambilan Keputusan...........................20

BAB III : PENUTUP....................................................................................26


3.1 Kesimpulan..............................................................................26
3.2 Saran........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA :.................................................................................27

ii
KATA PENGANTAR

Puji sykur atas kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaannya.
Sholawat serta salam kita panjatkan kepada baginda kita nabi besar Muhammad
SWA yang telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang yakni addnul isam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat merampungkan makalah yang menjadi
tugas dalam mata pelajaran Total Quality Management dengan judul :
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH selain itu
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah
membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik dan sarannya terhadap
makalah ini guna perbaikan makalah-makalah yang akan datang.

Gresik , 25 Oktober 2021

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengambil keputusan merupakan hal yang penting dan perlu dibutuhkan
pertimbangan yang matang untuk melangkah selanjutnya. Dalam proses pengambilan
keputusan manusia seringkali dihadapkan pada banyak alternatif yang dapat dipilih, Sehingga
untuk suatu permasalahan beberapa pembuat keputusan dapat mengambil keputusan yang
berbeda.
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap manusia beragam dari
berbagai bidang. Setiap permasalahan memerlukan strategi tersendiri untuk menemukan
solusinya.
Oleh karena itu, Penulis membuat tulisan ini karena ingin mengetahui tentang
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan karena dalam sebuah organisasi selalu
terdapat masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri harus melalui keputusan bersama.
Karena seorang manajer harus mengetahui apa yang diinginkan para karyawan sehingga
harus melalui keputusan bersama sehingga organisasi mencapai tujuannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Definisi dan Proses Pengambilan Keputusan?
2. Bagaimana Metode Pemecahan dan Pencegahan Timbulnya Masalah ?
3. Apa saja Alat-alat Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan ?
4. Bagaimana Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah Secara Ilmiah ?
5. Apa saja Aspek-aspek dalam Pengambilan Keputusan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan Definisi dan Proses Pengambilan Keputusan.
2. Menerangkan Metode Pemecahan dan Pencegahan Timbulnya Masalah.
3. Mengidentifikasi Alat-alat Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan.
4. Menjelaskan Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah secara Ilmiah.
5. Mengidentifikasi Aspek-aspek dalam Pengambilan Keputusan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Proses Pengambilan Keputusan


Setiap orang membuat keputusan, baik keputusan yang bersifat minor (misalnya: baju
apa yang harus saya pakai untuk berangkat kuliah hari ini?) maupun yang bersifat mayor
(misalnya: apakah sebaiknya saya menerima tawaran kerja di Pedalaman Kalimantan
Timur?). Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu rangkaian tindakan dari
dua atau lebih alternatif. Definisi ini mencakup dua hal, yaitu penentuan pilihan dan
pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan sangat penting dalam konteks TQM. Aktivitas ini merupakan
salah satu tanggung jawab pokok setiap manajer. Kualitas keputusan yang dibuat seorang
manajer sangat penting peranannya bagi dua hal. Pertama, kualitas keputusan manajer secara
langsung mempengaruhi peluang karir, penghargaan (reward), dan kepuasan kerja. Kedua,
keputusan manajerial memiliki konstribusi terhadap kesuksesan atau kegagalan suatu
organisasi. Oleh karena itu seorang manajer harus setia selalu siap menghadapi evaluasi dan
kritik terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Hal ini diperlukan sebagai bagian dari
pertanggung jawabannya dan juga sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan
pengambilan keputusan dari manajer yang bersangkutan.
Ada dua cara yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi suatu keputusan. Pertama,
dengan memeriksa hasilnya. Setiap keputusan yang diambil akan memberikan hasil tertentu.
Baik tidak nya suatu keputusan biasanya dinilai berdasarkan sejauh mana hasil itu mengarah
pada pencapaian tujuan organisasi. Cara kedua, yaitu mengevaluasi proses yang dilakukan
dalam pengambilan keputusan
Ada kemungkinan suatu proses yang keliru menghasilkan hasil positif. Hasil positif
tersebut dapat menyebabkan manajer mengabaikan kenyataan bahwa proses yang digunakan
keliru. Dalam jangka panjang, proses yang salah cenderung memberikan hasil negatif
daripada positif.
Sebagai contoh, seorang manajer harus memilih salah satu dari lima alternatif keputusan.
Misalnya ia memilih secara Acak tanpa terlebih dahulu mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi mengenai setiap alternatif dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
masing masing alternatif. Iya hanya memiliki peluang sebesar 20% untuk memilih alternatif
terbaik. Ada kalanya keputusannya tepat, tetapi lebih sering tidak. Oleh karena itu perlu

5
dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasil, baik saat hasilnya negatif maupun pada saat
hasilnya positif.
Meskipun setiap manajer memiliki latar belakang, gaya hidup, dan karakter yang berbeda,
tetapi baik manajer puncak, madya, maupun manajer lini pertama harus mengambil
keputusan dalam rangka men pencapaian tujuan perusahaannya dan bertanggung jawab atas
hasil dari keputusan yang mereka buat. Mereka menghadapi situasi situasi yang terdiri atas
berbagai alternatif, di mana keputusan yang akan dibuat melalui proses perbandingan antara
masing masing alternatif dan evaluasi terhadap hasil keputusan yang bersangkutan. Perlu
dipahami bahwa keputusan merupakan sarana atau alat untuk mencapai hasil tertentu atau
untuk memecahkan masalah. Jadi, keputusan sendiri bukanlah suatu tujuan yang ingin
diperoleh, melainkan hanyalah sarana mencapaian tujuan. Keputusan yang dibuat setiap
manajer akan berbeda beda, sesuai dengan perbedaan kondisi dan situasi yang dihadapi. Tipe
tipe keputusan yang dibuat dan di klasifikasi kan berdasarkan sistem yang dikemukakan oleh
Simon (1977; dalam kreitner dan kinicki, 1992, pp. 552-554). Teknik teknik untuk
menangani tipe tipe keputusan tersebut tersaji dalam tabel 7-1. Berdasarkan sistem tersebut,
Tipe tipe keputusan dapat dibedakan menjadi:

