Anda di halaman 1dari 38

COST OF QUALITY AND JUST IN TIME

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliahAkuntansi Manajemen Lanjutan


Dosen : Dr. Andry Arifian Rachman., S.E., M.Si., Ak. CA.

Disusun Oleh :
Pangihutan Sitinjak
51622120056

FAKULTAS PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan kasih karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
“Cost of Quality and Just In Time” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas “Akuntansi
Manajemen Lanjutan” dari Bapak Dr. Andry Arifian Rachman., S.E., M.Si., Ak.
CA. selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan. Semoga Makalah ini
dapat dipahami bagi bapak/ibu dosen dan setiap rekan-rekan mahasiswa yang
membacanya dan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa lain yang ingin
mempelajari materi ini. Sekiranya Makalah yang telah penulis susun ini dapat berguna
bagi penulis sendiri maupun bagi setiap orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam Makalah “Cost of Quality and Just In Time”
ini masih banyak terdapat kekurangan, dan penulis mohon maaf apabila terdapat
penyampaian kalimat yang kurang baik, untuk itu saran dan kritik dari berbagai sumber
yang dapat membangun sangat penulis harapkan sehingga menjadi lebih baik untuk
kedepannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 28 Oktober 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Sampul .......................................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori ..............................................................................................................7
2.1.1 Just In Time ...................................................................................................7
2.1.1.1 Pengertian Just In Time.................................................................................7
2.1.1.2 Tujuan Just In Time ...................................................................................... 7
2.1.1.3 Perbandingan Just In Time (JIT) dengan Tradisional ..................................8
2.1.1.4 Karakteristik Dasar Just In Time (JIT) .......................................................... 8
2.1.1.5 Kemitraan Just In Time (JIT) ......................................................................10
2.1.2 Efisiensi Biaya Produksi .............................................................................10
2.1.2.1 Pengertian Efisiensi ..................................................................................... 10
2.1.2.2 Pengertian Biaya Produksi ..........................................................................11
2.1.2.3 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi ........................................................... 11
2.1.2.4 Syarat Tercapainya Efisiensi Biaya Produksi .............................................12
2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................................................13
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 15
2.4 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Teori ............................................................................................................17
3.1.1 Definisi Kualitas ..............................................................................17
3.1.2 Dimensi Kualitas Produk ................................................................ 18
3.1.3 Definisi Biaya Kualitas ...................................................................23
3.1.3.1 Tipe Biaya Kualitas .........................................................................23
3.1.4 Laporan Biaya Kualitas dan Kegunaannya ...........................................24
iii
3.1.5 Jenis Laporan Biaya Kualitas ................................................................ 25
3.1.6 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas ..................................................... 26
3.1.7 Laporan Biaya Kualitas .........................................................................26
3.1.8 Just In Time dan Karakteristik .............................................................. 29
3.1.9 Strategi Dalam Penerapan Just In Time ................................................30
3.1.10 Dampak JIT Terhadap Kemampuan Penelusuran Biaya
dan Biaya Produksi ...........................................................................31
3.1.11 Prinsip Kerja Just In Time.................................................................... 32
3.1.12 Aspek Pokok Just In Time ................................................................... 33
3.1.13 Keuntungan dan Kelemahan .......................................... 34
3.2 Studi Kasus ................................................................................................ 35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 38

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biaya Kualitas (Biaya Mutu) atau dalam bahasa Inggris sering disebut dengan
Quality Cost adalah biaya-biaya yang timbul dalam penanganan masalah kualitas
(mutu), baik dalam rangka meningkatkan kualitas maupun biaya yang timbul akibat
kualitas yang buruk. Denga kata lain, biaya kualitas (Quality Cost) adalah semua biaya
yang timbul dalam Manajemen Kualitas (Quality Manajemen).
Suatu perusahaan dapat menjadi lebih bersaing dengan cara meningkatkan
produktivitas dan memperbaiki kualitas. Prinsip dasar memperbaiki kualitas akan
menurunkan biaya kualitas. Sebagian besar biaya yang berkaitan dengan kualitas timbul
karena adanya kualitas yang kurang bagus. Mengukur dan melaporkan berbagai biaya
kualitas akan memungkinkan para manajer mengidentifikasi berbagai area berpotensi
untuk perbaikan dan untuk menilai berbagai hasil aktivitas perbaikan. Sistem pelaporan
biaya kualitas yang solid dan handal untuk pengembangan dan operasional perusahaan
serta membantu dalam pengembalian keputusan yang berkaitan dengan perbaikan kualitas.
Perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya apabila memperhatikan
faktor-faktor penentu diantaranya waktu, mutu, biaya, dan sumber daya manusia. Salah
satu faktor penentu, yaitu waktu, yang dimana waktu ini menjadi faktor penting yang
mempengaruhi keunggulan daya saing. Perusahaan yang ingin unggul dari faktor
waktu maka harus dapat melayani permintaan konsumennya dengan tepat waktu,
mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengefisienkan
waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai
keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan
konsep - konsep Just In Time (JIT).
Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang di rancang untuk
mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu peyerahan seefisien
mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses
produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun
jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu.
|5
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya
sebanyak jumlah yang dibutuhkan atau diminta konsumen pada saat dibutuhkan
sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan
kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.

