Oleh :
Kelompok 4 :
1. Apriliana (190301254)
2. Alif Nor Junita (190301221)
3. Frida Divianitasya (190301199)
Kelas :
Manajemen.D.Pagi ( Semester 5 )
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
ii
KATA PENGANTAR
Puji sykur atas kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaannya.
Sholawat serta salam kita panjatkan kepada baginda kita nabi besar Muhammad
SWA yang telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang yakni addnul isam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat merampungkan makalah yang menjadi
tugas dalam mata pelajaran Total Quality Management dengan judul :
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH selain itu
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah
membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik dan sarannya terhadap
makalah ini guna perbaikan makalah-makalah yang akan datang.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasil, baik saat hasilnya negatif maupun pada saat
hasilnya positif.
Meskipun setiap manajer memiliki latar belakang, gaya hidup, dan karakter yang berbeda,
tetapi baik manajer puncak, madya, maupun manajer lini pertama harus mengambil
keputusan dalam rangka men pencapaian tujuan perusahaannya dan bertanggung jawab atas
hasil dari keputusan yang mereka buat. Mereka menghadapi situasi situasi yang terdiri atas
berbagai alternatif, di mana keputusan yang akan dibuat melalui proses perbandingan antara
masing masing alternatif dan evaluasi terhadap hasil keputusan yang bersangkutan. Perlu
dipahami bahwa keputusan merupakan sarana atau alat untuk mencapai hasil tertentu atau
untuk memecahkan masalah. Jadi, keputusan sendiri bukanlah suatu tujuan yang ingin
diperoleh, melainkan hanyalah sarana mencapaian tujuan. Keputusan yang dibuat setiap
manajer akan berbeda beda, sesuai dengan perbedaan kondisi dan situasi yang dihadapi. Tipe
tipe keputusan yang dibuat dan di klasifikasi kan berdasarkan sistem yang dikemukakan oleh
Simon (1977; dalam kreitner dan kinicki, 1992, pp. 552-554). Teknik teknik untuk
menangani tipe tipe keputusan tersebut tersaji dalam tabel 7-1. Berdasarkan sistem tersebut,
Tipe tipe keputusan dapat dibedakan menjadi:
Tabel 7-1
6
Tipe keputusan ini merupakan keputusan yang berkenaan dengan masalah masalah baru, khas
atau khusus. Biasanya bersifat tidak Terstruktur. Dalam menangani tipe keputusan ini
manajer cenderung menggunakan judgment, intuisi, dan kreativitas. Dewasa ini banyak pula
perusahaan yang membentuk Tim pengambilan keputusan atau memanfaatkan simulasi
komputer untuk pengambilan keputusan yang tidak diprogram.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, yaitu melalui serangkaian tahap tahap
aktivitas yang menghasilkan keputusan. Banyak model pengambilan keputusan yang
dikemukakan oleh para pakar. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak ada satu
empat model yang dapat menjamin bahwa manajer akan selalu membuat keputusan yang
benar. Meskipun demikian para manajer yang menggunakan suatu model yang rasional,
intelektual, dan sistematik akan lebih berhasil dibandingkan para manajer yang
menggunakan pendekatan yang bersifat Informal. Setiap manajer dapat memilih pendekatan
yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Kreitner dan Kinicki
(1992, pp. 554-557) mengemukakan model pengambilan keputusan rasional yang terdiri dari
empat langkah yaitu identifikasi masalah, pengembangan alternatif solusi, pemilihan solusi,
serta implementasi dan evaluasi solusi. Robbins (1991, pp. 137-146) mengemukakan tiga
model pengambilan keputusan, yaitu:
1. Optimizing decision-making model
Model ini merupakan model pengambilan keputusan yang menjelaskan bagaimana setiap
individu harus berperilaku dalam rangka memaksimumkan hasil (outcome) yang ingin
dicapai. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu:
Menentukan kebutuhan akan suatu keputusan
Identifikasi kriteria keputusan
Alokasi Babad pada masing-masing kriteria
Mengembangkan alternatif-alternatif
Mengevaluasi alternatif
Memilih alternatif terbaik
2. Satisficing model
Dalam model ini, pengambilan keputusan memilih solusi pertama yang cukup baik,
memuaskan, dan memadai.