Tabel 7-1

1. Keputusan yang diprogram (Programmed Desicion)


Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan,
atau prosedur. Keputusan ini cenderung berulang ulang dan rutin. Melalui pengalaman dan
perjalanan waktu, organisasi dapat mengembangkan prosedur prosedur spesifik untuk
menangani Tipe keputusan ini. Contoh keputusan jenis ini adalah penentuan massa dan
lamanya cuti karyawan, penentuan saat untuk mengirimkan tagihan kepada pelanggan,
penetapan gaji karyawan baru, dan lain lain.
2. Keputusan yang tidak diprogram (non-programmed desicion)

6
Tipe keputusan ini merupakan keputusan yang berkenaan dengan masalah masalah baru, khas
atau khusus. Biasanya bersifat tidak Terstruktur. Dalam menangani tipe keputusan ini
manajer cenderung menggunakan judgment, intuisi, dan kreativitas. Dewasa ini banyak pula
perusahaan yang membentuk Tim pengambilan keputusan atau memanfaatkan simulasi
komputer untuk pengambilan keputusan yang tidak diprogram.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, yaitu melalui serangkaian tahap tahap
aktivitas yang menghasilkan keputusan. Banyak model pengambilan keputusan yang
dikemukakan oleh para pakar. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak ada satu
empat model yang dapat menjamin bahwa manajer akan selalu membuat keputusan yang
benar. Meskipun demikian para manajer yang menggunakan suatu model yang rasional,
intelektual, dan sistematik akan lebih berhasil dibandingkan para manajer yang
menggunakan pendekatan yang bersifat Informal. Setiap manajer dapat memilih pendekatan
yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Kreitner dan Kinicki
(1992, pp. 554-557) mengemukakan model pengambilan keputusan rasional yang terdiri dari
empat langkah yaitu identifikasi masalah, pengembangan alternatif solusi, pemilihan solusi,
serta implementasi dan evaluasi solusi. Robbins (1991, pp. 137-146) mengemukakan tiga
model pengambilan keputusan, yaitu:
1. Optimizing decision-making model
Model ini merupakan model pengambilan keputusan yang menjelaskan bagaimana setiap
individu harus berperilaku dalam rangka memaksimumkan hasil (outcome) yang ingin
dicapai. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu:
 Menentukan kebutuhan akan suatu keputusan
 Identifikasi kriteria keputusan
 Alokasi Babad pada masing-masing kriteria
 Mengembangkan alternatif-alternatif
 Mengevaluasi alternatif
 Memilih alternatif terbaik
2. Satisficing model
Dalam model ini, pengambilan keputusan memilih solusi pertama yang cukup baik,
memuaskan, dan memadai.
3. Implicit favorite model
Dalam model ini, masing masing individu menyederhanakan proses dalam memecahkan
masalah masalah komplek. Pengambilan keputusan secara implisit memilih alternatif yang

7
disukai pada tahap awal proses pengambilan keputusan dan cenderung mengabaikan
alternatif-alternatif lainnya.

Sementara itu, Gibson, et al. (1991, p. 576-580) mengemukakan proses pengambilan


keputusan yang dapat diterapkan untuk menangani tipe keputusan di program maupun yang
tidak di program. Proses ini terdiri atas tujuh langkah, yaitu:
1. Menetapkan tujuan dan sasaran spesifik
2. Identifikasi masalah
3. Mengembangkan alternatif-alternatif
4. Evaluasi terhadap masing-masing alternatif
5. Memilih alternatif yang terbaik
6. Melaksanakan keputusan
7. Melakukan pengendalian dan evaluasi

Pengambilan keputusan objektif dan subyektif


Pendekatan dalam pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
objektif dan subyektif. Meskipun pendekatan yang digunakan manajer TQM mengandung
kedua karakteristik objektif dan subyektif, tetapi sasarannya adalah meminimumkan
subyektivitas dan memaksimumkan objektivitas. Dengan demikian pendekatan yang paling
baik dan sesuai dalam menghasilkan keputusan yang berkualitas adalah pendekatan objektif.
1. Pengambilan keputusan objektif
Pendekatan objektif bersifat logis dan sistematis. Pendekatan ini dilakukan langkah demi
langkah (step-by-step). Asumsi dalam pendekatan ini adalah:
 Manajer memiliki waktu untuk mengikuti setiap langkah dalam proses pengambilan
keputusan secara sistematis.
 Tersedianya informasi lengkap dan akurat
 Manajer memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan yang dianggap terbaik

Dengan memperhatikan asumsi-asumsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sulit


melakukan pengambilan keputusan yang bersifat objektif. Manajer tidak selalu memiliki
banyak waktu dan informasi lengkap. Keadaan ini mempengaruhi obyektivitas. Namun hal
ini tidak berarti bahwa objektivitas dalam pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang
tidak mungkin. Manajer harus berusaha seobyektif mungkin.

8
2. Pengambilan keputusan subyektif
Berbeda dengan pengambilan keputusan objektif yang didasarkan pada informasi yang logis,
lengka, dan akurat; pengambilan keputusan subyektif didasarkan pada intuisi, pengalaman,
dan informasi yang tidak lengkap. Asumsi dalam pendekatan ini adalah bahwa pengambilan
keputusan berada di bawah tekanan (under pressure), terbatasnya wakt, dan beroperasi
dengan informasi yang terbatas.
Sasaran pengambilan keputusan subyektif adalah membuat keputusan yang terbaik dalam
keadaan yang serba terbatas tersebut. Pendekatan ini mengharuskan manajer untuk
mengambil keputusan dengan cepat, sehingga waktu yang sangat singkat itu dapat digunakan
untuk menyusun dan memilih alternatif terbaik.

