DISUSUN OLEH :
NOMOR BP : 2010912024
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2022/2023
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Dalam makalah ini, saya akan membahas dua konsep yang sangat penting dalam manajemen operasi
dan produksi. Just-in-Time adalah pendekatan dalam manajemen operasi yang bertujuan untuk
mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi dengan menghasilkan produk atau menyediakan
bahan baku tepat pada waktunya saat dibutuhkan dalam proses produksi. Prinsip utamanya adalah
produksi dan pengiriman tepat waktu, yang mengarah pada pengurangan persediaan berlebih, waktu
tunggu, dan biaya yang terkait. Lean Manufacturing, di sisi lain, adalah suatu pendekatan yang lebih
luas yang mencakup JIT dan berfokus pada peningkatan keseluruhan efisiensi, kualitas, dan
responsabilitas terhadap pelanggan. Lean Manufacturing mengusulkan pemangkasan pemborosan
dalam berbagai bentuk, seperti waktu tunggu, persediaan berlebih, gerakan yang tidak perlu, dan cacat
kualitas.. Saya akan menjelaskan bagaimana penerapan Lean Manufacturing dapat meningkatkan
kualitas produk dan kepuasan pelanggan.Selain itu, saya juga akan membahas dampak penerapan
Just-in-Time dan Lean Manufacturing terhadap efisiensi operasional, pengurangan biaya, peningkatan
produktivitas, dan keunggulan kompetitif perusahaan.Saya berharap bahwa makalah ini akan
memberikan pemahaman yang komprehensif tentang Just-in-Time dan Lean Manufacturing, serta
memberikan wawasan tentang bagaimana dua konsep ini dapat diterapkan dalam berbagai industri
untuk mencapai keunggulan operasional dan kepuasan pelanggan yang lebih baik.
Saya berharap makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi semua pihak yang tertarik
untuk terlibat. Saya berterima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan dalam upaya
menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Aqil Mubarak
2010912024
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan...............................................................................................................................4
1.1. Latar belakang.......................................................................................................................4
1.1.1. Just in time.....................................................................................................................4
1.1.2 lean manufacturing...................................................................................................................6
1.2 rumusan masalah.........................................................................................................................7
BAB II ISI.............................................................................................................................................9
2.1 Pengertian....................................................................................................................................9
1. just in time.............................................................................................................................9
2. Lean manufacturing.............................................................................................................10
2.2 Prinsip..................................................................................................................................11
1. prinsip just in time...............................................................................................................11
2. Prinsip lean manufacturing..................................................................................................12
2.3 JIT dapat mengurangi pemborosan dalam proses produksi..................................................13
2.4 Hambatan yang dihadapi dalam menerapkan JIT di lingkungan manufaktur.......................14
2.5 Dampak JIT terhadap pengendalian persediaan dan manajemen rantai pasok...................22
2.6 Pengaruh JIT dalam fleksibilitas dan responsivitas produksi terhadap perubahan permintaan
pelanggan........................................................................................................................................23
2.7 Pengaruh JIT dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam lingkungan manufaktur
24
2.8 Pengaruh JIT dalam biaya produksi dan keuntungan perusahaan........................................26
2.9 Hambatan penerapan Lean Manufacturing di perusahaan manufaktur..............................27
2.10 Penggunaan alat dan metode Lean Manufacturing dapat meningkatkan kualitas produk. .31
2.11 Dampak penerapan Lean Manufacturing terhadap kepuasan pelanggan............................36
2.12 Penggunaan prinsip Lean dalam manajemen rantai pasok dapat meningkatkan kinerja
keseluruhan.....................................................................................................................................37
BAB III Penutup....................................................................................................................................39
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................39
3.1.1 Just In Time.........................................................................................................................39
3.1.2 Lean Manufacturing............................................................................................................40
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................42
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.1.1. Just in time
Just-in-Time (JIT) adalah sebuah konsep pengelolaan operasional yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam proses produksi dan distribusi. Konsep ini
pertama kali diperkenalkan oleh Toyota Motor Corporation pada tahun 1970-an dan sejak itu
telah menjadi metode yang populer di berbagai sektor industri. Dalam lingkungan bisnis yang
kompetitif dan terus berubah, perusahaan perlu mencari cara untuk mengurangi biaya