3. Implicit favorite model
Dalam model ini, masing masing individu menyederhanakan proses dalam memecahkan
masalah masalah komplek. Pengambilan keputusan secara implisit memilih alternatif yang
7
disukai pada tahap awal proses pengambilan keputusan dan cenderung mengabaikan
alternatif-alternatif lainnya.
8
2. Pengambilan keputusan subyektif
Berbeda dengan pengambilan keputusan objektif yang didasarkan pada informasi yang logis,
lengka, dan akurat; pengambilan keputusan subyektif didasarkan pada intuisi, pengalaman,
dan informasi yang tidak lengkap. Asumsi dalam pendekatan ini adalah bahwa pengambilan
keputusan berada di bawah tekanan (under pressure), terbatasnya wakt, dan beroperasi
dengan informasi yang terbatas.
Sasaran pengambilan keputusan subyektif adalah membuat keputusan yang terbaik dalam
keadaan yang serba terbatas tersebut. Pendekatan ini mengharuskan manajer untuk
mengambil keputusan dengan cepat, sehingga waktu yang sangat singkat itu dapat digunakan
untuk menyusun dan memilih alternatif terbaik.
11
Masalah 3 6 3 18 4
Masalah 4 1 9 9 1
Masalah 5 9 6 54 9
Masalah 6 8 2 16 3
Masalah 7 2 5 10 2
Masalah 8 7 7 49 8
Masalah 9 10 1 10 2
Masalah 10 5 4 20 5
12
Batas waktu setiap tindakan.
Setelah suatu solusi dilaksanakan, hasilnya harus dipantau dan disesuaikan bila memang
perlu.
2.3 Alat-alat Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Model-model pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik
asalkan keputusannya berdasarkan fakta. Bila informasinya terdistorsi opini pribadi,
exaggretation atau agenda pribadi, maka keputusannya tidak mungkin baik, apa pun model
pemecahan masalah yang digunakan. Langkah pengumpulan informasi dalam model Perry
Johnson dapat lebih efektif bila menggunakan beberapa alat kualitas.
Pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui
Statistical Process Control (SPC) atau Statistical Quality Control (SQC) yang dilandasi 7 alat
statistik utama, yaitu diagram sebab dan akibat, check sheet, diagram Pareto, run chart dan
control charts, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. Alat-alat ini berguna dalam
pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
1. Diagram Sebab dan Akibat
Diagram ini sering pula disebut diagram tulang ikan (Fishbone Diagram). Alat ini
dikembangkan pertama kali pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas jepang, yaitu
Kaoru Ishikawa. Diagram sebab dan akibat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab suatu
persoalan/masalah yang terjadi.
Alat ini merupakan satu-satunya alat dari 7 alat SPC yang tidak didasarkan
pada statistika. Manfaat dari diagram ini adalah dapat memisahkan penyebab dari
gejala, memfokuskan perhatian pada hal-hal yang relevan, serta dapat diterapkan pada
masaah. Berikut ini adalah contoh bentuk diagram sebab dan akibat :
13
2. Check Sheet
Dalam TQM, data diibaratkan sebagai bahan bakar yang digunakan pada suatu mesin.
Check sheet merupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuan digunakan alat ini
adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data bagi tujuan-tujuan tertentu dan
menyajikannya dalam bentuk yang komunikatif sehingga dapat dikonversikan
menjadi informasi.
Item A B C D E F
……………. v vvv vv
……………. v v vv
……………. v vv
……………. vv vv v
3. Diagram Pareto
Diagram ini digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut sebab dan
gejalanya. Masalah didiagramkan menurut prioritas atau tingkat kepentingannya,
dengan menggunakan formal grafik batang, di mana 100% menunjukan kerugian
total. Prinsip yang mendasari diagram ini adalah ’80-20’ yang menyatakan bahwa ‘
80% of the trouble comes from 20% of the problems’.
14
waktu tertentu. Kekecenderungan (trend) tersebut sangat berguna dalam memisahkan
sebab dari gejala.