2.2 Metode Pemecahan dan Pencegahan Timbulnya Masalah


Setiap organisasi pasti menghadapi masalah. Masalah adalah setiap situasi di mana apa
yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Semakin besar perbedaan tersebut,
semakin besar pula masalahnya. Pemecahan masalah dalam konteks TQM tidak seperti
memadamkan api saat terjadi kebakaran. Bila kita hanya berusaha memadamkan api, maka
permasalahan sebenarnya tetap ada (penyebab kebakaran tersebut) dan sewaktu waktu dapat
terjadi lagi. Tetapi bila kita mengatasi penyebab kebakaran tersebut (misalnya kabel yang
semrawut), maka kemungkinan terjadinya kebakaran lagi dapat dicegah. TQM lebih
menekankan perbaikan berkesinambungan di lingkungan kerja sehingga dapat mencegah
timbulnya masalah. Dalam hal ini ada dua model untuk pemecahan masalah yang sekaligus
mengarah pada perbaikan berkesinambungan. Kedua model tersebut adalah siklus Deming
dan metode Perry Johnson.
1. Siklus Deming
Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh seorang
prionir TQM, yaitu Dr. W. Edwards Deming. Siklus ini terdiri atas empat komponen utama
yang masing-masing dibagi menjadi berbagai langkah. Salah seorang murid Deming, yaitu
Wiliam W. Scherkenbach menjelaskan model tersebut sebagai berikut:
1)Mengembangkan rencana untuk perbaikan (Plan)
Meskipun belum terjadi masalah, sebaiknya dibuat rencana perbaikan, terutama yang
berkaitan dengan proses. Kemudian bila muncul masalah masalah tersebut dapat ditangani
9
dengan menggunakan model perbaikan berkelanjutan Deming rencana perbaikan ini meliputi
empat langkah berikut:

a. Identifikasi peluang dilakukannya perbaikan


b. Dokumentasi proses yang ada saat ini
c. Menciptakan visi proses yang diperbaiki
d. Menentukan jangkauan (scope) usaha perbaikan
2)Melaksanakan rencana yang dibuat (do)
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil selama
periode waktu tertentu. Langkah ini sama dengan pengembangan dan pengujian prototype
suatu rancangan sebelum diproduksi secara penuh.
3)Memeriksa hasil yang dicapai (Study)
Hasil implementasi rencana diperiksa dan dicatat. Hasil yang telah dicatat ini akan dijadikan
dasar bagi langkah penyesuaian dan perbaikan.
4)Melakukan penyesuaian bila di perlukan (Act)
Penyesuaian dilakukan bila dirasa perlu dan didasarkan pada komponen study di atas.
Langkah selanjutnya adalah mengulangi siklus untuk rencana perbaikan selanjutnya dengan
kembali pada komponen pertama (plan) dari model Deming.
2. Metode Perry Johnson
Metode ini merupakan pendekatan yang dapat diterapkan dalam TQM karena memiliki tiga
karakteristik berikut:
a. Mengutamakan kerjasama Tim dalam pemecahan masalah
b. Berfokus pada perbaikan berkesinambungan
c. Memperlakukan masalah sebagai sesuatu yang wajar atau normal karena adanya
perubahan.
May.metode pemecahan masalah Perry Johnson (dalam Goetsch dan Davis, 1994, pp. 232-
240) meliputi langkah langkah berikut:
1)Membentuk Tim pemecahan masalah
Dasar pemikiran yang melandasi perlunya pembentukan Tim adalah bahwa dengan
menggabungkan pengalaman, kemampuan khas, dan pandangan dari beberapa individu, maka
hasil yang diperoleh akan jauh lebih baik daripada bila hanya dilakukan seorang diri.
Tim pemecahan masalah ini bisa terdiri dari sub bagian dari satu departemen atau unit, atau
dapat pula anggota dari dua atau lebih departemen yang berbeda. Pertimbangan mengenai
susunan Tim harus didasarkan pada kebutuhan, ukuran, dan kondisi organisasi.
10
2)Mendiskusikan daftar masalah yang dihadapi
Masalah harus ditangani secara sistematis. Masalah potensial di identifikasikan, kemudian
diprioritaskan serta di diskusikan. Tim kemudian menyusun daftar permasalahan utama yang
harus ditangani.
3)Membatasi daftar masalah
Daftar masalah harus dibatasi pada apa yang merupakan masalah sebenarnya. Hal ini
bertujuan untuk memisahkan antara masalah dengan gejala. Untuk menentukannya
diperlukan perbandingan dengan tiga kriteria berikut:
 Ada standar untuk membandingkan setiap persoalan
 Perbedaan yang ada antara kinerja actual dengan standar merupakan perbedaan
yang tidak diharapkan.
 Perbedaan tersebut didukung dengan fakta
Setiap persoalan yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut harus dikeluarkan dari daftar
masalah.
4)Mendefinisikan masalah
Dari daftar masalah yang telah dibatasi, setiap masalah di definisikan dengan jelas. Definisi
masalah terdiri atas dua bagian, yaitu gambaran terhadap kondisi atau keadaan dan gambaran
mengenai perbedaan yang ada.
5)Memilih dan memprioritaskan masalah yang akan dibatasi
Setelah masalah didefinisikan, Tim dapat memprioritaskan masalah yang akan ditangani.
Perry Johnson menyarankan penggunaan problem priority matrix (lihat contoh pada tabel 7-
2). Ranking manfaat berdasarkan besarnya manfaat yang diperoleh dengan teratasi nya suatu
masalah bagi organisas. Ranking usaha berdasarkan besarnya usaha yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut. Extended number diperoleh dengan mengalikan ranking
manfaat dengan ranking usaha untuk setiap masalah. Prioritas utama diberikan pada masalah
yang extended numbernya paling kecil.
Tabel 7-2 Contoh Problem Priority Matrix
Nomor Ranking Ranking Extended Ranking
Masalah Manfaat Usaha Number Akhir
Masalah 1 3 8 24 6
Masalah 2 4 10 40 7