produksi, meningkatkan kualitas produk, dan mengurangi waktu tunggu. JIT memainkan
peran penting dalam mencapai tujuan ini dengan memanfaatkan berbagai strategi dan prinsip
pengelolaan yang efektif. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam
tentang konsep Just-in-Time, prinsip dasarnya, dan penerapan dalam berbagai industri. Kami
akan membahas aspek-aspek kunci dari JIT, termasuk pengurangan waktu siklus produksi,
pengelolaan persediaan yang efisien, kerjasama dengan pemasok, dan penggunaan teknologi
informasi untuk mendukung implementasi JIT.Selain itu, kami juga akan membahas manfaat
dan tantangan yang terkait dengan penerapan JIT dalam operasi perusahaan. Meskipun JIT
dapat memberikan banyak keuntungan, seperti pengurangan biaya persediaan, peningkatan
fleksibilitas, dan peningkatan kepuasan pelanggan, ada juga tantangan yang harus diatasi,
seperti kebutuhan akan ketepatan waktu dan keandalan pemasok. Akhirnya, kami akan
menggambarkan beberapa studi kasus sukses tentang penerapan JIT dalam berbagai industri,
yang dapat memberikan wawasan praktis tentang bagaimana konsep ini dapat diterapkan
dengan efektif dalam dunia nyata. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang mendalam tentang konsep Just-in-Time dan manfaatnya bagi perusahaan dalam
mencapai keunggulan kompetitif. Dengan memahami prinsip-prinsip dan strategi yang
terlibat dalam JIT, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka dan
mencapai keunggulan dalam pasar yang semakin kompetitif.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan konsep JIT adalah Toyota Motor
Corporation di bawah kepemimpinan Taiichi Ohno. Mereka menyadari bahwa persediaan
yang berlebihan, waktu tunggu, dan pemborosan lainnya adalah penyebab utama inefisiensi
dan biaya yang tinggi dalam proses produksi. Toyota kemudian mengembangkan sistem
produksi yang berfokus pada permintaan pelanggan secara langsung. Mereka
memperkenalkan konsep "pull system", di mana produksi dipicu oleh permintaan pelanggan,
bukan berdasarkan perkiraan atau jadwal yang terencana.Dalam sistem JIT, produksi
dilakukan hanya ketika dibutuhkan, menghilangkan persediaan yang berlebihan. Pemasok
diperlukan untuk mengirimkan bahan baku dan komponen hanya pada saat dibutuhkan, dan
produksi dilakukan secara efisien dan tanpa hambatan untuk memenuhi permintaan
pelanggan. Konsep JIT kemudian menyebar ke berbagai sektor industri di Jepang, termasuk
otomotif, elektronik, dan manufaktur lainnya. Keberhasilan Toyota dalam menerapkan JIT
menjadi contoh yang menginspirasi perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia untuk
mengadopsi konsep ini. Manfaat yang dirasakan dari penerapan JIT adalah peningkatan
efisiensi operasional, pengurangan biaya persediaan, peningkatan kualitas produk,
fleksibilitas produksi yang lebih tinggi, dan waktu siklus produksi yang lebih pendek. Dengan
kesuksesan dan manfaat yang terbukti, Just-in-Time menjadi salah satu pendekatan utama
dalam pengelolaan operasional dan menjadi landasan bagi berbagai filosofi pengelolaan
lainnya, seperti Lean Manufacturing dan Six Sigma.
Latar belakang Just-in-Time (JIT) dapat dipahami dengan melihat beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep ini. Berikut adalah beberapa poin penting yang
menjelaskan latar belakang JIT secara lebih detail:
1. Kondisi Ekonomi Jepang Pasca-Perang Dunia II: Setelah Perang Dunia II, Jepang
mengalami pemulihan ekonomi yang signifikan. Namun, sumber daya yang terbatas,
termasuk bahan baku dan tenaga kerja, mendorong perusahaan-perusahaan Jepang
untuk mencari cara baru dalam meningkatkan efisiensi produksi mereka.
2. Pembatasan Ruang dan Sumber Daya: Di Jepang, terutama di kota-kota besar seperti
Tokyo, ruang produksi terbatas. Hal ini memaksa perusahaan untuk mengoptimalkan
penggunaan ruang yang tersedia dan menghindari penyimpanan persediaan yang
berlebihan.
3. Kualitas Produk yang Lebih Baik: Setelah Perang Dunia II, Jepang memiliki reputasi
produk yang kurang berkualitas. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan Jepang,
termasuk Toyota, fokus pada peningkatan kualitas dan mengidentifikasi penyebab
utama cacat dalam proses produksi.
Dengan faktor-faktor tersebut, JIT berkembang menjadi pendekatan yang inovatif dan
berhasil di sektor industri Jepang. Kesuksesan Toyota dalam menerapkan JIT memicu minat
internasional dan mendorong perusahaan di berbagai negara untuk mempelajari dan
mengadopsi konsep ini. Secara keseluruhan, latar belakang Just-in-Time mencerminkan
upaya perusahaan Jepang dalam menghadapi keterbatasan sumber daya dan meningkatkan
efisiensi operasional mereka. Dalam prosesnya, JIT tidak hanya menghasilkan penghematan
biaya, tetapi juga meningkatkan kualitas produk, fleksibilitas produksi, dan kepuasan
pelanggan.
1. Penerapan Just-in-Time (JIT): Pada tahun 1970-an, Toyota menerapkan konsep Just-
in-Time dalam operasional mereka. JIT bertujuan untuk menghilangkan pemborosan
dalam proses produksi dan distribusi. Prinsip ini melibatkan pengurangan persediaan,
produksi tepat waktu, dan kolaborasi yang erat dengan pemasok. Keberhasilan Toyota
dalam menerapkan JIT memicu minat internasional terhadap konsep ini.
4. Studi Kasus Toyota: Buku-buku seperti "The Machine That Changed the World" yang
diterbitkan pada tahun 1990, dan studi kasus tentang Toyota Production System (TPS)
membantu menyebarkan konsep Lean Manufacturing secara internasional. Studi ini
menyoroti prinsip-prinsip Lean, seperti eliminasi pemborosan, peningkatan kualitas,
pengurangan waktu siklus, dan kolaborasi dengan pemasok.
Dalam kesimpulannya, latar belakang Lean Manufacturing melibatkan pengaruh dari Just-in-
Time, pensilisuran, tekanan kompetitif, studi kasus Toyota, dan penekanan pada keunggulan
operasional. Perkembangan ini menjadikan Lean Manufacturing sebagai pendekatan yang
populer dan sukses dalam pengelolaan operasional, yang diterapkan di berbagai industri di
seluruh dunia.