Dalam setiap proses selalu ada dua jenis variasi, yaitu variasi yang tidak
terelakan yang timbul dalam kondisi normal dan variasi yang disebabkan oleh suatu
masalah (abnormal). Control chart berguna untuk menganalisis proses dengan tujuan
memperbaikinya secara terus-menerus. Grafik ini mendeteksi penyimpangan
abnormal dengan bantuan grafik garis. Grafik ini berbeda dari grafik garis standar
dengan adanya garis kendali batas (limit) di tengah, atas dan bawah.
5. Histrogram
Histogram merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebaran atau
standar deviasi suatu proses. Data frekuensi yang diperoleh dari pengukuran
menunjukkan suatu puncak pada suatu nilai tertentu. Variasi ciri khas kualitas yang
dihasilkan disebut distribusi. Angka yang menggambarkan frekuensi dalam bentuk
15
batang disebut histograin. Alat tersebut terutama digunakan untuk menentukan
masalah dengan memeriksa bentuk dispersi, nilai rata-rata, dan sifat dispersi.
16
Gambar 7-6 Scatter Diagram
Selain tujuh alat statistik utama tersebut, Imai (1992, pp 225-226) juga menambahkan
7 alat baru yang dibutuhkan dalam bidang penyempurnaan kualitas produk, penekanan biaya,
pengembangan produk baru, dan penyebarluasan kebijakan. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan desain, yaitu suatu pendekatan sistem komprehensif dalam memecahkan
masalah yang menaruh perhatian besar pada setiap aspek detil dan melibatkan setiap orang
yang memiliki latar belakang berbeda. Oleh karena itu pendekatan ini sangat efektif untuk
memecahkan masalah antar departemen atau fungsional silang. Ketujuh alat baru tersebut
adalah :
1. Diagram hubungan (relation diagram)
Diagram ini menerangkan hubungan (interrelasi) dalam situasi kompleks, melibatkan
berbagai faktor interrelasi dan membantu dalam menjelaskan hubungan sebab akibat
antara berbagai faktor.
2. Diagram afinitas
Alat ini khususnya adalah sebuah metode sumbang saran (brainstorming). Alat ini
berdasarkan atas kerja kelompok, dimana setiap anggota menuliskan ilhamnya,
kemudian semua ilham dikumpulkan dan diluruskan kembali menurut subjeknya.
3. Diagran pohon
Alat ini merupakan lanjutan konsep nilai rekayasa analisis fungsional. Alat ini
digunakan untuk menunjukan interrelasi antara sasaran dan ukuran.
4. Diagram matriks
Alat ini digunakan untuk menjelaskan hubungan/relasi antara 2 faktor yang berbeda.
Diagram ini sering digunakan untuk menyebarluaskan persyaratan kualitas ke dalam
perekayasaannya, kemudian ke dalam persyaratan produksi.
5. Diagram matriks analisis data
Alat ini digunakan bila bagan matriks tidak memberikan informasi terperinci yang
memadai. Alat ini merupakan satu-satunya metode dalam 7 alat baru yang
berdasarkan analisis data dan memberikan hasil numerik.
6. Process Decision Program Chart (PDPC)
PDPC merupakan implikasi dari operasi riset. Karena program implementasi untuk
mencapai sasaran khusus tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana dan karena
perkembangan tidak terduga akan mengakibatkan konsekuensi serius, pengembangan
17
PDPC bukan saja ditujukan untuk memperoleh kesimpulan optimal tetapi juga untuk
mencegah kejutan.
7. Diagram panah
Alat ini sering digunakan dalam PERT (Program Evaluation and Review Technique)
dan CPM (Critical Path Method). Dalam alat ini digunakan suatu jaringan gambar
untuk menunjukkan langkah yang diperlukan dalam melaksanakan suatu rencana.
Adanya perangkat lunak baru yang dikembangkan perusahaan seperti IBM, Macintosh,
JUSE, dan lain-lain menambahkan jumlah alat dan teknik yang dapat digunakan
(Moerdokusumo, 1994, p.68). Beberapa di antaranya yaitu :
1. Information Discovery
Ini sangat berarti dalam Experimental Design. Sistem komputer modern dapat
mendeteksi data base baru secara otomatis demi peningkatan kualitas.