11
Masalah 3 6 3 18 4
Masalah 4 1 9 9 1
Masalah 5 9 6 54 9
Masalah 6 8 2 16 3
Masalah 7 2 5 10 2
Masalah 8 7 7 49 8
Masalah 9 10 1 10 2
Masalah 10 5 4 20 5

6. Mengumpulkan informasi mengenai masalah yang dihadapi.


Bila masalah telah diprioritaskan, pendekatan yang harus dilakukan adalah mengumpulkan
semua informasi yang tersedia mengenai masalah tersebut sebelum mencoba memecahkanya.
Ada dua jenis informasi yang dapat dikumpulkan, yaitu informasi objektif dan informasi
subjektif. Informasi objektif faktual. Informasi subjektif terbuka bagi berbagai macam
interpretasi.
7. Berusaha menemukan solusi optimal
Langkah yang pertama kali dilakukan adalah membuat definisi solusi yang secara jelas
menerangkan pengaruh dari solusi tersebut. Setelah definisi solusi diperoleh, tim melakukan
brainstroming mengenai solusi yang mungkin diambil dan menyusunnya ke dalam suatu
daftar. Kemudian tim memilih solusi optimum dari daftar tersebut. Cara yang ditempuh bisa
dengan melakukan konsensus kelompok atau menerapkan pendekatan yang lebih onjektif,
yaitu analisis manfaat dan biaya (cost-to-benefit analysis).
8. Implementasi solusi optimum
Langkah ini merupakan langkah yang paling kritis. Apabila ditangani secara tepat, maka
masalah yang ada dapat dipecahkan dengan baik sehingga menghasilkan perbaikan dalam
proses. Tetapi bila tidak maka dapat timbul masalah baru yang mungkin saja lebih serius.
Agar implementasi solusi dapat efektif maka perlu dilakukan pendekatan sistematik
yang mengembangkan rencana tindakan yang mengandung komponen berikut :
 Tindakan yang akan dilakukan,
 Metode pelaksanaan setiap tindakan,
 Sumber daya yang dibutuhkan bagi setiap tindakan,
 Kebutuhan khusus dalam setiap tindakan,
 Orang yang bertanggung jawab terhadap setiap tindakan,

12
 Batas waktu setiap tindakan.
Setelah suatu solusi dilaksanakan, hasilnya harus dipantau dan disesuaikan bila memang
perlu.
2.3 Alat-alat Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Model-model pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik
asalkan keputusannya berdasarkan fakta. Bila informasinya terdistorsi opini pribadi,
exaggretation atau agenda pribadi, maka keputusannya tidak mungkin baik, apa pun model
pemecahan masalah yang digunakan. Langkah pengumpulan informasi dalam model Perry
Johnson dapat lebih efektif bila menggunakan beberapa alat kualitas.
Pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui
Statistical Process Control (SPC) atau Statistical Quality Control (SQC) yang dilandasi 7 alat
statistik utama, yaitu diagram sebab dan akibat, check sheet, diagram Pareto, run chart dan
control charts, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. Alat-alat ini berguna dalam
pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
1. Diagram Sebab dan Akibat
Diagram ini sering pula disebut diagram tulang ikan (Fishbone Diagram). Alat ini
dikembangkan pertama kali pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas jepang, yaitu
Kaoru Ishikawa. Diagram sebab dan akibat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab suatu
persoalan/masalah yang terjadi.
Alat ini merupakan satu-satunya alat dari 7 alat SPC yang tidak didasarkan
pada statistika. Manfaat dari diagram ini adalah dapat memisahkan penyebab dari
gejala, memfokuskan perhatian pada hal-hal yang relevan, serta dapat diterapkan pada
masaah. Berikut ini adalah contoh bentuk diagram sebab dan akibat :

Gambar 7-1 Diagram Sebab dan Akibat

13
2. Check Sheet
Dalam TQM, data diibaratkan sebagai bahan bakar yang digunakan pada suatu mesin.
Check sheet merupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuan digunakan alat ini
adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data bagi tujuan-tujuan tertentu dan
menyajikannya dalam bentuk yang komunikatif sehingga dapat dikonversikan
menjadi informasi.

Item A B C D E F
……………. v vvv vv
……………. v v vv
……………. v vv
……………. vv vv v

Gambar 7-2 Check Sheet

3. Diagram Pareto
Diagram ini digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut sebab dan
gejalanya. Masalah didiagramkan menurut prioritas atau tingkat kepentingannya,
dengan menggunakan formal grafik batang, di mana 100% menunjukan kerugian
total. Prinsip yang mendasari diagram ini adalah ’80-20’ yang menyatakan bahwa ‘
80% of the trouble comes from 20% of the problems’.

Gambar 7-3 Diagram Pareto

4. Run Chart dan Control Chart


Run chart (trend chart) digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
yang terjadi dengan jalan menggambarkan atau memetakan data selama periode

14
waktu tertentu. Kekecenderungan (trend) tersebut sangat berguna dalam memisahkan
sebab dari gejala.
Dalam setiap proses selalu ada dua jenis variasi, yaitu variasi yang tidak
terelakan yang timbul dalam kondisi normal dan variasi yang disebabkan oleh suatu
masalah (abnormal). Control chart berguna untuk menganalisis proses dengan tujuan
memperbaikinya secara terus-menerus. Grafik ini mendeteksi penyimpangan
abnormal dengan bantuan grafik garis. Grafik ini berbeda dari grafik garis standar
dengan adanya garis kendali batas (limit) di tengah, atas dan bawah.

Gambar 7-4a Run Chart

Gambar 7-4b Control Chart

5. Histrogram
Histogram merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebaran atau
standar deviasi suatu proses. Data frekuensi yang diperoleh dari pengukuran
menunjukkan suatu puncak pada suatu nilai tertentu. Variasi ciri khas kualitas yang
dihasilkan disebut distribusi. Angka yang menggambarkan frekuensi dalam bentuk

15
batang disebut histograin. Alat tersebut terutama digunakan untuk menentukan
masalah dengan memeriksa bentuk dispersi, nilai rata-rata, dan sifat dispersi.

