Anda di halaman 1dari 30

MANAJEMEN MATERIAL

PT. MANUFACTURE RACING LINE


Dibuat untuk memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Mutu

Anggota Kelompok :
Adam Nurdiansyah
Angga Resihan Hidayat
Hamzar Saefulloh
Rian Efendi
Tedi Nurul Ginanjar

JURUSAN TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN


PROGRAM STUDI PEMELIHARAAN MESIN
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Manajemen Material. Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Susilawati
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami
menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan Manajemen Material ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan kita semua.

Subang, 22 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
I.3 Batasan Masalah.................................................................................. 2
I.4 Tujuan.................................................................................................. 2
I.5 Manfaat................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Manajemen Material....................................................................... 4
II.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC)...................... 6
II.3 Material Requirement Planning (MRP).......................................... 8
II.4 Master Production Schedule.......................................................... 12
II.5 Bill Of Material............................................................................... 14
II.6 Just In Time.................................................................................... 15
BAB III PROFIL PERUSAHAAN
III.1 Deskripsi Perusahaan.................................................................. 18
III.2 Visi dan Misi................................................................................. 19
III.3 Struktur Jabatan......................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Manajemen Material.................................................................... 20
IV.2 Prosedur Pembelian..................................................................... 22
IV.3 Material Requirement Planning................................................... 23
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 26

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Cara Kerja MRP.................................................................................. 8
Gambar 2.2 Material Requirement Planning........................................................ 10
Gambar 2.3 Master Production Schedule............................................................. 12
Gambar 2.4 Struktur Produk................................................................................. 14
Gambar 2.5 Persediaan Bahan Baku..................................................................... 14
Gambar 2.6 Bill Of Material................................................................................. 15
Gambar 3.1 Logo Perusahaan............................................................................... 18
Gambar 3.2 Struktur Organisasi............................................................................ 19
Gambar 4.1 Alur Proses Manajemen Material...................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia pada tahun 2020 memasuki suatu era industrialisasi tingkat
tinggi yang memanfaatkan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pemanfaatan terhadap ilmu dan teknologi menghasilkan iklim
industri berdasarkan riset, dan rasionalitas cara berfikir dalam mengambil suatu
kebijakan perusahaan di berbagai bidang. Munculnya perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang industri dengan berbagai teknologi canggih,
menyebabkan dibutuhkannya suatu mekanisme atau manajemen yang mampu
membuat kerja perusahaan menjadi efektif dan efisien. Seringkali perusahaan
tanpa manajemen yang baik dapat lumpuh dalam tempo yang singkat, dan tidak
mampu bangkit lagi. Penerapan sistem manajemen pada perusahaan,
khususnya dibidang industri manufaktur sangatlah vital dalam mengelola aset
dan kerja perusahaan. Salah satu manajemen vital tersebut adalah manajemen
material yang mengatur pengelolaan material bahan baku dari mulai
perencanaan, produksi, penyimpanan, dan penjualan produk jadi.
Perusahaan industri manufaktur memerlukan tenaga kerja yang memahami
manajemen material. Tenaga kerja di Indonesia dapat dipastikan tersedia dalam
jumlah yang relatif banyak, akan tetapi tidak semua dari tenaga kerja tersebut
merupakan tenaga kerja ahli atau memahami manajemen material. Diperlukan
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai manajemen material untuk
menciptakan tenaga kerja yang mampu dipekerjakan di bidang manajemen
material. Adapun tenaga kerja yang dimaksud dapat berasal dari Mahasiswa
D3 yang lebih ditekankan pada vokasionalitas.
Selain berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil topik makalah
mengenai manajemen material pada perusahaan yang bergerak di industri
manufaktur untuk memenuhi kewajiban tugas pada mata kuliah Manajemen
Mutu. Pembuatan makalah ini ditujukan sebagai pengetahuan tambahan bagi
mahasiswa D3 dalam memperdalam pengetahuan mengenai manajemen

1
material, sehingga diharapkan dapat diterima di dunia industri pada saat
mahasiswa tersebut lulus. Penerapan manajemen material dalam pembahasan
makalah ini merupakan penerapan yang diterapkan pada perusahaan fiksi yang
penulis buat, sebagai bentuk dari simulasi perencanaan penerapan manajemen
material.

I.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Penulis melakukan pembahasan pada makalah ini dalam ruang lingkup
penerapan manajemen material pada PT. Manufacture Racing Line. Dengan
batasan masalah hanya difokuskan pada manajemen material yang diterapkan,
prosedur pembelian material, dan rencana kebutuhan material pada PT.
Manufacture Racing Line.

I.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan, masalah yang
dibahas pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana penerapan manajemen material pada PT. Manufacture Racing
Line?
2. Bagaimana prosedur pembelian material pada PT. Manufactur Racing Line?
3. Bagaimana rencana kebutuhan material pada PT. Manufacture Racing Line?