|6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Just In Time
2.1.1.1 Pengertian Just In Time
Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh
perusahaan-perusahaan otomotif di Jepang sejak tahun limapuluhan. Just In Time (JIT)
menggambarkan suatu system produksi dan manajemen persediaan yang menghendaki
suatu proses produksi berjalan dan pembelian bahan baku dilakukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Proses produksi dan manajemen persediaan dilakukan
secara cepat dan tepat waktunya, sehingga tidak ada bahan baku dan barang jadi
menumpuk di gudang.
Menurut Mulyadi (2009:24) Just In Time Merupakan manufacturing
philosophy yang mulai diterapkan di Jepang pada tahun tujuh puluhan dan mulai
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di U.S.A sejak dua puluh tahun kemudian.
Dengan filosofi ini, perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan, tanpa
memanfaatkan tersedianya persediaan dan tanpa menggunakan biaya persediaan,
sehingga produksi tidak akan terjadi sebelum ada proses permintaan produksi.
Menurut Hansen & Mowen (2000:593) Just In Time merupakan suatu usaha
yang terus menerus mencapai produktivitas perusahaan dengan menghapuskan kegiatan
yang tidak memiliki nilai tambah (Nonvalue-added activities). Menghapus kegiatan
yang tidak memiliki nilai tambah ini merupakan tujuan utama Just In Time.
Menurut Blocher, Chen, & Lin (200:113) sistem Just In Time merupakan
sistem produksi yang komprehensif dan system manajemen persediaan dimana bahan
dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang
tepat pada setiap tahap produksi.

2.1.1.2 Tujuan Just In Time (JIT)


Menurut Mursyidi (2008:175) tujuan Just In Time (JIT) dalam proses produksi adalah
untuk mengeliminir tingkat persediaan pada setiap proses produksi sejak bahan baku sampai
|7
dengan barang jadi tidak ada penumpukan di dalam gudang. Menurut Hansen & Mowen
(2000:59), Just In Time (JIT) memiliki dua tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan
keuntungan dan untuk memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai
dengan mengontrol biaya-biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan
peningkatan keuntungan), memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas.
Menurut Heizer & Barry Render (2010:318) pokok dari Just In Time adalah suatu
filosofi dari penyelesaian masalah yang selalu berkelanjutan dalam arti hanya membuat apa
yang dibutuhkan.

2.1.1.3 Perbandingan Just In Time (JIT) dengan Tradisional


Menurut Hansen & Mowen (2000:318) perbedaan pemanufakturan Just In Time (JIT)
dengan tradisional yaitu :
No Just In Time Tradisional
1. Sistem Tarik Sistem Tekan
2. Persediaan dalam jumlah kecil Persediaan dalam jumlah besar
3. Sedikit Pemasok Banyak Pemasok
4. Kontrak jangka panjang dengan Kontrak jangka pendek dengan
pemasok pemasok
5. Struktur seluler Struktur departemen
6. Tenaga kerja keahlian ganda Tenaga kerja terspesialisasi
7. Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah
Sumber : Hansen & Mowen. Manajemen Biaya (2000:392)

2.1.1.4 Karakteristik Dasar Just In Time (JIT)


Menurut Hansen & Mowen (2008:387) menyatakan ada beberapa karakteristik dasar
Just In Time (JIT):
1. Pengaruh persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat
yang sangat rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari
persediaan adalah vital bagi kesuksesan Just In Time. Just In Time (JIT)

|8
menolak untuk menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah
ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan namun
sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan kemampuan perusahaan
untuk bersaing.
2. Tata letak pabrik
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan
suatu pola sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang
dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran.
Mesin-mesin diatur sehingga, mereka dapat digunakan untuk melakukan
berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan
produk atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke
yang lainnya dari awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan
dilatih untuk mengoperasikan semua mesin dalam sel.
3. Pengelompokkan dan pemberdayaan karyawan
Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga
memiliki pengaruh pada relokasi dukungan pelayanan pada sel. Sebagai
tambahan dari pekerjaan produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan
tugas persiapan, memindahkan barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain
dalam sel, melakukan perawatan pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan
inspeksi kualitas, dan melakukan tugas pembersihan. Kemampuan multifungsi
ini secara langsung berhubungan pada pendekatan tarikan melalui prosuksi.

4. Gugus Kendali Mutu


Just In Time (JIT) perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada
pengelolaan kualitas. Total quality control pada intinya adalah suatu pengerjaan
tanpa henti untuk suatu kualitas sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu
desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat.
5. JIT dan Otomatisasi
Mengotomatisasi proses pemaktur yang kompleks membuat biaya
semakin mahal. Menyederhanakan desain produk dan proses produksi
membuat biaya otomatisasi menjadi efektif. Sekali system JIT diterapkan,
system ini biasanya menunjukkan dimana otomatisasi yang dilakukan bernilai.
|9
Karenanya hal yang tidak biasa bagi perusahaan yang mengadopsi JIT untuk
mengikutinya dengan akuisisi teknologi produksi yang maju. Perusahaan
diotomatisasi untuk meningkatkan kapasitas produktif, meningkatkan efisiensi,
meningkatkan mutu dan jasa, menurunkan waktu pemrosesan, dan
meningkatkan keluaran.

2.1.1.5 Kemitraan Just In Time (JIT)


Menurut Heizer & Barry Render (2010:319) Suatu kemitraan Just In Time (Just In
Time partnership) timbul Ketika pemasok dan pembeli bekerjasama dengan komunikasi
yang terbuka dan sasaran untuk mengurangi pemborosan biaya. Berikut beberapa sasaran
dari kemitraan Just In Time.
1. Menghilangkan aktivitas yang tidak perlu
Seperti penerimaan, pemeriksaan barang yang datang, penagihan dan penawaran.
2. Menghilangkan persediaan di pabrik
Dengan cara mengirimkan barang dalam lot-lot yang kecil langsung ke
departemen yang menggunakannya saat barang tersebut diperlukan.
3. Menghilangkan persediaan dalam transit
Dengan mendorong para pemasok untuk memilih lokasi dekat dengan penjual
serta melakukan pengiriman dalam jumlah kecil tetapi sering.
4. Meningkatkan kualitas dan keandalan
Dengan cara komunikasi, Kerjasama dan komitmen jangka Panjang.