2. Data Visualization
Dengan bantuan komputer, diagram yang dihasilkan dapat dibuat dalam 3 dimensi,
sehingga mempertajam data informasi. Visualisasi data bahkan bisa ditingkatkan
hingga 6 dimensi : 3 Euclidean dimensi (lebar, panjang, dan dalam), ditambah lagi 3
dimensi dalam bentuk box size, warna dan shading.
3. Hipermedia
Alat bantu ini mengintegrasikan semua sarana pengendalian kualitas menjadi satu
problem solving toolbox yang lebih bermanfaat.
Pengambilan keputusan ilmiah dipusatkan pada upaya mengatasi berbagai masalah utama
yang dihadapi perusahaan sesuai, dengan prinsip Parteo, yaitu berusaha mengatasi sumber
masalah pokok dan bukan gejalanya. Sumber pokok masalah inilah yang sering menimbulkan
kompleksitas atau keruwetan dalam perusahaan. Kondisi kompleksitas timbul bila terdapat
hasil yang tidak produktif dan tidak perlu sebagai akibat perbaikan proses tanpa terlebih
dahulu mengembangkan suatu rencana yang sistematis. Jenis-jenis kompleksitas yang timbul
antara lain adalah kesalahan dan kerusakan, kemacetan, dan penundaan( keterlambatan ),
inefisiensi dan variasi/penyimpangan.
1. Kesalahan dan kerusakan
Kesalahan menyebabkan kerusakan yang pada gilirannya dapat mengurangi daya saing
perusahaan. Bila kerusakan terjadi, ada dua kemungkinan yang harus dilakukan, yaitu
sebagian atau keseluruhan produk tersebut harus disisihkan atau dibatalkan semuanya, atau
diperlukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki kerusakanitu. Pengerjaan kembali suatu
produk karena adanya kesalahan dan kerusakan hanya akan menambah biaya tanpa
memberikan nilai tambah.
2. Kemacetan dan kelambatan
Adanya kelambatan akibat kemacetan mesin atau peralatanmenyebabkan karyawan bagian
produksi bekerja lembur atau bekerja lebih cepat untuk mengejar skedul produksi. Lembur
hanya akan menambah biaya produk tanpa meningkatkan nilai tambah. Bila hal ini terjadi,
pesaing memperoleh keunggulan kompetitif berupa biaya produk yang lebih rendah. Bila
dilakukan usaha untuk menjalankan proses lebih cepat dari tingkat optimumnya, maka tingkat
kesalahan yang tinggi tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi hal ini, dikebamkan total
productive maintenance (TPM) yang bertujuan untuk menghilangkan kemacetan dan
kelambatan yang diakibatkannya.
3. Inefisiensi
Inefisiensi berarti penggunaan sumber daya ( waktu, bahan baku, gerakan, atau yang lain )
lebih banyak daripada yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas inesientife sering
terjadi karena perusahaan telah terbiasa melakukan sesuatu dengan cara yang biasa mereka
lakikan tanpa mebgetahui mengapa harus demikian.
4. Variasi/ penyimpangan
19
Konsitensi dan kemungkinan untuk diramalkan atau diantisipasi sebelumnya merupakan dua
hal yang sangat penting dalam proses operasi. Bila suatu proses berjalan secara konsisten,
maka usaha perbaikan terhadap proses tersebut dapat dilakukan dengan jalan mengurangi
dua jenis variasi berikut:
Variasi umum (common variation) yaitu variasi yang disebabkan oleh adanya
sejumlah faktor yang merupakan bagian dari suatu proses, misalnya perbedaan
keterampilan para pekerja.
Variasi khusus (special variation) yaitu variasi yang ditimbulkan oleh faktor-
faktor yang bukan merupakan bagian dari proses dan hanya terjadi dalam
keadaan tertentu misalnya kesalahan pengiriman bahan baku.
20
4. Pemilihsn slternstive memungkinkana kelompok dapat lebih menerima resiko
dibandingkan pembuatan keputusan individual.