I.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan manajemen material pada PT. Manufacture
Racing Line
2. Untuk mengetahui prosedur pembelian material pada PT. Manufacture
Racing Line
3. Untuk mengetahui rencana kebutuhan material pada PT. Manufacture
Racing Line

2
I.5 Manfaat
Berikut manfaat dari pembahasan topik makalah adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
a) Dapat memperoleh wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam
melakukan perencanaan manajemen material pada perusahaan,
khususnya industri manufaktur.
b) Mahasiswa belajar untuk lebih profesional dalam mengerjakan setiap
pekerjaan dan keterampilannya, khususnya yang berkaitan dengan
perencanaan manajemen material pada perusahaan, khususnya industri
manufaktur.
c) Melatih keterampilan berkomunikasi dengan masyarakat dalam
menjelaskan perencanaan manajemen material pada perusahaan,
khususnya industri manufaktur.
2. Bagi Masyarakat
a) Sebagai sumber rujukan dalam pembuatan dan pengembangan
perencanaan manajemen material pada perusahaan, khususnya industri
manufaktur kedepannya.
b) Sebagai referensi pendukung mengenai perencanaan manajemen material
pada perusahaan, khususnya industri manufaktur..
c) Sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan perencanaan manajemen
material pada perusahaan, khususnya industri manufaktur.
3. Bagi Politeknik Negeri Subang
a) Sebagai motivasi bagi generasi mahasiswa selanjutnya dalam membuat
dan mengembangkan perencanaan manajemen material pada perusahaan,
khususnya industri manufaktur.
b) Sebagai bukti pengaplikasian ilmu praktik dan teori yang sudah diajarkan
pada bangku perkuliahan.
c) Sebagai modal awal untuk terjun dalam membuat dan mengembangkan
perencanaan manajemen material pada perusahaan, khususnya industri
manufaktur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Manajemen Material


Manajemen material adalah kegiatan mengelola material atau bahan
untuk produksi, mulai dari awal, pemrosesan, sampai akhirnya menjadi
produk jadi yang siap dikirimkan kepada pelanggan. Kegiatan manajemen
material mencakup tiga tahap, yaitu manajemen bahan baku dan suku cadang
meliputi meliputi pembelian atau pengadaan, penerimaan, serta penyimpanan.
Selanjutnya manajemen yang meliputi pengemasan, penyimpanan dalam
gudang dan pengiriman barang dan yang terakhir untuk kebutuhan selama
proses pengolahan, atau dapat disebut Sediaan Bahan dalam Proses atau SBP
(Work-In-Process Inventory). SBP dalam proses biasa digunakan sebagai
cadangan pengaman agar sistem produksi tidak terganggu sehingga nilainya
harus cukup. SBP yang kurang dapat menyebabkan kerusakan mesin dalam
bentuk ausnya suku cadang karena tidak ada bahan yang cukup untuk
melakukan proses produksi, sedangkan SBP yang berlebihan dapat
menyebabkan kerugian yang mana SBP harus dihabiskan terlebih dahulu
sebelum perusahaan dapat memproduksi produk baru. [ CITATION Lum92 \l
1057 ]
Manajemen material memiliki definisi sebagai suatu fungsi yang
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan perencanaan (planning),
pencarian sumber (sourcing), pembelian (purchasing), penyimpanan (storing)
dan pengendalian (controlling) material secara optimal sehingga dapat
memenuhi kebutuhang lingkup seba pelanggan. Sebagai teknik ilmiah yang
berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian aliran
bahan mulai dari pembelian awal hingga tiba di tempat tujuannya.
Manajemen material memiliki ruang lingkup sebagai berikut :
1. Perencanaan dan pengendalian material (Material Planning Control)
Material yang dibutuhkan akan direncanakan dan dikendalikan
berdasarkan Sales Forecast atau perkiraan penjualan dan perencanaan