2.1.2 Efisiensi Biaya Produksi


2.1.2.1 Pengertian Efisiensi
Efisiensi ialah ketepatan waktu dalam menjalankan sesuatu hal tanpa
membuang waktu, tenaga, dan biaya. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:114)
menyatakan pengertian dari efisiensi yaitu :
“perbandingan output terhadap input, atau jumlah output per unit.”
Selain itu, pernyataan mengenai pengertian efisiensi menurut Hongren yaitu :
“Efficiency is the relative amount of inputs used to achieve a given output
level. The fewel inputs used for given level of output or the greter the output for a given
the output for a given level of input, the greater the efficiency”.
| 10
“Efisiensi adalah jumlah input relative yang digunakan untuk mencapai level
output yang diberikan. Semakin sedikit input yang digunakan untuk level output yang
diberikan atau semakin besar output untuk level input yang diberikan, makin besar pula
efesiensinya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahawa efesiensi disini dapat kita maksudkan sebagai terkendali. Efesien
atau tidak efesienya mejalankan hal dapat diketahui dengan cara mengukur rasio antara
realisasi dengan anggaran. Efesiensi biaya akan terjadi apabila biaya yang dikeluarkan
dapat lebih rendah daripada dengan biaya yang telah dianggarkan sebelumnya. Dengan
demikian apabila perusahaan ingin terciptanya efisiensi terutama pada biaya produksi
yaitu perusahaan harus dapat menekan biaya produksi serendah mungkin dari apa yang
telah dianggarkan manajemen.

2.1.2.2 Pengertian Biaya Produksi


Komponen biaya yang disebar dalam perusahaan manufaktur yaitu biaya produksi.
Karena, biaya produksi merupakan biaya dari semua pengeluaran perusahaan untuk
mendapat factor-faktor produksi dan bahan baku yang akan digunakan untuk menghasilkan
barang-barang oleh perusahaan dan juga berguna menentukan harga jual suatu produk.
Menurut Mulyadi (2009:14) biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual.
Adapun menurut Munawir (2002:326) biaya produksi yaitu :
“Biaya-biaya yang berkaitan dengan pengolahan (manufaktur) atau mengolah barang yang
siap dijual atau dikonsumsi maupun biaya pelaksanaan atau pemberian jasa atau pelayanan”.

2.1.2.3 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi


Menurut Simamora (2000:301) efisiensi biaya produksi merupakan perbandingan
antara biaya produksi yang sesungguhnya dengan biaya produksi yang dianggarkan
berdasarkan biaya standar atau biaya lainnya yang dapat dijadikan sebagai pembanding.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mengenai efisiensi biaya
produksi merupakan ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu, tidak membuang waktu,
tenaga dan biaya, sehingga biaya yang sesungguhnya terjadi dengan yang sesuai apa yang
telah direncanakan.
| 11
2.1.2.4 Syarat Tercapainya Efisiensi Biaya Produksi
Menurut Supriyono (2000:3620 efisiensi biaya produksi dilakukan dengan cara
meminimalkan penyimpangan biaya produksi yang terjadi, baik selisih biaya bahan baku,
selisih biaya tenaga kerja, maupun selisih biaya overhead pabrik. Efisiensi juga menyangkut
pada kesesuaian kuantitas produk yang dihasilkan dengan anggaran, ketepatan waktu
produksi, dan kuantitas produk yang dihasilkan pada target kuantitas.

| 12
2.2 Penelitian Sebelumnya

Tabel
Penelitian Terdahulu

Nama Peniliti dan


No Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peniliti
1. Heny Permata Sari Analisis Just In Time dalam Variabel Independen Dengan menggunakan
Moch. Dzulkirom upaya meningkatkan (X) dalam Penelitian ini sistem Just In Time
AR Muhammad efisiensi biaya produksi. yaitu: Analisa Just In perusahaan dapat
Saifi (2014) Time. Variabel mengurangi : - Biaya
dependen dalam bahan baku langsung, -
Penelitian ini adalah Biaya tenaga kerja
Efisiensi Biaya langsung, - Biaya
Produksi. pemakaian mesin
langsung, - Biaya
produksi

2. Triana Puspitasari Penerapan Sistem Just In Variabel Independen Dengan menggunakan


Supriatna (2013) Time Terhadap Efisiensi (X) dalam Penelitian ini sistem Just In Time
Biaya Produksi yaitu: Penerapan perusahaan M-02
Perusahaan M-02 Sistem Just In Time, Handicraf Manufacture
Handicraf Manufacture. Variabel Dependen disimpulkan bahwa: -
dalam Penelitian ini Terjadi efesiensi biaya
adalah Efisiensi Biaya produksi, - Efesiensi
Produksi di Perusahaan biaya produksi lebih
M-02 Handicraf tinggi dibandingkan
Manufacture. dengan tidak
menggunakan sistem
Just In Time. - Terdapat
pengaruh antara
penerapan sistem Just
In Time terhadap
efesiensi biaya produksi
perusahaan.

| 13
Nama Peniliti dan Tahun
No Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peniliti

3. Ratna Kusumawati Penerapan Sistem Just In Variabel Independen Dengan menggunakan sistem
(2019) Time Untuk (X) dalam Penelitian Just In Time terhadap kinerja
Meningkatkan Kinerja ini yaitu: Penerapan perusahaan disimpulkan
Produktivitas Perusahaan Just In Time. Variabel bahwa : - Terdapat hubungan
dependen dalam pengaruh positif antara
Penelitian ini adalah pemasok dengan perusahaan.
meningkatkan - Terjadi kecepatan proses
produktivitas produksi. - Pengaruh positif
perusahaan. antara system produksi
dengan kinerja produktivitas. -
Pengaruh positif antara JIT
dengan kinerja produktivitas.