5. Oleh karena itu adanya partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Maka
individual yang terlibat lebih terinovasi untuk melaksanakan keputusan yang dibuat.
Keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan bukanlah suatu hal yang bebas
dari masalah. Masalah potensial utama yang mungkin timbul adalah bahwa upaya melibatkan
karyawan membutuhkan banyak waktu, sedangkan para manager tidak selalu memiliki waktu
lebih. Masalah potensial lainnya adalah bahwa hal ini menyebabkan karyawan meninggalkan
pekerjaannya dan dapat pula menimbulkan konflik diantara anggota tim. Permasalahan
potensial lain yang mungkin terjadi adalah kecenderungan terjadinya kompromi yang belum
tentu merupakan keputusan terbaik. Selain itu, bila pengambil keputusan menolak saran dari
kelompok, mungkin akan terjadi ketidak harmonisan hubungan antara pengambil keputusan
dengan kelompok tersebut.
Bila hal diatas dilakukan secara bijaksana, manajer dapat menghindari masalah masalah
potensial tersebut. Dengan demikian, keterlibataan karyawan dalam proses pengambilan
keputusan dapat memberikan hasil atau manfaat besar bagi kemajuan organisasi. Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas keterlibataan
karyawan, diantaranya braindstoming, Nominal Grup Technique (NGT), dan gugus kuwalitas
pendekataan yang sesuai dalam menerapkan keterlibatan karyawan ini adalah manajemen
partisipatif. Manajemen partisipatif sendiri merupakan suatu proses dimana para karyawan
memainkan peranaan penting dan aktif dalam penetapaan tujuan, pembuataan keputusaan,
pemecahan masalah, dan perancangan perubahaan dalam organisasi. Pendekataan manajemen
partisipatif ini dapat meningkatkan motivasi karyawan, karena dapat memenuhi tiga
kebutuhan dasar karyawan, yaitu otonomi pemahaman akan pekerjaan dan konflik
interpersonal. Ketiga hal ini dapat meningkatkan komitmen dan rasa penerimaan
(acceptance), keamanaan, tantanggan, dan kepuasaan. Pada giliraannya perasaan-perasaan
tersebut dapat mengarah pada peningkataan inovasi dan kinerja. Manajemen partisipatif dapat
dirumuskan dalam model pada Gambar 7-7
Peran Informasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Dalam aktivitas sehari-hari, kita tidak bisa lepas atau terhindar dari situasi pengambilan
keputusan. Agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Dibutuhkan informasi. Informasi
tersebut adalah data yang telah diubah kedalam format atau bentuk yang bermanfaat dan
relevan dengan proses pengambilan keputusan. Adanya informasi yang akurat, up-to-date,
dan komperhensif belum menjamin dihasilkannya keputusan yang baik, tetapi tidak
21
tersedianya informasi seperti ini akan menjamin dihasilkannya keputusan yang tidak baik.
Dalam situasi persaingan yang ketat, pengetahuan dan akses terhadap sumber informasi
merupakan kekuatan yang bisa menghasilkan keunggulan.
Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan kumpulan karakter, faktaa atau jumlah-
jumlah yang merupakan masukan (input) bagi suatu informasi. Data yang berpengaruh
terhadap keputusan adalah data yang relevan dengan pengambilan keputusan tersebut.
Informasi erat kaitannya dengan proses komunikasi yang
Partisipasi dalam penetapan tujuan
membutuhkan
Partisipasi tiga
dalam pemecahan komponen, yaitu
masalah
partisipasi dalam pengambilan keputusan partisipasi dalam perubahan
pengirim pesan, perantara (medium), dan penerima pesan. Dalam proses tersebut, informasi
adalah segala sesuatu yang disampaikan atau disajikan oleh pengirim, dikirimkan melalui
medium tertentu dan diterima oleh penerima pesan. Pada proses komunikasi, manajer dapat
Faktor-faktor
berperan sebagai penerima informasi kontigensi akan dijadikannya sebagai dasar untuk
yang kemudian
individual
pengambilan keputusannya.