4
produksi (Production Planning). Perencanaan dan pengendalian material
mencakup: perkiraan kebutuhan setiap material, menyiapkan anggaran
material, meramalkan tingkat persediaan, menjadwalkan pemesanan
material dan melakukan pemantauan kinerjanya yang berhubungan
dengan produksi dan penjualan.
2. Pembelian (Purchasing)
Ruang lingkup pembelian mencakup: pemilihan sumber pasokan
(supplier), melakukan pembelian melalui penerbitan Purchase Order
(PO), mengikuti perkembangan pembelian tersebut hingga material
tersebut tiba di tempat tujuannya, menjaga hubungan baik dengan para
pemasok, menyetujui pembayaran kepada pemasok, mengevaluasi dan
menilai kinerja setiap pemasok.
3. Manajemen Penyimpanan (Store Manajemen)
Meliputi pengawasan dan pengendalian material secara fisik,
menjaga dan merawat wilayah atau tempat penyimpanan,
meminimalisasi keusangan dan kerusakan material melalui penanganan
yang efisien, mencatat jumlah persediaan dan menempatkan material
pada tempat yang sesuai. Manajemen penyimpanan ini juga bertanggung
jawab untuk melakukan verifikasi terhadap kondisi dan jumlah material
secara fisik serta mencocokannya dengan jumlah yang tercatat di
pembukuan.
4. Manajemen Persediaan (Inventory Management)
Inventory dimaksudkan adalah sumber daya yang menganggur (idle
resource) pada suatu perusahaan. Persediaan dapat berupa barang jadi
dan siap untuk dijual atau barang setengah jadi yang akan diproses
selanjutnya maupun bahan mentah. Interval waktu dari pembelian
material hingga ditransformasikan menjadi barang jadi yang siap untuk
dijual tergantung pada sikllus produksinya. Sehingga diperlukan jumlah
persediaan material yang cukup sebagai buffer atau penyangga.

5
II.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Production Planning and Inventory Control (PPIC) merupakan suatu
department dalam suatu organisasi perusahaan yang berfungsi merencanakan
dan mengendalikan proses produksi (manufaktur) agar berjalan sesuai dengan
rencana yang sudah ditetapkan serta mengendalikan jumlah Inventory, serta
mengontrol stok persediaan bahan baku yang akan diproduksi menjadi barang
jadi agar sesuai dengan kebutuhan yang ada. Departemen PPIC dalam
prakteknya bekerja berdampingan dengan beberapa departemen seperti
departemen marketing, dimana departemen marketing mempunyai forecast
dan estimasi mengenai jumlah produk yang akan dijual ke customer, sehingga
department PPIC mempunyai gambaran mengenai jumlah produk yang harus
diproduksi dengan menggabungkan forecast beserta data-datanya. Proses
menghitung kebutuhan material untuk produksi disebut juga dengan Material
Requirement Planning, sehingga berhubungan dengan departemen
purchasing. Ketika material tersedia di pabrik, department PPIC memastikan
material tersebut segera masuk ke bagian produksi, dan memastikan bagian
warehouse mencatat jumlah material yang masuk ke dalam stoknya. Selain
itu, PPIC memastikan quality control sudah mengambil sampel material
untuk diperiksa mengenai kualitas produk yang akan dihasilkan. Pada
umumnya Staff PPIC memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Menyediakan kebutuhan (marketing) tepat waktu, tepat barang, dan tepat
jumlah.
2. Meninjau forecast dari marketing kemudian membuat perencanaan
produksi berdasarkan data-data lainnya.
3. Menghitung kebutuhan produksi seperti material-material yang dibutuhkan
untuk memproduksi barang jadi.
4. Memastikan kebutuhan produksi terpenuhi dan memastikan material-
material segera masuk ke bagian produksi.
5. Memastikan bagian Inventory sudah melakukan quality control sehingga
menjamin kualitas produk dan sudah mencatat barang yang baru datang ke
dalam stoknya.

6
6. Memastikan proses produksi berjalan sesuai jadwal.
Department PPIC mempunyai fungsi yang penting bagi kelancaran
proses produksi, sebab tanpa perencanaan dan pengendalian yang layak,
pengiriman produk ke konsumen dapat tertunda dan dapat menyebabkan
ketidakpuasan pelanggan. Beberapa manfaat PPIC antara lain :
1. Tingkat stok material dan persedian produk jadi akan selalu memadai
sesuai kapasitas gudang dan sesuai dengan kebutuhan produksi.
2. Proses produksi berjalan sesuai jadwal dan permintaan pelanggan
terpenuhi.
3. Laporan inventaris di bagian warehouse yang akurat.
4. Memudahkan department lain seperti marketing dalam memasarkan
produk, procurement dalam pengadaan bahan baku, dan keuangan dalam
melalui perencanaan produksi yang sistematis.
Pada penerapannya di industri, department PPIC melakukan kerjanya
dengan menggunakan sistem Material Requirement Planning yang berbasis
elektronik. Sistem tersebut memudahkan department PPIC dalam melakukan
operasional yang optimal, sistematis, dan terintegrasi. Manfaat penerapan
sistem material requirement planning secara elektronik di department PPIC
adalah sebagai berikut :
1. Penjadwalan produksi dapat dilakukan secara otomatis.
2. Persiapan Bill Of Material (BOM) dan routing yang lebih efisien.
3. Peringatan dini terhadap tingkat persediaan stok yang rendah.
4. Penjadwalan pemeliharaan peralatan dan mesin secara otomatis.
5. Reordering rules yang memungkinkan pemesanan produk secara otomatis
ketika mencapai level minimum.
6. Kemudahan dalam memonitor Stock on Hand di beberapa gudang, forecast
masuk, dan forecast keluar.
7. Kemudahan dalam memonitor kebutuhan pelanggan.
8. Kemudahan dalam melakukan persediaan barang.
9. Kemudahan dalam pemeliharaan mesin industri.