Gambar 7-5 Histogram


6. Stratifikasi
Stratifikasi merupakan teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori
tertentu, agar data dapat menggambarkan permasalahan secara jelas sehingga
kesimpulan-kesimpulan dapat lebih mudah diambil. Kategori-kategori yang dibentuk
meliputi data relatif terhadap lingkungan, sumber daya manusia yang terlibat, mesin
yang digunakan dalam proses, bahan baku, dan lain-lain.
7. Scatter Diagram
Dua buah variabel yang sesuai dipetakan dalam sebuah diagram sebar (scatter).
Hubungan antara titik-titik yang dipetakan menggambarkan hubungan antara kedua
variabel tersebut. Alat ini berguna dalam memperlajari dan mencari faktor-faktor
yang berpengaruh. Pada umumnya ada berbagai bentuk scatter diagram (lihat gambar
7-6).

16
Gambar 7-6 Scatter Diagram
Selain tujuh alat statistik utama tersebut, Imai (1992, pp 225-226) juga menambahkan
7 alat baru yang dibutuhkan dalam bidang penyempurnaan kualitas produk, penekanan biaya,
pengembangan produk baru, dan penyebarluasan kebijakan. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan desain, yaitu suatu pendekatan sistem komprehensif dalam memecahkan
masalah yang menaruh perhatian besar pada setiap aspek detil dan melibatkan setiap orang
yang memiliki latar belakang berbeda. Oleh karena itu pendekatan ini sangat efektif untuk
memecahkan masalah antar departemen atau fungsional silang. Ketujuh alat baru tersebut
adalah :
1. Diagram hubungan (relation diagram)
Diagram ini menerangkan hubungan (interrelasi) dalam situasi kompleks, melibatkan
berbagai faktor interrelasi dan membantu dalam menjelaskan hubungan sebab akibat
antara berbagai faktor.
2. Diagram afinitas
Alat ini khususnya adalah sebuah metode sumbang saran (brainstorming). Alat ini
berdasarkan atas kerja kelompok, dimana setiap anggota menuliskan ilhamnya,
kemudian semua ilham dikumpulkan dan diluruskan kembali menurut subjeknya.
3. Diagran pohon
Alat ini merupakan lanjutan konsep nilai rekayasa analisis fungsional. Alat ini
digunakan untuk menunjukan interrelasi antara sasaran dan ukuran.
4. Diagram matriks
Alat ini digunakan untuk menjelaskan hubungan/relasi antara 2 faktor yang berbeda.
Diagram ini sering digunakan untuk menyebarluaskan persyaratan kualitas ke dalam
perekayasaannya, kemudian ke dalam persyaratan produksi.
5. Diagram matriks analisis data
Alat ini digunakan bila bagan matriks tidak memberikan informasi terperinci yang
memadai. Alat ini merupakan satu-satunya metode dalam 7 alat baru yang
berdasarkan analisis data dan memberikan hasil numerik.
6. Process Decision Program Chart (PDPC)
PDPC merupakan implikasi dari operasi riset. Karena program implementasi untuk
mencapai sasaran khusus tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana dan karena
perkembangan tidak terduga akan mengakibatkan konsekuensi serius, pengembangan

17
PDPC bukan saja ditujukan untuk memperoleh kesimpulan optimal tetapi juga untuk
mencegah kejutan.
7. Diagram panah
Alat ini sering digunakan dalam PERT (Program Evaluation and Review Technique)
dan CPM (Critical Path Method). Dalam alat ini digunakan suatu jaringan gambar
untuk menunjukkan langkah yang diperlukan dalam melaksanakan suatu rencana.
Adanya perangkat lunak baru yang dikembangkan perusahaan seperti IBM, Macintosh,
JUSE, dan lain-lain menambahkan jumlah alat dan teknik yang dapat digunakan
(Moerdokusumo, 1994, p.68). Beberapa di antaranya yaitu :
1. Information Discovery
Ini sangat berarti dalam Experimental Design. Sistem komputer modern dapat
mendeteksi data base baru secara otomatis demi peningkatan kualitas.
2. Data Visualization
Dengan bantuan komputer, diagram yang dihasilkan dapat dibuat dalam 3 dimensi,
sehingga mempertajam data informasi. Visualisasi data bahkan bisa ditingkatkan
hingga 6 dimensi : 3 Euclidean dimensi (lebar, panjang, dan dalam), ditambah lagi 3
dimensi dalam bentuk box size, warna dan shading.
3. Hipermedia
Alat bantu ini mengintegrasikan semua sarana pengendalian kualitas menjadi satu
problem solving toolbox yang lebih bermanfaat.

2.4 Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah Secara Ilmiah


Ada kalanya suatu keputusan harus dibuat secara subjektif. Meskipun demikian
keadaan seperti itu dapat diminimumkan melalui manajemen dan kepemimpinan yang baik.
Salah satu kunci sukses TQM adalah penggunaaan pendekatan ilmiah dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah. Menurut Juran, 85% masalah manajemen adalah
sistemnya dan hanya 15% diakibatkan masalah sumber daya manusia. Oleh karena itu esensi
manajemen kualitas adalah memadukan masalah-masalah sistem dan sumber daya manusia
sekaligus.
Inti dari metode perbaikan kualitas adalah pendekatan ilmiah. Metode ini menggunakan
berbagai data, alat dan teknik statistika. Meskipun tampaknya rumit, pendekatan ilmiah
merupakan suatu cara sistem bagi setiap individu dan tim untuk setiap memahami proses. Hal
ini mengandung pengertian bahwa :
 Pengambilan keputusan lebih didasarkan pada data daripada dugaan.
18
 Mencari sumber penyebab suatu masalah, bukan bereaksi pada gelaja.
 Mencari solusi permanen, bukannya mendasarkan pada perbaikan dalam waktu singkat.