4. Fais Husnanto, Panji Perencanaan Persediaan Variabel Independen Dengan menggunakan


Deoranto, Syntia Atcia P Bahan Baku Susu Pada (X) dalam Penelitian pendekatan metode Just In
(2014) Produk Susu Rasa Dengan ini yaitu: Time dapat disimpulkan
Pendekatan Metode Just Perencanaan bahwa : - Perencanaan bahan
In Time. Persediaan Bahan baku dengan metode
Baku Susu. Variabel tersebut lebih actual. -
Dependen dalam Perhitungan persediaan
Penelitian ini adalah bahan baku lebih rinci, -
pendekatan metode Jumlah total biaya
Just In Time. perencanaan persediaan
bahan baku mendapatkan
penghematan dengan
metode Just In Time.

| 14
2.3 Kerangka Pemikiran

Perusahaan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk., merupakan perusahaan
yang menggunakan system just in time di persediaan fresh milk, dimana efisiensi biaya produksi di
perusahaan tersebut dilakukan dengan membandingkan anggaran biaya-biaya produksi dengan
realisasi biaya produksi. Biaya produksi yang diperbandingkan disini merupakan semua biaya yang
dikeluarkan dari mulai bahan mentah dipesan hingga produk jadi dihasilkan, yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Tidak semua biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk dapat memberikan nilai tambah bagi produk.
Adakalanya biaya yang dikeluarkan dianggap sebagai pemborosan, yang dapat mengakibatkan biaya
produksi menjadi besar, dan tingkat efisiensinya menjadi rendah. Yang menjadi sumber pemborosan
menurut Vincent Gaspersz (2002:48), terdiri dari : Pemborosan karena waktu menunggu,
Pemborosan karena trasnportasi dalam pabrik, Pemborosan karena inventori, Pemborosan karena
pergerakan (motion), Pemborosan karena pembuatan produk cacat, Pemborosan karena proses
produksi itu sendiri tidak efektif dan efisien (apabila produk itu tidak seharusnya dibuat atau proses
itu tidak seharusnya digunakan). Dalam sistem just in time, efisiensi dilakukan dengan
membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasi biaya produksi. Realisasi biaya produksi
yang dikeluarkan disini merupakan biaya-biaya produksi. Realisasi biaya produksi yang dikeluarkan
disini merupakan biaya-biaya yang dapat memberikan nilai tambah pada produk saja, sedangkan
biaya yang tidak memberikan nilai tambah yang dianggap sebagai pemborosan, seperti biaya
pemesanan, penyimpanan, biaya produk cacat, over produksi, akan dieliminasi. Sehingga biaya
produksi yang sebenarnya dikeluarkan dapat lebih rendah dan efisiensi biaya produksi dapat
meningkat. Hal ini sejalan dengan teori dari Hansen dan Mowen (2001:478) yang menyatakan bahwa
system JIT menawarkan peningkatan efisiensi dan setara simultan mempunyai fleksibilitas untuk
merespon permintaan pelanggan akan kualitas yang lebih baik serta variasi yang lebih banyak.
Produksi dan pembelian dengan sistem JIT mewakili usaha terusmenerus dalam mengejar
produktivitas melalui penghapusan pemborosan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk., yang menerapkan system JIT, maka efisiensi
biaya produksi akan relative lebih tinggi dibandingkan dengan tidak diterapkannya JIT. Karena di
dalam JIT segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (nonvalue added activity) bagi
| 15
produk dianggap sebagai pemborosan yang harus dihilangkan/dieliminasi.

2.4 Hipotesis Penelitian


Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Implementasi Just In Time tidak berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.
H1 : Implementasi Just In Time terdapat pengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

Gambar 2.1
Kerangka Hipotesis

Pengaruh
Implementasi Just In Efisiensi Biaya
Time (X) Produksi (Y)

| 16
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 TEORI
3.1.1 Definisi Kualitas
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas adalah karakteristik dari produk
dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan
bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990, dalam Alma,
2011) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam
pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang
berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk
yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.
Menurut Kotler (2009), kualitas di definisikan sebagai keseluruhan ciri serta
sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang
dinyatakan maupun yang tersirat. Sedangkan menurut Tjiptono (2008), kualitas
merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana
keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan
memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai
suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari
pelanggan.
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu
standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan
memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan
kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan
kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga
penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan
kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen

| 17
tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler dan
Amstrong, 2008).
Menurut Kotler and Amstrong (2008) arti dari kualitas produk adalah “the
ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability,
reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang
artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk
keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi
produk juga atribut produk lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan keinginan
konsumen yang secara keunggulan produk sudah layak diperjualkan sesuai harapan
dari pelanggan.
Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan
penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk, dan lain-lain
(Zeithalm, 1988 dalam Kotler, 2009).
Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal
ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala
spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian
terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas
yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
terhadap produk yang ditawarkan.

3.1.2 Dimensi Kualitas Produk


Menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran
produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk
baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya.
Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008) adalah:
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari
sebuah produk.
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang

| 18
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar
frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya
produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh
mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi
tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk.
5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil
kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat
kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas
produk yang bersangkutan.
8. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta
kompetensi dan keramahtamahan staf layanan.