Dalam JIT, pemasok diintegrasikan ke dalam rantai pasok dan seringkali terlibat
dalam perencanaan produksi dan pengiriman. Kontinuitas Proses Produksi: JIT
mengedepankan kontinuitas dalam proses produksi. Hal ini dicapai dengan mengurangi
waktu siklus produksi, menghindari gangguan produksi, dan mengoptimalkan alur kerja.
Dengan menjaga aliran produksi yang lancar, perusahaan dapat menghindari penumpukan
persediaan, waktu tunggu, dan pemborosan lainnya. Kaizen (Perbaikan Berkelanjutan): Just-
in-Time mendorong perbaikan berkelanjutan dalam semua aspek operasional. Konsep Kaizen
mempromosikan budaya perbaikan terus-menerus, di mana semua anggota tim terlibat dalam
mengidentifikasi dan mengatasi hambatan serta mencari cara untuk meningkatkan efisiensi
dan kualitas. Dengan menerapkan Just-in-Time, perusahaan dapat mencapai berbagai
manfaat, seperti penghematan biaya, peningkatan kualitas, fleksibilitas produksi yang lebih
tinggi, waktu respons yang lebih cepat terhadap perubahan permintaan, dan peningkatan
kepuasan pelanggan. Namun, implementasi JIT juga menghadirkan tantangan, seperti
koordinasi yang kompleks dengan pemasok
2. Lean manufacturing
Lean Manufacturing adalah filosofi pengelolaan operasional yang bertujuan untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan dengan menghilangkan pemborosan (waste) dalam
proses produksi dan memberikan fokus pada peningkatan kualitas, efisiensi, dan
responsivitas. Konsep ini berasal dari Toyota Production System (TPS) yang
dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation di Jepang. Eliminasi Pemborosan
(Waste): Salah satu prinsip inti Lean Manufacturing adalah menghilangkan
pemborosan dalam semua aspek operasional. Pemborosan dapat berupa waktu tunggu,
persediaan berlebihan, gerakan yang tidak perlu, pengolahan yang berlebihan, cacat
produk, transportasi yang tidak efisien, dan kelebihan produksi. Dengan
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan, perusahaan dapat meningkatkan
efisiensi dan mengurangi biaya produksi.
Peningkatan Kualitas: Lean Manufacturing menempatkan penekanan yang
kuat pada peningkatan kualitas produk. Dengan menerapkan alat dan metode seperti
pemeriksaan kualitas secara terus-menerus, pencegahan cacat, analisis akar penyebab,
dan penggunaan alat statistik, perusahaan dapat mengurangi cacat, meminimalkan
retur produk, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Pengurangan Waktu Siklus:
Lean Manufacturing berfokus pada pengurangan waktu siklus produksi. Tujuannya
adalah untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan dari awal sampai akhir proses
produksi, termasuk waktu pemrosesan, waktu penundaan, dan waktu tunggu. Dengan
mengurangi waktu siklus, perusahaan dapat meningkatkan responsivitas terhadap
permintaan pelanggan dan mengurangi persediaan yang tidak perlu. Just-in-Time
(JIT): Konsep Just-in-Time (JIT) adalah bagian integral dari Lean Manufacturing. JIT
melibatkan produksi dan pengiriman barang hanya ketika diperlukan, dengan
menghindari pemborosan persediaan yang berlebihan. Dengan menerapkan JIT,
perusahaan dapat mengurangi biaya penyimpanan, meningkatkan fleksibilitas
produksi, dan meningkatkan kecepatan respons terhadap perubahan permintaan
pelanggan. Peningkatan Proses: Lean Manufacturing mendorong perbaikan
berkelanjutan dalam proses produksi.
Konsep Kaizen (perbaikan berkelanjutan) mendorong seluruh anggota tim
untuk terus-menerus mencari cara untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan
produktivitas. Dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam perbaikan proses,
perusahaan dapat mencapai peningkatan yang signifikan dalam kinerja operasional.
Budaya Partisipatif: Implementasi Lean Manufacturing membutuhkan adopsi budaya
partisipatif di seluruh organisasi. Semua anggota tim dihargai sebagai sumber daya
yang berharga dan diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam perbaikan dan
pengambilan keputusan. Dengan mendorong partisipasi aktif,
2.2 Prinsip
1. prinsip just in time
rinsip-prinsip Just-in-Time (JIT) adalah fondasi dari konsep pengelolaan operasional
yang efisien. Berikut adalah beberapa prinsip JIT yang penting:
2.5 Dampak JIT terhadap pengendalian persediaan dan manajemen rantai pasok
1. Pengendalian Persediaan yang Ketat: Dalam JIT, persediaan dijaga pada tingkat yang
sangat rendah atau bahkan dihilangkan sepenuhnya. Pendekatan ini membantu
mengurangi biaya persediaan, meminimalkan ruang penyimpanan, dan menghindari
risiko penyusutan atau kadaluwarsa. Dengan mengurangi persediaan yang tidak
perlu, JIT memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber
daya dan meningkatkan efisiensi operasional.
2. Peningkatan Efisiensi Operasional: JIT mendorong aliran yang lancar dan terus-
menerus dalam rantai pasok. Dengan meminimalkan persediaan, waktu tunggu, dan
aktivitas yang tidak perlu, JIT membantu mengurangi pemborosan dan
meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. Produk diproduksi hanya ketika ada
permintaan pelanggan yang nyata, sehingga waktu dan sumber daya tidak terbuang
untuk produksi yang tidak dibutuhkan.