Pengambilan keputusan ilmiah dipusatkan pada upaya mengatasi berbagai masalah utama
yang dihadapi perusahaan sesuai, dengan prinsip Parteo, yaitu berusaha mengatasi sumber
masalah pokok dan bukan gejalanya. Sumber pokok masalah inilah yang sering menimbulkan
kompleksitas atau keruwetan dalam perusahaan. Kondisi kompleksitas timbul bila terdapat
hasil yang tidak produktif dan tidak perlu sebagai akibat perbaikan proses tanpa terlebih
dahulu mengembangkan suatu rencana yang sistematis. Jenis-jenis kompleksitas yang timbul
antara lain adalah kesalahan dan kerusakan, kemacetan, dan penundaan( keterlambatan ),
inefisiensi dan variasi/penyimpangan.
1. Kesalahan dan kerusakan
Kesalahan menyebabkan kerusakan yang pada gilirannya dapat mengurangi daya saing
perusahaan. Bila kerusakan terjadi, ada dua kemungkinan yang harus dilakukan, yaitu
sebagian atau keseluruhan produk tersebut harus disisihkan atau dibatalkan semuanya, atau
diperlukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki kerusakanitu. Pengerjaan kembali suatu
produk karena adanya kesalahan dan kerusakan hanya akan menambah biaya tanpa
memberikan nilai tambah.
2. Kemacetan dan kelambatan
Adanya kelambatan akibat kemacetan mesin atau peralatanmenyebabkan karyawan bagian
produksi bekerja lembur atau bekerja lebih cepat untuk mengejar skedul produksi. Lembur
hanya akan menambah biaya produk tanpa meningkatkan nilai tambah. Bila hal ini terjadi,
pesaing memperoleh keunggulan kompetitif berupa biaya produk yang lebih rendah. Bila
dilakukan usaha untuk menjalankan proses lebih cepat dari tingkat optimumnya, maka tingkat
kesalahan yang tinggi tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi hal ini, dikebamkan total
productive maintenance (TPM) yang bertujuan untuk menghilangkan kemacetan dan
kelambatan yang diakibatkannya.
3. Inefisiensi
Inefisiensi berarti penggunaan sumber daya ( waktu, bahan baku, gerakan, atau yang lain )
lebih banyak daripada yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas inesientife sering
terjadi karena perusahaan telah terbiasa melakukan sesuatu dengan cara yang biasa mereka
lakikan tanpa mebgetahui mengapa harus demikian.
4. Variasi/ penyimpangan

19
Konsitensi dan kemungkinan untuk diramalkan atau diantisipasi sebelumnya merupakan dua
hal yang sangat penting dalam proses operasi. Bila suatu proses berjalan secara konsisten,
maka usaha perbaikan terhadap proses tersebut dapat dilakukan dengan jalan mengurangi
dua jenis variasi berikut:
 Variasi umum (common variation) yaitu variasi yang disebabkan oleh adanya
sejumlah faktor yang merupakan bagian dari suatu proses, misalnya perbedaan
keterampilan para pekerja.
 Variasi khusus (special variation) yaitu variasi yang ditimbulkan oleh faktor-
faktor yang bukan merupakan bagian dari proses dan hanya terjadi dalam
keadaan tertentu misalnya kesalahan pengiriman bahan baku.

2.5 Aspek-aspek dalam Pengambilan Keputusan


Paling tidak terdapat tiga aspek penting dalam proses pengambilan keputusan dalam
suatu perusahaan. Ketiga aspek tersebut adalah keterlibatan karyawan,informasi, dan
kreativitas.
Keterlibatan Karyawan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
dalam TQM diyakini bahwa adanya keterlibatan karyawan akan dapat mendukung
penyempurnaan proses pengambilan keputusan. Karyawan akan memiliki rasa kepemilikan
terhadap keputusan yang proses pembuatannya melibatkan mereka. Oleh karena itu mereka
akan memahamidan mendukung keputusan yang diambil. Selain itu dengan melibatkan
karyawan dalam proses pengambilan keputusan, maka manajer akan dapat memperoleh
gambaran yang lebih akurat mengenai masalah yang sesungguhnya terjadi dan mendapatkan
daftar kemungkinan solusi potensial yang lebih komperhensif. Di samping itu keterlibatan
karyawan juga dapat membantu para manajer dalam melakukan evaluasi dan pemilihan
alternative secara lebih baik. Umumnya keterlibatan karyawan tersebut diwujudkan dengan
membentuk kelompok atau tim tertentu. Dalam kaitannya dengan proses pengambilan
keputusan pembentukan kelompok ini memiliki beberapa kebaikan, antara lain:
1. Dalam pengembangan tujuan, kelompok dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan penhgetahuan yang lebih besar.
2. Dalam identifikasi alternative usaha-usaha individual para naggota kelommpok dapat
memungkinkan pencarian yang lebih luas dalam berbagi fungsional organisasi.
3. Dalam evalusai alternative, kelompok memiliki kerangka pandangan yang lebih luas.