7
II.3 Material Requirement Planning (MRP)

Gambar 2.1 Cara Kerja MRP


(Sumber: Gasperz, 1998)

Material Requirement Planning (MRP) muncul di tahun 1970, MRP


merupakan metode penjadwalan purchased planned order dan manufactured
planned order. Metode MRP merupakan metode perencanaan, pengendalian
perencanaan meliputi pengendalian pesanan, dan Inventory untuk item-item
yang termasuk dalam dependent demand seperti bahan baku, part,
subassemblies, dan assemblies yang kesemuanya disebut manufacturing
inventorities (Gezpers, 1998).
Menurut Yamit (1996) tujuan dari diterapkannya sistem Material
Requirement Planning adalah sebagai berikut:
1. Menjamin tersedianya material, item, komponen pada saat dibutuhkan
untuk memenuhi jadwal produksi dan menjamin tersedianya produk bagi
pelanggan.
2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.
3. Merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan aktivitas pembelian.
Adapun langkah-langkah proses perhitungan MRP menurut Yamit (1996)
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Kebutuhan Bersih

8
Besarnya kebutuhan bersih (net requirement) adalah selisih antara
kebutuhan kotor (bross requirement) dengan persediaan yang ada di
tangan (Stock on hand). Data yang diperlukan dalam menentukan
kebutuhan bersih adalah kebutuhan kotor tiap periode, persediaan yang ada
di tangan, dan rencana penerimaan (schedule receipt) pada periode
mendatang. Sedangkan kebutuhan kotor yang dimaksud adalah jumlah
permintaan produk akhir. Untuk komponen yang lebih rendah, kebutuhan
kotor dihitung dari komponen yang berada di atasnya dengan dikalikan
kelipatan tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
2. Menentukan Jumlah Pesanan (lot)
Penentuan jumlah pesanan baik untuk item ataupun komponen
didasarkan kebutuhan bersih. Alternatif yang dapat digunakan untuk
menentukan besarnya ukuran lot pesanan, diantaranya penyumbangan
antara biaya set up dengan ongkos simpan, fixed order quantity, lot for lot
ordering, periodic order quantity, dan metode akumulasi.
3. Menentukan BOM dan Kebutuhan Kotor Setiap Komponen
BOM ditentukan berdasarkan struktur produk dengan membuat
informasi nomor dan jumlah kebutuhan komponen yang di atas, dan
sumber diperolehnya komponen. Sedangkan kebutuhan kotor setiap
komponen ditentukan oleh rencana pemasaran (planned order released)
komponen yang berada di atasnya dikalikan dengan kelipan tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
4. Menentukan Tanggal Pesanan
Penentuan saat yang tepat untuk melakukan pesanan, dipengaruhi oleh
rencana penerimaan (planned order receipt) dan tenggat waktu pemesanan
(lead time).
Sumber utama MRP yaitu :
1. Master Production Schedule (MPS) yang merupakan suatu pernyataan
definitif tentang produk akhir apa yang direncanakan oleh perusahaan
untuk diproduksi, berapa jumlah produk yang dibutuhkan, dan bagaimana
proses produksinya. MPS biasanya dinyatakan dalam konfigurasi spesifik.

9
2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar dari semua material, part, dan
subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk
setiap periode waktu.
3. Item master merupakan suatu file yang berisikan informasi tentang status
material, part, subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan
kuantitas on band, kuantitas yang dialokasikan (planned lead time), ukuran
lot, stok pengamanan, kriteria ukuran lot, toleransi hasil, dan informasi
lainnya yang berkaitan dengan suatu item.
4. Pesanan-pesanan lain (order) akan memberitahukan berapa banyak arti
sistem yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan Stock on hand di
masa datang.
5. Kebutuhan-kebutuhan lain (requirement) akan memberitahukan tentang
berapa banyak masing-masing dari item itu dibutuhkan sehingga akan
mengurangi Stock on hand dimasa yang akan datang (Gasperz, 1998).