3. Kualitas yang Lebih Tinggi: Fokus JIT pada pengendalian kualitas yang ketat
berdampak positif pada manajemen rantai pasok. Dengan meminimalkan persediaan,
perusahaan dapat dengan lebih cermat memantau dan mengendalikan kualitas bahan
baku yang diterima dari pemasok. Selain itu, JIT mendorong identifikasi dini dan
penyelesaian masalah kualitas, sehingga mengurangi risiko cacat atau produk yang
tidak memenuhi standar.
4. Kolaborasi yang Erat dengan Pemasok: Implementasi JIT membutuhkan kerja sama
yang erat dengan pemasok. Dalam JIT, pemasok harus dapat mengirimkan bahan
baku tepat waktu dan dengan kualitas yang sesuai. Oleh karena itu, manajemen
rantai pasok menjadi lebih terintegrasi dan sinergis. Kolaborasi yang erat dengan
pemasok melibatkan pertukaran informasi yang akurat, pengaturan jadwal produksi
yang tepat, dan pembentukan hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.
5. Perbaikan yang Berkelanjutan dalam Rantai Pasok: JIT mendorong perbaikan yang
berkelanjutan dalam rantai pasok. Dengan mengidentifikasi dan menghilangkan
pemborosan, JIT membuka peluang untuk mengoptimalkan proses-proses di seluruh
rantai pasok. Selain itu, JIT mendorong perbaikan dalam efisiensi operasional,
kualitas produk, dan waktu respon terhadap perubahan permintaan. Ini mengarah
pada peningkatan kinerja dan keunggulan kompetitif dalam rantai pasok secara
keseluruhan.
Dalam keseluruhan, JIT memiliki dampak positif terhadap pengendalian persediaan dan
manajemen rantai pasok dengan mengurangi pemborosan, meningkatkan efisiensi
operasional, meningkatkan kualitas produk, memperkuat kolaborasi dengan pemasok,
dan mendorong perbaikan yang berkelanjutan.
2.6 Pengaruh JIT dalam fleksibilitas dan responsivitas produksi terhadap perubahan
permintaan pelanggan
2.7 Pengaruh JIT dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam lingkungan
manufaktur
1. Pengurangan Biaya Persediaan: Salah satu dampak utama JIT adalah pengurangan
biaya persediaan. Dalam pendekatan JIT, persediaan dijaga pada tingkat yang sangat
rendah atau bahkan dihilangkan sepenuhnya. Hal ini membantu mengurangi biaya
penyimpanan, biaya pengikatan modal dalam persediaan, dan risiko penyusutan atau
kadaluwarsa. Dengan mengurangi biaya persediaan, perusahaan dapat meningkatkan
margin keuntungan.
2. Pengurangan Biaya Pemborosan: JIT bertujuan untuk mengurangi berbagai bentuk
pemborosan dalam proses produksi, seperti persediaan berlebihan, waktu tunggu,
transportasi yang tidak perlu, dan kegiatan yang tidak bernilai tambah. Dengan
mengurangi pemborosan, perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber
daya, mengurangi biaya yang tidak perlu, dan meningkatkan efisiensi operasional.
Ini berdampak positif pada biaya produksi dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
3. Peningkatan Efisiensi Operasional: JIT membantu meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan bahan baku. Dengan
mengurangi waktu siklus produksi, meminimalkan waktu tunggu, dan
mengoptimalkan aliran produksi, perusahaan dapat meningkatkan throughput dan
mengurangi biaya produksi per unit. Efisiensi operasional yang lebih tinggi
memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan margin keuntungan.
4. Peningkatan Kualitas: Fokus JIT pada pengendalian kualitas yang ketat membantu
mengurangi biaya yang terkait dengan cacat produk. Dengan meminimalkan
persediaan, perusahaan dapat dengan lebih cermat memantau dan mengendalikan
kualitas bahan baku yang diterima dari pemasok. Selain itu, JIT mendorong
identifikasi dini dan penyelesaian masalah kualitas, sehingga mengurangi biaya yang
terkait dengan produk yang tidak memenuhi standar.
5. Peningkatan Responsif terhadap Permintaan: Implementasi JIT memungkinkan
perusahaan untuk lebih responsif terhadap perubahan permintaan pelanggan. Dengan
mengurangi persediaan, perusahaan dapat dengan cepat menyesuaikan produksi
sesuai dengan permintaan aktual. Hal ini membantu menghindari kelebihan
persediaan atau kekurangan persediaan yang signifikan, yang dapat mengurangi
biaya penyimpanan atau biaya kehilangan peluang penjualan. Dengan meningkatkan
responsifitas terhadap perubahan permintaan, perusahaan dapat meningkatkan
keuntungan.
1. Budaya Organisasi yang Tidak Mendukung: Budaya organisasi yang tidak terbiasa
dengan prinsip-prinsip Lean Manufacturing dapat menjadi hambatan utama. Jika
perusahaan telah mengadopsi praktik tradisional atau memiliki kebiasaan kerja yang
tidak efisien, perubahan budaya dan mindset diperlukan untuk menerapkan Lean
Manufacturing. Dibutuhkan komitmen dan dukungan tingkat atas, serta pendidikan
dan pelatihan yang tepat, untuk mengubah budaya organisasi agar lebih responsif
terhadap Lean. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab budaya organisasi yang
tidak mendukung lean manufacturing antara lain:
A. Tata Letak Pabrik yang Buruk: Tata letak pabrik yang tidak dioptimalkan
dapat menghambat aliran material dan informasi yang efisien. Jika jarak
perjalanan antara stasiun kerja terlalu jauh, transportasi material yang tidak
perlu akan terjadi, menghasilkan pemborosan waktu dan biaya. Selain itu, tata
letak yang tidak terorganisir dapat menyebabkan kemacetan produksi dan
kesulitan dalam memonitor dan mengendalikan aliran produksi.
B. Aliran Material yang Tidak Lancar: Aliran material yang tidak lancar dapat
menghambat implementasi Lean Manufacturing. Hal ini dapat terjadi akibat
kurangnya sinkronisasi antara tahap-tahap produksi, lambatnya aliran material,
atau gangguan dalam rantai pasok. Ketidaklancaran aliran material dapat
menyebabkan penumpukan persediaan, waktu tunggu yang lama, dan
mengurangi efisiensi produksi secara keseluruhan.
C. Peralatan dan Mesin yang Tidak Efisien: Peralatan dan mesin yang tidak
sesuai atau tidak memadai dapat menghambat penerapan Lean Manufacturing.
Mesin yang sering mengalami kerusakan atau downtime yang tinggi dapat
menyebabkan produksi terhenti atau menghambat aliran produksi yang lancar.
Peralatan yang tidak fleksibel atau tidak mampu memenuhi kebutuhan
produksi yang beragam juga dapat menjadi hambatan dalam implementasi
Lean Manufacturing.
D. Sistem Informasi yang Tidak Terintegrasi: Sistem informasi yang terpisah atau
tidak terintegrasi dapat menghambat aliran informasi yang efisien antara
berbagai fungsi atau departemen. Ketika informasi tidak tersedia secara real-
time atau tidak akurat, pengambilan keputusan menjadi sulit, dan koordinasi
antara tim produksi, pengadaan, dan distribusi menjadi terhambat. Sistem
informasi yang terintegrasi dan dapat diakses oleh semua pihak terkait sangat
penting dalam mendukung implementasi Lean Manufacturing
Untuk mengatasi ketidaksesuaian sistem produksi dan infrastruktur dengan
prinsip-prinsip Lean Manufacturing, beberapa langkah yang dapat diambil
antara lain:
5. Perubahan dalam Rantai Pasok: Penerapan Lean Manufacturing dalam satu area
produksi dapat mempengaruhi rantai pasok secara keseluruhan. Jika pemasok atau
mitra dalam rantai pasok tidak siap atau tidak mampu beradaptasi dengan perubahan
dalam tata kelola dan aliran produksi yang lebih efisien, ini dapat menghambat
implementasi Lean Manufacturing. Koordinasi yang erat dan kerjasama dengan mitra
dalam rantai pasok diperlukan untuk mengatasi hambatan ini.
2.10 Penggunaan alat dan metode Lean Manufacturing dapat meningkatkan kualitas
produk
Penggunaan alat dan metode Lean Manufacturing dapat meningkatkan kualitas produk secara
signifikan. Lean Manufacturing adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) dalam proses produksi. Dengan
mengurangi atau menghilangkan pemborosan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi,
produktivitas, dan kualitas produknya.Berikut beberapa alat dan metode Lean Manufacturing
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk:
1. Value Stream Mapping: Alat ini digunakan untuk memetakan aliran nilai dari awal hingga
akhir dalam proses produksi. Dengan memahami alur kerja secara keseluruhan, perusahaan
dapat mengidentifikasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan
menghilangkannya. Value Stream Mapping (VSM) adalah alat yang digunakan dalam Lean
Manufacturing untuk memvisualisasikan aliran nilai dari awal hingga akhir dalam suatu
proses produksi atau operasi bisnis. Tujuan utama VSM adalah untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan pemborosan (waste) dalam proses, sehingga meningkatkan efisiensi dan
kualitas produk serta mengurangi waktu siklus produksi. Proses Value Stream Mapping
melibatkan pengumpulan data mengenai aliran material, informasi, dan aktivitas yang
terjadi dalam proses produksi. Data ini kemudian digambarkan dalam bentuk peta aliran
yang menunjukkan langkah-langkah yang diperlukan dalam proses, waktu yang dihabiskan
di setiap langkah, inventaris yang ada, dan hambatan yang mungkin terjadi. Dengan
menganalisis peta aliran tersebut, perusahaan dapat mengidentifikasi aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah (non-value added activities) dan pemborosan dalam proses.
Beberapa contoh pemborosan yang dapat terjadi adalah kelebihan persediaan, waktu
tunggu, transportasi yang tidak efisien, proses yang kompleks, atau perbaikan kualitas
yang berulang. Setelah pemborosan teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah
menghilangkannya atau menguranginya sebanyak mungkin. Hal ini dapat dilakukan
melalui berbagai strategi Lean, seperti pengurangan stok, perbaikan aliran material,
pengurangan waktu setup (SMED), penggunaan sistem pull, dan lain sebagainya. Dengan
mengoptimalkan aliran nilai, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu
siklus, dan meningkatkan kualitas produk. Penerapan Value Stream Mapping memiliki
beberapa manfaat, antara lain:
Penghilangan pemborosan: Dengan menganalisis dan memvisualisasikan
aliran nilai, perusahaan dapat mengidentifikasi dan menghilangkan
pemborosan dalam proses produksi. Hal ini membantu meningkatkan
efisiensi, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan kualitas produk.