Kemudian, menurut Vincent Gaspersz (2005 dalam Alma, 2011) dimensi-dimensi


kualitas produk terdiri dari:
1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder
atau pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal pakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.

| 19
5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

Menurut Philip Kotler (2009) terdapat dimensi-dimensi kualitas produk, meliputi:


1. Ciri-ciri (Features)
Ciri adalah sifat yang menunjang fungsi dasar produk. Ciri adalah kiat
kompetitif untuk membedakan produk perusahaan. Dalam implementasinya,
ciri diartikan sebagai persepsi pelanggan untuk membedakan produk badan
usaha dengan pesaing yang digunakan untuk menunjang fungsi dasar produk.
2. Kinerja (Performance)
Dimensi ini menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari
suatu produk. Dalam implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya.
3. Kesesuaian (Conformance)
Kesesuaian mengukur sejauh mana sifat rancangan dan operasi produk
mendekati standar yang dituju. Dalam implementasinya, kesesuaian diartikan
sebagai persepsi pelanggan terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan
terhadap produk yang dikonsumsinya.
4. Daya tahan (Durability)
Ketahanan mencermikan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan
dalam kondisi normal dan atau berat. Ketahanan dapat juga diartikan sebagai
ukuran harapan hidup produk. Dalam implementasinya, daya tahan diartikan
sebagai persepsi pelanggan terhadap umur ekonomis produk yang akan
dikonsumsi.

| 20
5. Keandalan (Reliability)
Keandalan mengukur kemungkinan produk tidak rusak selama jangka waktu
tertentu. Dalam implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi
atau jaminan produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan.
6. Kemudahan perbaikan (Service Ability)
Dimensi ini mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk
tersebut, yang meliputi perbaikan dan penanganan keluhan (complain) yang
memuaskan. Dalam implementasinya, perbaikan atau layanan diartikan sebagai
persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan badan usaha atau agen
penjual kepada pelanggan.
7. Keindahan (Aesthetics)
Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk
terhadap pembeli. Dimensi ini dapat dijadikan senjata untuk membedakan dua
produk yang terlihat sama. Dalam implementasinya, keindahan diartikan
sebagai persepsi pelanggan terhadap daya tarik produk.

Menurut Hansen, Mowen (2001: 963) mendefenisikan kualitas secara spesifik


ke dalam 8 (delapan) dimensi kualitas, yaitu :
1. Performance : merujuk pada konsistensi dan baiknya suatu produk.
2. Aesthetics , berupa daya tarik produk berdasarkan penampilannya .
3. Serviceability : kemampuan produk untuk memberikan jasa .
4. Features : karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan
produk lain yang bisa memberikan kesan berbeda .
5. Reliability ; keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu.
6. Durability ; tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan umur
ekonomis produk atau seberapa lama produk memberi manfaat ekonomis .
7. Conformance, kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
8. Fitness for use, kesesuaian produk dengan fungsi-fungsinya seperti yang
diiklankan.

| 21
Berdasarkan dimensi-dimensi diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu dimensi
kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa
memuaskan pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi kualitas produk meliputi
kinerja, estetika, keistimewaan, kehandalan, dan juga kesesuaian.

Menurut Hansen dan Mowen (1994 ; 773) terdapat dua jenis kualitas yaitu:
1. Quality of Design (Kualitas Desain)
"Quality of design a function of product specification" kualitas desain
merupakan suatu rincian atau spesifikasi produk yang menjadi sifat dari suatu
produk dipasar. Jika produk tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka produk tersebut sudah tidak memenuhi quality of
design. Produk dengan kualitas desain yang lebih tinggi mencerminkan biaya
produksi yang lebih tinggi akibatnya harga jual lebih tinggi, karena produk
tersebut akan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen.
2. Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian)
"Quality of conformance is a measure of how a product meets is requirements
or specification. If the product all of the designed specification, it is fitness for
use." Kualitas keseuaian merupakan ukuran seberapa jauh produk akhir sesuai
dengan standar atau spesfikasi yang telah ditentukan. Jika produk tersebut
mampu memenuhi semua spesifikasi maka produk tersebut, merupakan
produk berkualitas tinggi.

Dari kedua jenis kualitas tersebut quality of conformance yang perlu


mendapat perhatian lebih besar dari pihak manajemen, karena sebagian besar masalah
yang dihadapi badan usaha seperti pemborosan bahan baku, tenaga kerja, maupun
waktu, disebabkan oleh ketidaksesuaian produk akhir dengan spesifikasi sehingga
mengakibatkan badan usaha kehilangan penjualan, meningkatkan biaya dan penurunan
profitabilitas.

| 22
3.1.3 Definisi Biaya Kualitas
Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya (Hansen & Mowen, 2006,
Buku 2, hal.354).

Biaya kualitas menurut Hilton, Maher, Selto (2003 : 266) diartikan sebagai
biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas untuk mengontrol kualitas dan dalam
mengoreksi risiko kegagalan yang timbul.