20
4. Pemilihsn slternstive memungkinkana kelompok dapat lebih menerima resiko
dibandingkan pembuatan keputusan individual.
5. Oleh karena itu adanya partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Maka
individual yang terlibat lebih terinovasi untuk melaksanakan keputusan yang dibuat.
Keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan bukanlah suatu hal yang bebas
dari masalah. Masalah potensial utama yang mungkin timbul adalah bahwa upaya melibatkan
karyawan membutuhkan banyak waktu, sedangkan para manager tidak selalu memiliki waktu
lebih. Masalah potensial lainnya adalah bahwa hal ini menyebabkan karyawan meninggalkan
pekerjaannya dan dapat pula menimbulkan konflik diantara anggota tim. Permasalahan
potensial lain yang mungkin terjadi adalah kecenderungan terjadinya kompromi yang belum
tentu merupakan keputusan terbaik. Selain itu, bila pengambil keputusan menolak saran dari
kelompok, mungkin akan terjadi ketidak harmonisan hubungan antara pengambil keputusan
dengan kelompok tersebut.
Bila hal diatas dilakukan secara bijaksana, manajer dapat menghindari masalah masalah
potensial tersebut. Dengan demikian, keterlibataan karyawan dalam proses pengambilan
keputusan dapat memberikan hasil atau manfaat besar bagi kemajuan organisasi. Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas keterlibataan
karyawan, diantaranya braindstoming, Nominal Grup Technique (NGT), dan gugus kuwalitas
pendekataan yang sesuai dalam menerapkan keterlibatan karyawan ini adalah manajemen
partisipatif. Manajemen partisipatif sendiri merupakan suatu proses dimana para karyawan
memainkan peranaan penting dan aktif dalam penetapaan tujuan, pembuataan keputusaan,
pemecahan masalah, dan perancangan perubahaan dalam organisasi. Pendekataan manajemen
partisipatif ini dapat meningkatkan motivasi karyawan, karena dapat memenuhi tiga
kebutuhan dasar karyawan, yaitu otonomi pemahaman akan pekerjaan dan konflik
interpersonal. Ketiga hal ini dapat meningkatkan komitmen dan rasa penerimaan
(acceptance), keamanaan, tantanggan, dan kepuasaan. Pada giliraannya perasaan-perasaan
tersebut dapat mengarah pada peningkataan inovasi dan kinerja. Manajemen partisipatif dapat
dirumuskan dalam model pada Gambar 7-7
Peran Informasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Dalam aktivitas sehari-hari, kita tidak bisa lepas atau terhindar dari situasi pengambilan
keputusan. Agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Dibutuhkan informasi. Informasi
tersebut adalah data yang telah diubah kedalam format atau bentuk yang bermanfaat dan
relevan dengan proses pengambilan keputusan. Adanya informasi yang akurat, up-to-date,
dan komperhensif belum menjamin dihasilkannya keputusan yang baik, tetapi tidak
21
tersedianya informasi seperti ini akan menjamin dihasilkannya keputusan yang tidak baik.
Dalam situasi persaingan yang ketat, pengetahuan dan akses terhadap sumber informasi
merupakan kekuatan yang bisa menghasilkan keunggulan.
Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan kumpulan karakter, faktaa atau jumlah-
jumlah yang merupakan masukan (input) bagi suatu informasi. Data yang berpengaruh
terhadap keputusan adalah data yang relevan dengan pengambilan keputusan tersebut.
Informasi erat kaitannya dengan proses komunikasi yang
Partisipasi dalam penetapan tujuan
membutuhkan
Partisipasi tiga
dalam pemecahan komponen, yaitu
masalah
partisipasi dalam pengambilan keputusan partisipasi dalam perubahan
pengirim pesan, perantara (medium), dan penerima pesan. Dalam proses tersebut, informasi
adalah segala sesuatu yang disampaikan atau disajikan oleh pengirim, dikirimkan melalui
medium tertentu dan diterima oleh penerima pesan. Pada proses komunikasi, manajer dapat
Faktor-faktor
berperan sebagai penerima informasi kontigensi akan dijadikannya sebagai dasar untuk
yang kemudian
individual
pengambilan keputusannya.

Faktor-faktor kontigensi
organisasional

Otonomi meningkatnya kendali Penyelesaian tugas-tugas


atas perilaku kerja tertentu

Akseptansi dan Keamanann Tantangan Kepuasan


komitmen

Inovasi

Faktor-faktor kontigensi
lingkungan

Kinerja dan
produktivitas

22
Perkembangan dan kemajuan teknologi memberikan kemudahan kepada para manajer untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan. Teknologi computer dan telekomunikasi
menyebabkan mekanisme pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan dan komunikasi
informasi dapat berjalan dengan mudah dan cepat. Meskipun demikian kualitas informasi
tergantung pada orang yang menerima data akurat, yang memasukannya kedalam sistem
teknologi dan yang memperbaharuinya kedalam sistem teknologi, dan yang
memperbahruinya secara terus-menerus. Dalam sistem informasi berbasis computer, input,
proses, dan output merupakan satu kesatuan utuh dalam dalam menghassilkan informasi yang
berkualitas. Dalam hal ini prinsip garbage-in/garbage-out berlaku. Artinya, bila data yang
digunakan tidak akurat maka informasi yang dihasilkan dari sistem berbasis computer juga
tidak akan akurat.
Data bagi seseorang bisa saja informasi bagi orang lain. Perbedaan ini disebabkan kebutuhan
individu yang berlainan. Kebutuhan manajer akan informasi diyentukan oleh jenis keputusan
yang dibuatnya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh manager dalam
menentukan tipe informasi yang dibutuhkannya.
 Tanggung jawab manajer yang bersangkutan
 Tujuan organisai
 Jenis keputusan yang harus diambil berhubungan dengan tanggung jawab dan tujuan
tersebut.
Dewasa ini informasi merupakan komoditas yang bermanfaat dan bernilai. Nilainya
ditentukan oleh kebutuhan orang yang akan menggunakannya dan sejauh mana informasi
tersebut dapat membiayai dan bahkan seringkali mahal, karena harus dikumpulkan, disimpan,
diproses, diperbaharui terus-menerus, dan disajikan dalam bentuk yang bermanfaat saat
dibutuhkan. Keadaan ini menyebabkan manajer harus mempertimbangkan nilai informasi dan
biaya saat memutuskan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.
Setiap saat manajer dibanjiri berbagai informasi yang tidak semuannya dibutuhkan dan
relevan dengan kebutuhannya. Apalagi manajer menerima informasi yang jauh lebih banyak
daripada yang sanggup ia proses tepat pada waktunya, maka ia mengalami fenomena yang
disebut information overload. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya 5 hal berikut:
 Kebingungan