Gambar 2.2 Material Requirement Planning


(Sumber: Gasperz, 1998)

Penjelasan yang berkaitan dengan format tampilan MRP pada tabel di


atas adalah :

10
1. Lead time merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP
menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap
digunakan.
2. On hand merupakan Inventory on-hand yang menunjukkan kuantitas
dari item yang secara fisik ada dalam warehouse.
3. Lot size merupakan kuantitas pesanan (order quantity) dari item yang
memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan
serta teknik lot-sizing apa yang dipakai.
4. Safety Stock merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh
perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan
(demand) dan penawaran (supply).
5. Planning Horizon merupakan banyaknya waktu ke depan (masa
mendatang) yang tercakup dalam perencanaan.
6. Gross Requirement merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk
kebutuhan yang diantisipasi (anticipated requirement), untuk setiap
periode waktu. Suatu part tertentu dapat mempunyai kebutuhan kotor
(gross Requirement) yang mencakup dependent dan independent
demand.
7. Project On Hand merupakan projected available balance (PAB), dan
tidak termasuk Planned order.
8. Projected Available merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam
inventory pada akhir periode, dan tersedia untuk penggunaan dalam
periode selanjutnya.
9. Net Requirement merupakan kekurangan material yang diproyeksikan
untuk periode ini, sehingga perlu diambil tindakan ke dalam
perhitungan planned order receipt agar menutupi kekurangan material
pada periode itu.
10. Planned Order Receipt merupakan kuantitas pesanan pengisian
kembali (pesanan manufakturing atau pesanan pembelian) yang telah
direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna
memenuhi kebutuhan bersih (net requirement).

11
11. Planned Order Release merupakan kuantitas planned orders yang
ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu, agar item yang
dipesan itu akan tersedia pada saat yang dibutuhkan. Item yang
tersedia pada saat dibutuhkan itu tidak lain adalah kuantitas planned
order receipt yang ditetapkan menggunakan lead time offset (Gasperz,
1998).

II.4 Master Production Schedule


Master Production Schedule atau Jadwal Induk Produksi (JIP)
merupakan rencana produksi jangka pendek perusahaan dalam menghasilkan
produk jadi atau produk akhir. Jadwal produksi ini merupakan penjabaran
dari perencanaan agregate yang merupakan perencanaan jangka menengah
untuk menghasilkan sekolompok produk tertentu, menjadi perencanaan
produk-produk individual dan dalam periode waktu yang lebih pendek, yaitu
perminggu. Jadwal Induk Produksi ini sebelum digunakan akan diuji
kelayakannya yaitu dengan melihat apakah MPS ini sesuai kapasitas yang
dimiliki perusahaan. Pengujian ini yang disebut dengan Rough Cut Capacity
Planning. Apabila kapasitasmya memadai maka MPS dinyatakan layak dan
dapat digunakan (Joko, 2004).

Gambar 2.3 Master Production Schedule


(Sumber: Gasperz, 1998)

12
Berikut ini penjelasan yang berkaitan dengan informasi yang ada pada
MPS di atas :
1. Lead Time adalah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
membeli suatu item.
2. On Hand adalah jumlah item yang fisiknya ada di dalam warehouse.
3. Lot Size adalah jumlah item yang dipesan dari pabrik ataupun pemasok.
4. Safety Stock adalah stok cadangan dari item yang direncanakan berada
dalam inventori yang dijadikan stok pengaman.
5. Demand Time Fence (DTF) adalah periode mendatang dari MPS dimana
dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS tidak diijinkan
karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat
ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
6. Planning Time Fence (PTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana
dalam periode ini perjbahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi guna
mencegah ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal yang menyebabkan
kerugian dalam biaya.
7. Time Perioda For Display adalah banyaknya periode waktu yang
ditampilkan dalam format MPS.
8. Sales Plan atau Sales Forecast merupakan rencana penjualan atau prediksi
jumlah item yang akan dijual menurut penjadwalan.
9. Actual Orders merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat
pasti.
10. Projected Available Balance (PAB) merupakan proyeksi on-hand
Inventory dari waktu ke waktu selama horizon perencanaan MPS, yang
menunjukkan status inventori yang diproyeksikan pada akhir dari setiap
periode waktu dalam horizon perencanaan MPS.
11. Available To Promise (ATP) merupakan informasi yang sangat berguna
bagi department marketing. Nilai ATP memberikan informasi tentang
berapa banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode
waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan

13
informasi ini, departemen marketing dapat membuat janji yang tepat
kepada pelanggan.
12. Master Production Schedule merupakan jadwal produksi atau
manufakturing yang diantisipasi untuk item tertentu.

II.5 Bill Of Material


Bill Of Material merupakan daftar keseluruhan produk akhir, jumlah dari
setiap bahan baku dalam setiap produk dan struktur (assembling,
subassemblies, suku cadang, dan bahan baku) dari suatu produk. Istilah Bill
of material adalah indented Bill of Material, yaitu sebuah diagram yang
menempatkan produk akhir di struktur paling puncak dan komponen bahan
baku yang membentuk produk tersebut pada struktur hang lebih bawah (Joko,
2004). Dalam penyusunan Bill of Material, terlebih dahulu harus membuat
struktur produk dan tabel status persediaan bahan baku.