Faktor-faktor kontigensi
organisasional
Inovasi
Faktor-faktor kontigensi
lingkungan
Kinerja dan
produktivitas
22
Perkembangan dan kemajuan teknologi memberikan kemudahan kepada para manajer untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan. Teknologi computer dan telekomunikasi
menyebabkan mekanisme pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan dan komunikasi
informasi dapat berjalan dengan mudah dan cepat. Meskipun demikian kualitas informasi
tergantung pada orang yang menerima data akurat, yang memasukannya kedalam sistem
teknologi dan yang memperbaharuinya kedalam sistem teknologi, dan yang
memperbahruinya secara terus-menerus. Dalam sistem informasi berbasis computer, input,
proses, dan output merupakan satu kesatuan utuh dalam dalam menghassilkan informasi yang
berkualitas. Dalam hal ini prinsip garbage-in/garbage-out berlaku. Artinya, bila data yang
digunakan tidak akurat maka informasi yang dihasilkan dari sistem berbasis computer juga
tidak akan akurat.
Data bagi seseorang bisa saja informasi bagi orang lain. Perbedaan ini disebabkan kebutuhan
individu yang berlainan. Kebutuhan manajer akan informasi diyentukan oleh jenis keputusan
yang dibuatnya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh manager dalam
menentukan tipe informasi yang dibutuhkannya.
Tanggung jawab manajer yang bersangkutan
Tujuan organisai
Jenis keputusan yang harus diambil berhubungan dengan tanggung jawab dan tujuan
tersebut.
Dewasa ini informasi merupakan komoditas yang bermanfaat dan bernilai. Nilainya
ditentukan oleh kebutuhan orang yang akan menggunakannya dan sejauh mana informasi
tersebut dapat membiayai dan bahkan seringkali mahal, karena harus dikumpulkan, disimpan,
diproses, diperbaharui terus-menerus, dan disajikan dalam bentuk yang bermanfaat saat
dibutuhkan. Keadaan ini menyebabkan manajer harus mempertimbangkan nilai informasi dan
biaya saat memutuskan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.
Setiap saat manajer dibanjiri berbagai informasi yang tidak semuannya dibutuhkan dan
relevan dengan kebutuhannya. Apalagi manajer menerima informasi yang jauh lebih banyak
daripada yang sanggup ia proses tepat pada waktunya, maka ia mengalami fenomena yang
disebut information overload. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya 5 hal berikut:
Kebingungan
23
Frustasi
Memberikan perhatian berlebihan pada hal-hal yang tidak penting
Kurang memperhatikan hal-hal yang penting
Terjadi kelambatan yang tidak perlu dan tidak produktif
Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menghindari terjadinnya information
overload, yaitu:
1. Memeriksa semua lapaoran regular yang diterima
2. Membentuk format/ susunan laporan yang efisien dan sesuai dengan keinginan
pengambil keputusan
3. Menggunakan MIS ( management information system) database dengan
memanfaatkan terminal computer atau jaringan PC (on-line)
Strategi ketiga, yaitu membentuk sistem informasi manajer merupakan strategi yang
palinbaik dalam era globalisasi ini. Sistem informsi manajemen merupakan sistem yang
digunakan untuk mengumpulkan menyimpan, memproses, dan menyajikan informasi
yang dipakai oleh para manajer dalam pengambilan keputusan. Sistem ini mencakup tiga
komponen utama, yaitu : hardware, software, dan user
Pentingnya Kreativitas Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Peningkatan tekanan persaingan pasar menyebabkan semakin pentingnya fleksibilitas,
inovasi, danb kreativitas dalam pengambilan keputusan suatu organisai. Agar dapat
berdahan dalam pasar yang selalu berkembang dan berubah dengan cepat, suatu
organisasi harus dapat melakukan perubahan dan penyesuaian dengan cepat. Hal ini
membutuhkan kreativitas pada semua level organisasi.