23
 Frustasi
 Memberikan perhatian berlebihan pada hal-hal yang tidak penting
 Kurang memperhatikan hal-hal yang penting
 Terjadi kelambatan yang tidak perlu dan tidak produktif
Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menghindari terjadinnya information
overload, yaitu:
1. Memeriksa semua lapaoran regular yang diterima
2. Membentuk format/ susunan laporan yang efisien dan sesuai dengan keinginan
pengambil keputusan
3. Menggunakan MIS ( management information system) database dengan
memanfaatkan terminal computer atau jaringan PC (on-line)
Strategi ketiga, yaitu membentuk sistem informasi manajer merupakan strategi yang
palinbaik dalam era globalisasi ini. Sistem informsi manajemen merupakan sistem yang
digunakan untuk mengumpulkan menyimpan, memproses, dan menyajikan informasi
yang dipakai oleh para manajer dalam pengambilan keputusan. Sistem ini mencakup tiga
komponen utama, yaitu : hardware, software, dan user
Pentingnya Kreativitas Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Peningkatan tekanan persaingan pasar menyebabkan semakin pentingnya fleksibilitas,
inovasi, danb kreativitas dalam pengambilan keputusan suatu organisai. Agar dapat
berdahan dalam pasar yang selalu berkembang dan berubah dengan cepat, suatu
organisasi harus dapat melakukan perubahan dan penyesuaian dengan cepat. Hal ini
membutuhkan kreativitas pada semua level organisasi.
Kreativitas dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang bersifat imajinatif, orisinal dan inovatif. Kreitner dan
kinicki (91992,p,578) menyatakan bahwa esensi dari kreativitas adalah pengembangan
sesuatu yang sifatnyabaru atau belum pernah ada sebelumnya. Perspektif seperti ini
menurut pengetahuan dan pengalaman para pengambil keputusan dalam masalah yang
dihadapi. Mereka juga dipacu dan dituntut untuk selalu tidak puas dengan kondisi
statusquo serta berusaha mencari trobosan baru. Menurut Von Oech (dalam Goetsch dan
Davia,1994,p,259), proses kreatif berlangsung dalam empat tingkatan yaitu:
1. Persiapan (prepareation) meliputi langkah belajar, menambah pengalaman dan
mengumpulkan/ menyimpan informasi dalam bidng tertentu.

24
2. Inkubasi yaitu mengembangkan, mengubah, menumbuhkan dan memperkokoh ide-
ide. Inkubasi seringkali merupakan fungsi dari pikiran bawah sadar.
3. Wawasan dan pengertian (insight) atau kadang kala disebut pula saat/ momen
inspirasi. Pada saat ini muncullah solusi potensial yang semakin jelas.
4. Verifikasi meliputi peninjauan dan pemeriksaaan terhadap keputusan untuk
menentukan apakah benar-benar dapat berjalan. Dalam tahap ini, proses seperti studi
kelayakan dan analisis biaya-manfaat digunakan.
Dalam era teknologi tinggi dan persaingan global, inovasi dan kreativitas dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting.
Semakin banyak karyawan yang berfikir secara kreatif, semakin baik. Berfikir secara
kreatif dapat dipelajari dan dikembangkan. Ada tiga strategi yang dapat digunakan
seseorang manajer untuk membantu para karyawan agar dapat berfikir secara kreatif
yaitu:
1. Idea vending
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan literature dalam bidang masalah
yang dihadapi dan menghimpun ide-ide yang terdapat literature tersebut. Kemudian
secara periodic ide-ide tersebut disebarkan kepada para karyawan untuk merangsang
mereka berfikir. Hal ini, akan memudahkan pengembangan ide baru dari para
karyawan.
2. Listening
Strategi ini dilakukan dengan mendengarkan setiap ide-- yang baik maupun yang
buruk – serta permasalahan yang dihadapi karyawan ditempat kerja. Dengan demikian
karyawan terangsang untuk menyampaikan idenya sehingga kreatifitas mereka dapat
ditingkatkan. Perlu diperhatikan bahwa mendengarkan adalah dua hal yang berbeda
( Robins,1991,p327), mendengar mengandung pengertian hanya sekedar penagkapan
getaran suara. Sedangkan mendengarkan adalah mencakup pengertian, interprestasi,
dan ingatan akan rangsangan suara.
3. Idea attribution
Strategi ini dilakukan dengan jalan memberikan semacam gambaran atau potongan-
potongan ide dan kemudian mendorong para karyawan untuk mengembangkannya
menjadi ide penuh. Bila karyawan mengembangkan suatu ide kreatif maka ia akan
mendapatkan pengakuan akan ide tersebut.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu rangkaian tindakan dari dua
atau lebih alternatif. Definisi ini mencakup dua hal, yaitu penentuan pilihan dan pemecahan
masalah. TQM lebih menekankan perbaikan berkesinambungan di lingkungan kerja sehingga
dapat mencegah timbulnya masalah. Dalam hal ini ada dua model untuk pemecahan masalah
yang sekaligus mengarah pada perbaikan berkesinambungan. Kedua model tersebut adalah
siklus Deming dan metode Perry Johnson.
Pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui
Statistical Process Control (SPC) atau Statistical Quality Control (SQC) yang dilandasi 7 alat
statistik utama, yaitu diagram sebab dan akibat, check sheet, diagram Pareto, run chart dan
control charts, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. kunci sukses TQM adalah
penggunaaan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Terdapat tiga aspek penting dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan
yaitu keterlibatan karyawan,informasi, dan kreativitas.

3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dapat
memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai

26
bahan untuk menambah pengetahuan tentang pengambilan keputusan yang baik dan benar
dan dapat memecahkan suatu masalah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.2003. Total Quality Management (TQM)-Edisi Revisi .
Yogyakarta: ANDI

27

Anda mungkin juga menyukai