Gambar 2.4 Struktur Produk


(Sumber: Joko, 2004)

Gambar 2.5 Persediaan Bahan Baku


(Sumber: Joko, 2004)

14
Gambar 2.6 Bill Of Material
(Sumber: Joko, 2004)

II.6 Just In Time


Menurut Hansen & Mowen (2001), Just In Time (JIT) merupakan suatu
pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus
ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya
mendorong seluruh sistem dengan schedule yang tetap untuk mengantisipasi
permintaan. Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi yang
komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan baku dibeli
dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta digunakan pada saat yang
tepat dalam setiap proses produksi Just In Time (JIT) dapat berarti banyak hal
yang berbeda-beda bagi masyarakat, baik masyarakat bisnis maupun
masyarakat umum. Beberapa pihak menganggap Just In Time (JIT) adalah
suatu pendekatan; bagi pihak lain JIT adalah suatu metodologi, atau suatu
filosofi, atau suatu konsep atau suatu strategi.
Menurut Agustina (2007) secara garis besar Just In Time (JIT) ada dua
macam, yaitu Just In Time Purchasing dan Just In Time Production. Menurut
Gaspersz (1998), Just In Time Purchasing adalah sistem pembelian barang
dengan jumlah dan waktu yang tepat sehingga barang tersebut dapat segera
diterima untuk memenuhi permintaan atau untuk digunakan. Sedangkan Just
In Time Production adalah sistem produksi yang prinsipnya hanya
memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan
pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
Menurut Hansen & Mowen (2001), Just In Time (JIT) memiliki dua
tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan laba dan untuk memperbaiki posisi
bersaing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan mengendalikan
biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan

15
peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman dan meningkatkan
kualitas. Menurut Gaspersz (2001) tujuan Just In Time (JIT) adalah “... untuk
menghasilkan produk pada tingkat kualitas dan kuantitas yang prima, melalui
cara yang paling efisien dan ekonomis, serta tepat waktu yaitu pada saat
produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen”.
Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan
prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem
strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):
1. Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk Sistem
manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk
menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah
tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods
tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja,
untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan
dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk
menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
2. Produksi dalam jumlah kecil Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot
size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan jeda waktu yang
kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas
aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan
untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi
terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
3. Mengurangi pemborosan (eliminate waste) Pemborosan (waste) harus
dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian
sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan
lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk
mencapai target produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow
improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses
yang tidak produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

16
5. Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection) Kualitas
produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem
produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero
Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap
langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa
diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
6. Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people) Dengan
metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan
diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil
keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus
dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun
kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian Persediaan yang ide dasarnya
diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi dan segala
kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana
tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam
jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai
dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan
bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam
perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan
dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-
pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam
pertimbangan.
8. Perhatian dalam jangka panjang Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time
(JIT) dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan
yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek. Melainkan harus
dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak
dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi
Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan menambah biaya
produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

17
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN

III.1 Deskripsi Perusahaan

Gambar 3.1 Logo Perusahaan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PT. Manufacture Racing Line merupakan perusahaan fiksi


multinasional yang berpusat di Kansas, Amerika Serikat. Perusahaan ini
memiliki beberapa plant yang berlokasi di berbagai negara dengan
spesialisasi produksinya masing-masing. Pusat produksi spare part matic di
Bangkok, Thailand. Pusat produksi spare part Vespa di Corsica, Perancis.
Pusat Produksi spare part motor sport di Subang, Indonesia. Pusat produksi
spare part cyber truck di Wuhan, China.
PT. Manufacture Racing Line merupakan perusahan yang bergerak di
industri manufaktur spare part kendaraan. Perusahaan ini memproduksi
suku cadang kendaraan bermotor, khususnya roda dua. Suku cadang yang
dihasilkan merupakan produk aftermarket yang digunakan untuk kegiatan
racing ataupun harian. Kualitas dari produk yang dihasilkan dijamin dapat
bertahan lama, karena menggunakan bahan Paduan Titanium Steel dengan
karakteristik tahan panas, dan tidak mudah patah. PT. Manufacture Racing
Line menawarkan engine Set berdasarkan cc yang diminati. Adapun spare
part yang dimasukkan ke dalam engine Set seperti piston, Valve, cylinder
bore, head cylinder, connecting rod, dan crankshaft. Adapun produk after
market yang ditawarkan adalah sebagai berikut :

18
1. Engine Set 125 cc 4. Spare Part CDI Unlimited
2. Engine Set 150 cc 5. ECU Free Unlimited Setup
3. Engine Set 200 cc 6. Jasa Custom Korting

III.2 Visi dan Misi


 Vision PT. Manufacture Racing Line:
To be the world's leading high performance technology for human
personal mobility vehicles and components.
 Mission PT. Manufacture Racing Line:
1. Providing the best racing spare parts according to customer tastes
by high quality
2. Developing technology with heart and innovation to improve
performance of racing spare parts.
3. Participate in developing vehicle technology with enviromentally
friendly and safety for driver.
 Goals PT. Manufacture Racing Line:
Satisfy customers with the best quality racing product, esspecially for
racing or daily use.