3.1.3.1 Tipe Biaya Kualitas


Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 966) biaya kualitas dapat
dikelompokkan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu :
1. Biaya Pencegahan (prevention costs)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang muncul untuk mencegah
terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan.
Ketika biaya pencegahan meningkat, kita akan berharap bahwa biaya
kegagalan menurun. Misalnya biaya pencegahan adalah engineering
kualitas, program pelatihan kualitas, pelaporan kualitas, perencanaan
kualitas, evaluasi supplier, dan seleksi supplier, audit kualitas,
lingkaran kualitas, ladang uji coba, dan peninjauan kembali desain.
2. Biaya Penilaian (appraisal costs)
Biaya penilaian merupakan biaya yang muncul untuk menentukan
apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau
spesifikasi mereka. Termasuk dalam contoh ini adalah inspeksi dan
pengujian bahan baku, pengemasan, inspeksi, supervisi aktivitas
penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, pengukuran
peralatan, dan pengesahan dari pihak luar.
3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure costs)
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk
dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan.

| 23
Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke
pihak luar. Ini adalah kegagalan yang didedeteksi oleh aktivitas
penilaian. Contoh dari biaya ini adalah bahan sisa, pengerjaan kembali,
waktu tunda, penginspeksian kembali, pengujian kembali, dan
perubahan desain. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat tidak ada.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (externalfailure costs)
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk
dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan
pelanggan setelah dikirim ke pelanggan.

Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai
indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan
ukuran-ukuran lain.
a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas
total terhadap nilai penjualan). Makin rendah nilai ini menunjukkan program
perbaikan kualitas makin buruk.
b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan (persentase biaya kualitas
total terhadap nilai keuntungan). Makin rendah nilai ini menunjukkan
keuntungan makin besar dimana program perbaikan kualitas makin buruk.
c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan. Perbandingan ini
diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok
penjualan. Makin rendah nilainya menunjukkan makin baik program
perbaikan kualitas.

3.1.4 Laporan Biaya Kualitas dan Kegunaannya


Manfaat Laporan Biaya Kualitas
Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika organisasi tersebut
serius dengan program perbaikan kualitas. Laporan Biaya Kualitas dapat dijadikan
parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak
manajemen dalam pengambilan keputusan untuk tujuan perusahaan.

| 24
Tjiptono et al.(2003 : 40) merincikan berbagai manfaat Laporan Biaya
Kualitas ke dalam beberapa point, antara lain:
1) mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba),
2) mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya,
3) menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok,
4) mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para
pelanggan,
5) mengidentifikasi masalah kualitas dan adanya sistem yang berlebihan,
6) menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat,
7) penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba,
8) sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara input dengan output,
9) sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara vital few dan
trivial many,
10) sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya
dalamperumusan dan pelaksanaan strategi,
11) sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.

3.1.5 Jenis Laporan Biaya Kualitas


Laporan biaya kualitas ada 4 (empat) jenis (Hansen
et al., 2001 : 984).
3.1.5.1 Laporan standar interim
Laporan ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
memenuhi biaya kualitas yang dianggarkan. Para manajer menggunakan
laporan ini untuk membandingkan biaya kualitas aktual dengan yang
dianggarkan pada periode tersebut.
3.1.5.2 Laporan trend satu periode
Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja
kualitas tahun terakhir. Manajemen dapat memperoleh wawasan tambahan
| 25
dengan menbandingkan kinerja tahun ini dan biaya kualitas yang
sesungguhnya terjadi pada tahun sebelumnya.
3.1.5.3 Laporan trend periode-ganda
Laporan ini menyediakan grafik yang menggambarkan perubahan kualitas
sejak pertama kali program perbaikan kualitas tersebut dilaksanakan
sampai tahun ini. Dengan laporan ini, diharapkan manajemen memperoleh
informasi trend menyeluruh untuk menilai program peningkatan kualitas.
3.1.5.4 Laporan jangka panjang
Laporan ini menunjukkan kemajuan berdasarkan standar atau tujuan
jangka panjang. Laporan jangka panjang ini membandingkan biaya
kualitas aktual periode ini dengan biaya yang diizinkan jika standar cacat
nihil tercapai (dengan asumsi tingkat penjualan sama dengan periode saat
ini).

3.1.6 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas


Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika
organisasi/perusahaan tersebut serius dengan biaya perbaikan dan pengendalian
kualitas. Langkah pertama dalam menciptakan sistem tersebut adalah dengan
melaporkan biaya-biaya kualitas aktual saat ini. Daftar yang rinci dari biaya kualitas
aktual per kategori akan dapat memberikan dua informasi penting yaitu :
3.1.6.1 Menunjukkan berapa yang dikeluarkan untuk tiap kategori biaya
kualitas dan pengaruhnya terhadap laba.
3.1.6.2 Menunjukkan distribusi biaya kualitas dengan kategori,
memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif tiap kategori.

3.1.7 Laporan Biaya Kualitas


Signifikansi finansial dari biaya kualitas dapat dinilai secara lebih mudah
dengan mengekspresikan biaya-biaya ini sebagai persentasi penjualan aktual. Terdapat
dua pandangan tentang biaya kualitas optimal yaitu : pandangan tradisional, yang
mensyaratkan adanya tingkat kualitas yang dapat diterima, dan pandangan yang
diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kontemporer, yang disebut sebagai total
pengendalian kualitas (total quality control). Setiap pandangan menawarkan kepada
| 26
manajer, informasi-informasi tentang bagaimana biaya-biaya kualitas harus di
manajemen.

| 27
Tabel dibawah ini mengilustrasikan laporan biaya kualitas, dimana persentase biaya
kualitas dihitung dari penjualan aktual :
XXX PRODUCTS
LAPORAN BIAYA KUALITAS
UNTUK TAHUN YG BERAKHIR 31 MARET 20XX

PERSENTASE
(%)
BIAYA KUALITAS DARI
Biaya pencegahan : PENJUALAN

Pelatihan kualitas $ 35.000

Rekayasa keandalan 80.000 $ 115.000 4,11%

Biaya penilaian :

Pemeriksaan bahan baku $ 20.000

Penerimaan produk 10.000

Penerimaan proses 38.000 $ 68.000 2,43

Biaya kegagalan internal :

Sisa bahan $ 50.000

Pengerjaan ulang 35.000 $ 85.000 3,04

Biaya kegagalan eksternal :

Keluhan pelanggan $ 25.000

Garansi 25.000

Perbaikan 15.000 $ 65.000 2,32

Total biaya kualitas $ 333.000 11,90%

| 28
Penjualan aktual $ 2.800.000.
$333.000/$ 2.800.000 = 11,89 persen
(Sumber : Hansen & Mowen, 2006, Buku 2, hal. 12)

3.1.8 Just In Time dan Karakteristik


Just In Time merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi segala sumber pemborosan dalam aktifitas produksi dengan
memberikan keseimbangan produksi yang tepat serta pada tempat dan waktu yang
tepat.
Latar belakang munculnya Just In Time adalah pemborosan-pemborosan
tenaga kerja, ruangan dan waktu produksi yang terjadi karena adanya persediaan
sehingga mengakibatkan biaya produksi lebih tingggi. Dengan Just In Time perusahaan
dapat menekan biaya produk per unit, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan
daya saing dipasar baik dalam negeri maupun luar negeri.

Karakteristik Just In Time antara lain adalah :


1. Mempertahankan jumlah persediaan seminimum mungkin
2. Memelihara kualitas produk tetap tinggi
3. Pembelian material dan memproduksi barang hanya dilakukan jika dibutuhkan
4. Membangun sistem penjadwalan yang disiplin
5. Memelihara karyawan yang mempunyai beberapa keterampilan
6. Membangun sistem manufakturing yang fleksibel
7. Biaya perawatan mesin dilakukan secara sederhana dan relatif murah

| 29
Pembelian dalam Just In Time bersifat :
1. Pembelian dalam unit yang kecil dengan pengiriman yang sering.
Harga terdapat satu penawaran yang dipilih untuk komponen tertentu dengan
daerah geografis yang dekat dan dengan kontrak jangka panjang.
2. Dalam penilaian supplier menekankan pada mutu produk, performa pengiriman
dan harga dan tidak ada prosentase penolakan dari supplier yang dapat diterima.
(karena kualitas komponen yang diterima berkualitas).
3. Dalam hal inspeksi komponen yang masuk, inspeksi komponen dikurangi dan
dieliminasi.
4. Dalam hal penentuan metode transportasi terdapat perhatian pada angka angkut
serta pengiriman yang tepat waktu, dan jadwal pengiriman diserahkan pada
pembeli.
5. Dalam hal penentuan spesifikasi produk, pembeli lebih percaya spesifikasi
performa daripada desaign produk, supplier didorong agar lebih inovatif.
6. Dalam hal pekerjaan klirekel, lebih sedikit waktu yang digunakan untuk
klerikel.
7. Waktu pengiriman dan tingkat kuantitas dapat diubah melalui pemberitahuan
telpon saja.
8. Dalam hal kemasan, konteiner standart yang kecil digunakan untuk menopang
kualitas yang tepat dan spesifikasi yang tepat.

3.1.9 Strategi dalam Penerapan Just In Time


Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan,
antara lain, yaitu :
Strategi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungannya, yaitu dari semua
pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan
dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak akan dapat
terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah dengan cara mengadakan pembelian,
yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan
cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan datang
sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.
Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem
| 30
produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan.
Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam
barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi.

Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, seperti biaya bahan baku,
persediaan, dan sebagainya.

3.1.10 Dampak Just In Time Terhadap Kemampuan Penelusuran Biaya dan Biaya
Produksi
Dampak dan keberhasilan dari system Just In Time ini adalah membatasi
pemborosan produksi. Pemborosan produksi dapat dihilangkan dalam skala besar,
yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah.

Manfaat Just In Time dibagi menjadi 2 kategori yaitu :


A. Manfaat tangible
1. Turn over pembelian bertambah
2. Ketepatan pengiriman meningkat
3. Late time pengiriman berkurang
4. Prosentase scrap cost terhadap rupiah pembelian berkurang
5. Pekerjaan ekspedisi berkurang

B. Manfaat intangible
1. Memperbaiki kualitas produk
2. Berhasil mendorong supplier memenuhi kualitas yang diperlukan
3. Memperbaiki produktifitas
4. Jadwal produksi yang lebih baik
5. Mengurangi keperluan untuk menginspeksi barang yang masuk
6. Meningkatkan efisiensi
7. Memperbaiki komposisi kompetitif
8. Memperbaiki design produk
| 31
9. Memperbaiki moralitas dalam produksi
10. Mengurangi pekerjaan klerikel

3.1.11 Prinsip Kerja Just In Time


Prinsip kerja Just In Time dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu :
a. Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.
b. Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang
dan mampu menyingkirkan paradigma barat dalam dunia industri
manufaktur adalah prinsip 5-S Manufacturing yaitu Seiri, Seiton,
Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo Shibagaki et all. 1991).
➢ SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha untuk memilih
mana yang perlu dan mana yang tidak, serta menghindari
berbagai kelebihan. Semakin jarang suatu barang atau peralatan
digunakan maka semakin jauh letak barang atau peralatan itu
dari tempat kerja.
➢ SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam pemakaian dan pencarian.
➢ SEISO-Pembersihan. Peralatan dijaga agar selalu dalam
keadaan bersih agar mudah dirawat dan selalu dalam kondisi
bagus pada saat digunakan.
➢ SEIKETSU-Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Untuk
menjaga kebersihan lingkungan diperlukan prosedur standar
sehingga setiap orang akan berperilaku sama dalam perawatan
kebersihan.
➢ SHITSUKE-pelatihan dan Disiplin. Untuk menjaga prosedur
standar dan kelangsungannya maka pelatihan untuk mengubah
dan mejaga perilaku individu perlu dilakukan.
c. Inventory reduction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull
system) melawan just in case (yang menggunakan konsep push system).
d. Persediaan menurut paradigma lama, dalam hal ini selalu dikaitkan
dengan produksi dalam jumlah besar. Untuk menjaga kelangsungan
proses produksi maka persediaan yang besar dan aman perlu
| 32
diadakan. Oleh karena itu, sistem Just In Time menghendaki barang
dibuat sesuai dengan kebutuhan hanya pada saat dibutuhkan.
e. Quality improvement dimulai dari : Pemberdayaan karyawan kemudian
kualitas sebagai paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus
kendali mutu.
f. Perbaikan kualitas menurut konsep Just In Time adalah usaha yang
secara terus menerus dilakukan. Tujuannya adalah peningkatan
produktivitas melalui pemenuhan harapan konsumen dalam hal kualitas
dan waktu. Kualitas dalam paradigma baru ini menjadi urusan setiap
orang.