Penekanan waktu siklus: Dengan mengidentifikasi aktivitas yang memakan
waktu lebih lama atau menghambat aliran nilai, perusahaan dapat mengambil
tindakan untuk mengurangi waktu siklus produksi. Penekanan waktu siklus
memungkinkan perusahaan untuk merespons permintaan pelanggan dengan
lebih cepat, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan meningkatkan daya
saing.
Peningkatan kolaborasi tim: Proses Value Stream Mapping melibatkan
kolaborasi antara berbagai departemen dan anggota tim di perusahaan. Hal ini
membantu meningkatkan komunikasi dan pemahaman bersama mengenai
proses produksi. Dengan adanya pemahaman yang lebih baik, tim dapat
bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan, serta
meningkatkan efisiensi dan kualitas secara keseluruhan.
Visibilitas dan transparansi: VSM memberikan visibilitas yang jelas terhadap
aliran nilai dalam proses produksi. Dengan memvisualisasikan proses secara
grafis, perusahaan dapat dengan mudah melihat hambatan, bottlenecks, dan
area-area yang memerlukan perbaikan
2. 5S: Metode ini berfokus pada pengorganisasian dan pemeliharaan area kerja. Dengan
menerapkan prinsip 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke), perusahaan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang teratur dan terstruktur, yang berkontribusi pada
peningkatan kualitas produk. 5S merupakan salah satu alat yang digunakan dalam Lean
Manufacturing untuk mengorganisasi dan menjaga kebersihan di area kerja. Pendekatan ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang teratur, efisien, dan aman. 5S terdiri
dari lima prinsip dasar yang dapat diterapkan dalam proses produksi dan operasi bisnis:
Seiri (Sort): Prinsip ini mengacu pada pemilahan atau pemisahan barang-
barang yang diperlukan dan tidak diperlukan di area kerja. Barang-barang
yang tidak diperlukan atau tidak digunakan secara teratur akan dihilangkan
dari area kerja. Hal ini membantu mengurangi kekacauan, membebaskan
ruang, dan memudahkan aksesibilitas barang yang penting.
Seiton (Set in Order): Prinsip ini berfokus pada pengaturan barang-barang
yang tersisa setelah pemilahan dengan cara yang teratur dan logis. Setiap
barang harus memiliki tempat yang tetap dan mudah diakses. Dengan
pengaturan yang baik, waktu mencari barang akan berkurang, efisiensi
meningkat, dan pengurangan kesalahan dalam pengambilan barang dapat
terjadi.
Seiso (Shine): Prinsip ini mengacu pada pembersihan dan pemeliharaan rutin
area kerja. Tujuannya adalah menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan
kerja agar efisien dan menyenangkan untuk dikerjakan. Pembersihan yang
rutin juga membantu mendeteksi masalah atau potensi masalah sejak dini.
Seiketsu (Standardize): Prinsip ini melibatkan pembuatan standar dan
prosedur kerja yang jelas untuk menjaga kebersihan, kerapihan, dan
pengaturan yang konsisten. Standarisasi memastikan bahwa semua orang di
area kerja memiliki pemahaman yang sama mengenai aturan dan metode
kerja yang diterapkan.
Shitsuke (Sustain): Prinsip ini mengacu pada pemeliharaan dan
pengembangan budaya kerja yang berkelanjutan. Budaya kerja yang baik
harus diperkuat dan dipertahankan melalui pelatihan, pengawasan, dan
keterlibatan semua anggota tim. Selain itu, prinsip ini mendorong perusahaan
untuk terus meningkatkan praktik 5S dan memperbaiki area kerja secara
terus-menerus.
3. Poka-Yoke: Ini adalah metode untuk mencegah kesalahan manusia dalam proses produksi.
Poka-yoke melibatkan penggunaan perangkat atau desain yang menghindari kesalahan
atau memperingatkan operator jika kesalahan terjadi. Dengan menerapkan poka-yoke,
perusahaan dapat mengurangi kesalahan dan meningkatkan kualitas produk. Poka-Yoke
adalah sebuah konsep dan metode dalam Lean Manufacturing yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kesalahan manusia atau mengurangi kemungkinan kesalahan dalam
proses produksi atau operasi. Poka-Yoke, yang juga dikenal sebagai "mistake-proofing"
atau "error-proofing", didesain untuk mendeteksi kesalahan secara otomatis dan
mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindarinya. Prinsip dasar dari Poka-
Yoke adalah mencegah kesalahan sejak awal atau menghentikan kesalahan sebelum
mereka menyebabkan kerugian atau cacat pada produk. Beberapa contoh penerapan Poka-
Yoke meliputi:
Desain Produk: Pada tahap desain produk, Poka-Yoke dapat digunakan untuk
menghasilkan produk yang lebih mudah diproduksi dan dioperasikan dengan
benar. Contohnya, desain produk yang hanya memungkinkan satu cara
pemasangan komponen atau memastikan bahwa komponen hanya bisa
dipasang dengan arah yang benar.
Sensor dan Pengecekan: Menggunakan sensor atau perangkat otomatis
lainnya, Poka-Yoke dapat mendeteksi kesalahan yang mungkin terjadi selama
proses produksi atau operasi. Sensor ini bisa memberikan peringatan visual
atau suara, atau bahkan menghentikan proses secara otomatis jika kesalahan
terdeteksi.