19
III.3 Struktur Organisasi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Penerapan Manajemen Material di PT. Manufacture Racing Line

20
Gambar 4.1 Alur Proses Manajemen Material
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Penerapan manajemen material pada PT. Manufacture Racing Line


meliputi kerja sama antar department yang ada di struktur organisasi PT.
Manufacture Racing Line. Manajemen material yang dimaksud adalah
kegiatan mengelola material atau bahan untuk produksi mulai dari awal,
pemrosesan, sampai akhirnya menjadi produk jadi yang siap dikirimkan
kepada pelanggan. Hal tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan menyangkut
fungsi masing-masing department. Porsi yang besar dalam mengakomodir
aliran keluar-masuknya material adalah pada departemen Product Planning
and Inventory Control atau yang disebut PPIC.
Tahapan pertama mengenai perencanaan pembelian material yang
dibutuhkan. Dalam hal tersebut, department PPIC berkoordinasi dengan
departemen marketing untuk menganalisa forecast atau prediksi jumlah
produk yang akan dijual kepada pelanggan. Data mengenai forecast yang
disusun oleh department marketing dianalisa oleh department PPIC, hingga
didapatkan jumlah bahan baku yang harus dibeli untuk memproduksi barang
jadi dengan jumlah sesuai pesanan yang ada di forecast. Setelah itu, konsep
Material Requirement Planning dijalankan oleh departmen PPIC.
Tahapan kedua adalah pemesanan bahan baku. Department PPIC
berkoordinasi dengan department purchasing untuk melakukan pembelian
bahan baku. Department PPIC membuat sebuah struktur produk mengenai
bahan baku apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi barang jadi yang
dipesan, beserta jumlah pesanannya. Dari struktur produk, dibuatlah Bill of
Material mengenai jumlah detail keseluruhan bahan baku yang harus dipesan
oleh department purchasing.
Setelah bahan baku sampai di pabrik, department PPIC berkoordinasi
dengan department Quality Assurance yang mengambil sampel bahan baku,
untuk diteliti mengenai kualitas produk jadi yang dihasilkan apabila memakai
bahan baku tersebut. Apabila bahan baku tersebut layak, department PPIC

21
berkoordinasi dengan department Warehouse yang mencatat daftar inventaris
bahan baku yang masuk di gudang penyimpanan, sebelum masuk ke masing-
masing plant untuk diproduksi.
Pada saat proses produksi berlangsung di masing-masing plant,
department work technical bertugas untuk mengawasi jalannya produksi
sesuai Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan, juga Department Safety
dan Department Environment yang mengawasi penerapan K3 dan
pengelolaan limbah akhir. Setelah produk akhir dihasilkan, departmen PPIC
berkoordinasi dengan departmen Warehouse product untuk mendata jumlah
produk yang dihasilkan, apakah sesuai dengan forecast mengenai jumlah
produk yang dipesan. Setelah itu, department PPIC menghubungi bagian
Marketing untuk mengirimkan barang jadi sesuai forecast ke pelanggan. Laba
yang diterima selanjutnya dikelola secara administrasi oleh departmen
Accounting.

IV.2 Penerapan Prosedur Pembelian di PT. Manufacture Racing Line


Dalam melakukan pembelian bahan baku yang dibutuhkan, PT.
Manufacture Racing Line menerapkan strategi pembelian Just In Time
Purchasing, yakni melakukan pembelian bahan baku pada saat yang tepat,
ketika adanya permintaan dari pelanggan, dengan jumlah yang tepat dan
kualitas yang tepat. Penerapan Just In Time Purchasing memiliki tahapan
sebagai berikut :
1. Tahapan Perencanaan dan Pengendalian Material
Pada tahap ini, department yang berperan adalah departmen
marketing yang menghimpun forecast atau prediksi jumlah produk yang
dipesan. Setelah itu, forecast dianalisa oleh department PPIC untuk
menentukan bahan baku apa saja, jumlah bahan baku, kapan bahan baku
tersebut dipesan, dan tata cara pengelolaannya. Department PPIC
menindaklanjuti forecast dengan membuat struktur produk yang
kemudian menghasilkan Bill Of Material, salah satu input dalam sistem
Material Requirement Planning.