3.1.12 Aspek Pokok Just In Time


Just In Time mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut :

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus
dieliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang
tidakperlu, misalnya persediaan dapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.
Sehinggaproduk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan
waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan
pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

| 33
3.1.13 Keuntungan dan Kelemahan Just In Time

Keuntungan mengoperasikan sistem Just In Time dalam managemen yaitu :

a. Seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
stafnya.
c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau di retur kembali.
d. Kertas kerja dapat lebih simple.
e. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit
yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.

Kelemahan Just In Time dalam managemen yaitu :


Satu kelemahan sistem Just In Time adalah tingkatan order ditentukan
oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata
perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi
tingkat pelayanan konsumen.

| 34
3.2 STUDI KASUS

a. Judul :
Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi
Pengadaan Persediaan Bahan Baku STUDI KASUS PADA PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK.

b. Objek Penelitian dan Metode Penelitian :


Penelitian ini dilaksanakan di PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY &
TRADING COMPANY, TBK., yang beralamatkan di Jalan Raya Cimareme No 131,
Padalarang, Bandung Barat. Adapun penelitiannya dilakukan antara Juli sampai
September 2022. Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah metode komparatif,
yaitu suatu metode yang bertujuan untuk melihat dan membandingkan pengaruh antara
variabel yang satu dengan variabel yang lainnya, dalam hal ini variabel Efisiensi
Pengadaan Bahan Baku sebagai variabel Dependen danvariabel J.I.T sebagai variabel
Independen.

c. Hasil Penelitian :
Biaya perolehan Persediaan Bahan Baku PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK., sebelum penerapan J.I.T
Manajemen persediaan diterapkan dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan
yang sangat beragam. Salah satu yang terbesar ialah untuk meminimalisir pengeluaran
pembelian berlebihan atas pengadaan bahan baku. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada divisi PPIC diketahui bahwa PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK., baru menerapkan Just In Time untuk
pembelian bahan baku fresh milk saja, semntara untuk bahan baku lainnya belum
menerapkan sistem manajemen persediaan. Semua kegiatan pembelian bahan baku
diserahkan kepada divisi PPIC bekerjasama dengan divisi Gudang dan Divisi
Purchasing (Pembelian), bahwa sudah ada sistem penjadwalan pembelian bahan baku
yang tetap. Selama ini belum pernah ada pengukuran tingkat efisiensi pembelian bahan
| 35
baku, pembelian yang dilakukan pada perusahaan ini hanyasebatas “butuh dan tidak”,
saat kira-kira perusahaan butuh bahan baku, perusahaan akan membelinya, dan
sebaliknya. Forcasting (kira-kira) yang dilakukanpun tidak didasarkan pada hitungan-
hitungan yang dihasilkan, seperti batas safety stock dan lain-lain.
Sementara dalam beberapa referensi teori yang penulis baca, manajemen persediaan
sangatlah penting terutama untuk perusahan pabrikasi seperi PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK., ini mengingat beragamnya persediaan
yang dimiliki oleh perusahaan pabrikasi, akan sangat sulit jika perusahaan tidak
menerapkan manajemen persediaan. Resiko beberapa yang akan dihadapi ialah
kurangnya persediaan saat perusahaan akan melakukan produksi, atau besarnya biaya
yang dikeluarkan akibat terlalu banyaknya persediaan bahan baku yang di beli.

| 36
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih
efisien biaya jika seorang manajer / akuntannya sudah mampu menelusuri biaya
kualitas yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi. Informasi biaya kualitas
dapat berguna untuk seorang manajer dalam pengambilan keputusan, mengevaluasi
kinerja program peningkatan kualitas secara menyeluruh dan membantu perbaikan
berbagai keputusan manajerial. Karena begitu pentingnya biaya kualitas wajib bagi
sebuah perusahaan untuk menelusuri biaya kualitasnya. Dengan mempelajari dan
mengaplikasikan sistem informasi biaya kualitas, diharapkan seorang manajer nantinya
mampu mengestimasi biaya kualitas dengan baik.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang
yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah
yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Konsep just in time adalah
suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan
dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi,
sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang /
penyimpanan barang / stocking cost.

| 37
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R. and Maryanne M. Mowen. (2004) Akuntansi Manajemen, Buku 1.


Edisi 7. Jakarta:Salemba Empat.
Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
Mursyidi. (2008). Akuntansi Biaya. Bandung: PT. Refika Aditama
https://www.academia.edu/28951159/QUALITY_COST_MANAGEMENT_DAN_J
UST_IN_TIME.
https://www.academia.edu/14381009/1._Makalah_JIT

| 38

Anda mungkin juga menyukai