Verifikasi dan Inspeksi: Poka-Yoke juga melibatkan proses verifikasi dan
inspeksi yang ketat untuk memastikan bahwa setiap langkah dalam produksi
atau operasi dilakukan dengan benar. Contohnya, menggunakan checklist
yang jelas atau kode warna untuk memastikan langkah-langkah yang tepat
diikuti.
4. Just-in-Time (JIT): Metode JIT mengurangi stok yang tidak perlu dalam proses produksi
dengan menghasilkan barang sesuai permintaan pelanggan. Dengan menghindari
kelebihan persediaan, perusahaan dapat mengurangi risiko produk kadaluwarsa atau rusak
dan fokus pada pengiriman produk yang berkualitas tepat waktu.
5. Continuous Improvement (Kaizen): Ini adalah pendekatan berkelanjutan untuk
meningkatkan proses produksi dan kualitas produk. Dengan melibatkan seluruh tim kerja
dalam usaha perbaikan berkelanjutan, perusahaan dapat mengidentifikasi dan mengatasi
masalah kualitas secara terus-menerus. Continuous Improvement, atau dikenal juga
sebagai Kaizen, adalah pendekatan filosofis yang berfokus pada peningkatan berkelanjutan
dalam segala aspek operasional perusahaan. Kaizen berasal dari bahasa Jepang, di mana
"Kai" berarti perubahan dan "Zen" berarti kebaikan atau kebaikan. Pendekatan ini
mendorong perusahaan untuk terus menerus mencari cara untuk meningkatkan proses,
produk, dan layanan mereka. Prinsip dasar Kaizen adalah bahwa perubahan kecil yang
berkelanjutan dapat menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam jangka panjang.
Filosofi ini melibatkan semua anggota tim di berbagai tingkatan organisasi untuk terlibat
dalam upaya perbaikan terus-menerus. Beberapa aspek penting dari Kaizen adalah sebagai
berikut:
Mentalitas Perbaikan: Kaizen mendorong pembentukan mentalitas perbaikan
di seluruh organisasi. Ini berarti setiap anggota tim diberdayakan untuk
mengidentifikasi masalah, menyarankan perbaikan, dan melaksanakan
tindakan untuk meningkatkan proses kerja mereka. Mentalitas ini
menciptakan budaya yang terbuka terhadap inovasi dan peningkatan.
Identifikasi Pemborosan: Kaizen mendorong pengenalan dan eliminasi
pemborosan (waste) dalam setiap aspek operasional. Pemborosan bisa
termasuk waktu tunggu, persediaan berlebih, gerakan yang tidak perlu, atau
kegagalan kualitas. Dengan menghilangkan pemborosan, perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas.
Penggunaan Alat dan Teknik Kaizen: Kaizen menggunakan berbagai alat dan
teknik untuk mendukung upaya perbaikan berkelanjutan. Ini termasuk 5S,
Value Stream Mapping, Poka-Yoke, analisis root cause, diagram Pareto, dan
lain sebagainya. Alat dan teknik ini membantu dalam mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data, menganalisis performa, dan merencanakan
perbaikan.
Penerapan Siklus PDCA: Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) adalah metode
yang sering digunakan dalam pendekatan Kaizen. Ini melibatkan perencanaan
tindakan perbaikan (Plan), pelaksanaan tindakan (Do), pengecekan hasil dan
perbandingan dengan target (Check), dan tindakan korektif serta standarisasi
(Act). Siklus PDCA memastikan bahwa perbaikan dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan.
Manfaat penerapan Kaizen meliputi:
Peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Mengurangi pemborosan dan biaya operasional.
Meningkatkan kualitas produk dan layanan.
Meningkatkan kepuasan pelanggan.
Mendorong inovasi dan perubahan positif.
Dengan mengadopsi alat dan metode Lean Manufacturing, perusahaan dapat mengurangi
pemborosan, meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan aliran nilai, dan akhirnya meningkatkan
kualitas produk.
Penerapan Lean Manufacturing dapat memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
kepuasan pelanggan. Berikut adalah beberapa dampak utama yang dapat dilihat:
2.12 Penggunaan prinsip Lean dalam manajemen rantai pasok dapat meningkatkan
kinerja keseluruhan
Penerapan Lean Manufacturing dapat memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
kepuasan pelanggan. Berikut adalah beberapa dampak utama yang dapat dilihat:
1. Peningkatan Kualitas Produk: Lean Manufacturing berfokus pada identifikasi dan
eliminasi pemborosan dalam proses produksi. Dengan menghilangkan penyebab
utama masalah kualitas, perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk secara
keseluruhan. Produk yang lebih berkualitas akan memberikan kepuasan lebih kepada
pelanggan, mengurangi keluhan, dan meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap
merek atau perusahaan.
2. Peningkatan Keandalan Pengiriman: Lean Manufacturing mengoptimalkan aliran nilai
dan mengurangi waktu siklus produksi. Dengan mengurangi waktu tunggu dan
meningkatkan ketepatan waktu produksi, perusahaan dapat memberikan produk
kepada pelanggan sesuai jadwal yang dijanjikan. Keandalan pengiriman yang lebih
baik akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun hubungan yang lebih
baik dengan mereka.
3. Peningkatan Responsif terhadap Pelanggan: Dalam Lean Manufacturing, terdapat
fokus pada pengurangan waktu siklus, sehingga perusahaan dapat merespons
permintaan pelanggan dengan lebih cepat. Dengan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh pelanggan, perusahaan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan memberikan layanan yang lebih
responsif.