22
2. Tahapan Pembelian
Pada tahap ini, department yang berperan adalah department PPIC
yang memberikan Bill of Material yang berisi apa saja bahan baku yang
harus dibeli, dan jumlahnya beserta kapan bahan baku tersebut harus
sampai di pabrik. Department purchasing selanjutnya akan melakukan
pemilihan sumber pasokan atau supplier dengan memperhatikan berbagai
faktor seperti kualitas bahan baku, harga yang ditawarkan, jumlah bahan
baku yang sanggup ditawarkan. Setelah itu, department Quality
Assurance akan mengambil sampel bahan baku dari supplier terpilih
untuk diteliti kualitas produk yang dihasilkan apabila menggunakan
bahan baku tersebut. Apabila bahan baku tersebut layak, department
purchasing mengeluarkan atau menerbitkan purchase order.
3. Tahapan Manajemen Penyimpanan
Sesampainya bahan baku dipabrik, department PPIC berkoordinasi
dengan department warehouse material untuk mendata apa saja bahan
baku yang masuk dan jumlahnya sesuai purchased order dan forecast.
Setelah itu, department warehouse material akan mengeluarkan lembar
inventaris bahan baku yang masuk.
4. Tahapan Manajemen Persediaan
Pada tahap ini, department PPIC berkoordinasi dengan department
warehouse product untuk mengecek apakah jumlah produk yang
dihasilkan sesuai dengan forecast atau jumlah pesanan yang diminta oleh
pelanggan. Apabila forecast terpenuhi, department Marketing
mengirimkan produk jadi dengan jumlah sesuai dengan forecast kepada
pelanggan.

IV.3 Penerapan Material Requirement Planning


Pada sistem Material Requirement Planning yang diterapkan di PT.
Manufacture Racing Line, kendali dipegang oleh Department PPIC berbasis
elektronik. Department PPIC dalam menyusun rencana kebutuhan bahan
baku, memperhatikan input yang dapat diambil dari penyusunan Master

23
Production Schedule, Bill Of Material, dan Daftar Inventaris Bahan Baku.
Department PPIC terlebih dahulu menyusun Master Production Schedule
untuk menetapkan kapan bahan baku akan dipesan, kapan bahan baku dapat
bertahan, kapan bahan baku akan diproses, dan sebagainya. Penyusunan Bill
Of Material oleh department PPIC ditujukan untuk menyusun data
mengenai material apa saja yang harus dipesan, beserta jumlahnya.
Sementara itu, lembar inventaris bahan baku diperlukan untuk mengetahui
daya tampung gudang penyimpanan bahan baku, agar bahan baku yang
dipesan tidak tercecer atau terbuang ketika sampai dipabrik karena melebihi
kapasitas gudang penyimpanan. Ketiga input tersebut yang menyusun
Material Requirement Planning. Adapun penyusunan Material Requirement
Planning ditujukan agar kapasitas kerja produksi di PT. Manufacture
Racing Line dapat memenuhi jumlah pesanan pelanggan sesuai Forecast
yang ada. Berdasarkan penggabungan Material Requirement Planning
dengan Just In Time Purchasing diharapkan pembelian bahan baku, waktu
produksi, dan pengiriman produk berlangsung pada saat waktu yang tepat.

24
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan Manajemen Material meliputi keseluruhan department
yang ada di struktur organisasi PT. Manufacture Racing Line,
dimana setiap department mempunyai peranannya masing-masing.
2. Proses pembelian bahan baku, harus memperhatikan terlebih dahulu
Material Requirement Planning yang disusun oleh department PPIC,
kemudian department purchasing melakukan pemilihan suppliers,
dengan pengujian kualitas bahan baku dilakukan oleh department
Quality Assurance. Setelah itu, department purchasing
mengeluarkan Purchased Order.
3. Material Requirement Planning memperhatikan 3 input penting
dalam menyusun rencana bahan baku yang dibutuhkan pada proses

25
produksi, yakni Master Production Schedule, Bill Of Material, dan
lembar inventaris gudang bahan baku.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Y., Dewi, S., dan Ermadiani. 2008. Analisa Penerapan Sistem Just In
Time untuk meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan
Industri. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.12, No.1, Hal:135-146.
Gasperz. 1998. Production and Planning and Inventory Control Berdasarkan
Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, D.R., dan Maryanne M.M. 2001. Manajemen Biaya edisi pertama.
Jakarta: Salemba Empat. Hal:26.
Joko S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi (Suatu Pengantar) Edisi Revisi.
UMM Press Penerbitan Universitas Muhammadiyah. Malang.
Lumbantoruan, M., & Soewartoyo, B. (1992). Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan
Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.
Yammit. 1996. Manajemen Persediaan. Ekonesia FE UII. Yogyakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai