Disusun Oleh :
Pangihutan Sitinjak
51622120056
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Sampul .......................................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori ..............................................................................................................7
2.1.1 Just In Time ...................................................................................................7
2.1.1.1 Pengertian Just In Time.................................................................................7
2.1.1.2 Tujuan Just In Time ...................................................................................... 7
2.1.1.3 Perbandingan Just In Time (JIT) dengan Tradisional ..................................8
2.1.1.4 Karakteristik Dasar Just In Time (JIT) .......................................................... 8
2.1.1.5 Kemitraan Just In Time (JIT) ......................................................................10
2.1.2 Efisiensi Biaya Produksi .............................................................................10
2.1.2.1 Pengertian Efisiensi ..................................................................................... 10
2.1.2.2 Pengertian Biaya Produksi ..........................................................................11
2.1.2.3 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi ........................................................... 11
2.1.2.4 Syarat Tercapainya Efisiensi Biaya Produksi .............................................12
2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................................................13
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 15
2.4 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
|6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
|8
menolak untuk menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah
ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan namun
sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan kemampuan perusahaan
untuk bersaing.
2. Tata letak pabrik
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan
suatu pola sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang
dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran.
Mesin-mesin diatur sehingga, mereka dapat digunakan untuk melakukan
berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan
produk atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke
yang lainnya dari awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan
dilatih untuk mengoperasikan semua mesin dalam sel.
3. Pengelompokkan dan pemberdayaan karyawan
Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga
memiliki pengaruh pada relokasi dukungan pelayanan pada sel. Sebagai
tambahan dari pekerjaan produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan
tugas persiapan, memindahkan barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain
dalam sel, melakukan perawatan pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan
inspeksi kualitas, dan melakukan tugas pembersihan. Kemampuan multifungsi
ini secara langsung berhubungan pada pendekatan tarikan melalui prosuksi.
| 12
2.2 Penelitian Sebelumnya
Tabel
Penelitian Terdahulu
| 13
Nama Peniliti dan Tahun
No Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peniliti
3. Ratna Kusumawati Penerapan Sistem Just In Variabel Independen Dengan menggunakan sistem
(2019) Time Untuk (X) dalam Penelitian Just In Time terhadap kinerja
Meningkatkan Kinerja ini yaitu: Penerapan perusahaan disimpulkan
Produktivitas Perusahaan Just In Time. Variabel bahwa : - Terdapat hubungan
dependen dalam pengaruh positif antara
Penelitian ini adalah pemasok dengan perusahaan.
meningkatkan - Terjadi kecepatan proses
produktivitas produksi. - Pengaruh positif
perusahaan. antara system produksi
dengan kinerja produktivitas. -
Pengaruh positif antara JIT
dengan kinerja produktivitas.
| 14
2.3 Kerangka Pemikiran
Perusahaan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk., merupakan perusahaan
yang menggunakan system just in time di persediaan fresh milk, dimana efisiensi biaya produksi di
perusahaan tersebut dilakukan dengan membandingkan anggaran biaya-biaya produksi dengan
realisasi biaya produksi. Biaya produksi yang diperbandingkan disini merupakan semua biaya yang
dikeluarkan dari mulai bahan mentah dipesan hingga produk jadi dihasilkan, yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Tidak semua biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk dapat memberikan nilai tambah bagi produk.
Adakalanya biaya yang dikeluarkan dianggap sebagai pemborosan, yang dapat mengakibatkan biaya
produksi menjadi besar, dan tingkat efisiensinya menjadi rendah. Yang menjadi sumber pemborosan
menurut Vincent Gaspersz (2002:48), terdiri dari : Pemborosan karena waktu menunggu,
Pemborosan karena trasnportasi dalam pabrik, Pemborosan karena inventori, Pemborosan karena
pergerakan (motion), Pemborosan karena pembuatan produk cacat, Pemborosan karena proses
produksi itu sendiri tidak efektif dan efisien (apabila produk itu tidak seharusnya dibuat atau proses
itu tidak seharusnya digunakan). Dalam sistem just in time, efisiensi dilakukan dengan
membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasi biaya produksi. Realisasi biaya produksi
yang dikeluarkan disini merupakan biaya-biaya produksi. Realisasi biaya produksi yang dikeluarkan
disini merupakan biaya-biaya yang dapat memberikan nilai tambah pada produk saja, sedangkan
biaya yang tidak memberikan nilai tambah yang dianggap sebagai pemborosan, seperti biaya
pemesanan, penyimpanan, biaya produk cacat, over produksi, akan dieliminasi. Sehingga biaya
produksi yang sebenarnya dikeluarkan dapat lebih rendah dan efisiensi biaya produksi dapat
meningkat. Hal ini sejalan dengan teori dari Hansen dan Mowen (2001:478) yang menyatakan bahwa
system JIT menawarkan peningkatan efisiensi dan setara simultan mempunyai fleksibilitas untuk
merespon permintaan pelanggan akan kualitas yang lebih baik serta variasi yang lebih banyak.
Produksi dan pembelian dengan sistem JIT mewakili usaha terusmenerus dalam mengejar
produktivitas melalui penghapusan pemborosan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk., yang menerapkan system JIT, maka efisiensi
biaya produksi akan relative lebih tinggi dibandingkan dengan tidak diterapkannya JIT. Karena di
dalam JIT segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (nonvalue added activity) bagi
| 15
produk dianggap sebagai pemborosan yang harus dihilangkan/dieliminasi.
Gambar 2.1
Kerangka Hipotesis
Pengaruh
Implementasi Just In Efisiensi Biaya
Time (X) Produksi (Y)
| 16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 TEORI
3.1.1 Definisi Kualitas
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas adalah karakteristik dari produk
dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan
bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990, dalam Alma,
2011) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam
pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang
berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk
yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.
Menurut Kotler (2009), kualitas di definisikan sebagai keseluruhan ciri serta
sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang
dinyatakan maupun yang tersirat. Sedangkan menurut Tjiptono (2008), kualitas
merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana
keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan
memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai
suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari
pelanggan.
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu
standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan
memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan
kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan
kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga
penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan
kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen
| 17
tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler dan
Amstrong, 2008).
Menurut Kotler and Amstrong (2008) arti dari kualitas produk adalah “the
ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability,
reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang
artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk
keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi
produk juga atribut produk lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan keinginan
konsumen yang secara keunggulan produk sudah layak diperjualkan sesuai harapan
dari pelanggan.
Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan
penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk, dan lain-lain
(Zeithalm, 1988 dalam Kotler, 2009).
Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal
ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala
spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian
terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas
yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
terhadap produk yang ditawarkan.
| 18
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar
frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya
produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh
mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi
tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk.
5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil
kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat
kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas
produk yang bersangkutan.
8. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta
kompetensi dan keramahtamahan staf layanan.
| 19
5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
| 20
5. Keandalan (Reliability)
Keandalan mengukur kemungkinan produk tidak rusak selama jangka waktu
tertentu. Dalam implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi
atau jaminan produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan.
6. Kemudahan perbaikan (Service Ability)
Dimensi ini mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk
tersebut, yang meliputi perbaikan dan penanganan keluhan (complain) yang
memuaskan. Dalam implementasinya, perbaikan atau layanan diartikan sebagai
persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan badan usaha atau agen
penjual kepada pelanggan.
7. Keindahan (Aesthetics)
Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk
terhadap pembeli. Dimensi ini dapat dijadikan senjata untuk membedakan dua
produk yang terlihat sama. Dalam implementasinya, keindahan diartikan
sebagai persepsi pelanggan terhadap daya tarik produk.
| 21
Berdasarkan dimensi-dimensi diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu dimensi
kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa
memuaskan pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi kualitas produk meliputi
kinerja, estetika, keistimewaan, kehandalan, dan juga kesesuaian.
Menurut Hansen dan Mowen (1994 ; 773) terdapat dua jenis kualitas yaitu:
1. Quality of Design (Kualitas Desain)
"Quality of design a function of product specification" kualitas desain
merupakan suatu rincian atau spesifikasi produk yang menjadi sifat dari suatu
produk dipasar. Jika produk tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka produk tersebut sudah tidak memenuhi quality of
design. Produk dengan kualitas desain yang lebih tinggi mencerminkan biaya
produksi yang lebih tinggi akibatnya harga jual lebih tinggi, karena produk
tersebut akan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen.
2. Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian)
"Quality of conformance is a measure of how a product meets is requirements
or specification. If the product all of the designed specification, it is fitness for
use." Kualitas keseuaian merupakan ukuran seberapa jauh produk akhir sesuai
dengan standar atau spesfikasi yang telah ditentukan. Jika produk tersebut
mampu memenuhi semua spesifikasi maka produk tersebut, merupakan
produk berkualitas tinggi.
| 22
3.1.3 Definisi Biaya Kualitas
Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya (Hansen & Mowen, 2006,
Buku 2, hal.354).
Biaya kualitas menurut Hilton, Maher, Selto (2003 : 266) diartikan sebagai
biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas untuk mengontrol kualitas dan dalam
mengoreksi risiko kegagalan yang timbul.
| 23
Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke
pihak luar. Ini adalah kegagalan yang didedeteksi oleh aktivitas
penilaian. Contoh dari biaya ini adalah bahan sisa, pengerjaan kembali,
waktu tunda, penginspeksian kembali, pengujian kembali, dan
perubahan desain. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat tidak ada.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (externalfailure costs)
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk
dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan
pelanggan setelah dikirim ke pelanggan.
Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai
indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan
ukuran-ukuran lain.
a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas
total terhadap nilai penjualan). Makin rendah nilai ini menunjukkan program
perbaikan kualitas makin buruk.
b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan (persentase biaya kualitas
total terhadap nilai keuntungan). Makin rendah nilai ini menunjukkan
keuntungan makin besar dimana program perbaikan kualitas makin buruk.
c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan. Perbandingan ini
diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok
penjualan. Makin rendah nilainya menunjukkan makin baik program
perbaikan kualitas.
| 24
Tjiptono et al.(2003 : 40) merincikan berbagai manfaat Laporan Biaya
Kualitas ke dalam beberapa point, antara lain:
1) mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba),
2) mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya,
3) menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok,
4) mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para
pelanggan,
5) mengidentifikasi masalah kualitas dan adanya sistem yang berlebihan,
6) menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat,
7) penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba,
8) sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara input dengan output,
9) sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara vital few dan
trivial many,
10) sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya
dalamperumusan dan pelaksanaan strategi,
11) sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
| 27
Tabel dibawah ini mengilustrasikan laporan biaya kualitas, dimana persentase biaya
kualitas dihitung dari penjualan aktual :
XXX PRODUCTS
LAPORAN BIAYA KUALITAS
UNTUK TAHUN YG BERAKHIR 31 MARET 20XX
PERSENTASE
(%)
BIAYA KUALITAS DARI
Biaya pencegahan : PENJUALAN
Biaya penilaian :
Garansi 25.000
| 28
Penjualan aktual $ 2.800.000.
$333.000/$ 2.800.000 = 11,89 persen
(Sumber : Hansen & Mowen, 2006, Buku 2, hal. 12)
| 29
Pembelian dalam Just In Time bersifat :
1. Pembelian dalam unit yang kecil dengan pengiriman yang sering.
Harga terdapat satu penawaran yang dipilih untuk komponen tertentu dengan
daerah geografis yang dekat dan dengan kontrak jangka panjang.
2. Dalam penilaian supplier menekankan pada mutu produk, performa pengiriman
dan harga dan tidak ada prosentase penolakan dari supplier yang dapat diterima.
(karena kualitas komponen yang diterima berkualitas).
3. Dalam hal inspeksi komponen yang masuk, inspeksi komponen dikurangi dan
dieliminasi.
4. Dalam hal penentuan metode transportasi terdapat perhatian pada angka angkut
serta pengiriman yang tepat waktu, dan jadwal pengiriman diserahkan pada
pembeli.
5. Dalam hal penentuan spesifikasi produk, pembeli lebih percaya spesifikasi
performa daripada desaign produk, supplier didorong agar lebih inovatif.
6. Dalam hal pekerjaan klirekel, lebih sedikit waktu yang digunakan untuk
klerikel.
7. Waktu pengiriman dan tingkat kuantitas dapat diubah melalui pemberitahuan
telpon saja.
8. Dalam hal kemasan, konteiner standart yang kecil digunakan untuk menopang
kualitas yang tepat dan spesifikasi yang tepat.
Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, seperti biaya bahan baku,
persediaan, dan sebagainya.
3.1.10 Dampak Just In Time Terhadap Kemampuan Penelusuran Biaya dan Biaya
Produksi
Dampak dan keberhasilan dari system Just In Time ini adalah membatasi
pemborosan produksi. Pemborosan produksi dapat dihilangkan dalam skala besar,
yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah.
B. Manfaat intangible
1. Memperbaiki kualitas produk
2. Berhasil mendorong supplier memenuhi kualitas yang diperlukan
3. Memperbaiki produktifitas
4. Jadwal produksi yang lebih baik
5. Mengurangi keperluan untuk menginspeksi barang yang masuk
6. Meningkatkan efisiensi
7. Memperbaiki komposisi kompetitif
8. Memperbaiki design produk
| 31
9. Memperbaiki moralitas dalam produksi
10. Mengurangi pekerjaan klerikel
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus
dieliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang
tidakperlu, misalnya persediaan dapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.
Sehinggaproduk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan
waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan
pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
| 33
3.1.13 Keuntungan dan Kelemahan Just In Time
a. Seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
stafnya.
c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau di retur kembali.
d. Kertas kerja dapat lebih simple.
e. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit
yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
| 34
3.2 STUDI KASUS
a. Judul :
Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi
Pengadaan Persediaan Bahan Baku STUDI KASUS PADA PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK.
c. Hasil Penelitian :
Biaya perolehan Persediaan Bahan Baku PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK., sebelum penerapan J.I.T
Manajemen persediaan diterapkan dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan
yang sangat beragam. Salah satu yang terbesar ialah untuk meminimalisir pengeluaran
pembelian berlebihan atas pengadaan bahan baku. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada divisi PPIC diketahui bahwa PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK., baru menerapkan Just In Time untuk
pembelian bahan baku fresh milk saja, semntara untuk bahan baku lainnya belum
menerapkan sistem manajemen persediaan. Semua kegiatan pembelian bahan baku
diserahkan kepada divisi PPIC bekerjasama dengan divisi Gudang dan Divisi
Purchasing (Pembelian), bahwa sudah ada sistem penjadwalan pembelian bahan baku
yang tetap. Selama ini belum pernah ada pengukuran tingkat efisiensi pembelian bahan
| 35
baku, pembelian yang dilakukan pada perusahaan ini hanyasebatas “butuh dan tidak”,
saat kira-kira perusahaan butuh bahan baku, perusahaan akan membelinya, dan
sebaliknya. Forcasting (kira-kira) yang dilakukanpun tidak didasarkan pada hitungan-
hitungan yang dihasilkan, seperti batas safety stock dan lain-lain.
Sementara dalam beberapa referensi teori yang penulis baca, manajemen persediaan
sangatlah penting terutama untuk perusahan pabrikasi seperi PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY, TBK., ini mengingat beragamnya persediaan
yang dimiliki oleh perusahaan pabrikasi, akan sangat sulit jika perusahaan tidak
menerapkan manajemen persediaan. Resiko beberapa yang akan dihadapi ialah
kurangnya persediaan saat perusahaan akan melakukan produksi, atau besarnya biaya
yang dikeluarkan akibat terlalu banyaknya persediaan bahan baku yang di beli.
| 36
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih
efisien biaya jika seorang manajer / akuntannya sudah mampu menelusuri biaya
kualitas yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi. Informasi biaya kualitas
dapat berguna untuk seorang manajer dalam pengambilan keputusan, mengevaluasi
kinerja program peningkatan kualitas secara menyeluruh dan membantu perbaikan
berbagai keputusan manajerial. Karena begitu pentingnya biaya kualitas wajib bagi
sebuah perusahaan untuk menelusuri biaya kualitasnya. Dengan mempelajari dan
mengaplikasikan sistem informasi biaya kualitas, diharapkan seorang manajer nantinya
mampu mengestimasi biaya kualitas dengan baik.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang
yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah
yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Konsep just in time adalah
suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan
dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi,
sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang /
penyimpanan barang / stocking cost.
| 37
DAFTAR PUSTAKA
| 38