4. Peningkatan Inovasi Produk: Lean Manufacturing mendorong perusahaan untuk
mengadopsi pendekatan berkelanjutan dalam perbaikan proses. Ini membuka peluang
untuk menerapkan inovasi dalam proses produksi dan mengembangkan produk yang
lebih baik. Dengan menghasilkan produk yang inovatif dan memenuhi kebutuhan
pelanggan dengan lebih baik, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
secara keseluruhan.
5. Penurunan Biaya: Lean Manufacturing membantu mengurangi pemborosan dan
meningkatkan efisiensi proses. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan biaya
produksi. Dengan mengurangi biaya produksi, perusahaan dapat menawarkan produk
dengan harga yang lebih kompetitif kepada pelanggan. Harga yang lebih terjangkau
dan kualitas yang baik akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Just In Time
Just-in-Time (JIT) adalah pendekatan dalam manajemen operasi yang bertujuan untuk
mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi dengan menghasilkan produk atau
menyediakan bahan baku tepat pada waktunya saat dibutuhkan dalam proses produksi.
Kesimpulan dari pendekatan JIT adalah sebagai berikut:
Dalam keseluruhan, JIT membantu perusahaan mencapai tujuan produksi yang lebih efisien,
mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Namun,
penting untuk mengingat bahwa implementasi JIT memerlukan koordinasi yang baik dengan
pemasok, infrastruktur yang handal, dan ketersediaan pasokan yang andal untuk berhasil.
Tjiptono, Fandi dan Diana Anastasia. Total Quality Management, Yogyakarta : Andi Offset,
1994.
Cherrington, Hubbard & Luthy, Cost Accounting, San Fransisco : West Publishing Company,
1994.
Hansen & Mowen, Akuntansi Biaya, Ed. 4, Jakarta : Salemba Empat, 2000.
Gayle, Raybun, Akuntansi Biaya Dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya, Ed.
6, Yogyakarta : Erlangga, 1999.
Contoh soal
Objektif:
Jawaban: A. Produksi Tepat waktu, Prinsip utama Just-in-Time adalah produksi tepat
waktu. Artinya, barang atau produk diproduksi hanya ketika ada permintaan dari
pelanggan. Dalam JIT, tidak ada persediaan barang jadi yang tersimpan dalam jumlah
besar. Sebaliknya, produksi dimulai ketika pesanan diterima, dan produk dikirim
segera setelah selesai diproduksi. Pengurangan Persediaan: Salah satu aspek penting
dari JIT adalah pengurangan persediaan yang berlebihan. Persediaan dianggap sebagai
bentuk pemborosan karena membutuhkan ruang, tenaga kerja, dan biaya
penyimpanan. Dengan mengurangi persediaan, perusahaan dapat menghindari
pemborosan dan meningkatkan efisiensi.
2. Perusahaan apa yang menerapkan prinsip JIT saat awal pasca perang dunia II?
A. Mazda
B. Astrea
C. Daihatsu
D. Toyota
E. Mitsubishi
Jawaban : D. Toyota, Salah satu perusahaan yang mengembangkan konsep JIT adalah
Toyota Motor Corporation di bawah kepemimpinan Taiichi Ohno. Mereka menyadari
bahwa persediaan yang berlebihan, waktu tunggu, dan pemborosan lainnya adalah
penyebab utama inefisiensi dan biaya yang tinggi dalam proses produksi. Toyota
kemudian mengembangkan sistem produksi yang berfokus pada permintaan
pelanggan secara langsung. Mereka memperkenalkan konsep "pull system", di mana
produksi dipicu oleh permintaan pelanggan, bukan berdasarkan perkiraan atau jadwal
yang terencana.Dalam sistem JIT, produksi dilakukan hanya ketika dibutuhkan,
menghilangkan persediaan yang berlebihan. Pemasok diperlukan untuk mengirimkan
bahan baku dan komponen hanya pada saat dibutuhkan, dan produksi dilakukan
secara efisien dan tanpa hambatan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Konsep
JIT kemudian menyebar ke berbagai sektor industri di Jepang, termasuk otomotif,
elektronik, dan manufaktur lainnya. Keberhasilan Toyota dalam menerapkan JIT
menjadi contoh yang menginspirasi perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia
untuk mengadopsi konsep ini. Manfaat yang dirasakan dari penerapan JIT adalah
peningkatan efisiensi operasional, pengurangan biaya persediaan, peningkatan
kualitas produk, fleksibilitas produksi yang lebih tinggi, dan waktu siklus produksi
yang lebih pendek. Dengan kesuksesan dan manfaat yang terbukti, Just-in-Time
menjadi salah satu pendekatan utama dalam pengelolaan operasional dan menjadi
landasan bagi berbagai filosofi pengelolaan lainnya, seperti Lean Manufacturing dan
Six Sigma.
8. Siapa yang harus dijaga hubungan yang erat jika ingin JIT berjalan lancer?
A. Stakeholder
B. Pemerintah
C. Pemasok
D. Dosen
E. Guru
Essay :
D. Penggunaan alat yang khusus: Desain alat yang mencegah penggunaan yang
salah atau kesalahan dalam proses produksi. Misalnya, penggunaan kunci khusus
yang hanya cocok dengan komponen yang benar, sehingga mencegah kesalahan
pemasangan.