Kreativitas dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang bersifat imajinatif, orisinal dan inovatif. Kreitner dan
kinicki (91992,p,578) menyatakan bahwa esensi dari kreativitas adalah pengembangan
sesuatu yang sifatnyabaru atau belum pernah ada sebelumnya. Perspektif seperti ini
menurut pengetahuan dan pengalaman para pengambil keputusan dalam masalah yang
dihadapi. Mereka juga dipacu dan dituntut untuk selalu tidak puas dengan kondisi
statusquo serta berusaha mencari trobosan baru. Menurut Von Oech (dalam Goetsch dan
Davia,1994,p,259), proses kreatif berlangsung dalam empat tingkatan yaitu:
1. Persiapan (prepareation) meliputi langkah belajar, menambah pengalaman dan
mengumpulkan/ menyimpan informasi dalam bidng tertentu.
24
2. Inkubasi yaitu mengembangkan, mengubah, menumbuhkan dan memperkokoh ide-
ide. Inkubasi seringkali merupakan fungsi dari pikiran bawah sadar.
3. Wawasan dan pengertian (insight) atau kadang kala disebut pula saat/ momen
inspirasi. Pada saat ini muncullah solusi potensial yang semakin jelas.
4. Verifikasi meliputi peninjauan dan pemeriksaaan terhadap keputusan untuk
menentukan apakah benar-benar dapat berjalan. Dalam tahap ini, proses seperti studi
kelayakan dan analisis biaya-manfaat digunakan.
Dalam era teknologi tinggi dan persaingan global, inovasi dan kreativitas dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting.
Semakin banyak karyawan yang berfikir secara kreatif, semakin baik. Berfikir secara
kreatif dapat dipelajari dan dikembangkan. Ada tiga strategi yang dapat digunakan
seseorang manajer untuk membantu para karyawan agar dapat berfikir secara kreatif
yaitu:
1. Idea vending
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan literature dalam bidang masalah
yang dihadapi dan menghimpun ide-ide yang terdapat literature tersebut. Kemudian
secara periodic ide-ide tersebut disebarkan kepada para karyawan untuk merangsang
mereka berfikir. Hal ini, akan memudahkan pengembangan ide baru dari para
karyawan.
2. Listening
Strategi ini dilakukan dengan mendengarkan setiap ide-- yang baik maupun yang
buruk – serta permasalahan yang dihadapi karyawan ditempat kerja. Dengan demikian
karyawan terangsang untuk menyampaikan idenya sehingga kreatifitas mereka dapat
ditingkatkan. Perlu diperhatikan bahwa mendengarkan adalah dua hal yang berbeda
( Robins,1991,p327), mendengar mengandung pengertian hanya sekedar penagkapan
getaran suara. Sedangkan mendengarkan adalah mencakup pengertian, interprestasi,
dan ingatan akan rangsangan suara.
3. Idea attribution
Strategi ini dilakukan dengan jalan memberikan semacam gambaran atau potongan-
potongan ide dan kemudian mendorong para karyawan untuk mengembangkannya
menjadi ide penuh. Bila karyawan mengembangkan suatu ide kreatif maka ia akan
mendapatkan pengakuan akan ide tersebut.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu rangkaian tindakan dari dua
atau lebih alternatif. Definisi ini mencakup dua hal, yaitu penentuan pilihan dan pemecahan
masalah. TQM lebih menekankan perbaikan berkesinambungan di lingkungan kerja sehingga
dapat mencegah timbulnya masalah. Dalam hal ini ada dua model untuk pemecahan masalah
yang sekaligus mengarah pada perbaikan berkesinambungan. Kedua model tersebut adalah
siklus Deming dan metode Perry Johnson.
Pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui
Statistical Process Control (SPC) atau Statistical Quality Control (SQC) yang dilandasi 7 alat
statistik utama, yaitu diagram sebab dan akibat, check sheet, diagram Pareto, run chart dan
control charts, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. kunci sukses TQM adalah
penggunaaan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Terdapat tiga aspek penting dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan
yaitu keterlibatan karyawan,informasi, dan kreativitas.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dapat
memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai
26
bahan untuk menambah pengetahuan tentang pengambilan keputusan yang baik dan benar
dan dapat memecahkan suatu masalah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.2003. Total Quality Management (TQM)-Edisi Revisi .
Yogyakarta: ANDI
27